BAB I I GAMBARAN GAMBARA N UMUM UMUM WILA WILAYAH YAH KOTA AMBON AMB ON 2.1. 2.1. Aspek Geografi dan Demografi a. Luas, letak letak geografis dan batas batas wilayah adminsitrasi adminsitrasi Berdasarkan Berdasarkan Perat Peraturan uran Pemeri Pemerintah ntah Nomor Nomor 13 Tahun Tahun 1979, 1979, luas Kota Ambon Ambon adalah 377 Km Km2 atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon. Berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas daratan Kota Am Ambon ad adalah lah 35 359,45 ,45 km km2, sehingga luas Kota Kota Ambon ini meli meliputi puti daratan seluas 359,45 Km2 dan laut seluas 17,55 Km2 dengan panjang garis pantai 98 Km Km. Wilayah administrasi Kota Ambon ini berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006 dimekarkan menjadi 5 kecamatan dari sebelumnya 3 kecamatan, yang membawahi 20 kelurahan dan 30 desa/ negeri (Gambar II.1). Jumlah desa/ negeri dan kelurahan serta luas setiap kecamatan adalah seperti pada Tabel II.1.
Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2011
Gambar II.1. II.1. Wilayah ilayah Administ Administrasi rasi Kota Ambon dengan 5 Kecamatan Kecamatan
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 1
Secara geografis geografis Kota Ambon terletak antara 3º - 4o Lintang Selatan dan
128 o – 129 o Bujur Timur dan
berbatasan dengan :
Sebela elah Utara tara
:
Petua tuanan Desa Hitu, itu, Hila dan Kaitetu itetu dari Ke Leihutu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Selatan
:
Laut Banda Banda
Sebelah Timur
:
Petuanan Desa Suli
dari
Kecamatan Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Sebelah Barat
:
Petuanan Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan Leihitu Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah
Tabel II.1. II.1. Keadaan Keadaan Wilayah ilayah Adm Adminis inistrasi trasi Kota Ambon Per Per Kecamatan Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan No.
Kecamatan
Ibukot a
1
Nusaniwe
Amahusu Amahusu
2
Sirimau Sirimau
Karang Panjang
3
T.A.Baguala
4 5
Desa/ Negeri 5
Kelurahan
Luas Wilayah Daratan (Km 2)
8
88,35
4
10
86,82
Passo
6
1
40,11
Leitim Leitimur Selatan
Leahari
8
-
50,50
Teluk Ambon Ambon
Wayame
7
1
93,67
30
20
Kot a Amb on
359,45 359,45
Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2011
b. Topografi Kondisi topografi wil wilayah ayah Kota Kota Ambon, sebagian sebagian besar dari wilayah daratan dapat dikl diklasifi asifikasikan kasikan berbukit sampai berlereng terjal yaitu sebesar kurang lebih 73 persen, dengan kemiringan di atas 20%. Sedangkan17 Sedangkan17% % wilayah daratan lainnya dapat diklasifikasikan diklasifikasikan datar atau landai dengan kemir kemiringan ingan kurang dari 20%. Keadaan Keadaan topografi Kota Ambon Ambon secara umumdapat dikelompok dikelompokkan kan sebagai berikut: berikut: 1)
Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-10% terdapat di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai.
2)
Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 10-20% terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan).
3)
Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 2030% terdapat pada kawasan kawasan perbukitan. perbukitan.
4)
Topografi terjal dengan ketinggian lebih dari 100 meter dan kemiringan lebih dari 30% terdapat pada kawasan pegunungan.
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 2
Secara geografis geografis Kota Ambon terletak antara 3º - 4o Lintang Selatan dan
128 o – 129 o Bujur Timur dan
berbatasan dengan :
Sebela elah Utara tara
:
Petua tuanan Desa Hitu, itu, Hila dan Kaitetu itetu dari Ke Leihutu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Selatan
:
Laut Banda Banda
Sebelah Timur
:
Petuanan Desa Suli
dari
Kecamatan Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Sebelah Barat
:
Petuanan Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan Leihitu Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah
Tabel II.1. II.1. Keadaan Keadaan Wilayah ilayah Adm Adminis inistrasi trasi Kota Ambon Per Per Kecamatan Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan No.
Kecamatan
Ibukot a
1
Nusaniwe
Amahusu Amahusu
2
Sirimau Sirimau
Karang Panjang
3
T.A.Baguala
4 5
Desa/ Negeri 5
Kelurahan
Luas Wilayah Daratan (Km 2)
8
88,35
4
10
86,82
Passo
6
1
40,11
Leitim Leitimur Selatan
Leahari
8
-
50,50
Teluk Ambon Ambon
Wayame
7
1
93,67
30
20
Kot a Amb on
359,45 359,45
Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2011
b. Topografi Kondisi topografi wil wilayah ayah Kota Kota Ambon, sebagian sebagian besar dari wilayah daratan dapat dikl diklasifi asifikasikan kasikan berbukit sampai berlereng terjal yaitu sebesar kurang lebih 73 persen, dengan kemiringan di atas 20%. Sedangkan17 Sedangkan17% % wilayah daratan lainnya dapat diklasifikasikan diklasifikasikan datar atau landai dengan kemir kemiringan ingan kurang dari 20%. Keadaan Keadaan topografi Kota Ambon Ambon secara umumdapat dikelompok dikelompokkan kan sebagai berikut: berikut: 1)
Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-10% terdapat di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai.
2)
Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 10-20% terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan).
3)
Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 2030% terdapat pada kawasan kawasan perbukitan. perbukitan.
4)
Topografi terjal dengan ketinggian lebih dari 100 meter dan kemiringan lebih dari 30% terdapat pada kawasan pegunungan.
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 2
Sumber: BAPPEKO BAPPEKOT Kota Ambon, 2011
Gam Gambar II.2. II.2. Peta Topografi Topografi Kota Ambon Ambon Dengan Dengan mem memperti pertim mbangkan karakteristik karakteristik wilayah dataran yang tersebar tersebar pada 5 kecamatan, maka dibuat pengelompokan pengelompokan wil wilayah ayah tersebut ke dalam 7 lokasi sebagaimana sebagaimana Tabel Tabel 2.2.
Tabel II.2. II.2. Pengelompokkan Pengelompokkan Wil Wilayah ayah Dataran Dataran di Kota Ambon Ambon Berdasarkan Karakteristik Wilayah
No
Kelompok Lokasi
Ketinggian (M dpl)
Kemiringan
Luas (Km 2)
Presentase (%)
1
Pusat Kota dan Sekitarnya
0 50
3,360
13,50
5,44
2
Rumah Tiga dan sekitar sekitarnya nya
0 50
3,180
4,50
5,57
3
Passo dan sekitarnya
0 50
30
14,75
4,74
4
Laha dan sekitarnya
0 50
3,390
4,25
6,18
5
Hutumuri dan sekitarnya sekitarnya
0 50
6,160
4,25
9,70
6
Kilang dan sekitarnya sekitarnya
0 - 50 50- 250
5,660 6,560
3,50 3,25
9,91 10,30
7
Latuhalat dan sekitarnya sekitarnya
0 50
5,400
4,00
8,57
Sumber: Sumber: BAPPEKO BAPPEKOT T Kota Ambon, Ambon, 2011
c. Klimatologi Iklim di Kota Ambon adalah iklim tropis dan iklim musim, karena letak Pulau Ambon dikelilingi oleh laut. Sehubungan dengan itu iklim Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, dimana bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur. Sedangkan musim Timur berlangsung dari bulan oktober, dimana bulan Nopember merupakan masa transisi ke musim Barat.
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 3
Kota Ambon termasuk Tipe Iklim B berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson (1951) yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah 1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q sebesar 17,4%. 1600 1400 ) 1200 m M1000 ( n a j 800 u H h 600 a r u C 400
2005 2006 2007 2008 2009
200 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Bulan
Sumber: Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2005-2009, dari BPS Kota Ambon, 2010 Gambar II.3. Curah Hujan di Kota Ambon Tahun 2005 - 2009 Berdasarkan data curah hujan tahun 2005-2009 bersumber dari Stasiun Meteorologi Ambon melalui BPS (Gambar II.3.), curah hujan tertinggi tahunan masih terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 5.710 mm dengan 276 hari hujan. Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan tahun 2005-2009, maka bulan basah (musim hujan) dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan April hingga Juli seiring dengan berlangsung Musim Timur dengan curah hujan tertinggi di bulan Juni (609,79 mm), sedangkan bulan kering (musim panas) dengan curah hujan di bawah 200 mm terjadi dari bulan Agustus hingga Maret seiring dengan berlangsungnya Musim Barat dengan curah hujan terendah di bulan November (81,96 mm). Dari data tahun 2005-2009, maka curah hujan di tahun 2008 lebih tinggi dibanding tahun-tahun yang lain, merupakan efek pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia dan telah dirasakan dampaknya di Kota Ambon. Selain itu pada tahun 2009, curah hujan tertinggi bulanan terjadi di bulan Februari sebesar 980 mm, padahal rata-rata curah hujan bulan Februari selama tahun 2005-2009 adalah 237,19 mm. d. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan Kota Ambon berdasarkan interpretasi Citra Satelit tahun 2009 menunjukkan 53,87 persen lahan merupakan ruang terbuka hijau, dimana 30,14 persen masih merupakan kawasan hutan dan 18, 49 persen adalah kawasan perkebunan. Sementara kawasan terbangun sebesar 42,44 persen, dimana kawasan yang telah dimanfaatkan bagi pemukiman adalah sebesar 41,07 persen. e. Potensi Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah Kota Ambon dilaksanakan secara terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon. Rencana Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfataan ruang. Penataan ruang Kota Ambon bertujuan untuk : 1) mewujudkan ruang wilayah kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang aman, nyaman, produktif PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 4
dan berkelanjutan; 2) mewujudkan Kota Ambon sebagai kota jasa di Kawasan Timur Indonesia; dan 3) mewujudkan Kota Ambon sebagai water front city dan eco-city untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pendekatan pembangunan secara terintegrasi adalah pendekatan pembangunan kewilayahan yang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan Satuan Wilayah Pembangunan, pemerataan pembangunan serta mempertahankan keterkaitan antar sub pusat pelayanan kota dengan wilayah disekitarnya. 1) Satuan Wilayah Pembangunan I Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP I meliputi wilayah Kecamatan Sirimau dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Pusat Kota Ambon. Pusat Kota Ambon sebagai sentra primer, direncanakan akan melayani seluruh wilayah Kota Ambon terutama SWP I. Pusat Kota Ambon dan SWP I akan dikembangkan sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan provinsi maupun kota, perdagangan, jasa keuangan, perhubungan darat dan laut, industri perikanan dan aneka industri, pariwisata, kesehatan dan pendidikan terutama untuk mendukung fungsi Kota Ambon sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan pelabuhan internasional. 2) Satuan Wilayah Pembangunan II Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP II meliputi wilayah Kecamatan Teluk Ambon Baguala dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Desa Passo. Desa Passo sebagai sentra sekunder I, direncanakan melayani wilayah Kota Ambon bagian Timur terutama SWP II. Desa Passo bersama SWP II akan dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan, perhubungan darat dan laut, aneka industri, kesehatan, pendidikan kejuruan, pariwisata dan pemukiman, teruatama dalam mengurangi tekanan penduduk terhadap Pusat Kota Ambon. 3) Satuan Wilayah Pembangunan III Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP III meliputi wilayah Kecamatan Teluk Ambon dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Desa Wayame. Desa Wayame sebagai sentra sekunder II, direncanakan melayani SWP III. Desa Wayame dan SWP III akan dikembangkan sebagai pusat pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan dan teknologi, pemukiman, pemerintahan kecamatan, aneka industri, pertanian tanaman pangan dan holtikultura serta perikanan. 4) Satuan Wilayah Pembangunan IV Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP IV meliputi wilayah Kecamatan Leitimur Selatan dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Desa Leahari-Rutong dan Desa Kilang-Naku. Desa Leahari-Rutong sebagai sentra sekunder III, direncanakan akan melayani SWP IV, sementara Desa Kilang-Naku sebagai sentra tersier II, direncanakan akan membantu pelayanan wilayah sekitar. Desa Leahari-Rutong dan SWP IV akan dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, pendidikan kejuruan, pemukiman dan pariwisata. 5) Satuan Wilayah Pembangunan V Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP V meliputi wilayah Kecamatan Nusaniwe dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Desa Latuhalat dan Desa Amahusu. Desa Latuhalat sebagai sentra sekunder IV, direncanakan akan melayani SWP V, sementara Desa Amahusu sebagai PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 5
sentra tersier III, direncanakan akan membantu pelayanan wilayah sekitar. Desa Latuhalat dan SWP V akan dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri rumah tangga, perikanan, perkebunan, peternakan, pariwisata dan pemukiman. 6) Kawasan Khusus Pengamanan Bandara Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, kawasan khusus pengamanan bandara meliputi wilayah Desa Tawiri dan Desa Laha dengan pusat kegiatan pelayanan kota berada pada kedua desa tersebut. Desa Tawiri dan Desa Laha merupakan sentra tersier I, direncanakan akan melayani wilayah-wilayah sekitar. Kawasan Khusus Pengamanan Bandara bersama Desa Tawiri-Laha akan dikembangkan sebagai kawasan pengamanan keselamatan penerbangan dan pelayanan bandara tersier, disamping sebagai pusat pertanian tanaman pangan, perikanan, industri jasa maritim serta pertambangan bahan galian golongan C. f.
