PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN TINGKAT KEPUASAN INTERAKSI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA MATARAM
PROPOSAL PENELITIAN Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Disusun Oleh : DIAN KHOLIDA ELTARI A1B114051
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI MANAJEMEN REGULER SORE UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Lansia merupakan kelompok penduduk yang rentan masalah baik ekonomi, social, budaya, kesehatan dan psikologi (Partini, 2004). Sementara lansia terus mengalami peningkatan dengan persentasi usia 65 tahun keatas yaitu 12,7 % populasi di USA. Ditahun 2000, diharapkan 13% populasi lansia yang mencapai di tahun 2030 (Fatima, 2010) . Secara demografi lansia di Indonesia termasuk 5 besar terbanyak di dunia degan jumlah lansia sesuai dengan sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk) pada 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa di perkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa (departemen kesehatan RI 2010) . Menurut Fatimah (2010), jumlah lanjut usia pada 2000 kurag lebih 13,2 juta jiwa pada tahun 2004 meningka menjadi 15,3 juta jiwa kemudian ada tahun 2005 diperkirakan meningkat menjadi 19,9 juta jiwa atau 8,48% dari penduduk. Sementara jumlah lanjut usia yang terlantar berjumlah 2.848.854 jiwa (data Pusdati Kesos, tahun 2002). Mayoritas (67%) lanju usia tinggal bersama keluarganya, hanya 13% yang hidup sendiri. Persentase pasien lanjut usia yang tinggal di panti meningkat secara drastic. Saat ini sekitar 5% penghuni panti berusia 65 tahun, 6% berusia 75 – 84 tahun dan 24% berusaha 85 tahun keatas. Di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2013 jumlah penduduk lansia mencapai 333,113 jiwa, pada tahun 2014 terjadi peningkatan menvcapai 338,60 jiwa dari jumlah total penduduk NTB berjumlah 4,434,012 jiwa dari data jumlah lansia di NTB yang terus mengalami peningkatan mengharuskan tenaga kesehatan lebih intensif dalam memberikan layanan terutama di pant jompo (BPS NTB, 2013) . Menigkatnya jumlah penduduk yang tergolong lansia dan umur harapan hidup di Indonesia, satu sisi sangat menggembirakan, karena pembangunan yang dilakukan telah menunjukkan keberhasilan. Namun di sisi lan merupakan beban tambahan yang tidak ringan bagi pemerintah. Banyak alternative dikemukakan, diantaranya menempatkan
lansia di suatu panti jompo. Hal ini dikarenakan lansia pada umumnya akan banyak teman sebaya dan diduga lebih memberi arti kehidupan dengan harapan mendapatkan ketenangan dan kepuasan hidup di hari tua yang meliputi kepuasan layanan, aktivitas dan interaksi (AFDOL, 2004). Namun ternyata para lansia penghuni panti jompo menyatakan kurang puas dan tidak puas dalma aspek interaksi dengan sesame penghuni panti dengan persentase 77% (PPKP lemlit Unair, 2004). Secara garis besar factor yang mempengaruhi kepuasan hidup terdiri dari factor eksternal, lingkungan kerja keluarga, masyarakat atau organisasi panti sedangkan factor internal adalah tipe kepribadian (ISKANDAR, 2004) Masing – masing sifat dan kepribadian itu mempunyai konsekuensi pada interaksi atau perbedaan orang tersebut dengan lingkungan nya, seperti pada tipe kepribadian introvert dan ekstrovert. Namun adanya dugaan bahwa factor tipe kepribadian lansia dip anti masih perlu penjelasan (ISKANDAR, 2004). Para lansia terutama interaksi sesame anggota keluarga ini sangat menjadi perhatian karena mempengaruhi psikologis lansia dan sebagai indicator kebahagiaan/kepuasan hidup lansia. Apabila kepuasan ini tidak tercapai maka perasaan itu menjadi kebiasaan yang sulit dirubah sehingga menimbulkan hancurnya penyesuaian diri baik secara pribadi maupun social selama hidup, sehingga mempengaruhi kesehatan fisik dan metal (HURLOCK, 1998). Berdasarkan fenomena lansia di atas calon peneliti tertarik melakukan penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram dengan jumlah lansia 76 orang yang terdiri dari 26 orang laki – laki dan 50 orang wanita dengan karakter dan tingkah laku yang berbeda – beda. Ahli psikologi CURL GUSTAV JUNG mengemukakan dua cirri kepribadian utama yang dikenal introvert dan exstrovert. Tipe tersebut berpengaruh terhadap pola interaksinya. Pada dasarnya tipe introvert lebih mengutamakan pikiran, perasaan, cita – cita sendiri menjadi sumber minatnya, senang merenung dan merencanakan sehingga sering tampak menyendiri, tingkah laku lamban da ragu – ragu, tidak suka dengan pola kehidupan yang melibatkan orang banyak sehingga sangat akrab justru tidak memuaskan perasaannya.
