PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRSAK ANN (A NNONA ONA MUR M UR I CA TA .L ) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Hipertensi yang Diinduksi dengan Ligasi Arteri Renalis.
Usulan Skripsi
Oleh : Felia Lianda 30101407187
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik (Darmawan & Zulfa, 2015). Tekanan darah disebut normal jika tekanan darah sistolik 120 mmHg dan tekanan darah diastolik 80 mmHg (WHO, 2013). Tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan kerusakan pada organ ginjal, jantung dan ota k (KEMENKES, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013) pada tahun 2007 menunjukkan hanya 0,4% pasien hipertensi yang patuh minum obat. Penyebab ketidakpatuhan dikarenakan kompleksitas regimen obat, perilaku, biaya obat, usia, rendahnya dukungan sosial dan problem kognitif (Morisky et al ., ., 2008). Pemanfaatan bahan alam sebagai terapi hipertensi lebih dipilih masyarakat karena efek samping yang lebih kecil, ekonomis dan mudah didapat dibandingkan obat sintetik kimiawi (Erianti et al ., ., 2015). Sirsak merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai pengobatan berbagai macam penyakit, seperti diabetes mellitus, kolesterol, dan kanker, namun efek antihipertensif daun sirs ak belum banyak diteliti. Pengobatan hipertensi dilakukan seumur hidup untuk menghindari komplikasi pada sistem kardiovaskuler (Rahajeng et al ., ., 2016). WHO (2013) menyatakan, tahun 2008 terdapat 40% orang dewasa di dunia yang berusia
lebih dari 25 tahun telah didiagnosa hipertensi. Jumlah penderita hipertensi tersebut mengalami peningkatan dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi tertinggi kasus hipertensi adalah wilayah Afrika (46 %), sedangkan kasus terendah adalah wilayah Amerika (35%). Secara keseluruhan penderita hipertensi banyak ditemukan di negara yang berpendapatan rendah. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia lebih dari 18 tahun sebesar 26,5% dengan angka tertinggi di Bangka Belitung sebesar 30,9%, diikuti Kalimantan Selatan sebesar 30,8%, Kalimantan Timur sebesar 29,6% dan Jawa Barat sebesar 29,4% (RISKESDAS, 2013). Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius bagi masyarakat apabila tidak terkendali. Salah satu cara pengendalian hipertensi yaitu dengan pengobatan herbal, seperti menggunakan daun sirsak. Sirsak ( Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai terapi hipertensi. Bagian yang digunakan sebagai obat herbal pada sirsak adalah buah, daun dan biji (Zubaidah, 2016). Daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, tannin, alkaloid, kuinon, polifenolat dan mineral seperti magnesium, kalsium dan kalium (Mulyanti et al , 2015; Usunomena & Okolie, 2015). Penelitian terdahulu membuktikan pemberian ekstrak daun sirsak berkhasiat untuk menurunkan kadar LDL (Dharma et al ., 2014). Penelitian lain membuktikan bahwa daun sirsak dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah (Suastuti et al ., 2015). Daun sirsak juga berpotensi menghambat
pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus
aureus
dan
Propionibacterium acnes (Ety & Syafira, 2016). Selain itu, daun sirsak
ternyata juga memiliki khasiat dalam menekan pertumbuhan sel tumor hepar (Adelina et al ., 2014). Senyawa flavonoid pada daun sirsak berperan sebagai vasodilator pembuluh darah. Flavonoid bekerja dengan menghambat angiotensin converting enzyme (ACE) sehingga menginhibisi perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, yang menyebabkan vasodilatasi sehingga tahanan resistensi perifer turun dan dapat menurunkan tekanan darah (Balasuriya and Rupasinghe, 2011). Ekstrak daun sirsak juga mengandung kalium yang dapat meningkatkan produksi nitric oxide (NO) sehingga memicu reaksi dilatasi vaskuler (Macgregor et al., 2009; Usunomena & Okolie, 2015). Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian mengenai efek pemberian ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L) sebagai terapi untuk menurunkan tekanan darah. 1.2
Rumusan Masalah
Apakah pemberian ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) berpengaruh terhadap rerata penurunan tekanan darah pada tikus putih jantan galur wistar hipertensi yang diligasi pada arteri renalis?
