MEMBANGUN MASYARAKAT PROFESIONAL BERBASIS AKHLAKUL KARIMAH
Disusun oleh :
1. Frentika Maya O. 2. Hanifan M. 3. Kinanthi B.
1441320012 1441320067 1441320068
PROGRAM STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG SEMESTER GASAL 2014/2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Membangun Masyarakat Profesional Berbasis Akhlakul Karimah” ini ini dapat selesai dengan tepat pada waktunya tanpa ada hambatan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Agama Islam. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Abdul Chalim, S.Ag., M.Pd.I selaku dosen Mata Kuliah Umum Agama Islam Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah ini dengan tepat waktu. 2. Kedua orang tua kami yang selama ini memberi dorongan motivasi dan materi kepada kami. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan Membangun Masyarakat Profesional berbasis akhlakul karimah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Politeknik Negeri Malang. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Malang, September 2014 Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan
“akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan. Sedangkan secara Terminologi akhlak adalah:
”Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbul kan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan menurut al-Ghazali.” (1989 : 58). Definisi yang diberikan oleh al-Ghazali ada kemiripan dengan definsi yang diberikan Ibrahim Anis (1975 : 2002) yaitu: Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan Dari pengertian di atas daat di simpulkan bahwa pengertian akhlak adalah: kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengertii benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dala m bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Profesionalisme berasal dari kata “profesi” bila diartikan secara Etimologi kata “profesi” adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang dalam bahasa Yunani adalah “Επαγγελια”, yang bermakna: “Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen”. Sedangkan pengertian secara Terminologi “profesi” adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Dari kedua pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa profesionalisme adalah sifat-sifat
(kemampuan,
keterampilan,
cara
pelaksanaan
sesuatu
dan
lain-lain).
Profesionalisme memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan akhlak dengan profesionalisme? 2. Bagaimana pandangan islam terhadap profesionalisme? 3. Bagaimana ciri-ciri masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah? 4. Bagaimana cara membangun masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah?
5. Bagaimana penerapan akhlakul karimah pada kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang dicapai sesuai rumusan masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hubungan antara akhlak dan profesionalisme. 2. Untuk mengetahui bagaimana cara pandang islam terhadap profesionalisme. 3. Untuk memahami ciri-ciri masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah. 4. Untuk mengetahui cara membangun masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah. 5. Untuk memahami penerapan akhlakul karimah pada kehidupan sehari-hari.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Hubungan Antara Akhlak Dan Profesionalisme
Seiring dengan perkembangan zaman, di mana setiap manusia kini tengah disibukkan dengan urusan duniawi, sehingga melalaikan kehidupan yang
lebih kekal,
akhirat.Oleh karena itu timbullah gejala-gejala kemerosotan moral akhlak
yaitu
yang telah
sampai pada titik yang sangat mencemaskan, antara lain dengan Bertambahnya aneka sumber kemaksiatan secara mencolok. Kenakalan remaja pun semakin meningkat. Hal ini ditandai semakin banyaknya terjadi dikalangan remaja perbuatan-perbuatan yang menjurus kepada kriminalitas,seks bebas, perkelahian antar pelajar, korban narkoba dan dekadensi moral lainnya. Jika para kaum muda sebagai aset negara sudah terbiasa dengan hal – hal tercela atau “madzmumah” bagaimana orientasi kedepan, jangankan melakukan hal yg buruk sopan santun yang begitu sederhana saja pada masa ini sepertinya sudah tidak di lupakan, saat kita berhadapan langsung dengan orang yang lebih tua,saat berbicara,berjalan,dan lain sebagainya seperti sudah tidak ada bedanya antara teman sebaya dengan orang yang lebih tua dari kita.