Demografi Kota Ambon dalam kedudukannya sebagai Ibu Kota Provinsi sekaligus berfungsi sebagai pusat aktivitas sosial, ekonomi, pemerintahan serta pendidikan tinggi di Provinsi Maluku, membawa pengaruh pada pertumbuhan penduduk, terkait dengan migrasi dari daerah-daerah sekitar. Kondisi ini terlihat pada perkembangan jumlah penduduk yang cenderung meningkat dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (2006 – 2009), kecuali tahun 2010, seperti Gambar II.4.
400,000 350,000 300,000 Jumlah 250,000 Penduduk 200,000 (Jiwa) 150,000 100,000 50,000 2006 Jumlah Penduduk 263,146
2007 2008 2009 271,972 302,095 350,604
2010 348,143
Keterangan: Data 2006 – 2007, Sumber: BPS Kota Ambon Data 2008 – 2010, Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon
Gambar II.4. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2006 - 2010 Pada tahun 2010, berdasarkan data base kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, penduduk Kota Ambon berjumlah 348.143 jiwa (Tabel II.3). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2009, maka jumlah penduduk tahun 2010 mengalami pertumbuhan minus 0,7%. Penurunan jumlah penduduk di tahun 2010, didasarkan pada pemutahiran data penduduk tahunan yang diverifikasi di tingkat RT/RW. Berdasarkan hasil pemutahiran data penduduk tahun 2010, ditemukan data ganda, sehingga dilakukan penghapusan data ganda tersebut, sehingga menyebabkan jumlah penduduk tahun 2010 mengalami penurunan. Penduduk Kota Ambon telah terdistribusi pada ke 5 kecamatan yang ada namun dengan proporsi yang belum seimbang. Jumlah penduduk terbesar tahun 2010 adalah Kecamatan Sirimau dengan jumlah PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 6
penduduk 142.968 jiwa atau sebesar 41,07 persen jumlah penduduk Kota Ambon. dengan kepadatan 1.647 jiwa/ km2. Tabel II.3. Distribusi Penduduk Kota Ambon Berdasarkan Kecamatan Tahun 2006 - 2010
No
Penduduk (Jiwa)
Kecamatan 2006
1
Nusaniwe
2
Sirimau
3
2007
2008
2009
2010
82.550
82.760
95.366
102.078
97.669
100.903
105.010
108.724
145.984
142.968
Teluk Ambon Baguala
44.503
47.149
48.487
49.706
55.006
4
Teluk Ambon
26.315
27.990
38.858
43.195
42.803
5
Leitimur Selatan
8.875
9.063
10.660
9.641
9.697
Kota Ambon
263.146
271.972
302.095
350.604
348.143
0,07
3,35
11,08
16,06
-0,70
Pertumbuhan (%)
Keterangan: Data 2004 – 2007, Sumber: BPS Kota Ambon Data 2008 – 2010, Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon
Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil dengan kepadatan rendah tahun 2010 adalah Kecamatan Leitimur Selatan sebesar 9.697 jiwa (2,78%) dengan kepadatan 192 jiwa/km2 Tabel.II.4. Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2006 - 2010 No
1 2 3 4 5
Kecamatan Nusaniwe Sirimau T.Ambon .Baguala Teluk Ambon Leitimur Selatan Kot a Amb on
Luas Wilayah Daratan (Km 2)
Kepadatan Pendud uk (Jiw a/ Km 2) 2006
2007
2008
2009
2010
88,35 86,82 40,11 50,50
934 1.162 1.110 281
936 1.209 1.175 298
1.079 1.252 1.209 415
1.155 1.681 1.239 461
1.105 1.647 1.371 457
93,67
176
179
211
191
192
359,45
732
756
840
975
969
Keterangan: Data 2004 – 2007, Sumber: BPS Kota Ambon Data 2008 – 2010, Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon
Komposisi Penduduk Kota Ambon tahun 2010
menurut jenis kelamin sesuai Data Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon berjumlah 348.143 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 175.778 jiwa, dan perempuan sebanyak 172.365 jiwa. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel II.5.
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 7
Tabel II.5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan Tahun 2010 Kecamatan
No 1 2 3 4 5
Laki-Laki (Jiwa)
Nusaniwe Sirimau Teluk .Ambon .Baguala Teluk Ambon Leitimur Selatan Kot a Amb on
Perempuan (Jiwa)
48.626 72.095 28.131 22.091 4.835 175.778
Jumlah Penduduk (Jiwa)
49.043 70.873 26.875 20.712 4.862 172.365
97.669 142.968 55.006 42.803 9.697 348.143
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon. 2010
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.2.1. Fokus kesejahteraan dan p emerataan ekonomi a. Pertumbuhan ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi, merupakan salah satu indikator makro yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian dalam suatu wilayah. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Ambon mengalami fluktuasi, dimana tahun 2006 pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 6,43% dan melambat 0,12 point di tahun 2007, dimana pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 6,31%. Pertumbuhan ekonomi terendah dihadapi Kota Ambon pada periode tahun 2009 yang hanya mencapai 5,58%, sementara pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di tahun 2010 yaitu 6,64% (Gambar II.5.) dimana pada tahun tersebut aktifitas pembangunan sangat tinggi terutama pembangunan sarana dan prasarana menyongsong pelaksanaan “Sail Banda”.
Pertumbuhan ekonomi
6.43 6.31
6.64 5.91 5.58
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.5. Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon Tahun 2006-2010
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 8
b. Perkembangan PDRB Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kinerja ekonomi Kota Ambon yang diukur dengan besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (ADHK) terus mengalami peningkatan. Kondisi ini menunjukan bahwa geliat aktivitas perekonomian di Kota Ambon menunjukan pertumbuhan yang berkembang maju. Pada tahun 2006, PDRB Kota Ambon atas dasar Harga Konstan (Gambar II.6) mencapai Rp.1,421 trilyun, terus meningkat setiap tahunnya dan mencapai Rp.1,802 trilyun di tahun 2010. Sementara atas dasar Harga Berlaku pada tahun 2006, PDRB Kota Ambon sebesar Rp.2,089 trilyun dan terus meningkat setiap tahunnya menjadi Rp.3,441 trilyun di tahun 2010. Kontribusi terhadap PDRB menurut lapangan usaha dalam lima tahun terakhir didominasi oleh sektor JasaJasa, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Pertanian sebagai salah satu sektor primer (Tabel II.6.). Kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan di tahun 2006 adalah sektor Jasa-Jasa yang menyumbang Rp.382,759 milyard (26,92%) diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang Rp.341,674 mlyard (24,03%) serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang menyumbang Rp.272,445 milyard (19,16%). Pada tahun 2010, kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan adalah sektor Jasa-Jasa yang menyumbang Rp.473,202 milyard (26,25%) diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang Rp.437,888 mlyard (24,29%) serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang menyumbang Rp.364,280 milyard (20,21%). Sementara kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2006, adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang Rp.570,397 milyard (27,30%) diikuti oleh sektor Jasa-Jasa yang menyumbang Rp.497,985 mlyard (23,84%) serta sektor Pertanian Rp.420,505 milyard (20,13%). Pada tahun 2010, kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang Rp.990,898 milyard (28,79%) diikuti oleh sektor Jasa-Jasa yang menyumbang Rp.846,641 mlyard (24,60%) serta sektor Pertanian Rp.644,643 milyard (18,73%). 4,000,000,000,000 3,500,000,000,000 3,000,000,000,000 2,500,000,000,000 2,000,000,000,000 1,500,000,000,000 1,000,000,000,000
Sumber BPS Kota Ambon Tahun 2011 500,000,000,000
Gambar II,7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Ambon Tahun 2006-2010 -
2006
b.1. Proyeksi PDRB Kota1,421,980,470,000 Ambon PDRB ADHK PDRB ADHB
2,089,100,340,000
2007
2008
2009
2010
1,511,618,980,000
1,600,882,700,000
1,690,271,080,000
1,802,667,730,000
2,333,813,380,000
2,668,234,550,000
3,003,452,440,000
3,441,675,710,000
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Ambon Tahun 2006-2010
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 9
PDRB menurut lapangan usaha atau menurut sektor produksi merupakan jumlah dari nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian data PDRB dapat pula menggambarkan kemampuan suatu wilayah atau daerah mengelola sumber daya alam serta faktor produksi lainnya. PDRB disajikan dengan dua cara. Pertama, PDRB atas dasar harga berlaku, sedang yang kedua yaitu PDRB atas dasar harga konstan yang berguna untuk melihat trend atau membandingkan besaran-besaran PDRB antar tahun. Tabel II.6. menunjukkan proyeksi perkembangan PDRB Kota Ambon untuk tahun 2011 – 2016. Tabel II.6. PDRB Kota Ambon menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 – 2010 TAHUN LAPANGAN USAHA
2006
2007
2008
2009
2010
ATAS DASAR HARGA KONST AN
Pertanian
256.534.830.000
267.586.900.000
278.303.650.000
291.815.660.000
316.605.500.000
1.637.210.000
1.720.710.000
1.808.830.000
1.902.650.000
2.165.980.000
Industri Pengolahan
28.914.760.000
31.534.440.000
34.211.960.000
36.794.960.000
38.399.220.000
Listri k, Gas dan Air Bersih
10.566.290.000
11.304.140.000
11.465.110.000
9.529.760.000
10.259.440.000
9.539.840.000
10.265.970.000
11.066.730.000
12.031580.000
18.858.300.000
Perdagangan, Hotel dan Restoran
341.674.090.000
365.183.830.000
389.237.920.000
413.458.640.000
437.888.120.000
Pengangkutan dan Komunikasi
272.445.590.000
296.001.660.000
315.057.640.000
330.404.760.000
364.280.630.000
Keuangan, Persewaan Bangunan dan
117.888.390.000
123.973.060.000
130.713.030.000
138.044.950.000
141.008.170.000
382.759.470.000
404.048.270.000
429.017.830.000
456.288.120.000
473.202.370.000
1.421.980.470.000
1.511.618.980.000
1.600.882.700.000
1.690.271.080.000
1.802.667.730.000
420.505.930.000
459.578.960.000
528.902.090.000
590.471.610.000
644.643.300.000
3.089.740.000
3.342.910.000
3.732.070.000
4.103.650.000
4.993.880.000
Industri Pengolahan
41.353.890.000
46.254.710.000
54.232.420.000
61.079.630.000
