BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tempat – Tempat Tempat Umum
Tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara isidentil maupun terus menerus, secara membayar atau tidak membayar (Suparlan, 1988). Kriteria suatu tempat umum adalah terpenuhinya beberapa syarat sebagai berikut: a. Diperuntukkan bagi masyarakat umum. b. Harus ada gedung/tempat yang permanen. c. Harus ada aktivitas (pengusaha, pegawai, dan pengunjung). d. Harus ada fasilitas (saluran air bersih, WC, urinoir, tempat sampah, dan lain-lain). 2.2 Pengertian Pasar
Menurut Suparlan (1988), pasar merupakan sekelompok bangunan yang sebagian terbuka tanpa atap yang ditunjukkan dengan keputusan DPRD dimana para pedagang berkumpul untuk memperdagangkan dan menjual barang dagangannya. Menurut Permendagri nomor 42 tahun 2007 tentang pengelolaan pasar desa, pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat setempat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, atau nama lain sejenisnya, yang dimiliki/dikelola oleh
7
8
pedagang kecil menengah, dengan skala usaha kecil dan model kecil, dengan proses jual beli melalui tawar menawar. 2.3 Macam – Macam Macam Pasar
Macam – macam macam pasar menurut Purwanto (1988), sebagai berikut: a. Menurut letaknya: 1. Pasar kota adalah pasar yang letaknya di ibukota propinsi/kabupaten. Umumnya dibuka tiap hari kerja bahkan kadang-kadang juga pada hari Minggu/libur. 2. Pasar desa adalah pasar yang letaknya di desa, ibukota kecamatan, umumnya dibuka pada hari tertentu. b. Menurut bentuknya: 1. Pasar terbuka, yaitu pasar yang berbentuk pelataran terbuka tanpa penutup, dimana penjual barang memperagakan barang – barangnya barangnya seperti pasar hewan. 2. Pasar tertutup, yaitu pasar yang terdiri dari loos – loos loos panjang, toko untuk menjual barang – barang. barang. c. Menurut waktu kegiatan pasar: 1. Pasar pagi adalah pasar yang dibuka antara 07.00 – 12.00. 12.00. 2. Pasar sore adalah pasar yang dibuka antara 14.00 – 18.00. 18.00. 3. Pasar malam adalah pasar yang dibuka setelah jam 18.00, biasanya tempat hiburan rakyat yang hanya dibuka pada malam hari. d. Menurut hari buka:
9
1. Pasar tiap hari buka (pasar kota). 2. Pasar tidak tiap hari buka (pasar desa). e. Menurut pemiliknya: 1. Pasar pemerintah 2. Pasar swasta/swadaya f. Menurut jenisnya: 1. Pasar hewan 2. Pasar sayur 3. Pasar buah g. Menurut fasilitasnya: 1. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan seharihari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. 2. Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang
10
dijual, selain bahan makanan makanan seperti buah, sayuran, dan daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermarket , pasar swalayan (supermarket ), dan minimarket. 2.4 Pengertian Sanitasi Tempat Umum
Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. (Chandra, 2007) Sanitasi tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian dari pemanfaatan maupun hasil usaha (produk) oleh dan untuk umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya/menularnya suatu penyakit. (Suparlan, 1988) 2.5 Sanitasi Lingkungan Pasar
Sanitasi lingkungan pasar adalah usaha untuk mengawasi, mencegah, mengontrol dan mengendalikan segala hal yang ada di lingkungan pasar terutama yang dapat menularkan terjadinya suatu penyakit. Sanitasi lingkungan pasar ini terkait semua hal yang ada di dalam pasar meliputi letak pasar, bangunan pasar, sanitasi pasar, dan fasilitas penunjang lainnya. 2.6 Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan Pasar
Yang harus diperhatikan dalam sanitasi pasar (Suparlan, 1988) sebagai berikut:
11
1. Letak pasar didirikan. 2. Kondisi gedung (konstruksi), baik bangunan induk, toko, kios dan loos. 3. Fasilitas – fasilitas umum maupun fasilitas sanitasi di dalam pasar. 4. Tempat penjualan khususnya bagi barang dagangan yang mudah membusuk seperti daging, ikan dan sayur. 2.6.1 Lokasi pendirian pasar Menurut Suparlan (1988), lokasi pasar sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Pasar ditempatkan pada daerah luas dan terbuka. Hal ini dimaksudkan agar tempat dimana pasar berdiri cukup luas untuk orang – orang yang pergi ke pasar dan berjualan di pasar, dan dapat digunakan untuk kendaraan – kendaraan
dan
lain – lain
alat
pengangkutan
untuk
