LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENCERNAAN DAN PERNAFASAN PRAKTIKUM KE : 1 JUDUL KASUS : RINITIS ALERGI DAN BATUK
OLEH: GOLONGAN/ KELOMPOK
: II / 4
MINAT
: FKK
HARI/ TANGGAL PRAKTIKUM
: RABU / 13OKTOBER 2010
NAMA MAHASISWA
NIM
DANIAR PRATIWI
FA / 07764
DINAR TRIE PADMASARI
FA / 07765 07765
QORY ADDIN
FA / 07768
MAMTA VESUDAVE
FA / 08233 08233
TTD
DOSEN JAGA PRAKTIKUM : Prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt.
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI F ARMASI KLINIK FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2010
BagianFarmakologidanFarmasiKlinik FakultasFarmasi UniversitasGadjahMada Sekip Utara, Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 902660 Fax 0274 0274 54312 543120 0
RHINIT RHINITIS ALE ALERGI RGI
I. T
AN PRAK TIKUM
Agar mahasi mahasiswa mampu memahami memahami dan mengeval mengeva luasi uas i tatalaksana terapi erapi rhi rhinitis. itis.
II. DASAR TE DASAR TE RI
R hinitis itis di d isebabkan ol oleh adanya mekani mekanisme per tahanan lokal okal yang ber langsung di di rongga
nasal nasa l
yang
mana
mekani mekanisme
ini
dilakukan ilakukan
dengan
tujuan unt untuk
menghi menghindarkan bahan ir itan itan dan al a lergen memasuk i paru. R hinitis itis adal ada lah inf lamasi amasi yang terjadi erjadi pada membran mukosa nasa l. R hinitis itis dapat dapat dik lasi asif ikasi kasikan berdasarkan penyebabnya,
terbagi erbagi menjadi menjadi dua gol golongan rhi rhinitis, itis, yait ya itu u rhi rhinitis itis alergi ergi yang
disebabkan ol oleh adanya al a lergen yang terhi erhirup ol oleh hidung dan rhi rhinitis itis non-a lergi ergi, yait yaitu u disebabkan ol oleh fak tor-fak tor pemic pemicu u ter tent entu (bukan al alergen). Si Simpt mptom-si om-simpt mptom yang t erjadi erjadi pada pasi pas ien rhi rhinitis itis adal ada lah seper ti ti hidung berai bera ir (rhi (rhinorrhea), bersi bers in bersi bersin (sneezi (sneez ing), hi hidung tersumbat ersumbat (nasal (nasal congesti ongestion), on), dan gat ga ta-gat -ga l tal dihidung (itch itching). R hinitis itis yang terjadi erjadi sel selama kurang dar i enam mi minggu di dikat kategor ikan rhi rhinitis itis akut akut dan lebi ebih dar i enam mi minggu di dikenali kenali sebagai sebaga i rhi rhinitis itis kroni kronis. a. Rhinitis Alergi
Penger tian tian r initis itis disebabkan
adal ada lah
inf lamasi amasi
pada membran mukosa
nasal nasa l
yang
ol oleh penghi penghirupan senyawa al alergeni ergenik yang kemudi kemudian memic memicu u respon
imunol munologi ogi spesi spesif ik. R hinitis itis merupakan suat sua tu reaksi reaksi ti pe I yang diant antarai ara i oleh anti anti bodi bodi IgE yang spesi spesif ik bagi bagi alergen t er tent entu. Sistem imun membuat membua t anti anti bodi bodi khas tersebut ersebut dengan maksud memerangi memerangi alergen dan memusnahkannya, namun juga meni men imbul mbulkan suat suatu reaksi reaksi peradangan. (Tjay dan R aharja, aharja, 2002) Pada paparan per t per tama, al a lergen dar i udara terhi erhirup ol oleh hidung dan kemudi kemudian direspon ol oleh limfos limfositi dengan memproduksi memproduks i IgE yang spesi spes if ik terhadap al a lergen ter tent entu, sehi sehingga host host akan tersensiti ersensitisas sasii. IgE yang
diproduksi
tersebut akan berikatan
dengan
sel mast pa da
reseptornya. Pa da paparan
berikutnya, IgE yang sudah berikatan pa da sel mast tersebut akan berinteraksi
dengan
alergen dan memi u pelepasan histamin dan mediator inflamasi lain yang berasal dari metabolisme asam arakhi donat, seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan,
dan
platelet a tivating fa tor. Mediator-mediator ini menyebabkan berbagai reaksi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler,
dan
produksi sekresi nasal.
Diantara mediator-mediator tersebut, histamin merupakan me diator terpenting
dalam
reaksi alergi. (Ikawati, 2002) Rhinitis alergi Setiap tipe respon
dikarakterisasi
dikarakterisasi
oleh respon fase
epat
dan
respon fase lambat.
oleh bersin-bersin, hi dung tersumbat,
dan
hi dung
berair, tetapi hi dung tersumbat mendominasi fase lambat. (Walla e et al, 2008) Ber dasarkan waktu paparan alergen a da dua tipe rhinitis alergi yaitu: Rhinitis
-
menghirup
seasonal
alergen yang
(hay
fever ),
yaitu
alergi
yang
ter jadi
karena
ter dapat se ara musiman, seperti serbuk sari bunga. Pa da
umumnya alergen bersifat eksternal atau bera da di luar rumah. Rhinitis parrenial, yaitu alergi yang
-
misalnya alergi
debu,
kutu
rumah,
bulu
ter jadi
tanpa
binatang, jamur,
tergantung musim,
dll,
menyebabkan ge jala kronis yang lebih ringan. Alergen umumnya
dan
umumnya
diperoleh di dalam
rumah. Sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut gui deline (Allergi Rhinitis and its Impa t on Asthma) ge jala
dan
disdasarkan
dari
ARIA, 2001
pa da waktu ter jadinya
keparahannya a dalah:
Ber dasarkan lamanya ter jadi ge jala Klasifikasi Intermitten
Ge jala dialami selama Kurang dari 4 hari seminggu, atau kurang dari
Persisten
4 minggu setiap saat kambuh.
