KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Yang Maha Esa, atas rahmat rahmat dan hidayah Nya bagi kami sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan menyelesaikan makalah makalah ini dengan baik. Tak lupa juga kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini. Makalah ini kami susun sebagai bahan pembelajaran pembelajaran untuk memenuhi mata kuliah Agama. Dalam makalah ini kami membahas mengenai masyarakat dari sudut pandang Kristiani, antara lain pengertian mengenai mengenai masyarakat, masyarakat, persoalan-persoalan persoalan-persoalan dalam masyarakat masyarakat berikut peran serta masyarakat Kristen dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam masyarakat dan kegiatan – kegiatnan yang dapat mendorong terwujudnya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mohon saran dan kritik kriti k yang membangun dari pembaca sebagai masukan bagi kami. Sekiranya makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi mamfaat bagi pembaca.
Makassar, 15 Maret 2013
Tim penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat merupakan sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Dalam konteks Indonesia yang pada dasarnya adalah masyarakat majemuk, di mana kemajemukan itu dapat kita lihat dalam hal: suku, etnis, bahasa, agama dan lain-lain. Kemajemukan inilah yang seringkali menyebabkan permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Selain itu di sekitar kita ada begitu banyak masalah yang dihadapi masyarakat kita seperti masalah kemiskinan dan pelanggaran HAM. Sebagai umat kristiani tentu kita tidak boleh berdiam diri melihat hal tersebut. Kita harus berupaya dan berjuang untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat sekitar kita, sebagaimana yang ditelandankan Yesus Kristus selama hidupnya di dunia ini yaitu memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan untuk semua orang. B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang di atas ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu; 1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat? 2. Bagaimana bentuk-bentuk permasalahan dalam masyarakat dan bagaimana partisipasi umat kristianai dalam menyelesaikan permasahan-permasalahan tersebut? 3. Apa yang dapat dilakukan umat kristianai untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang beradab dan sejahtera?
BAB II PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MASYARAKAT
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya. Agama yang hadir dalam sejarah peradaban manusia tidak hanya berorientasi kepada Tuhan (spiritual) namun juga berorientasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dr. Th. Kobong mengatakan bahwa agama adalah sumber hidup manusia dalam relasi tiga dimensi, yaitu relasi dengan Allah pencipta, dengan sesama dan dengan seluruh ciptaan lainnya, dan kalau digambarkan demikian: Allah <----- Agama -----> Sesama Manusia -----> Ciptaan Lainnya Memang harus diakui tidak sedikit pemeluk agama meningkatkan kehidupan spiritualitasnya masing-masing. Tetapi pada sisi lain, kegiatan itu seolah-olah terpisah dari kehidupan bersama dalam masyarakat. Padahal, sejak semula para pendiri agama tidak memisahkan kehidupan spiritualnya dengan masyarakat. Misalnya Yesus Kristus, memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan untuk semua orang. Dalam konteks Indonesia yang pada dasarnya adalah masyarakat majemuk, di mana kemajemukan itu dapat kita lihat dalam hal: suku, etnis, bahasa, agama dan lain-lain. Dalam hal agama, lima agama besar di dunia ada ditengah-tengah bangsa ini dilindungi/diakui oleh undang-undang (legal). Dan para the fonding fathers telah menetapkan pondasi sebagai titik puncak guna tumbuh kembangnya agama-agama yang ada itu. Pancasila adalah landasan negara telah menjadi payung guna melindungi agama-agama yang ada di dalamnya. Pancasila menjadi wadah yang memadai sebagai dasar pijak bersama seluruh anak bangsa dan agama memberi isi pada dimensi ritual. Fungsi dan peran agama yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. b.
c. B.
Agar kita dapat selalu ingat akan Tuhan, petunjuk bagaimana cara kita melayani Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, jika kita melakukan sesuatu yang tidak baik, dengan beragama kita bisa disadarkan oleh ajaran dan agama yang kita anut untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Sebagai penyelaras hidup dalam masyarakat.
