PITA UKUR
Pengertian Pita Ukur Pita ukur, sering disebut meteran atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol. Panjangnya bervariasi dari 20m, 30m, 50m,dan 100m. Kegunaan utama atau yang umum dari meteran ini adalah untuk mengukur jarak atau panjang. Kegunaan lain yang juga pada dasarnya adalah melakukan pengukuran jarak, antara lain : 1. mengukur sudut baik sudut horizontal maupun sudut vertikal atau lereng, 2. membuat sudut siku-siku, dan 3. membuat lingkaran. Spesifikasi Alat Meteran mempunyai spesifikasi antara lain : 1. Satuan ukuran yang digunakan. Ada 2 satuan ukuran yang biasa digunakan, yaitu satuan Inggris (inch, feet, yard) dan satuan metrik ( mm, cm, m) 2. Satuan terkecil yang digunakan mm atau cm, inch atau feet 3. Daya muai, yaitu tingkat pemuaian akibat perubahan suhu udara 4. Daya regang, yaitu perubahan panjang akibat tegangan atau tarikan 5. Penyajian angka nol. Angka atau bacaan nol pada meteran ada yang dinyatakan tepat di ujung awal meteran dan ada pula yang dinyatakan pada jarak tertentu dari ujung awal meteran. Daya muai dan daya regang meteran dipengaruhi oleh jenis meteran, yang dibedakan berdasar-kan bahan yang digunakan dalam pembuatannya Jenis Meteran 1. Pita ukur dari kain (Metalic cloth) Meteran ini terbuat dari kain linen dan ayaman kawat halus dari tembaga atau kuningan. Sifat alat ini adalah : - Fleksibel - Mudah rusak - Pemuaian besar, sehingga ketelitiannya rendah 2. Pita Ukur Baja (Steel tape), terbuat dari bahan baja Sifat alat ini adalah : - Agak kaku - Tahan lama - Tahan air - Pemuaian lebih kecil , sehingga ketelitiannya tergolong agak teliti 3. Pita Ukur Baja Aloy (Steel alloy), terbuat dari campuran baja dan nikel Sifat meteran ini adalah : - Hampir tidak dipengaruhi suhu, pemuaianya hanya 1/3 dari meteran baja, jadi alat ini lebih teliti - Tahan lama dan tahan air Cara Menggunakan Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran ini dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk hasil yang lebih akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut : a. Lakukan oleh 2 orang b. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik yang pertama c. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik meteran selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca angka meteran yang tepat di titik tersebut. Teknik ini mempunyai keterbatasan pada pengontrolan besar sudut yang di peroleh dari hasil pengukuran dari kedua titik.
Kesalahan-Kesalahan Pengukuran Menggunakan Pita Ukur a. Kesalahan yang Bersumber dari Pengukur : 1. Pita ukur tidak betul-betul mendatar 2. Pelurusan yg kurang sempurna 3. Panjang pita ukur tidak standart 4. Kesalahan dlm menghitung jumlah bentangan 5. Kesalahan membaca pita ukur dan pencatatanya b. Kesalahan yang Bersumber pada Pita Ukur : Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi standar lagi. Untuk itu perlu dilakukan kalibrasi dengan pita ukur standar. c. Kesalahan yang Bersumber pada Keadaan Alam : 1. Kesalahan yang disebabkan oleh temperatur. 2. Unting-unting tidak benar-benar vertikal karena faktor angin, gangguan yang lain
THEODOLITE
Pengetian Theodolite Theodolite atau theodolit adalah instrument/alat yang dirancang untuk menentukan tinggi tanah pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut-sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan. Teodolit merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Dalam pekerjaan-pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90°. Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan/pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat. Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi. Teleskop pada theodolite dilengkapi dengan garis vertikal, stadia tengah, stadia atas dan bawah, sehingga efektif untuk digunakan dalam tacheometri, sehingga jarak dan tinggi relatif dapat dihitung. Dengan pengukuran sudut yang demikian bagus, maka ketepatan pengukuran yang diperoleh dapat mencapai 1 cm dalam 10 km. Pada saat ini alat seperti alat theodolit sudah diperbaiki dengan menambahkan suatu komponen elektronik. Komponen ini akan menembakkan beam ke objek yang direfleksikan kembali ke mesin melalui cermin. Dengan menggunakan komponen alat survey seperti alat theodolit tersebut pengukuran jarak dan tinggi relatif hanya berlangsung beberapa detik saja. Bila komponen tersebut ditempatkan pada bagian atas alat theodolite, maka disebut electronic distance measurers (edm), namun bila merupakan satu unit tersendiri maka disebut automatic level atau theodolite total station. Persyaratan Pengoperasian Theodolite Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb : 1. Sumbu ke I harus tegak lurus dengan sumbu II/vertical (dengan menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya). 2. Sumbu II harus tegak lurus Sumbu I. 3. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II (Sumbu II harus mendatar).