Lebih dari
dari
4 hari seminggu, atau lebih
4 minggu setiap saat kambuh.
Ber dasarkan keparahan dan kualitas hi dup Ringan
Tidak mengganggu ti dur, aktivitas harian, olahraga, sekolah atau peker jaan. Tidak a da ge jala yang mengganggu.
Sedang sampai berat
Ter jadi satu atau lebih ke jadian
di
bawah
ini: 1.
gangguan ti dur
2.
gangguan
aktivitas
harian,
kesenangan, atau olah raga 3.
gangguan pa da sekolah atau peker jaan
4.
b. R i i i non al
ge jala yang mengganggu
i
Rinitis non alergi
dikarakterisasi
oleh ge jala periodik atau parrenial yang
bukan merupakan hasil dari ke jadian IgE-dependent. Tipe-tipe rinitis non alergi a dalah: -
Rinitis Infeksiosa
Rinitis infeksiosa biasanya
disebabkan
oleh infeksi pa da saluran pernafasan
Bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus. Ciri khas hidung yang bernanah, yang
disertai dengan
nyeri
dari
dan
rinitis infeksiosa a dalah lendir
tekanan pa da wa jah, penurunan
fungsi indera pen iuman serta batuk. -
Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma Eosinofilia
Penyakit ini
diduga
berhubungan
dengan
kelainan metabolisme prostaglan din.
Pada hasil pemeriksaan apus hi dung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%. Ge jalanya berupa hi dung tersumbat, bersin, hi dung meler, hidung terasa gatal dan penurunan fungsi in dera pen iuman (hiposmia). -
Rinitis Okupasional
Ge jala-ge jala rinitis hanya timbul
di
tempat penderita beker ja. Ge jala-ge jala
rinitis biasanya ter jadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya
debu
kayu,
bahan kimia). Penderita juga sering mengalami asma karena peker jaan. -
Rinitis Hormonal
Beberapa penderita mengalami ge jala rinitis pa da saat ter jadi gangguan keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroi d, pubertas, pemakaian pil KB). Estrogendiduga menyebabkan peningkatan ka dar asam hialuronat
di
selaput
hidung. Ge jala rinitis pa da kehamilan biasanya mulai timbul pa da bulan ke dua, terus
berlangsung selama kehamilan dan akan menghilang pa da saat persalinan tiba. Ge jala utamanya a dalah hi dung tersumbat dan hi dung berair. Rinitis Karena Obat-obatan (rinitis me dikamentosa)
-
Obat-obatan yang berhubungan topikal, ACE
inhibitor,
reserpin,
dengan
ter jadinya rinitis a dalah
guanetidin,
fentolamin,
metildopa,
dekongestan
beta-bloker,
klorpromazin,gabapentin, penisilamin, aspirin, NSAID, kokain, estrogen eksogen, pil KB. Rinitis Gustatorius
-
Rinitis gustatorius
ter jadi setelah mengkonsumsi makanan
tertentu,
terutama
makanan yang panas dan pedas. Rinitis Vasomotor
-
Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat sistem parasimpatis
dan
dari
terganggunya keseimbangan
simpatis. Parasimpatis men ja di
lebih
dominan
sehingga
ter jadi pelebaran
dan
pembengkakan pembuluh
darah di
hidung. Ge jala yang timbul
berupa hidung tersumbat, bersin-bersin dan hi dung berair. Gangguan vasomotor hi dung adalah ter dapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hi dung yang
disebabkan
oleh
bertambahnya aktivitas parasimpatis. Rinitis vasomotor adalah gangguan pa da mukosa hidung yang
ditandai dengan
a danya edema yang persisten
dan
hipersekresi kelen jar
pada mukosa hi dung apabila terpapar oleh iritan spesifik. Etiologi yang pasti belum diketahui, dimana
tetapi
diduga
sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor
sistem saraf parasimpatis relatif lebih dominan. Keseimbangan vasomotor ini
dipengaruhi
oleh
berbagai faktor
yang berlangsung temporer, seperti emosi, posisi
tubuh, kelembaban u dara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pa da keadaan normal faktor-faktor ta di tidak dirasakan
sebagai
gangguan
oleh
in dividu
tersebut. Merupakan respon non spesifik terha dap perubahan perubahan lingkungannya, berbeda
dengan
rinitis alergi yang mana merupakan respon terha dap protein spesifik
pada zat allergennya. Faktor pemi unya antara lain alkohol, perubahan temperatur / kelembapan, makanan yang panas dan pedas, bau ± bauan yang menyengat ( strong o dor ), asap rokok atau polusi u dara lainnya, faktor ± faktor psikis seperti : stress, ansietas, penyakit ± penyakit en dokrin, obat-obatan seperti anti hipertensi, kontrasepsi oral. Pengobatan Rhiniti
y
Tu juan pengobatan rinitis a dalah untuk men egah atau meminimalkan ge jala, dan
mengurangi efek samping. Untuk memilih terapi yang tepat, perlu
rinitis
diketahui
tipe
yang diderita, apakah alergi atau non alergi. Untuk rinitis alergi, terapi pen egahannya a dalah paparan
alergen.
