PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (H ibi scus sabdari L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA abdari ff a L.) TERHADAP DARAH MENCIT ( M us mus ) ) musculus culus
PROPOSAL Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Yang Dibina Oleh Bapak Dr. Hadi Suwono, M.Si
Disusun oleh : Kelompok 5 / Offering B Anggota : 1 Aqidatul Izza 2. Wiwit Rahayu
130341614789 130341614789 130341603362 130341603362
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Oktober 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari nenek moyangnya ialah melakukan pengobatan sendiri jika menderita sakit. Pengobatan sendiri di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional atau j amu dan obat-obat paten baik dari golongan obat bebas maupun golongan obat bebas terbatas (Sartono, 1996). Sejak ribuan tahun yang lalu, obat dan pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modernnya dikenal masyarakat (Wij ayakusuma, 2002). Tumbuh-tumbuhan punya peran penting dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu digunakan masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan yang masih kaya dengan keanekaragaman tumbuhannya . Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan pun memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia. Obat tradisional Indonesia masih sangat banyak yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal dari bahan tumbuhan . Saat ini rosela ( Hibiscus sabdariffa L.) menjadi begitu populer. Hal ini disebabkan hampir seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk kebutuhan pengobatan, terutama untuk pengobatan alternatif. Selain itu, rosela memiliki kandungan senyawa kimia yang dapat memberikan banyak manfaat salah satunya adalah sebagai obat herbal penyakit diabetes melitus (Mardiah dkk, 2009). . Pengobatan dan pemeliharaan kesehatan diabetes melitus telah menyedot dana yang sangat besar tiap tahunnya. Dengan makin banyaknya obat paten untuk penderita diabetes melitus, biaya pengobatan pun makin mahal dan tidak
terjangkau terutama bagi penderita di negara-negara berkembang seperti Indonesia .Semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes dan tingginya biaya pengobatan penyakit tersebut, membuat banyak orang beralih ke pengobatan herbal dengan memanfaatkan tanaman yang banyak mengandung zat kimia bermanfaat di dalamnya. Karena itu, kelompok kami memutuskan untuk meneliti pengaruh konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kadar gula darah mencit. Mungkin penelitian ini selanjutnya dapat dikembangkan menjadi pengaruh konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kadar gula darah manusia. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah untuk latar belakang diatas adalah : A. apakah konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella berpengaruh terhadap kadar gula darah mencit? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : A. mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kadar gula darah mencit. 1.4 Hipotesis Hipotesis kami tentang penelitian ini adalah : A. konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella berpengaruh terhadap kadar gula darah mencit. B. semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga rosella semakin menurun kadar gula darah mencit. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk : a. sebagai salah satu bentuk pengembangan kreatifitas yang dapat digunakan untuk peningkatan tingkat kesehatan masyarakat b. sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan dalam menerima materi di bangku perkuliahan melalui pengaplikasian langsung di masyarakat 1.5.2 Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Sumber informasi terbaru tentang pemanfaatan tanaman herbal untuk penyembuhan penyakit diabetes melitus b. Salah satu cara peningkatan kesehatan masyarakat tanpa mengeluarkan biaya pengobatan yang tinggi 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah pemanfaatan ekstrak bunga rosella demgan pelarut berupa etanol 70% sebagai larutan untuk menurunkan kadar gula darah pada mencit jantan.
