KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
PSF
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pascabencana erupsi gunung api akan selalu meninggalkan masalah yang kecil, baik yang diakibatkan oleh aliran lahar panas, awan panas dan banjir yang meluluh lantakkan area yang dilaluinya. Bencana erupsi Merapi pada tahun 2010 juga telah menyebabkan ratusan jiwa meninggal, kerusakan infrastruktur, lahan dan tata perekonomian-sosial serta hancurnya sekitar rumah warga di sekitar Merapi.
tidak lahar akhir pada 3000
Sebagai upaya untuk mengembalikan pada kondisi normal, terutama pada rumah warga, prasarana permukiman, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan pada area terdampak, pemerintah melalui REKOMPAK memberikan pendampingan dan bantuan dana stimulan untuk kegiatan rehabilitasi, rekonstruksi rumah dan infrastruktur permukiman melalui pendekatan pemberdayaan, yakni menempatkan masyarakat menjadi pelaku utama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman di wilayahnya sendiri. Rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman dilakukan dengan memukimkan kembali warga ke tempat yang lebih aman untuk dihuni berdasarkan peta kawasan rawan bencana Gunung Merapi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM. Pada pelaksanaannya, pemukiman baru tersebut juga dilengkapi dengan prasarana Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAB).
1.2 Landasan Operasional dan Acuan Landasan operasional yang digunakan mengacu kepada ketentuan-ketentuan dan persyaratan pada : a. Grant Agreement Java Reconstruction Fund (JRF) for Community Based Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project for Central and West Java and Yogyakarta Special Region, b. Grant Agreement PNPM Support Facility (PSF) for Community Based Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project, c. Pedoman Operasional Umum (POU) untuk Kelurahan/Desa REKOMPAK, 2010. d. Pedoman Operasional Teknis (POT) untuk Kelurahan/Desa REKOMPAK, 2010.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 1
1.3 Maksud dan Tujuan Maksud 1. Memberikan panduan dan tata cara kepada warga masyarakat desa/kelurahan dalam melaksanakan kegiatan penyusunan rencana detail teknis dan pelaksanaan pembangunan prasarana SPAB, 2. Sebagai acuan persyaratan teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan prasarana SPAB yang akan dibangun pada program REKOMPAK Pasca Erupsi Merapi, 3. Memberikan panduan dan tata cara kepada konsultan pendamping REKOMPAK dalam memfasilitasi penyusunan rencana detail teknis dan pelaksanaan pembangunan prasarana SPAB di tingkat desa/kelurahan; Tujuan 1. Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan prasarana SPAB di tingkat desa/kelurahan; 2. Tersusunnya rencana detail pembangunan prasarana SPAB di tingkat desa/kelurahan berbasis komunitas dan berorientasi pada tata bangunan dan tata lingkungan yang tanggap pada risiko bencana; 3. Terjaminnya kualitas detail teknis dan tersusunnya dokumen teknis pembangunan prasarana SPAB sesuai dengan kaidah teknis dan aturan yang berlaku.
1.4 Sasaran Kelompok sasaran utama standar operasional porosedur ini, adalah: 1. Tingkat komunitas desa, yaitu para calon pengelola dan pelaksana pembangunan prasarana SPAB serta para Panitia Pembangunan (PP) desa/kelurahan, 2. Konsultan pendamping tingkat desa, yaitu para fasilitator pendamping masyarakat desa (faskel, building controler/BC), Sasaran selanjutnya adalah: 1. Komunitas, yaitu BKM/TPK, Tim Inti Perencana (TIP) dan Panitia Pembangunan (PP) 2. Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/ Kelurahan (LPMD/K), dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), 3. Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK), 4. Dinas/Instansi Terkait, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) - Kabupaten/Kota, 5. Konsultan REKOMPAK; National Management Consultant (NMC), District Management Consultant (DMC), 6. Serta pihak-pihak lain yang peduli atau memanfaatkan panduan tata cara ini.
1.5 Pelaku Penanggungjawab keseluruhan dalam pembangunan prasarana SPAB yang dibiayai melalui dana BDL adalah Panitia Pembangunan (PP) dengan koordinasi
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 3
dan bimbingan dari BKM/TPK. Pelaksana penyusunan rencana detail teknis dan pembangunan prasarana SPAB adalah Tim Inti Perencana (TIP) dengan melibatkan warga masyarakat desa/kelurahan dan Pemerintah Desa/Kelurahan serta instansi Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan penyusunan rencana detail teknis dan pembangunan prasarana SPAB , TIP mendapatkan pendampingan atau bantuan teknis dari Tim Fasilitator REKOMPAK.
1.6 Definisi-Definisi Dalam SOP ini yang dimaksud dengan : 1.
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), adalah lembaga keswadayaan masyarakat yang terdiri dari anggota masyarakat yang dibentuk dan dipilih melalui rembug musyawarah tingkat desa/kelurahan yang mempunyai fungsi dan peran untuk membuat kebijakan dan mengkoordinasikan kegiatankegiatan yang disepakati oleh seluruh warga masyarakat desa/kelurahan. BKM membentuk unit-unit pengelola sesuai kebutuhan, yang sekurangkurangnya terdiri dari Unit Pengelola Keuangan (UPK), Unit Pengelola Lingkungan (UPL), dan Unit Pengelola Sosial (UPS).