Dewasa ini di dalam dunia pekerjaan hanya segelintir orang yang memperhatikan profesionalisme kerja mereka kebanyakan menganggap profesionalisme hanya menambah kerepotan, orang yang memiliki jiwa profesional akan memiliki suatu keterampilan khusus sesuai bidang yang mereka jalani, mereka memiliki kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan selalu peka pada suatu masalah yg terjadi, orang yang profesional juga selalu berorentasi kedepan dan melakukan segala persiapan jika ada masalah yang akan di hadapi, selain itu orang yang profesional juga memiliki sifat mandiri dan percaya akan kemampuannya sendiri, akan tetapi tetap terbuka dengan pendapat orang lain, dan mampu memilih apa yang terbaik bagi dirinya. Semua sikap dan sifat yang dimilik orang yang profesional adalah sifat terpuji atau “akhlakul kharimah’. Orang yang profsional pasti sudah bisa memahami mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus di lakukan dan mana yang tidak seharusnya di lakukan. Salah satu faktor dalam bertingkah laku ialah
“kebiasaan” atau “adat kebiasaan”. Yang di maksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang – ulang sehingga mudah untuk di kerjakan. Sebagai contoh: 1. Terlambat, suatu kebiasaan bagi orang yang tidak memiliki jiwa profsional,mereka akan senang datang terlambat dari jam yang suah di tentukan, meskipun tidak ada urusan yang mendesak.jika terlambat ini di lakukan secara berulang – ulang maka akan menjadi suatu kebiasaan buruk yang sulit untuk ditnggalkan. 2. Bekerja keras, tidak semua orang memiliki kebiasaan kerja keras dalam melakukan setiap pekerjaan, akan terasa berat jika biasanya kita mengerjakan sesuatu secara biasa – biasa saja kemudian kita harus mengerjakan secara maksimal,akan tetapi bagi orang yang sudah terbiasa mengerjakan suatu hal dengan kerja keras hal itu akan menjadi mudah bahkan menyenangkan karna hasil yang ia dapat juga akan maksimal.
Contoh – contoh diatas dapat memberikan gambaranbahwa segala sesuatu jika di kerjakan secara berulang – ulang dengan penuh kegemaran akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan. Setiap orang yang profesionaal pasti akan memiliki kebiasaan – kebiasaan yang baik, dan akhlak yang mulia. Akhlak sebagai penentu kemulyaan seseorang dan tingkat keprofesionalan seseorang. Akhlak juga sebagai ukuran kualitas ketakwaan seseorang. Jadi akhlak sangat erat kaitannya dengan keprofesionalan seseorang, karena untuk mejadi seseorag yang profesional kita harus berakhlakul kharimah terlebih dahulu.
2.2
Pandangan Islam Tentang Profesionalisme
Pekerjaan atau profesi menurut islam harus dilakukan karena Allah. “Karena Allah” maksudnya adalah karena diperintahkan Allah. Jadi, profesi dalam islam harus dijalani karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah, karna setiap usaha kita dalam hal kebaiakn itu adalah ibadah. Akan tetapi dalam kenyataanya banyak orang yang menjalankan pekerjaan karna hal lain,misalnya karna orang lain, meskipun niat yang mendasarinya karna Allah. Hal tersebut berarti bahwa sesorang bekerja di tujukan untuk dua hal.
Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah mengatakan bahwa bila suatu urusan tidak dilakukan orang yang ahli, maka tunggulah kehancuran. “Kehancuran” dalam hadis itu dapat diartikan secara terbatas dan dapat juga diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang “hancur” adalah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas. Mur id-murid itu kelak mempunyai murid lagi, murid itu kelak berkrya, kedua-duanya dilakukan dengan tidak benar dan terjadilah sebuah kehancuran yang berlanjut, inilah yang ternmasuk dalam pengertian yang luas. Maka benarlah yang diajarkan oleh nabi, setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang ahli. Karena Allah saja tidaklah cukup untuk melakukan suatu pekerjaan. Yang mencukupi ialah “karena allah dan keahlian” .