PERANAN UMAT KRISTEN DALAM PERMASALAHAN MASYARAKAT
1. Peranan Gereja dan Masyarakat Kristen Dalam Pembangunan Orang Kristen lahir di bumi Indonesia, memiliki negara Indonesia, dan oleh karenanya juga mempunyai hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia. Diakui atau tidak, umat Kristen memiliki andil yang cukup besar dalam melahirkan dan mempertahankan Republik Indonesia. Banyak orang Kristen yang telah gugur sebagai kusuma bangsa, meskipun namanama mereka tidak ditemukan di makam-makam pahlawan. Sejak tahun 1945 sampai sekarang, masyarakat Kristen belum pernah absen dari perjuangan mengisi pembangunan bangsa. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, orang Kristen tetap berusaha memelihara iman dan berjuang dengan gigih menegakkan kebenaran dan keadilan seperti yang dimandatkan oleh Yesus Kristus. Statusnya sebagai warga Kerajaan Allah telah dibuktikan dalam kehadirannya sebagai pelaku firman yang tidak berkompromi dengan kejahatan. Maka sebagai murid Yesus, orang Kristen harus berusaha keras menjadi garam dan terang. Mereka bertanggung jawab terhadap maju dan mundurnya negara Indonesia. Mereka tidak hanya berjuang untuk mendapatkan kekuasaan politik tetapi juga melaksanakan terjadinya revolusi intelektual agar seluruh masyarakat Indonesia bisa memiliki kemampuan intelektual dalam semua disiplin ilmu. Dengan ini, mereka berperan serta dalam membangun masyarakat baru, sebagai wujud Kerajaan Allah di bumi yang berasaskan kebenaran, keadilan, kekudusan dan pengampunan. Pendidikan menjadi kebutuhan prioritas seluruh rakyat Indonesia. Dengan pendidikan yang memadai bangsa Indonesia akan diberanikan memasuki abad ke-21 yang dikenal sebagai abad informasi. Masa depan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada kualitas bangsa Indonesia. Kualitas bangsa Indonesia akan ditentukan oleh kecerdasan masyarakatnya. Kecerdasan bangsa Indonesia juga akan ditentukan oleh suatu pendidikan. Pada abad ke-21 dibutuhkan orang-orang yang berkualitas tinggi. Untuk itu, Gereja mempunyai peranan yang sangat dominan sebagai upaya ikut mencerdaskan bangsa. Dalam sektor ini, partisipasi Kristen akan sangat menentukan, bukan hanya untuk pendidikan di kota-kota besar, tetapi juga di desa-desa yang terpencil di seluruh Indonesia. Salah satu tugas panggilan Gereja adalah mengembangkan ketrampilan masyarakat agar mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Orang Kristen sebagai warga gereja dan juga sebagai warga negara bertanggung jawab mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat maju yang ber-Pancasila. Di bawah terang prinsip harkat dan martabat manusia, Gereja dan orang Kristen harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi dari manusia sebagai ciptaan Allah yang diberikan kebebasan untuk memilih, bersekutu dan beribadah. Setiap orang juga berhak berbicara, bersuara dan berbeda pendapat. Setiap orang berhak untuk menentukan pilihan politiknya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang
berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan menjalankan ibadah menurut peraturan agamanya. 2. Peran Umat Kristiani Dalam Menangani Kemiskinan Alkitab berkata, "Maka tidak akan ada orang miskin di antaramu, sebab sungguh TUHAN akan memberkati engkau di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik pusaka, asal saja engkau mendengarkan baik-baik suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segenap perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini" (Ul. 15:4-5). Tuhan Yesus berkata, "... orang-orang miskin selalu ada padamu" (Matius 26:11). Salah satu sisi dari kepedulian sosial orang Kristen adalah tanggung jawabnya untuk memedulikan dan memerhatikan orang-orang yang miskin dan tertindas. Ia berbuat sesuatu demi kesejahteraan mereka. George Grant berkata, "Menurut Alkitab, orang miskin dibagi antara yang tertindas dan yang malas. Orang tertindas adalah sasaran dari pemeliharaan istimewa Allah, sedang orang malas adalah sasaran dari kutukan Allah." Siapakah orang-orang tertindas? David Chilton mengelompokkan mereka yang mudah terkena penindasan: 1. janda, 2. yatim piatu, 3. miskin karena penyakit, dan 4. korban penindasan politik dan ekonomi. Siapakah orang-orang malas? Mereka adalah sebagai berikut. 1. Keluarga yang tidak bertanggung jawab. Kasih yang alkitabiah tidak pernah menopang sifat tidak bertanggung jawab. 2. Orang-orang yang menjadi miskin karena kelemahan moral atau perubahan dalam etos sosial. Ajaran Alkitab menyatakan bahwa orang miskin memunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, khususnya bagi mereka yang tidak terkena bentuk-bentuk penindasan - psikologis, fisikal, sosial, ataupun politik. Misalnya, kitab Rut mengisahkan peranan orang miskin dalam tanggung jawab mereka bagi kelangsungan hidup. Perintah untuk menolong orang miskin dalam nama Tuhan Yesus Kristus merupakan kesaksian Alkitab yang sangat jelas: semua orang yang telah dipanggil dalam nama-Nya harus berjalan dalam kasih (Ef. 5:2). Kita harus mengerjakan belas kasihan (2Kor. 1:3-4). Kita harus bergumul dengan keadilan dan mempraktikkan kemurahan, kesenangan, dan kemerdekaan, baik kepada orang-orang dewasa maupun anak-anak di mana pun kita berada (Zak. 7:8-10). Jadi, tanggung jawab dari komunitas Kristen terhadap kaum miskin ialah sebagai berikut. 1. Mengasihi orang-orang tertindas dengan: "... membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, ... memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, ... memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, ... engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!" (Yes. 58:6-7). Kasih terhadap orang tertindas menyebabkan perubahan kemiskinan menjadi produktivitas melalui setiap cara yang ada pada kita. 2. Mengasihi orang-orang malas: termasuk nasihat, teguran (2Tes. 3:15; Ams. 13:18), dan orientasi ulang terhadap kenyataan melalui pemberitaan Injil (Yoh. 8:32). Respons yang
