CLUSTER HEADACHE BAB I PENDAHULUAN
Mollendorf tahun 1867 memberikan membe rikan nama “Red Migraine”
untuk jenis nyeri kepala yang
termasuk nyeri kepala vaskuler dan merupakan varian dari migren. Hal ini sesuai dengan gejala klinisnya yaitu hemicephalgia yang disertai mata merah, muka sesisi merah dan lakrimasi sebelah mata.
4
Masih
dihubungkan
dengan
“Erythromelalgia of the head”.
3
“kemerahan”
ini,
Bing
(1910)
menyebutkan
sebagai
Beberapa ahli masih memberikan berbagai nama untuk jenis
cephalgia ini, sampai tahun 1926 Wilfred Harris menyebutnya sebagai “Periodic Migrainous Neuralgia”. Nama inipun menggambarkan gejala gej ala klinisnya tetapi dari segi lain, yaitu adanya intensitas nyeri kepala yang hebat, berlangsung dalam waktu yang pendek dan mendekati gejala neuralgia.
4
Untuk mencegah kesalahpahaman dengan nama lain, maka Bicker staff (1959) mengusulkan nama “Harris’s Neuralgia”. Akhirnya, Kunkle (1952) menyederhanakan nama ini dan menyesuaikan dengan gejalanya yang timbul secara berkelompok-kelompok dan bertubi-tubi, menyebutnya sebagai “Cluster Headache Cluster Headache”” (cephalgia (cephalgia Klaster).
4
Nama ini netral, karena hanya menggambarkan gejalanya yang berkelompok tanpa menghubungkan dengan etiologi atau mekanismenya, yang memang masih belum diketahui dengan pasti. Nama terakhir ini diterima secara umum dan internasional, serta diakui oleh Ad Hoc Committee on Classification of Headache 1962 .
4
Definisi yang diberikan oleh Committee ini “ Vaskular Headache, predominantly unilateral on the same side, usually associated with flushing, sweating, rinorhoe and increased lacrimation, brief in duration and usually occurring in close packed groups separated by long remissions”.
4
Sesuai dengan definisinya, cephalgia klaster ini tergolong dalam jenis migren. Ada beberapa perbedaan pokok, yang menyebabkan cephalgia ini lebih mudah dikenal karena sangat khas.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI / BATASAN Sakit kepala didefinisikan sebagai sakit yang berlokasi di kepala atau leher bagian belakang.
Secara garis besar, sakit kepala dapat dibagi menjadi sakit kepala primer dan sekunder. Sakit kepala primer adalah sakit kepala yang tidak berhubungan dengan penyebab atau penyakit lain. Sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang berhubungan dengan penyakit lain. Berdasarkan klasifikasi Internasional Sakit Kepala Edisi 2 dari IHS ( International Headache Society ) yang terbaru tahun 2004, sakit kepala primer terdiri atas migraine, tension type headache, cluster headache dan trigeminalautonomic cephalgias dari primary headaches.
2
Cluster headache adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari serangan yang jelas dan berulang dari suatu sakit periorbital unilateral yang mendadak dan parah.
6
Cluster headache juga
dikenal sebagai sakit kepala histamine, yaitu suatu bentuk sakit kepala neurovascular. Serangan biasanya parah, unilateral dan terletak di daerah periorbital. Rasa sakit ini terkait dengan lakrimasi ipsilateal, hidung tersumbat, injeksi konjungtiva, miosis, ptosis dan edema kelopak mata. Sakit kepala berlangsung singkat dan berlangsung beberapa saat sampai 2 jam. Cluster mengacu pada pengelompokan sakit kepala, biasanya selama beberapa minggu. Untuk memenuhi kriteria diagnosis, pasien harus memiliki minimal 5 serangan yang terjadi dari 1 setiap hari untuk 8 per hari dan tidak ada penyebab lain untuk sakit kepala.