Ciri – ciri kepribadian Introvert, adaptasi terhadap dunia luar biasanya sulit dan buruk, sedangkan tingkah lakunya lamban dan ragu – ragu (KARTINI, 1996). Dia lebih senang menyendiri, tidak suka dengan orang baru, tidak suka bicara di depan umum, tidak suka menonjol. Dia tidak berani memulai percakapan, khususnya dengan orang baru. Dia terlihat kaku bila bersama orang banyak, apalagi orang yang tidak dikenal. Dia juga mudah tesinggung oleh lelucon yang megenai dirinya. Dia juga kurang percaya diri, pemalu dan pendiam (ISKANDAR, 2004). Sedangkan tipe ekstrovert berorientasi keduia luar, berprinsip praktis, cepat bertindak dan cepat mengambil keputusan karena orientasi hidup masa kini. Tipe ini lebih suka turut secara aktif di tengah orang – orang sehingga mudah menyesuaikan diri dan biasanya disenangi lingkungannya (SABRI,2001). Ciri – cirri kepribadian Extrovert, lebih menyukai bersama orang lain. Dia tidak merasa terpaksa untuk bersama orang lain atau hadir dalam acara – acara social. Dia juga tidak merasa kaku untuk berbicara di depan khalayak ramai yang belum di kenal. Dia mudah bergaul dan menyenangi bertemu dengan orang – orag baru, dia tidak kaku dan canggung dalam pergaulan. Biasanya dia diseangi oleh libgkungannya, tindakannya cepat dan tegas (ISKANDAR, 2004). Sesuai dengan pendapat COSTA dan MC CRAE bahwa kepuasan hidup akan lebih mudah diperoleh bagi lansia yang berkpribadian extrovert daripada introvert (AFDOL, 2004). Dari penjelasan latar belakang tersebut, maka calon peneliti tertarik untuk mengambil judul “ Perbedaan tipe kepribadian extrovert dan introvert terhadap tingkat kepuasan interaksi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram”. B. Rumusan masalah Berdassarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut “Apakah ada perbedaan tipe kepribadian extrovert dan introvert dengan tingkat kepuasan interaksi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian (extrovert dan introvert) dengan tingkat kepuasan interaksi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakama Mataram.
2. Tujuan Khusus
Mengindentifikasi tipe kepribadian (extrovert dan introvert) di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.
Mengidentifikasi tingkat kepuasan interaksi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.
Menganalisa perbedaan tipe kepribadian (extrovert dan introvert) dengan tingkat kepuasan interaksi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Menambah
pengalaman
dan
pengetahuan
peneliti
sehingga
kelak
mampu
mengaplikasikan dalam masyarakat sesuai dengan konsep dan teori yag ada. 2. Bagi Institusi Pelayan Kesehatan
Sebagai bahan pertimbagan bagi petugas panti dalam meningkatkan kepuasan interaksi di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram sesuai dengan tipe kepribadian.
Mengembangkan ilmu dan keterampilan merawat lansia yang mengalami masalah kesehatan.
3. Bagi Lansia Membantu
lansia
memahami
interaksi
yag
digunakan
dalam
kehidupan
bermasyarakat. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai data awal yang dapat di kembangkan proses penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Konsep
1. Konsep dasar kepribadian i.
Definisi kepribadian Menurut Sunaryo (2004), menyatakan bahwa ada beberapa batasan kepribadian, diantaranya sebagai berikut :
Kepribadian adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain
Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari system – system psikologis dalam individu yang menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya.
ii.
