BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne, Rosasea, dan Miliaria adalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan pada kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat (ekrin). Rosacea merupakan kondisi kronis, yakni peradangan jangka panjang berupa, iritasi, kemerahan, pembengkakan, hyperplasia (penebalan kulit), dan jerawat yang terjadi di pipi, kelopak mata, hidung, dagu, dan dahi (Marwali, 2000). Belum diketahui secara pasti penyebab dari kondisi ini, namun perubahan pada kulit melibatkan pelebaran atau pembesaran pembuluh darah kecil di bawah permukaan kulit. Penyakit kulit yang sering terjadi pada anak adalah miliaria. Pada umumnya miliaria sering terjadi di daerah punggung, dahi, leher, bahu, dada, lipatan-lipatan kulit serta bagian tubuh yang berambut. Dan juga diperkirakan sekitar 80% penderita miliaria terjadi pada anak dibawah umur 5 tahun (Sugito, 2007). Pada gangguan kelenjar ekrin dan sebasea, klien akan
mengalami gangguan
integritas kulit, resiko infeksi akibat dari penyebaran virus, sehingga pada penderita akan mengalami gangguan rasa nyaman berupa nyeri, malaise. Dari situasi seperti dikemukakan diatas, maka sangatlah penting untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya acne, rosasea, miliaria dan menyediakan asuhan keperawatan pada penderita yang berkualitas serta dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dengan demikian kejadian acne, rosasea, miliaria dapat dicegah dan kematian akibat komplikasi acne, rosasea, miliaria dapat dikurangi.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah konsep kelainan kelenjar ekrin dan sebasea: Acne,Rosasea dan Miliria? 2. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada kelainan kelenjar ekrin dan sebasea: Acne,Rosasea dan Miliria? 1.3 Tujuan Tujuan Umum Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang tepat untuk kasus kelainan kelenjar ekrin dan sebasea: Acne,Rosasea dan Miliria Tujuan Khusus 1. Menjelaskan definisi acne, rosasea, dan miliaria
1
2. Menjelaskan klasifikasi acne, rosasea, dan miliaria 3. Menjelaskan etiologi acne, rosasea, dan miliaria 4. Menjelaskan patofisiologi acne, rosasea, dan miliaria 5. Menjelaskan manifestasi klinis acne, rosasea, dan miliaria 6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik acne, rosasea, dan miliaria 7. Menjelaskan penatalaksanaan acne, rosasea, dan miliaria 8. Menjelaskan komplikasi acne, rosasea, dan miliaria 9. Menjelaskan prognosis acne, rosasea, dan miliaria 10. Menjelaskan WOC 11. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan acne, rosasea, dan miliaria 12. Membuat kewirausahaan yang sesuai dengan kasus acne, rosasea, dan miliaria 1.4 Manfaat 1. Memahami konsep kasus kelainan kelenjar ekrin dan sebasea: acne,rosasea dan miliria 2. Memahmi asuhan keperawatan yang tepat pada kasus kelainan kelenjar ekrin dan sebasea: acne,rosasea dan miliria
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Ekrine dan Sebasea
Gambar 1.1 anatomi kelenjar ekrin dan sebasea (Sumber : anti-remed.blogspot.com) Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan tidak berujung pembuluh darah, saraf, dan kelenjar. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. 2.1.1
Kelenjar Ekrine Kelenjar ekrine atau kelenjar keringat merupakan kelenjar tubular bergelung
yang tidak bercabang, terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis, dan gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Bagian sekretori terletak di dalam dermis atau hipodermis bergabung membentuk masa tersendiri. Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan berkelok-kelok menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai permukaan kulit. Tempat bermuaranya disebut pori keringat. Kelenjar keringat ini membentuk suatu larutan hipotonik yang jernih dan encer serta mengandung banyak urea dan laktat. Kelenjar keringat juga membantu mempertahankan suhu tubuh. (Syaifudin, 2011). Terdapat dua macam kelenjar keringat : 3
1. Kelenjar keringat ekrin atau merokrin, tersebar di seluruh kulit tubuh kecuali kulup penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan, telapak kaki, dan dahi. Badan kelenjar terdapat antara perbatasan kulit ari dan kulit jangat. Saluran berbelok-belok keluar berada pada lapisan jangat, berjalan lurus ke lapisan epidermis dan bermuara pada permukaan kulit pada pori-pori keringat. Fungsi dari kelenjar
keringat
merokrin
adalah
mengatur
temperatur
permukaan,
mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik. 2. Kelenjar keringat apokrin, kelenjar keringat yang besar hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit puting susu, kulit di sekitar alat kelamin, dan dubur. Kelenjar ini terletak lebih dalam, saluran keluarnya berbelok-belok, kemudian lurus menuju epidermis, dan bermuara pada folikel rambut. Saluran apokrin mengosongkan sekresinya ke dalam folikel rambut di atas muara saluran sebasea. Sekresi apokrin tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna bagi manusia, tetapi kelenjar ini menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya mengalami dekomposisi oleh bakteri. Kelenjar apokrin membentuk zat putih seperti susu, kental berasal dari komponen-komponen organic. Kelenjar ini memulai aktivitas sekresinya pada usia pubertas (Syaifudin, 2011). 2.1.2
Kelenjar Sebasea Kelenjar sebasea meruapakn struktur lobular, terdiri dari sel-sel berisi lemak
yang berhubungan dengan folikel rambut dan bermuara dalam sebuah folikel rambut. Kelenjar ini tidak berhunbungan dengan folikel rambut tetapi saluran bermuara langsung ke permukaan kulit. Substansi berminyak yang disebut sebum disalurkan menuju saluran sentral dan dikeluarkan melalui saluran-saluran pilosebasea folikelfolikel rambut. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin. Kelenjar ini tidak terdapat pada kulit telapak kaki dan tangan dan terletak di dalam dermis. Aktivitasnya terutama diatur oleh hormonhormon androgenik (Syaifudin, 2011).