3
2.2
EPIDEMIOLOGI Pada sebuah penelitian,ditemukan untuk prevalensi cluster headache masih kontroversial
tetapi salah satu survei menghitung prevalensi sekitar 0,24% pada populasi umum. Tingkat intensitas nyeri pasien dengan cluster headache pada umumnya, sebagai salah satu cluster headache terburuk dan mungkin yang paling parah dari gangguan sakit kepala primer. Paling sering, cluster headache terjadi sekali setiap 24 jam selama 6 sampai 12 minggu pada suatu waktu dengan periode remisi biasanya berlangsung 12 bulan. Khas usia onset untuk pria dan wanita adalah 27 hingga 31 tahun. Namun sakit kepala cluster merupakan salah satu sindrom sakit kepala yang lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Penelitian menunjukkan rasio laki-laki dan wanita berkisar dari 5.0:1 sampai 6.7:1, tetapi ada bukti lain bahwa kesenjangan mungkin telah berkurang pada tahun 1990 an. Dua studi terbaru menemukan rasio jenis kelamin yang masih menunjukkan frekuensi lebih besar pada pria, tetapi hanya 3.5:1 dan 2:1. Beberapa fitur membedakan adanya tanda serangan. Paling penting adalah adanya gejala otonom sementara.
1
Data epidemiologi pada cluster headache hanya sedikit. Dalam sebuah penelitian bahwa laki-laki berusia 18 tahun, pada tahun 1976 di Swedia ditemukan prevalensi seumur hidup dari 90 per 100.000 penduduk. Pada tahun 1984 dan 1999, seluruh penduduk Republik San Marino dilakuan penelitian dalam dua studi yang menggunakan pendekatan metodologi yang sama. Dalam survey pertama, ditemukan tingkat prevalensi 69 per 100.000 (128 per 100.000 pada laki-laki dan 9 per 100.000 pada wanita), pada survei kedua, 3 angka prevalensi diperkirakan adalah 56 per 100.000 (115,3 per 100.000 pada laki-laki). Dalam penelitian epidemiologi ekstensif yang dilakukan pada populasi daerah kecil di Norwegia (studi Vaga), tingkat prevalensi diperkirakan adalah 326 per 100.000 (558 per 100.000 pada laki-laki dan 106 per 100.000 pada wanita) sangat tinggi dibandingkan populasi di San Marino.
2.3
1
ETIOLOGI Beberapa pemicu cluster headache meliputi: 1.
Injeksi subkutan histamine memprovokasi serangan pada 69% pasien.
2.
Serangan yang dipicu pada beberapa pasien karena stres, alergi, perubahan musiman, atau nitrogliserin.
3.
Perokok berat.
4.
Gangguan dalam pola tidur normal.
5.
Keabnormalan kadar hormon tertentu.
6.
Alkohol menginduksi serangan selama cluster tetapi tidak selama remisi. Pasien dengan cluster headache, 80% adalah perokok berat dan 50% memiliki riwayat penggunaan etanol berat.
7.
Faktor resiko
Laki-laki.
Usia lebih dari 30 tahun
Vasodilator dengan jumlah kecil (misalnya, alcohol).
Trauma kepala sebelumnya atau operasi (kadang-kadang).
3
2.4
PATOFISIOLOGI Patofisiologi dari cluster headache tidak diketahui dengan jelas. Ada beberapa mekanisme
yang mungkin dapat menjelaskannya. 1. Hemodinamik Dilatasi vaskular mungkin memiliki peranan, tetapi studi tentang peredaran darah masih belum pasti. Aliran darah ekstrakranial (hipertermia dan peningkatan aliran darah arteri temporal) meningkat tetapi tidak menimbulkan rasa sakit. Perubahan vaskular merupakan perubahan sekunder untuk neuronal discharge yang primer. 2. Saraf trigeminal Saraf
trigeminal
mungkin
bertanggung
jawab
terhadap
neuronal
discharge
yang
bisa
menyebabkan cluster headache. Substansi P neuron membawa impuls sensori dan motorik dalam divisi saraf maksillaris dan opthalamic. Semua ini berhubungan dengan ganglion sphenopalatina dan pleksus sympathetic carotid perivaskular interior . Somatostatin menghambat substansi P dan mengurangi durasi dan intensitas cluster headache. 3. Sistem saraf autonomik Efek simpatis (misalnya, Horner syndrome, keringat di dahi) dan parasimpatis (misalnya, lakrimasi, rinore, nasal congestion). 4. Ritme sirkadian Cluster headache sering kambuh dalam waktu yang sama setiap hari, menunjukkan hipothalamus, yang mengontrol ritme sirkadian, dimana lokasi yang menjadi penyebabnya. 5. Serotonin Tidak khas seperti pada migrain, tetapi kadang-kadang terdapat perubahan. 6. Histamin Meskipun penyebabnya kurang mendukung, cluster headache mungkin dipicu oleh sedikit perubahan histamin. Antihistamin tidak menghilangkan cluster headache. 7. Mast sel Peningkatan jumlah mast sel dapat ditemukan pada area kulit yang sakit pada beberapa penderita, tetapi hal ini tidak dapat menjadi penjelasan.
