POLA PIKIR KARYA ILMIAH
A. Hakikat Pola Pikir Karya Ilmiah
Pola pikir di dalam karya tulis ilmiah terdiri dari : Pola Deduktif dan Pola Induktif. Pola pikir deduktif merupakan pola berbasis rasio yang menggaris bawahi usaha sistematis untuk merumuskan aturan – aturan penarikan simpulan yang konsisten, lengkap dan rasional dari sesuatu yang umum yang telah diajukan terlebih dahulu. Sementara itu pola induktif merupakan pola yang berbasis empirik yang menggaris bawahi ba wahi usaha sistematis untuk merumuskan aturan – aturan yang memungkinkan pernyataan – pernyataan empiris yang bersifat khusus dapat ditentukan secara kuat.
B. Jenis Pola Pikir Ilmiah
1. Pola Deduktif a. Pengertian Pola Deduktif
Deduktif adalah cara berfikir dari pernyataan bersifat umum ditarik simpulan bersifat khusus, selain itu metode deduktif ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan jalan menarik simpulan mengenanai hal – hal hal yang bersifat umum.
Logika deduktif yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu simpulan sebagai kemestian dari pangkal pikiran sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.Penarikan simpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola piker yang dimaksud silogismus.
b. Jenis Deduktif 1. Menarik Simpulan secara Langsung Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis, yang termasuk ke dalam bentuk penalaran ini adalah sebagai berikut :
a) Konversi Adalah sejenis penarikan kesimpulan secara langsung dengan mempertukarkan term
– term sebuah proposisi atau dengan prinsip – prinsip sebagai berikut : (1) Subjek premis menjadi predikat simpulan (2) Predikat premis menjadi subjek simpulan (3) Kualitas premis sama dengan simpulan (4) Term yang tersebar dalam premis, juga tidak tersebar d alam simpulan
Contoh : Premis : Beberapa pejabat adalah orang jujur. Simpulan : Beberapa orang jujur adalah pejabat.
b) Observasi Adalah sejenis penarikan kesimpulan secara langsung dengan menyangkal lawan dari suatu proposisi positif atau dengan ketentuan prinsip – prinsip sebagai berikut : (1) Subjek premis sama dengan subjek simpulan. (2) Predikat simpulan kontradiktor dengan predikat premis. (3) Kuantitas simpulan kebalikan dari kuantitas premis. (4) Kuantitas simpulan sama dengan kuantitas premis.
Contoh : Premis : Semua mahasiswa adalah orang orang intelek Simpulan :
Tidak ada mahasiswa adalah orang orang yang tak intelek
Tidak ada yang tak intelek adalah mahasiswa
c) Kontraposisi Adalah jenis penarikan dengan prinsip sebagai berikut : (1) Subjek simpulan adalah kontradiktori predikat premis. (2) Predikat simpulan adalah kontradiktori predikat premis. (3) Kuanlitas simpulan tidak sama dengan kuanlitas premis.
(4) Tidak ada term yang tersebar.
Atau penarikan simpulan secara langsung melalui proses observasi, konversi, dan sekali lagi observasi.
Contoh : Premis : Semua pelaut adalah orang rajin. Simpulan :
Tidak seorang pun pelaut adalah orang tidak rajin (observasi terhadap premis)
Tidak seorang pum tidak rajin adalah pelaut (konversi terhadap premis)
Semua orang tidak rajin adalah bukan pelaut (konversi lagi)
2. Menarik Simpulan secara Tidak Langsung Penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data.Dari dua premis dihasilkan dua simpulan.Premis pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.Premis umum biasanya adalah pengetahuan yang semua orang sudah mengetahuin ya.
Beberapa jenis yang termasuk kedalam penalaran ini adalah sebagai berikut :
a) Silogisme Kategorial Adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.Dua proposisi adalah premis dan satu proposisi adalah simpulan.Untuk menghasilkan simpulan diperlukan adanya term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor.Term penengah hanya terdapat pada simpulan.Jika term penengah tidak ada, maka simpulan tidak dapat diambil.
Rumus : PM : Semua A = B Pm : C = A K:C=B
Keterangan : PM = Premis Mayor, menyatakan bahwa semua golongan tertentu (semua A) memiliki sifat atau hal tertentu (B). Pm = Premis minor, menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (C) adalah anggota atau golongan tertentu. K = Kesimpulan, menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang itu (C) memiliki sifat atau hal tersebut pada (B).