2.
Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) merupakan bagian dari struktur kelembagaan PNPM Mandiri Perdesaan yang berada di tingkat desa. TPK terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dalam mengelola administrasi serta keuangan. TPK sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Bendahara dan Sekretaris.
3.
Rencana Penataan Permukiman (RPP) atau Community Settlement Plan (CSP) adalah rencana penataan permukiman kelurahan/desa dalam kurun waktu 5 (lima), tahun yang disusun masyarakat berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan cita-cita masyarakat untuk meningkatkan kondisi permukiman yang tanggap terhadap upaya pengurangan risiko bencana serta mengendalikan dan mengelola pembangunan permukiman kelurahan/desa.
4.
Program Jangka Menengah (PJM) adalah yang berisi tentang rencana pembangunan sarana dan prasarana fisik maupin non phisik yang menjadi kebutuhan desa sesuai dengan hasil analisa kebutuhan dalam penyusunan RPP.
5.
Verifikasi RPP adalah suatu rangkaian usulan program dan kegiatan yang telah menseleksi, memastikan dan memutuskan atau tidak layak didanai sesuai dengan REKOMPAK.
6.
Bantuan Dana Lingkungan (BDL) merupakan bantuan dana hibah dari multi donor, luar negeri atau dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga masyarakat desa/ kelurahan yang ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi masyarakat serta kerusakan sarana-prasarana lingkungan akibat dampak bencana. BDL merupakan dana stimulan dalam rangka merealisasikan PJM hasil RPP yang disusun oleh komunitas warga masyarakat sendiri.
7.
Bantuan Dana Rumah (BDR) merupakan bantuan dana hibah dari multi donor, luar negeri atau dalam negeri, yang dihibahkan kepada warga
kegiatan peninjauan terhadap terumuskan dalam RPP, untuk apakah usulan kegiatan layak batasan pendanaan Program
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 4
desa/kelurahan, ditujukan untuk rekonstruksi & rehabilitasi dan pembangunan rumah warga yang hunian tempat tinggalnya rusak akibat dampak bencana. BDR merupakan bantuan dana stimulan agar warga korban bencana dapat membangun rumahnya kembali dengan layak (sederhana, sehat, aman), bukan merupakan ganti rugi rumah. 8.
Dokumen Teknis Pembangunan Lingkungan (DTPL) adalah merupakan dokumen perencanaan teknis detail yang disusun oleh Panitia Pembangunan/PP dengan pendampingan dari Fasilitator dan Tenaga Ahli DMC yang menjadi acuan pelaksanaan pembangunan sarana-prasarana lingkungan dan merupakan dokumen dasar syarat pencairan dana BDL.
9.
Dokumen Teknis Pembangunan Permukiman (DTPP) adalah merupakan dokumen perencanaan teknis detail yang disusun oleh Kelompok Pemukim/KP dengan pendampingan dari Fasilitator dan Tenaga Ahli DMC yang menjadi acuan pelaksanaan pembangunan permukiman/rumah/hunian tetap atau hunian sementara (shelter) dan merupakan dokumen dasar syarat pencairan dana BDR.
10.
Panitia Pembangunan (PP), PP dibentuk oleh BKM/TPK untuk melaksanakan kegiatan pembangunan terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah warga desa. PP sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris/Admintrasi&Keuangan/Bendahara, Petugas Belanja/ Logistik, Koordinator Perencanaan dan Koordinator Pelaksanaan.
11.
Tim Inti Perencana (TIP), TIP dibentuk oleh BKM/TPK untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah warga desa. TIP sekurangkurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota,
12.
Kelompok Pemukim (KP), dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pembangunan permukinan/rumah terdiri dari anggota-anggota warga masyarakat penerima BDR sebanyak-banyaknya 15 KK. Pembentukan KP difasilitasi oleh BKM/TPK. Organisasi KP sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris/Admintrasi&Keuangan/ Bendahara, Petugas Belanja/Logistik, Koordinator Perencanaan dan Koordinator Pelaksanaan.
13.
Tim Pengadaan atau Panitia Lelang adalah tim yang dibentuk untuk melaksanakan pengadaaan barang atau jasa beranggota ganjil terdiri 3 orang atau lebih dengan minimal 1 anggotanya adalah perempuan. Untuk Tim Pengadaan Tingkat KP/PP dibentuk oleh Ketua KP/PP yang disepakati anggotanya. Untuk Tim Pengadaan Tingkat Desa dibentuk oleh para ketua KP/PP yang disepakati oleh BKM/TPK.
14.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya secara sehat dan aman tanpa membahayakan dirinya dan maupun masyarakat sekitar.
15.
Relokasi Mandiri, adalah Kelompok Pemukim dimana anggota-anggota kelompok pemukim (AKP) tersebut membangun rumah BDR di lahannya sendiri-sendiri yang lokasinya tidak mengelompok atau tidak secara sengaja berkelompok.
16.
Relokasi Berkelompok, adalah Kelompok Pemukim yang membangun rumah-rumah permukimannya secara berkelompok atau kolektif sehingga diperlukan perencanan siteplan terlebih dahulu sebelum mulai pembangunan masing-maisng rumah. Lahan permukiman bisa disediakan oleh a)
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 5
Pemerintah, atau b) Dibeli secara oleh sekelompok warga, atau c) Hibah dari donor, atau kombinasi ketiganya. 17.