penuh kasih dan belas kasihan terhadap orang-orang malas bertujuan untuk memberikan peringatan kepada mereka. Selain itu, melengkapi dan menyanggupkan mereka melangkah melewati ketergantungannya pada orang lain. Orang Kristen memunyai tanggung jawab yang tak dapat dielakkan untuk melakukan kedua jenis kasih ini dengan rajin dan penuh semangat. 3. Peran Umat Kristen Dalam Penegakan HAM Apakah negara boleh melakukan apa saja yang dikehendakinya? Pertanyaan ini cukup penting. Negara disebut berdaulat. Berdaulat berarti: Tak ada kekuatan di luar maupun di dalam negara yang berwenang memerintahkan sesuatu kepadanya. Pemerintah yang memimpin negara merupakan kekuatan eksekutif tertinggi dalam negara. Ia memegang kedaulatan negara. Ada dua ciri masyarakat pasca tradisional yang di sini relevan: Pertama, bahwa masyarakat, kelompok-kelompok dan golongan-golongan dan terutama individu, tidak lagi terlindung oleh adat dan tradisi. Kedua, munculnya apa yang oleh filosof Thomas Hobbes disebut "leviathan" negara modern raksasa yang sedemikian berkuasa. Dalam situasi ini individu dan golongan dalam masyarakat betul-betul terancam: keutuhan, identitas, bahkan eksistensinya. Hak-hak asasi manusia baru menjadi efektif, apabila oleh negara diakui secara resmi dan dimasukkan ke dalam sistem hukum. Akan tetapi, di lain pihak, keberlakuan hak-hak asasi manusia, hak untuk menuntut keberlakuannya, tidak berasal dari negara, melainkan mendahuluinya. Negara dapat saja tidak mengakui hak asasi manusia, negara dapat melanggarnya, hak itu tetap ada. jaminan terhadap hak-hak asasi manusia merupakan tanda solidaritas dan kepedulian sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Karena menjamin hak-hak asasi manusia berarti: masyarakat memasang standar atau tolok ukur bagaimana segenap anggota masyarakat harus diperlakukan dan bagaimana tidak, entah dia kuat atau lemah, menang atau kalah. Hak-hak asasi selalu berupa perlindungan bagi pihak yang lemah: minoritas-minoritas etnis, religius, budaya atau bahasa dilindungi terhadap mayoritas kuat, mayoritas mereka yang secara sosial dan ekonomi lemah terhadap elit atau kelompok berkuasa di atas, wanita terhadap pria, dan seterusnya. Yesus adalah Sang Penyelamat. Yesus menjadi saudara kita. Dalam Yesus Allah sendiri menjadi solider dengan kita manusia. Maka apa yang kita lakukan terhadap saudara kita yang lemah, miskin, terlantar, dan tertindas, kita lakukan terhadap Yesus. Dan apa yang tidak kita lakukan terhadap saudara kita yang lemah, miskin, terlantar, dan tertindas, tidak kita lakukan terhadap Yesus. Kita dipanggil untuk mewujudkan kerajaan kebaikan Allah dalam masyarakat. Suatu masyarakat di mana manusia dapat hidup sesuai dengan martabatnya sebagai anak Allah dan saudara Kristus, sebagai manusia utuh sebagaimana direncanakan Allah. Maka kita dipanggil untuk mewujudkan kehidupan bersama dalam masyarakat yang baik dan berdasarkan cinta kasih dan keadilan. Dalam bahasa modern hal itu berarti: menjamin agar hak segenap saudara kita sebagai manusia dihormati, agar ia dapat hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Itulah sebabnya orang-orang Kristen harus berada di barisan terdepan perjuangan demi hakhak asasi manusia. Hak-hak asasi manusia semua saudara, tanpa membedakan dari suku atau agama manapun. Tidak cukup kita bicara tentang sorga, kita dipanggil untuk, sejauh dalam kemampuan kita, membangun kehidupan bersama, dalam kebersamaan dengan semua saudara dalam masyarakat yang secita-cita, di mana kita semua, dan terutama mereka yang lemah dan terlantar, dapat hidup dengan baik dan terjamin.