Dari uraian tersebut jelaslah islam sangat mementingkan profesionalisme, tentunya dengan didasari akhlakul kharimah dan budi pekerti luhur.
2.3
Ciri-ciri masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah
1. Mengembangkan prinsip manajemen profesional 2. Memiliki jiwa kepemimpinan 3. Mempertimbangkan keputusan yang di ambil 4. Menghargai waktu 5. Selalu berusaha ke arah yang lebih baik 6. Memiliki semangat berlomba dalam kebaikan 7. Memiliki motifasi untuk mandiri 8. Berwawasan kerahmatan lil’alamin 9. Haus untuk memiliki sifat ilmu pengetahuan 10. Tidak cepat puas, tidak mudah putus asa, penuh kesabaran, ulet, dan pantang menyerah. Menurut(http://sambokritis.blogspot.com) bahwa,
Era
globalisasi
sudah berjalan sedemikian rupa, setiap sektor kehidupan baik dalam bernegara ataupun ber bangsa yang meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanandan keamanan
membutuhkan
rangkamempertahankan
pengelolaan
kelangsungan
yang
hidup
dan
efektif identitas
dan
efisien
bangsa
dan
dalam negara.
Pengelolaanyang efektif salah satunya bertitik tolak pada kesediaan sumber daya manusia yangunggul, dan salah satu manifestasi dari sumber daya manusia yang unggul adalahtenaga profesional, oleh karena itu setiap bangsa dituntut untuk menjadi bangsa yang profesional. Dalam menanamkan profesionalisme media yang paling efektif adalah pendidikan formal. Profesionalisme harus sudah dikenalkan pada lembaga pendidikanformal paling dasar (SD-SMP) dan mulai diterapkan pada lembaga pendidikan formaltingkat menengah. Pada pendidikan formal tingkat tinggi yang output dan outcome-nya dipersiapkan sebagai tenaga yang handal dalam mengelola setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, profesionalisme harus sudah mendarah daging.Sehingga ketika memasuki dunia sesungguhnya (kerja), profesionalisme sudah dapatdimanifestasikan. Profesionalisme tanpa didasari akhlakul karimah akan pincang, seperti beberapa waktu ke belakang, bagaimana seorang hakim di Sumatera Utara begitu bersikukuh pada profesionalisme sehingga mengabaikan aspek moral dan psikologis seorang bocah yang bernama Raju, yang baru berusia 7 tahun 8 bulan. Bagaimana seorang artis karena terlalu terfokus pada profesionalisme mengabaikan nilai-nilai akhlakul karimah beriringan dengan hilangnya kreaifitas. Profesionalisme dengan ditunjang akhlakul karimah menurut mereka
adalah pengkebirian kreatifitas, padahal sesungguhnya kreatifitas akan selalu hidup walaupun dibatasi norma. Sebagaimana yang diungkapkan (http://okinugraha.wordpress.com) bahwa, seorang profesional kreatif yang dilandasi akhlakul karimah akan menghasilkan produk yang bernilai sangat tinggi, hal tersebut karena produk yang dihasilkan merupakan produk profesional dan produk yang sesuai norma (akhlakul karimah). Seorang profesional akan mendedikasikan dirinya untuk profesinya dan seorang yang berakhlakul karimah akan senantiasa menjunjung norma – norma, seorang yang keatif akan selalu menghasilkan kreasi yang dapat memberikan nilai positif bagi dirinya. Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaannya, sehingga menjadikan dirinya makhluk yang mulia, tetapi kesempurnaan dan kemuliaan itu akan sirna dan jatuh akan keterpurukan, kecuali mereka yang mengerjakan amal soleh, yang membela kebenaran dan menetapi kesabaran. Dewasa ini yang sangat terasa di negara kita yang tercinta ini adalah rendahnya kesadaran terhadap fitrah manusia dan terlalu terfokusnya prilaku dan pola pikir terhadap kapitalisme. Kesadaran bangsa kita akan pentingnya norma terkikis oleh hegemoni demokrasi yang kebablasan, terkikis oleh demokrasi yang menjurus kepada kebebasan absolut. Sumber daya manusia yang berada di belakang media massa harus memilki profesionalisme, kreaifitas dan akhlakul karimah. Para pengelola media massa harus mengikis mental kapitalisme yang mengabaikan kepentingan-kepentingan umum (mayoritas). Para pengelola media massa harus memiliki mental khoirunnas yan fa’uhum linnas, sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi yang lainnya. Jangan hanya demi memperkaya diri lalu hilanglah kesadaran bahwa sesungguhnya yang berada disekitar kita sengsara akibatnya.Manfaat yang diambil hanya untuk dirinya sendiri.