membongkar, memuat barang – barang (bahan – bahan), dan juga untuk tempat parkir, serta cukup luas untuk dibuat jalan – jalan atau gang-gang untuk berjalan dan membersihkan pasar bagian dalam. 2. Pasar tidak terlalu dekat pada perumahan (tempat tinggal penduduk), agar tidak menimbulkan gangguan seperti bau tidak enak dan lalat. 3. Pasar tidak terlalu dekat dengan tempat penimbunan sampah, genangan air kotor, kuburan, tempat – tempat yang terlalu ramai atau lalu lintas ramai, dan pabrik besar yang mengeluarkan asap kotor. 4. Pasar berada di tempat yang agak tinggi dan kering agar pada musim penghujan tidak tergenang air. Menurut Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, lokasi pasar sebaiknya:
12
1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR). 2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, rawan longsor, banjir dan sebagainya. 3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan penerbangan termasuk sempadan jalan. 4. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas lokasi pertambangan. 5. Mempunyai batas wilayah yang jelas, antara pasar dan lingkungannya. 2.6.2 Bangunan pasar 2.6.2.1 Penataan ruang dagang Untuk menjamin sanitasi pasar, faktor yang penting adalah pembagian ruang dagang yang sesuai dengan peruntukannya. Hal yang paling menonjol dalam pembagian ruang dagang pasar adalah faktor estetika (Mukono, 2006). Menurut Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, pembagian ruang dagang sebaiknya: 1. Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan klasifikasinya seperti: basah, kering, penjualan unggas hidup, dan pemotongan unggas. 2. Pembagian zona diberi identitas yang jelas. 3. Tempat penjualan daging, karkas unggas, dan ikan ditempatkan tempat khusus.
13
4. Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yang lebarnya minimal 1,5 meter. 5. Setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik, dan mudah dilihat. 6. Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama minimal 10 meter atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian minimal 1,5 meter. 7. Khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3), dan bahan berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona makanan dan bahan pangan. 2.6.2.2 Ruang kantor pengelola Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, ruang kantor pengelola sebaiknya: 1. Ruang kantor memiliki ventilasi minimal 20 % dari luas lantai. 2. Tingkat pencahayaan minimal 200 lux. 3. Tersedia toilet terpisah bagi laki – laki dan perempuan. 4. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir. 2.6.2.3 Tempat penjualan bahan pangan dan makanan Tempat penjualan bahan pangan dan makanan sebaiknya dipisahkan dengan bahan yang lain. Ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengumpulan sampah yang dihasilkan. Dagangan yang banyak mengeluarkan sampah (buah – buahan) sebaiknya diklasifikasikan
14
dengan dagangan yang mengeluarkan sampah serupa seperti kelapa dan sayuran. Meletakan warung yang memakai kompor atau api dengan dagangan yang mudah terbakar ( flameable substance). (Mukono,2006) Menurut Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, tempat penjualan bahan pangan dan makanan dibagi lagi menjadi: 1. Tempat penjualan bahan pangan basah Tempat penjualan bahan pangan basah sebaiknya: a. Mempunyai meja tempat penjualan yang permukaan rata dengan kemiringan yang cukup sehingga tidak menimbulkan genangan air dan tersedia lubang pembuangan air. Setiap sisi memiliki sekat pembatas dan mudah dibersihkan dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bahan tahan karat dan bukan dari kayu. b. Penyajian karkas daging harus digantung. c. Alas pemotong (telenan) tidak terbuat dari bahan kayu, tidak mengandung bahan beracun, kedap air dan mudah dibersihkan. d. Pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak berkarat. e. Tersedia tempat
penyimpanan bahan pangan, seperti: ikan
dan daging menggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu 0
rendah (4 -10ºC). f. Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan.
15
g. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yg mengalir. h. Saluran pembuangan limbah tertutup, dengan kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan aliran limbah serta tidak melewati area penjualan. i. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat. j.