Kepribadian adalah struktur yang terdiri dai tiga system, yaitu ide, ego dan
super ego. Pola dan struktur kepribadian Menurut Sabri (2001), pola kepribadian yang dimaksud disini, ialah gambaran tentang garis – garis besar (bentuk) kepribadian manusia pada umumnya. Menurut Jung seperti dikutip Kartono (1996) kepribadian atau psyche adalah totalitas dari semua peristiwa psikis, baik yang sadar maupun yang tidak sadar.
iii.
Tipologi kepribadian Carl Gustav Jung Profesor C.G Jung membedakan tiga type kepribadian, bergantung pada sikapnya terhadap dunia luar dan dunia sendiri yaitu tipe introvert, tipe extrovert dan ambivert (Sunaryo, 2004). Ciri – cirri tipe kepribadian tersebut adalah sebagai berikut :
Extrovert Kelemahan dirinya adalah dia bisa hanyut terbawa atas dunia luar dan berbuat terlampau cepat tanpa pertimbangan (Kartini, 1996).
Introvert Adaptasi terhadap dunia luar biasanya sulit dan buruk, sedangkan tingkah lakunya lamban dan ragu – ragu.
Ambivert Tipe kepribadian seseorang yang memiliki kedua tipe dasar sehingga sulit
iv.
untuk masuk kedalam slah satu tipe (Extrovert dan Introvert). Tes kepribadian/personality MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory) adalah suatu instrument psikologi complex yang didesain untuk mendiagnosis tipe kepribadian serta keadaan untuk mental penderita, yang pada awalnya (tahun 1930 – 1940) digunakan untuk mengetahui kondisi penderita dalam berbagai kategori neurotic maupun psikotik. Pada perkembangannya penggunaan MMPI kemudian meluas untuk berbagai keperluan, termasuk digunakan di lembaga – lembaga tenaga kerja, pusat – pusat konseling di universitas, klinik – klinik kesehatan jiwa, sekolah – sekolah maupun di industry – industry, MMPI juga banyak digunakan untuk penelitian dan seleksi. Pada tes ini penderita di minta member jawaban “ya” atau “tidak” pada banyak pertanyan. Kemudian hasil yang timbul berupa skala – skala yang kemudian dianalisis serta di simpulkan, sesuai profil peningkatan atau penurunan atau moral skala. Pada penelitian ini hanya di kaji skala kepribadian introvert dan extrovert dan terdiri 24 item yang mewakili kepribadian extrovert. Pada tes ini jawaban di cocokan degan kunci jawaban yang ada. Diberi
nilai 1 untuk jawaban yang cocok dan nilai 0 untuk jawaban yang tidak cocok. 2. Konsep dasar kepuasan hidup/kebahagiaan Menurut Eliabet B. Hurlock (1998), kepuasa hidup yang biasanya di sebut “kebahagiaan’ timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan dan merupakan penyebab atau sarana untuk mpengalaman – pengalaman yang disertai tingkat kegembiraan.
Hasil penelitian beberapa ahli psikologi diiktisarkan ada beberapa esensi kepuasan adalah sikap menerima (acceptance), kasih saying (affection), dan prestasi (achievement), sering disebut sebagai “tiga A kebahagiaan” (three A’s Happyness).
Sikap menerima (acceptance) orang lain dipengaruhi sikap menerima diri yang timbul dari penyesuaian social yang baik.
Kasih saying/cinta (affection) merupakan hasil normal dari sikap diterima oleh orang lain. Prestasi (achievement) merujuk pada tercapainya tujuan seseorang. Kalau tujuan ini secara realistis tinggi, maka akan timbul kegagalan dan yang bersangkutan akan merasa tidak puas dan tidak bahagia.
3. Konsep dasar lansia i.
Pengertian Menurut Alex Comfort yang dikutip oleh Afdol (1995), lansia adalah suatu keadaan yang di tandai oleh kegagalan dari mahluk hidup untuk
mempertahankan keseimbangan (homoestasis) terhadap kondisi stress fisiologis. ii. Tugas perkembangan usia lanjut
Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatannya.