Contoh : PM
: Semua binatang bersayap bisa terbang A
Pm
B
: Kupu – kupu binatang bersayap C
K
A
: Kupu – kupu pasti bisa terbang C
B
b) Silogisme Hipotesis Adalah silogisme yang terdiri dari atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.Kalau
premis
minornya
membenarkan
anteseden,
kesimpulannya
membenarkan konsekuen.Sebaliknya kalau premis minornya menolak anteseden, kesimpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh 1) PM
: Jika anda giat belajar, anda akan lulus dalam ujian.
Pm
: Anda giat belajar.
K
: jadi anda akan lulus dalam ujian akhir.
c) Silogisme Alternatif Adalah silogisme yang terdiri dari premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh : PM : Dia adalah seorang dosen atau mahasiswa Pm : Dia seorang dosen K : Dia bukan mahasiswa
Atau jika premis minornya tidak membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya tidak akan menolak alternatif yang lain. Contoh : PM : Dia adalah seorang dosen atau mahasiswa Pm : Dia bukan seorang dosen K : Dia adalah seorang mahasiswa
d) Entimem Adalah silogisme yang dipersingkat atau diperpendek.Di dalam entimem, kita langsung menyebutkan simpulan dan alasannya saja tanpa mengemukakan premis – premis sebelumnya. Contoh : Silogisme PM : Siswa yang baik tidak mau mengutip pekerjaan temannya Pm : Kirana siswa yang baik K : Kirana tidak mau mengutip pekerjaan temannya Entimem Kirana tidak mau mengutip pekerjaan temannya karena siswa yang baik. Sebuah entimem dapat diubah menjadi silogisme seperti contoh dibawah ini. Contoh Entimem Lila harus bekerja keras dan rajin berdoa karena ia ingin hidup sukses. Silogisme PM : Semua orang yang ingin hidup sukses, harus bekerja keras dan rajin berdoa. Pm : Lila ingin hidup sukses. K : Lila harus bekerja keras dan rajin berdoa.
2. Pola Induktif a. Hakikat Pola Induktif Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik simpulan umum dari berbagai kasus yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan jalan menrik simpulan yang bersifat umum. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asa-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu simpulan umum yang bersifat boleh jadi.Simpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan.Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif.
Contoh : Bagaimana mengetahui kebudayaan suku asmat di Papua, tentu untuk mengetahuinya tidak banyak teori yang mendukung, penelitian datang langsung kelokasi, amati, bicara dengan suku asmat tersebut, maka kita akan mengetahui bagaimana kebudayaan suku asmat itu. Alur penelitian dengan nalar induktif berangkat dari bawah, artinya berangkat dari fakta lapangan atau hasil grandtour dan minitour dilapangan dan melihat secara terfokus. Dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara. Data hasil pengamatan dan wawancara merupakan data utama dalam penelitian kualitatif.Dengan melihat kasus-kasus khusus kemudian dibuat simpulan yang bersifat umum, ini yang disebut dengan pola pikir induktif, diperlukan observasi (pengamatan) atau eksperimen yang sungguh-sungguh.
b. Jenis Induktif Penalaran induktif dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa khusus yang kemudian dilanjutkan dengan menyebutkan pernyataan umum, sebagai kesimpulannya. Penalaran induksi digambarkan dalam diagram berikut. 1) Generalisasi
Adalah proses penalaran yang menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai ciri-ciri tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh : Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jadi jiika dipanaskan, semua logam akan memuai.
2) Analogi Adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memilki sifat yang sama. Berdasarkan persamaan-persamaan itulah kita menarik sebuah kesimpulan. Contoh : Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin.Matahari, bumi, bulan, dan bintang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar.Semua bergerak mengikuti irama tertentu.Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang maha besar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada pula penciptanya ?pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaan-ciptaan-Nya itu. Dalam
paragraf
diatas,
membandingkan
antara
mesin
dengan
alam
semesta.Karena mesin, ada penciptanya, yakni manusia, maka dalam paragraf diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa alam pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaanya, maka tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam, yang pasti sangat sayang pada ciptaan-ciptaa-Nya itu.