2.4
Membangun masyarakat profesional berakhlakul karimah
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (Al - A’raaf: 199) Ayat ini menurut Az-Zamaksyari dan Ibnu Asyur termasuk kategori “Ajma’u Ayatin fi Makarimil Akhlak”, ayat yang paling komprehensif dan lengkap tentang bangunan akhlak yang mulia, karena bangunan sebuah akhlak yang terpuji tidak lepas dari tiga hal yang disebutkan oleh ayat diatas, yaitu mema’afkan atas tindakan dan prilaku yang tidak terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta berpaling dari tindakan yang tidak patut. Sedangkan dalam surat
Ali Imran: 159, Allah menggambarkan rahasia sukses
dakwah Rasulullah saw yang dianugerahi nikmat yang teragung dari Allah swt yaitu nikmat senantiasa bersikap lemah lembut, lapang dada dan mema’afkan terhadap perilaku kasar orang lain , “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya”. (QS Ali Imran:159). Akhlak sebenarnya merupakan sifat dasar manusia yang telah ada pada diri manusia sejak ketika dia lahir dan akan terus melekat pada jiwa manusia untuk mendorongnya melakukan tindakan-tindakan yang tidak melalui pertimbangan fikiran
terlebih
dahulu. Jika sifat hatinya baik, maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al-akhlaq alkarimah) dan sebaliknya jika sifat hatin ya tidak baik maka akan muncul akhlak yang buruk dalam perilakunya (al-akhlaq al-mazmumah). Hamzah Ya’qub (1996: 11) memberikan karakteristik etika Islam sebagai berikut:
Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.Etika Islam menetapkan bahwa yang
menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah SWT.
Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.
Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia. Perwujudan akhlak dalam kehidupan manusia mengalami perbedaan. Hal ini dipengaruhi dua faktor utama (menurut Thohir Luth, 2005:119-133):
- Faktor Internal , yakni sifat-sifat bawaan atau yang dibawa sejak lahir. - Faktor Eksternal , merupakan pengaruh yang terjadi di luar diri manusia karena adanya suatu aksi dan interaksi.
1.
Instink ( Naluri )
Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri (instink).Naluri adalah tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.Ada yang mendefinisikan bahwa naluri ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan tujuan dengan terpikir terlebih dahulu ke arah tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan. Hal tersebut merupakan bidang pembahasan psikologi, pengertian tentang naluri sangat penting sebab para ahli etika tidak merasa hanya menyelidiki tindak tanduk lahir manusia saja , tetapi merasa perlu menyelidiki faktor - faktor pendorong dari dalam jiwa pelakunya yang bersumber dari suatu naluri yaitu naluri ingin makan dan mempertahankan kelanjutan hidupnya.
