PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH SISTEM ABO YENI FITRIANI 1207025017 Program Studi Biologi, Laboratorium Fisiologi FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda 75123 2014 ABSTRAK Disusun oleh Yeni Fitriani 2014. Darah merupakan salah satu cairan tubuh yang penting. Golongan darah sangat penting untuk diketahui sehubungan dengan transfusi darah darah. Tranfusi ini bermanfaat dan diperlukan tetapi jika dilakukan sembarangan akan berbaya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah. Karena apabila golongan darah tidak sesuai dapat menyebabkan penggumpalan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah probandus serta mengetahui penyebab penggumpalan darah. Pemeriksaan golongan darah dilakukan dengan menggunakan kit testserum A dan kit testserum B. Darah probandus yang akan di tentukan golongan darahnya diambil dengan cara ditusuk dengan jarum autoklik. Lalu diteteskan ke gelas objek sebanyak 2 tetes. Setelah itu ditambahkan kit testserum A dan kit test serum B pada masing-masing tetesan, kemudian diratakan dengan menggunakan tusuk gigi. Kemudian diamati apakah terjadi penggumpalan atau tidak. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini yaitu ke dua probandus yang di lakukan pemeriksaan golongan darahnya memiliki golongan darah darah O dan golongan darah B. Hal ini dapat dilihat bahwa pada probandus pertama tidak terjadi penggumpalan darah setelah ditambah kit testserum A maupun kit testserum B. Sedangkan pada probandus ke dua hanya terjadi penggumpalan pada darah yang ditambahkan kit testserum B saja, sedangkan pada darah yang ditambahkan kit testserum A tidak terjadi penggumpalan. Kata Kunci: Darah, Golongan Darah, Sistem ABO, Kit Testserum Serum Anti A dan B, Aglutinasi. PENDAHULUAN Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua cairan. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma darah dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu per dua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah yang didapatkan yang berkisar antara 40 sampai 47 (Pearce, 2005). Darah merupakan cairan yang bersirkulasi dalam tubuh manusia dan vertebrata yang berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, serta mengangkut bahan- bahan kimia hasil metabolisme, selain itu darah juga
berfungsi untuk pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (Melati dkk., 2011). Dalam dunia kedokteran golongan darah manusia dibagi menjadi empat, yaitu A, B, AB, dan O . Pembagian ini dilakukan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Untuk mengetahui jenis golongan darah seseorang perlu dilakukan uji laboratoriom. Selama ini untuk pengujian golongan darah sering digunakan metode ABO, yang prosesnya dilakukan secara manual atau dengan cara meneteskan tiga jenis cairan atau reagen pada sampel darah. Dalam proses pengujian sampel darah menggunakan metode ABO, sampel darah akan diteteskan suatu reagen, kemudian pada sampel darah akan terjadi proses aglutinasi atau penggumpalan darah (Melati dkk., 2011).
Ada sejumlah antigen yang biasanya terdapat pada sel darah merah. Antigen-antigen itu menentukan golongan darah seseorang. Sebenarnya hanya ada dua jenis antigen, yaitu antigen A dan antigen B. Orang-orang dengan antigen A pada sel-sel darah merahnya mengandung antibodi B dalam plasma mereka. Orangorang itu disebut bergolongan darah A. orang-orang dengan anti gen B mengandung antibodi A dalam plasmanya. Mereka dikelompokkan sebagai orang bergolongan darah B. Orang-orang dengan antigen A dan B sekaligus pada sel-sel darah merah disebut bergolongan darah AB dan mereka tidak memiliki antibodi ABO dalam plasmanya. Orang-orang bergolongan darah O tidak memiliki antigen pada sel-sel darahnya, tetapi serumnya mengandung kedua jenis antibodi itu. Jelaslah timbul masalah ketika suatu antigen dan antibodi yang sejenis bertemu. Dalam perjalanan evolusi manusia pertemuan semacam ini dihilangkan melalui seleksi, sehingga antigen A tidak pernah ada dalam tubuh bersama antibodi A dan antigen B tidak pernah ada bersama antibodi B (Fried dan Hademenos, 2006). Golongan darah ABO pada manusia, misalnya ditentukan oleh tiga alel pada satu gen tunggal IA, IB dan i. Golongan darah seseorang (fenotipe) mungkin salah satu dari empat tipe A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat A dan B yang bisa ditemukan di permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin memiliki karbohidrat A (golongan darah A), karbohidrat B (golongan darah B), krduanya (golongan darah AB) atau tidak keduanya (golongan darah O) (Campbell et al., 2010). Golongan darah sangat penting untuk diketahui sehubungan dengan transfusi darah darah. Tranfusi ini bermanfaat dan diperlukan tetapi jika dilakukan sembarangan akan berbaya bahkan menyebabkan kematian, karena darah akan menggumpal. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah untuk mengetahui golongan darah
darah dari mengetahui darah.