3) Hubungan kausal Adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memilki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya : Jika huja-hujanan, maka akan sakit kepala atau Rini pergi kedokter karena ia sakit kepala.
a) Sebab-Akibat Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadangkadang lebih dari satu. Contoh : Andaikata angin tiba-tiba bertiup, dan hujan tiba-tiba turun, ternyata tidak sebuah A
B
E
Manga pun yang jatuh. D Tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya buah manga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak. C Pola-pola diatas dapat kita lihat pada rancangan berikut. Angin (A) Angin (A)
hujan
lemparan
(B)
(C)
hujan (B)
mangga jatuh (E) mangga jatuh (E)
b) Akibat-Sebab Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat.Peristiwa ini kita analisa untuk mencari penyebabnya.Sehingga dalam penalaran jenis akibatsebab, peristiwa sebab merupakan simpulan. Contoh : Kemarin Kirei tidak masuk sekolah.Hari ini pun tidak.Pagi tadi ibunya pergi ke apotek membeli obat.Karena itu, pasti Kirei, sedang sakit.
c) Akibat-Akibat Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat.Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat yang kedua.Demikianlah seterusnya, hingga menimbulkan rangkain beberapa akibat. Contoh : Ketika pulang dari kampus Rara melihat tanah disekitar jalan dekat rumahnya becek.Rara langsung menyimpulkan bahwa jemuran dibelakang rumahnya pasti basah.Dalam kasus ini penyebabnya tidak ditampilkan.Yaitu hari hujan.Pola itu dapat dilihat sperti berikut ini. Hujan
menyebabkan tanah becek
(A)
(B)
Hujan
menyebabkan jemuran basah
(A)
(C)
Jadi karena tanah becek, pasti jemuran basah. (B)
(C)
C. Alur Pikir Karya Ilmiah Alur pikir tercakup dalam karya ilmiah dan dapat dijabarkan kedalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap kegiatan penelitian ilmiah.Alur pikir karya ilmiah dapat digambarkan sebagai berikut.
Pertama adalah tentukan terdahulu masalah yang akan diteliti kemudian, rumuskanlah masalah yang akan diteliti tersebut kedalam bentuk pertanyaan pertanyaan yang ingin kita ketahui jawabanny, sehingga terbentuklah pertanyaan penelitian. Contoh : 1. Bagaimana pengaruh pupuk terhadap laju pertumbuhan bibit kedelai ? 2. Apa saja yang mempengaruhi laju pertumbuhan pada bibit kedelai ? 3. Kapan pertumbuhan bibit terjadi paling cepat? Pagi hari, siang hari, atau malam hari ?
Setelah itu, masuk ketahap selanjutnya, rancangan penelitian kita lakukan. Apakah penelitian tersebut bersifat kualitatif atau kuantitatif.
Selanjutnya, pengumpulan data sebagai unit diteliti karakteristiknya. Contohnya ketika ingin mengumpulkan tentang statistic pertumbuhan bibit kedelai, kita harus mengumpulkan data dan karakterisktiknya saja.
Apabila data yang diinginkan sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data, adapun jenis pengolahan data yaitu :
Teknik univariate (analisis yang dilakukan untuk satu variable atau per variable)
Teknik bivariate (analisis yang dilakukan untuk manganalisa hubungan baik, baik yang bersifat correlational , causal , maupun reciprocal )
Teknik dua variable, analisis seperti ini juga disebut Simple Analysis (SA)
Teknik multivariate (analisis yang dilakukan pada tiga atau lebih variable, yang memilki dua atau lebih variable terikat )
Setalah data diolah, maka data tersebut harus disajikan dalam bentuk yang mudah dibaca para pembaca, seperti dalam bentuk grafik, tabel, peta histogram, dan pictogram.
Untuk selanjutnya melakukan analisis data, pada analisis data inilah bisa menemukan jawaban dari penelitia.
Kemudian membuat laporan penelitian agar hasil dari penelitian yang kita lakukan bisa diketahui oleh pihak terkait. Laporan penelitian ini bisa disampaikan dalam bentuk tertulis, tidak tertulis ( melalui presentasi atau seminar ) atau keduanya.
D. Struktur Berpikir Logis
Secara teknis penulisan karya ilmiah merefleksikan proses kreatif yang terstruktur dan logis dalam bagian karya tulis imliah, sehingga pembaca akan memahami darimana sumber pengetahuannya. Pemahaman demikian menggambarkan proses terbangunnya pengetahuan secara mandiri oleh manusia melalui proses kreatif yang terstruktur dan bertahap, sampai terbangunnya pengetahuan individual knowledge construction. Proses penulisan ilmiah merupakan rangkain aktivitas penulisan ilmiah yang bersifat
kritis, kreatif, terutama untuk melahirkan pemikiran baru (original). Model berpikir logis yang terdiri dari beberapa kategori, seperti berikut yaitu. 1. Model berpikir kritis ( critical thinking model ). 2. Model berpikir kreatif (creative thinking model ). 3. Model berpikir solutif ( problem solving thinking ).
Daftar Pustaka