4. Peran pemuda Kristen di tengah pluralisme global
Kristus menghendaki pemuda Kristen untuk hidup berkualitas sebagai garam dan terang dunia (Matius 5: 13 -16) dalam hubungan dengan Tuhan, keluarga, sanak, saudara dan lingkungan dalam masyarakat (sekolah, kantor, kampus, organisasi, dan lain-lain). Ini sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya dengan hidup kudus. Pluralisme global dalam arti majemuk-kompleks yaitu pemuda Kristen tidak hanya berada di tengah-tengah masyarakat yang beda suku, agama, budaya, status sosial. Pemuda Kristen juga perlu berada di tengah-tengah arus globalisasi seperti masuknya pengaruh asing secara bebas yang menggeser nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, berbagai ajaran sesat yang makin berkembang. Jangankan di masyarakat, bahkan di antara sanak saudara dan keluarga sendiri juga dapat dijumpai pluralisme seperti anggota keluarga yang beda agama, suku, pandangan hidup, pola pikir, dan sebagainya. Karena itu pemuda Kristen harus bisa menjadi garam dan terang dunia. Pemuda Kristen harus menjadi garam dunia: • Menjadi rasa bagi dunia: menyenangkan isi dunia dengan menjadi berkat di sekolah, kantor, kampus, organisasi, dan lain-lain. • Memperlambat kebusukan dunia, seperti: pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, penipuan, penganiayaan, dan lain-lain yang sering terjadi di masyarakat. Bagi pemuda yang masih sekolah/ kuliah tentunya menjaga agar tidak terjadi kenakalan remaja dan berbagai tindakan kekerasan lainnya. Garam yang menjadi tawar adalah pemuda Kristen yang berkompromi dengan dunia karena pergumulan yang berat dengan dunia, seperti: dosa tubuh (percabulan, kecemaran, pesta pora, hawa nafsu, kemabukan (rokok, candu, narkoba)], dosa jiwa (perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, egois (kepentingan diri), percideraan, roh pemecah (perceraian), kedengkian, dosa roh (penyembahan berhala, sihir (hobatan), dsb ( Galatia 5: 19 -21) (DR. H.L. Senduk, Buah Rohulkudus). Ini sama juga dengan jenis pemuda Kristen daging dan pemuda Kristen karnal/ jiwa. Orang Kristen daging adalah mereka yang hidup secara daging/ lahiriah. Hal yang mengontrol mereka adalah jiwa mereka untuk diarahkan kepada keinginan duniawi (non-rohani) untuk dapat kuasa daging. Bila tak terpenuhi maka akan menjadi frustasi, sebab tidak banyak yang bersaksi kepada dunia, sebab buah-buah rohnya hanya sedikit. Sedangkan pemuda Kristen karnal/ jiwa adalah: • Mereka yang mencari kedudukan dalam pekerjaan rohani. • Kalau menghadapi pertemuan berusaha untuk didengar, tetapi tidak mau mendengar. • Kesenangan mereka adalah untuk dikenal. • Mereka berkata-kata dengan bahasa yang tinggi. • Berdoa keras-keras tetapi tidak mempunyai kuasa. • Mempunyai ambisi negatif yang kuat. • Mencari keunikan dan pujian. • Mereka selalu mengkritik dan merendahkan orang yang berohani.
Pemuda Kristen yang terpenting adalah memenangkan jiwa orang lain, tetapi dengan syarat menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi. Pemuda Kristen harus bertobat, lahir baru, bertumbuh dan menghasilkan buah-buah roh yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan (iman), lemah lembut, penguasaan diri (tahan nafsu) ( Galatia 5: 22 -24). Ini sama juga dengan pemuda Kristen seimbang, yaitu seimbang roh, jiwa, tubuh; roh mereka yang lebih berkuasa. Mereka bisa mengatur waktu untuk belajar/ bekerja, pelayanan, beribadah, pertemuan, dan lain-lain serta tetap memelihara tubuh mereka yang adalah Bait Allah. Kebutuhan jasmani dan rohani dipenuhi secara seimbang. Ini yang dikehendaki Tuhan. Hal itu dapat diterapkan kepada siapa saja tanpa pandang bulu, seperti gereja mengadakan acara bakti sosial untuk warga sekitar yang tidak mampu tanpa memandang agama, sekali-kali ada sarasehan antar agama di kampus dan hal yang sangat menakjubkan adalah waktu kunjungan pemerintah Amerika ke salah satu panti asuhan Islam bahkan mereka menghormati dengan ikut acara buka puasa bersama sekaligus menyerahkan bantuan, dll. Semuanya itu dilakukan dengan saling menghormati dan mengasihi sesama tanpa menyinggung atau membeda-bedakan. Semuanya dilakukan dengan motivasi yang tulus dan murni tanpa maksud tertentu, serta tetap menjaga kesehatan jasmani dan rohani secara seimbang. Bukankah Yesus menginginkan yang demikian? Namun sampai di mana pemuda Kristen sudah melakukan yang terbaik buat Yesus, kuat iman serta mengasihi sesama tanpa pandang bulu di tengah-tengah pluralisme global seperti sekarang ini?