Menyesuaikan diri dengan masa pension dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga.
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
iii. Perubahan – perubahan yang tejadi pada lansia
Perubahan
fisik,
pendengaran,
meliputi
system
perubahan
penglihatan,
sel,
system
system
syaraf,
system
kardiovaskuler,
system
pengaturan temperature tubuh, system respirasi, system gastrointestinal, system genitoriunaria, system kulit, dan sistem musculoskeletal.
Perubahan Mental. Factor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, kesehatan secara umum, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
Perubahan Psikososial, seperti merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of morality).
Perkembangan spiritual, agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. 4. Konsep dasar interaksi social i.
Pengertian Menurut Sunaryo (2004) menyatakan ada beberapa batasan pengertian interaksi social, antara lain : interaksi social adalah perbedaan – perbedaan yang menyangkut perbedaan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok, dalam bentuk kerjasama serta persaingan atau pertikaian. Interaksi social suatu perbedaan antara dua atau lebih individu manusia, dimana prilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakua individu yang lain atau sebaliknya.
ii. Bentuk interaksi social Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip Sunaryo (2004), ada 4 bentuk interaksi social, yaitu : Kerjasama (cooperation), merupakan salah satu usaha bersama antara
perorang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Persaingan (competition), merupakan suatu proses social dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidangkehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian public atau mempertajam prasangka yang telah ada.
Pertikaian (Conflict), merupakan suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.
Akomodasi atau penyesuaian diri (accommodation), merupakan suatu cara menyelesaikan pertentangan tapa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadian.
iii. Jenis interaksi social
Interaksi antara individu dan individu. Interaksi ini terjadi pada saat dua individu bertemu, walaupun bias juga pertemuan tersebut tanpa tindakan apa – apa.
Interaksi antara individu dan kelompok Interaksi ini bentuknya berbeda – beda sesuai keadaan. Interaksi jenis ini mencolok manalaka terjadi benturan antara kepentingan per-orangan dengan kepentingan kelompok.
Interaksi antara kelompok dan kelompok Kelompok sebagai kesatuan bukan pribadi, misalnya perbandingan sepak bola antara kesebelasan A dan B.
iv. Proses interaksi social Ada dua isyarat agar terjadi interaksi social, yaitu :
Kontak social merupakan akal individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku dan si penerima membalas aksi itu dengan reaksi.
Komunikasi, dituntut adanya pemahaman makna dari pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikasi hampir sama dengan kontak, tetapi dengan adanya kontak tentu terjadi komunikasi.
Kerangka konseptual Perbedaan Tipe Kepribadian dengan Tingkat Kepuasan interaksi lansia menurut Teori C.G Jung. Kepribadian
Trait
Self consept Personality Trait
Struktur Kepribadian Concious < Unconcious
-
Concios
-
Unconcios
Unconcious < Concious
Minat ke arah luar
Minat kea rah dalam
Praktis Intuitif Bertindak
Merenung
Turut serta aktif dengan masyarakat/orang
Menyendiri
Interaksi Tipe introvert -
Kerjasama - Persaingan
-
Pertikaian - Akomodasi
Tipe Eksrovert
Kasih sayang Sikap
Prestasi Tingkat kepuasan interaksi (tinggi, sedang, kurang)
: di ukur : tidak diukur
B. Hipotesis Terdapat perbedaan antara tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dengan tingkat kepuasan interaksi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan control beberapa factor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nusalam, 2003). Rancangan juga bisa di pergunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan oleh calon peneliti adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Dimana calon peneliti melakukan pengukuran variable pada suatu saat. Kata suatu saat bukan berarti semua subjek di observasi satu kali saja dan pengukuran variable subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah pengkajian dari sebuah penelitian (Sugiyono, 2010).
Pada penelitian ini akan dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram yang menjadi subjek penelitian adalah semua lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. C. Populasi, Sample dan Teknik Sampling
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini penelitian ini populasinya adalah lansia yang berada di panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram yang berujumlah 76 orang lansia. 2. Sampel dan besar sampel Sampel adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini peneliti akan memilih dengan cara Non Probability Sampling jenis Purposive Sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003.