4. 5. 6. 7.
Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu (kesalahan indeks vertical sama dengan nol). Apabila ada nivo teropong, garis bidik harus sejajar dengan nivo teropong. Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II (Garis bidik tegak lurus sumbu kedua/mendatar).
Jenis Theodolite Macam teodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal tiga macam yaitu : 1.Theodolite Reiterasi Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap, sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius. Theodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type To (Wild) dan type DKM-2A (Kern). Lihat skema konstruksinya ! 2.Theodolite Repetisi Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius. Akibat dari konstruksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0 dapat ditentukan ke arah bidikkan/target yang dikehendaki. Teodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha), TL 6-DE (Topcon), Th-51 (Zeiss). Lihat skema konstruksinya ! Macam teodolit menurut sistem pembacaannya : 1.Teodolit sistem bacaan dengan Index Garis 2.Teodolit sistem bacaan dengan Nonius 3.Teodolit sistem bacaan dengan Micrometer 4.Teodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi 5.Teodolit sistem bacaan dengan Digital Macam teodolit menurut skala ketelitian : 1.Teodolit Presisi (Type T3/Wild) 2.Teodolit Satu Sekon (Type T2/Wild) 3.Teodolit Sepuluh Sekon (Type TM-10C/Sokkisha) 4.Teodolit Satu Menit (Type To/Wild) 5.Teodolit Sepuluh Menit (Type DK-1 / Kern) Nama-Nama Bagian Theodolit Secara umum, konstruksi teodolit terbagi atas tiga bagian : 1. Bagian Atas, terdiri dari : a)Teropong / telescope b)Lingkaran skala tegak c)Nivo tabung d)Nivo kotak e)Sekrup okuler dan obyektif f)Sumbu mendatar ( sb. II ) g)Sekrup gerak vertical h)Sekrup gerak horizontal i)Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal j)Sekrup pengunci teropong k)Sekrup pengunci sudut vertical l)Sekrup pengatur menit dan detik m)Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertical Bagian atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
2. Bagian Tengah, terdiri dari : a)Penyangga bagian atas b)Sekrup micrometer c)Sumbu tegak (sb. I) d)Nivo kotak / Nivo tabung e)Sekrup gerak horizontal Bagian tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g. 3. Bagian Bawah, terdiri atas : a)Lingkaran skalamendatar b)Sekrup repetisi c)Tiga sekrup penyetel nivo kotak d)Tribrach e)Kiap f)Unting – unting g)Statif / Trifoot h)Sekrup pengunci pesawat dengan statif Bagian bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus. Pengoperasian Theodolite 1)Penyiapan Alat Theodolite Cara kerja penyiapan alat theodolit antara lain : 1.Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan 2.Tinggikan setinggi dada 3.Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan 4.Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi 5.Kuatkan (injak) pedal kaki statif 6.Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar 7.Letakkan theodolite di tribar plat 8.Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite 9.Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut. 10.Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut. 11.Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic. 12.Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding. 13.Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha index tersebut. Cara-Cara Penyetelan Theodolite 1. Dirikan statif sesui dengan prosedur yang ditentukan. 2. Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan peawat dan sekrup pengunci di kepala statif. 3. Stel nivo kotak dengan cara: · Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser kearah garis sekrup C. (lihat gambar a)
· Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah (lihat gambar b) · Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung. Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (A,B,C), maka caranya adalah: · Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B (lihat gambar a) · Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat gambar a) · Putarlah teropong 90º ke arah garis sekrup C (lihat gambar b) · Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah. · Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah Langkah Perhitungan Perhitungan Jarak 1. Jika memakai sudut vertikal (zenith) : · Do = (BA-BB) x100 x sin V, jarak optis · Do = (BA-BB) x 100 x sin2 V, jarak datar 2. Jika memakai sudut vertikal (elevasi) · Do = (BA-BB) x 100 x cos V, jarak optis · Do = (BA-BB) x100 x cos2 V, jarakk datar Perhitungan Beda Tinggi (∆h) 1. Jika memakai sudut vertical (zenith) : ∆h = ta + dh – BT 2. Jika memakai sudut vertical (elevasi) : ∆h = ta + (dh x tan V) – BT Perhitungan Ketinggian TPx = TP1 + ∆h Keterangan : TP1 = ketinggian titik pesawat Kesalahan Pengukuran Menggunakan Theodolit a. Kesalahan yang Bersumber dari Pengukur : 1. Pengaturan alat tidak sempurna (temporary adjustment) 2. Salah taksir dalam pembacaan 3. Salah catat. b. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kesalahan yang Bersumber pada Theodolite : Jarum kompas tidak benar - benar lurus. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada porosnya. Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi). Garis skala 0° - 180° atau 180° - 0° tidak sejajar garis bidik. Letak teropong eksentris. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.
