BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kandidiasis
2.1.1. Definisi
Kandidiasis merupakan sekelompok infeksi jamur yang disebabkan oleh C.albicans, C.albicans, dan sebagian kecil oleh anggota lain dari genus kandida. Organisme
ini
dapat
menginfeksi
kulit,
kuku,
mukosa,
traktus
gastrointestinal, organ dalam lain, dan dapat menyebabkan penyakit sistemik seperti septicemia, meningitis dan endokarditis.2 Berikut ini adalah klasifikasi infeksi Candidida 1. Kandidiasis selaput lendir - Kandidiasis oral (thrush (thrush)) - Perleche - Vulvovaginalis - Balanitis atau balanospotitis - Kandidiasis mukotan kronik - Kandidiasis bronkopulmonar dan paru 2. Kandidiasis kutis - Lokalisata (daerah intertriginosa, perianal dan skrotal) - Generalisata - Paronika dan onikomikosis - Kandidiasis kutis granulomatosa 3. Kandidiasis sistemik - Endokarditis - Meningitis - Pielonefritis - Septikemia
2
3
2.1.2. Epidemiologi
Kandidiasis terdapat diseluruh dunia, dapat menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai organisme yang saprofit. Gambaran klinisnya bermacammacam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat. 2
2.1.3. Etiologi
Sebagian
besar
dari
spesies
C.
albicans
tidak
bersifat
menguntungkan maupun merugikan. Kolonisasi C. albicans dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina dan feses orang normal. 2 Faktor-faktor predisposisi infeksi kandida pada kulit: 1 1. Faktor Nutrisi: - Malnutris umum 2. Faktor fisiologi - Usia lanjut - Hamil 3. Penyakit sistemik: - Diabetes mellitus - Hipotiroid - Hipertiroid - Keganasan 4. Imunodefisiensi: - HIV atau AIDS 5. Iatrogenic - Antibiotik - Kortikosteroid - Obat-obatan hormonal 6. Faktor mekanis: - Trauma - Oklusi
4
- Pakaian ketat, obesitas 7. Faktor lainnya: - iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat - kebersihan kulit - kebiasaan merendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur - kontak dengan penderita, misalnya pada
thrush dan
balanopostitis.
2.1.4. Gambaran Klinis Kandidiasis Intertriginosa
Lesi di lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari-jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggiran yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. 2
Gambar 2.1. (Penyakit kulit yang umum di Indonesia-sebuah panduan bergambar,2005)3
2.1.5. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan langsung Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat gambaran spora, blastospora (budding cell) dan pseudohifa.
5
2.1.6. Diagnosis Banding2
Diagnosis banding untuk penyakit kandidiasis intertriginosa adalah eritrasma, dermatitis intertriginosa dan dermatofitosis (tinea). 1.
Tinea Kruris
Tinea kruris merupakan salah satu manifestasi klinis yang banyak ditemukan di Indonesia yang disebabkan karena jamur golongan dermatofita. Dermatofitosis pada tinea kruris terjadi pada daerah lipat paha, daerah perineum, dan disekitar anus. Penyakit ini dapat terjadi secara akut ataupun kronis bahkan sampai seumur hidup. Lesi yang ditemukan dapat sebatas daerah genito krural saja atau samapi meluas ke daerah sekitar anus, gluteus, dan perut bagian bawah atau bagian tubuh yang lain. Pada bagian sela paha ditemukan lesi yang berbatas tegas, dengan peradangan pada bagaian tepi yang lebih nyata dibandingkan bagian tengahnya. Eflorosensi dapat berbentuk bermacam-macam baik primer maupun sekunder (polimorfik). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat terbentuk bercak hitam yang disertai sisik. Jika lesi ini digaruk maka akan menyebabkan erosi dan keluarnya cairan. 2. Eritrasma
Eritrasma disebabkan karena bakteri kronik pada stratum corneum yang disebkan oleh corynebacterium minitussismum. Gejala klinis yang muncul pada ertrasma adalah lesi eritroskuamosa yang berskuama halus dan kering yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Dapat terjadi pada daerah ketiak, lipat paha, dan terkadang terjadi pada daerah intertriginosa terutama pada penderita yang gemuk. Perluasan pada lesi dapat terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa dimana lesinya tidak timbul dan tidak terlihat vesikulasi. Pada saat perabaan skuama akan teraba berlemak.
