Fazli Al Syirazi
1110852030
Ilmu Hubungan Internasional
Pemikiran filsafat Cina, Arab, dan India A. Pemikiran Filsafat Cina Cina sebagai salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang tertua didunia memiliki tradisi dan sejarah yang panjang dalam bidang filsafat. Tradisi filsafat Cina diketahui sudah ada kira-kira semenjak tahun 600 Sebelum Masehi dan banyak dipengaruhi oleh kepercayaan akan dewa-dewa serta memandang perubahan yang terjadi di dunia merupakan sifat alami dunia itu sendiri yang bersifat absolut seperti benda-benda yang ada di dunia itu sendiri. Filsafat Cina indentik dengan adanya keseimbangan antara urusan duniawi dan surgawi, yang mana dapat dipahami sebagai bentuk dogmatis terhadap manusia dalam menghadapi kehidupan di dunia dan kehidupan setelah mati. Diketahui filsafat Cina sebagai sebuah dialektika kehidupan yang kritis mulai berkembang pada masa Dinasti Zhou (1222256 SM), dimana banyaknya peneliti menemukannya naskah-naskah Tionghoa yang sangat klasik yang ada sampai saat ini. Pada masa ini, filsafat yang terbesar adalah Konfusianisme oleh Kong Fu Tse dan Taoisme oleh Lao Tse. Pemikiran filsafat ini lahir dilatarbelakangi oleh masalah-masalah sosial-politik pada masa Dinasati Zhou Zhou tersebut yang mendorong golongan terpelajar untuk mengatasi permasalahan tersebut yang identik dengan krisis moral oleh sebagian besar pejabat dan masyarakat pada masa itu. Berikut ini sedikit ulasan mengenai aliran Konfusianisme dan Taoisme: 1. Konfusianisme Merupakan aliran filsafat yang bangun oleh Kong Fu Tse. Aliran ini lebih menekankan kepada cara untuk kehidupan bermasyarakat yang lebih lebih baik. Ajaranajaran ini dilakukan melalui pendidikan karakter terhadap manusia, dimana ajaran konfusius tidak membedakan strata strata sosial seseorang untuk dapat mengeyam pendidikan. Melalui pendidikan karakter itulah konfusius menanamkan nilai moralitas yang baik dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Ajaran ini memiliki cara berupa kiasan atau sindiran dalam penerapannya sehingga mampu menciptakan manusia yang kritis dan mampu berfikir mandiri terhadap sesuatu. Pada dasarnya, ajaran konfusius tidak terlalu mencampurkan hal-hal yang bersifat metafisik didalamnya dan hanya melihat manusia secara utuh. Cara pandang ajaran konfusius yang pragmatis ini tidak menjadi hambatan dalam membangun kehidupan bermasyarakat pada masa itu. Dinasti Han, yang ada sesudah masa Dinasti Zhou ini, lebih menerapkan ajaran konfusius dalam kehidupan bermasyarakat dan pendidikannya, sehingga lahirnya kaum-kaum yang terpelajar yang dikenal dengan gentry. dengan gentry. Menurut ajaran konfusius, ada 8 hal yang harus dimiliki
oleh manusia agar bisa dikatakan bermoral, yaitu, Ren (cinta kasih), Yi (kebenaran), Li (kesusilaan), Zhi (bijaksana), Xin(dapat dipercaya), Zhong su (Setia), Tiang ming (takdir), dan Jun Zi (teguh).
2. Taoisme Aliran ini lahir dan dibangun oleh Lao Tse dan merupakan ajaran yang berdasarkan pada pemahaman naturalisme atau keadaan alam. Ajaran-ajaran yang dititik beratkan oleh aliran ini sangat berkaitan dengan unsure metafisika yang berlawanan dengan ajaran konfusianisme. Menurut ajaran ini hubungan manusia dengan hal-hal yang metafisik seperti dewa, dianggap sangat erat. Manusia harus mampu menerima kodratnya sebagai manusia dan perannya dalama kehiudupan, sehingga manusia tersebut mampu untuk menghadapi resiko kehidupannya. Ajaran ini juga melihat hubungan manusia dengan alam sebagai sesuatu yang tidak bisa dilepaskan, dimana adanya unsure air, api, tanah, besi dan sebagainya merupakan cerminan dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu dapat kita lihat bahwa ajaran ini sangat berkaitan dengan kepercayaan atau agama. Setelah kedua aliran ini, juga berkembang aliran filsafat yang lain seperti aliran Moisme oleh Mo Tse, Ming Chia yang dikenal sebagai Sofisme, fa Chia dan sebagainya. Namun yang menjadi garis besar sejarah filsafat cina adalah lahirnya aliran Mencius yang dibangun oleh penganut ajaran konfusius yaitu Meng Tse. Pada masa Mencius, ada tiga pandangan tentang manusia, pertama, manusia pada dasarnya tidak baik maupun tidak buruk, kedua, manusia itu baik dan buruk (yang nampak berarti bahwa manusia mempunyai elemenelemen baik maupun buruk), dan ketiga, sebagian manusia pada dasarnya baik, dan sebagian lagi buruk. Pandangan Mencius yang memandang bahwa pada dasarnya manusia adalah baik kelihatannya lebih dekat pada pandangan kedua, dalam arti bahwa pada dasarnya manusia itu baik, tetapi jika elemen-elemen baik maupun yang buruk tidak dikontrol dengan 1 semestinya, ini dapat berkembang menjadi jahat. Satu konsep Mencius yang harus dipahami adalah Hao Jan Chih Ch‟i. Hao Jan Chih Ch‟i merupakan „daya‟ yang besar, yang kebesarannya melampaui daya manusiawi belaka. Hao jan diterjemahkan oleh Fung-Yu lan sebagai yang besar, kuat. Maka Hao Jan Chih Ch‟i diterjemahkan Fung Yu-lan sebagai “the Great Morale”. Menurut Fung Yu-lan, konsep Hao Jan Chih Ch‟i lebih dari sekedar moral antar manusia, tetapi ini menaruh perhatian pada baik manusia maupun dunia, maka bagi Fung Yu-lan, Hao Jan Chih Ch‟i adalah bernilai sebagai sebuah “super -moral”. 1
Kupperman, Joel J., Classic Asian Philosophy, New York: Oxford university Press, 2001, hlm. 76 dalam
http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=1034 dilihat pada 5/12/2013 pukul 17:15.
