Teori Simpul Jasa Distribusi (Hadjisarosa) Seperti pada Teori Aglomerasi (Weber), Teori Tempat Sentral (Chritallere & Losch), Teori
Kutub
Pertumbuhan (Parraoux),
Teori
Lokasi (Von
Thunen),
Purnomosidi
Hadjisarosa juga menekankan pentingnya peranan pusat-pusat pengembangan, yang selanjutnya diidentifikasi sebagai Simpul-simpul Jasa Distribusi (yang pada umumnya dalah kota. Teori Simpul Jasa Distribusi Hadjisarosa berasumsi bahwa pengembangan wilayah dimungkinkan oleh adanya pertumbuhan nodal (simpul) yg berlimpah pada pengembangan SDM dan SDA. Pengembangan kedua jenis sumberdaya tsb berlangsung sedemikian sehingga menimbulkan arus barang. Menurut Purnomosidi Hadjisarosa, pengembangan wilayah dimungkinkan oleh adanya pertumbuhan nodal, yang bertumpu pada pengembangan sumberdaya manusia dan sumberdaya alamnya; pengembangan kedua jenis sumberdaya tersebut berlangsung sedemikian sehingga menimbulkan arus barang. Bahan mentah diangkut dari daerah penghasil ke lokasi pabrik; dan barang hasilnya hasilnya diangkut dari produsen ke konsumen. Arus barang dianggapnya sebagai salah satu gejala ekonomi yang paling menonjol, arus barang merupakan wujud fisik perdagangan antar daerah, antar pulau, ataupun antar negara; arus barang didukung langsung oleh jasa perdagangan dan jasa pengangkutan serta distribusi. Jadi jasa distribusi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan pembangunan secara fisik, terutama jika ditinjau pengaruhnya dalam penentuan lokasi tempat berkelompoknya berbagai kegiatan usaha dan kemudahan-kemudahan, demikian pula fungsinya dalam proses berkembangnya wilayah (Hadjisarosa, 1981: 4-5). Bahan mentah diangkut dari daerah penghasil ke lokasi pabrik dan kemudian barang hasilnya diangkut dari produsen ke konsumen. Di area perkotaan terdapat berbagai kemudahan. Kemudahan disini diartikan sebagai kesempatan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Semakin tinggi tingkat kemudahan pada suatu tempat, berarti semakin kuat daya tariknya mengundang manusia dan kegiatan ekonomi untuk datang ke tempat tersebut. Diantara kemudahan-kemudahan tersebut jasa distribusi merupakan unsur yang sangat penting, oleh karena itu area perkotaan pada umumnya merupakan pusat kegiatan usaha distribusi, yang selanjutnya oleh Purnomosidi disebutnya simpul jasa distribusi atau disingkat dengan simpul. Ada dua faktor panting yang harus diperhatikan dalam pemahaman peranan simpulsimpul, yaitu mengenai fungsi-fungsi simpul dan hirarki simpul dalam sistem spasial. Fungsi
primer suatu simpul adalah sebagai pusat pelayanan jasa distribusi bagi wilayah pengembangannya atau wilayah nasional (bersifat keluar), sedangkan fungsi sekundernya adalah kehidupan masyarakat di simpul yang bersangkutan (bersifat ke dalam). Perbedaan fungsi simpul tersebut mencerminkan pula perbedaan dalam jenis dan kapasitas fasilitas yang tersedia di masing-masing simpul. Hirarki dari tiap simpul ditentukan oleh kedudukannya dalam hubungan fungsional enter simpul yang dicerminkan berdasarkan mekanisme arus distribusi barang. Biasanya pada simpul-simpul yang lebih tinggi ordenya tersedia fasilitas jasa distribusi yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan simpul-simpul yang lebih rendah ordenya. Antara simpul-simpul tersebut, baik antar simpul yang mempunyai tingkatan orde distribusi yang sarna ataupun yang berbeda terdapat keterhubungan dan ketergantungan. Keterhubungan dan ketergantungan antar simpul dapat diketahui dari data arus barang dari tempat asal ke tempat tujuan. Selanjutnya berdasar susunan hirarki serta keterhubungan den ketergantungan dapat ditentukan arah pengembangan pemasarannya secara geografis. Poernomosidi