Rencana detail teknis, atau detailed engineering design (DED) adalah rencana dan gambar kerja untuk pelaksanaan pembangunan rumah dan pemukiman.
18. Site plan, atau rencana tapak adalah rancangan tatap-tapak bangunan dan sarana prasarana serta tata ruang & lingkungan rumah dan pemukiman yang memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditentukan dan disusun melalui proses rembug warga.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 6
BAB 2 PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH
2.1
Ketentuan Umum a. Kegiatan ini adalah bersifat partisipatif, yang mendorong sebesar besarnya keikutsertaan masyarakat desa setempat dalam proses perencanaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat sendiri sebagai bagian dari upaya membangun rasa memiliki terhadap prasarana air bersih yang akan dibangun. b. Masyarakat di lokasi sasaran, yang diwakili oleh perwakilan masyarakat setempat, dengan didampingi oleh fasilitator dan pendamping teknis mengadakan musyawarah untuk memutuskan usulan prasarana air bersih yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi setempat, dan ketersediaan dana yang tersedia (alokasi dana JRF untuk desa setempat ditambah kontribusi masyarakat). c. Standar, kriteria atau besaran yang ada dalam pedoman ini bersifat minimum sedangkan yang lebih menentukan adalah kebutuhan dan kondisi setempat serta ketersediaan dana yang dialokasikan oleh REKOMPAK untuk desa tersebut beserta dana kontribusi masyarakat sendiri. d. Rancang bangun sistem penyediaan air bersih disini adalah sistem komunal bukan individu dan menggunakan teknologi tepat guna. Titik berat kajian disamping kehandalan kinerjanya, adalah kemudahan serta berbiaya rendah dalam operasi dan pemeliharaan sistem penyediaan air bersih untuk masyarakat desa, sehingga diharapkan pemanfaatannya akan bisa berkesinambungan (sustainable).
2.2 Survei Awal Survai yang dilakukan meliputi kegiatan pendataan didaerah desa tujuan pelayanan. Dalam kegiatan yang menyertakan masyarakat ini, dilakukan hal hal berikut: identifikasi daerah yang mendesak untuk dilayani karena suatu sebab seperti kelangkaan sumber air bersih dan atau daerah rawan air bersih, yaitu desa yang air tanah dangkalnya tidak laik minum karena payau/asin atau langka dan selalu mengalami kekeringan pada musim kemarau, pencemaran air tanah yang tinggi di lingkungan tersebut sementara upaya pencegahannya sangat sulit dilaksanakan, serta sebab lain lainnya. Kumpulkan data-data dasar seperti peta desa, jumlah penduduk desa dan sumber air bersih penduduk saat ini. Identifikasi sumber air baku (Mata Air, Sumur Dangkal, Sumur Dalam, Air Permukaan/ Sungai, Telaga, Waduk, Air Hujan) yang potensial.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 7
2.3 Penentuan Daerah Pelayanan dan Kebutuhan Air a. Tentukan daerah yang akan dilayani melalui konsultasi dengan warga untuk mendapatkan daerah yang sangat membutuhkan pelayanan air bersih komunal. Daerah yang akan dilayani bisa meliputi kurang dari 1 dusun, 2 dusun, atau bahkan mungkin bisa lebih dari 1 desa. Dalam kasus daerah pelayanan sistem meliputi 2 desa maka yang harus dipertimbangkan adalah: Kedua desa tersebut ada dalam program REKOMPAK Pada situasi tersebut pelayanan 2 desa adalah lebih efisien daripada hanya 1desa ditinjau dari sisi kajian sistem penyediaan air bersih. Komplikasi yang terjadi dalam kepengurusan pengelolaan sistem yang akan berjalan. Komplikasi pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam musyawarah antar desa. b. Tentukan jumlah penduduk yang akan dilayani. Penduduk terlayani adalah penduduk yang ada di daerah pelayanan sebagaimana tersebut pada langkah ke 2 dan tingkat pelayanannya 100% (semua penduduk tersebut terlayani). c. Hitung jumlah kebutuhan air bersih daerah terlayani.dengan asumsi kebutuhan air = 30 - 120 l/orang/hari, untuk penampungan air hujan standarnya lebih kecil 15 l/orang/hari)
2.4 Penentuan Komponen Sistem Penyediaan Air Bersih Seleksi komponen sistem air bersih yang diperlukan untuk melayani kebutuhan air bersih penduduk didaerah pelayanan, dilakukan proses sebagaimana diagram di halaman berikut Khusus untuk penentuan sumber air baku dilakukan dengan pertimbangan dan urutan prioritas sebagai berikut: o Kecukupan kuantitas/debit airnya terutama dimusim kering. o Kualitasnya tidak memerlukan pengolahan untuk menjadi air bersih atau hanya memerlukan pengolahan minimal. o Pengaliran dengan sistem gravitasi lebih diprioritaskan daripada perpompaan (karena elevasi sumber lebih tinggi daripada daerah pelayanan). o Tidak ada kompetisi dengan penggunaan yang lain (misal untuk irigasi sawah) kecuali tidak ada sumber lain dan harus ada kesepakatan dengan pihak terkait. o Jarak sumber terhadap daerah pelayanan diambil dari yang paling dekat (lebih dekat lebih ekonomis).