Dalam hubungan ini, ahli – ahli psikologi menerangkan
berbagai naluri yang ada apada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya diantaranya : a. Naluri makan (nutritive instinct ). Begitu lahir manusia telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. b. Naluri berjodoh ( sexual instinct ). Laki – laki menginginkan wanita dan sebaliknya. Dalam Al – Qur’an dijelaskan bahwa : “ Manusia itu diberi hasrat (keinginan) kepada wanita, anak-anak dan kekayaan yang melimpah – limpah.” (Ali Imran:14) c. Naluri keibu-bapakan (paternal instinct), yaitu tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak pada orang tuanya.
d. Naluri berjuang (combative instinct), tabiat manusia yang cenderung mempertahankan diri dari gangguan dan tantangan. e. Naluri ber-Tuhan, tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang mengatur dan memberikan nikmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam hidup beragama. Selain dari kelima instink tersebut, masih banyak lagi instink yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, misalnya : instink memiliki, instink ingin tahu dan memberitahu, instink takut, instink suka bergaul, instink meniru. Naluri itu laksana “pedang bermata dua”, dapat merusak diri sendriri dan dapat mendatangkan manfaat sebesar-besarnya. Hal ini bergantung pada cara penyalurannya. Nutritive Instink misalnya : jika diperturutkan begitu saja dengan makan apa saja tanpa batas sesuai dengan panggilan hawa nafsu, maka pastilah akan merusak diri sendiri. Islam mengajarkan agar naluri ini disalurkan dengan makan atau minum barang yang baik, halal dan suci serta tidak berlebih-lebihan. Naluri Berjodoh, jika diperturutkan begitu saja, dapat menyeret pada kehinaan dan kerendahan, misalnya kebebasan sex, kepelacuran, homosexual, lesbian, dan sebagainya. Tetapi juga agama tidak menghendaki agar nafsu sex itu dibinasakan dengan menganiaya diri sendiri. Naluri berjodoh itu perlu disalurkan melalui jalan yang halal dan suci, yakni pernikahan sesuai dengan syari’ah Islam.
2. Keturunan
Salah satu faktor yang diselidiki dalam etika ialah masalah “Keturunan”. Dan Sunatullah yang berlaku pada laam ini dapat diketahui bahwa cabang itu menyerupai pokoknya dan pokok menghasilkan yang serupa atau hamper serupa dengannya. Dalam dunia manusia dapat dilihat anak-anak yang menyerupai orangtuanya bahkan nenek moyangnya yang sekalipun sudah jauh, sejumlah warisan fisik dan mental masih terus diturunkan pada cucu-cucunya. Manusia mendapatkan warisan fisik dan mental, mulai dari sifat-sifat umum sampai ke sifat-sifat yang khusus yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Manusia yang berasal
dari satu keturunan dimana-mana membawa turunan dari
pokok-pokoknya beberapa sifat dan pembawaan yang bersamaan, misalnya bentuk badan, perasaan, akal dan pemikiran. Dengan sifat-sifat manusia yang diwariskan dari satu nenek moyang, maka manusia dapat menundukan alam, sedangkan keistimewaan itu tidak diwariskan kepada hewan karena berlainan keturunan. b. Dan sifat-sifat kemanusiaan yang umum menurunkan sifat-sifat khas kemanusiaan kepada keturunannya, maka kita dapati pula adanya rumpun, bangsa dan suku sebagai cabang dari ranting dan asal manusia tadi. 3. Azam
Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku manusia adalah kemauan keras (Azam). Itulah yang menggerakan manusia berbuat dengan sungguhsungguh. Seorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut ilmu dinegeri yang jauh berkat kekuatan “azam”. Sebenarnya kehidupan orang-orang besar dan terkemuka dalam sejarah hidupnya digerakkan oleh kehendak yang keras. Itulah rahasia kemenangan hidup mereka. Semangat mereka luntur dalam melaksanakan segala urusan, karena memliki azam yang demikian kuatnya.
