Edisi 498
Risiko Investasi
Prof. Richardus Eko Indrajit dan Drs. Djokopranoto Tanggal 19 Januari 2014 Dalam melakukan investasi, investor melakukan keputusan. Jika investor menyimpan uangnya di rumah, dengan adanya inflasi, daya beli uangnya akan turun. Jika menabung di bank, mungkin diperoleh bunga sedikit, namun jika bunga yang diperolehnya lebih kecil daripada tingkat inflasi, daya beli uangnya juga akan menurun. Motivasi investasi adalah untuk mendapatkan hasil yang sejauh mungkin melebihi tingkat inflasi, sehingga daya beli uangnya meningkat yang berarti kekayaannya meningkat. Keputusan mengenai investasi tergantung dari banyak faktor, tetapi dua faktor terpenting adalah besarnya hasil dari investasi atau imbal hasil dan tingkat risiko yang dihadapi dalam investasi. Investor menanam dana atau uangnya memang dengan maksud tidak hanya sekedar menyimpan, tetapi memperoleh hasil. Namun dalam usahanya tersebut, ada sejumlah risiko, kecil atau besar, yang harus dihadapi. Oleh karena itu para investor perlu mengetahui sedikit banyak tentang dua hal tersebut. 1. Hasil Investasi Dalam mengenal hasil investasi, perlu dibedakan antara hasil yang diharapkan dan hasil yang sesungguhnya terealisasi. Hasil yang diharapkan adalah perhitungan hasil yang dilakukan sebelum melakukan investasi, berdasarkan kinerja aset finansial yang lalu, perhitungan perkiraan, harapan kemajuan iklim investasi, perhitungan ramalan para manajer investasi, perkembangan ekonomi negara, dan sebagainya. Hasil yang sesungguhnya adalah apa yang betul-betul terjadi pada suatu saat tertentu. Juga perlu dibedakan antara hasil nominal dan hasil riil. Hasil nominal adalah nilai nominal uang yang diperoleh, sedangkan hasil riil adalah daya beli uang yang diperoleh. Misalnya seorang investor membeli obligasi seharga Rp 100.000,dengan mendapatkan kupon bunga 12% per tahun, maka hasil nominalnya dalam setahun adalah Rp 12.000,- Namun jika misalnya tingkat inflasi dalam tahun itu sebesar 9%, maka pendapatan riilnya hanya sebesar 12%-9% = 3% atau Rp 3.000,- Jika inflasi mencapai 14% misalnya, maka hasil riilnya justru minus Rp 2000,Dalam investasi di aset finansial, umumnya ada dua jenis hasil, yaitu imbal hasil (yield) dan perubahan harga atau kenaikan/penurunan kapital (capital gain/loss). Pendapatan adalah arus kas masuk yang diharapkan diterima secara tetap apakah itu bulanan (misalnya bunga deposito, kupon obligasi), atau itu deviden (misalnya pembagian keuntungan dalam saham). Perubahan harga adalah kenaikan atau penurunan harga aset finansial tersebut yang diketahui dari harga yang terjadi di pasar uang atau pasar modal. Harga obligasi, harga saham, dan nilai aset bersih (NAB) reksadana terus berubah mengikuti hukum permintaan dan penawaran. Jadi harga obligasi atau saham dapat naik melebihi nilai pari dan dapat juga turun seri 999 e-artikel sistem dan teknologi informasi - PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
1
Edisi 490
Sejarah Wealth Management
sampai di bawah nilai pari. Melihat ada dua jenis hasil ini, maka hasil investasi merupakan penjumlahan dari pendapatan dan perubahaan harga. Jumlah Hasil = Pendapatan + Perubahan Harga 2. Risiko Investasi Membicarakan investasi tanpa membicarakan risiko adalah hal yang mustahil, karena hasil dan risiko dalam investasi adalah dua sisi dari satu mata uang yang sama. Investor harus menyadari adanya dua sisi yang berbeda bahkan berlawanan ini dan harus memperhitungkannya sewaktu mengambil keputusan untuk investasi, dan bersiap untuk menghadapi dan menanggungnya. Apa yang menyebabkan investasi di aset finansial itu mengandung risiko? Secara umum dapat dikatakan bahwa ada beberapa jenis risiko yang harus dihadapi investor yaitu risiko tingkat bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko keuangan, risiko likuiditas, risiko nilai tukar uang, dan risiko politik. 