2.5
Pemilihan Alternatif Sistem Penyediaan Air Bersih Melakukan pemilihan sistem penyediaan air bersih didasarkan pada: Sumber air baku yang berupa mata air, air tanah, air permukaan dan air hujan. Pengolahan air, yaitu pengolahan lengkap (Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Filtrasi dan Chlorinasi) atau tidak lengkap (Bak Pengendap atau Filtrasi Lambat), yang berdasarkan dari hasil pemeriksaan kualitas air baku. Sistem pendistribusian, yaitu gravitasi atau pemompaan Sistem pelayanan yang berupa sambungan hidran umum/kran umum
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 8
Gambar 2-1 : Alternatif Sistem Penyediaan Air Bersih
2.6
Rancangan masing-masing Penyediaan Air Bersih
Komponen
Sistem
Menentukan jenis konstruksi, besarannya dan hal-hal detail lainnya dari komponen sistem yang telah terseleksi sebagai berikut: a. Bangunan Pengambilan Air Baku Bangunan ini dimaksudkan untuk penyadapan air baku dengan kapasitas yang diperlukan dan melakukan pengamanan dari potensi pencemaran. Pengambilan Air Baku dari Mata Air/ Bangunan Penangkap Mata Air (BPMA) Perlu kehati-hatian dalam merencanakan bangunan penangkap mata air agar tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan sehingga mata air hilang atau bergeser dan muncul di lain tempat karena mendapatkan celah atau retakan tanah yang lebih mudah diterobos. Mempertahankan ketinggian muka air mata air yang ada, adalah cara paling aman dalam membangun bangunan penangkap mata air. Konstruksi BPMA tergantung jenis mata air yang akan dimanfaatkan sebagai berikut: o Aliran artesis terpusat, gunakan tipe 1A o Aliran artesis kontak gravitasi, gunakan tipe 1B o Aliran artesis tersebar, gunakan tipe 1D o Aliran artesis vertikal, gunakan tipe 1C Untuk penjelasan berbagai jenis/tipe BPMA tersebut lihat gambar-gambar tipikal dihalaman lampiran dokumen ini. Untuk sistem yang menggunakan perpompaan diperlukan bak pengumpul / penampung / reservoir setelah bangunan penangkap mata air.
Pengambilan Air Baku dari Air Permukaan (Sungai, Danau, Embung atau Rawa-Rawa) o Sistem infiltrasi o Pengambilan langsung dari sungai
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 9
o
Pengambilan langsung dengan intake terapung (untuk danau, embung atau rawa)
Pengambilan Air Baku dari Air Tanah o Sumur dangkal Survai kedalaman dan kualitas air pada sumur yang telah ada disekitar lokasi, Gunakan cincin sumur beton standard yang berdiameter 0,90 m dengan tinggi sekitar 0,50 m, Perhitungkan kebutuhan cincin sumur dengan mempertimbangkan ketinggian cincin diatas permukaan tanah sekurang-kurangnya 0,80 m, Berikan lapisan batu sungai yang berdiameter 5-10 cm pada dasar sumur setebal 20-40 cm (jika air sumur keruh), Buat lantai pada sekeliling area sumur dengan semen cor yang diplester dan sumur dilengkapi dengan dinding, Buatkan saluran air dari sumur ke saluran air terdekat. o
Sumur dalam Perencanaan sumur dalam meliputi pemilihan material dan dimensi yang benar agar diperoleh kombinasi optimum dari kinerja dan usia sumur serta biaya pembuatannya. Pemilihan material pipa selubung / jambang / casing maupun saringan / screen harus mempertimbangkan kandungan mineral dan biologis dari air tanah yang akan dipompa serta besarnya gaya beban yang ditanggung pada saat berada dalam tanah. Untuk merencanakan suatu sumur dalam terdapat beberapa faktor yang perlu menjadi bahan pertimbangan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah: Jenis-jenis akifer daerah pemboran apakah memiliki permeabilitas rendah atau tinggi, kenaikan air dan tinggi muka air tanah. Jenis pompa, perlu diperhatikan untuk menentukan diameter pipa jambang / casing. Debit air yang dibutuhkan. Konstruksi sumur dalam terdiri dari 4 (empat) bagian utama: Pipa jambang / casing. Pipa naik. Pipa saringan. / screen Pipa perangkap pasir. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu sumur bor. Diameter Sumur - Besaran diameter casing pipa yang digunakan sesuai dengan keperluan. Pemilihan diameter pipa selubung dan saringan adalah sangat penting karena keduanya berpengaruh besar pada biaya dan efisiensi sumur. Pemilihan diameter selubung untuk sumur dalam dengan diameter lebih besar dari 4 inch (100 mm) adalah untuk mengakomodasi ukuran pompa yang digunakan. Jika yang digunakan adalah pompa benam (submersible) maka diameter pipa selubung yang digunakan minimum 1,5 kali ukuran pompa (misalnya ukuran pompa 4 inch maka ukuran pipa selubung adalah 6 inch), hal ini dimaksudkan untuk kemudahan pemasangan dan pengoperasian maupun
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 10
-
pemeliharaan. Jika jarak pompa dan saringan relatif cukup jauh, maka pipa selubung/ casing setelah pompa bisa menggunakan ukuran lebih besar dari diameter pompa. Jika permukaan air sumur tidak terlalu dalam, dimana pompa yang digunakan adalah bukan pompa benam dan posisi pompa berada diatas pipa casing, maka diameter pipa selubung/ casing ditentukan berdasarkan diameter pipa sedot dari pompa. Jenis casing yang digunakan biasanya PVC atau Low Carbon Steel, atau Galvanized Iron Pipe (GIP) yang disesuaikan dengan kualitas air tanah dan kedalamannya (PVC skedul 80 biasanya digunakan untuk kedalaman sumur kurang dari 60 m).