2.2 ACNE
4
2.2.1
Pengertian Acne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel
pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (Sjarif, 2007). Acne merupakan suatu peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea. Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun (Price&Wilson, 2005). 2.2.2
Klasifikasi Acne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan lainnya,
sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi untuk membedakannya. Beberapa peneliti atau penulis buku dermatologi mengemukakan klasifikasi yang berbeda. Klasifikasi secara klinik dapat berdasarkan : a. Tingkat keseluruhan (overall grading) Membagi berat ringannya acne berdasarkan ada/tidaknya peradangan (Pillsbury, 1963). b. Penghitungan Lesi Dalam usaha mengukur secara kuantitatif, Witkowski dan Simons menghitung lesi yang ada dan jumlah lesi tersebut dianggap sebagai suatu skor. Untuk penafsiran acne, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, Plewig dan Kligman membagi acne menjadi tiga tipe : 1. Acne tipe komedo 2. Acne tipe papulopustular 3. Acne Konglobata Acne tipe komedo dan papulopustular dibagi menjadi 4 tingkatan. I
: memiliki komedo, papula, pustula yamg kurang dari 10 buah pada salah satu sisi
wajah II : 10 hingga 20 komedo, papula atau pustula III : 25 – 50 buah IV : > 50 buah Sedangkan
acne
konglobata
selalu
merupakan
suatu
acne
yang
berat
(Plewig&Kligman,1975). c. Fotografi 5
Cook, dkk membagi tingkat ringan-beratnya acne secara garis besar (overall severity grade) berdasarkan fotografi yang diperkirakan lebih objektif dan teliti. Dibuat foto pada tiap tingkat kekerasan acne untuk dokumentasi dari keadaan masiing-masing penderita. Klasifikasi acne menurut American Academy of dermatology Concensus Conference of Acne Classification pada tahun 1990 di Washington D.C Komedo Papula/pustula RINGAN Beberapa-banyak <25 Beberapa <10 SEDANG Banyak dan/atau luas >25 Beberapa-banyak 10-30 BERAT Tidak bisa dianggap berat Banyak dan/luas >30 Tabel 1. J. AM.Acad.Derm.,March, 1991, 24 (3) : 495-500
Nodul Beberapa >10 Banyak >10
Klasifikasi yang dibuat oleh Plewig dan Kligman adalah sebagai berikut : a. Acne sejati -
Erupsi terbatas pada folikel kelenjar palit.
-
Erupsi dimulai dengan komedo kemudian pada fase yang lebih lanjut timbul peradangan.
Ada tiga macam acne sejati : 1). Acne vulgaris dan varietasnya (terdapat pada pubertas) : Acne tropikalis, acne fulminan, acne mekanika, pioderma fasial, acne pada punggung laki-laki dewasa. 2). Acne Venenata dan varietasnya (karena bahan-bahan dari luar) : Acne kosmetik, acne minyak rambut (pomade acne), acne klor, acne pekerjaan (occupational acne). 3). Acne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya : Solar comedones, acne radiasi sinar X,kobal. Acne ini ditandai dengan lesi beradang berupa pupula dan pustula. Penyebabya paling sering karena obat-obatan yodida dan bromida, INH, kortikosteroid, fenobarbital, trimetadion. b. Erupsi yang mirip acne (acneiform eruptions) (Plewig&Kligman, 1975) 2.2.3
Etiologi ACNE
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh. 1. Sebum Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak.
