SATUAN ACARA PENGAJARAN NUTRISI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Di Susun oleh Kelompok 1 Asep Ermaya Neng Tita Juita Shinta Galih Kartika Upi Parida Kurnianti Tri Nuraini Annida Nur Shalihah Nina Putri Asih Lisa Mutiara Anissa Meilinda Ulfah Adha Ghina Aghisna Sari Lestari Amalia Pebriyanti
220112170058 220112170058 220112170091 220112170091 220112170048 220112170048 220112170069 220112170069 220112170046 220112170046 220112170065 220112170065 220112170060 220112170060 220112170093 220112170093 220112170054 220112170054 220112170041 220112170041 220112170063 220112170063 220112170067
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017
Satuan Acara Pengajaran Nutrisi Pada Anak Berkebutuhan Khusus
TOPIK BAHASAN
: Nutrisi
bagi
Anak
Berkebutuhan
Khusus
(Autisme, Retardasi Mental) SASARARAN DAN KRITERIA
: 20 orang tua dari anak yang berkebutuhan khusus yang bersekolah di SLB Cileunyi
WAKTU
: Rabu, 15 Nopember 2017 Pukul 08.00-10.00
TEMPAT
: Ruang Rapat SLB Cileunyi
TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM Setelah dilakukan penyuluhan, sasaran mengetahui informasi mengenai nutrisi bagi anak berkebutuhan khusus. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat menyebutkan kembali apa yang dibahas dalam pemaparan materi mengenai nutrisi bagi anak berkebutuhan khusus (C2). POKOK BAHASAN
: Nutrisi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
SUB POKOK BAHASAN
:
Nutrisi / jenis makanan yang dianjurkan
Manfaat dari nutrisi yang disarankan
Makanan yang perlu dihindari
Metode yang dapat digunakan untuk membuat anak tertarik mengkonsumsi makanan yang dianjurkan
MATERI
: Terlampir
ALOKASI WAKTU
: 1 x 60 menit
STRATEGI INSTRUKSIONAL
: Ceramah dan Diskusi
PROSES BELAJAR-MENGAJAR No
Waktu
Alokasi waktu
1.
08.30-08.35
5“
2.
08.35-08.36
1”
3.
08.36-09.00
24”
4.
09.00-09.10
10”
5.
09.10-09.20
10”
6.
09.20-09.24
4”
7.
09.24-09.25
1”
8.
09.25-09.30
5”
Kegiatan Pemberi materi Peserta didik Menyambut peserta Memasuki ruangan penyuluhan dan penyuluhan dan menandatangani absen Pembukaan mengabsen peserta Memberi salam dan Menjawab salam memperkenalkan diri Memaparkan materi Menyimak dengan mengenai nutrisi pada seksama materi yang anak berkebutuhan disampaikan khusus Memberi kesempatan Mengajukan pertanyaan Isi kepada peserta untuk kepada pemateri bertanya tentang materi yang disampaikan Memberikan pertanyaan Menjawab prtanyaan akhir sebagai evaluasi yang diberikan pemateri Menyimpulkan bersama Mendengarkan dengan materi penyuluhan seksama Menutup penyuluhan dan Menjawab salam Penutupan mengucapkan salam Mempersilahkan peserta Meninggalkan ruangan meninggalkan ruangan penyuluhan penyuluhan Kegiatan utama
Metode
Media
-
-
Tanya jawab
-
Ceramah
Power point
Tanya jawab (diskusi)
-
Tanya jawab (diskusi)
-
Diskusi
-
Tanya jawab
-
-
-
EVALUASI: 1. Evaluasi Proses
a. Di 5 menit pertama sasaran sudah berkumpul, 20 orang tua peserta didik SLB Cileunyi. b. Sasaran 100% menjawab salam. c. Pada saat pemberian materi sasaran fokus dan menyimak. d. Pada saat tanya jawab sasaran berantusias dan memiliki inisiatif untuk bertanya , maksimal 5 orang dari 20 orang. e. Sasaran mampu menyebutkan kembali materi yang sudah di jelaskan. f. Sasaran 100% sasaran menjawab salam. g. Sasaran bubar dengan tertib. 2. Evaluasi Isi
a. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri min 5 mengenai makanan apa saja yang dianjurkan bagi anak berkebutuhan khusus. b. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri
EVALUASI: 1. Evaluasi Proses
a. Di 5 menit pertama sasaran sudah berkumpul, 20 orang tua peserta didik SLB Cileunyi. b. Sasaran 100% menjawab salam. c. Pada saat pemberian materi sasaran fokus dan menyimak. d. Pada saat tanya jawab sasaran berantusias dan memiliki inisiatif untuk bertanya , maksimal 5 orang dari 20 orang. e. Sasaran mampu menyebutkan kembali materi yang sudah di jelaskan. f. Sasaran 100% sasaran menjawab salam. g. Sasaran bubar dengan tertib. 2. Evaluasi Isi
a. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri min 5 mengenai makanan apa saja yang dianjurkan bagi anak berkebutuhan khusus. b. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri masing – masing min 3 mengenai manfaat dari nutrisi yang dianjurkan bagi anak berkebutuhan khusus. c. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemateri masing - masing min 3 mengenai makanan apa saja yang perlu dihindari untuk dikonsumsi oleh anak berkebutuhan khusus.
LAMPIRAN NUTRISI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Makanan sangat penting untuk kelangsungan kehidupan, setiap makanan yang dikonsumsi akan memberikan pengaruh pada status gizi dan kesehatan. Makanan mengandung berbagai zat gizi yang penting yang dibutuhkan tubuh untuk kecukupan energi, pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku normal, terhindar dari berbagai macam penyakit, dan untuk perbaikan jaringan tubuh. Konsumsi harian zat gizi yang penting dipengaruhi oleh variasi makanan yang dikonsumsi dan jumlahnya (Marotz et al 2004). Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Keadaan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis pangan yang dikonsumsi berdasarkan kriteria tertentu (Hardinsyah&Martianto 1992). Penilaian keadaan gizi masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan mengetahui keadaan konsumsi pangan seseorang. Metode penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan baik pada tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat. Survei konsumsi tingkat individu dapat menggunakan metode berikut, yaitu: penimbangan ( weighed methode), metode mengingat-ingat (recall methode), riwayat makan (dietary history), frekuensi pangan ( food frequency), dan metode kombinasi (Kusharto&Saddiyah 2006). Setiap anak membutuhkan asupan zat gizi yang baik untuk menunjang pertumbuhan dan energinya. Zat gizi yang cukup diperlukan untuk keberlangsungan fungsi tubuh. Gizi yang baik bergantung pada kombinasi dari makanan yang dikonsumsi. Makanan perlu dikonsumsi secara bervariasi, agar berbagai zat gizi dapat masuk ke dalam tubuh (Marotz et al 2004). Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak normal pada umumnya. Menurut Efendi yang dikutip oleh Abdullah (2013), istilah berkebutuhan khusus secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap mempunyai kelainan atau penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya yaitu dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya.