1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) terhadap rerata penurunan tekanan darah pada tikus putih jantan galur wistar hipertensi yang diligasi pada arteri renalis.
1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1
Untuk mengetahui rerata penurunan tekanan darah pada tikus yang diligasi dengan pemberian captopril dosis 1,8 mg/kgBB/hari.
1.3.2.2
Untuk mengetahui rerata penurunan tekanan darah pada tikus yang diligasi dengan pemberian ekstrak daun sirsak dosis 200 mg/kgBB/hari.
1.3.2.3
Untuk mengetahui rerata penurunan tekanan darah pada tikus yang diligasi dengan pemberian captopril dosis 1,8 mg/kgBB/hari
dan ekstrak daun sirsak
dosis 200
mg/kgBB/hari. 1.4
Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Praktis
Memberi informasi kepada masyarakat tentang pengaruh ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) terhadap penurunan tekanan darah.
1.4.2
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai manfaat daun sirsak ( Annona muricata L.) sebagai pengobatan hipertensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tekanan Darah 2.1.1. Definisi
Tekanan darah adalah gaya yang timbul saat darah melewati dinding arteri (Abdurrachim et al ., 2016). Besarnya gaya yang timbul dipengaruhi oleh volume darah dan daya regang pembuluh darah. Jantung merupakan organ yang memompa darah ke seluruh tubuh dan memiliki 2 siklus, yaitu fase sistol (fase kontraksi dan pengosongan ventrikel) dan fase diastol (fase relaksasi dan pengisian ventrikel). Tekanan puncak terjadi ketika jantung berkontraksi (fase sistol) dan tekanan minimum terjadi ketika jantung berelaksasi (fase diastol). Tekanan darah arteri umumya digambarkan sebagai tekanan sistolik per tekanan diastolik dengan nilai normal 120/80 mmHg (Sherwood, 2013). Tekanan arteri rerata adalah tekanan darah yang diatur oleh tubuh untuk mengalirkan darah ke seluruh jaringan. Tekanan ini harus diatur cukup tinggi agar memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada organ seperti otak. Tubuh juga mengatur agar tekanan ter sebut tidak terlalu tinggi untuk menghindari peningkatan beban kerja jantung dan kerusakan pada dinding pembuluh darah (Sherwood, 2013). Faktor utama yang mempengaruhi tekanan arteri rerata adalah cardiac ouput dan resistensi perifer total (Yogiantoro, 2014).
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah 2.1.2.1.Curah Jantung ( Cardiac Output )
Curah jantung (cardiac output ) adalah volume darah yang dipompa oleh jantung tiap satu menit. Faktor yang mempengaruhi curah jantung adalah kecepatan denyut jantung ( heart rate) dan isi sekuncup ( stroke volume). Kecepatan denyut jantung dipengaruhi oleh aktivitas sistem saraf jantung. Stimulasi pada saraf simpatis akan meningkatkan denyut jantung namun sebaliknya denyut jantung akan menurun ketika terjadi stimulasi saraf parasimpatis. Isi sekuncup juga dipengaruhi oleh sistem saraf, ketika terjadi aktivasi saraf simpatis maka kontraksi miokardium menjadi lebih kuat. Faktor lain yang mempengaruhi isi sekuncup yaitu aliran balik vena oleh karena terjadi vasokonstriksi, pompa otot rangka, pompa pernapasan dan pengisapan jantung (Sherwood, 2013). 2.1.2.2.Tahanan Perifer ( Resistensi Perifer )
Resistensi perifer total dipengaruhi oleh diameter pembuluh darah arteri dan viskositas darah. Faktor yang mempengaruhi viskositas darah adalah jumlah sel darah merah. Diameter pembuluh darah arteri dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari kontrol metabolik lokal, seperti perubahan
metabolik lokal yang terjadi di otot skelet yang menyebabkan vasodilatasi arteri lokal sehingga meningkatkan aliran darah menuju otot tersebut. Faktor ekstrinsik dipengaruhi oleh
aktivitas saraf
simpatis, vasopressin dan angiotensin II yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatan tahanan perifer pembuluh darah dan tekanan darah arteri rerata (Sherwood, 2013). 2.1.3
Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan pada sistem kardiovaskular yang ditandai dengan peningkatann tekanan darah sistol dan diastol (Cahyadi, 2017). Joint
National
Committee
on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) mendefinisikan hipertensi sebagai peningkatan tekanan darah dengan nilai sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (JNC, 2004). 2.1.4
Klasifikasi
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan Darah Normal Prehipertensi Stage 1 Hipertensi Stage 2 Hipertensi (JNC, 2004)
Sistolik (mmHg) < 120 120-139 140-159 ≥ 160
Diastolik (mmHg) <80 80-89 90-99 ≥ 100
Menurut Nafrialdi (2007) hipertensi terbagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yaitu: 1. Hipertensi Primer Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) dan 90% kasus hipertensi ini terjadi di masyarakat. Hipertensi primer dapat diperberat oleh faktor resiko seperti obesitas, stress, merokok atau kebiasaan makan. 2. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah yang disebabkan karena suatu penyakit, seperti pielonefritis, ginjal stenosis arteri renalis, glomerulonephritis,
kelainan
hormonal
seperti:
sindrom
chusing,
pemakaian obat seperti kortikosteroid, eritropoietin, penyalahgunaan alkohol dan sebab lain seperti: koartasio aorta dan preeklampsi pada kehamilan. Hipertensi jenis ini sekitar 5% dialami oleh masyarakat. 2.1.5. Patofisiologi
Faktor-faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi menurut Yogiantoro, 2014 yaitu: 1. Peran Volume Intravaskular Kaplan menyatakan bahwa tekanan darah tinggi merupakan hubungan antara cardiac output atau curah jantung dan tahanan perifer, yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume
intravaskular
berperan
penting
dalam
menjaga
kestabilan tekanan darah. Asupan natrium yang berlebih
menyebabkan retensi natrium sehingga volume intravaskular meningkat dan diikuti dengan peningkatan curah jantung yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 2. Sistem Saraf Otonom Persarafan otonom dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf simpatis yang memicu peningkatan tekanan darah dan saraf parasimpatis yang berperan dalam menurunkan tekanan darah. Faktor resiko seperti genetik, stres kejiwaan, rokok dan sebagainya dapat merangsang aktivitas sistem saraf simpatis yang akan meningkatkan denyut jantung ( Heart Rate), memicu vasokontriksi dan mengaktivasi sistem RAA yang berpotensi menimbulkan hipertensi. 3. Sistem Renin-Angiotensin Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Faktor resiko yang tidak terkendali akan memicu sistem RAA sehingga menghasilkan angiotensin II dan aldosterone yang keduanya dapat meningkatkan tekanan darah. 4. Dinding Pembuluh Darah Hipertensi dapat disebabkan karena terjadi inflamasi, vasokonstriksi, trombosis, ruptur/erosi plak, lesi vaskular dan remodeling sehingga menyebabkan disfungsi endotel.
2.1.6. Komplikasi
Hipertensi disebut silent killer (pembunuh diam-diam) karena sifatnya yang mematikan dan sering tidak menunjukan gejala (asymptomatic). Diagnosis hipertensi yang terlambat atau terapi yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal dan kematian (Handayani et al , 2015). Tekanan darah yang tinggi dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah atau disfungsi endotel. Keadaan tersebut memicu timbulnya arterosklerosis dan trombosis (pembekuan darah berlebih) yang menyebabkan pembuluh darah tersumbat, jika sumbatan
terjadi
pada
pembuluh
darah
otak
maka
akan
menyebabkan stroke sedangkan penyumbatan pada pembuluh darah koroner
akan menyebabkan Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Selain itu, hipertensi juga akan meningkatkan beban kerja jantung sehingga terjadi hipertrofi otot jantung. Akibatnya, elastisitas otot jantung akan berkurang dan menimbulkan dekompensasi sehingga jantung tidak dapat lagi memompa darah. Kondisi ini disebut dengan gagal jantung kongestif (Yogiantoro, 2014).