70.289.770.000
Listri k, Gas dan Air Bersih
21.498.630.000
24.008.710.000
25.638.250.000
21.602.970.000
24.272.340.000
Bangunan
13.375.810.000
16.029.800.000
18.856.090.000
22.122.030.000
39.153.600.000
Perdagangan, Hotel dan Restoran
570.397.420.000
646.345.530.000
748.192.060.000
854.845.540.000
990.898.700.000
Pengangkutan dan Komunikasi
362.257.000.000
410.591.470.000
463.185.820.000
511.337.110.000
592.421.670.000
Keuangan, Persewaan Bangunan dan
158.636.900.000
173.034.020.000
193.240.290.000
212.247.720.000
228.361.310.000
497.985.020.000
554.627.270.000
632.255.460.000
725.642.180.000
846.641.140.000
2.089.100.340.000
2.333.813.380.000
2.668.234.550.000
3.003.452.440.000
3.441.675.710.000
Pertambangan dan Penggalian
Bangunan
Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 10
c. Inflasi Inflasi memberikan indikasi adanya kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus selama periode tertentu, meskipun kenaikan harga-harga tersebut tidak secara bersamaan. Laju inflasi Kota Ambon dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sangat berfluktuatif, dimana inflasi terendah terjadi pada tahun 2006 dimana inflasi rata-rata adalah 4,80%, sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 9,34% (Gambar II.7.). 10.00
0.00 2006
Inflasi
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
4.80
5.85
9.34
6.48
8.78
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.7. Laju Inflasi Kota Ambon Tahun 2006 – 2010 Sumbangan terbesar terhadap inflasi Kota Ambon menurut komoditas dalam 2 (dua) tahun terakhir digambarkan pada tabel II.7. Sumbangan terbesar inflasi tahun 2009 menurut kelompok komuditas adalah bahan makanan sebesar 19,01 persen, diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 6,35 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 4,31 persen, sedangkan kelompok komoditas yang mengalami deflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara di tahun 2010, penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai 17,70 persen, diikuti oleh kelompok bahan makanan sebesar 11,82 persen. Kenaikan harga pada kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga tiket pesawat dan diproyeksikan akan memberi dampak bagi tingginya harga tiket ditahun-tahun akan datang. Tabel.II.7. Inflasi Tahunan Tahun 2009 & 2010 N 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
KELOMPOK KOMODITAS Bahan Makanan Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi & olah raga Transport, komunikasi & jasa keuangan Umu Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011 (data diolah)
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
2009
2010 19,01 6,35 0,98 3,17 2,11 -0,76 4,31 6,48
11,82 6,14 3,90 3,44 2,46 2,56 17,70 8,78
II- 11
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial Pada fokus kesejahteraan sosial menguraikan tentang pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM) dilihat dari aspek pendidikan, kesehatan, tingkat kemiskinan, dan agama. a. Pendidikan 1) Angka rata-rata lama sekolah Angka rata-rata lama sekolah merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur indeks pembangunan manusia selain menggambarkan kualitas SDM. Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mengindentifikasi jenjang kelulusan penduduk di suatu daerah. Rata-rata lama sekolah penduduk usia sekolah di Kota Ambon telah mencapai 11,18 tahun di tahun 2010, angka ini terus berkembang dari tahun 2006 yang baru mencapai 10,90 tahun. Dengan capaian di tahun 2010 tersebut, Kota Ambon dalam waktu dekat akan mampu menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar dua belas tahun. Tabel. II.8. Angka Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Ambon INDIKATOR Rata-Rata Lama Sekol ah
SATUAN Tahun
2006 10,90
TAHUN 2008 11,09
2007 11,09
2009 11,12
2010 11,18
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011 (data diolah)
2) Ketersediaan Sekolah serta Rasio guru/murid Ketersediaan Sekolah di Kota Ambon dari tingkat Taman Kanak-Kanak, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK beserta rasio guru dan murit seperti terlihat pada Tabel-tabel berikut ini:
Tab el II.9. J umlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, serta Rasio Murid/ Sekolah Tingkat Sekolah TK Tahun 2006 - 2010
Kondisi Per Tahun
S
Jenjang TK
umlah Sekolah
S umlah Gedung Sekolah (unit) e umlah Murid (orang) m umlah Guru PNS (orang) e Rasio Murid/ Guru n Rasio Murid/ Sekolah t
2006
2007
2008
2009
2010
68 54 2.941 246 12:1 43 : 1
68 58 3.182 145 22 : 1 46 : 1
70 60 3.043 120 25 : 1 43 : 1
68 60 2.932 116 25 : 1 43 : 1
77 68 3.215 136 24 : 1 47 : 1
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambo n, 2011
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 12
Tab el II.10. J umlah Sekolah, G edung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, da n Rasio Murid/ Sekolah Tingkat SD/ MI Tahun 2006 – 2010
Kondisi Per Tahun J enjang SD/ MI 2006
2007
2008
2009
2010
J umlah Sekolah J umlah Gedung Sekolah (unit) J umlah Murid (orang)
198 127
201 127
203 135
201 137
203 139
36.843
38.579
39.524
39.535
40.238
J umlah Guru PNS (orang) Rasio Murid/Guru
2.648 14 : 1
2.113 18 : 1
2.670 15 : 1
2.755 14 : 1
2.618 15 : 1
186 : 1
191 : 1
194 : 1
196 : 1
199 : 1
Rasio Murid/Sekolah
Sumber : Dinas Pendid ikan Kota A mbon, 2011
Tab el II.11. J umlah Sekolah, G edung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, da n Rasio Murid/ Sekolah Tingkat SMP/ MTs Tahun 2006 – 2010
Kondisi Per Tahun Jenjang SMP/ MTs 2006
2007
2008
2009
2010
50
51
52
54
54
48
48
49
49
50
16.137
16.647
17.886
18.028
18.114
1.536
1.162
1.280
1.328
1.414
11 : 1
14 : 1
14 : 1
12 : 1
13 : 1
322 : 1
326 : 1
343 : 1
333 : 1
335 : 1
umlah Sekolah umlah
Gedung
Sekolah
(unit) S
umlah Murid (orang) u m umlah Guru PNS (orang)
b e Rasio
Murid/ Guru
Rasio S Murid/ Sekolah
u Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambo n, 2011
Tab el II.12. J umlah Sekolah, G edung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, da n Rasio Murid/ Sekolah Tingkat SMA/ SMK/ MA Tahun 2006 – 2010
Kondisi Per Tahun J enjang SMA/ SMK/ MA
2006 43
2007 44
2008 44
2009 44
2010 47
38
41
41
41
43
16.664
17.628
17.750
18.505
20.042
1.557
1.302
1.385
1.413
1.475
: Rasio Murid/ Guru
12 : 1
14 : 1
13 : 1
13 : 1
14 : 1
D Rasio Murid/ Sekolah
387 : 1
400 : 1
403 : 1
420 : 1
426 : 1
J umlah Sekolah S u J umlah Gedung Sekolah (unit) m b J umlah Murid (orang) e r J umlah Guru PNS (orang)
i
S Sumber : Dinas Pendid ikan Kota A mbon, 2011
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 13
3) Angka kelulusan Disamping APK dan APM, pembangunan bidang pendidikan dari aspek mutu, juga diukur dengan indikator Tingkat Kelulusan UAN pada berbagai jenjang pendidikan. Tingkat kelulusan pada tahun 2006, untuk jenjang pendidikan SD/MI sebesar 100 persen, sementara pada jenjang SMP/MTs sebesar 96,30 persen dan jenjang SMA/MA/SMK sebesar 96,89 persen. Tingkat kelulusan pada tiap jenjang pendidikan menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun ke tahun dan pada tahun 2010, tingkat kelulusan SD/MI tetap mencapai 100 persen, sementara untuk jenjang pendidikan SMP/MTs tingkat kelulusan mencapai 99,86 persen dan jenjang pendidikan SMA/MA/SMK mencapai 99,92 persen (Tabel II.16.). Makin meningkatnya tingkat kelulusan pada setiap jenjang pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Kota Ambon makin meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel. II.13. Tingkat Kelulusan Siswa pada berbagai Jenjang Pendidikan di Kota Ambon JENJANGPENDIDIKAN SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
TINGKAT KELULUSAN SISWA (persen) 2006 2007 2008 2009 100 100 100 99,94 96,30 96,32 98,92 96,20 96,89 95,95 93,96 94,76
2010 100 99,86 99,92
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon Tahun 2011
b. Kesehatan Kinerja pembangunan bidang kesehatan di Kota Ambon sampai dengan tahun 2010, yang diukur melalui perkembangan indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat sesuai tabel II.13. dapat digambarkan sebagai berikut :
Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI), pada tahun 2006 tercatat 182/100.000 Kelahiran Hidup atau 9 orang, terus menurun sampai dengan tahun 2010 sebesar 49/100.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 3 orang. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Tahun 2010 menunjukkan Kota Ambon sudah berada dalam kondisi on track bagi pencapaian tujuan MDG’s yang menargetkan AKI 102/100.000 Kelahiran Hidup di tahun 2015.
Angka Kematian Bayi (AKB), pada tahun 2006 tercatat 12,36/1.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 61 bayi, menurun menjadi 6/1.000 Kelahiran Hidup di tahun 2008 dan terus menurun menjadi 6,00/1.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 25 bayi di tahun 2010. Kondisi AKB Kota Ambon tahun 2010, juga telah menunjukkan bahwa Kota Ambon telah berada dalam kondisi on track bagi pencapai tujuan MDG’s yang menargetkan AKB sebesar 23/1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Balita, pada tahun 2006 adalah 2,6/1.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 13 balita, meningkat menjadi 10,00/1.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 54 balita di tahun 2008 dan kemudian menurun menjadi 7,7/1.000 Kelahiran Hidup atau 47 balita di tahun 2009. Angka Kematian Balita di Kota Ambon juga menunjukkan masih berada dibawah target pencapaian MDG’s yaitu sebesar 32/1.000 Kelahiran Hidup.
Angka Harapan Hidup, tercatat pada tahun 2006 adalah 72,40 tahun, terus meningkat menjadi 73,01 tahun di tahun 2010.
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 14
Tabel II.14. Derajat Kesehatan Masyarakat Kota Ambon Tahun 2006 – 2010 NO
INDIKATORDERAJAT
KONDISI per TAHUN
KESEHATAN
2006
2007
1.