Kedalaman Sumur - Tergantung pada kedalaman lapisan akifer yang akan digunakan dan jenis akifernya. Secara umum kedalaman sumur harus mencapai dasar akifer, dengan alasan semakin dalam sumur maka semakin besar kapasitas pengambilan yang bisa dilakukan. Akan tetapi jika dasar akifer terkandung air dengan kualitas yang kurang baik maka sumur bor harus berhenti di kedalaman dimana terdapat air dengan kualitas yang baik. - Penentuan Jenis Akifer (tertekan atau tidak) berdasarkan data log bor.
Saringan Merupakan tempat masuknya air pada lubang bor dan dianggap berfungsi baik jika mampu menyaring pasir dengan kehilangan tekanan yang minimum.
Gravel Pack (kerikil) - Material kasar buatan yang ditempatkan disekitar saringan yang berguna untuk mempermudah pemompaan air karena materialmaterial pada akifer akan tertahan pada gravel pack tidak menutupi lubang-lubang-saringan. - Mencegah agar lubang bor stabil atau tidak mudah runtuh. - Berfungsi sebagai filter. - Diisikan dalam ruang antara dinding lubang bor dan screen, mulai screen paling atas hingga paling bawah.
Pompa Alat untuk menghisap air dari lubang bor ke atas permukaan tanah. Pada pemboran air tanah dalam, pompa yang lazim digunakan adalah pompa benam (submersible pump).
Piezometer Adalah sebuah alat pengukur muka airtanah yang ditempatkan di dalam sumur pantau. Sumur pantau ditempatkan disekitar sumur pemompaan (tergantung dana yang tersedia).
Grouting Suatu lapisan buatan (berupa lapisan semen) yang berfungsi untuk menahan konstruksi lubang bor (minimum 20 m atau melihat kedalaman sumur dangkal di sekitarnya).
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 11
Perencanaan dan konstruksi sumur dalam termasuk kategori pekerjaan dengan resiko kegagalan yang tinggi serta memerlukan pengetahuan dan peralatan khusus, oleh karena itu tidak boleh dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dan harus dalam pengawasan oleh Konsultan. Kontraktor sumur dalam harus mempunyai kualifikasi keahlian di bidang pengeboran sumur dalam. Pemilihan lokasi sumur dalam (maupun dangkal) Pemilihan lokasi sumur harus mempertimbangkan jarak dari sumber pencemar potensial yang bisa menimbulkan pencemaran pada sumur yang akan dibangun sebagaimana tabel dibawah ini
Table 2-1 : Jarak Minimum Sumur dari Sumber Pencemar Potensial
Jarak (m)
Sumber Pencemar Potensial
Tempat pembuangan sampah, bengkel, pompa bensin, kegiatan industri yang menghasilkan zat pencemar, penyimpanan bahan B3 dll. 59 Sumur peresapan air limbah WC cubluk, kandang ternak, sawah atau tegal yang diberi pupuk buatan 30 maupun kompos dll. 15 Tangki septik, badan air (sungai, rawa, danau atau embung) 7 saluran drainase, selokan atau rumah. Sumber: Drilling and Well Construction Manual, Life Water 100
Jika lokasi sumur berada pada daerah tidak datar (miring) maka sumur tidak boleh terletak di bagian bawah dari sumber pencemar.
Pengambilan Air Baku dari Air Hujan o Desain bak penampung air hujan (PAH) harus memenuhi volume minimal 15 l/org/hari untuk kebutuhan maksimal jumlah bulan musim kering dalam satu tahun. Bak penampung dibuat sederhana terbuat dari bahan kedap air berupa pasangan bata, beton atau fiberglass. o Menggunakan atap gabungan rumah-rumah penduduk, masjid, kantor desa atau bangunan umum lainnya sebagai penangkap air hujan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar gambar tipikal bangunan pengambilan air baku di lampiran.
b. Penentuan dimensi bak pengumpul dan kebutuhan perpompaan (untuk sistem yang menggunakan pompa)
Tentukan bentuk dan hitung dimensi bak pengumpul disesuaikan dengan debit mata air, kebutuhan pemompaan dan pola distribusi air (jam pemompaan). Rancangan perpompaan terkait dengan elevasi pompa dan elevasi dimana air akan dipompakan (HU/KU), perpipaan, ketersediaan air (debit) sumber air, kebutuhan air, jenis sumber energi listrik yang digunakan, berbiaya rendah dan mudah dalam pengoperasian & pemeliharaan serta ketersediaan suku cadang,
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 12
Hitung besarnya kebutuhan energi listrik dan tentukan jenis sumber energi listrik yang akan digunakan dengan mempertimbangkan : ketersediaannya, kemudahan pengoperasian dan pemeliharaan, biaya operasi dan pemeliharaannya, serta biaya pengadaannya, jenis sumber energi listrik yang perlu dikaji selain PLN adalah penggunaan Genset dan sel surya.
c. Penentuan Kebutuhan Pengolahan Air Baku.
