KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER Allport Kepribadian adalah organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. kepribadian dipahami sebagai perpaduan dari sifat-sifat (traits) mayor dan minor, sifat kepribadian (personality trait) merupakan suatu mekanisme paduan antara faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial dan proses penilaian terhadap dirinya sendiri (self-evaluation). Karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi. Artinya, karakter adalah segi-segi kepribadian yang ditampilkan keluar dari, dan disesuaikan dengan nilai dan norma tertentu. Identifikasi karakter yang merupakan pengenalan terhadap keutamaan tertentu pada diri seseorang dapat dilakukan melalui pengenalan terhadap ciri-ciri keutamaaan yang tampil dalam perilaku khusus dan respons secara umum dari orang itu.Penggalian, pengenalan, dan pengukuran keutamaan dapat dilakukan melalui teknik inventori, skala sikap, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (focus-group discussion) dan simulasi oleh ahli. Hubungan antara keutamaan, kekuatan dan tema situasional karakter bersifat hierarkis. Keutamaan berada di level atas, lalu kekuatan di level tengah, dan tema situasional di level bawah. Para filsuf dan agamawan menjadikan keutamaan sebagai nilai moral oleh karena itu keutamaan dianggap sebagai dasar dari tindakan yang baik. Berbagai perilaku dapat dinilai berdasarkan keutamaan yang secara umum terdiri dari: kebijaksanaan, courage (kesatriaan), kemanusiaan, keadilan, pengendalian atau pengelolaan diri, dan transendensi. Kekuatan karakter merupakan unsur psikologi, merupakan proses atau mekanisme, yang mendefinisikan keutamaan. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan khusus yang mengarahkan orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu. Pengenalan rinci terhadap tema situasional membutuhkan pengenalan terhadap situasi dari satu tempat ke tempat lain. Kriteria dari karakter yang kuat. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik tidak mengganggu, membatasi atau menghambat orang-orang di sekitarnya tampil mencakup pikiran, perasaan, tindakan, dapat dikenali, dievaluasi, diperbandingkan derajat kuat-lemahnya dapat dibedakan dari yang berlawanan dan sifat positif yang lain diwadahi oleh kerangka pikir ideal mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya tidak semua ciri karakter kuat muncul pada seseorang, tetapi banyak ciri karakter kuat tampil pada orang itu memiliki akar psiko-sosial; potensinya ada dalam diri sendiri, dan aktualitanya dipengaruhi oleh lingkungan sosial
24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 kategori keutamaan Kebijaksanaan dan Pengetahuan (1) kreativitas, orisinalitas dan kecerdasan praktis (2) rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia (3) cinta akan pembelajaran (4) pikiran yang kritis dan terbuka (5) perspektif Kemanusiaan dan Cinta (1) baik dan murah hati (2) memiliki waktu dan tenaga membantu orang lain, mencintai dan membolehkan dicintai (3) kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional Kesatriaan (Courage) (1) menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan (2) ketabahan atau kegigihan, tegus dan keras hati (3) integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar (4) vitalitas, bersemangat dan antusias
Keadilan 1) kemampuan mengemban tugas, dedikasi dan kesetiaan demi keberhasilan bersama 2) kesetaraan (equity dan fairness) 3) kepemimpinan Pengelolaan Diri (1) pemaaf dan pengampun (2) pengendalian diri (3) kerendahan hati (4) kehati-hatian (prudence) Transendensi (1) penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan (2) kebersyukuran (gratitude) atas segala hal yang baik (3) penuh harapan, optimis, dan berorientasi ke masa depan, semangat dan gairah besar untuk menyongsong hari (4) spiritualitas: memiliki tujuan yang menuntun kepada kebersatuan dengan alam semesta (5) menikmati hidup dan selera humor yang memadai Narayanasamy (dalam McSherry, 1998) menegaskan bahwa tidak ada satu pun definisi dari spiritualitas yang otoritatif Burnard (1988, dalam McSherry, 1998) melihat spiritualitas dapat merujuk kepada pengertian yang berbeda pada orang yang berbeda. Menurutnya semua individu memiliki spiritualitas yang khas dan khusus bagi diri mereka, terlepas dari orientasi religius dan kepercayaan yang dianutnya. Orang dengan watak atau karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif kepada masyarakatnya. Seligman (2004) menyebutkan tiga kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan tertinggi, dan menggunakan kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar dari diri sendiri. Tidak ada jalan pintas untuk mempersingkat pencapaian kebahagiaan
DASAR-DASAR FILSAFAT Ada tiga bidang kajian filsafat yang dibutuhkan ilmu pengetahuan sebagai dasar 1. Etika. Sejarah menunjukkan bahwa tanpa dasar etis, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan kerugian dan kerusakan di dunia. 2. Epistemologi. Epistemologi diperlukan untuk memberi dasar bagi perolehan pengetahuan. 3. Logika. Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkah-langkah perolehan pengetahuan yang benar. Pengertian Filsafat Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berati pencinta kebijaksanaan yaitu philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) artinya cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan (wisdom). Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno hingga abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Filsafat secara sistematis terbagi menjadi 3 bagian besar: 1. Ontologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji tentang ‘ada’ (being) atau tentang apa yang nyata; dibagi dua menjadi dua yaitu ontologi (dalam arti khusus) dan metafisika. Dalam ontologi kita berfilsafat tentang sesuatu yang keberadaannya dipersepsi secara fisik dan tertangkap oleh indra. Sedangkan metafisika mengkaji ‘ada’