B.
CIVIL SOCIETY DALAM RUANG LINGKUP KRISTIANI
Civil society itu sendiri menurut Hikam adalah wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan voluntary, self-generating , dan self -supporting , kemandirian tinggi dengan negara, dan keterikatan dengan norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti warganya (Hikam, 1996, hal. 3). Civil society berakar pada civic culture dan menjadi landasan berkembangnya demokrasi sejati. Civic culture inilah yang perlu kita kembangkan dalam suasana masyarakat Indonesia yang plural dan karenanya juga memiliki tantangan-tantangan yang bersifat plural. Permasalahannya kemudian adalah apa jalan keluar dari tantangan-tantangan yang ada yang kemudian memfasilitasi terbentuknya civic culture? Dengan basis Kristen, dapatkah kita memberikan solusi yang tidak merupakan solusi berbasis primordial? Untuk menjawab hal ini, kita harus kembali lagi menyelidiki pola demokrasi yang berlangsung di Indonesia. Jika kita mau jujur menilai, maka dapat dikatakan bahwa demokrasi yang mulai berjalan dalam negara kita 12 tahun belakangan ini, masih berjalan dalam tahap demokrasi prosedural yang hanya berkutat pada masalah sistem dan hal-hal teknis saja. Padahal, menurut Jimung, demokratisasi politik sesungguhnya sana artinya dengan memposisikan rakyat secara aktif (2006, hal. 102). Ini berarti demokrasi substansial yang menjadi jiwa dan spirit dari demokrasi itu sendirilah yang harus dibentuk dalam masyarakat kita yang sudah kadung menjadi pasif dalam 32 tahun pemerintahan Soeharto. Dalam konteks Kristiani sendiri, ini berarti bahwa rakyat seharusnya dapat berpartisipasi aktif dalam suasana pemerintahan yang ditujukan untuk kemakmuran bersama (1 Korintus 14: 40). Selain daripada partisipasi aktif yang harus dipupuk, maka yang terlebih penting sebelum
adanya partisipasi aktif tersebut adalah perbaikan moral yang ada dalam masyarakat. Bobroknya sistem moral di Indonesia yang tercermin dalam banyaknya kasus korupsi, pengrusakan milik orang lain dan perselisihan yang terjadi dalam konteks kebencian dan prasangka yang beralaskan keberagaman yang ada, sesungguhnya mengisyaratkan bahwa adanya keperluan mereformasi tatanan pola pikir dan integritas moral bangsa ini (Roma 12: 1-2). Reformasi tatanan pola pikir dan moral bangsa ini hanya bisa dilakukan secara perlahanlahan melalui peningkatan moral generasi baru dan muda yang ada di Indonesia. Ini berarti reformasi ini haruslah dapat mendidik dan membentuk individu-individu yang mempunyai basis moral yang kuat dan berlandaskan kepercayaan kepada kebaikan dan iman kepada Tuhan. Hal ini benar-benar menjadi basic point of reference dalam membentuk suatu masyarakat yang paling tidak berpola pikir civic responsbility. Pendidikan ini sudah seharusnyalah menjadi tonggak pembentuk apa yang dikatakan Denny suatu fair play, level of trust , dan selfdetermination (2006, hal. 52-53) dalam sebuah kerangka civic competence. Dengan demikian suatu pendidikan bukan hanya mengajar secara kognitif kepada masingmasing individu, terlebih daripada itu harus dapat membentuk manusia yang takut akan Tuhan, yang nantinya akan membentuk manusia yang bermoral (Amsal 1: 7). Jika ini sudah terwujud, maka ekses keluar dari reformasi ini adalah political cultureyang akan berbasiskan civil society dalam cangkupan civic competencedan civic responsibility itu sendiri. Hal ini dikarenakan bahwa konstruksi moral masyarakat keseluruhanlah yang pada akhirnya akan membentuk budaya