B. Pemikiran Filsafat India Radhakrishnan membagi filsafat India menjadi empat tahapan, yaitu:
Masa Veda (1500 SM- 600 SM). Masaini melahirkan Mantra, Bràhmaóa, Aranyaka, dan Upaniûad sebagai bagian dari Veda(Rg Veda,Yayur Veda, Sama Veda dan Atharwa Veda) yang berisi benih benih pemikiran filsafat mulai dari mantra sampai upaniûad.pandangan filsafat telah ada di zaman ini, maka boleh dikatakan zaman ini filsafat telah dimulai. Masa Epos (600 SM – 200 SM)Masa ini meluas hingga perkembangan antara upaniûad upaniûad awal dan Darúana. Wiracarita yang sangat masyur, yaitu Ramayana dan Mahabarata bertindak sebagai media melalui makna pesan pesan abadi upaniûad yang melukiskan pribadi pribadi heroik dan pribadi keTuhanan didalam hubungan manusia. Masa Sutra (dari 200 M). masa ini merupakan masa ditulisnya pemikiran pemikiran filsafat dalam bentuk sutra, yaitu ungkapan pendek, halus dan padat didala bahasa sansekerta. Dan dimasa ini telah dimulai penulisan-penulisan filsafat dalam bentuk sutra. Misalnya sistem filsafat Mìmàýsà oleh Jaimini ditulis didalam Mìmàýsà-Sutra. Masa Skolastik (sejak abad ke dua Masehi). Masa ini lahirnya sarjana-sarjana yang memberikan tafsiran kepada sistem-sistem yang ada. Masa ini diwarnai dengan perdebatan filsafat dan ilmu logika.
C. Pemikiran Filsafat Arab Prof. Tohir Abdul Mu‟in, menyatakan Apabila Filsafat tersebut disebut dengan Filsafat Arab, berarti mengeluarkan orang Iran, orang Afganistan, orang Pakistan dan orang India. Dengan menyebut Arab,berarti seharusnya mengecualikan Ibnu Sina dan al-Ghazali yang berasal dari Persia dan al-Farabi yang berasal dari Turki. Dan bukankah juga motif para filsuf ini lebih didorong oleh motif dan semangat peradaban Islam dibandingkan 2 semangat ke Araban . Oleh sebab itu bisa lebih tepat digolongkan kedalam filsafat islam, karena kebanyakan pola dan dasar pemikirannya merupakan nilai islam namun ditulis dalam tulisan arab. Berikut ini periode pemikiran filsafat Islam:
Periode Mu‟tazilah. Mulai abad ke-8 sampai abad ke-1
Periode Filsafat Pertama. Mulai dari abad ke-8 sampai dengan bad ke-11.
Periode Kalam Asy‟ari‟. Periode ini berlangsung mulai abad ke-9 sampai abad ke-11.
Periode Filsafat Kedua. Mulai abad ke-11 sampai abad ke-12.
Dalam periode Mutakallimin (700 – 900), muncul mazhab-mazhab al-Khawarij, Murji‟ah, Qadariyyah, Jabariyyah, Mu‟tazilah, Ahli Sunnah Wal-Jama‟ah.
Setelah periode ini berlangsung, pemikiran filsafat komtemporer mulai berkembang yang mana diawali oleh pemikiran Mushthafa 'Abd al-Raziq (1885-1946) diamana akal dan rasio
2
Dilihat pada pukul 17:55, 5/12/2013 dalam http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Jurnal/Arab4.html
semakin ditingkatkan dalam pemikirannya. Kemudian, kebanyakan pemikiran pada masa ini banyak dipengaruhioleh filsafat barat.