yang masih disangsikan kehadirannya. Kata metafisika berasal dari kata tameta dan taphysika. Tameta berarti di balik atau dibelakang. Taphysika berarti sesuatu yang bersifat fisikal, dapat ditangkap bentuknya oleh indra. 2. Epistemologi yaitu bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup pengetahuan; empat cabang yang lebih kecil (1) epistemologi dalam arti sempit; melalui 4 pokok, yaitu 1) sumber pengetahuan, 2) struktur pengetahuan, 3) keabsahan pengetahuan, dan 4) batas-batas pengetahuan. pengetahuan umum atau pengetahuan sehari-hari (knowledge) atau pengetahuan yang berguna bagi manusia secara praktis (eksistensial pragmatis). (2) filsafat ilmu; obyek adalah pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan (science). Berbeda dengan pengetahuan sehari-hari (knowledge), pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sistematis, diperoleh dengan menggunakan metode-metode tertentu, logis dan teruji kebenarannya. (3) metodologi; cara-cara dan metode-metode ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, sahih (valid), dan teruji. (4) logika; mempelajari teknik-teknik dan kaidah-kaidah penalaran yang tepat. Yang menjadi satuan penalaran dalam logika adalah argumen yang merupakan ungkapan dari putusan (judgment). Argumen: induktif dan deduktif 3. Axiologi yaitu bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Cabang filsafat yang termasuk dalam axiologi adalah etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. estetika membahas soalsoal keindahan yang dipersepsi oleh manusia. Berikut adalah beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah perkembangan filsafat: a. Rasionalisme: bersumber dari akal (rasio), ditegaskan di sini bahwa akal yang mampu mendapatkan pengetahuan secara jernih (clear) dan lugas/terpilah (distinct) tentang realitas. b. Empirisme: aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. c. Kritisisme: kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusia. d. Idealisme: pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subyektif. e. Vitalisme: hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati. f. Fenomenologi: penampakan (gejala-gejala) dan memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait.
ETIKA DAN MORAL Secara etimologis, istilah etika berasal dari kata Yunani "ēthikos" yang bearti "adat", "kebiasaan", atau "watak" (Pritchard, 2012, 1). Etika adalah cabang ilmu filsafat yang menyelidiki suatu sistem prinsip moral Moralitas berasal dari kata Latin "moralis" yang berarti "tata cara", "karakter", atau "perilaku yang tepat" (Pritchard, 2012, 1). Moralitas lebih dipahami sebagai suatu keyakinan untuk menjalani hidup yang baik. Etika adalah suatu abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan moral dengan melakukan refleksi atasnya. Moralitas tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama dalam menentukan hal yang benar atau salah, baik atau buruk. Etika normatif
Cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis (sebuah studi tindakan atau keputusan etis). Etika terapan Sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati dan lain-lain. Etika terapan ini bisa dibagi menjadi etika profesi, etika bisnis dan etika lingkungan. Permasalahan harus kontroversial dan memiliki dimensi dilema etis. Etika deskriptif Sebuah studi tentang apa yang dianggap 'etis' oleh individu atau masyarakat. Merupakan sebuah bentuk studi empiris terkait dengan perilaku-perilaku individual atau kelompok. Dikenal juga sebagai etika komparatif yang membandingkan antara apa yang dianggap etis oleh satu individu atau masyarakat dengan individu atau masyarakat yang lain serta perbandingan antara etika di masa lalu dengan masa sekarang. Melibatkan stud-studi empris seperti psikologi, sosiologi dan antropologi Metaetika Berhubungan dengan sifat penilaian moral. Fokus dari metaetika adala arti atau makna dari pernyataan-pernyataan yang ada di dalam etika. Merupakan kajian tingkat kedua dari etika. "naturalistic fallacy", yaitu dianggap akan melakukan kesalahan jika kita menarik suatu pernyataan tentang apa yang seharusnya dari pernyataan tentang apa yang ada. Realisme etis Mengajarkan bahwa kualitas etis atau tidak ada secara independen dari manusia dan pernyataan etis memberikan pengetahuan tentang dunia objektif. Dengan kata lain, properti etis terlepas dari apa yang orang pikirkan atau rasakan. Nonrealisme etis Keberatan terhadap realisme etis dalam cara melihat persoalan etis. Gagasan utama dari nonrealisme etis adalah manusia yang menciptakan kebenaran etis (Callcut, 2009, 46). Nonrealisme etis ini sangat terkait dengan relativisme etis. Relativisme etis yang mengatakan bahwa jika Anda melihat budaya yang berbeda atau melihat periode yang berbeda dalam sejarah, Anda akan menemukan bahwa hal itu memiliki aturan etis yang berbeda pula. Kegunaan Etika Etika dapat menyediakan sebuah gambaran utuh dan lebih mengedepankan rasionalitas ketika berhadapan dengan isu-isu moral Memang harus dimengerti bahwa etika tidak selalu memberi jawaban yang tepat untuk masalah moral. Hal ini karenakan masalah-masalah moral, seringkali tidak ada jawaban yang tunggal. masalah etika adalah hal itu sering digunakan sebagai senjata.