di tataran birokrasi dan pemerintahan karena tidak ada kekuasaan negara tanpa delegasi dan mandat kekuasaan dari rakyat kepada penguasa (Prasojo, 2005, hal. 95). Beberapa Hal yang Dapat Dilakukan Umat kristiani dalam Mewujudkan Masyarakat yang Beradab dan Sejahtera Pelayanan penginjilan, termasuk di dalamnya adalah: sosiologi dan keselamatan; reformasi dan penebusan; kebudayaan dan pertobatan; suatu orde sosial baru dan kelahiran baru; suatu revolusi dan regenerasi. Jika penginjilan yang dilakukan tidak berorientasi pada prinsip ini, penginjilan itu tidak mampu, berpandangan sempit, dan akan gagal untuk menghidupi panggilan ilahi yang mulia dari Amanat Agung. 1. Pemberian pelayanan dan pendidikan serta pelatihan bagi orang-orang miskin agar mereka dapat menolong diri sendiri. Masalah harga diri, pemberantasan buta aksara, dan keterampilan kerja dapat diberikan dalam program pendidikan tersebut. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama antar gereja ataupun antara gereja dan pemerintah setempat. 2. Kelompok kerja dalam gereja. Kelompok ini memimpin jemaat untuk menolong pemerintah dengan memberikan informasi dan keprihatinan mereka terhadap orangorang miskin. Orang Kristen tidak dapat melepaskan diri dari ikatan dengan masyarakat dan bangsa, demikian pendirian YESUS. IA sendiri menyatu dengan masyarakat Yahudi, tetapi juga dengan orang-orang Yunani dan Romawi yang bertemu dengan-NYA. Orang-orang Kristen menyatakan tanggung-jawab dan menjawab panggilan TUHAN tetapi juga terhadap masyarakat. Ketaatannya kepada TUHAN dialami juga sebagai berkat bagi masyarakat dan bangsa yang dipimpin oleh pemerintah.
Orang-orang Kristen tidak dapat menghindari kewajiban-kewajibannya terhadap negara sebagaimana ia mengharapkan kewajiban-kewajiban negara terhadap wargaterwujud dalam masyarakat. Negara yang baik membuat warganya merasa berhutang atas berbagai perlindungan yang diberikannya dengan menjamin keamanan dan kerukunan. Negara yang bertanggung-jawab pasti membuat warganya menghormatinya karena menerapkan hukum yang adil, menyediakan fasilitas-fasilitas umum (seperti transportasi, pasar, listrik dsb..) yang baik bagi masyarakat. Pemerintah yang baik akan menjaga keutuhan, sebab jika terjadi perpecahan, ia sendiri kehilangan wibawa dan Negara menjadi runtuh, lalu hilanglah juga pemerintah. Hubungan antara Gereja dan Negara perlu dibangun secara kreatif. Negara dan Gereja tetap menjaga kemandirian masing-masing. Tidak boleh saling menguasai karena keduanya otonom dan bebas melakukan tugasnya. Dalam melaksanakan fungsinya masing-masing perlu dibangun usaha-usaha untuk saling melengkapi mencapai tujuan bersama yaitu perlindungan dan kesejahteraan masyarakat. Keduanya selalu berinteraksi baik melalui kehadiran warga maupun sebagai lembaga, di pusat maupun di daerah dalam semua aras. Untuk itu Gereja dan Negara sama-sama berjuang untuk menciptakan undang-undang dan peraturan yang adil untuk kepentingan bersama sebagai satu masyarakat yang majemuk. Dengan undang-undang dan peraturan tersebut semua pihak melaksanakan tugas dalam kebersamaan yang tertata jelas, rapi tersusun dan membangun masa depan bersama. Ketika masyarakat dan bangsa sedang bergumul untuk mendatangkan keadilan dan kesejahteraan, maka umat Kristen juga harus bergumul untuk mendatangkan keadilan dan kesejahteraan, dan Kabar Baik serta kesaksian tentang Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruslamat itu, haruslah juga bisa terlihat dalam