Tempat
penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti: lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk. 2. Tempat penjualan bahan pangan kering Tempat penjulan bahan pangan kering sebaiknya: a. Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai. b. Meja tempat penjualan terbuat dari bahan yang tahan karat dan bukan dari kayu. c. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat. d. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yg mengalir. e. Tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan tempat perindukannya (tempat berkembang biak) seperti : lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk. 3. Tempat penjualan makanan kering/siap saji
16
Tempat penjualan makanan kering/siap saji sebaiknya: a. Tempat
penyajian makanan tertutup dengan
permukaan
yang rata dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat bahan yang tahan karat dan bukan dari kayu. b. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir. c. Tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yang kuat, aman, tidak mudah berkarat dan mudah dibersihkan. d. Saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup dengan kemiringan yang cukup. e. Tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat. f. Tempat
penjualan
bebas
vektor
penular
penyakit
dan
tempat perindukannya, seperti: lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk. g. Pisau yang digunakan untuk memotong bahan makanan basah/matang
tidak
boleh
digunakan
untuk
makanan
kering/mentah. 2.6.2.4 Area parkir Area parkir kelihatannya tidak berhubungan dengan sanitasi lingkungan pasar tetapi area tersebut berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Area ini berhubungan dengan kesehatan karena asap mobil yang keluar dari knalpot. Apabila tempat parkir terlalu dekat dengan pedagang, maka mereka akan terpapar terus dengan asap yang
17
mengandung bahan – bahan kimia yang keluar dari knalpot, misalnya CO, HC, Pb. Bahan kimia tersebut dapat terakumulasi/terkumpul di tubuh manusia dan bisa menyebabkan gangguan fungsi dari tubuh manusia. Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, area parkir sebaiknya: 1.
Adanya pemisah yang jelas pada batas wilayah pasar.
2. Adanya parkir yang terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti mobil, motor, sepeda, andong/delman dan becak. 3. Tersedia area parkir khusus untuk pengangkut hewan hidup dan hewan mati. 4. Tersedia area bongkar muat khusus yang terpisah dari tempat parkir pengunjung. 5. Tidak ada genangan air. 6. Tersedia tempat sampah yang terpisah antara sampah kering dan basah dalam jumlah yang cukup, minimal setiap radius 10 m. 7. Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yang berbeda antara jalur masuk dan keluar. 8. Adanya tanaman penghijauan. 9. Adanya area resapan air di pelataran parkir. 2.6.2.5 Konstruksi Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, kontruksi bangunan meliputi:
18
1. Atap Atap yang digunakan di pasar sebaiknya: a. Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya binatang penular penyakit. b. Kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya genangan air pada atap dan langitlangit. c. Ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku. d. Atap yang mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir. 2. Dinding Dinding yang digunakan di pasar sebaiknya: a. Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang. b. Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air. c. Pertemuan
lantai
dengan
dinding,
serta
pertemuan
dua
dinding lainnya harus berbentuk lengkung (conus). 3. Lantai Lantai yang digunakan di pasar sebaiknya: a. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak retak dan mudah dibersihkan. b. Lantai yang selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya harus mempunyai kemiringan ke arah
19
saluran dan pembuangan air sesuai ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjadi genangan air. 2.6.2.6 Tangga Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, tangga bangunan sebaiknya: 1. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.
Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga.
3.
Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak licin.
4.
Memiliki minimal pencahayaan 100 lux.
2.6.2.7 Ventilasi Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20% dari luas lantai dan saling berhadapan (cross ventilation). 2.6.2.8 Pencahayaan Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, pencahayaan harus memenuhi syarat: 1. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan makanan. 2. Pencahayaan
cukup
terang
dan
dapat
dagangan dengan jelas minimal 100 lux.