2.1 Risiko Tingkat Bunga Perubahan tingkat bunga dapat merubah harga aset finansial khususnya obligasi. Jika tingkat bunga menunjukkan gejala naik, maka harga obligasi di pasar modal akan turun, namun berlaku juga sebaliknya yaitu jika ada gejala tingkat bunga turun, harga obligasi di pasar modal akan naik. Reksadana jenis pendapatan tetap, karena berbasis obligasi, juga mengalami hal yang sama. Perubahan tingkat bunga ini biasanya tidak begitu mempengaruhi harga saham. 2.2 Risiko Pasar Risiko ini adalah risiko naik turunnya harga sekuritas di pasar uang atau pasar modal. Hal-hal yang secara umum biasanya mempengaruhi harga sekuritas di pasar tersebut misalnya resesi di negara adi kuasa, ancaman perang, perubahan kekuasaan di negara adi kuasa, dan sebagainya. Kekhawatiran mengenai hal tersebut di atas, meskipun hal-hal tersebut belum sampai terjadi sungguh-sungguh, namun sudah mampu merubah harga-harga sekuritas. 2.3 Risiko Inflasi Risiko yang dihadapi oleh semua jenis investasi adalah penurunan nilai beli uang atau kekayaan karena faktor inflasi. Risiko jenis ini akan berkurang jika menyangkut sekuritas yang bunganya tidak tetap tetapi fleksibel dan dihitung dari waktu ke waktu seturut naik turunnya tingkat inflasi. Bunga deposito biasanya juga dapat naik turun sesuai dengan naik turunnya tingkat inflasi, sehingga risiko di bidang ini relatif lebih kecil. 2.4 Risiko Bisnis Risiko bisnis adalah risiko yang dihadapi oleh setiap perusahaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor mikro atau ekonomi makro. Bisnis dapat maju dan dapat mundur. Mundurnya bisnis menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan pada gilirannya akan menurunkan dividen dan harga sahamnya di pasar modal. 2.5 Risiko Keuangan Seri 999 e-Artikel Prof. Richardus Eko Indrajit
2
Edisi 490
Sejarah Wealth Management
Risiko keuangan ini dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat dari kebijakan finansialnya, antara lain seberapa besar pembelanjaannya tergantung dari modal sendiri dan seberapa besar tergantung dari utang, apakah itu utang kepada bank atau utang kepada masyarakat umum. Dalam hal ini perusahaan dapat mengalami kesulitan pembayaran pokok utang dan bunga yang terlampau berat sehingga tidak mampu membayar seluruh pokok dan bunga utangnya. 2.6 Risiko Likuiditas Risiko ini berhubungan dari kecepatan pembayaran pencairan aset finansial yang dijual kembali di pasar sekunder. Pencairan penjualan aset finansial ini bermacammacam dan bervariasi, dari satu hari sampai satu minggu, yang biasanya diberitahukan sebelumnya pada waktu pembelian. Pembayaran yang terlambat atau lebih lama dari yang diperjanjikan, karena birokrasi atau bahkan kesulitan likuiditas di pihak emiten, merupakan risiko likuiditas investor. 2.7 Risiko Nilai Tukar Uang Investor yang menanamkan uangnya di luar negeri menghadapi risiko perubahan nilai tukar uang tertentu terhadap uang sendiri yang sukar diprediksikan. Risiko ini baru secara nyata timbul jika tiba waktu pengambilan hasil. Perubahan nilai tukar yang terjadi sementara obligasi atau saham asing belum dicairkan setiap waktu dapat berubah lagi mengikuti perubahan nilai tukar uang. 2.8 Risiko Politik Bagi investor yang menanamkan uangnya dalam pasar modal internasional, akan menghadapi risiko perubahan politik, perubahan ekonomi, perubahan stabilitas dari negara-negara. Negara tertentu memiliki risiko politik ini lebih besar dari negara lain. Bekas negara komunis dan negara sosialis dipandang sebagai penyandang risiko politik lebih tinggi dan negara-negara demokratis memiliki peringkat risiko politik yang lebih rendah.
Seri 999 e-Artikel Prof. Richardus Eko Indrajit
3