Angka Kematian Ibu 182/100.000 Melahirkan / KLH 2. Angka Kematian Bayi 12,36/1.000 dibawah 1 Tahun / KLH 3. Angka Kematian Balita / 2,6/1.000 KLH 4. Angka Harapan Hidup 72,40 (Tahun) Sumber: Dinas Kesehatan Kota Ambon
2008
2009
2010
89/100.000
109/100.000
88/100.000
49/100.000
8,9/1.000
6,9/1.000
6,14/1.000
6,00/1.000
4,6/1.000
10/1.000
7,9/1.000
7,7/1.000
72,66
72,70
72,82
73,01
c. Tingkat Kemiskinan Sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat untuk menanggulangi kemiskinan, Pemerintah Kota Ambon telah menetapkan penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas daerah. Prosentase penduduk miskin di Kota Ambon bedasarkan hasil sensus Kantor Badan Pusat Statistik Kota Ambon, pada tahun 2006 tercatat 7,43% (18.000 jiwa), menurun menjadi menjadi 6,51% (16.300 jiwa) di tahun 2007. Namun di tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, migrasi penduduk dari luar Kota Ambon serta perubahan perekonomian global yang juga berpengaruh terhadap perekonomian nasional dan daerah telah memberi dampak bagi meningkatnya penduduk miskin di Kota Ambon, dimana pada tahun 2008 tercatat presentase penduduk miskin meningkat menjadi 7,53% (21.180 jiwa) dan pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin adalah sebesar 7,69% (25.500 jiwa) (Gambar II.8.)
8 7.5 7 6.5 6 5.5
Penduduk Miskin (%)
2006
2007
2008
2009
2010
7.43
6.51
7.53
7.42
7.69
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.8. Penduduk Miskin Kota Ambon Tahun 2006-2010
d. Kesempatan kerja Pengangguran terbuka di Kota Ambon dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sangat berfluktuasi, kondisi ini disebabkan karena lapangan kerja yang tersedia belum sepenuhnya mampu menyerap angkatan kerja. Disamping itu, perubahan iklim yang tidak menentu membuat sebagian besar kelompok masyarakat yang bekerja sebagai petani dan nelayan kehilangan pekerjaannya. Angkatan Kerja di Kota Ambon Tahun PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 15
2006 adalah sebanyak 100.766 orang dengan pengangguran terbuka 25.899 orang (25,70%). Pada tahun 2010, tercatat angkatan kerja sebanyak 145.552 orang dengan angka pengangguran terbuka 22.738 orang (15,62%) (Gambar II.9.). Pengangguran terbuka di Kota Ambon berdasarkan jenis kelamin seperti terlihat pada gambar II.10. menunjukkan bahwa pengangguran terbuka di tahun 2006 lebih didominasi oleh penduduk laki-laki yaitu sebesar 51,72%, demikan juga di tahun 2007, angka pengangguran terbuka laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu sebesar 51,80%. Tetapi memasuki tahun 2009 dan 2010 pengangguran terbuka lebih di dominasi oleh kelompok berjenis kelamin perempuan, yaitu 51,98% di tahun 2009 dan 54,95% di tahun 2010 .
160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Angkatan Kerja
2006 100,766
2007 96,846
2008 104,067
2009 105,513
2010 145,552
Pengangguran Terbuka
25,899
17,805
17,403
18,534
22,738
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.9. Jumlah Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di Kota Ambon Tahun 2006-2010
60 50 40 30 20 10 0 Laki-Laki
2006 51.72
2007 51.80
2008 51.14
2009 48.02
2010 45.05
Perempuan
48.28
48.20
48.86
51.98
54.95
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.10. Komposisi Pengangguran Terbuka Laki-Laki dan Perempuan di Kota Ambon Tahun 2006-2010
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 16
2.3. Aspek Layanan Umum 2.3.1. Fokus Layanan Urus an Wajib 2.3.1.1. Pendidikan a. Angka Partisipasi Pembangunan pendidikan secara umum bertumpu pada tiga pilar yaitu peningkatan akses, mutu serta akuntabilitas. Indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan di daerah terutama dalam perluasan akses dapat tergambar melalui Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK merupakan indikator yang dipakai untuk mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut, sedangkan APM merupakan indikator yang dipakai untuk mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan kelompok umurnya. Tabel 2.15,. menggambarkan kondisi APM dan APK Kota Ambon beberapa tahun terakhir, dimana :
APM SD pada tahun 2006 adalah sebesar 94,01 meningkat menjadi 100,72 di tahun 2010;
APM SMP pada tahun 2006 adalah sebesar 82,57 meningkat menjadi 94,15 di tahun 2010;
APM SMA pada tahun 2006 adalah sebesar 87,29 menurun menjadi 77,92 di tahun 2010.
Sedangkan APK dapat digambarkan sebagai berikut :
APK SD pada tahun 2006 adalah sebesar 97,95 meningkat menjadi 123,84 di tahun 2010;
APK SMP pada tahun 2006 adalah sebesar 96,95 meningkat menjadi 113,95 di tahun 2010;
APK SMA pada tahun 2006 adalah sebesar 95,65 meningkat menjadi 116,30 di tahun 2010;
Tabel II.15. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Ambon Tahun 2006 – 2010 No
Jenjang Pendidikan
APM (%) 2006
2007
2008
APK (%) 2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
1
SD/ MI
94,01
94,08
114,73 107,84 100,72
97,95
101,60 144,61
124,15 123,84
2
SMP/ MTs
82,57
87,54
90,11
98,83
94,15
96,95
100,70 110,03
127,26 113,95
3
SMA/ SMK/ MA
87,29
87,35
87,52
87,83
77,92
95,65
97,47
115,25 116,30
103,03
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon 2011
Fluktuasi APK dan APM di Kota Ambon, sangat dipengaruhi oleh usia anak sekolah yang bersekolah, dimana untuk jenjang pendidikan SD usia anak sekolah adalah 7-12 tahun, SMP usia 13-15 tahun dan SMA usia 16-18 tahun, namun ternyata banyak anak usia dibawah 7 tahun yang telah memasuki jenjang pendidikan SD dan usia diatas 12 tahun yang belum menyelesaikan sekolah pada jenjang pendidikan SD dan seterusnya pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Disamping APK dan APM, pembangunan bidang pendidikan dari aspek mutu, juga diukur dengan indikator Tingkat Kelulusan UAN pada berbagai jenjang pendidikan. Tingkat kelulusan pada tahun 2006, untuk jenjang pendidikan SD/MI sebesar 100%, sementara pada jenjang SMP/MTs sebesar 96,30% dan jenjang SMA/MA/SMK sebesar 96,89%. Tingkat kelulusan pada tiap jenjang pendidikan menunjukkan PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 17
perkembangan yang positif dari tahun ke tahun dan pada tahun 2010, tingkat kelulusan SD/MI tetap mencapai 100%, sementara untuk jenjang pendidikan SMP/MTs tingkat kelulusan mencapai 99,86% dan jenjang pendidikan SMA/MA/SMK mencapai 99,92% (Tabel II.16.). Makin meningkatnya tingkat kelulusan pada setiap jenjang pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Kota Ambon makin meningkat dari tahun ke tahun. Tabel II.16. Tingkat Kelulusan UAN di Kota Ambon Tahun 2006 - 2010 Tingkat Kelulusan (%) Jenjang Pendidikan SD/MI
2006
2007
2008
2009
2010
100
100
100
99,94
100
SMP/MTs
96,30
96,32
98,92
96,20
99,86
SMA/MA/SMK
96,89
95,95
93,96
94,76
99,92
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon 2011
2.3.1.2. Urusan Kesehatan Pembangunan kesehatan di Kota Ambon, lebih diarahkan bagi upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dengan demikian ketersedian sarana dan prasarana serta jangkauan pelayanan kesehatan menjadi bagian penting untuk mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta tenaga kesehatan di Kota Ambon sampai dengan tahun 2010 (Tabel II.17), telah mampu melayani masyarakat sampai pada desa-desa yang jauh dari pusat kota. Tabel .II.17.. Sarana, Prasarana serta Tenaga Kesehatan di Kota Ambon Tahun 2006 – 2010
No.
Indikator
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
1.
Rumah Sakit
11
11
11
11
11
2.
Puskemas
21
22
22
22
22
3.
Puskesmas Pembantu
32
34
34
34
34
4.
Pos Kesehatan Desa
0
10
36
50
50
5.
Balai Pengobatan
6
3
8
3
5
6.
Dokter
40
34
36
37
34
7.
Paramedis
175
217
211
212
218
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ambon 2011
Rasio Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) per Satuan Balita. Rasio Rumah sakit dan Rasio Dokter per satuan Penduduk, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rasio perkembangan Pos Yandu di kota Ambon dari tahun 2006 hingga 2010 kelihatannya tetap stabil. Dimana rata-rata jumlah pos yandu tidak mengalami peningkatan yaitu rata rata 7 dalam 1000 pendudik.
Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk dari tahun 2006 hingga tahun 2010 mengalami sedikit penurunan. Pada tahun 2006 rasio rumah sakit tercatat 4.18 dalam 100.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 2.59 dalam 100.000 penduduk.
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 18
Rasio dokter per satuan pendukuk juga mengalami penurunan. Pada tahun 2006 ratio dokter tercatat
26.24 dalam 100.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2010 menurun menjadi 16.50 dalam 100.000 penduduk. Tabel II.18. Rasio Pos yandu, Rasio RS dan Rasio Dokter per Satuan balita No
Indikator
Satuan
01 02 03
Rasio Posyandu Rasio Rumah Sakit Rasio Dokter
Per 1000 pendudu Per 100.000 penduduk Per 100.000 penduduk
2006 7.7 4.18 26.24
Kondisi Per Tahun 2007 2008 2009 7.8 7.6 7.5 4.18 3.68 3.49 27.74 20.22 21.97
2010 7.1 2.56 16.50
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ambon, 2011
2.3.1.3. Urus an Pekerjaan Umum Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Kelancaran lalu lintas darat akan sanagt mempengaruhi perkembangan perekonomian daerah. Dengan semakin panjang jalan dalam kondisi baik akan mempermudah dan mempercepat arus mobilitas barang dan jasa. Jalan sebagai jaringan transportasi yang dominan digunakan oleh penduduk untuk melakukan aktifitas berperan penting dalam pembangunan kota. Oleh karena itu pembangunan jalan harus kompetibel dengan potensi sumberdaya dimana penentuan jaringan jalan dan prioritas pengembangan akan menjadi penentu efektivitas pengembangan prasarana jalan dari segi dampak terhadap pembangunan ekonomi dan social budaya. Prasarana jalan di kota Ambon saat ini sudah tertata dengan baik sehingga sangat memperlancar arus mobilitas kendaraan di wilayah perkotaan. Sampai dengan tahun 2010 tercatat panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kota Ambon sebesar 221.939 km2.
Sedangkan total
panjang jalan
di Kota Ambon
sampai dengan tahun 2010 adalah sepanjang 296.693 Km, dimana 42.936 Km adalah jalan Nasional, 38.687 Km jalan Provinsi dan sisanya 215.070 Km adalah jalan Kota. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di kota Ambon adalah sebesar 0,75. Adapun Panjang jalan berdasarkan status di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel II.18.berikut. Tabel. II.19. Panjang Jalan di Kota Ambon Tahun 2010 KONDISI PERKERASAN NO
STATUS JALAN
BAIK
SEDANG
TOTAL
RUSAK
RUSAK
RINGAN
BERAT
(Km)
1
Nasional
41.242
1.306
0.378
-
42.936
2
Provinsi
32.697
5.996
0.980
3
Kota
148.000
27.760
25.810
3.50
215.070
TOTAL (Km)
221.939
35.062
27.168
3.50
296.693
38.687
Sumber : Dinas PU Kota Ambon Tahun 2011
Berdasarkan jenis perkerasan, ruas jalan di Kota Ambon yang telah di Hotmix sepanjang 242.091 Km, lapisan penetrasi (lapen) sepanjang 41.977 Km, rabat beton sepanjang 2.350 Km, kerikil sepanjang 7.856 Km serta jalan tanah sepanjang 2.405 Km.