Dengan criteria sampel yang digunakan yaitu criteria inklusi dan eksklusi. Criteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari populasi
target dan terganggu yang akan diteliti (Nursalam, 2011). Criteria ekslusi adalah cirri – cirri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel (Notoatmodjo, S. 2010) D. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah objek peneliti atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini variabel dibedakan menjadi variabel independen dan dependen. 1. Variabel independen Variable
independen
adalah
factor
yang
diduga
sebagai
factor
yang
mempengaruhi variabel dependen (Srikandi, 1997), variabel independen pada penelitian ini adalah tipe kepribadian (introvert dan exstrovert). 2. Variabel dependent Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas (Notoatmodjo, 1993). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan interaksi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram E. Definisi Operasional
Table definisi operasional Variabel
Definisi
Parameter
Alat ukur
operasional Pola
tingkah Kepribadian
independen
laku
tipe kepribadian
seseorang Jung. yang sudah 1. Introvert
menurut C. G.
menjadi sifat 2. Exstrovert yang
tampak dalam kegiatan sehari – hari.
Skor
pengukuran
Variabel
khas
Skala
Kuesioner
Nominal
1. Pertanyaan positif Jawab “ya” = 1 Jawab “tidak” = 0 2. Pertanyaan negative Jawab “ya” = 1 Jawab “tidak” = 0 Jumlah skor : Sangat tinggi = 10 Tinggi = 8 Rata – rata= 6 Rendah = 4 Sangat rendah = 2
Variabel
Penelitian
dependen :
responden
Kepuasan
terhadap
2. Kasih
interaksi
interaksi
saying
sehari – hari
1. Sikap
kuesioner
menerima
3. prestasi
dengan sesama hubungan personal.
ordinal
Klasifikasi : 1 = introvert 2 = extrovert Pertanyaan positif : 4 = sangat memuaskan 3 = cukup memuaskan 2 = kurang memuaskan 1 = tidak memuaskan Pertanyaan negative : 1 = sangat memuaskan 2 = cukup memuaskan 3 = kurang memuaskan 4 = tidak memuaskan Jumlah skor : Tinggi : 76 – 100% Sedang : 55 – 75% Rendah : 55%
F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan data
1. Instrument
Tipe kepribadian Instrument penelitian (alat pengumpulan data) yang digunakan adalah dalam bentuk wawancara. Untuk mengukur tipe kepribadian exstrovert dan introvert digunakan tes personality yaitu modifikasi MMPI (Minessota multiphasic Personality Inventory) oleh yayasan Dharma Graha berbahasa Indonesia di susun oleh Dr. H. Yul iskandar, Ph. D. tes ini dalam bentuk kuesioner Closed Ended Dichotomy Question yaitu pertanyaan tertutup dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
Tingkat kepuasan interaksi Untuk mengetahui tingkat kepuasan interaksi menggunakan kuesioner Closed Ended Multiple Choice yaitu pertanyaan tertutup dengan empat alternative jawaban yaitu tidak puas = 1, kurang puas = 2, cukup = 3, dan sangat puas = 4.
2. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram denganlama waktu penelitian sekitar 2 minggu dengan jumlah responden sebanyak 25 orang yang berdasar pada criteria inklusi.
G. Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Dharminto, 2007). Analisa data yang digunakan dalam penelitian mengenai Perbedaan tipe kepribadian dengan tingkat kepuasan interaksi lansia yaitu menggunakan program SPSS dengan uji statistic Chi-square dengan derajat kemaknaan α < 0,1, artinya p < 0,1. 1. Analisa deskriptif i. Variabel tipe kepribadian
Tipe introvert Tipe introvert terdiri dari 10 pertanyaan, yang terdiri dari 5 pertanyaan positif ( no 1, 2, 4, 7, 8) dan 5 nomor lainnya adalah pertanyaan negative (no 3, 5, 6, 9, 10). Pertanyaan positif jawaban “ya” nilai 1, bila “tidak” nilai 0. Pertanyaan negative jawaban “ya” nilai 0, bila “tidak” nilai 1. Jumlah skor dikategorikan sangat tinggi bila jumlah 10, tinggi 8, rendah 4, dan sangat rendah 2.