Kadang-kadang kehendak itu pun terkena penyakit sebagai mana halnya tubuh kita natara lain : a. Kelemahan kehendak : seseorang mudah menyerah kepada hawa nafsunya, kepada lingkungan atau kepada pengaruh yang jelek. b. Kehendak yang kuat tetapi salah arah : yakni diarahkan pada pola hidup yang merusak dalam berbagai bentuk kedurhakaan dan kerusakan. Pendorong dan perangsang kelakuan manusia sehingga dapat melakukan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan jahat sesuai dengan nalurinya itu, dinyatakan dalam Al-Qur’an berupa : a. Tandazir : yakni peringatan berupa neraka atau siksaan atau timpakan kepada orangorang yang berbuat jahat. b. Tabyir : yakni berita gembira bahwa surge atau kebahagiaan yang kekal dan abadi dijanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh 4. Suara Batin
Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu – wkatu memberikan peringatan (syarat) jika tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam bahasa
Arab
disebut
“dlamir”.
Fungsi
dara
bahasa
batin
tersebut
ialah
memperingatkan bahanyanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. 5. Kebiasaan
Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang – ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Contoh : a. Merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah merupakan suatu kesenangan. b. Bangun tengah malam mengerjakan solat tahajud, berat bagi orang yang tidak biasa. Tetapi apabila hal tersebut sering dilakukan maka akan menjadi mudah.
2.5
Membangun masyarakat profesional berakhlakul karimah
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya : “ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” ( H R.Ahmad) Secara umum dapat dikatakan, bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah tela h mendorong pelaksanaan syariat akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syariat Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah. Menurut obyek / sasarannya terdapat akhlak terhadapa Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan. 1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan kepatuhan terhadap perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui medi komunikasi yang telah disediakan, antara lain ibadah shalat. b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi , baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati, Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan kententraman hati sebagaimana dimaksud dalam firman Allah : Ingatlah, dengan zikir kepada Allah akan menentramkan hati. (Ar-Ra’d, 13:28) c. Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti ibadah karena ia merupakan pengakuan atas keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Orang yang tidak pernah berdoa adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena dipandang sebagai orang yang sombong. d. Tawakkal kepada Allah yaitu, berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakkal bukanlah menyerah kepada keadaan, sebaliknya tawakkal mendorong orang untuk bekerja keras karena Allah tidak
menyia-nyiakan kerja manusia. Setelah bekerja keras apapun hasilnya akan diterimanya sebagai sesuatu yang terbaik bagi dirinya, tidak kecewa atau putus asa. e. Tawaduk kepada Allah adalah rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Mahakuasa, oleh karena itu, tidak ada alas an bagi manusia untuk tidak bertawaduk kepada Allah karena manusia diciptakan dari bahan yang hina , yaitu tanah. 2. Akhlak kepada Manusia a. Akhlak kepada diri sendiri
1. Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebgau hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar melaksanakan perintah adalah sikap menerima dan melaksanakan segala perintah tanpa pilih – pilih dengan ikhlas. 2. Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Orang yang suka bersyukur terhadap nikmat Allah akan ditambah nikmat yang diterimanya sebagaimana firmanNya : Kalau kalian bersyukur, tentu Aku akan menambah (nikmat) untukmu dan jika kamu mengingkati (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku s angat pedih. (I brahim, 14:7)
b. Akhlak kepada ibu bapak
Akhlak kepada Ibu Bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan.Allah mewasiatkan agar manusia dapat berbuat baik kepada ibu bapak. Berbuat baik kepada ibu bapak dapat dibuktikan dengan menyayangi dna mencintai mereka serta berterima kasih dengan cara bertutur kata lembut dan sopan. Berbuat baik kepada Orang tua tidak hanya ketika mereka hidup, tetapi harus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan meminta ampunan untuk mereka, menepati janji mereka yang belum terpenuhi, dan meneruskan silaturahmi dengan sahabat – sahabat sewaktu mereka hidup.
c. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkan kasih sayang diantara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.Komunikasi dalam keluarga diungkapkan dalam bentuk perhatian baik melalui kata – kata maupun perilkau. Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh keluarga. Pendidikan dalam keluarga akan ditanamkan dalam keluarga akan menjadi
ukuran utama bagi anak dalam menghadapi pengaruh yang dating kepada mereka di luar rumah.