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 19
Tabel. II.20. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Perkerasan PANJANG (Km)/STATUS JALAN NO
JENIS PERKERASAN
NASIONAL
PROVINSI
KOTA
1
Hotmix
42.936
38.687
160.468
2
Lapen
-
-
41.977
3
Rabat Beton
-
-
2.350
4
Kerikil
-
-
7.856
5
Tanah
-
-
2.405
Sumber : Dinas PU Kota Ambon Tahun 2011
2.3.1.4. Urusan Perumahan Menurut WHO salh satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 10M2 perkapita. Keadaan perumahan penduduk kota Ambon umumnya memiliki luas lantai lebih besar dari standar WHO, Hal ini menunjukkan bahwa kondisi rumah di kota Ambon sudah memenuhi syarat layak huni. Kualitas Rumah juga ditinjau dari segi jenis atap , lantai dan dinding terluar yang digunakan. Secara umum kondisi rumah di kota Ambon dihat dari jenis atap dan dinding semuanya terbuat dari bahan yang permanen, sedangkan dari jenis lantainya terbuat dari keramik dan semen,. Dengan demikin kualitas rumah di kota Ambon dinyatakan sebagai rumah sehat dengan tingkat kenyamanan yang cukup tinggi. Kondisi sarana dan prasarana permukiman hingga akhir tahun 2010 sudah cukup memadai. Pada tahun 2010 rumah tangga yang menggunakan sumber air minum yang berasal dari air kemasan/ledeng/pompa. Sedangkan air minum yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air minum selama tahun 2010 sebanyak 6.491.253 M3 dan 15.351 pelanggan yang berakses air minum. Rendahnya cakupan pelayanan air minum disebabkan oleh terbatasnya sumber air baku di wilayah perkotaan, tarif/retribusi air yang belum berorientasi pada cost recovery serta masih rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana air minum dibangun. 2..3.1.5. Urus an Penataan Ruang Dalam rangka pembangunan dan pengembangan kota Ambon , khususnya urusan penyelengaaran pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan pada masa yang akan datang sesuai dengan potensi daerah diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan wilayah. Oleh karena itu tata ruang wilayah Kota Ambon harus serasi, selaras dan terpadu penyusunannya dalan satu kesatuan system Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku dan Tata Ruang Wilayah Kota/kabupaten di sekitarnya. Penataan ruang wilayah kota Ambon sebagai satu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang harus dapat dilaksanakan sesuai kaidahkaidah penataan ruang. PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 20
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfataan ruang. Penataan ruang Kota Ambon bertujuan untuk : 1) mewujudkan ruang wilayah kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan; 2) mewujudkan Kota Ambon sebagai kota jasa di Kawasan Timur Indonesia; dan 3) mewujudkan Kota Ambon sebagai water front city dan eco-city untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang kota Ambon terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) termasuk salah satu bagian dari kawasan lindung yang harus dijaga dan dipertahankan untuk melestarikan dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka (open acces) yang diisi oleh sekelompok vegetasi guna mendukung manfaat ekologi, sosialbudaya dan arsitektural yang bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Ambon direncanakan sebesar 30 % dari luas kawasan yang bersifat urban/perkotaan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini meliputi skala pelayanan kota, SWP dan lingkungan. RTH dengan skala pelayanan kota direncanakan tersebar di wilayah pusat-pusat pelayanan kegiatan kota. RTH dengan wilayah pelayanan SWP direncanakan akan berada disetiap SWP kota Ambon, dan untuk skala lingkungan berada di wilayah permukiman penduduk. Ruang terbuka hijau privat diarahkan sekitar 10 % meliputi ruang terbuka hijau pekarangan rumah, ruang terbuka hijau perkantoran, ruang terbuka hijau pertokoan dan ruang terbuka hijau tempat usaha. Dalam rencana pembangunan ruang terbuka hiaju privat direncanakan untuk membuat RTH privat pada setiap bangunan rumah, perkantoran, pertokoan dan tempat usaha baru; merehabilitasi RTH privat yang sudah mengalami penurunan fungsi; mendorong pembangunan dan penyediaan RTH privat pada bangunan rumah, perkantoran, pertokoan dan usaha dagang yang belum memiliki RTH privat. Lokasi RTH di kota Ambon meliputi taman kota,, jalur hijau, hutan kota dan tempat pemakaman umum. 2.3.1.6 . Urus an Perencanaan Pembangu nan Perencanaan pembangunan wilayah kota Ambon selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2011) yang dilakukan berdasarkan Penataan Wilayah terlihat bahwa ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terjadi peningkatan, sedangkan untuk penataan luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, dan luas wilayah perkotaan tidak mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada Tabel II.21. Tabel. II.21. Indikator Perencanaan Pembangunan berdasarkan RTRW. No 1 2 3 4 5 6
INDIKATOR Perencanaan Pembangunan Ketersediaan Dokumen Perencanaan Penataan Wilayah Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Luas Wilayah Industri * Luas Wilayah Kebanjiran ** Luas Wilayah Kekeringan Luas Wilayah Perkotaan ***
SATUAN Paket
2006
2007
TAHUN 2008
2009
2010
1
1
1
1
1
%
60
60
65
65
70
Ha Ha Ha
35,775 30,35 4,547
35,775 30,35 4,547
35,775 30,35 4,547
35,775 30,35 4,547
35,775 30,35 4,547
Keterangan : * : Kawasan Industri Batu Gong PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 21
** : Kebanjiran di Kota Ambon Bersifat Insidentil, ketika curah hujan tinggi (di atas normal) umumnya terjadi di bantaran sungai-sungai utama/sungai besar *** : Wilayah perkotaan adalah wilayah fungsional non pertanian, dengan kegiatan utama jasa dan perdagangan dengan kepadatan penduduk tinggi
2.3.1.7 Perhubun gan Transportasi sebagai urat nadi pertumbuhan ekonomi dan interaksi antar pelaku menjadi sangat dalam menciptakan suasana yang kondusif. Adanya pembangunan transportasi akan meningkatkan mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi wilayah. Transportasi juga akan membuka peluang perdagangan kegiatan antar wilayah dan mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah sehingga mendorong terjadinya perimbangan pembangunan. Cakupan pelayanan transportasi darat adalah jaringan jalan dengan sarana transportasi terminal yang tersedia. Jumlah penumpang angkutan umum 23. 475.000 orang, dengan jumlah uji kir angkutan umum 2.870 unit. Sedangkan rasio izin trayek 0,004. Jumlah angkutan umum di Kota Ambon dapat dilihat pada tabel II.22. Tabe lI.22. Jumlah Angkutan Umumdan Penumpang Angkutan Umumdi Kota Ambon TAHUN INDIKATOR
2006 JUMLAH ANGKUTAN UMUM
2007
1.103
1.154
2008
2009
1.266
1.502
2010 1.669
Sumber Data : Dinas Perhubungan dalam Kota Ambon Dalam Angka 2011
2.3.1.8. Urus an Lingk ungan Hidu p Tingkat pelayanan persampahan di kota Ambon secara umum
sudah sangat baik. Pengelolaan
persampahan di Kota Ambon terfokus pada radius 215 km2 yang tersebar di 38 desa/kelurahan pada 4 kecamatan dengan jumlah penduduk yang terlayani sebanyak 274.631 jiwa. Tabel II.23. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2006 – 2010 Tahun 2006 2007
Jumlah Penduduk Total (Jiwa) 263.146 271.972
Jumlah Penduduk Terlayani (Jiwa) 182.398 190.275
Jumlah Penduduk Tidak Terlayani (Jiwa) 80.748 81.697
2008
281.293
199.342.
81.951
2009
284.809
219.427
65.382
2010
331.254
274.631
56.623
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Ambon Tahun 2011
Secara administratif luas wilayah Kota Ambon adalah 377 Km2 dengan luas daratan 359.45 Km² dengan jumlah penduduk sebanyak 331.254 Jiwa dari luas wilayah administratif tersebut ternyata operasional penanganan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ambon baru menjangkau
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 22
kawasan Pemukiman seluas 215 Km2 atau 92,26 persen dari luas daratan Kota Ambon dengan penduduk terlayani sebanyak 274.631 Jiwa atau 82,91 % dari jumlah penduduk Kota Ambon. Kondisi penyebaran daerah pelayanan Persampahan di Kota Ambon relatif menyebar dari 4 kecamatan yang ada di Kota Ambon sudah terlayani pada 38 Desa / Kelurahan yang sudah mendapat akses pelayanan persampahan di kota Ambon, Daerah pelayanan kebersihan di kota Ambon pada dasarnya belum menyebar di seluruh Kota Ambon, yang belum terlayani yaitu Kecamatan Leitimur Selatan dan sebagian kecil pada Kecamatan Teluk Ambon dan Kecamatan Nusaniwe. Dengan menggunakan asumsi produksi sampah per orang per hari sesuai standar nasional yaitu 2,5 liter/hari, maka sampah di Kota Ambon telah mencapai 870 m3 per hari dan baru terangkut sebanyak 420 m3 per hari. Armada persampahan yang dimiliki Pemerintah Kota Ambon saat ini adalah berupa dump truk 15 unit; arm roll; truck 9 unit; pick up 9 unit; motor sampah 3 unit ; container 18 buah dan semua dalam kondisi baik. Disamping itu, juga tersedia 132 buah TPS dan 1 unit IPST seluas 5 Ha. Sampai dengan tahun 2010, terdap pengendalian kerusakan lingkunganat empat sekolah di kota Ambon yang merupakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan,. Peraturan Perundang-undangan di bidang konservasi sumberdaya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan yang telah direalisasikan sampai dengan tahun 2009 adalah sebanyak 2 (dua) buah. 2.3.1.9. Urusan Pertanahan Jumlah tanah yang terdaftar kantor Pertanahan Kota Ambon sejak 2006 hingga 2010 dan telah memiliki Sertifikat terbagi dalam beberapa katagori yaitu tanah Hak Milik. Tanah Hak Guna Bzngunan dan dan tanah Hak Pakai. Mengenai jumlah jumlah dan luasnya seperti terlihat pada Tabel II.24. Tabel II.24. Rekapitulasi Tanah Terdaftar Terhitung mulai 2006 sampai dengan 2010. Unit Kerja HM
Luas (m2) 4.472.276
Kantor Pertanahan Kota 8.2888 Ambon Sumber : Kantor Pertanahan Kota Ambon, 2011 Keterangan : HM : Hak Milik HGU : Hak Guna Bangunan HP : Hak Pakai
Jumlah Tanah Terdaftar HGU Luas (m2) 864 793 139
H 206
Luas (m2) 379 999
2.3.1.10. Urusan Pemberdayaan Perempu an dan Perlind ungan Anak Persentase rata-rata partisipasi perempuan di lembaga pemerintah dan lembaga swasta di kota Ambon dari tahun 2006 hingga 2010 cukup meningkat. Pada tahun 2006 rata-rata tingkat partisipasi adalah 55,05%, sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 79.65%. Rasio kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2006 adalah 4 kasus. Sedangkanm pada tahun 2010 meningkat menjadi 6 kasus Pemberdayaan perempuan dalam masyarakat dan desa, terlihat stabil yaitu 50 kelompok binaan LPM, sedangkan rata-rata jumlah kelompok binaan PKK cukup meningkat, yaitu tahun 2006 terdapat 50 kelompok, sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 92 kelompok. Jumlah LSM yang kaitf selama lima yahun terakhir ini juga tetaptidak berubah yaitu 50 LSM yang terdapat di kota Ambon. PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 23
Tabel II.25. Indikator Pemberdayaan Perempuan
No.