Pada situasi tertentu, pengolahan air baku diperlukan untuk mengolah air baku menjadi memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai air bersih. Secara umum rancang bangun pengolahan air baku menjadi air bersih harus menggunakan teknologi tepat guna untuk masyarakat pedesaan, dengan mempertimbangkan keberlangsungannya dalam jangka panjang.
Melaksanakan pengambilan contoh dan analisa air.baku, selanjutnya tentukan komponen pengolahan yang diperlukan berdasarkan hasil analisa air baku yang telah dilaksanakan. Sebagai pedoman pemilihan komponen pengolahan air baku menjadi air bersih lihat tabel dibawah ini:
Tabel 2-2 : Pemilihan Komponen Pengolahan Air Baku
Proses Pengolahan Kontaminan
Sedimentasi Koagulasi
Bakteri Virus Kekeruhan Padatan tersuspensi Bau dan rasa Besi dan Mangan Fluor Arsen Logam berat Warna dan zat organic 0 : Tidak berpengaruh + : Bisa menurunkan
Flokulasi, Saringan Sedimentasi dan Pasir Lambat Filtrasi +++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++
Desinfeksi
0 0 0
0 0 +
++++ ++++ 0
0 ++ ++ 0 0 ++
+++ 0 + 0 0 0
++++ +++ +++ + ++ ++
++++ +++ +++ 0 + ++
0 + ++ 0 0 +
0
0
++
++
+
Sumber Air Baku dari Mata Air Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini biasanya hanya memerlukan pengolahan sederhana, dengan melakukan penyaringan sederhana (saringan pasir lambat).
Sumber Air Baku dari Air Permukaan (Air Sungai, Danau, dan Embung) Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini umumnya memerlukan pengolahan sederhana, dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Sederhana (saringan pasir lambat).
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 13
Melakukan pengambilan contoh air untuk diuji kualitas air di laboratorium yang disetujui (parameter pengujian lihat lampiran), Melakukan pengukuran untuk kecukupan debit dengan menggunakan alat ukur V-Notch atau Cipoletti, untuk debit besar menggunakan Current meter. Menentukan IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sederhana) yang dapat berupa saringan pasir lambat atau saringan pasir cepat atau kombinasi diantaranya..
Sumber Air Baku dari Sumur Dangkal Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Penentuan lokasi sumur ini bisa dilakukan dengan mengamati sumur yang sudah ada disekitar daerah pelayanan.
Sumber Air Baku dari Sumur Dalam Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Jika ada indikasi dari sumur yang sudah beroperasi yang lokasinya relatif dekat mengandung Fe dan atau Mn maka diperlukan pengolahan aerasi dan filtrasi.
Sumber Air Baku dari Air Hujan Dari sisi pengolahan, sumber air jenis ini tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut, hanya diperlukan perbaikan pH air dengan pembubuhan kapur dengan dosis rendah (pH normal air minum adalah 6 – 7).
d. Penentuan jenis, dimensi pipa dan penempatan pipa
Tentukan jenis pipa dengan memperhatikan jenis tanah dimana pipa dipasang, pertimbangan kemudahan pemasangan dan pemeliharaan, tekanan kerja, ketersediaan di pasaran lokal, serta harga. Contoh untuk tanah berbatu dan curam digunakan pipa GIP yang dipasang diatas permukaan tanah. Pipa PVC digunakan untuk jalur pipa yang ditanam bukan yang diekspos (diatas permukaan tanah).
Melakukan perhitungan hidrolis untuk menentukan dimensi perpipaan dan kehilangan tekanan sehingga didapat tekanan yang diperlukan. Perhitungan hidrolis perpipaan dilakukan dengan menggunakan metode “hardy cross” untuk jaringan perpipaan yang membentuk “loop” dan dengan monogram “Hazen – William” untuk sistem pipa lurus dan cabang. Tentukan jalur pipa pada lokasi milik umum (misal: dibahu jalan atau di tanah milik umum lainnya dimana tidak akan didirikan bangunan diatasnya), diamankan dari kerusakan akibat aktifitas manusia (kebakaran, pecah karena terlindas kendaraan, terkena cangkul dan lain lain). Catatan: Perhitungan hidrolis jaringan pipa bisa menggunakan software Program Epanet.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 14
e. Penentuan jumlah kebutuhan dan dimensi HU Hitung jumlah kebutuhan dan dimensi HU dengan asumsi sebagai berikut: Gunakan HU dengan volume 3000 liter – 5000 liter tergantung kepadatan penduduk, jangkauan pengambilan dan kebutuhan air. 1 HU melayani penduduk dalam radius 200 m 1 (satu) kran melayani 25 penduduk HU ditempatkan pada tanah milik umum atau milik desa atau milik pribadi yang dihibahkan. Proses pemilihan lokasi dengan melibatkan musyawarah warga.