2.5
3
PEMBAGIAN DAN KLASIFIKASI Berdasarkan jangka waktu periode cluster dan periode remisi, International Headache
Society telah mengklasifikasikan cluster headache menjadi dua tipe : 1.
Episodik Dalam tipe ini, cluster headache terjadi setiap hari selama satu minggu sampai satu tahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun sebelum berkembangnya periode cluster selanjutnya.
2.
Kronik Dalam tipe ini, cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu tahun dengan tidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri berlangsung kurang dari dua minggu.
Sekitar 10 sampai 20 % orang dengan cluster headache mempunyai tipe kronik. Cluster headache kronik dapat berkembang setelah suatu periode serangan episodik atau dapat berkembang secara spontan tanpa di dahului oleh riwayat sakit kepala sebelumnya. Beberapa orang mengalami fase episodik dan kronik secara bergantian. Para peneliti memusatkan pada mekanisme yang berbeda untuk menjelaskan karakter utama dari cluster headache. Mungkin terdapat riwayat keluarga dengan cluster headache pada penderita, yang berarti ada kemungkinan faktor genetik yang terlibat. Beberapa faktor dapat bersama-sama menyebabkan cluster headache.
2.6
1
TANDA DAN GEJALA KLINIS Gejala klinis yang dapat ditemukan pada cluster headache adalah Tidak ada aura muncul
seperti pada migraine. Periodisitas adalah karakteristik yang paling mencolok. Biasanya, pasien mengalami 1-2 kali periode cluster per tahun, yang masing-masing berlangsung 2-3 bulan. 1. Sakit (digambarkan sebagai sakit pedih dan berat )
Onset mendadak ( Puncaknya dalam 10-15 menit)
Unilateral wajah ( masih pada sisi yang sama selama periode cluster )
Durasi (10 menit sampai 3 jam per episode)
Karakter (membosankan dan sakit pedih, seolah-olah mata didorong keluar)
Distribusi (divisi pertama dan kedua dari saraf trigeminal, sekitar 18-20% pasien mengeluh sakit di daerah ekstratrigeminal, misalnya, beelakang leher, di ssepanjang arteri carotid)
Periodesitas (keteraturan sirkadian di 47%)
Remisi (panjang interval bebas gejala terjadi pada beberapa pasien. Rata-rata selama 2 tahun tetapi berkisar antara 2 bulan sampai 20 tahun)
2. Lakrimasi (84-91%) atau injeksi konjungtiva. 3. Hidung tersumbat (48-75%) atau rinore. 4. Edema kelopak mata ipsilateral. 5. Miosis atau ptosis ipsilateral. 6. Keringat pada dahi dan wajah ipsilateral (26%). 7. Letih/ lemas (90%). 2.7
3
PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik biasanya normal kecuali untuk lakrimasi dan injeksi konjungtiva yang
mungkin terjadi. Ptosis juga bisa dilihat. Pada penelitian, hasilnya konsisten dengan fitur ipsilateral otonom parasimpatis yang ditandai oleh aktivasi tengkorak dan hipofungsi simpatis. Munculnya kelainan lain menunjukkan etiologi lain untuk sakit kepala.
1.
Parasimpatis overactivity.
2.
Kelumpuhan ocular simpatis – sindrom Horner ringan (misalnya, ptosis, miosis, anhidrosis).
3.
Bradikardia.
4.
Pucat.
5.
Sakit kulit kepala dan wajah.
6.
Kelembutan krotid ipsilateral (pada beberapa pasien).
7.
Pasien sering dalam kesulitan yang parah.
8.
Pasien dapat menurunkan kepala dan menekan pada daerah yang sakit, kadang-kadang menangis atau menjerit.
9.
Latihan fisik dapat membantu beberapa pasien mendapatkan bantuan.
10. Pasien mungkin merasa ingin bunuh diri. 2.8
3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Neuroimaging.
Computed tomography (CT).
Magnetic Resonance Imaging / angiografi (MRI / MRA).