Tipe extrovert Tipe extrovert terdiri dari 10 pertanyaan (no 11-20) terdiri dari pertanyaan positif (no 11, 12, 14, 17, 18) dan 5 nomor lain nya pertanyaan negative. Pertanyaan positif jawaban “ya” nilai 1, bila “tidak” nilai 0. Pertanyaan negative jawaban “ya” nilai 0, bila “tidak” nilai 1. Jumlah skor dikategorikan sangat tinggi bila jumlah 10, tinggi 8, rata – rata 6,
rendah 4, dan sangat rendah 2. ii. Variabel tingkat kepuasan interaksi Untuk mengukur tingkat kepuasan interaksi, diukur dengan skala likert yang terdiri dari 4 jawaban, yaitu : sangat puas = 2, cukup puas = 3, kurang puas = 2, tidak puas = 1. Terdapat 15 pertanyaan terdiri dari 11 pertanyaan positif (no 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 15) dan 4 pertanyaan negative (no 2, 6, 10, 12). Kepuasan interaksi mencakup aspek sikap menerima ada 5 pertanyaan (no 1-5), aspek kasih saying 5 pertanyaan (np 6-10) dan aspek prestasi 5 pertanyaan (no 11-15).
Skor untuk jawaban “sangat puas” = 4, “cukup puas” = 3, “kurang puas” = 2, dan “tidak puas” = 1. Jumlah skor dikategorikan dalam kepuasan tinggi 76 – 100%, sedang 55 – 75%, dan rendah < 55%.
H. Kerangka kerja
Berikut kerangka kerja Perbedaan Tipe Kepribadian (Introvert dan Extrovert) Dengan Tingkat Kepuasan interaksi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.
Populasi : Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Puspakarma Mataram sebanyak 76 orang lansia Teknik sampling : Purposive Sampling Sampel : lansia yang memenuhi kriteria
Informed consent Pengumpulan data
Variabel Independent
Variabel Dependent
Kuesioner
Kuesioner
Analisa data dengan uji statistik Chi - Square
Penyajian hasil
DAFTAR PUSTAKA
Afdol et al (1995). Latar belakang Sosial Ekonomi dan tingkat Kepuasan hidup Lanjut Usia penghuni Panti Werdha. PPKP LEMLIT Unair Surabaya. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Meraktik, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta Andrew MC. G (1996). Penerapan Psikologi Dalam Perawatan. Essential Medica & Andi. Yogyakarta. Darmojo dan Martono (2004). Geriatri Edisi 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Ebersole dan Hess (2001) Geriatric and Nuring Healthy Aging. Mosby USA. Gunarsa S. D (1995). Psikologi Perawatan. PT. BPK. Gunung Mulia Jakarta. Hardari dan Martini (1992). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hurlock E.B (1998) Psikologi Perkembangaan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan edisi 5. Penerbit Erlangga. Jakarta. Markam S dan Slamet (2003). Pengantar Psikolog Klinis. UI-PRESS. Jakarta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Iskandar Y. (2004). Test Personality Edisi 4. Yayasan Dharma Graha Jakarta. Kartono Kartini (1996). Psikologi Umum. Mandar Maju. Bandung Kuntjoro Z. S. (2002). Memahami Mitos & Realiti Tentang Lansia http//www e-psikologi.com tanggal 16 Agustus. Nugroho W (2000) Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta. Palenkahu & REM Suling (1996 Pedoman Praktis Bagi Manusia Usia Lanjut. PT. BPK. Gunung Mulia. Jakarta. Sabri Alisuf (2001). Pengantar Psikologi Umum 7 Perkembangan. Pedoman Ilmu Jaya. Jakarta.
LAMPIRAN
KUESIONER KEPUASAN INTERAKSI DAN TIPE KEPRIBADIAN
Isilah tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan. No Responden : A. Data Demorgrafi 1. Nama : 2. Pendidikan : SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Tidak Sekolah 3. Umur 61 – 65 tahun 65 – 67 tahun 68 – 70 tahun 71 – 73 tahun 74 – 75 tahun 4. Jenis kelamin Laki – laki Perempuan
KEPUASAN INTERAKSI
No
Pernyataan
I. SIKAP MENERIMA
1.