melihat
barang
20
2.6.2.9 Pintu Pintu untuk setiap bahan yang dijual sebaiknya berbeda – beda. Khusus untuk pintu loos penjualan daging, ikan dan bahan makanan yang berbau tajam agar menggunakan pintu yang dapat membuka dan menutup sendiri (self closed) atau tirai plastik untuk menghalangi binatang penular penyakit (vektor) seperti lalat atau serangga lain masuk. 2.6.3 Sanitasi lingkungan pasar 2.6.3.1 Air bersih Menurut Budiman Chandra (2007), sebaiknya air bersih yang tersedia memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Harus memiliki persediaan air bersih yang memenuhi syarat dan mencukupi kebutuhan. 2. Sumber air harus dijaga dari pencemaran. 3. Paling sedikit setiap 6 bulan diambil sampel untuk pemeriksaan di laboratorium. Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, air bersih yang digunakan di pasar sebaiknya memenuhi syarat: 1. Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap hari secara berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang. 2. Kualitas air bersih yang tersedia memenuhi persyaratan air bersih (Permenkes RI No 416 Tahun 1990). 3. Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan
21
air dan dilengkapi dengan kran yang tidak bocor. 4. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m. 5. Kualitas air bersih diperiksa setiap enam (6) bulan sekali. 2.6.3.2 Kamar mandi dan toilet Di dalam pasar memang seharusnya ada fasilitas tersebut untuk menunjang keberadaan fungsi dari pasar itu sendiri. Kebersihan dari kamar mandi dan toilet sangat penting diperhatikan sebab hal ini berkaitan dengan sumber vector yang dapat menyebarkan penyakit. (Mukono, 2006) Berdasarkan Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, kamar mandi dan toilet sebaiknya: 1. Harus tersedia toilet laki – laki dan perempuan yang terpisah dilengkapi dengan tanda/simbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut: Tabel 3.1. Tabel Proporsi Jumlah Pedagang, Kamar Mandi dan Toilet Jumlah Pedagang 1
s/d
Jumlah kamar mandi
Jumlah Toilet
1
1
2
25 s/d 50
2
2
3
51 s/d 100
3
3
Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi dan satu toilet Sumber: Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008
2. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yang cukup dan bebas jentik.
22
3. Di dalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air. 4. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir. 5. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan yang tidak mencemari air tanah dengan jarak 10 m dari sumber air bersih. 6. Lantai
dibuat
kedap
air,
tidak
licin,
mudah
dibersihkan
dengan kemiringan sesuai ketentuan yang berlaku sehingga tidak terjadi genangan. 7. Letak
toilet
terpisah
minimal
10
meter
dengan
tempat
penjualan makanan dan bahan pangan. 8. Luas ventilasi minimal 20% dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux. 9. Tersedia tempat sampah yang cukup. 2.6.3.3 Pengelolaan sampah Pengelolaan sampah di pasar berkaitan dengan banyak hal, mulai dari pembuangan sampah dan ketersediaan tempat sampah sementara. Hal ini penting diperhatikan karena sampah yang dihasilkan dapat menjadi sumber terjadinya pencemaran makanan, lingkungan dan sumber vektor penyakit. Menurut Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, pengelolaan sampah pasar sebaiknya:
23
1. Setiap kios/los/ lorong tersedia tempat sampah basah dan kering. 2. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah dibersihkan. 3. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan mudah dipindahkan. 4. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap air atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas pengangkut sampah. 5. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit. 6. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari bangunan pasar. 7. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam. 2.6.3.4 Saluran pembuangan limbah cair (drainase) Saluran pembuangan limbah cair ini penting untuk estetika, kebersihan dan kenyamanan. Saluran ini berfungsi untuk pembuangan benda cair yang terutama berasal dari kios daging, ikan, dan warung. Saluran harus dikontrol agar pedagang tidak membuang sampah seenaknya di got atau saluran air. Dengan demikian para pedagang akan menggunakan semua fasilitas sebagaimana mestinya. (Mukono, 2006) Menurut Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, saluran pembuangan limbah cair sebaiknya:
24
1. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yang terbuat dari logam sehingga mudah dibersihkan. 2. Limbah cair yang berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL), sebelum akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum. 3. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas air limbah. 4. Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga mencegah genangan air. 5. Tidak ada bangunan los/kios di atas saluran drainase. 6. Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan sekali. 2.6.3.5 Tempat cuci tangan Tempat cuci tangan merupakan salah satu fasilitas untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit ke makanan atau bahan pangan dari penjamah makanan. Menurut Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, tempat cuci tangan sebaiknya: 1. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau. 2. Fasilitas cuci tangan dilengakpi dengan sabun dan air yang mengalir dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup. 2.6.3.6 Binatang penular penyakit (vektor)
25
Tempat berjualan di pasar sebaiknya terbebas dari keberadaan binatang penular penyakit. Hal ini untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit dari hewan ke manusia. Menurut Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, keberadaan binatang penular penyakit sebaiknya: 1. Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan tikus. 2. Pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol. 3. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran sesuai dengan area pasar. 4. Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase maksimal 30 per gril net. 5. Container Index (CI) jentik nyamuk Aedes aegypty tidak melebihi 5%. 2.6.4 Fasilitas penunjang lain Fasilitas penunjang ini, tidak harus selalu ada dalam setiap pasar tradisional. Namun, keberadaannya akan dapat menunjang dengan baik dari keberadaan pasar tersebut dan dapat memaksimalkan fungsi dari pasar. Fasilitas penunjang tersebut antara lain: 1.