c. Kesalahan yang Bersumber pada Keadaan Alam : 1. Deklinasi magnet. 2. Atraksi lokal. Spesifikasi Digital Theodolit Sokkia DT-240 Spesifikasi Telescope Magnification: 30X Display Resolution (selectable) H & V: 1"/5",0.2/1mg, 0.005/0.02mil Accuracy (ISO 12857-2 1997): 2" Display: LCD, 8 digits x 2 lines w/backlight Display location: On both faces
Compensator: Dual-axis compensator, working range ±3" (±55 mgon) Dust and water protection: IP66 (IEC60529) Weight with handle and battery: 4.7kg (10.3lb.) Battery: LR14/C batteries x2 Continuous use with alkaline batteries: Approx. 75 hours
WATERPASS
Pengertian Waterpass Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan. Waterpass memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa okuler, dan penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banya tanah yang dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga memerlukan payung untuk menutupi cahaya matahari. Cara kerja Yang diamati dilapangan adalah pembacaan : bentang tengah (BT), bentang bawah (BB) bentang atas (BA) Angka angka pada BT, BB, BA dapat kita baca pada rambu yang ditegakan pada strat pot (patok kayu yang diberi paku payung) melalui water pass yang telah distel. 1. pasang la trifood statif(kaki 3) setinggi dada juru ukur 2. pasang water pass pada kaki 3 3. aturlah alat ukur sehingga nivo kotak tepat ditengah, dengan menggunakan 3 buah skrup penyetel 4. Intip lensa okuler, fokuskan pada tiang (objek) yang akan diukur 5. Catat ketinggian tiang 6. Ulangi langkah yang sama pada tempat yang akan dicari selisih ketinggiannya Setelah melakukan pengukuran di lapangan, maka kita dapat membuat tabel hasil pengukuran dan mendapatkan gambar hasil kontur tanahnya. Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah : 1. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama. 2. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap. 3. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka. 4. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari. 5. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang. 6. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m. 7. Saat terbaik pengukuran pagi jam 06.00 - 11.00 siang jam 15.00 - 18.00 Jenis Waterpass Alat ukur waterpas dapat di golongkan ke dalam beberapa jenis, yakni : 1. Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi satu, penyetelan kedudukan teropong di lakukan dengan tiga sekrup pengatur. 2. Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat di putar pada sumbu memanjangnya. 3. Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada jenis ini sumbu teropong dapat di setel dengan menggunakan sekrup pengungkit (tilting screw). 4. Type otomatis (automatic level), Pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan horizontal secara otomatis karena di dalamnya di lengkapi dengan prisma-prisma yang di gantungkan pada plat baja.
5. Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang di lengkapi dengan nivo, sedangkan cara menggunakannya cukup di pegang dengan tangan. Syarat Pengoperasian Waterpass Waterpas atau sipat datar bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di permukaan atas permukaan bumi secara teliti. Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Dalam geodesi, bidang ini dianggap sebagai bidang geoid, yaitu bidang equipotensial yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang equipotensial disebut juga bidang nivo. Bidang ini selalu tegak lurus dengan arah gaya berat di mana saja di permukaan bumi. Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi beberapa syarat tertentu, baik syarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi maupun syarat tambahan yang dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan pengukuran di lapangan. Adapun syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada umumnya adalah : Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar. Untuk mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum, digunakan nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis arah nivo pasti mendatar.Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m. Garis garis arah nivo tegak lurus sumbu I Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini penting sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat diseimbangkan dengan skrup ungkir ini. Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat vertikal, kemana pun teropong diputar, gelembung nivo akan tetap seimbang. Ini berarti garis bidik selalu mendatar karena garis bidik telah dibuat sejajar dengan garis arah nivo. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah dibuat tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur. Kesalahan-Kesalahan dalam Pengukuran Waterpass Walaupun sebelum pengukuran peralatan telah dikoreksi dan syarat-syarat lain telah terpenuhi, namun karena hal-hal yang tak terduga sebelumnya, kesalahan-kesalahan yang lain tetap dapat terjadi, yaitu: 1. Bersumber dari alat ukur, antara lain : a. Garis bidik tidak sejajar arah nivo Pada pengukuran dengan alat ukur waterpas, garis bidik harus dibuat sejajar dengan garis arah nivo agar hasil yang didapatkan teliti. Adapun jika garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo, kesalahan dapat dihilangkan dengan membuat jarak alat ukur ke rambu muka sama dengan jarak alat ukur ke rambu belakang. a. Kesalahan Titik Nol Rambu Kesalahan ini bisa terjadi dari pabrik, namun bisa pula terjadi karena alas rambu yang aus dimakan usia atau sebab yang lain. Pengaruh dari kesalahan ini apabila jumlah slag dibuat genap. b. Kesalahan Karena Rambu yang tidak Betul-Betul Vertikal Untuk menghindari kesalahan ini maka rambu harus betul-betul vertikal dengan cara menggunakan nivo rambu atau unting-unting yang digantungkan padanya. c. Kesalahan Karena Penyinaran yang Tidak Merata Sinar matahari yang jatuh tidak merata pada alat ukur waterpas akan menyebabkan panas dan pemuaian pada alat waterpas yang tidak merata pula, khususnya nivo teropong, sehingga pada saat gelembung seimbang, garis arah nivo tidak mendatar dan garis bidik juga tidak mendatar. Untuk menghindari keadaan semacam ini sebaiknya alat ukur dipayungi agar tidak langsung terkena sinar matahari. 2. Bersumber dari si pengukur, antara lain : a. Kurang paham tentang pembacaan rambu Untuk menghindari kesalahan ini, pembacaan dikontrol dengan koreksi 2BT=BA+BB b. Kesalahan karena mata cacat atau lelah Untuk menghindari kesalahan ini sebaiknya mata yang cacat menggunakan kacamata dan pengamatan dilakukan dengan mata secara bergantian. Mata yang sedang tidak digunakan untuk membidik juga tidak perlu dipejamkan atau dipicingkan.
c. Kondisi fisik yang lemah Untuk menghindari keadaan yang demikian, surveyor perlu istirahat di tengah hari, makan teratur dan selalu menjaga kondisi tubuh d.Pendengaran yang kurang 3. Bersumber dari alam, antara lain : a. Kesalahan karena kelengkungan permukaan bumi Kesalahan ini dapat diabaikan dengan membuat jarak rambu muka sama dengan jarak rambu belakang b. Kesalahan karena refraksi sinar Permukaan bumi diselimuti dengan lapisan-lapisan udara yang ketebalannya tidak sama karena suhu dan tekanan yang tidak sama. Hal ini akan mengakibatkan sinar yang sampai pada teropong dari obyek yang dibidik akan menjadi melengkung ke atas sehingga yang terbaca menjadi terlalu besar. c. Kesalahan Karena Undulasi Pada tengah hari yang panas antara pukul 11 sampai pukul 14 sering terjadi undulasi, yaitu udara di permukaan bumi yang bergerak naik karena panas (fatamorgana). Jika rambu ukur didirikan di tempat yang demikian, maka apabila dibidik dengan teropong akan kelihatan seolah-olah rambu tersebut bergerak bergelombanggelombang, sehingga sukar sekali untuk menentukan angka mana yang berimpit dengan garis bidik atau benang silang. Sehingga apabila terjadi undulasi sebaiknya pengukuran dihentikan. d. Kesalahan karena kondisi tanah tidak stabil Akibat kondisi tanah tempat berdiri alat atau rambu tidak stabil, maka setelah pembidikan ke rambu belakang, pengamat pindah posisi untuk mengamat ke rambu muka ketinggian alat atau statif akan mengalami perubahan sehingga beda tinggi yang didapat akan mengalami kesalahan. Untuk itu, hendaknya tempat berdiri alat dan rambu harus betul-betul stabil atau rambu rambu diberi alas rambu. Langkah Perhitungan Rumus beda tinggi antara dua titik : BT = BTB – BTA Keterangan : BT = beda tinggi BTA = bacaan benang tengah A BTB = bacaan benang tengah B Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus : BT = BA + BB / 2 Keterangan : BT = bacaan benang tengah BA = bacaan banang atas BB = bacaan benang bawah Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut : J = (BA – BB) x 100 Keterangan : J = jarak datar optis BA = bacaan benang atas BB = bacaan benang bawah 100 = konstanta pesawat Spesifikasi Waterpass Topcon AT-B4 Spesifikasi - Pembesaran Lensa : 24x - Ketelitian : 0.5 mm - Minimun Focus : 0.3 M