1.7 Definisi Operasional 1.7.1 Ekstrak rosella Ekstrak rosella merupakan ekstrak etanol dari kelopak bunga rosella. Kelopak bunga rosella didapat dari kebun tanaman herbal pribadi milik paman salah satu anggota tm peneliti di daerah Pakisaji Kabupaten Malang. Dikeringkan dan diekstraksi di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Negeri Malang dengan teknik perkolasi sebagai metode penyarian karena beberapa keuntungan yang dimilikinya, yaitu hasil ekstraksi berupa bahan aktif yang tinggi serta singkatnya waktu pembuatan.Konsentrasi ekstrak rosella dibuat dengan 4 konsentrasi yaitu 30%, 60%, dan 90%. 1.7.2 Kadar Gula Darah Yang dimaksud adalah kadar gula darah tikus putih adalah kadar gula darah yang diukur sebelum perlakuan, 7 hari setelah induksi aloksan dan setelah pemberian perlakuan selama 28 hari. Pengukuran kadar gula darah dilakukan dengan cara mengambil darah tikus putih melalui sinus orbitalis dengan menggunakan tabung mikro kapiler sebanyak 1 ml ti ap ekor. Kemudian diperiksa kadar gula darahnya pada laboratorium dengan metode glucose oxidase, yaitu 1 ml darah tikus putih dipusingkan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit kemudian diambil serumnya. Kurang lebih 0,5 serum dimasukkan ke dalam sample cup, kemudian dimasukkan ke dalam alat pemeriksa (stardust) dan didapatkan kadar gula darah tikus putih dengan satuan
mg/dl. Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio. Alat pemeriksa ( stardust ) didapat melalui peminjaman alat ke salah satu teman kelas yang orang tuanya terserang penyakit diabetes melitus. Opsi la in untuk pengadaan alat ini adalah dengan meminjam di Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS ) terdekat. 1.7.3 Mencit yang digunakan untuk penelitian ini adalah mencit dengan jenis kelamin jantan, usia 1 bulan, dan ditempatkan pada ukuran kandang yang sama dan diletakkan pada tempat hewan percobaan di gedung Biologi O5 Universitas Negeri Malang dengan suhu ruang yang sama yaitu 28° C
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman Rosella Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Malvales Suku : Malvaceae Marga : Hibiscus Jenis : Hibiscus sabdariffa L.(Bakti Husada, 2001) Tanaman sebagai bahan obat telah dimanfaatkan masyarakat Indonesia sejak dahulu, salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai bahan obat saat ini yaitu bunga rosella ( Hibiscus sabdariffa L.) yang menjadi begitu popular, hal ini dikarenakan hampir seluruh bagian tanamannya dapat digunakan untuk kebutuhan pengobatan. Nilai gizi dan kandungan kimia dari rosella diantaranya adalah vitamin C, vitamin A, dan 18 jenis asam amino yang diperlukan tubuh, protein, karbohidrat, tiamin, kalsium, antosianin, niacin, flavonoid, alkaloid dan asam stearat. Antosianin, flavonoid, dan polyphenol merupakan zat kardioprotektif pencegah penyakit kardiovaskular yang terdapat dalam kelopak bunga rosella. Selain itu kelopak bunga rosella juga berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol darah, antikanker, peluruh air seni, merangsang keluarnya empedu dari hati, antihipertensi, antidiabetes, mengurangi kekentalan (viskositas) darah, antiskorbut (sariawan akut), mengurangi batuk, meningkatkan peristaltik usus serta terapi gangguan liver dan asam urat (Ariati, 2012). Di antara banyak khasiatnya, kelopak bunga rosela diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi, dan antidiabetes (Mardiah et al , 2009).
Diabetes Mellitus (DM) terjadi akibat ketidakmampuan menggunakan dan over produksi glukusa (hiperglikemik). Berbagai jenis pengobatan sudah dilakukan yaitu dengan menggunakan obat sintesis maupun tradisional. Salah satunya dengan memanfaatkan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) sebagai obat tradisional (Atiqoh et al ,2011). Metode penyarian yang digunakan untuk mendapat ekstrak rosella adalah metode perkolasi. Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin
per yang artinya