penyebabnya
Namun
belum
pen egahannya
ak dti
dengan
mudah,
pen egahan terha dap
apalagi jika
alergen
bisa dipastikan. Pengobatan rinitis non alergi ber dasarkan
penyebabnya, antara lain: -
Infeksi karena virus biasanya akan membaik
dengan
sendirinya
dalam
waktu 7-10 hari; se dangkan infeksi bakteri memerlukan terapi antibiotik. -
Untuk status hipotiroi d perbatasan, bisa diberikan ekstrak tiroi d.
-
Rinitis karena kehamilan biasanya akan berakhir pa da saat persalinan tiba.
-
Untuk mengatasi rinitis akibat pil KB sebaiknya pemakaian pil KB
dikurangi -
atau diganti dengan kontrasepsi lainnya. Menghindari faktor penyebab, seperti bau yang menyengat, perubahan
suhu, dll. Obat-obat yang dapat digunakan antara lain: y
Antihistamin
y
Dekongestan nasal
y
Kortikosteroid nasal
y
Antikolinergik
y
Golongan kromolin
Jika obat-obat
di
atas bersifat simtomatik, terapi menggunakan imunoterapi
bersifat kuratif, yaitu menghilangkan penyakit alerginya itu sendiri. Imunoterapi merupakan proses yang lambat diketahui
dan
bertahap
memi u reaksi alergi pada pasien
golongan antihistamin
dan
dengan
mengin jeksikan alergen yang
dengan dosis
semakin meningkat. Obat
kromoglikat serta imunoterapi ti dak memberikan
perbaikan pa da rinitis vasomotor.
III.
DESKRIPSI KASUS
Ny.MM (28 Tahun ), BB: 56 kg, TB: 150 m, sedang hamil 7 bulan anak pertamanya. Se jak kemudian pilek,
dua
dan
minggu yang lalu, setiap pagi ia mengalami bersin-bersin,
hidung tersumbat. Ge jala ini
ukup menganggu kesehariannya.
Terutama kalau men jelang pagi dan malam, atau terkena udara dingin. Tidak a da riwayat alergi sebelumnya, juga tidak a da riwayat alergi keluarga. Ny MM pernah dirawat di RS sebulan yang lalu karena a da ge jala pree lampsia. Dua minggu sebelum
dirawat di
RS
karena pree lampsia, Ny MM baru sa ja pindah rumah dari Jakarta ke Yogyakarta, tepatnya di daerah
Pakem.
Setelah keluar rumah sakit sebulan yang lalu, Ny MM ti dak men jaga tekanan darahnya
sehingga tekanan darah men ja di ti dak stabil.Ny MM harus benar-benar men jaga
jadi eklampsia karena dapat sangat membahayakan janin. tekanan darahnya agar tidak ter Keluhan : - bersin-bersin - pilek - hidung tersumbat - gangguan pen iuman Pemeriksaan : -
TD: 130/90 mmHg
-
AST: 40 IU/L
-
Temperatur: 370C
-
ALT: 45 IU/L
-
RR: 17/menit
-
HR: 80/menit
-
Albumin: 5,5g/ dL
-
CL r : 120mL/ jam
Riwayat pengobatan : Metildopa ( tetapi penggunaannya ti dak taat ) Riwayat alergi
: Tidak a da
Riwayat sosial
: Ny MM a dalah isteri seorang Pegawai Negeri yang baru sa ja ditempatkan di
Diagnosis
Pakem.
: Rhinitis non-alergi- Rhinitis Vasomotor karena u dara dingin.
IV. PEMILIHAN OBAT RASIONAL 1.
Obat Rhiniti
a.
Budesonide Mekanisme aksi : mengontrol sintesis protein, menurunkan pergerakan polimorfo nuklear leukosit, fibroblast.
Efek samping : sekresi per darahan ringan
dan
epistasis, serangan bersin
(kadang) Kontraindikasi : b. Fluti asone Mekanisme aksi
: memperantarai ikatan fluoro arbotioate ester ke arbon no 17
Efek samping
: rasa kering
dan
iritasi pa da hidung
dan
tenggorokan,
gangguan pa da penge apan dan pen iuman, epiptaksis Kontraindikasi : hipersensitif . Be lometason Mekanisme
aksi
:
belum
diketahui
vasokonstriksinya,
jelas, dan
tetapi
diduga
karena
efek
menurunkan sensitivitas reseptor
terhadap bahan iritan. Efek samping
: rasa terbakar, gatal, keringnya mukosa, iritasi, sakit kepala, per darahan
dari
hidung. Asmatikus, tuberkulosis, infeksi
jamur / virus, wanita hamil terutama pa da penggunaan yang lama, hipersensitivitas. Kontraindikasi
: serangan sama akut atau statis
2.
Obat Hipertensi
a.
Metyldopa
Mekaisme aksi
: inhibitor alfa a drenergi
Efek samping
: lesu, mulut kering, sumbatan hi dung, gangguan GI, sakit
kepala, pusing, ruam kulit, peningkatan BB, e dema, impotensi. Kontra Indikasi
: Depresi gangguan hati.