pergumulan tersebut. Ketika masyarakat dan bangsa sedang bergumul untuk mengembangkan demokrasi, menghormati hak-hak asasi manusia dan menegakkan hukum, maka umat Kristen juga harus bergumul untuk mengembangkan demokrasi, menghormati hak-hak asasi manusia dan menegakkan hukum, dan Kabar Baik serta kesaksian tentang Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruslamat itu, haruslah juga bisa terlihat dalam pergumulan tersebut. Ketika masyarakat dan bangsa sedang sedang bergumul untuk menghargai pluralisme dan perdamaian, maka umat Kristen juga harus bergumul untuk menghargai pluralisme dan perdamaian, dan Kabar Baik serta kesaksian tentang Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruslamat itu, haruslah juga bisa terlihat dalam pergumulan tersebut. Karena itu umat Kristen perlu senantiasa mengetahui, memahami dan mencerna berbagai isyu yang berkembang di tengah masyarakat dan bangsa (terutama isyu yang berkaitan dengan masalah sosial-politik) untuk kemudian dikomunikasikannya kembali, sesuai dengan tugas dan panggilannya, ke dalam jemaat di satu fihak, dan kepada masyarakat dan bangsa di lain fihak. Umat Kristen juga perlu memahami peta media komunikasi yang ada agar ia bisa mewartakan Kabar Baik itu secara efektif. Dengan lain perkataan, umat Kristen perlu mengenali lembaga-lembaga dan media-media apa saja yang tersedia di masyarakat, dan yang bisa dipakainya untuk mewartakan Kabar Baik itu. Dalam kaitan dengan kebutuhan memahami media komunikasi yang ada, maka umat Kristen juga perlu mengenali teknologi dan “watak” dari berbagai media tersebut. Umat Kristen juga perlu menguasai berbagai ketrampilan komunikasi. Abad ini adalah abad komunikasi. Mereka yang berhasil dalam mendiseminasi suatu gagasan atau pikiran, adalah mereka yang menguasai media, dan yang juga menguasai ketrampilan berkomunikasi.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Umat Kristen sebagai persekutuan yang dipanggil TUHAN untuk hadir di tengah dan bersama masyarakat bekerjasama dengan pemerintah. Walau pemerintah itu kejam seperti pengalaman umat Kristen perdana (dalam Wahyu), umat Kristen tetap melakukan tanggung-jawabnya. Orang Kristen selaku warga jemaat dan warga Indonesia harus turut memikul tanggungjawab dalam memperjuangkan martabat, kebebasan, keadilan sosial dan penggunaan kekuasaan berdasarkan etika Kristen demi terciptanya situasi bangsa dan negara yang kondusif serta dinamis melalui sumbangan-sumbangan yang bersifat fisik maupun mental. B. SARAN
Pembatasan halaman untuk makalah maksimal 8 lembar cukup membuat penyusun kesulitan dalam merangkum literatur. Kiranya, jumlah halaman maksimal bisa dinaikkan untuk pembuatan makalah dikemudian hari apalagi untuk judul-judul yang cakupannya sangat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Denny, J.A. (2006). Catatan Politik . Yogyakarta: LKIS Hikam, M. A.S. (1996). Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: LP3ES. Jimung, M. (2006). Teori Pembangunan Politik di Indonesia Dalam Praktek . Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Kaisiepo, M. (2004). Antara Hegemoni dan Eksekusi: Dinamika Kekuatan Politik di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Prasojo, E. (2005). Demokrasi di Negeri Mimpi: Catatan Kritis terhadap Pemilu 2004 dan Good Governance. Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI: Jakarta. http://forumm.wgaul.com/showthread.php?t=124888 http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/141/