1. Autism Spectrum Disorder (ASD) Autism Spectrum Disorder (ASD) dianggap sebagai gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan interaksi sosial dan komunikasi sosial (Hadeel et al., 2010). Berdasarkan kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-V), gambaran klinis anak-anak dengan ASD ditandai oleh defisit interaksi sosial dan komunikasi, serta oleh ketertarikan dan aktivitas yang berulang. Anak ASD biasanya hanya menyukai makanan yang sangat terbatas jenis dan nilai gizinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa casein yang ditemukan pada susu sapi dan gluten yang ditemukan pada bahan makanan yang berasal dari tepung-tepungan perlu dihindari oleh anak ASD (McCandless 2003). Salah satu penyebab ASD adalah gangguan metabolisme, maka pengaturan konsumsi pangan merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Makanan juga berguna untuk menghindari timbulnya penyimpangan metabolisme selain untuk proses tumbuh kembang (Wirakusumah, 2003 dalam Latifah, 2004). Anak ASD mayoritas menderita gangguan kesehatan saluran cerna. Penelitian menunjukkan bahwa 60-70% dari keseluruhan sistem imun manusia terletak di saluran usus dan organ-organ pencernaan. Kenyataan ini membuat saluran cerna sebagai organ sistem imun terbesar dalam tubuh manusia. (Mc.Candless 2003). Pemberian diet kepada anak ASD dapat membantu menyehatkan keadaan kesehatan saluran cerna. Berikut diet yang diterapkan kepada anak ASD: Diet GFCF (Gluten F ree Casein F ree)
Makanan yang diberikan kepada anak ASD agak berbeda dengan anak normal, ketika bayi, makanan yang diberikan tidak terlalu sulit, tetapi ketika anak beranjak besar, makanan yang diberikan harus makanan tertentu yang disesuaikan dengan dietnya (yaitu diet bahan makanan yang mengandung gluten dan casein) (Spreen et al 1984 diacu dalam Kanarek&Kaufman 1991). Gluten adalah sejenis protein yang didapatkan pada wheat (gandum), oats, barley, rye, dan derivatnya. Casein adalah protein yang terdapat pada air susu hewani dan mempunyai struktur mirip gluten. Seseorang yang berada dalam keadaan normal, yang mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten dan casein akan dicerna secara sempurna oleh proses kimia dan fisik menjadi asam amino tunggal dan diserap oleh usus. Bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dan mengandung gluten dan casein antara lain mie, roti, makaroni, susu sapi, dan keju (Sjambali 2003). Penderita ASD memiliki gangguan enzim pencernaan dan leaky gut, peptida jenis ini tidak dapat dicerna dengan baik, peptida akan beredar dalam darah bentuk gluteo dan casomorphin dan terikat pada reseptor opioid di otak
yang menimbulkan gejala kelainan perilaku. Penderita ASD yang diet bebas gluten dan casein terjadi kemajuan yang menakjubkan (Sjambali 2003). Studi ilmiah menunjukkan terjadinya inflamasi lambung disebabkan gluten, casein, kedelai dan beberapa makanan lainnya. Ahli alergi tradisional menyatakan bahwa keadaan tersebut bukanlah “alergi”, tetapi disebut respon inflamasi T-cells terhadap makanan-makanan ini. Penelitian menunjukkan bahwa 75% dari anak ASD memiliki reaktivitas T-cells pada makanan (McCandless 2003). Diet rendah gula sederhana
Gula sederhana adalah makanan utama dari jamur yang ada dalam usus penderita ASD, hasil metabolit dari jamur ini sering menimbulkan kelainan perilaku, sehingga diet rendah gula sederhana akan mengurangi gejala ASD. Dianjurkan untuk mengkonsumsi hidrat arang kompleks sebagai pengganti gula sederhana (Sjambali 2003). Gula dapat meningkatka pertumbuhan jamur pada saluran pencernaan anak ASD, untuk itu sebaiknya konsumsi gula sederhana dibatasi penggunaannya. Jenis gula yang perlu dihindari anak ASD adalah sukrosa, fruktosa, galaktosa, madu, gula merah, sirup, dan makanan lain yang mengandung gula yang tinggi, seperti coklat. Gula yang terbaik dan masih banyak direkomendasikan adalah stevia dan xylitol (McCandless 2003). Jenis gula Gula murni