Pemeriksaan
penunjang
pemeriksaan dengan lampu wood.
pada
eritrasma
adalah
dengan
6
2.1.7. Penatalaksanaan 1,2
Pengobatan kandidiasis yang terpenting adalah menghilangkan atau meminimalkan faktor predisposisinya karena seperti diketahui kandida adalah jamur oportunis yang dalam keadaan normal ditemukan tetapi bersifat tidak patogen. Ia akan menjadi patogen oleh adanya faktor predisposisi. Jadi, faktor predisposisi yang harus disingkirkan terlebih dahulu. Obat-obat topikal yang dapat diberikan untuk kandidiasis yang masih ringan, dapat diberikan obat golongan azol seperti krim mikonazol, klotrimazol, seknidazol, tiokonazol, bufonazol, dan lain-lain. Krim ketokonazol juga memberikan hasil yang baik, untuk kandidiasis berat, diberikan obat sistemik oral seperti ketokonazol, itrakonazol, fluokonazol. Sedangkan griseofulvin tidak efektif untuk kandidiasis. Tablet Nistatin dapat diberikan untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, karena obat ini tidak diserap oleh usus.Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik. Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2x200 mg dosis tunggal atau dengan fluokonazol 150 mg dosis tunggal. Itrakonazol dapat dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dengan dosis untuk orang dewasa 2x100 mg sehari, selama 3 hari. Kombinasi dari krim atau salep antikandidal dengan hidrokortison ataupun antibiotik terkadang juga sering diperlukan pada terapi kandidiasis kutis tipe intertriginosa. Berikut ini adalah tabel obat antijamur topikal. Golongan
Nama Obat
Efektifitas
Poliene
Nystatin
Pada infeksi oral, orofaringeal dan perioral secara topikal di mulut. Tidak efektif terhadap dermatofit dan penggunaannya secara
7
klinis juga terbatas yaitu untuk Candida albicans dan Candida sp. lain Imidazol
Klotrimazol, Ekonazol,
Relatif memiliki aktivitas
Mikonazol, Ketokonazol,
yang luas terhadap
Sulkonazol, Oksikonazol
dermatofit ( Microsporum Trichophyton, Epidermophyto) serta ragi termasuk Candida albicans dan Pityrosporum orbiculare
Alilamin
Nafitifin, Terbinafin
Efektif terhadap dermatofita tapi kurang aktif terhadap ragi
Ekinokandin
Caspofungin,
Bersifat efektif terhadap
Miskafungin,
Candida albicans yang
Anidulafungin
menyebabkan kandidiasis invasif, digunakan bila resisten terhadap golongan Azol serta bila terjadi infeksi jamur sistemik
Pengukuran finger tip unit (FTU) mudah dimengerti baik oleh klinisi maupun pasien, digunakan untuk menentukan jumlah obat topikal yang harus diaplikasikan. FTU merupakan jumlah salep yang dikeluarkan dari tube dengan lubang berdiameter 5 mm, dikeluarkan mulai dari lipatan paling distal sampai ruas pertama jari. FTU kurang lebih sama dengan 0,5 gram, biasanya dapat menutupi keseluruhan permukaan 2 telapak tangan dewasa. Untuk menghitung jumlah kortikosteroid topikal yang diresepkan, sebaiknya menggunakan ukuran “fingertip unit” yang dibuat oleh Long
8
dan Finley. Satu fingertip unit setara dengan 0,5 gram krim atau salep (Gambar 4.1).