6
2. Bakteria Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini, yang terpenting yakni C.acnes, yang bekerja secara tak langsung. 3. Herediter Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit (glandula sebacea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne. 4. Hormon Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormone ini. Hormon androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Pada penyelidikan Pochi, Forstrom dkk. dan
Lim James didapatkan bahwa
konsentrasi testosterone dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, kadar testosterone plasma sangat meningkat pada penderita akne. Esterogen. Pada keadaan fisiologik, esterogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Esterogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormone gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum. Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologik, tak mempunyai efek terhadap aktivitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesterone dapat menyebabkan akne premenstrual. Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis. Pada tikus hormone tirotropin, gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hipofisis, sekresi sebum lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum diduga disebabkan oleh adanya suatu hormone sebotropik yang berasal dari lobus intermediate kelenjar hipofisis. 5. Diet Beberapa pengarang terlalu membesar-besarkan pengaruh makanan terhadap akne, akan tetapi dari penyelidikan terakhir ternyata diet sedikit atau tidak berpengaruh terhadap akne. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau 7
komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran untuk lemak yang kita makan. 6. Iklim Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas. Sinar ultraviolet (u.v.) mempunyai efek membunuh bekteri pada permukaan kulit. Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian dalam kelenjar palit. Sinar u.v. juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu menghilangkan sumbatan saluran polisebasea. Menurut Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20% tidak ada perubahan, dan 20% bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim panas bukan disebabkan oleh sinar u.v., melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut. 7. Psikis Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi beradang yang baru. Teori lain mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormone androgen dari kelenjar adrenal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat. 8. Kosmetika Pemakaian bahan-bahan komestika tertentu, secara terus menerus dalam kurun waktu lama, dapat menyebabkan sesuatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dengan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang sering menyebabkan akne ini terdapat pada berbagai krem muka seperti alas bedak (foundation), pelembab (moisturizer), krem penahan sinar matahari (sunscreen) dan krem malan (nightcreem) yang mengandung bahan-bahan seperti lanolin, petrolatum, minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butyl stearat, laurel alcohol, bahan-bahan pewarna merah D&C dan asam oleic). Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan akne tak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian bahannya. Suatu kosmetika dapat bersifat lebih komedogenik tanpa perlu mengandung suatu bahan yang istimewa, tetapi karena kosmetika tersebut memang mengandung campuran bahan yang bersifat komedogenik atau bahan dengan 8
konsentrasi lebih besar. Penyelidikan terbaru di Leeds tak berhasil menemukan hubungan antara lama pemakaian dengan jumlah kosmetika yang dipakai dengan hebatnya akne. 9. Bahan-bahan kimia Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erupsi yang mirip dengan akne (acneiform-eruption), seperti yodida, kortikosteroid, I.N.H, obat anti konvulsan (difenilhidantoin, fenobarbital dan trimetandion), tetrasiklin, dan vitamin B12. 10. Reaktivitas Disamping faktor-faktor diatas masih ada faktor “X” pada kulit yang merupakan faktor penting yang menentukan hebatnya akne. (Marwali, 2000) 2.2.4
Patofisiologi
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne : a. Kenaikan ekskresi sebum b. Adanya kreatinisasi folikel c. Bakteri d. Keradangan (inflamasi) a. Kenaikan ekskresi sebum Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Terdapat korelasi antara hebatnya akne dan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum ada dibawah pengaruh hormone androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormone androgen yang normal beredar dalam darah (testosterone) ke bentuk metabolic yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormone ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan poliferasi sel penghasil sebum. Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh respon organ akhir yang berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar palit terhadap kadar normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya ditemukan di beberapa tempat yang kaya akan kelenjar palit. Akne juga mungkin berhubungan dengan perubahan komposisi lemak. Sebum yang bersifat komedogenik tersusun dari campuran skualen, lilin (wax), ester dari sterol, kolesterol, lipid polar, dan trigliserida. Pada penderita akne, terdapat kecenderungan mempunyai kadar skualen dan ester lilin (wax) yang tinggi, sedangkan kadar asam lemak, 9
terutama asam linoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungannya dengan terjadinya hiperkreatinisasi pada saluran pilosebasea. 2. Keratinisasi folikel Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korneosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat disebabkan oleh : -
Bertambahnya produksi korneosit pada saluran pilosebasea Pelepasan korneosit yang tidak adekuat Kombinasi kedua factor diatas Bertambahnya produksi korneosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleik dalam sebum. Menurut Downing, akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi penurunan konsentrasi asam linoleik. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam linoleik setempat pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hyperkeratosis folikuler dan menurunkan fungsi barier dari epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus bahanbahan yang dapat menimbulkan peradangan. Walaupun asam linoleik merupakan unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada pathogenesis akne.