V. EVALUASI OBAT TERPILIH Obat Rhinitis
Budesonide (Rhino ort Aqua ®) Dosis
: 2 kali semprot
Frekuensi
: 2x sehari ( pagi dan sore hari )
Durasi
: 2-3minggu, dosis kemudian dapat diturunkan jika sudah ter apai respon yang diinginkan.
Interaksi obat : Biaya
: 32 m g/ dosis x 10 ml ( Rp 147.282,00 )
Alasan : Ny MM yang semula tinggal di daerah yang suhu u daranya ukup tinggi (Jakarta) pindah ke daerah yang ukup dingin (Pakem). Dari pilihan obat yang a da dipilih kortikosteroid inhalasi karena obat ini aman untuk ibu hamil lain . Selain itu kostikosteroi d inhalasi hanya berefek lokal
dibanding dan
obat topikal yang
tidak masuk ke sirkulasi
sistemik sehingga ti dak mempengaruhi janin. Selain itu, Budesoni de adalah kategori B untuk wanita hamil dibandingkan dengan Fluti asone yang merupakan kategori C.
Obat Hipertensi Kehamilan
Methyldopa (Dopamet®) Dosis
: 250 mg
Frekuensi
: 1x sehari
Durasi
: 2 minggu
Interaksi obat :
efek
hipertensi
dikurangi
antidepresan trisiklik, fenotiazin. Dipertinggi dopa,
dengan
obat
dengan diureti
simpatomimetik,
thiazid, al ohol, L-
vasodilator. Mempotensiasi ker ja hipoglikemik dari tolbutami d
Biaya
: 250 mg x 100 (Rp 150.000,00); untuk 2 minggu a dalah Rp1.500,00 x 14 = Rp 21.000,00
Alasan : Metildopa merupakan pilihan pertama pa da hipertensi yang ter jadi pada Kehamilan. ( Kategori B )
VI. MONITORING DAN FOLLOW UP
1. Monitoring tekanan darah setiap satu minggu sekali. Monitoring ini bisa
dilakukan dimana
tekanan
dapat dilakukan
darah
atau
sa ja yang
sendiri
di
dapat
melakukan pengukuran
rumah jika punya keahlian
dan
memiliki tensimeter, tidak harus dilakukan oleh dokter, hanya perlu diedukasikan untuk selalu mengontrol tekanan
darah,
jika tekanan
darahnya
tinggi men dekati
140/90 mmHg atau bahkan lebih komunikasikan agar langsung menkomunikasikan ke dokter (kontrol). 2. Monitoring ter jadinya serangan bersin, karena Bu desonide yang men ja di pilihan obat pa da kasus ini menyebabkan bersin walaupun hanya ka dang kala. 3. Monitoring ge jala preeklampsia yang memungkinkan untuk mun ul, seperti naiknya tekanan penglihatan.
darah,
ter jadinya udem, nyeri kepala, epigastrum, gangguan
4. Setelah kelahiran bayi, kontrol tekanan
darah
ibu untuk melihat status
hipertensinya.
VII.
KOMUNIKASI, INFORMASI dan EDUKASI
1. Edukasikan tentang ara pemakaian kortikosteroi d intranasal. 2. Informasikan bahwa metyl dopa tidak boleh dikunyah karena merupakan tablet salut harus ditelan langsung) 3. Edukasikan untuk selalu teratur makan,
dan
men jaga pola makan yang sehat,
khususnya pola makan sehat untuk ibu hamil yang banyak mengan dung protein, vitamin, asam folat, zat besi, dll. 4. Untuk menghindari kambuhnya rhinitis, maka disarankan agar rumah dibuat hangat misalkan dengan menggunakan penghangat ruangan atau saat berada di lingkungan rumah disarankan menggunakan pakaian yang hangat atau tebal. 5. Menyarankan agar pasien ti dak pergi malam-malam untuk menghin dari udara dingin.
PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, mahasiswa diharapkan mampu dan memahami tatalaksana terapi pa da rhinitis. Ny. MM (28 Tahun) dengan BB: 56 kg, TB: 150 m, sedang hamil 7 bulan anak pertamanya. Se jak kemudian pilek,
dua
dan
minggu yang lalu, setiap pagi ia mengalami bersin-bersin,
hidung tersumbat. Ge jala ini
ukup menganggu kesehariannya.
Terutama kalau men jelang pagi dan malam, atau terkena udara dingin. Tidak a da riwayat alergi sebelumnya, juga tidak a da riwayat alergi keluarga. Ny MM pernah dirawat di RS sebulan yang lalu karena a da ge jala pree lampsia. Dua minggu sebelum
dirawat di
RS
karena pree lampsia, Ny MM baru sa ja pindah rumah dari Jakarta ke Yogyakarta, tepatnya di daerah
Pakem.