2.1.7. Terapi Terapi hipertennsi dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah agar tetap normal, serta menghindari risiko komplikasi pada kardiovaskular seperti infark myokard, stroke bahkan kematian (Handayani et al , 2015). The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment oh High Blood Pressure (JNC 7) merekomendasikan pilihan terapi hipertensi derajat 1 yang tidak disertai keadaan lain yakni dengan menggunakan obat thiazide; Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI); Angiotensin receptor blocker (ARB); β -blocker; dan Calcium-channel blocker (CCB), sedangkan pilihan terapi hipertensi derajat 2 yakni menggunakan kombinasi 2 obat seperti kombinasi diuretik thiazide dan ACEI, atau ARB, atau β -blocker , atau dengan CCB. Pilihan terapi hipertensi yang disertai dengan keadaan lain disesuaikan dengan keadaan yang menyertai, seperti pada hipertensi dengan diabetes dapat menggunakan kelima kelas terapi yakni diuretik, ACEI, ARB, β blocker , atau CCB, sedangkan terapi pada hipertensi dengan penyakit ginjal kronik direkomendasikan menggunakan ACEI atau ARB (JNC, 2004)
2.1.8. Farmakologi Angiotensin Converting Enzyme I nhibitor (ACE-I)
Sistem renin angiotensin aldosteron berperan dalam mengatur tekanan darah (Toreh et al ., 2012). Renin yang diproduksi oleh sel juxtaglomerular ginjal akan mengaktivasi angiotensinogen
untuk diubah menjadi angiotensin I. Kemudian angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE) di endotel paru-paru. Angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi sistemik untuk meningkatkan tahanan vaskular dan retensi sodium untuk meningkatkan volume cairan intravascular (Hall, 2014) Angiotensin Convertng Enzyme (ACE) Inhibitor bekerja pada sistem renin angiotensin aldosterone dengan menghambat enzim ACE yaitu enzim yang dapat mengubah Angiotensin I menjadi Angiotensin II (Nafrialdi, 2007). Angiotensin II memiliki aktivitas vasokonstriktor dan memicu pengeluaran aldosterone yang menyebabkan timbulnya hipertensi (Benowitz, 2013). Selain itu, Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor juga menghambat degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator poten yang bekerja dengan meningkatkan sintesis EDRF (endothelium-derived relaxing factor ) dan prostasiklin (PGI2) di sel-sel endotel pembuluh darah. Contoh obat ACE Inhibitor adalah: captopril, enalapril dan lisinopril (Nafrialdi, 2007).
2.2. Daun Sirsak 2.2.1
Klasifikasi
Klasifikasi tanaman sirsak (Plantamor, 2016): Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Magnoliidae
Ordo
: Magnoliales
Famili
: Annonaceae
Genus
: Annona L.
Spesies
: Annona mirricata L.
Gambar 2.1. Daun sirsak ( Annona muricata L.) (Mardiana, 2012) Sirsak memiliki nama daerah seperti nangka sebrang atau nangka landa (Jawa), deureuyan belanda (Aceh), durian batawi (Minangkabau), jambu
landa (Lampung), nangka walanda (Sunda), nangka buris (Madura), sr ikaya jawa (Bali), annona (Flores) dan durio ulondro (Nias) (Zuhud, 2011). 2.2.2. Morfologi
Tanaman sirsak memiliki cabang rendah dan ranting batang yang sedikit rapuh. Tinggi tanaman ini mencapai 10 m. Bentuk daun sirsak memanjang dan bagian pangkal serta ujung daunnya meruncing. Permukaan atas daun berwarna hijau tua sedangkan permukaan bawahnya berwarna hijau muda. Buahnya berduri lunak. Daging buahnya berwarna putih gading dan di dalamnya terdapat biji yang banyak, berwarna kehitaman dan keras. Bunga sirsak berbentuk kerucut tak beraturan berwarna kuning (Zuhud, 2011). 2.2.3. Kandungan Daun Sirsak
Daun sirsak mengandung mineral, vitamin dan zat antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh seperti flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, kalsium, fosfor, karbohidrat, vitamin (A, B dan C), fitosterol, kalsium oksalat ( Mangan, 2009) Tabel 2.2. Kandungan kimia daun sirsak (Mulyanti et al., 2015) Golongan Senyawa
Alkaloid Flavonoid Tannin Kuinon Triterpenoid & steroid Saponin Monoterpenoid & Seskuiterpenoid Polifenolat Keterangan:
Simplisia + + + + + (Steroid) + +
Ekstrak + + + + + (Steroid) + +
(+)=terdeteksi (-)=tidak terdeteksi Tabel 2.3. Kandungan mineral daun sirsak (Usunomena & Okolie, 2015) Mineral Sodium Kalium Magnesium Kalsium Seng Mangan Besi Tembaga Kromium Kadmium
Jumlah (mg/kg) 694.86±10.65 363.05±3.46 9619±801 11183±10 8.34±0.56 8.25±1.25 139.5±32 14.25±0.75 3.75±0.20 5.49±0.07
2.2.4. Manfaat
Sirsak merupakan tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional. Bagian yang dapat digunakan adalah akar, kulit kayu, daun, buah dan biji (Zubaidah, 2016). Daun sirsak berkhasiat mengatasi kanker, tumor, infeksi virus, diabetes mellitus, hipertensi dan sebagai anti kejang (Zuhud, 2011). Penelitian sebelumnya membuktikan daun sirsak berkhasiat menurunkan kadar LDL (Dharma et al ., 2014). Penelitian lain membuktikan bahwa daun sirsak dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah (Suastuti et al ., 2015). Daun
sirsak
juga
berpotensi
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes (Ety & Syafira, 2016). Selain itu, daun sirsak ternyata juga memiliki khasiat dalam menekan pertumbuhan sel tumor hepar (Adelina et al ., 2014).
2.2.5. Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi adalah proses pemisahan senyawa aktif dari simplisia dengan menggunakan suatu pelarut. Tujuannya adalah untuk menarik atau memperoleh zat yang berkhasiat bagi kesehatan (BPOM, 2005). Daun sirsak akan diolah dalam bentuk ekstrak menggunakan pelarut aqueous yang bertujuan untuk menarik zat aktif ion potasium dan flavonoid agar tetap utuh sehingga menimbulkan efek terapi dan mudah dikonsumsi. Teknik ekstraksi yang digunakan dalam penilitian ini adalah supercritical fluid extraction (SFE). Teknik ini mampu menghasilkan ekstrak yang efektif sehingga menimbulkan efek terapi yang aman (Alhassan & Ahmed, 2016).
2.3
Ligasi Arteri Renalis
Sistem renin angiotensin aldosteron berperan dalam meningkatkan tekanan darah (Putri et al ., 2015). Ligasi arteri renalis akan menyebabkan aliran darah menuju ginjal berkurang sehingga timbul jaringan iskemik. Kondisi ini merangsang aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron sehingga terjadi sekresi angiotensin II yang menyebabkan vasokonstriksi dan selanjutnya akan meningkatkan tahanan perifer. Angiotensin II juga merangsang pengeluaran aldosteron
yang menyebabkan retensi Na+ dan
peningkatan reabsorbsi air di ginjal sehingga meningkatkan volume darah atau cardiac output (Nade et al., 2013).
2.4.
Hubungan Daun Sirsak dengan Tekanan Darah
Diameter pembuluh darah arteri adalah faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri (Yogiantoro, 2014). Penyempitan diameter pembuluh darah arteri oleh karena vasokonstriksi dan sumbatan pada pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan tahanan te rhadap darah yang melewati pembuluh darah tersebut, sehingga timbul peningkatan tekanan darah arteri (Roeshadi, 2010). Daun sirsak mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, kuinon, triterpenoid dan steroid (Mulyanti et al., 2015). Senyawa flavonoid ditemukan pada akar, kulit kayu, daun, bunga dan buah. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang keberadaannya pada daun tanaman dipengaruhi oleh fotosintesis, sehingga hanya sedikit kandungan flavonoid yang ditemukan pada daun muda (Waji & Sugrani, 2009). Flavonoid berperan sebagai vasodilator karena menghambat angiotensin converting enzym (ACE) yang
merubah angiotensin I menjadi angiotensin II
(Balasuriya & Rupasinghe, 2011). Selain itu, flavonoid berperan dalam menjaga stabilitas pembuluh darah karena bersifat sebagai antioksidan, antiinflamasi, melindungi struktur sel serta meningkatkan efektivitas vitamin C (Waji & Sugrani, 2009). Kandungan lain daun sirsak yakni kalium yang dapat meningkatkan produksi nitric oxide (NO) sehingga memicu reaksi dilatasi vaskuler (Macgregor et al., 2008; Usunomena & Okolie, 2015).