setiap probandus serta penyebab penggumpalan
METODE Waktu dan tempat Praktikum ini dilakukan pada hari Senin 24 Februari 2014 pada pukul 10.0012.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman, Samarinda. Alat dan bahan Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu auto klik, jarum franckle, kaca preparat, tusuk gigi, kapas, kit estserum, alkohol dan darah probandus yang ingin diketahui golongan darahnya. Cara Kerja Untuk menentukan golongan darah digunakan suatu serum penguji yang disebut kit testserum yang terdiri dari kit testserum A dan kit testserum B. Darah probandus yang akan di tentukan golongan darahnya diambil dengan cara ditusuk dengan jarum autoklik. Sebelum ditusuk, jari probandus disterilkan dengan menggunkan kapas yang telah dicelupkan kedalam alkohol 70%. Lalu darah diteteskan ke gelas objek sebanyak 2 tetes. Setelah itu ditambahkan kit testserum A dan kit test serum B pada masing-masing tetesan, kemudian diratakan dengan menggunakan tusuk gigi. Diamati terjadi penggumpalan atau tidak dan didokumentasikan. Apabila terjadi penggumpalan pada kedua kit testserum maka golongan darah adalah AB, apabila hanya terjadi penggumpalan pada kit testserum A maka golongan darah adalah A. sedangakan apabila hanya terjadi penggumpalan pada kit testserum B maka golongan darah adalah B. Tetapi apabila tik terjadi penggumpalan darah pada kedua kit testserum tersebut maka golongan darah adalah O (Syaifuddin, 2006)
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada manusia dikenal berbagai macam sistem golongan darah. Yang paling awal diketahui dan memiliki arti paling penting adalah sistem golongan darah ABO. Penemuan keanekaaragaman sistem golongan darah ini selanjutnya mengacu penemuan sistem golongan darah lain, misalnya Rhesus (Rh), Lewis (Le), Kell, Duffy (Fy), Kidd (Jk), Lhuteran (Lu), MNS, P, LI, dan sebagainya (Sofro, 1994). Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1990 oleh Karl Landsteiner. Golongan darah rhesus atau sering disebut Rh terbagi menjadi 2 golongan. Anti gen Rh terdapat dipermukaan sel darah merah disebut golongan darah Rh positif sedangkan sel darah merah yang tidak terdapat anti Rh disebut golongan darah negatif (Kimball,1983) Sistem ABO yang ditemukan pada tahun 1900 oleh ahli patologi kelahiran Austria, Karl Landsteiner, merupakan siatem yang sangat penting dalam bank darah dan ilmu kedokteran transfusi. Antigen-antigen utamanya disebut A dan B, antibodi utamanya adalah anti-A dan anti-B. Gen-gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B terletak di kromosom 9. Orang normal yang berusia lebih dari 6 bulan hampir selalu memiliki antibodi alamiah yang bereaksi dengan antigen A atau B yang tidak terdapat dalam sel-sel mereka sendiri. Adanya antibodi ini serta spesifitasnya tidak ditentukan secara generatis. Antibodi ini terbentuk setelah tubuh terpajan ke antigen-antigen yang banyak terdapat di alam yang memiliki kemiripan struktur dan spesifisitas dengan antigen sel darah merah. Walaupun terpajan ke antigen A dan B di lingkungan, individu tidak akan membentuk antibodi yang bereaksi dengan antigen sel darah mereka sendiri (Sacher dan Mcpherson, 2004).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa probandus yang melakukan pemeriksaan golongan darahnya memiliki golongan darah darah O dan golongan darah B. (tabel 1.1). Hal ini dapat dilihat bahwa pada probandus pertama tidak terjadi penggumpalan darah setelah ditambah kit testserum A maupun kit testserum B. Sedangkan pada probandus ke dua hanya terjadi penggumpalan pada darah yang ditambahkan kit testserum B saja, sedangkan pada darah yang ditambahkan kit testserum A tidak terjadi penggumpalan (tabel 1.2). Kit testserum A mengandung anti A sehingga apabila diteteskan ke darah bergolongan A akan terjadi aglutinasi. Sedangkan kit testserum B mengandung anti B sehingga akan terjadi aglutinasi apabila di tambahkan kedalam golongan darah B. Aglutinasi atau pengumpalan darah disebabkan karena adanya interaksi antibodi dengan antigen yang terikat pada eritrosit. Darah memiliki antigen dan antibodi, dimana setiap masing-masing antigen dan antibodi terdiri dari A dan B. Apabila antigen A bertemu dengan anti-A maka akan terjadi penggumpalan dan sebaliknya apabila antigen B bertemu dengan anti-B juga akan terjadi penggumpalan (Melati dkk., 2011). Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Golongan Darah No. 1. 2.