melalui dan colare yang artinya merembes. Secara umum dapat dinyatakan sebagai proses di mana obat yang sudah halus zat larutnya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat dalam suatu kolom. Obat dimampatkan dalam alat ekstraksi khusus disebut perkolator, dengan ekstrak yang telah dikumpulkan disebut perkolat (Ansel, 1989). Perkolasi dilakukan dalam wadah silindris atau kerucut, yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan ekstraksi yang dimasukkan secara kontinu dari atas mengalir lambat melintasi jamu yang umumnya berupa serbuk kasar. Hasil ekstraksi berupa bahan aktif yang tinggi, ekstraksi yang kaya ekstrak dan suatu pemanfaatan jamu secara optimal serta singkatnya waktu pembuatan merupakan keuntungan dari perkolasi (Voigt, 1994). Cairan pengekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70% karena etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih rendah (Departemen Kesehatan RI, 1991). Selain itu etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut, mengendapkan bahan putih telur dan menghambat kerja enzim (Voigt, 1994). Pada uji farmakologi/ bioaktivitas pada hewan percobaan, keadaan diabetes melitus dapat diinduksi dengan cara pankreatektomi dan pemberian zat kimia (Suharmiati, 2003). Bahan toksik yang mampu menimbulkan efek pankreatektomi disebut diabetogen, diantaranya adalah aloksan, pyrinuron, dan streptozotosin (Ganong, 1981). Selain itu, zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai induktor (diabetogen) yaitu diaksosida, adrenalin, glukagon, EDTA. Diabetogen diberikan secara parenteral. Diabetogen yang lazim digunakan adalah aloksan karena obat
ini cepat menimbulkan hiperglikemi yang permanen dalam waktu dua sampai tiga hari. Aloksan (2,4,5,6-tetraoxypirimidin) secara selektif merusak sel dari pulau Langerhans dalam pankreas yang mensekresi hormon insulin (Suharmiati, 2003).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih 1 bulan. Dua puluh tujuh hari untuk pengambilan data dan tiga hari pertama untuk mengkondisikan mencit sebelum diberi perlakuan. Penelitian ini dilakukan di tempat hewan percobaan yang berlokasi di gedung Biologi O5 lantai 2 Universitas Negeri Malang. -
Judul : Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kelopak Bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit ( Mus musculus )
-
Hipotesis : Konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella Hibiscus sabdariffa L.) berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah mencit ( Mus musculus )
-
Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella Level
0%
30%
60%
90%
Ulangan
2
2
2
2
-
Variabel terikat : penurunan kadar gula darah mencit
-
Variabel kontrol : usia mencit, jumlah dan jenis makanan mencit, jenis kelamin mencit, letak kandang mencit, dan berat mencit
3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah hewan mencit. Sedangkan sampelnya adalah 8 hewan mencit jantan yang berumur 2 minggu dengan berat badan yang relatif sama. Mencit- mencit ini telah diinduksi aloksan 3 hari sebelum perlakuam. 3.3 Prosedur 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Menenentukan besar sampel dan adaptasi Sebanyak 8 ekor mencit jantan yang umurnya sama dibagi menjadi 4 kelompok ditaruh di 4 kandang 3. Membuat ekstrak kelopak bunga rosela ( Hibiscus sabdariffa L.) Ekstrak dibuat dengan metode perkolasi dengan pelarut etanol 70%.
a. Konsentrasi 30% Menimbang 90 gram kelopak rosella kering, lalu dihaluskan. Masukkan ke saringan yang dibawahnya diberi gelas beaker 500 mL. Tuang etanol 70% ke saringan berisi kelopak rosella kering sedikit demi sedikit hingga larutan di gelas beaker mencapai volume 300 mL. b. Konsentrasi 60% Menimbang 180 gram kelopak rosella kering, lalu dihaluskan. Masukkan ke saringan yang dibawahnya diberi gel as beaker 500 mL. Tuang etanol 70% ke saringan berisi kelopak rosella kering sedikit demi sedikit hingga larutan di gelas beaker mencapai volume 300 mL. c. Konsentrasi 90% Menimbang 270 gram kelopak rosella kering, lalu dihaluskan. Masukkan ke saringan yang dibawahnya diberi gelas beaker 500 mL. Tuang etanol 70% ke saringan berisi kelopak rosella kering sedikit demi sedikit hingga larutan di gelas beaker mencapai volume 300 mL. 4. Mencit diukur kadar gula darahnya setelah dipuasakan selama 16 jam pada hari sebelumnya. 5. Setelah diukur kadar gula darahnya, pada hari yang sama semua mencit diinduksi aloksan dengan dosis 33 mg/200 g BB. 6. Pada hari ke-7, mencit dipuasakan 16 jam untuk pengukuran kadar glukosa darah 7.