2.5.
Kerangka Teori
Ekstrak Daun Sirsak Ligasi Arteri Renalis
Kadar Flavonoid
Kadar Pottasium
Kadar Angiotensin II
Kadar Nitric Oxide (NO)
Curah Jantung
Aktivitas sistem Renin-AngiotensinAldosteron
ACE-I (Captopril)
Diameter Vaskular
Kadar An iotensin II
Tekanan Darah
Kadar Aldosteron
Kadar Na dan air
Tahanan Perifer Volume Darah
2.6.Kerangka Konsep
Ekstrak Daun Sirsak
Tekanan Darah
2.7.Hipotesis
Pemberian ekstrak daun sirsak ( Annona muricata L.) berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada tikus putih jantan galur wistar hipertensi yang diligasi pada arteri renalis.
Abdurrachim, R., Hariyawati, I. & Suryani, N. (2016) ‘Hubungan Asupan Natrium, Frekuensi dan durasi Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera dan Bina Laras Budi Luhur Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan’, Journal of the Indonesian Nutritition Association, 39(1), pp. 37 – 48. Adelina, R., Febriyanti, R., Oktoberia, I. S. & Intan, P. R. (2014) ‘Ekstrak Daun Annona muricata Linn. sebagai Antiproliferasi terhadap Sel Hepar Tikus Terinduksi 7,12 Dimetilbenz [a] antracene (DMBA)’, Jurnal Kefarmasian Indonesia, 4(1), pp. 1 – 12. Alhassan, A. M. dan Ahmed, Q. U. (2016) ‘Averrhoa bilimbi Linn.: A review of its ethnomedicinal uses, phytochemistry, and pharmacology’, Journal of Pharmacy & Bioallied Sciences. India: Medknow Publications & Media Pvt Ltd, 8(4), pp. 265 – 271. doi: 10.4103/0975-7406.199342.
Balasuriya, B. W. N. & Rupasinghe, H. P. V. (2011) ‘Plant Flavonoids as Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors in Regulation of Hypertension’, Journal Functional Foods in Health and Disease, 1(5), pp. 172 – 188. BPOM (2005) ‘Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah Satu Tahapan Penting dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia’, InfoPOM , 6(4), pp. 1 – 12. Cahyadi, A. (2017) ‘Pengaruh Hipertensi terhadap Peningkatan Kadar Hematokrit pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa Berare Wilayah Kerja Puskesmas Moyo
Hilir Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa Tahun 2016’, Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram, 3(1), pp. 1 – 5. Darmawan, D. & Zulfa, S. (2015) ‘Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Motivasi Pasien Hipertensi Tentang Pelaksanaan Diet Hipertensi di Poliklinik Penyakit dalam Rs. Rajawali Bandung’, Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 1, pp. 1 – 18. Dharma, S., Supanda, O. & Elisma (2014) ‘Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Kadar LDL pada Mencit Putih Jantan’, Jurnal Farmasi Higea, 6(1), pp. 68 – 77. Erianti, F., Marisa, D. & Suhartono, E. (2015) ‘Potensi Antiinflamasi Jus Buah Belimbing (Averrhoa carambola L.) terhadap Denaturasi Protein In Vitro’, Jurnal Berkala Kedokteran, 11, pp. 33 – 40. Ety, A. & Syafira, A. U. (2016) ‘Ekstraksi Daun Sirsak ( Annona muricata ) sebagai Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes The Soursop Leaf Extract as Antibacterial Against Staphylococcus aureus and Propionibacterium acnes’, Majority, 5(1), pp. 1 – 5. Hall, J. E. (2014) ‘The Circulation’, in Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th edn. Philadelphia: Elsevier, pp. 169 – 302. doi: 10.1007/s13398014-0173-7.2. Handayani, D. S., Rusli, R. & Ibrahim, A. (2015) ‘Analisis Karakteristik dan Kejadian Drug Related Problems pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Temindung
Samarinda’, Jurnal Sains dan Kesehatan, 1, pp. 75 – 81. JNC (2004) ‘The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure’, The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. doi: 10.1161/01.HYP.0000107251.49515.c2. KEMENKES (2015) Profil Kesehatan Indonesia 2014, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. doi: 10.1037/0022-3514.51.6.1173. Macgregor, G. A., Oberleithner, H., Callies, C., Schillers, H., Shahin, V., Riethmu, C. & Wardener, H. E. De (2009) ‘Potassium softens vascular endothelium and increases nitric oxide release’, Medical Sciences, 106(8), pp. 2829 – 2834. Mangan Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Mcloone, V. (2014) Modelling of Long and Short Term Blood Pressure Control Systems. National University of Ireland, Maynooth. Morisky, D. E., Ang, A., Krousel-wood, M. & Ward, H. J. (2008) ‘Predictive Validity of a Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting’, The Journal of Clinical Hyperthension, 10(5). Mulyanti, D., Rismawati, E., Maulana, I. T., Febriani, D. & Dewi, Y. N. (2015) ‘Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.) pada Bakteri Propionibacterium Acnes, Staphylococcus Aureus dan Staphylococcus Epidermis’, Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan, 1(1), pp.