Setelah keluar rumah sakit sebulan ya ng lalu, Ber dasarkan ge jala-ge jalanya maka
dapat disimpulkan
rhinitis non-alergi, yaitu rhinitis vasomotor yang
disebabkan
bahwa Ny. MM men derita
karena pengaruh temperatur
yang rendah (udara dingin) akibat kepin dahannya dari Jakarta yang suhu u daranya relatif tinggi, ke Pakem yang suhu u daranya relatif rendah. Selain itu, Ny. MM ini juga menderita preeklamsia, yaitu tekanan darahnya yang relatif agak tinggi akibat kehamilannya. Preeklamsia biasanya timbul pa da wanita-wanita yang se dang hamil, dan kebanyakan akan sembuh sendiri setelah wanita tersebut melahirkan. Oleh karena itu harus tetap diperhatikan
tekanan
darahnya,
agar ti dak ter jadi eklamsia. Yang
dapat
membahayakan
janin. Terapi yang ge jala rhinitis digunakan
diberikan
dan
bertu juan untuk men egah ke jadian rhinitis, menghilangkan
menghilangkan penyebab
dari
rhinitis alergi. Strategi terapi yang
unuk dapat men apai tu juan dan sasaran terapi tersebut a dalah sebagai berikut :
1.Terapi non farmakologi
Menghindarkan pasien dari alergen yang dapat menyebabkan rhinitis alergi
2.Terapi farmakologis
Apabila tidak dapat menghindari alergen, maka
dapat digunakan
baik OTC maupun ethi al. Obat yang dapat digunakan untuk mengurangi ge jala : - Antihistamin - Dekongestan
obat anti alergi
- Kortikosteroid nasal - Sodium kromolin - Ipratropium bromi da
Apabila
dengan
pengobatan
diatas
tidak berhasil atau obat-obat tersebut
menyebabkan efek samping yang yi dak bisa dilakukan
diterima
oleh pasien maka
dapat
imunoterapi (terapi desensitisasi)
Dari kasus Ny. MM, kami memiliki pen dapat untuk men oba melakukan terapi nonfarmakologis terlebih
dahulu
kepa da Ny. MM. Terapi non farmakologis
mempertahankan pola hidup normal, termasuk berpartisipasi dan
dalam
dapat
berupa
kegiatan luar ruangan
menghindari faktor pemi u alergi seperti memakai jaket pa da waktu
dingin dan
mengurangi bepergian pa da waktu malam serta mengontrol diet dan istirahat total. Hal ini penting dilakukan, sebab untuk langsung menggunakan obat-obatan agak berbahaya karena pasien hamil 7 bulan dan menderita preeklampsia serta se dang mengkonsumsi methly dopa. Hampir semua obat yang a da sekarang memiliki pregnancy category C dan D sehingga berbahaya bagi janin dan obat-obat yang dipilih haruslah tidak kontraindikasi dengan obat methlydopa dan aman bagi pasien hamil. Apabila hasil terapi non farmakologis belum memuaskan, maka dengan
dapat dilan jutkan
terapi farmakologis sambil tetap melakukan terapi non farmakologisnya. Untuk
terapi menggunakan obat-obatan, praktikan memilihkan obat rasional yang digunakan
dapat
untuk terapi farmakologis rhinitis non alergi sebagai berikut:
1. Budesonide Nasal Spray Mekanisme Aksi
: Mengontrol ke epatan sintesis protein, menekan migrasi
leukosit polimorfonuklear dan fibroblast, mengembalikan permeabilitas kapiler dan stabilisasi lisosomal pa da tingkat seluler untuk men egah / mengontrol inflamasi. Kotraindikasi
: Hipersensitivitas, asma akut, infeksi jamur dan virus pa da
hidung Efek samping
: Sekresi per darahan ringan dan epistaksis
Faktor Resiko Kehamilan: B 2. Fluti asone Mekanisme aksi
: memperantarai ikatan fluoro arbotioate ester ke arbon no
17 Efek samping
: rasa kering
dan
iritasi pa da hidung
gangguan pa da penge apan dan pen iuman, epiptaksis
dan
tenggorokan,
Kontraindikasi : hipersensitif Faktor resiko kehamilan :B 3. Be lometason Mekanisme aksi
:-
Efek samping
: bersin setelah penggunaan, , ka dang-ka dang hidung kering,
iritasi hidung dan tenggorokan, epistaksis, dll. Kontra indikasi
: Hipersensitifitas
4. Metyldopa Mekanisme aksi
: inhibitor alfa a drenergi
Efek samping
: lesu, mulut kering, sumbatan hi dung, gangguan GI, sakit
kepala, pusing, ruam kulit, peningkatan BB, e dema, impotensi. Kontra Indikasi
: Depresi gangguan hati.
Faktor resiko kehamilan :B Pada pasien wanita hamil, pengobatan rhinitis yang se jauh ini paling aman a dalah kromolin se ara intranasal. Antihistamin klorfeniramin juga dapat dipilih karena terbukti ukup aman pa da kehamilan (kategori B untuk kehamilan). Antihistamin lain yang lebih baru yang termasuk kategori B untuk kehamilan a dalah lorata din dan setirizin, se dangkan feksofena din masuk kategori C. Namun kita ti dak dapat menggunanakn antihistamin dikarenakan
jika
rhinitis yang ter jadi adalah rhinitis non alergi, yang pa da tidak akan berefek
digunakan
antihistamin, karena mekanisme rhinitis non alergi ti dak melibatkan
histamine, sehingga obat yang
dimasukkan
ke pemilihan obat rasional a dalah
kortikosteroid. Adapun proses
dari
rhinitis vasomotor/non alergi a dalah infeksi pa da mukosa
hidung akan menyebakan terganggunya keseimbangan saraf otonom (simpatis parasimpatis) pada mukosa hi dung yang mana parasimpatis men jadi lebih sehingga menyebabkan pelebaran
dan
pembengkakkan pembuluh
darah
dan
dominan,
hi dung sehingga
ter jadi vasodilatasi (hidung tersumbat) dan hipersekresi pa da kelen jar mukus. Semua
kortikosteroi d
nasal
masuk
kategori
C,
namun
diantara
semua
kortikosteroid, obat pilihan untuk pasien hamil a dalah beklometason dipropionat, Karena telah memiliki riwayat keamanan penggunaan yang ukup pan jang. (Dykewi z dan Corren, 2002 ) Menurut pen jelasan ini, maka sebenarnya beklometason dalam
pemilihan obat rasional untuk pasien hamil,
dan
dapat
juga
dimasukkan
merupakan obat terpilih untuk
pasien rhinitis non alergi yang sedang hamil, akan tetapi jika kita melihat pa da MIMS ,
be lometason masuk dalam kategori C.