Pada hari ke 8 hingga hari ke-27, tiap mencit kecuali pada mencit di kandang 1 (kelompok kontrol) diberi 2 mL ekstrak kelopak rosella /berat badan dengan konsentrasi berbeda yaitu: Kandang 1: tidak diberi Kandang 2: diberi ekstrak kelopak rosella dengan konsentrasi 30% Kandang 3: diberi ekstrak kelopak rosella dengan konsentrasi 60% Kandang 4: diberi ekstrak kelopak rosella dengan konsentrasi 90% Pemberian ekstrak dengan menggunakan pipet yang dimasukkan ke mulut mencit.
8. Pada hari 1-30 beri makan dan minum mencit dengan jumlah dan frekuensi sama.
9. Setelah hari ke-8, setiap 5 hari sekali kadar gula darah mencit diukur dengan alat pengukur kadar gula darah. Sebelum diukur mencit harus dipuasakan 16 jam. 10. Kadar gula darah mencit dicatat didalam tabel.
3.4 Teknik dan Instrumen Penelitian Teknik penelitian yang digunakan adalah glucose oxidase, yaitu 1 ml darah mencit dipusingkan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit kemudian diambil serumnya. Kurang lebih 0,5 serum dimasukkan kedalam sample cup, kemudian dimasukkan ke dalam alat pemeriksa (star dust) dan didapatkan kadar gula darah mencit dengan satuan mg/dl. Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio. J adi, instrument penelitian yang digunakan adalah alat pemerikasa kadar gula darah ( Stradust ).
3.5 Analisis Data Data pengukuran kadar gula darah yang digunakan adalah rata-rata selisih penurunan kadar gula darah. Rata-rata selisih penurunan kadar gula darah didapatkan dari kadar gula darah mencit setelah induksi aloksan dikurangi kadar gula darah mencit setelah perlakuan. Data tersebut kemudian dilakukan uji statistik anava tunggal dalam RAK. Uji anava digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata lebih dari dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. RAK adalah satu rancangan yang dipakai karena media dan waktu percobaan tidak homogen. Pada penelitian kami media yang digunakan tidak homogen karena perlakuan diberikan pada 8 ekor mencit bukan satu ekor mencit dan pemberian perlakuan tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan karena tidak mungkin kita meemberikan perlakuan pada saat bersamaan untuk 8 ekor mencit tersebut. Dari analisis varian tunggal ini nantinya akan diperoleh angka F hitung. F hitung diperoleh melalui tahap tahap perhiitungan jumlah kuadrat total, jumlah kuadrat perlakuan, jumlah kuadrat ulangan. Dari perhitungan jumlah kuadrat tersebut, kita bisa mendapatkan jumlah kuadrat galat. Selanjutnya mencari nilai db dari masing masing sumber keragamannya. Setelah db diketahui, dicari nilai kuadrat
tengah dari setiap sumber keragaman. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung angka F hitung. F hitung selanjutnya dibandingkan dengan F tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis penelitian diterima. Namun jika nilai F hitung lebih kecil dari F tabel maka hipotesis penelitian ditolak dan hipotesis 0 diterima.
DAFTAR PUSTAKA Ariati, Reci.2012. Pengaruh Fraksi Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Kadar Kolesterol Darah TikusPutih Jantan Hiperkolesterol dan Hiperkolesterol Disfungsi Hati.(Online).( http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/PENGARUHFRAKSI-AIR-KELOPAK-BUNGA-ROSELLA.pdf) diakses pada tanggal 11 Oktober 2014. Atiqoh,Hanik. Wardani, Ratih Sari. Meikawati, Wulandari.2011. Uji Antidiabetik Infusa Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Glukosa.(Online).( jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/view/587/639) diakses pada tanggal 11 Oktober 2014 Bakti Husada. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Ganong W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 21. Penerjemah: M. Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: EGC Mardiah., Sawarni, H., R. W. Ashadi., A. Rahayu. 2009. Budi Daya dan Pengolahan Rosela si Merah Segudang Manfaat . Cetakan 1. Jakarta:Agromedia Pustaka. Sartono. 1996. Apa Yang Sebaiknya Anda Ketahui Tentang Obat-Obatan Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat . Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi IV. Yogyakarta: UGM Press Wijayakusuma, H. 2002. Tumbuhan Berkhasiat Obat: Rempah, Rimpang dan Umbi. Jakarta: Milenia Populer