325 – 330. Nade, V. S., Kawale, L. A., Bhangale, S. P. & Wale, Y. B. (2013) ‘Cardioprotective and Antihypertensive Potential of Morus alba L . in Isoproterenol- induced Myocardial Infarction and Renal Artery Ligation-induced Hypertension’, Journal of Natural Remedies, 13(1), pp. 54 – 67. doi: https://doi.org/10.18311/jnr/2013/118. Putri, I. S., Zakiyah, R. & Aini, N. (2015) ‘Efek Kombinasi Dekota Centella asiatica, Imperata cylindrica dan Orthosiphon aristatus terhadap Kadar SOD dan MDA Jantung Tikus Model Hipertensi’, Jurnal Kedokteran Komunitas, 3(1), pp. 260 – 267. Rahajeng, E., Kristanti, D. & Kusumawardani, N. (2016) ‘Survival Rate Penyandang Hipertensi dengan Konsumsi Natrium Rendah terhadap Kejadian Stroke’, Journal of the Indonesian Nutrition Association, 39(1), pp. 45 – 53. RISKESDAS (2013) ‘Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013’, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, pp. 1 – 268. Roeshadi, R. . (2010) ‘Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia’, Obstetri Ginekologi Indonesia, 31(3), pp. 123 – 133. Sherwood, L. (2013) ‘Pembuluh Darah dan Tekanan Darah’, in Introduction to Human Physiology. 8th edn. China: Cengage Learning, pp. 361 – 403. Suastuti, N. G. A. M. D., Dewi, I. G. A. K. S. P. & Ariati, N. K. (2015) ‘Pemberian
Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata) untuk Memperbaiki Kerusakan Sel Beta Pankreas Melalui Penurunan Kadar Glukosa Darah, Advanced Glycation and Product dan 8-Hidroksi-2-Dioksiguanosin pada Tikus Wistar Hiperglikemia’, Jurnal Kimia, 9, pp. 289 – 295. Toreh, R. M., Kalangi, S. J. R. & Wangko, S. (2012) ‘Peran Kompleks Jukstaglomerulus terhadap Resistensi Pembuluh Darah’, Jurnal Biomedik , 4(3), pp. 42 – 51. Usunomena, U. & Okolie, N. P. (2015) ‘Phytochemical Analysis and Mineral Composition of Annona Muricata Leaves’, International Journal of Research and Current Development , 1, pp. 38 – 42. Waji, R. A. & Sugrani, A. (2009) ‘Makalah Kimia Organik Bahan Alam Flavonoid (Quertecin)’, p. 23. WHO (2013) ‘A global brief on Hypertension WHO 2013’, pp. 5– 39. Available at: http://ish-world.com/downloads/pdf/global_brief_hypertension.pdf. Zubaidah, E. (2016) ‘Studi Aktivitas Antioksi da n Kefir Teh Daun Sirsak dari Berbagai Merk di Pasaran’, Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4(1), pp. 29 – 39. Zuhud E A. (2011). Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia Pustaka: Jakarta. Halaman 3-5.