dan
satu-satunya obat kortikosteroi d nasal yang
masuk dalam kategori B a dalah budesoni de. Oleh karena itu kita tetap akan memilih budesonide untuk terapi pa da rhinitisnya. Alasan lain mengapa
dipilihkan
sediaan nasal
spray, karena obat ini ti dak mempengaruhi system saraf pusat dan hanya berefek sistemik, sehingga lebih aman untuk pasien yang se dang hamil. Selain itu, seharusnya kita juga memberikan suplemen asam folat yang berguna bagi kehamilannya, misalnya : y
Suplemen Kehamilan : Prenamia Mekanisme Aksi : men ukupi kebutuhan vitamin
dan
mineral yang
dibutuhkan
oleh tubuh selama masa kehamilan Komposisi : Fe Fumarate 360mg, Asam Folat 1,5mg, Ca Carbonate 200mg, Vitamin B12 15m g, Vitamin C 75 mg, Vitamin D3 400 IU. Kontraindikasi : Efek Samping : feses berwarna hitam dan mual
Setelah dipertimbangkan dari berbagai aspek, maka obat yang dipilih adalah :
Obat Rhinitis
Budesonide (Rhino ort Aqua ®) Dosis
: 2 kali semprot
Frekuensi
: 2x sehari ( pagi dan sore hari )
Durasi
: 2-3minggu,
dosis
kemudian dapat
diturunkan jika
sudah ter apai respon
yang diinginkan. Interaksi obat : Biaya
: 32 m g/ dosis x 10 ml ( Rp 147.282,00 )
Alasan : Ny MM yang semula tinggal di daerah yang suhu u daranya ukup tinggi (Jakarta) pindah ke
daerah
yang
ukup
dingin
(Pakem). Dari pilihan obat yang a da
kortikosteroid inhalasi karena obat ini aman untuk ibu hamil lain . Intranasal kortikosteroi d
direkomendasikan
dibanding
dipilih
obat topikal yang
sebagai terapi awal
disertai dengan
penghindaran terha dap alergen karena efikasinya yg tinggi (DiPiro, 2005) , Selain itu kostikosteroid inhalasi hanya berefek lokal dan tidak masuk ke sirkulasi sistemik sehingga tidak mempengaruhi janin. Selain itu, Budesonide adalah kategori B untuk wanita hamil dibandingkan dengan
Fluti asone dan beklometason yang merupakan kategori C.
Obat Hipertensi Kehamilan
Methyldopa (Dopamet®) Dosis
: 250 mg
Frekuensi
: 1x sehari
Durasi
: 2 minggu
Interaksi obat : efek hipertensi
dikurangi dengan
trisiklik, fenotiazin. Dipertinggi
dengan diureti
obat simpatomimetik,
anti depresan
thiazid, al ohol, L-dopa, vasodilator.
Mempotensiasi ker ja hipoglikemik dari tolbutami d Biaya
: 250 mg x 100 (Rp 150.000,00); untuk 2 minggu a dalah Rp1.500,00 x 14 = Rp 21.000,00
Alasan : Metildopa merupakan pilihan pertama pa da hipertensi yang ter jadi pada Kehamilan. ( Kategori B ) dan pasien sebelumnya telah mengkonsumsi metil dopa untuk terapi hipertensi
dan
tidak menun jukkan a danya efek yang ti dak diinginkan, sehingga
terapi menggunakan metil dopa tetap dilan jutkan untuk mengontrol tekanan darahnya. Suplemen tambahan
Prenamia Sanbe Dosis
: 1 tablet
Frekuensi
: 1x sehari
Durasi
: 1 bulan
Interaksi Obat : Analisis biaya : 30 tablet = Rp 21.000 Alasan
:Pasien membutuhkan suplemen tambahan untuk memenuhi vitamin
yang dibutuhkan oleh tubuh dan janin (terutama asam folat)
Selama pasien menggunakan obat, perlu ditindaklan juti
-
dilakukan
monitoring
dan
hasilnya
( follow u p ):
Selama penggunaan bu desonide ,
dipantau
apakah timbul efek samping. Jika
mun ul efek samping seperti perih, sakit kepala yang mengganggu, sebaiknya pasien dibawa ke dokter. -
Pantau terha dap perbaikan ge jala / simptom rhinitis seperti frekuensi bersin.
-
Monitoring tekanan darah setiap satu minggu atau dua minggu sekali. Monitoring ini bisa tekanan
darah
atau
dilakukan dimana dapat dilakukan
sa ja yang
sendiri
di
dapat
melakukan pengukuran
rumah jika punya keahlian
dan
memiliki tensimeter, tidak harus dilakukan oleh dokter, hanya perlu diedukasikan
untuk selalu mengontrol tekanan 140/90
mmHg
atau
darah,
bahkan
jika tekanan
lebih
darahnya
komunikasikan
tinggi men dekati agar
langsung
mengkomunikasikan ke dokter (kontrol). y
Monitoring ter jadinya serangan bersin, karena Bu desonide yang men ja di pilihan obat pa da kasus ini menyebabkan bersin walaupun hanya ka dang kala.