Tempat sarana ibadah a) Tersedia tempat ibadah dan tempat wudlu dengan lokasi yang mudah dijangkau dengan sarana yang bersih dan tidak lembab. b) Tersedia air bersih dengan jumlah dan kualitas yang cukup. c) Ventilasi dan pencahayaan sesuai dengan persyaratan.
26
2.
Tempat penjualan unggas hidup a) Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utama. b) Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut unggas tersendiri. c) Kandang tempat penampungan sementara unggas terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan. d) Tersedia fasilitas pemotongan ungags umum yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan Departemen Pertanian. e) Tersedia sarana cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air bersih yang cukup. f) Tersedia saluran pembuangan limbah cair khusus. g) Tersedia penampungan sampah yang terpisah dari sampah pasar. h) Tersedia peralatan desinfektan khusus untuk membersihkan kendaraan pengangkut dan kandang unggas.
3.
Pos pelayanan kesehatan Tersedia pos pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang memadai.
2.7 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang di praktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. PHBS merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan pola hidup yang sehat.
27
Salah satu jenis PHBS yaitu PHBS di tempat-tempat umum misalnya di pasar. PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat. Menurut Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat, PHBS di lingkungan pasar meliputi: 1. Perilaku pedagang dan pekerja a) Pedagang daging/unggas dan ikan menggunakan alat pelindung diri b) Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) c) Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala minimal bulan sekali d) Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular langsung seperti diare, hepatitis, TBC, kudis, dan lain-lain. 2. Perilaku pengunjung/pembeli a)
Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
b)
Cuci tangan dengan sabun setelah memegang unggas/hewan hidup, daging atau ikan.
2.8 Hubungan Pasar dengan Kesehatan Masyarakat
Pasar mempunyai peranan penting yang berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu:
28
a. Pasar dapat menjadi sumber perkembangan vektor penyakit, terutama pada pasar yang kebersihannya kurang diperhatikan (pembuangan sampah, air kotor dan lain-lain) b. Pasar merupakan tempat paling baik untuk penularan penyakit dari orang ke orang lain melalui: 1) Droplet infection, yaitu penularan penyakit melalui dahak penderita misalnya TBC, influenza, salesma, dan lain-lain. 2) Direct contact, yaitu penyakit melalui sentuhan langsung dengan penderita penyakit. 3) Indirect contact, yaitu penularan penyakit tidak langsung dari penderita tetapi melalui perantara berupa alat-alat makan, misalnya piring, gelas, dan lain-lain. c. Pasar yang tidak memperhatikan letaknya, misalnya di daerah rawa, daerah banjir akan mengakibatkan permukaan tanah senantiasa berair dan becek. Hal ini dapat menimbulkan berbagai gangguan bagi para penjual dan pengunjung maupun barang dagangan yang dijual terutama bahan makanan. 2.9 Evaluasi Sanitasi Lingkungan Pasar Tradisional
Menurut Supriyanto dan Anita (2007), evaluasi atau kegiatan penilaian adalah bagian integral dan fungsi manajemen dan didasarkan pada sistem informasi manajemen. Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan
29
program terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini untuk mendapatkan informasi yang relevan guna dilakukan pengambilan keputusan. Hasil evaluasi dari sanitasi lingkungan pasar tradisional ini sangat penting untuk perbaikan kondisi lingkungan pasar guna mewujudkan terciptanya pasar sehat. Dengan terwujudnya pasar sehat, diharapkan dapat meningkatkan keamanan pangan sejak produksi hingga konsumsi. Evaluasi dilakukan dengan menilai kondisi sanitasi lingkungan pasar tradisional sesuai Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman penyelenggaraan pasar sehat yang telah dimodifikasi. Evaluasi dilakukan mulai kondisi sanitasi lingkungan pada kios/los dan pada fasilitas di Pasar Tradisional Setonobetek Kota Kediri. Hal – hal tersebut sebaiknya sesuai dengan pedoman pasar sehat yang telah ada. Apabila ada kekurangan sebaiknya dapat segera diperbaiki sesuai dengan ketentuan dari pedoman yang dibuat untuk menciptakan terwujudnya pasar sehat.