3. Akhlak kepada Lingkungan
Misi Agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagaimana firman Allah. Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan utnuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Al- Anbiyaa’, 21 :107 ) . Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi ,yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas mengelola , memakmurkan, dan melestarikan alam. Memakmurkan alam adalah mengelola sumber daya alam sehingga dapat mensejahterahkan tanpa merugikan alam itu sendiri.Menurut (http://palembang.tribunnews.com). Penerapan Akhlaqul karimah pada Lingkungan Keluarga. Beberapa contoh akhlaqul karimah anak kepada kedua orang tua: 1. Bertutur kata dengan bahasa yang halus. 2. Mohon ijin ketika akan bepergian dan pamitan dengan mencium tangan serta memohon doa mereka. 3. Bila disuruh segera melaksanakan, selama tidak maksiat. 4. Bila dinasehati, anak mendengarkan dengan baik dan tidak memotong pembicaraan. 5. Bila berbicara supaya dengan nada yang rendah dari orang tua/ tidak membentak, atau mengeluarkan kalimat yang kasar. 6. Senang membantu pekerjaan orang tua di rumah 7. Mendahulukan kepentingan/ perintah orang tuanya dari pada kepentingan diri sendiri. 8. Jujur , amanah dan tidak berkhianat kepada orang tua. 9. Apabila berselisih pendapat dengan orang tuanya anak tetap menghargai pendapat orang tuanya. 10. Selalu mendoakan baik kepada orang tuanya. 11. Merawat orang tuanya ketika sedang sakit dan utamanya ketika sudah tua 12. Bila dipanggil segera memenuhi panggilannya sambil mendekat.
Penerapan Akhlaqul karimah pada Lingkungan Masyarakat. Berikut beberapa contoh akhlaqul karimah dalam masyarakat:
1. Apabila bertemu dengan tetangga menyapanya. 2. Apabila melewati sekelompok masyarakat menyapa dengan sopan dan permisi. 3. Apabila naik kendaraan di dalam kampung dengan kecepatan rendah dan tidak menggeberkan gasnya atau melepas sarangan knalpotnya. 4. Melayat warga yang meninggal dan memberikan sumbangan. 5. Membantu dan menjenguk warga yang sakit. 6. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong/ kerja bakti. 7. Membantu warga yang terkena musibah. Menurut (http://ppimaroko.org/index.php) , Secara alamiah kita juga harus proaktif mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat baik dalam bentuk materi maupun tenaga, jangan sampai kita mengabaikan bahkan acuh terhadap kegiatan di lingkungan sekitar sehingga berakibat munculnya penilaian negative dari masyarakat.
Rasulullah, saw
bersabda: yang artinya: i. “Barang siapa yang iman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya” (HR. Bukhari) ii. “Orang iman yang bergaul dalam masyarakat dan sabar terhadap hal-hal yang menyakitkan dari mereka, adalah lebih utama dari pada orang iman yang tidak bergaul dalam masyarakat dan tidak sabar terhadap hal-hal yang menyakitkan dari mereka” (HR.Attirmidzi).
4. Akhlak kepada Tataran Berbangsa dan Bernegara
Sebagian besar ulama Islam di Indonesia telah sama-sama sepakat bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah sudah final dan tidak bisa ditawar lagi.Sikap ini bahkan telah diperkuat dalam ijtima ulama se Indonesia dalam pertemuan para ulama di bawah koordinasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Pondok Gontor, Ponorogo pada tahun 2006 yang lalu. Dengan demikian penerapan akhlaqul karimah dalam berbangsa dan bernegara dapat dicontohkan sebagai berikut: 1. Mensepakati dan mendukung sepenuhnya untuk tetap tegaknya Negara Kesatuan 2. Republik Indonesia. 3. Rela berkorban untuk tetap utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Berusaha menempatkan kepentingan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pripadi dan golongan. 5. Komitmen terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945.