-
Monitoring ge jala preeklampsia yang memungkinkan untuk mun ul, seperti naiknya tekanan
darah,
ter jadinya udem, nyeri kepala, epigastrum, gangguan
penglihatan.
Komunikasi, informasi & e dukasi kepa da pasien Hal-hal yang perlu disampaikan kepa da pasien dan keluarganya: -
Informasikan efek samping yang mungkin ter jadi agar keluarga ti dak kaget dapat
dan
melaporkan tanda-tanda ter jadinya efek samping kepa da dokter.
-
Edukasikan tentang ara pemakaian kortikosteroi d intranasal..
-
Memastikan kebersihan alat nasal spray sebelum
dan
setelah menggunakannya
untuk menghindari ter jadinya infeksi -
Informasikan bahwa metyl dopa tidak boleh dikunyah karena merupakan tablet salut (harus ditelan langsung)
-
Edukasikan untuk selalu teratur makan,
dan
men jaga pola makan yang sehat,
khususnya pola makan sehat untuk ibu hamil yang banyak mengan dung protein, vitamin, asam folat, zat besi, dll. -
Untuk menghindari kambuhnya rhinitis, maka disarankan agar rumah dibuat hangat misalkan dengan menggunakan penghangat ruangan atau saat bera da di lingkungan rumah disarankan menggunakan pakaian yang hangat atau tebal.
-
Menyarankan agar pasien ti dak pergi malam-malam untuk menghin dari udara dingin.
-
Jika ge jala tidak membaik meski su dah men jalani pengobatan ini, an jurkan pasien untuk kembali mengu jungi dokter.
KESIMPULAN y
Rhinitis non alergi (rhinitis vasomotor) yang
dialami
pasien
disebabkan
oleh
adanya pengaruh perbe daan temperatur udara. y
Pemilihan obat rhinitisnya harus diperhatikan karena pasien ini se dang hamil, oleh karena itu
dipilihkan
obat-obat yang kategori keamanannya B. misalnya
Budesonide. y
Untuk terapi preeklamsianya
dipilihkan
obat yang masuk dalam kategori B juga,
yaitu Methyl dopa. y
Bisa juga diberikan suplemen tambahan untuk kehamilannya, yaitu asa m folat
Yogyakarta, 20
Oktober 2010
Mengetahui, Asisten Praktikum
(«««««««..)
Tim Penyusun
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Mengapa dalam pemilihan obat rasional hanya dipilih kortikosteroi d? Jawab : Sebenarnya bisa pula dimasukkan dekongestan nasal.
2. Bagaimana ara memakai kortikosteroi d intranasal? Jawab : Salah satu lubang hi dup ditutup (se ara bergantian) kemudian kepala sedikit di
tenga dahkan dan semprotkan kortikosteroi d nasal pa da lubang hi dung.
3. Mengapa untuk pemilihan obat rasional untuk hipertensi hanya Metil dopa? Jawab : Karena methyl dopa merupakan obat hipertensi yang paling aman untuk ibu hamil.
4. Mengapa tidak efektif bila diberi anti histamin? Jawab ; Karena rinitis vasomotor ti dak diperantarai oleh histamin, sehingga pemberian antihistamin tidak akan a da gunanya
5. Bagaimana patogénesis dari rinitis vasomotor ? Jawab : Tidak melibatkan histamin. Prosesnya : Infeksi pa da mukosa hidung akan menyebakan terganggunya keseimbangan saraf otonom (simpatis pada mukosa hi dung yang mana parasimpatis men jadi lebih
dan
parasimpatis)
dominan,
sehingga
menyebabkan pelebaran dan pembengkakkan pembuluh darah hi dung sehingga ter jadi vasodilatasi (hidung tersumbat) dan hipersekresi pa da kelen jar mukus.
6. Bagaimana kortikosteroi d dapat berefek terha dap pertumbuhan tulang ? Jawab : Kortikosteroi d (se ara per oral) memiliki efek katabolisme, kemudian berefek pada osteoporosi, maupun atrophy (penipisan) pa da kulit
7. Apakah Kortikosteroi d nasal bisa menyebabkan iritasi hi dung? Jawab : Bisa, berupa gatal dan epitaksis (ber darah)
8. Apakah Kortikosteroi d nasal bisa mengatasi bersin dan hi dung tersumbat ?
Jawab : bisa, karena kortikosteroi d memiliki efek vasokonstriksi untuk mengatasi vasodilatasi yang ter jadi.
9. Mengapa hipertensi mengganggu janin? Jawab : 1.Mengganggu pertukaran oksigen
dan
nutrisi sehingga nantinya berbahaya
bagi janin terutama pa da gin jal janin 2.Menurunkan pro duk air seni janin sehingga air ketuban men jadi sedikit
10. Apakah Sodium klromolin bisa dipakai dalam rhinitis vasomotor pa da pasien hamil
?
Jawab : Tidak efektif, karena So dium digunakan ketika rinitis yang ter jadi berkaitan dengan
sel mast, namun pa da rinitis vasomotor ti dak melibatkan sel mast.