Gambar 2.2. Fingertip Unit Ukuran tersebut berbeda pada orang dewasa dan anak. Pedoman jumlah yang dibutuhkan pada orang dewasa dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4. Pedoman FTU untuk Dewasa. Area Anatomi
Wajah dan leher
Jumlah yang dibutuhkan (gram)
2,5
Trunkus (Anterior-Posterior)
7
Lengan
3
Tangan (kedua sisi)
1
Tungkai
6
Kaki
2 Pada laki-laki satu fingertip unit setara dengan 0,5 gram,
sedangkan pada perempuan setara dengan 0,4 gram. Bayi dan anak kirakira 1/4 atau 1/3 nya. Jumlah krim atau salep yang dibutuhkan per hari dapat dikalkulasi mendekati jumlah yang seharusnya diresepkan. 2.1.8. Prognosis2
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisis
9
2.2.
Dermatitis Atopik
2.2.1
Definisi2
Dermatis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE serum dan riwayat atopik pada keluarga atau penderita (DA, rinitis alergika dan atau asma bronkial). Kata “atopik” pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923) yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya DA, rinitis alergika, dan konjungtivitis alergika
2.2.2
Epidemiologi2
Prevalensi DA secara umum mencapai 10%-20% pada anak dan 1%3% pada dewasa. Dermatitis atopik biasanya muncul pada bayi dan anakanak, namun bisa menetap ataupun dimulai pada saat dewasa.
Empat
puluh lima persen kasus DA dimulai pada enam bulan pertama kehidupan, 60% dimulai pada tahun pertama dan 85% dimulai sebelum usia lima tahun. Lebih dari 70% penderita mengalami remisi spontan sebelum remaja. Wanita lebih banyak menderita DA daripada pria dengan rasio 1,3:1. Dermatitis atopik cenderung diturunkan. Lebih dari seperempat anak dari seorang ibu yang menderita atopik akan mengalami DA pada masa kehidupan tiga bulan pertama. Bila salah satu orang tua menderita atopik, lebih separuh jumlah anak akan mengalami gejala alergi sampai usia dua tahun dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderita atopik. Risiko mewarisi DA lebih
tinggi
pada
ibu yang menderita DA
dibandingkan dengan ayah. Tetapi bila DA yang dialami berlanjut hingga masa dewasa, maka risiko untuk mewariskan kepada anaknya sama saja yaitu kira-kira 50%.
10
2.2.3
Etiologi2
Penyebab DA yang pasti tidak diketahui dengan jelas, beberapa peneliti mengemukakan berbagai faktor yang berperan dalam patogenesis DA, misalnya faktor genetik, lingkungan, sawar kulit dan imunologi.
2.2.4
Gambaran Klinis2
Kulit penderita DA umumnya kering, pucat, kadar lipid di epidermis berkurang dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Gejala utama DA adalah gatal hebat, dapat hilang
timbul sepanjang hari tetapi
umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk dan timbul bermacam-macam kelainan di kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi dan krusta. Lesi subakut ditandai dengan eritema, ekskoriasi, papul berskuama. Lesi kronis ditandai dengan plak, likenifikasi, papul fibrotik. Dermatitis atopik dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu DA infantil (2 bulan-2 tahun), DA anak (2-10 tahun), dan DA pada remaja dan dewasa. 1. Dermatitis Atopik Infantil Dermatitis atopik
paling sering terjadi pada tahun pertama
kehidupan biasanya setelah usia 2 bulan. Lesi mulai di muka (dahi, pipi) berupa eritema, papulovesikel karena gatal digosok pecah eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi kemudian meluas ke tempat lain yaitu ke
scalp, leher, pergelangan tangan, lengan dan
tungkai. Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi. Pada sebagian besar penderita sembuh setelah usia 2 tahun, sebagian lagi berlanjut menjadi bentuk anak. 2. Dermatitis pada anak Dapat merukapan kelanjutan bentuk infantil atau tumbuh sendiri (de novo). Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, likenifikasi dan sedikit skuama. Letak kelainan kulit di lipatan siku, lipatan lutut, pergelangan tangan bagian fleksor, kelopak mata, leher, jarang di muka. Rasa gatal menyebabkan penderita sering menggaruk,