membedakan wilayah administrasi dengan wilayah pengembangan. Secara administratif, seluruh wilayah terbagi habis, tetapi tidak berarti bahwa seluruh wilayah administrasi secara otomatis tercakup dalam wilayah pengembangan. Dalam kenyataannya beberapa bagian wi/ayah administrasi tidak terjangkau oleh pelayanan distribusi disebabkan hambatan-hambatan geografis atau karena belum tersedianya prasarana distribusi ke dan dari bagian-bagian wilayah tersebut. Poernomosidi Hadjisarosa menjelaskan Teori Simpul Jasa Distribusi yang telah dikembangkan dalam berbagai artikel dan makalah, misalnya Konsepsi Dasar Penembangan Wilayah di Indonesia ( Makala di sajikan dalam symposium di ITB,tanggal 21 Agustus 1980, dan dalam pertemuan antara ilmuan lembaga ilmu pengetahuan Indonesia di Jakarta, Tanggal 24 Juni 1981 ). Poernomosidi menjelaskan konsepnya sebagai berikut : Berkembangnya Wilayah ditandai oleh terjadinya Pertumbuhan atau perkembangan sebagai akibat berlangsungnya berbagai kegiatan usaha , baik sector Pemerintah maupun sector Swasta, yang pada dasarnya bertujuan untuk menigkatkan pemenuhan kebutuhan. Berlangsungnya kegiatan usaha tersebut ditunjang dari segi modal. Dibandingkan dengan teori tempat sentral dan teori kutub pertumbuhan ternyata teori “ Simpul Jasa Distribusi “ lebih akomodatif. Poernomosidi membantah Teori tempat sentral yang beranggapan bahwa seluruh wilayah terbagi habis dan seluruh bagian Wilayah tidak ada yang terlewatkan oleh jasa pelayanan. Dalam hal ini Poernomosidi membedakan wilayah
Adminnistratif dengan wilayah pengembangan. Secara administratif, seluruh wilayah terbagi habis tetapi tidak berarti seluruh Wilayah Administrasi otomatis tercakup dalam Wilayah pengembangan, dalam kenyataannya bebrapa bagian Wilayah administrasi tidak terjangkau oleh pelayanan jasa distribusi disebabkan hambatan – hambatan geografis atau karena belum tersedianya prasarana – prasarana perhubungan ke atau dari bagian – bagian Wilayah tersebut. Pada teori kutub pertumbuhan yang di ungkapkan oleh Perroux, Poernomosidi mencoba membandingkan dengan teorinya di mana pada teori kutub pertumbuhan tidak menjelaskan pertumbuhan secara Nasional. Sedangkan teori simpul yang bertitik tolak pada pemahaman struktur wilayah tingkat Nasional ( SPWTN ) telah mengungkapkan gambaran tentang penyebaran, orientasi dan tingkat perkembangan masing – masing satuan Wilayah Pengembangan ( SWP ) serta hubungan ketergantungan antar (SWP ) melalui simpul – simpulnya masing – masing.
KELEBIHAN TEORI SIMPUL JASA DISTRIBUSI
Menjadi acuan penting dalam pengembangan Wilayah terutama dalam menentukan berbagai kegiatan pengembangan secara Nasional
KELEMAHAN TEORI SIMPUL JASA DISTRIBUSI
Masih terdapat peluang untuk melengkapi dan memperkuat bbeberapa penjalasannya, yaitu pendekatan arus barang, dan pendekatan secara fisik.
Referensi
Rahardjo Adisasmita.2008.Pengembanngan Wilayah Konsep Dan Teori.Yokyakarta:Graha Ilmu Hadi Sabari Yunus.2000.Struktur Tata Ruang Kota.Yokyakarta:Pustaka Pelajar.
PERTANYAAN
Hadjisarosa (1974) berpendapat bahwa kriteria yang digunakan dalam menyatakan tingkat pertumbuhan suatu daerah ditentuk an oleh ‘tingkat kemudahan’ masyarakat dalam memperoleh kebutuhan hidupnya. Semakin besar tingkat kemudahan pada suatu tempat, berarti semakin kuat daya tariknya untuk menarik sumber daya kegiatan ekonomi untuk datang ke tempat tersebut. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut, jasa distribusi merupakan unsur yang sangat penting, oleh karena itu kota-kota pada umumnya merupakan pusat kegiatan industri usaha distribusi, yang selanjutnya oleh Hadjisarosa disebut sebagai ‘simpul jasa distribusi’.