Nama probandus Hajar Nailufar Yeni Fitriani
Umur
Jenis kelamin
Golongan darah
19
perempuan
O
19
perempuan
B
Tabel 1.2 Pengumpalan Darah No. 1. 2.
Nama probandus Hajar Nailufar Yeni Fitriani
Anti A
Anti B
Golongan darah
-
-
O
-
+
B
Keterangan: + = menggumpal - = tidak menggumpal Pada probandus pertama tidak terjadi penggumpalan hal ini disebabkan karena pada golongan darah O tidak
mempunyai antigen atau aglutinogen menurut Irianto (2012) antigen adalah protein yang memproduksi anti bodi. Anti bodi adalah zat sebagai pertahanan tubuh apabila terserang penyakit. Tetapi pada golongan darah O tidak memiliki anti serum atau aglutinin. Aglutinin merupakan zat penggumpal yang terdiri dari dua macam yaitu aglutinin A dan aglutinin B (syaifuddin, 2006). Sedangkan pada probandus ke dua hanya terjadi pengumpalan pada darah yang ditambah dengan kit testserum B. Hal ini disebabkan karena pada golongan darah B mempunyai antigen B dan memiliki anti serum atau aglutinin A. Antigen (aglutinogen) golongan darah dicirikan oleh protein spesifik pada membran eritrosit yaitu NeuGc-NeuGcGalactose- Glucose-Ceramide (NeuGc sebagai N-Glycolilneura-minicacid) sebagai mayor glikolipid penyusun golongan darah A (dibawa oleh gen A) dan NeuAc-NeuAcGalactose-GlucoseCeramide sebagai penyusun golongan darah B (dibawa oleh gen B). Golongan darah AB merupakan bentuk antara golongan darah A dan B (Gunanti dkk., 2013). Golongan darah tidak hanya ada terdapat pada manusia tetapi hewan juga memiliki gorongan darah seperti pada kucing dan anjing. Selain golongan darah sistem ABO, penggolongan darah sistem rhesus pada mulanya di temukan pada simpanse hal ini menunjukkan hewan juga memiliki golongan darah. Tetapi pemeriksaan golongan darah pada hewan jarang dilakukan. Golongan darah resesif adalah golongan darah yang lemah yang tidak dapat menunjukan sifat yang dibawahnya jika berpasangan dengan alela yang bersifat dominan ataupun normal. Dalam sistem pengolongan darah ABO, golongan darah yang resesif adalah golongan darah O. Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada pratikum ini diantaranya darah probandus hanya sedikit keluar sehingga sulit dilakukuan pengamatan selain itu darah probandus sudah membeku.
KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa golongan darah ke dua probandus yang di periksa golongan darahnya adalah A dan O serta penggumpalan atau aglutinasi terjadi disebabkan oleh adanya interaksi antibodi dengan antigen yang sesuai yang terikat pada eritrosit. SARAN Sebaiknya pada praktikum selanjutnya pemeriksaan diamati juga di bawah mikrosko agar terjadinya gumpalan dapat terlihat dengan jelas sehingga tidak terjadi kesalahan pemeriksaan. DAFTAR PUSTAKA Campbell, N.A.,J.B. Reeche, L.A. Urry, M.L. Cain. S.A. Wasserman, D.V. Minorsky dan R.B. Jackson. 2010. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Erlangga. Jakarta. Fried, G.H. , G.J. Hademenos. 2006. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. Gunanti, Dwi E., Helny R. S., Riki S., dan Srihadi A. 2013. Identifikasi Golongan darah dan Kemungkinan Hubungannya dengan Warna Rambut pada Kucing Domestika Indonesia (Felis familiaris). Kedokteran Hewan. 7: 62. Irianto, K. 2012. Anatomi dan Fisiologi. Bandung : Alfabeta. Kimball, J. W. 1985. Biologi Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga. Melati, E., R. Passarella, R. Primartha, A. Murdiansyah. 2011. Desain dan Pembuatan Alat Pendeteksi Golongan Darah Menggunakan Mikrokontroler. Jurnal generic 6: 52-60.
Pearce, E.C. 2005. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. PT. Gramedia pustaka utama. Jakarta. Sacher D.A. , R.A. Mcpherson. 2004 Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Buku kedokteran EGC. Jakarta. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC. Sofro A.S.M. 1994. Keanekaragaman Genetik. Andi offsite. Yogyakarta