1 2
3 4 5
INDIKATOR
Sat.
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
%
55,05
76,79
74,18
73,33
79,65
Kasus
4
4
5
7
6
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kelompok Binaan LPM Kel Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PK Kel Jumlah LSMyang Aktif LSM Sumber : BPMPKB Kota Ambon Tahun 2011
50 50 50
50 63 50
50 74 50
50 87 50
50 92 50
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Presentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah dan Lembaga Swasta Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
2.3.1.11 Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Rata-rata keluarga di kota Ambon telah berpartisipasi melaksnakan program pemerintah. Yaitu program keluarga berencana. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh dari kantor BKKBN kota Ambon sejak tahun 2006 hingga 2010, terlihat bahwa rata-rata jumlah anak dalam satu keluarga hanya 2 -3 orang. Sedangkan rasio Alseptor KB
dari tahun 2006 hingga tahun 2010 mengalami peningkatan. Persentase jumlah
keluarga pra sejahtera mengalami penurunan, persentase jumlah keluarga sejahtera tahap I mengalami penurunan, . persentase jumlah keluarga sejahtera tahap II mengalami kenaikan, persentase jumlah keluarga sejahtera tahap III mengalami kenaikan, persentase jumlah keluarga sejahtera tahap III plus juga mengalami kenaikan. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang tinggal di rumah yang tidak layak huni juga mengalami kenaikan. Hal ini jelas terlihat pada Tabel II.26. Tabel II.26. Indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. INDIKATOR
Sat.
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Rata-rata Jumlah An ak per Keluarga Anak Rasio Akseptor KB Akseptor Presentase J umlah Keluarga Prasejahtera % Presentase J umlah Keluarga Sejahtera % Tahap I Presentase Ju mlah Keluarga Sejahtera % Tahap II Presentase Ju mlah Keluarga Sejahtera % Tahap III Presentase Ju mlah Keluarga Sejahtera % Tahap III plus Keluarga yang Tinggal di Rumah tid ak KK Layak Huni Sumber : BPMPKB Kota Ambon Tahun 2011
2006
2007
TAHUN 2008
2 694 15,56 26,34
3 684 13,11 24,02
3 657 9,09 22,60
3 708 9,55 21,81
3 747 8,81 21,31
31,27
31,95
35,03
35,14
35,93
18,13
19,05
22,15
22,33
22,56
10,86
11,87
11,13
11,15
11,41
4.754
5.017
5.294
5.585
6.382
2009
2010
2.3.1.12. Urusan Sosial
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 24
Jumlah penduduk yang masuk dalam katagri keluarga fakir miskin selama empat tahun terakhir ini kelihatannya mengalami penurunan, sedangkan jumlah lanjut usia terlantar mengalami peningkatan. Hal ini jelas terlihat pada Tabel II.27. Tabel II.27. Indikator Urusan Sosial No.
INDIKATOR
TAHUN 2008
Sat
Sosial 1 Keluarga Fakir Miskin 2 Keluarga yang Tinggal di Rumah tidak Layak Huni 3 Lanjut Usia Terlantar 4 Jumlah Anak Terlantar Sumber : Dinas Sosial Kota Ambon,
2006
2007
org org
-
1.180/10.123 -
org org 2011
-
200/1.431 -
2009
2010
990/9.133 -
990/8.143 -
100/8.043 -
-
282/1.149 -
152/997 50/940
2.3.1.13. Urusan Ketenagakerjaan Indikator tingkat partisipasi angkatamn kerja selama lima tahun terakhir di kota Ambon, mengalami peningkatan. Hal ini terlihat bahwa tahun 2006 tingkat partisipasi adalah 163.471 orang, dan tahun 2001 meningkat menjadi 199.472 orang. Kesempatan kerja juga mengalami peningkatan yaitu tahun 2006 terdapat 1.623 orang, sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 2.974 orang. Persentase tingkat pengangguran selama lima tahun terakhir (2006 – 2011) mengalami penurunan. Tahun 2006 tingkat partisipasi pengangguran adalah 12.17%, sedangkan tahun 2011 menurun menjadi 7.23%. Persentase penyerapan tenaga kerja mengalmi sedikit peningkatan, yaitu tahun 2006 adalah 0.99%, sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 1.49% (Tabel II.28)
Tabel II.28. Indikator Urusan Ketenagakerjaan No.
INDIKATOR
Sat. 2006
Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Orang 163.471 Angkatan Kerja (TPAK) 2 Kesempatan Kerja Orang 1.623 3 Presentase Tingkat % 12,17 Pengganguran Terbuka 4 Presentase Penyerapan % 0,99 Tenaga Kerja Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Ambon, 2011 1
2007
TAHUN 2008
2009
2010
171.203
176.894
184.790
192.016
2.198 10,75
2.417 10,06
2.638 9,48
2.793 8,13
1,28
1,37
1,43
1,45
2.3.1.14. Urusan Kop erasi Usaha Kecil dan Menengah Indikator Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Ambon dari tahun 2006 hingga 2010 cukup meningkat, tahun 2006, jumlah koperasi di kota Ambon adalah 525 unit yang terdiri dari 388 unit koperasi aktif, adan 137 koperasi tidak aktif. Pada tahun 2010, jumlah koperasi meningkat menjadi 705 untit yang terdiri dari 578 koperasi aktif dan 127 koperasi tidak aktif.
Jumlah UKM non BPR/LKM juga
meningkat,Usaha kecil dan usaha menengah juga meningkat. Hal ini jelas dapat dilihat pada Tabel II.29.
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 25
Tabel II.29. Status koperasi di Kota Ambon No.
INDIKATOR
Sat.
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah 1 Jumlah Koperasi Unit 2 Koperasi Aktif Unit 3 Koperasi Tidak Aktif Unit 4 Jumlah UKMnon BPR/LKM UKM UKM 5 Usaha Kecil UK 6 Usaha Menengah UM 7 Jumlah BPR/LKM LKM Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kota Ambon, 2011
2006
2007
525 388 137 1.114 1.114 201
590 459 131 1.157 1.157 508
TAHUN 2008 2009 636 505 131 1.175 1.173 397
664 531 133 1.256 1.190 66 307
2010 705 578 127 1.122 1.056 88 307
2.3.1.15. Uru san Penanaman Modal Pembangunan daerah merupakan peran multi pihak, bukan saja Pemerintah malainkan juga peran swasta dan masyarakat. Investasi swasta dan masyarakat saat ini menjadi penting, mengingat keterbatasan dana yang dimiliki Pemerintah maupun didorong oleh perubahan paradigma pembangunan dewasa ini dimana modal sosial (social capital), baik swasta maupun masyarakat menjadi elemen penting dalam menggerakan pembangunan. Investasi di Kota Ambon tahun 2010, meliputi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). 1) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Target Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Ambon tahun 2010 (Tabel II.34) adalah 10 proyek senilai Rp.412.037.700.000,- yang akan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 974 orang. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 2010 adalah 10 proyek juga dengan nilai investasi mencapai Rp.532.170.020.000,-, yang menyerap 572 tenaga kerja. Nilai realisasi investasi PMDN tahun 2010 ini mengalami penurunan 0,41% jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar Rp.Rp.534.378.890.000. Bidang usaha yang menyerap investasi besar adalah Jasa Lainnya sebesar Rp.443.370.000.000,- (83,3%). Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja, usaha Perikanan menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu 317 tenaga kerja (56,6%). 2) Penanaman Modal Asing (PMA) Target Penanaman Modal Asing di Kota Ambon tahun 2010 (Tabel II.35) adalah 14 proyek senilai US$ 436.062.040,- yang akan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 10.846 orang dan tenaga kerja asing sebanyak 122 orang. Realisasi Penanaman Modal Asing tahun 2010 adalah 14 proyek dengan nilai investasi adalah US$ 41.252.220 atau 10,57% dari target, sedangkan penyerapan tenaga kerja Indonesia adalah 1.705 orang atau 15,7% dari target dan tenaga kerja asing adalah 19 orang atau 15,6% dari target. Bidang usaha untuk penanaman modal asing ini adalah Perikanan, Pariwisata, dan Jasa Lainnya. Nilai realisasi investasi PMAtahun 2010 ini sama dengan nilai investasi tahun 2009
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 26
Tabel .II.30. Rencana dan Realisasi Proyek PMDN di Kota Ambon Menurut Bidang Usaha (uta Rupiah) Tahun 2010 Rencana No.
Bidang Usaha
1
Proyek
Listrik, Gas, dan
Investasi
Realisasi Tenaga Kerja
Proyek
(Juta Rp.)
Indonesia
Asing
1
133.287,67
92
-
1
Investasi
Tenaga Kerja
(Juta Rp.)
Indonesia
Asing
33.322,00
15
-
Air 2
Industri Kimia
1
400,00
40
-
1
500,00
60
-
3
Industri Lainnya
1
20.944,65
40
-
1
30.066,90
60
-
4
Pengangkutan
1
4.798,27
68
-
1
3.526,72
50
-
5
Perhubungan
1
50.000,00
104
-
1
5.000,00
10
-
Darat 6
Jasa Lainnya
2
202.400,00
280
-
2
443.370,00
60
-
7
Perikanan
3
20,711,00
350
-
3
16.384,40
305
12
Jumlah 2010
10
412.037,70
974
0
10
532.170,02
560
12
Jum lah 2008/2009
10
434.636,59
1.090
26
10
534.378,89
604
12
Sumber: BPMD Provinsi Maluku pada BPS Kota Ambon Tahun 2010
Tabel II. 31. Rencana dan Realisasi Proyek PMA di Kota Ambon Menurut Bidang Usaha (US$ 000) Tahun 2010 Rencana Bidang Usaha
Poyek
1
Perikanan
2 3
No.
Investasi
Realisasi Tenaga Kerja
Poyek
Investasi
(US$ 000)
Indonesia
5
21.378,00
2.663
86
5
14.042,00
160
8
Pariwisata
1
3.000,00
8
1
1
600,00
10
-
Jasa
8
411.684,04
8.175
35
8
26.610,33
1.535
11
14
436.062,04
10.846
122
14
41.252,22
1.705
19
14
433.362,04
122
11
41.252,33
Asing
(US$ 000)
Tenaga Kerja Indonesia
Asing
Lainnya Tahun 2010 Jumlah 2008/2009
10.459
1.705
19
Sumber: BPMD Provinsi Maluku pada BPS Kota Ambon Tahun 2010.