Gula buatan
Diet Bebas gluten
Bebas casein
Gula yang diberikan Syrup, minuman yang berkarbonasi, jus buah dalam kemasan Gula dan saccarine, aspartame seperti tropikana slim dan equal
Makanan yang tidak diberikan Biskuit, mie, roti, kue, snack, dan segala jenis makanan yang mengandung tepung terigu dan beras ketan Makanan atau minuman yang mengandung susu sapi, seperti keju, mozzarella butter, permen susu, es krim, yogart,
Gula pengganti Jus buah alami, gula palem namun jumlah sedikit, gula buah( fruktosa) namun tidak sering Gula jagung (gula sorbitol)
Makanan pengganti Makanan yang mengandung tepung beras, tepung tapioka, singkong, ubi talas, jagung, bihun Susu kedele, daging dan ikan segar, unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hujau, kacang merah, kacang tolo, kacang mete, kacang kapri
Zat adiktif Pengawet Pewarna Penyedap Pengemulsi
Makanan yang dihindari Makanan olahan sosis, kornet, nuget, bakso olahan dan makanan olahan lainnya
Jenis diet Diet bebas fenol
Makanan yang tidak diberikan Terkandung dalam buah-buahan berwarna cerah seperti anggur, ceri, plum, apel
Diet bebas salisilat
Terdapat pada jeruk dan tomat
Makanan pengganti Gunakan makanan yang dimasak secara alami. Gunakan bahan makanan secara alami sebagai pengganti pewarna makanan seperti daun pandan, daun suji dan kunyit
Makanan pengganti Pepaya, mangga,kiwi, nanas dan wortel. Perbanyak makan sayuran sebagai penambah serat agar tidak susah bab karena keterbatasan konsumsi buah
2. Retardasi Mental Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut (Sularyo & Kadim, 2000). Diet yang dianjurkan adalah pantangan berbagai macam makanan, termasuk makanan yang mengandung zat pewarna atau penyedap rasa tiruan yang dapat menyebabkan hiperaktif. Juga disarankan agar dihindari menggunakan obat kumur yang mengandung zat pewarna. Hal yang perlu dijaga adalah kemungkinan menurunnya perilaku hiperaktif bukan karena hilangnya berbagai zat dari tubuh anak, tetapi karena kebiasaan diet ini
memaksa anak belajar mengendalikan dirinya . Zat gizi makro maupun zat gizi mikro sangat dibutuhkan anak usia sekolah untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, mempertahankan tubuh terhadap serangan infeksi, dan meningkatkan kemampuan belajar serta membantu konsentrasi. Menurut Ingtyas yang dikutip oleh Rahmawati (2013), anak dengan disabilitas intelektual (tunagrahita) mengalami defisit asupan gizi yaitu diantaranya energi, protein, zat besi (fe), vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Marthur (2007) menambahan anak tunagrahita juga mengalami defisit kalsium. Menurut Rao yang dikutip oleh Rahmawati (2013), pada anak tunagrahita, rendahnya asupan karbohidrat dapat berpengaruh pada neurotransmiter (pengantar saraf) otak, produksi serotonin dan triptofan. Asam amino yang terdapat dalam makanan berprotein tinggi dapat