Respon anda sebagai orang tua terhadap hubungan/komunikasi
dengan
teman
di
lingkungan PSTW? 2.
Respon anda terhadap teman di lingkungan sekitar yang tidak mengetahui/peduli saat anda mengalami perselisihan (bertengkar) dengan pasangan anda atau yang lainnya?
3.
Respon anda saat teman anda membantu pekerjaan yang sedang anda lakukan tanpa di minta?
4.
Respon anda bila anda di tempatkan dalam satu kamar dengan teman yang lain yang ada di PSTW?
5.
Respon anda bila anda di pindah ke kamar lain dengan alas an tertentu sehingga harus menyesuaikan diri?
II. KASIH SAYANG
6.
Respon anda saat mengalami kecewa yang mendalam dengan teman anda yang lain?
7.
Bagaimana perasaan yang anda alami selama tinggal di PSTW dengan jauh dari keluarga?
8.
Pada saat anda sakit bagaimana respon anda bila teman anda selalu datang menjenguk anda?
Tidak
Kurang
Cukup
Sangat
puas
puas
puas
puas
9.
Respon anda terhadap suasana di PSTW?
10.
Respon
anda
bila
anda
tidak
mampu
membantu orang lain padahal anda ingin membantunya? III. PRESTASI
11.
Perasaan kebetahan tinggal di PSTW?
12.
Respon anda terhadap teman yang tidak memberikan pujian terhadap keahlian yang anda miliki selama tinggal di PSTW?
13.
Perasaan prestasi (harga diri) anda sebagai lansia yang berada di PSTW?
14.
Respon
anda
bila
anda
telah
mampu
membantu lansia lain yang membutuhkan bantuan anda? 15.
Respon
terhadap
teman
yang
mengembangkan keahlian anda?
peduli
KUESIONER TIPE KEPRIBADIAN
Jawablah pertanyaan – pertanyaan di bawah ini dengan jawaban “ya” bila sesuai dengan anda, atau “tidak” bila tidak sesuai dengan anda.
No
Pertanyaan
1 + Ex
Apakah anda senang pergi mengikuti gotong royong?
2 + Ex 3 Ex
Apakah anda senang mengikuti kegiatan dipanti hanya untuk bersama – sama orang lain (berkumpul)?
4 + Ex 5 Ex 6 Ex 7 + Ex 8 + Ex 9 Ex 10 Ex
Pada waktu pertemuan rutin, misalnya pengajian, apakah anda berani mengungkapkan pendapat atau bertanya? Apakah anda malu berbicara di depan banyak orang?
Apakah anda sulit memulai percakapan bila bertemu dengan orang yang baru dikenal?
Pada saat berkumpul, anda mengalami kesulitan untuk memulai pembicaraan? Bila posyandu lansia ada banyak orang yang sedang berbicara, apakah anda tidak takut masuk sendirian untuk pemeriksaan? Apakah anda protes apabila keinginan anda tidak terpenuhi? Apakah anda terganggu bila orang – orang yang tidak dikenal memperhatikan anda waktu sedang jalan – jalan di panti? Anda cenderung untuk tidak menyapa orang lain sebelum mereka menyapa duluan?
Ya
Tidak
Skor
11 + In 12 + In 13 In
Apakah anda merasa kurang percaya diri?
14 + In 15 In 16 In
Apakah anda suka menyendiri?
17 + In 18 + In 19 In 20 In
Apakah ada keinginan untuk lebih berani tampil percaya diri?
Sebelum orang lain menyapa maka anda tidak menyapa orang itu? Apakah perasaan anda tidak mudah tersinggung?
Apakah anda yakin dengan diri anda sendiri?
Apakah anda mudah bergaul dengan orang – orang di panti seperti penghuni yang lain?
Apakah anda mudah merasa malu?
Apakah anda senang pertemuan social? Apakah anda bersedia penghuni baru?
menghadiri
tinggal
kegiatan
sekamar
atau
dengan