2.7 Pembuatan Gambar-Gambar Teknis sebagai Pedoman Pelaksanaan Membuat gambar detail secukupnya untuk petunjuk terinci pelaksanaan pekerjaan. yang meliputi: Gambar situasi, atau lay-out perpipaan distribusi maupun transmisi, bangunan intake, penangkap mata air, pengolah air, reservoir, HU/KU, bak pengumpul, rumah pompa dll. Gambar denah komponen yang disebut dalam gambar lay-out/ situasi diatas Gambar potongan melintang maupun memanjang bangunan yang tergambar denahnya. Gambar detail yang dianggap perlu dan secukupnya sebagai petunjuk yang jelas dan terinci bagi pelaksana pekerjaan.
2.8 Penentuan Kebutuhan Penyediaan Air Bersih
Biaya
Pembangunan
Sistim
Melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan dan biaya dengan komponen pembiayaan sebagai berikut: Pengadaan barang seperti pipa dan asesorisnya, tangki HU yang selain dari beton atau pasangan batu bata yaitu terbuat dari fiber atau plastic, pompa termasuk instalasi listriknya (jika ada). Pekerjaan pemasangan pipa dan asesorisnya Pekerjaan pemasangan HU Pekerjaan konstruksi/ pembangunan atau pengadaan bangunan penyadap air permukaan atau bangunan pelindung mata air atau sumur dalam atau dangkal Pekerjaan konstruksi/ pembangunan atau pengadaan pengolahan sederhana jika ada. Menghitung biaya pengadaan barang dan pelaksanaan pekerjaan dengan
menggunakan harga satuan yang terbaru yang berasal dari survey harga pasar.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 15
2.9 Pelestarian Sumber Air Baku
Penanaman pemahaman mengenai pentingnya pelestarian sumber air baku melalui program pelatihan masyarakat dan penyuluhan. Pelestarian yang dilakukan melalui rekayasa teknis, seperti pembangunan bangunan penahan sedimen, pembuatan terasiring (sengkedan), dan/atau perkuatan tebing sumber air Penanaman vegetasi merupakan upaya perlindungan dan pelestarian yang sesuai pada daerah tangkapan air atau daerah sempadan sumber air Semua upaya pelestarian yang dilaksanakan harus memperhatikan budaya, sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Tata Cara Perencanaan Teknis Sistem Penyediaan Air Bersih l 16
LAMPIRAN-1 Diagram Alir Prosedur Pemilihan Solusi Teknis SPAB
Tata Cara Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-I)
l
1
Tata Sistem Cara Perencanaan Sistem Penyediaan Tata Cara Perencanaan Penyediaan Air Bersih (L-I) l Air Bersih (L-I)
l
2
LAMPIRAN-2 Gambar-gambar Tipikal Bangunan Komponen SPAB
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l
3
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l
4
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l
5
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l
6
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l
7
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l
8
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l
9
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 10
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 11
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 12
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 13
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 14
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 15
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 16
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 17
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 18
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 19
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 20
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 21
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 22
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 23
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-II) l 24
LAMPIRAN-3 Format Laporan Perhitungan Hidraulis Jaringan Perpipaan dengan Program Epanet
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih SOP (L-III) l 25 Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-III) l
Format Laporan Perhitungan Hidraulis Jaringan Perpipaan dengan Program Epanet ********************************************************************** * E P A N E T * * Hydraulic and Water Quality * * Analysis for Pipe Networks * * Version 2.0 * **********************************************************************
Input File: Reservoir ke BPT-2.net
Elevation 25.00 50.00 75.00 100.00
RESERVOIR 1 5.79
838 1
2
m 828 5.79
Flow 25.00 50.00 75.00 100.00 LPS
2 3 5.79 820
4 3 813 5.79 4 5 805
5.79 5
6 795 5.79 6 7 785
BPT -2
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-III) l
26