memengaruhi fungsi otak dan kesehatan mental. Hal ini berkaitan dengan dengan neurotransmiter otak. Asam amino merupakan bahan pembentuk dari beberapa neurotransmiter dopamin yang tebentuk dari asam amino tirosin. Asupan asam amino yang kurang dapat menyebabkan terganggunya sintesis dari masing-masing neurotransmiter, yang mana berhubungan dengan suasana hati (mood ) dan sifat agresif anak. Akan tetapi, penambahan asam amino yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan otak dan disabilitas intelektual. Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan penurunan kemampuan belajar karena fungsi neurotransmiter tidak bekerja dengan optimal, anemia gizi besi, dan menurunkan appetite. Vitamin B6 (piridoksin) berfungsi mencerna protein, sintesis antibodi, dan berperan pembentukan sel darah merah. Kekurangan vitamin B 6 dapat menyebabkan gangguan protein seperti lemah, mudah tersinggu, perubahan hati (mood), dan sukar tidur. Kekurangan vitamin C akan menyebabkan perbaikan jaringan menjadi lambat. Dampak lainnya adalah gangguan saraf yang diikuti oleh gangguan psikomotor. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak di dalam tubuh dan jumlah paling banyak tersimpan pada tulang dan gigi. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Contoh Pola Makanan Anak Umur 7-12 Tahun Umur
Jam pemberian makan 06.00 : susu + gula 07.00 : nasi 1) Telur 10.00 : kue 12.00 : nasi 1) hewani 2) nabati 3) Sayuran Buah 16.00 : bubur kacang hijau 4) 18.00 : nasi Hewani Nabati Sayuran Buah
7-9 tahun BB 23kg (1900 kkal) G urt 200 1 gelas 100 ¾gelas 50 1 butir 50 1 potong 150 1 gelas 50 1 potong 25 1 potong 50 ½ gelas 50 1 potong 200 1 gelas 150 50 25 50 50
1 gelas 1 potong 1 potong ½ gelas 1 potong
10-12 tahun BB 30 kg (2100 kkal) g Urt 200 1 gelas 150 1 gelas 50 1 butir 50 1 potong 200 1 ½ gelas 50 1 potong 25 1 potong 75 ¾ gelas 50 1 potong 200 1 gelas 150 50 25 75 50
1 gelas 1 potong 1 potong ¾ gelas 1 potong
21.00
: susu + gula biskuit 5)
200 20
1 gelas 2 buah
200 20
1 gelas 2 buah
Sumber : Subbagian Gizi anak FKUI/RSCM Keterangan : 1) Dapat diganti dengan makanan penukarnya seperti roti, jagung, kentang, sagu. 2) Diartikan sumber protein hewani : daging, telur, hati, ikan laut, ikan tawar. 3) Diartikan sumber protein nabati : tahu, tempe, kacang-kacangan. 4) Dapat diganti dengan makanan penukar sebanyak 25 gram. 5) Berat biskuit “ Regal ” : 8-10 gr/buah 6) Berat biskuit “ Farley” : 15-16 gr/buah 7) urt : ukuran rumah tangga 8) g : gram
Daftar Pustaka
Ambarwati, Dwi S., Rosidi, Ali., Noor, Yuliana. (2014). Gambaran Mutu Makanan pada Penderita Autisme di Panti Asuhan Al-Rifdah Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang 3(1): 33-39 American Psychiatric Association. (2015). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-V) Duff, Jacques. (2014). Nutrition for ADHD and Autism. Clinical Neurotherapy. doi: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-3969880.00014-3 Kałużna-Czaplińska, J., Jóźwik -Pruska, J. (2016). Nutritional Strategies and Personalized Diet in Autism-Choice or Necessity?. Trends in Food Science & Technology. doi: 10.1016/j.tifs.2016.01.005. Strickland, Elizabeth. (2009). Eating for Autism: The 10-Step Nutrition Plan to Help Treat Your Child’s Autism, Asperger’s, or ADHD. Philadelphia: Da Capo Press Sularyo, Titi S., Kadim, Muzal. (2000). Retardasi Mental. Sari Pediatri 2(03):170-177 Syafitri, Indria L. (2008). Pengasuhan (Makan, Hidup Sehat, dan Bermain), Konsumsi dan Status Gizi Penderita Autism Spectrum Disorder (ASD). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor ( Published ) Yusnita, Nina., Ismawati, Rita. (2014). Hubungan Asupan Makanan dengan Status Gizi dan Perilaku Adaptif Anak Autis di Paud ABK Mutiara Kasih Trenggalek. E-journal boga 03(1):184-191 Zahra, Zulfa., Warsiki, Endang. (2010). Aspek Biomedik pada Autisme Fokus pada Diet dan Nutrisi Zammit, Susanna. (2013). The Glutten-Free Diet: An Effective Treatment for Autistic Spectrum Disorder?. Honors Theses. Western Michigan University