11
dapat terjadi erosi, likenifikasi, sampai infeksi sekunder. Akibat garukan, kulit menebal dan perubahan lainnya yang menyebabkan gatal sehingga terjadi lingkatan setan “siklus gatal-garuk” 3. Dermatitis pada remaja dan dewasa Lesi kulit dapat berupa plak popular eritematosa dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal. Pada DA remaja lokalisasi lesi di lipatan siku, lipatan lutut, dan samping leher, dahi dan sekitar mata. Pada DA dewasa distribusi lesi kurang karakteristik sering mengenai lengan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu atau kulit kepala. Kadang erupsi, ekskoriasi dan eksudasi karena garukan, lambat laun terjadi hiperpigmentasi. Pada umunya DA remaja atau dewasa berlangsung lama, kemudian cenderung menurun dan membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan, hanya sebagian kecil terus berlangsung sampai tua. Kulit penderita DA yang telah sembuh mudah gatal dan cepat meradang bial terpajan oleh bahan iritan eksogen
2.2.5
Diagnosis2,4
Kriteria
diagnosis
dapat
ditegakkan
dengan
diagnosis
DA
berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari Inggris. Diagnosis DA harus mempunyai mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor. Kriteria mayor: 1. Pruritus 2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak 3. Dermatitis di fleksura pada dewasa 4. Dermatitis kronis atau residif 5. Riwayat
atopik
pada
penderita
atau
rinokonjungtivitis alergi, DA, urtikaria kontak) Kriteria minor : 1. Xerosis (kulit kering)
keluarganya
(asma,
12
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus dan virus herpes simpleks) 3. Dermatitis non spesifik pada tangan atau kaki 4. Iktiosis/hiperlinearitas Palmaris/keratosis pilaris 5. Pitiriasis alba 6. Dermatitis di papilla mama 7. White dermographism dan delayed branch response 8. Keilitis 9. Lipatan infra-orbital Dennie-Morgan 10. Konjungtivitis berulang 11. Keratokonus 12. Katarak subkapsular anterior 13. Orbita menjadi gelap 14. Muka pucat atau eritem 15. Gatal biala berkeringat 16. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak 17. Aksentuasi perfolikular 18. Hipersensitif terhadap makanan 19. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi 20. Tes kulit alergi tipe dadakan positif 21. Kadar Ig E di dalam serum meningkat 22. Awitan pada usia dini Diagnosis DA ditegakkan bila mempunyai minimal 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor. Pada pasien ini untuk kriteria mayor didapatkan adanya keluhan pruritus, dermatitis kronis atau residif dan adanya riwayat atopi keluarga. Untuk kriteria minor didapatkan gatal bila berkeringat, xerosis, dan dermatitis non-spesifik pada tangan dan kaki. Untuk menilai derajat sakit dapat menggunakan score for atopic dermatitis (SCORAD).
13
Keterangan : A : Penilaian luas penyakit, dihitung dengan menggunakan sistem rule of nine dengan jumlah skor tertinggi kategori A adalah 100. B : Penilaiam intensitas, parameter yang dinilai adalah morfologi pada kulit dengan dermatitis, eritema, edema atau papul, eksudat atau krusta, ekskoriasi, dan likenifikasi. Setiap lesi dinilai berskala 0-3 (0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat). Untuk kulit kering dinilai pada kulit diluar kelima lesi. Jumlah skor tertinggi kategori B ini adalah 18. C : Penilaian subjektif, dilakukan terhadap rasa gatal dan gangguan tidur, menggunakan VAS dengan skala 0 – 10, yang dialami selama 3 hari atau 3 malam terakhir. Jumlah skor tertinggi kategori C adalah 20.