2. Elektroencephalography (jarang diperlukan). 2.9
1
DIAGNOSIS Cluster headache mempunyai ciri khas tipe nyeri dan pola serangan. Suatu diagnosis
tergantung kepada gambaran dari serangan, termasuk nyeri, lokasi dan keparahan sakit kepala, dan gejala-gejala lainnya yang terkait. Frekuensi dan lama waktu terjadinya sakit kepala merupakan faktor yang penting. Keterlibatan fenomena otonom yang jelas sangat penting pada cluster headache. Tandatanda tersebut diantaranya adalah rinorea dan hidung tersumbat ipsilateral, lakrimasi, hiperemi pada konjungtiva, diaforesis pada wajah, edema pada palpebra dan sindrom Horner parsial atau komplit, takikardia juga sering ditemukan. Pemeriksaan neurologis dapat membantu untuk mendeteksi tanda-tanda dari cluster headache. Terkadang pupil terlihat lebih kecil atau palpebra terjatuh bahkan diantara serangan.
Diadaptasi IHS Criteria for the General Diagnosis of C l u s t e r H e a d a c h e * H e a d a c h e Description
(All 4)
Autonomic Symptoms (Any 2)
Severe headache
Rhinorrhea
Unilateral
Lacrimation
Duration of 15 –180 min
Facial sweating
Orbital periorbital or temporal location
Miosis
Eyelid edema
Conjunctival injection
Ptosis
H e a d a c h e Description
(All 4)
Autonomic Symptoms (Any 2)
* Tidak ada bukti dari gangguan sakit kepala sekunder. Sakit kepala cluster episodik terjadi untuk <1 tahun dan sakit kepala kronis terjadi selama> 1 tahun.
2.10
DIAGNOSIS BANDING 1. 2. 3. 4. 5.
2. 11
Herpes zoster. Sinusitis. Subarachnoid hemorrage. Termporal arteritis. 3 Trigeminal neuralgia.
KOMPLIKASI/PENYULIT 1. 2. 3.
2.12
5
Cedera selama serangan. Efek samping obat, termasuk unmasking penyakit arteri koroner. 3 Potensi untuk panyalahgunaan obat.
TERAPI Tidak ada terapi untuk menyembuhkan cluster headache. Tujuan dari pengobatan adalah
membantu menurunkan keparahan nyeri dan memperpendek jangka waktu serangan. Obat-obat yang digunakan untuk cluster headache dapat dibagi menjadi obat-obat simptomatik dan profilaksis. Obat-obat simptomatik bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi rasa nyeri setelah terjadi serangan cluster headache, sedangkan obat-obat profilaksis digunakan untuk mengurangi frekuensi dan intensitas eksaserbasi sakit kepala.
6
Karena sakit kepala tipe ini meningkat dengan cepat, pengobatan simptomatik harus mempunyai sifat bekerja dengan cepat dan dapat diberikan segera, biasanya menggunakan injeksi atau inhaler daripada tablet per oral.
6
Pengobatan simptomatik
1. Oksigen Menghirup oksigen 100 % melalui sungkup wajah dengan kapasitas 7 liter/menit memberikan kesembuhan yang baik pada 50 sampai 90 % orang-orang yang menggunakannya. Terkadang jumlah yang lebih besar dapat lebih efektif. Efek dari penggunaannya relatif aman, tidak mahal, dan efeknya dapat dirasakan setelah sekitar 15 menit. Kerugian utama dari penggunaan oksigen adalah pasien harus membawa-bawa tabung oksigen dan pengaturnya, membuat pengobatan dengan cara ini menjadi tidak nyaman dan tidak dapat di akses setiap waktu. Terkadang oksigen mungkin hanya menunda daripada menghentikan serangan dan rasa sakit tersebut akan kembali.
6
2. Sumatriptan Obat injeksi sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati migraine, juga efektif digunakan pada cluster headache. Beberapa orang diuntungkan dengan penggunaan sumatriptan dalam bentuk nasal spray namun penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk menentukan keefektifannya.
6
3. Ergotamin Alkaloid ergot ini menyebabkan vasokontriksi pada otot-otot polos di pembuluh darah otak. Tersedia dalam bentuk injeksi dan inhaler, penggunaan intra vena bekerja lebih cepat daripada inhaler dosis harus dibatasi untuk mencegah terjadinya efek samping terutama mual, serta hatihati pada penderita dengan riwayat hipertensi.
6
4. Obat-obat anestesi lokal Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga sel saraf menjadi kurang permeabilitasnya terhadap ion-ion. Hal ini mencegah pembentukan dan penghantaran impuls saraf, sehingga menyebabkan efek anestesi lokal. Lidokain intra nasal dapat digunakan secara efektif pada serangan cluster headache. Namun harus berhati-hati jika digunakan pada pasien-pasien dengan hipoksia, depresi pernafasan, atau bradikardi.