Link - Node Table: ---------------------------------------------------------------------Link Start End Jenis Pipa Length Diameter ID Node Node m mm ---------------------------------------------------------------------1 1 2 PVC 100 100 a) 2 2 3 PVC 100 100 a) 3 3 4 PVC 100 100 a) 4 4 5 PVC 100 100 a) 5 5 6 PVC 100 100 a) 6 6 7 PVC 100 100 a) Node Results: ---------------------------------------------------------------------Node Demand Head Pressure Quality Remarks ID LPS m m ---------------------------------------------------------------------2 0.00 837.31 9.31 0.00 3 0.00 836.61 16.61 0.00 4 0.00 835.92 22.92 0.00 5 0.00 835.23 30.23 0.00 6 0.00 834.54 39.54 0.00 7 5.79 833.84 48.84 0.00 BPT-2 1 -5.79 838.00 0.00 0.00 Reservoir Link Results: ---------------------------------------------------------------------Link Flow VelocityUnit Headloss Status ID LPS m/s m/km ---------------------------------------------------------------------1 5.79 0.74 6.93 Open 2 5.79 0.74 6.93 Open 3 5.79 0.74 6.93 Open 4 5.79 0.74 6.93 Open 5 5.79 0.74 6.93 Open 6 5.79 0.74 6.93 Open
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-III) l
27
Input File: BPT-2 ke BPT-3.net Elevation 25.00 50.00 75.00
BPT - 2 1 5.79
100.00 785
m
2 1
Flow 25.00 50.00 75.00
5.79 780
3 2
5.79 776
4 3
5.79 5
770 4
4.95
761
100.00
5
LPS 10
6 754
0.84
11 760
4.95 6
7 746
4.95 7
8 743
4.95 8
9 4.95
738 9
10 732
BPT - 3
Link - Node Table: ---------------------------------------------------------------------Link Start End Jenis Pipa Length Diameter ID Node Node m mm ---------------------------------------------------------------------1 1 2 PVC 100 100 2 2 3 PVC 100 100 3 3 4 PVC 100 100 4 4 5 PVC 100 100 5 5 6 PVC 100 100 6 6 7 PVC 100 100 7 7 8 PVC 100 100 8 8 9 PVC 100 100 9 9 10 PVC 100 100 10 5 11 PVC 100 40
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-III) l
28
Node Results: ---------------------------------------------------------------------Node Demand Head Pressure Quality Remarks ID LPS m m ---------------------------------------------------------------------2 0.00 784.31 4.31 0.00 3 0.00 783.61 7.61 0.00 4 0.00 782.92 12.92 0.00 5 0.00 782.23 21.23 0.00 6 0.00 781.71 27.71 0.00 7 0.00 781.19 35.19 0.00 8 0.00 780.68 37.68 0.00 9 0.00 780.16 42.16 0.00 10 4.95 779.64 47.64 0.00 BPT-3 11 0.84 780.55 20.55 0.00 1 -5.79 785.00 0.00 0.00 BPT-2 Link Results: ---------------------------------------------------------------------Link Flow VelocityUnit Headloss Status ID LPS m/s m/km ---------------------------------------------------------------------1 5.79 0.74 6.93 Open 2 5.79 0.74 6.93 Open 3 5.79 0.74 6.93 Open 4 5.79 0.74 6.93 Open 5 4.95 0.63 5.18 Open 6 4.95 0.63 5.18 Open 7 4.95 0.63 5.18 Open 8 4.95 0.63 5.18 Open 9 4.95 0.63 5.18 Open 10 0.84 0.67 16.83 Open
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-III) l
29
Input File: BPT-3 ke BPT-4.net
14
Elevation 25.00 50.00
13 1
75.00 100.00 m Flow
732
1 4.95
2 720
2 4.95
3 710
3 4.95
4 706
4
708
5
4.95
0.40
711 0.64
BPT - 3 14
5
6
3.91
707 3.91 6
15
7
25.00 707.5
707 3.91
50.00 75.00 100.00
7 8
LPS 707 3.91 8 9 704 9 3.91 10
10
11
11
12
12
698
3.91
705
3.91
692
3.55
0.36
13 677
BPT - 4
15 16 684
Link - Node Table: ---------------------------------------------------------------------Link Start End Jenis Pipa Length Diameter ID Node Node m mm ---------------------------------------------------------------------1 1 2 PVC 100 100 2 2 3 PVC 100 100 3 3 4 PVC 100 100 4 4 5 PVC 100 100 5 5 6 PVC 80 100 6 6 7 PVC 20 75 b)
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-III) l
30
7 8 9 10 11 12 13 14 15
7 8 9 10 11 12 5 5 12
8 9 10 11 12 13 14 15 16
PVC PVC PVC PVC PVC PVC PVC PVC PVC
100 100 100 100 100 100 200 200 100
75 75 75 75 75 75 40 40 40
b) b) b) b) b) b)
Node Results: ---------------------------------------------------------------------Node Demand Head Pressure Quality Remarks ID LPS m m ---------------------------------------------------------------------2 0.00 731.48 11.48 0.00 3 0.00 730.96 20.96 0.00 4 0.00 730.45 24.45 0.00 5 0.00 729.93 18.93 0.00 6 0.00 729.66 22.66 0.00 7 0.00 729.39 22.39 0.00 8 0.00 728.03 21.03 0.00 9 0.00 726.67 22.67 0.00 10 0.00 725.31 27.31 0.00 11 0.00 723.95 18.95 0.00 12 0.00 722.59 30.59 0.00 13 3.55 721.46 44.46 0.00 BPT-4 14 0.40 729.08 21.08 0.00 15 0.64 727.89 20.39 0.00 16 0.36 722.24 38.24 0.00 1 -4.95 732.00 0.00 0.00 BPT-3
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-III) l
31
Link Results: ---------------------------------------------------------------------Link Flow VelocityUnit Headloss Status ID LPS m/s m/km ---------------------------------------------------------------------1 4.95 0.63 5.18 Open 2 4.95 0.63 5.18 Open 3 4.95 0.63 5.18 Open 4 4.95 0.63 5.18 Open 5 3.91 0.50 3.35 Open 6 3.91 0.89 13.59 Open 7 3.91 0.89 13.59 Open 8 3.91 0.89 13.59 Open 9 3.91 0.89 13.59 Open 10 3.91 0.89 13.59 Open 11 3.91 0.89 13.59 Open 12 3.55 0.80 11.37 Open 13 0.40 0.32 4.26 Open 14 0.64 0.51 10.17 Open 15 0.36 0.29 3.50 Open
Keterangan : a)= pipa eksisting b)= pipa dipararel dia.50 mm dan dia.75 mm (pipa baru dia.75 mm)
SOP Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih (L-III) l
32