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan 2.3.2.1. Pertanian a. Produktivitas palawija, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan perkebunan Pertanian di kota Ambon masih mengandalkan pertanian palawija, sayuran dan buah-buahan Tanaman palawija yang dikembangkan meliputi jagung, ubi kayu, kacang tanah, keladi dan ubi jalar. Produksi tertinggi PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 27
palawija terjadi pada tahun 2009 sebesar 7,33 ton/Ha , sedangkan produksi terendah pada tahun 2006 sebesar 5,75 ton/Ha. Adanya peningkatan produksi palawija setiap tahun, menunjukkan adanya perbaikan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitasnya. Pengembangan kegiatan pertanian sayur-sayuran sangat beragam di kota Ambon, yang meliputi sayuran daun : kubis, sawi, kangkung dan bayam; serta sayuran buah : kacang panjang, ketimun, terong, tomat, buncis , labu siam, cabe. Jenis tanaman sayuran daun dengan produksi tertinggi pada tahun 2010 adalah sawi dengan jumlah produksi 3828,49 ton pada areal seluas 232,03 Ha. Sedangkan produksi terendah adalah kubis dengan jumlah produksi sebesar 336 ton pada areal seluas 11,20 Ha. Produksi tertinggi untuk sayuran buah pada tahun 2010 adalah buncis dengan jumlah produksi 666,18 ton pada areal seluas 46,75 Ha. Sedangkan produksi terendah adalah labu siam dengan jumlah produksi 14,40 ton pada areal seluas 1,20 Ha. Produktivitas sayuran (sayuran daun) tertinggi pada tahun 2010 sebesar 17,12 Ton/Ha, sedangkan produktivitas terendah sebesar 13,92 % terjadi pada tahun 2006. Produktivitas sayuran (sayuran buah) tertinggi sebesar 12,18 Ton/Ha terjadi pada tahun 2009, sedangkan produktivitas terendah pada tahun 2006 sebesar 10,35 ton/Ha. Kegiatan pertanian untuk jenis tanaman buah-buahan yang dikembangkan di kota Ambon meliputi buah nenas, pisang, jambu biji, alpukat, gandaria, langsat dan salak. Sampai dengan tahun 2010 produktivitas buah-buahan tertinggi adalah 9,8 Ton/Ha. Produksi buah-buahan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana produktivitasnya hanya 6,08 Ton/ha. Tabel II.32. Produktivitas Pertanian di Kota Ambon Tahun 2006 – 2010
No
Indikator
2006
2007
2008
2009
2010
Ton/Ha
5,75
5,81
7,14
7,33
7,23
Sayur an daun
Ton/Ha
13,92
16,55
16,63
16,66
17,12
Sayur an buah
Ton/Ha
10,75
10,91
10,91
12,18
11,06
Buah-buahan
Ton/Ha
5,76
5,84
5,92
6,08
9,8
1
Palawi ja
2
Sayuran
3
Tahun
Satuan
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
b. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sektor pertanian merupakan salah satu sektor primer dalam struktur PDRB dan juga merupakan salah satu sektor yang sifatn.ya padat karya karena menyerap banyak tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Ambon cukup signifikan, dimana pada tahun 2006 menyumbang 18,04 persen P DRB dan tetap stabil sampai dengan tahun 2010 dimana menyumbang 17,56 persen PDRB. Tabel. II.33. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kota Ambon Tahun 2006-2010 TAHUN SEKTOR Pertanian
SATUAN Persen
2006
2007
2008
2009
2010
18,04
17,70
17,38
17,28
17,56
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
c. Jumlah Konsumsi daging dan telur PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 28
Jumlah konsumsi daging di kota Ambon sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 188.284 ekor, sedangkan jumlah konsumsi daging terendah pada tahun 2006 sebesar 67,758 ekor.
Produktivitas telur
tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 5.344.785 Kg, sedangkan terendah pada tahun 2006 sebesar 2.095.632 Kg. kondisi ini menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir terjadi peningkatan mutu ternak yang lebih baik sehingga dapat mengkontribusi produk yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat kota. Tabel. II.34. Produktivitas Daging dan Telur di Kota Ambon Tahun 2006-2010 No
Indikator
1
Daging
2
Telur
Satuan
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
Ekor
67.758
90.945
85.519
112.992
188.284
Kg
2.095.632
3.492.720
3.181.420
4.453.988
5.344.785
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
2.3.2.2. Kehutanan Sektor kehutanan
sebagai penggerak perekonomian nasional perlu dikembangkan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan adaya perubahan paradigma pembangunan kehutanan kini yakni pemanfaatan hutan dari usaha yang monopolistic dengan mengutamakan pengelolaan hutan skala besar menuju pengelolaan hutan yang partisipatif dan demokratis dengan mengakomodasikan usaha skala kecil dan menengah. Oleh karena itu pemanfaatan hutan harus didistribusikan secara berkeadilan melalui peningkatan peran serta masyarakat sehingga masyarakat semakin berperan dalam pembangunan sector kehutanan. Kondisi hutan/lahan yang tidak dikelola secara tepat akan memberikan dampak negative terhadap keberlanjutannya, sehingga perlu adanya pemulihan terhadap hutan/ lahan kritis tersebut`. Persentase hutan di kota Ambon sebesar 35,77 %, sedangkan persentase lahan kritis yang telah direhabilitasi di kota Ambon berturut-turut dari tahun 2006-2010 sebesar 4,17 %; 1,06 %; 6,59 % dan 9,84 %. 2.3.2.3. Energi dan Sumber daya Mineral Konstribusi sektor energi dan sumber daya mineral terhadap PDRB Kota Ambon relatif sangat rendah, hal ini disebabkan karena kondisi Kota Ambon yang tidak potensial bagi aktifitas penambangan dan penggalian. Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel. II.35. Tabel. II.35. Kontribusi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap PDRB Kota Ambon Tahun 2006-2010 SEKTOR
SATUAN
Pertambangan dan Penggalian
Persen
2006 0,12
TAHUN 2007 2008 0,11 0,11
2009 0,11
2010 0,12
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
2.3.2.4. Pariwisata Sejak lama Kota Ambon terkenal dengan julukan Ambon Manise memiliki panorama indah dengan obyek wisata (alam dan budaya) yang tersebar pada 5 kecamatan baik di darat/pegunungan, pantai maupun lautan, menjadi perhatian wisatawan baik lokal maupun asing. Objek wisata di Kota Ambon sampai dengan PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 29
tahun 2010 berjumlah 69 objek wisata, meliputi wisata alam laut 31 objek, wisata alam darat 13 objek, wisata budaya Upacara Adat 1 objek, wisata budaya Sejarah 23 objek dan wisata budaya Olahraga 1 objek (Tabel II.36). Pada sisi lain jumlah kunjungan wisatawan asing di Kota Ambon tahun 2010 adalah 4.584 orang. Jika dibandingkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung di tahun 2009 sebanyak 1.841 orang, maka pada tahun 2010 terjadi penambahan jumlah wisatawan asing sebesar 149% yang berkunjung ke Kota Ambon. Sementara itu wisatawan domestik yang berkunjung ke Kota Ambon tahun 2010 adalah 18.620 orang. Jika dibandingkan jumlah wisatawan domestik yang berkunjung di tahun 2009 sebanyak 8.720 orang, maka pada tahun 2010 terjadi penambahan jumlah wisatawan domestik sebesar 114% yang berkunjung ke Kota Ambon. Tabel. II.36. Objek Wisata Kota Ambon Tahun 2010
Kecamatan Nusaniwe Sirimau Teluk Ambon TA. Baguala Leitimur Selatan Jumlah 2010
Jenis Objek Wisata Alam Budaya Laut Darat Upacara Sejarah Olahraga Adat 15 2 2 1 3 1 9 4 2 4 1 1 2 11 5 6 31 13 1 23 1
Jumlah
20 13 10 4 22 69
Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Ambon, 2011
Sementara itu, fasilitas untuk mendukung usaha pariwisata di Kota Ambon cukup tersedia. Kota Ambon tahun 2010 terdapat 35 hotel, dimana 12 diantaranya (34%) adalah hotel berbintang, dan 31 penginapan. Selain itu terdapat juga: (a) 55 biro/ agen perjalanan, (b) 73 sarana rekreasi dan hiburan meliputi 44 karaoke, 12 café, 10 rumah billiard, dan 7 rumah game ketangkasan, (c) 172 rumah makan/ restoran, (d) 37 rumah kopi, (e) 77 salon, (f) 13 tempat penjualan souvenir, dan (g) 6 balai pertemuan. 2.3.2.5. Kelautan dan Perikanan Perairan Kota Ambon yang sebagian besar adalah perairan pesisir
dan laut memiliki sumberdaya
perikanan yang potensial ditinjau dari besaran stok maupun peluang pemanfaatan dan pengembangannya. Sektor perikanan mempunyai potensi yang strategis mengingat kondisi geografis Kota Ambon sebagai kota di pulau kecil yang dikelilingi dengan teluk dan pesisir pantai. Aktivitas sektor ini memegang peranan penting dalam perekonomian Kota Ambon. Sumbangan sektor perikanan pada PDRB Kota Ambon tahun 2009 (atas harga konstan tahun 2000) mencapai 88,15% dari konstribusi Sektor Pertanian dan merupakan 15,13% dari total PDRB Kota Ambon. Potensi sumberdaya perikanan yang ada di Kota Ambon terdiri dari kelompok jenis ikan (fishes ) dan kelompok jenis non ikan (non fishes). Sumberdaya ikan terdiri dari ikan pelagis, ikan demersal dan ikan karang. Sumberdaya non ikan antara lain udang, rumput laut, kepiting bakau, porifera, teripang dan kerangkerangan (molusca). Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2006 - 2010, total potensi kelompok ikan adalah 79,460 ton/bulan atau 953.520 ton/tahun, dengan potensi lestari adalah 39.730 ton/bulan atau 476.760 ton /tahun
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 30
Aktivitas perikanan di Kota Ambon didominasi oleh perikanan tangkap disamping perikanan budidaya yang akhir-akhir ini mulai berkembang dengan sumberdaya ikan sebagai potensi perikanan unggulan. Sumberdaya ikan ini meliputi ikan pelagis, ikan demersal dan ikan karang. Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2010, kelimpahan stock ikan pelagis di Kota Ambon adalah 2.091,3 ton/bulan, dengan nilai potensi lestari mencapai 1.045,7 ton/bulan. Pemanfaatan ikan pelagis ini tahun 2010 mencapai 361,50 ton/bulan. Dengan demikian peluang pemanfaatan ikan pelagis di perairan Kota Ambon tahun 2010 adalah 684,2 ton/bulan dari potensi lestarinya. Gambaran kelimpahan stock perikanan di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel II.37. Tabel II.37. Kelimpahan Stock, Potensi Lestari (MSY) serta Pemanfaatannya Ikan Pelagis di Perairan Kota Ambon Tahun 2006 – 2010 Wilayah Ekologis Perairan Teluk Ambon Dalam Teluk Ambon Luar Teluk Baguala Selatan Kota Ambon Total Kota Ambon
Sumber:
Kelimpahan Stock (Ton/ bulan)
Potensi Lestari (Ton/ bulan)
58,5
Pemanfaatan (Ton/ Bulan)
Peluang Pemanfaatan (Ton/ Bulan)
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
29,3
14,7
14,9
15
15,2
15,5
14,6
14,4
14,3
14,1
13,8
392,0
196,0
156,7
157,0
157,7
158,0
159,0
39,3
39
38,3
38,0
37,0
24,2
12,1
179,3
5,0
5,1
5,3
5,7
7,3
7,1
7,0
6,8
6,4
1.616,6
808,3
355,5
179,5
180
180,6
181,3
629
628,8
628,3
627,7
627,0
2.091,3
1.045,7
355,5
356,4
357,8
359,1
361,50
690
689,3
687,9
686,6
684,2
Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2011 .