6. Menghormat, menjunjung tingi dan tidak mencela lambang-lambang kebesaran Negara. Sebagai daerah yang mendapatkan penghargaan diwilayah pendidikan dari Presiden RI, sepertinya Kota Tangerang layak menjadi daerah percontohan yang menggunakan
sistem
pendidikan
yang
berbasis
multikultural,
dengan
ditopang
kemultikulturalan masyarakatnya. Akhlakul karimah pun sepertinya harus ditafsirkan begitu Prural agar bagaimana, ketika sistem (Akhlakul Karimah) tersebut masuk pada ranah pendidikan, tidak menghilangkan atau bahkan mendeskritkan identitas-identitas minoritas, tetapi bagaimana identitas-identitas yang ada bisa saling “bercumbu mesra”, sebagai cita-cita luhur masyarakat Akhalakul Karimah yang berbangsa dan bernegara Indonesia.Wallahu A’lam bi ash Showab.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Akhlakul Karimah merupakan sifat terpuji yang harus di miliki oleh setiap manusia.akhlak
merupakan
tolak
ukur
yang
yang
menunjukan
baik
buruknya
seseorang,setingginya-tinggi orang ilmu seseorang, kalau tidak berakhlak apalah artinya. dan manfaat dari akhlak itu akan berdampak pada kehidupan. Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak adalah insting (naluri), keturunan, kemauan (azam), suara batin, serta kebiasaan. Faktor-faktor tersebut merupakan penunjang terbentuknya akhlakul karimah bila seseorang bisa mengggunakan komponen tersebut dengan baik maka hasilnya pun akan baik dan sebaliknya. Dalam Islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau buruknya adalah Al Quran dan As Sunnah. Sedangkan, ciri – ciri masyarakat professional yang berbasis akhlakul karimah adalah sebagai berikut : mengembangkan prinsip manajemen professional, selalu berusaha ke arah yang lebih baik., memiliki semangat berlomba dalam kebaikan, memiliki motifasi untuk mandiri, pantang menyerah dan ulet.
3.2
Saran
Dengan demikian dasar akhlakul karimah adalah ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan seharihari, baik dalam hubungan kepada Allah maupun sesama makhluk. Akhlak juga sebagai penentu
kemulyaan
seseorang
bahkan
sebuah
komunitas
bangsa.Kemulyan dan
kehormatan bangsa banyak ditentukan oleh pelaksanaan akhlak di dalamnya.Semakin mulia seseorang, semakin baik akhlaknya. Manfaat dari akhlakul karimah sendiri adalah memperkuat dan menyempurnakan agama, Mempermudah perhitungan amal di akhirat, menghilangkan kesulitan. selamat hidup di dunia dan akhirat. Untuk membangun masyarakat professional yang berbasis akhlakul karimah adalah harus menjadi pribadi yang mudah mema’afkan atas tindakan dan prilaku yang tidak terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta berpaling dari tindakan yang tidak patut.
DAFTAR PUSTAKA
Chalim, Abdul S.Ag. M.Pd, dkk.2011. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.Malang : Anggota IKAPI. Halaman 85 – 112. http://ahklaqulkarimah.blogspot.com/2012/02/akhlaqul-karimah.html, diakses pada hari Selasa, 23 September 2014 pukul 19.40 http://arifnursahid.blogspot.com/2012/06/akhlakul-karimah.html,diakses pada hari Selasa, 23 September 2014 pukul 09.50 http://id.scribd.com/doc/95052455/Membangun-Masyarakat-Profesional-BerbasisAkhlakul-Karimah#download, diakses hari Rabu, 24 September 2014 pukul 07.47 http://prezi.com/1k5yk4mz05wq/membangun-masyarakat-professional-berbasis-akhlakulkarimah/, diakses hari Kamis, 25 September 2014 pukul 19.57 http://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/05/31/lm2iw7-akhlakul-karimahohindahnya, diakses hari Kamis, 25 September 2014 pukul 19.58