6
Obat-obat profilaksis :
1. Anti konvulsan Penggunaan anti konvulsan sebagai profilaksis pada cluster headache telah dibuktikan pada beberapa penelitian yang terbatas. Mekanisme kerja obat-obat ini untuk mencegah cluster headache masih belum jelas, mungkin bekerja dengan mengatur sensitisasi di pusat nyeri.
6
2. Kortikosteroid
Obat-obat kortikosteroid sangat efektif menghilangkan siklus cluster headache dan mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi diberikan selama beberapa hari selanjutnya diturunkan perlahan. Mekanisme kerja kortikosteroid pada cluster headache masih belum diketahui.
6
Pembedahan Pembedahan di rekomendasikan pada orang-orang dengan cluster headache kronik yang tidak
merespon dengan baik dengan pengobatan atau pada pasien yang memiliki kontraindikasi pada obatobatan yang digunakan. Tindakan pembedahan hanya pada pasien yang mengalami serangan pada satu sisi kepala saja karena operasi ini hanya bisa dilakukan satu kali. Sedangkan yang mengalami serangan berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi yang lain mempunyai resiko kegagalan operasi.
6
Ada beberapa tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengobati cluster headache. Prosedur yang dilakukan adalah merusak jalur saraf yang bertanggungjawab terhadap nyeri.
6
Blok saraf invasif ataupun prosedur bedah saraf non-invasif (contohnya radio frekuensi pericutaneus, ganglionhizolisis trigeminal, rhizotomi) telah terbukti berhasil mengobati
cluster
headache. Namun demikian terjadi efek samping berupa diastesia pada wajah, kehilangan sensoris pada kornea dan anestesia dolorosa.
6
Pembedahan dengan menggunakan sinar gamma sekarang lebih sering digunakan karena kurang invasif. Metode baru dan menjanjikan adalah penanaman elektroda perangsang dengan menggunakan penunjuk jalan stereostatik di bagian inferior hipotalamus. Penelitian menunjukkan bahwa perangsangan hipotalamus pada pasien dengan cluster headache yang parah memberikan kesembuhan yang komplit dan tidak ada efek samping yang signifikan.
6
2.13
PROGNOSIS 1.
80 % pasien dengan cluster headache berulang cenderung untuk mengalami serangan berulang.
2.
Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe kronik pada 4 sampai13 % penderita.
3.
Remisi spontan dan bertahan lama terjadi pada 12 % penderita, terutama pada cluster headache tipe episodik.
4.
Umumnya cluster headache menetap seumur hidup.
5.
Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria dengan riwayat cluster headache tipe episodik mempunyai prognosa lebih buruk.
2.14
3
ALGORITME Riwayat penyakit lengkap, tingkat pendidikan pasien dan keinginan
untuk sembuh. Diagnosis banding
Mengukur keparahan penyakit Pengaruh terhadap aktivitas seharihari (kuisioner MIDAS atau o HIT). Frekuensi dan durasi serangan. o Tingat keparahan penyakit. o Gejala diluar sakit kepala. o o Riwayat penyakit pasien dan preferensinya.
Cluster headache tingkat sedang sampai berat
Profilaksis (jangka pendek) Pengobatan akut dengan pemberian sumatriptan secara subkutan
Profilaksis (jangka panjang dengan Verapamil)
Profilaksis (jangka panjang dengan Verapamil)
Alternative profilaksis jangka panjang (misalnya lithium)
Pengobatan akut dengan pemberian sumatriptan secara subkutan
Rujuk
Pengobatan akut alternative lainnya (semprotan hidung triptan
2.15
RINGKASAN Cluster headache adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari serangan yang jelas dan
berulang dari suatu sakit periorbital unilateral yang mendadak dan parah. Cluster headache juga dikenal sebagai sakit kepala histamine, yaitu bentuk sakit kepala neurovascular. Serangan biasanya parah, unilateral dan biasanya terletak di daerah periorbital. Cluster headache sering sekali dipicu oleh rokok dan alkohol, dan lebih sering terjadi pada laki-laki. Patofisiologi dari cluster headache tidak diketahui dengan jelas. Ada beberapa mekanisme yang mungkin dapat menjelaskannya, antara lain hemodinamik, saraf trigeminal, sistem saraf autonomik, ritme sirkadian, serotonin, histamin dan mast sel. Berdasarkan jangka waktu periode cluster dan periode remisi, International Headache Society telah mengklasifikasikan cluster headache menjadi dua tipe, yaitu (i) tipe episodik, suatu bentuk cluster headache yang terjadi setiap hari selama satu minggu sampai satu tahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun sebelum berkembangnya periode cluster selanjutnya, (ii) tipe kronik, suatu bentuk cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu tahun dengan tidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri berlangsung kurang dari dua minggu. Gejala klinis yang dapat ditemukan pada cluster headache adalah sakit pada daerah periorbital dengan onset mendadak, unilateral wajah dengan durasi 10 menit sampai 3 jam per episode, lakrimasi atau injeksi konjungtiva, hidung tersumbat, edema kelopak mata ipsilateral, miosis atau ptosis ipsilateral, keringat pada dahi dan wajah ipsilateral, letih atau lemas.