Kelimpahan stock ikan pelagis meliputi ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Kelimpahan stock ikan pelagis besar (tuna dan cakalang) berada pada wilayah perairan Selatan Kota Ambon. Sementara itu kelimpahan stock untuk ikan pelagis kecil tersebar di Teluk Ambon Dalam, Teluk Ambon Luar, Teluk Baguala dan perairan Selatan Kota Ambon. Spesies ikan pelagis kecil yang telah dimanfaatkan adalah ikan teri/puri (Stolephorus spp dan Encrasicholime spp), tembang/make (Sardinella spp), selar/kawalinya (Selar crumenophthalamus dan Selaroides spp), layang/momar (Decapterus spp), tongkol/komu ( Auxis thazaad ),
kembung/lema (Rastreliger spp), peperek (Leioghnathus spp), lompa (Thryssa spp), dan ikan terbang (Cypselurus spp). Tabel II.37 menunjukkan kelimpahan stock ikan demersal di Kota Ambon adalah 240,2 ton/tahun, dengan nilai potensi lestari mencapai 120,1 ton/bulan. Pemanfaatan ikan demersal mencapai 31,9 ton/bulan tahun 2006; 34,1 ton/bulan tahun 2007; 35,1 ton/bulan tahun 2008: 45,9
ton/bulan tahun 2009; dan 36,8
ton/bulan tahun 2010. Dengan demikian peluang pemanfaatan ikan demersal di perairan Kota Ambon adalah 88,2 ton/bulan tahun 2006; 86 ton/bulan tahun 2007; 85 ton/bulan tahun 2008; 84,2 ton/bulan tahun 2009; dan 83,3 ton/bulan tahun 2010. Potensi sumberdaya ikan demersal terbesar terdapat pada perairan selatan Kota Ambon dengan kelimpahan stock mencapai 180,1 ton/bulan dan peluang pemanfaatan adalah 79,5 ton/ bulan pada tahun 2010. Spesies ikan demersal yang terdapat di perairan Teluk Ambon Dalam antara lain ikan kakap (Lutjanus spp), biji nangka (Parupeneus spp), kapas-kapas (Gerres spp), kerapu (Epinephelus spp), dan lentjam (Lethrinus spp). Untuk wilayah perairan Teluk Ambon Luar, spesies ikan demersal yang potensial dalam hal PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 31
pemanfaatan dan sasaran pengembangannya adalah ikan kakap merah (Etelis spp., Lutjanus spp), Silapa (Pristipomoides spp), Kerapu (Epinephelus spp, Cephalopholis spp), Napoleon (Cheilinus undulatus), dan
biji nangka (Parupeneus spp, Mulloidichthys spp). Spesies ikan demersal yang potensial untuk perairan Teluk Baguala adalah ikan Silapa (Pristipomoides spp), Kakap merah (Lutjanus spp), dan Kerapu (Epinephelus spp dan Cephalopholis spp).
Spesies ikan demersal yang memiliki potensi pengembangan sangat besar di wilayah perairan selatan Kota Ambon relatif sama dengan perairan Teluk Ambon Luar dan Teluk Baguala. Tabel II.38. Kelimpahan Stock, Potensi Lestari (MSY) serta Pemanfaatannya Ikan Demersal di Perairan Kota Ambon Tahun 2006-2010
Wilayah Perairan Teluk Ambon Dalam Teluk A -bon Luar Teluk Baguala Selatan Kota Ambon Total Kota Ambon
Kelo pahan Stok (Ton/ Bulan)
Potensi Lestari (Ton/ bulan)
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
0
0
9,8
9,8
9,8
9,8
9,8
-
-
-
-
0
47,4
23,7
10,0
10,9
11,2
11,5
11,7
13,7
12,8
12,5
12,2
12,0
12,7
6,4
3,2
3,9
4,3
4,5
4,8
3,2
2,5
2,1
1,9
1,6
180,1
90,0
8,9
9,5
9,8
10,1
10,5
81,1
80,5
89,2
79,9
79,5
240,2
120,1
31,9
34,1
35,1
45,9
36,8
88,2
86
85
84,2
83,3
Pemanfaatan (Ton/ Bulan)
Peluang Pemanfaatan (Ton/ Bulan)
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2011.
Jenis ikan karang yang ada di perairan Kota Ambon meliputi ikan karang konsumsi dan ikan karang hias. Berdasarkan Tabel II.38, potensi sumberdaya ikan karang konsumsi di Kota Ambon adalah 22,7 ton/ha, dengan nilai potensi lestari mencapai 11,35 ton/ha. Pemanfaatan ikan karang konsumsi ini tahun 2010 mencapai 2,49 ton/ha. Dengan demikian peluang pemanfaatan ikan karang konsumsi di perairan Kota Ambon tahun 2010 adalah 8,86 ton/ha. Potensi sumberdaya ikan karang konsumsi terbesar terdapat pada perairan selatan Kota Ambon dengan potensi mencapai 9,7 ton/ha dan peluang pemanfaatan adalah 3,86 ton/ha. Potensi sumberdaya ikan karang hias di Kota Ambon adalah 77.128 individu/ha, dengan nilai potensi lestari mencapai 38.564 individu/ha. Pemanfaatan ikan karang hias ini tahun 2010 mencapai 7.717 individu/ha. Dengan demikian peluang pemanfaatan ikan karang hias di perairan Kota Ambon tahun 2010 adalah 30.847 individu/ha. Potensi sumberdaya ikan karang hias terbesar terdapat pada Teluk Ambon Luar dengan potensi mencapai 32.376 individu/ha dan peluang pemanfaatan adalah 12.948 individu/ha tahun 2010. Tabel II.39. Potensi Sumberdaya Ikan Karang Kategori Konsumsi (Ton/Ha) dan Ikan Hias (Individu/Ha) di Perairan Kota Ambon Tahun 2006-2010 Jumlah Spesies
Potensi
Po-tensi Lestari
65
8,0
90
Ikan Konsumsi
Wilayah Perairan
Kate-gori Ikan
Teluk Ambon Luar
Ikan Konsumsi Ikan Hias
Teluk Baguala Selatan Kota Ambon
Pemanfaatan
Peluang Pemanfaatan
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
4,0
0,3
0,5
0,7
0,8
0,9
3,7
3,5
3,3
3,2
3,1
32.37
16.188
3,224
3,230
3,235
3,238
3.240
12,964
12,958
12,953
12,950
12.948
26
5,0
2,5
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
2,3
2,2
2,1
2,0
1,9
Ikan Hias
44
23.24
11.620
2,310
2.318
2,320
2,324
2.325
1,310
9,302
9,300
9,296
9.295
Ikan Konsumsi
60
9,7
4,85
0,79
0,90
0,95
0,97
0,99
4,06
3,95
3,9
3,88
3,86
Ikan Hias
84
21.52
10.756
2,129
2,137
2,150
2,151
2.152
8,627
8,619
8,606
8,605
8.604
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 32
Total Kota Ambon
Ikan Konsumsi Ikan Hias
-
22,7
11,35
1,29
1,7
2,05
2,27
2,49
10,06
9,65
9,3
9,08
8,86
-
77.13
38.564
7,663
7,685
7,705
7,713
7.717
30,901
30,879
30,859
30,851
30.847
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2011.
Sementara itu, produksi ikan di Kota Ambon dalam tahun 2006-2009 adalah sebesar 10.872,43 ton tahun 2006; 19.919,51 ton tahun 2007; 22.343,60 ton tahun 2008; dan 24.576,20 ton tahun 2009. Produksi ikan pada tahun 2009 tersebar pada 5 kecamatan meliputi: Kecamatan Nusaniwe sebesar 8.928,60 ton, Kecamatan Sirimau sebesar 5.924,30 ton, Kecamatan Teluk Ambon sebesar 4.633,90 ton, Kecamatan Teluk Ambon Baguala sebesar 1.303,40 ton, dan Kecamatan Leitimur Selatan sebesar 3.786 ton. 2.3.2.6. Perdagangan a. Kontribusi sektor perdagangan (perdagangan, hotel dan restoran) terhadap PDRB Sektor perdagangan yang terdiri dari sub sektor perdagangan, sub sektor perhotelan dan sub sektor restoran, memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap PDRB Kota Ambon disamping sektor jasa. Kondisi ini menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran, tidak terlepas dari upaya Pemerintah Kota Ambon yang telah menciptakan iklim usaha yang kondusif serta kemudahan dalam berusaha kepada masyarakat. Tabel. II.40. Kontrbusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap PDRB Kota Ambon SEKTOR
SATUAN
Perdagangan, Hotel dan Restoran
2006 24,03
Persen
TAHUN 2007 2008 24,16 24,31
2009 24,46
2010 24,49
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
2.3.2.7. Perind ustrian a. Kontribusi sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Sektor Industri pengolahan memberikan kontribusi yang cukup terhadap PDRB Kota Ambon disamping sektor jasa. Kondisi ini menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Ambon juga dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor Perindustrian,. Meningkatnya pertumbuhan sektor perindustrian selama lima tahun terakhir ini,i tidak terlepas dari upaya Pemerintah Kota Ambon yang telah menciptakan iklim usaha yang kondusif serta kemudahan dalam berusaha kepada masyarakat. Tabel II.41. Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Kota Ambon TAHUN SEKTOR Industri Pengolahan
SATUAN Persen
2006 2,03
2007 2,09
2008 2,14
2009 2,18
2010 2,13
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
2.4. Aspek Daya Saing Daerah Daya saing merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah.
Suatu daya saing merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
II- 33
pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
2.4.1 Kemampuan Ekon omi Daerah Pada fokus kemampuan daerah ini menguraikan pengeluaran riil perkapita, struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, serta analisis share terhadap pertumbuhan ekonomi.
a.
Struktur Ekonomi
Perekonomian Kota Ambon dalam lima tahun terakhir Atas Dasar Harga Konstan didominasi oleh sektor Jasa-Jasa, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Pertanian sebagai salah satu sektor primer khususnya pada tahun 2006, sedangkan kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2006, adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, diikuti oleh sektor Jasa-Jasa, serta sektor Pertanian. Secara khusus, pada tahun 2010, kontributor terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan didominasi oleh sektor Jasa-Jasa yang menyumbang sebesar 26,25% diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang sebesar 24,49%, sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang menyumbang sebesar 20,21%, serta sektor Pertanian yang menyumbang sebesar 17,56%.
b.
Pengeluaran Riil
Dari hasil perhitungan diperoleh gambaran rata-rata pengeluaran riil/pengeluaran perkapita disesuaikan penduduk Kota Ambon tahun 2010 adalah sebesar Rp 402.654 pertahun. Angka ini lebih tinggi dibanding keadaan tahun 2009 yang Rp 332.648 pertahun. Dibanding dengan pencapaian pengeluaran riil yang ideal sebesar Rp 737.720, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan penduduk Kota Ambon untuk memenuhi penghidupan yang layak masih jauh dari terget seharusnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan manusia di Kota Ambon harus difokuskan terutama pada peningkatan pembangunan ekonomi baik dari segi laju pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan hasil-hasilnya. 30 Pertanian 25 Pertambangan dan Penggalian 20 Industri Pengolahan 15 Listrik, Gas, dan Air Bersih 10 Bangunan 5
0
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
II- 34