Gambar 2.3. Rule of nine usia > 2 tahun Berdasarkan dari penilaian SCORAD dermatitis atopik digolongkan menjadi: 1. Dermatitis atopik ringan (skor SCORAD <15): perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada infeksi sekunder. 2. Dermatitis atopik sedang (skor SCORAD antara 15-40): kulit kemerahan, infeksi kulit ringan atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi. 3. Dermatitis atopik berat (skor SCORAD >40): kemerahan kulit, gatal, likenifikasi, gangguan tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat.
14
2.2.6 Diagnosis Banding2,4
Adapun beberapa diagnosis banding dari Dermatitis atopik yaitu neurodermatitis dan hiperpigmentasi pasca inflamasi. 1. Neurodermatitis
Neurodermatitis tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa ke atas, puncak insiden itu antara usia 30 – 50 tahun. Wanita lebih sering menderita daripada pria. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi biasa ditemukan ialah di skalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan punggung kaki. Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit eritematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi. Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal tidak terus menerus, biasa muncul disaat waktu tidak sibuk, bila muncul sulit untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). 2. Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi
Hiperpigmentasi pasca inflamasi (HPI) banyak ditemukan pada individu berkulit gelap (Skin Phototype III-IV) atau pada individu berkulit lebih terang dengan iris gelap dan tidak ada predileksi jenis kelamin.
Penyebab
timbulnya
HPI
adalah
karena
kelebihan
pigmen yang terjadi dalam berbagai proses penyakit sebelumnya yang mempengaruhi kulit seperti ingeksi, reaksi alergi terhadap obat, trauma misalnya luka bakar, dan penyakit inflamasi misalnya, liken planus, lupus eritomatosus dan dermatitis atopik.
15
Proses inflamasi awal pada HPI biasanya bermanifestasi sebagai maculaatau bercak yang tersebar merata. Tempat kelebihan pigmen pada lapisan kulitakan menentukan warnanya. Hipermelanosis pada epidermis memberikan warnacoklat dan dapat hilang berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tanpa pengobatan.Sedangkan hipermelanosis pada dermis memberikan warna abu-abu dan birupermanen atau hilang selama periode waktu yang berkepanjangan jika dibiarkantidak diobati.Distribusi lesi hipermelanosit tergantung pada lokasi inflamasi. Warna lesiberkisar antara warna coklat muda sampai hitam dengan penampakan warnacoklat lebih ringan jika pigmen dalam epidermis dan
penampakan
dermis.Pemeriksaan
warna dengan
abu-abugelap lampu
Wood
jika
pigmen
dapat
dalam
membedakan
akumulasi melanin padaepidermis dan dermis.
2.2.7 Penatalaksanaan 2,4
1. Penatalaksanaan umum Pada penatalaksanaan DA perlu pendekatan yang sistematik yang meliputi hidrasi kulit, terapi farmakologi, identifikasi dan eliminasi faktor-faktor pencetus terjadinya DA seperti iritan, alergen, agen infeksi dan stres emosional. Banyak faktor yang mencetuskan gejala DA sehingga pemilihan terapi harus disesuaikan dengan keadaan masingmasing penderita. Pada pasien yang tidak mempan dengan terapi konvensional, agen antiinflamasi alternatif dan imunomodulator mungkin diperlukan.. 2. Pengobatan topikal - Hidrasi Kulit Kulit penderita DA kering dan fungsi sawarnya berkurang, mudah retak sehingga mempermudah masuknya mikroorganisme pathogen, bahan iritan dan alergen. Pada kulit yang demikian perlu diberikan pelembab, misalnya krim hidrofilik urea 10%, dapat pula ditambahkan hidrokortison 1% di dalamnya. Setelah mandi kulit dilap, kemudian