2.16
PERTANYAAN
1. Mengapa disebut cluster headache? Sakit kepala ini biasa terjadi dalam waktu yang singkat dan berulang secara periodik. Tipe cluster dalam 4-8 minggu terjadi sakit kepala 1-2 kali perhari selama sakit. 2. Apa yang membedakan cluster headache dengan sakit kepala primer lainnya? Migrain dapat terjadi pada setengah wajah, termasuk daerah dahi, sering juga sampai daerah mata dan pipi. Sakit kepala tipe cluster , lokasinya di daerah sekitar mata dan pasien biasanya mengeluh nyari di atas dan dibelakang mata. Sakit kepala yang disertai kontraksi otot, ditandai oleh nyeri seperti terikat di daerah sekitar pelipis, kadang-kadang menjalar ke kepala bagian belakang dan daerah dahi. 3. Gejala apa yang dapat terjadi pada cluster headache ? Sakit kepala yang tanpa disertai aura, lokasi disekitar dan dibelakang salah satu mata. Sakitnya sangat berat, lamanya sekitar 20-60 menit. Sakit kepala ini kadang dapat disertai hidung mampet, hidung seperti flu dan salah satu mata merah, sampai sakit kepala. 4. Bagaimana mencegah cluster headache ? Inti pencegahan cluster headache adalah menghindari pencetusnya dan memberi edukasi supaya menghindari alkohol dan rokok. Merubah gaya hidup mungkin diperlukan untuk menghindari
cluster headache tipe kronik. Hal yang dapat dilakukan antara lain beristirahat dan berolahraga yang teratur, berekreasi, mengubah situasi kerja dan lain-lain. 5. Mengapa cluster headache bisa menyebabkan sakit kepala yang berat, serangan pada mata serta serangan pada hidung, dan bagaimana kaitannya dengan faktor etiologinya? Karena terpicunya saraf-saraf trigeminal yang diakibatkan gangguan pada hipotalamus. Selain itu hipotalamus juga berfungsi mengatur saraf-saraf autonomik sehingga mengakibatkan gangguan pada efek simpatis (misalnya, Horner syndrome, keringat di dahi) dan parasimpatis (misalnya, lakrimasi, rinore, nasal congestion).
DAFTAR PUSTAKA
1.
C. Finocchi, M. Del Sette, S. Angeli, et al. 2010. Neurology . Available from : URL : http://neurology.org . Diakses tanggal 16 Juli 2011
2.
Dr. Hasan Sjahrir Sp S. 2004. Mekanisme terjadinya nyeri kepala primer dan prospek pengobatannya.
Abailable
from
:
URL
:
http://respiratory.usu.ac.id/bitstream/123456789/
3457/1/neurologi-hasan.pdf . Diakses 15 Juli 2011 3. K Sargeant, Lori. 2010.
Cluster Headache. Available from : URL :
http://emedicine
.medscape.com. Diakses 15 Juli 2011 4.
Kusumoputro, S., dkk, Nyeri Kepala Menahun. Universitas Indonesia Press. Jakarta
5.
Martin V Elkind A. 2004. Diagnosis and classification of primary hadache disorders. In: Standards of care for headache diagnosis and treatment . National Headache Foundation. Chicago (IL). P. 418
6.
Mayo
Clinic
Staff.
2010.
Cluster
Headaches.
Available
from
:
URL
:
http://www.mayoclinic.com/health/cluster-headache/ DS00487. Diakses tanggal 16 Juli 2011 7.
MIPCA. 2004. Cluster Headache Algorithm. Available from : URL : www.mipca.org.uk . Diakses tanggal 16 Juli 2011