11. Adakah pasien memiliki kemungkinan untuk ti dak alergi lagi? Jawab : Mungkin sa ja, karena se ara bertahap
dia
akan mengalami
desensitisasi
karena terpapar u dara dingin terus menerus, sehingga rinitis itu ti dak mun ul. Namun jika dia pindah rumah lagi, dengan kondisi temperatur yang berbe da, rinitis vasomotor tersebut akan mun ul lagi.
12. Mengapa beklomethason ti dak dimasukkan dalam pemilihan obat rasional ? Jawab : Seharusnya bisa, ini a dalah kesalahan kami yang lupa untuk menulisnya.
13. Jika beklometason
dimasukkan
dalam
pemilihan obat rasional, lebih
dipilih
beklomethason atau bu desonide? Jawab : tetap meilih budesonide karena kami ti dak menemukan se diaan nasal pa da be lometason.
14. Bagaimana maksu d dari penurunan dosis? Jawab : Penggunaan obat ti dak boleh dihentikan se ara langsung tiba-tiba, sehingga dosis
harus
diturunkan dahulu
se ara perlahan untuk memberi waktu kepa da sistem
endogen untuk bisa kembali beker ja memproduksi steroi d.
15. Apakah Rhinitis vasomotor bisa sembuh total ?
Jawab : Tidak bisa, memang bisa mengalami kesembuhan setelah terpapar se ara berangsur-angsur, namun, dengan
dalam
kasus ini misalnya Ny.MM pin dah rumah lagi,
kondisi temperatur yang berbe da, rinitis vasomotor tersebut akan mun ul lagi.
16. Mengapa penggunaan kortikoteroi d nasal pagi dan sore? Jawab : pagi suapaya lebih taat. Sebenarnya bisa pagi sa ja, namun harus 4 kali semprot, se dangkan jika ingin
digunakan
2 kali, gunakan pagi
dan
sore, masing-
masing 2 kali semprotan.
17. Ada sebuah sumber yang mengatakan bahwa metil dopa dapat menyebabkan rinitis, jadi tetap akan menggunakan metil dopa atau tidak ? Jawab : Iya, karena penggunaan metyl dopa hanya bersifat sementara
dikarenakan
jadi selama kehamilan sa ja, sehingga ketika ia su dah melahirkan, tekanan hipertensi ter darah
akan kembali normal dan tidak memeakai metildopa kembali.
18. Setelah melahirkan, obat-obat tersebut masih dilan jutkan atau tidak ? Jawab : Untuk penggunaan metil dopa tidak
dilan jutkan,
karena penggunaan
metyldopa hanya bersifat sementara dikarenakan hipertensi ter jadi selama kehamilan sa ja, sehingga ketika ia su dah melahirkan, tekanan darah akan kembali normal
dan
tidak memeakai metildopa kembali. Sedangkan untuk penggunaan kortikosteroi d, dilihat
2-3 minggu, jika sembuh
dihentikan.
dosis
diturunkan
se ara bertahap, kemu dian
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, nformatorium Obat Nasional Indonesia, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Anonim, 2007, MIMS dan Petunjuk Konsultasi Edisi 7 2007/2008, PT. Infomaster, Jakarta. Anonim, 2008, ISO Indonesia Volume 43-2008, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.
th
Anonim, 2008, Drug Information Handbook 17 edition, Lexi-Comp in , Ohio.
DE S., FENTON J. E., JONES A.S., CLARKE R., 2005, Passive smoking, allergic rhinitis and nasal obstruction on children , The Journal of Laryngology & Otology
(2005),
119
:
955-957
diakses
dari
www.n bi.nlm.nih.gov/pubmed/16354357
Dipiro, and Mi hael, 2005, Pharmacothera p y: A Patho physiologic A pproach, M Graw-Hill Publishing In . Page 1235-1255.
Hillenbrand A., Bruns D.H., Wurl P., 2006, Cough induced rib fracture, ru pture of th dia phragm and abdominal herniation, World Journal of Emergen y Surgery (2006), 1 : 34 diakses dari www.w jes.org/ ontent/1/1/34
Kariyawasam H.H., S adding G.K., 2010, Seasonal allergic rhinitis : fluticasone pro pionate
and fluticasone furoate thera p y evaluated , Journal of Asthma and
Allergy (2010), 3 : 19-28
diakses dari
http://www.dovepress. om/seasonal-
allergi -rhinitis-fluti asone-propionate-and-fluti asone-furo-peer-reviewedarti le-JAA-re ommendation1
Shahab R, PHILLIPS D E., JONES A.S., perennial
2005, Prostaglandins, leukotriens and
rhinitis, The Journal of Laryngology & Otology (2004), 118 : 500-
507 diakses dari http://www.n bi.nlm.nih.gov/pubmed/15318955
Slager R.E., Poole J.A., LeVan T.D., et al , 2009, Rhinitis associated with pesticide ex posure among commercial pesticide a pplicators in the Agricultural Health Study,
O up
Environ
Med
(2009),
66
:
718-724
diakses
dari
http://oem.bm j. om/ ontent/66/11/718.full?cited by=yes&legid=oemed;66/11/718&related-urls=yes&legid=oemed;66/11/718
Sukandar,E.Y., Andra jati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setia di, A.A.P., Kusnandar., 2009, ISO Farmakotera pi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta T j y Tan Hoan, 2002, Obat-obat Penting Edisi V , PT Ele Me a Komputindo, Jakarta ¡
¢
£
¤
¥