16
memakai emolien agar kulit tetap lembab. Emolien dipakai beberapa kali sehari, karena lama kerja maksimum 6 jam. - Kortikosteroid topikal Pada bayi digunakan steroid berpotensi rendah, misalnya hidrokortison 1%-2,5%. Pada anak dan dewasa dipakai steroid menengah, misalnya triamsinolon, kecuali pada muka digunakan steroid berpotensi lebih rendah. Kortikosteroid juga dipakai di daerah genitalia dan intertriginosa, jangan gunakan yang berpotensi kuat, misalnya fluorinated gluccocortioid . Bila aktivitas penyakit telah terkontrol, dipakai secara intermiten, umumnya 2 kali seminggu, untuk menjaga agar tidak cepat kambuh; sebaiknya dengan kortikosteroid yang potensinya paling rendah. Pada lesi akut yang basah dikompres dahulu sebelum digunakan steroid, misalnya dengan larutan Burowi. Potensi kortikosteroid topikal harus disesuaikan dengan derajat keparahan dan lokasi lesi. Kortikosteroid topikal dapat diaplikasikan sehari sekali atau dua kali, dengan durasi 7-14 hari untuk kontrol kekambuhan akut. Untuk kasus dermatitis atopik pada pasien dewasa disarankan menggunakan kortikosteroid topikal golongan IV (potensi sedang). Highly Responsive Moderately Responsive Least Responsive Psoriasis Psoriasis Palmoplantar (intertriginosa) psoriasis Atopic dermatitis Atopic dermatitis Psoriasis of nails (Adults) (children) Nummular eczema Dyshidrotic eczema Seborrheic dermatitis Primary irritant Lupus erythematosus dermatitis Intertrigo Pemphigus Papular urtikaria Lichen planus Parapsoriasis Granuloma annulare Lichen simplex Necrobiosis lipoidica chronicus diabeticorum Sacroidosis Allergic contact dermatitis, acute phase Insect bites
17
Kortikosteroid topikal golongan ini dapat berupa flucinolone acetonide 0,025 % oitment, mometasone furoate 0,1 % cream atau lotion, hydrocortisone valerate 0,2%, triamcinolone acetonide 0,1%, flurandrenolide 0,05%. Tabel 2.1. Perbandingan Kortikosteroid Topikal Golongan IV Nama Obat
Flucinolone acetonide 0,025 % oitment Mometasone furoate 0,1 % cream Hydrocortisone valerate 0,2 %
Triamcinolone acetonide 0,1 % Flurandrenolide 0,05 %
2.2.8
Indikasi
Kontraindikasi
Dermatitis Lesi pada kulit akibat asteatotic (eksim bakteri, jamur atau craquele) viral yang tak diobati
Efek Samping Iritasi, eritema, pruritus, sensasi seperti terbakar, dan kulit kering.
Dermatitis atopi, Lesi pada kulit akibat Rasa terbakar, gatal, iritasi, psoriasis bakteri, jamur atau dan tanda-tanda iritasi kulit. viral yang tak diobati Namun efek samping ini kejadiannya jarang dilaporkan . Radang kulit Penyakit kulit akibat Iritasi, rasa gatal, merah, seperti eksim, virus dan jamur, dan panas pada area yang dermatitis skabies, dermatitis diobati (atopik, kontak, perioral alergi) Radang kulit Lesi pada kulit akibat Iritasi, rasa gatal, merah, seperti eksim dan bakteri, jamur atau dan panas pada area yang psoriasis viral diobati Untuk meredakan Lesi pada kulit akibat Rasa gatal, kulit kering, rasa keluhan berupa bakteri, jamur atau seperti terbakar peradangan dan vira gatal pada kulit (khususnya kulit kering)
Prognosis2
Sulit untuk meramalkan prognosis DA pada seseorang. Prognosis dapat menjadi lebih buruk jika kedua orangtuanya juga menderita DA. Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik DA yaitu: - DA yang luas pada anak - Menderita rhinitis alergi dan asma bronchial - Riwayat DA pada orangtua atau saudara kandung - Awitan atau onset DA pada usia muda - Kadar IgE serum yang sangat tinggi