Kadar
sterol
bebas
juga
menurun
pada
komedo,
sehingga
terjadi
ketidakseimbangan antara kolesterol bebas dengan kolesterol sulfat, sehingga adhesi korneosit pada akroinfundibulumbertambah dan terjadi retensi hiperkreatosis folikel. 3. Bakteri Tiga macam mikroba yang terlibat pada pathogenesis akne adalah Corynebacterium acnes (Proprionibacterium acnes), Staphylococcus epidermis dan Pityrosporum ovale (Malassezia furfur). Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah Corynebacterium acnes, tetapi tidak ada hubungan antara jumlah bakteri pada permukaan kulit atau dalam saluran pilosebasea dengan derajat hebatnya akne. Tampaknya ketiga macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis akne. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup, sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam didalam folikel (resident bacteria) mengadakan eksasebasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut. Menurut hipotesis Saint-Leger, skualen yang dihasilkan oleh kelenjar palit dioksidasi didalam folikel dan hasil oksidasi ini menjadi penyebab terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel berkurang dan akhirnya terjadi kolonisasi Corynebacterium acnes. Bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen, sehingga oksigen dalam folikel tambah10
berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa akne hanya dapat terjadi pada beberapa folikel, sedangkan folikel yang lain tetap normal. 4. Peradangan Faktor yang menimbulkan peradangan pada akne belumlah diketahui dengan pasti. Pencetus
kemotaksis
adalah
dinding
sel
dan
produk
yang
dihasilkan
oleh
Corynebacterium acnes, seperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, dan neuramidase, memegang peranan penting pada proses peradangan. Faktor kemotatik yang berberat molekul rendah (tidak memerlukan komplemen untuk bekerja aktif), bila keluar dari folikel, dapat menarik lekosit nucleus polimorfi (PMN) dan limfosit. Bila masuk kedalam folikel, PMN dapat mencerna Corynebacterium acnes dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang bias menyebabkan kerusakan dari folikel pilosebasea. Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin. Bahan keratin yang sukar larut, yang terdapat di dalam sel tanduk, serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi non spesifik, yang disertai oleh makrofag dan sel-sel raksasa. Pada fase permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh Corynebacterium acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif (classical and alternative complement pathways). Respon pejamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibody terhadap Corynebacterium acnes juga meningkat pada penderita akne hebat (Marwali, 2000). 2.2.5
Manifestasi Klinis Bentuk lesi akne adalah polimorf. Lesi yang khas adalah komedo. Komedo
tertutup (whitehead) merupakan lesi obstruktif yang terbentuk dari lipid atau minyak yang terjepit dan keratin yang menyumbat folikel. Whitehead merupakan papula kecil berwarna keputihan dengan lubang folikuler yang halus sehingga umunya tidak terlihat. Komedo yang tertutup ini dapat berkembang menjadi komedo terbuka. Komedo terbuka dinamakan blackhead. Warna blackhead bukan terjadi karena kotoran melainkan karena akumulasi lipid, bakteri serta debris epitel (Brunner&Suddarth, 2001). Bila terjadi peradangan akan terbentuk papula, pustula, nodul, dan kista. Dan bila sembuh lesi dapat meninggalkan eritema dan hiperpigmentasi pascainflamasi, bahkan dapat terbentuk sikatrik seperti cetakan es yang atrofik dan keloid. Lesi terutama timbul di daerah yang banyak mempunyai kelenjar palit, seperti muka, punggung, dan dada. Dapat disertai rasa gatal, namun umunya keluhan penderita adalah keluhan estetis (Marwali, 2000).
11
Gambar 2. Papula
Gambar 3. Pustula
Gambar 4. Nodul
Gambar 5. Kista
(http://majalahkesehatan.com/jenis-jenis-jerawat/) Gambar 3. 2. Pustula Papula
2.2.6
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan ekskohleasi sebum Diagnosis acne ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyjmbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya berwarna hitam. 2. Pemeriksaan histopatologis Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa serbukan sel radang kronis di sekitar folikel polisebasea dengan massa sebum di folikel. 3. Pemeriksaan mikrobiologis Mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit. Dapat dilakukan secara lengkap namuun untuk menunjukkan tujuan penelitian, serta hasilnya sering tidak memuaskan. 4. Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula dilakukan untuk tujuan seperti pemeriksaan mikrobiologi. Pada acne vulgaris kadar asam lemak bebas meningkat karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya (Sjarif,2007). 2.2.7
Penatalaksanaan Penatalaksanaan acne meliputi usaha untuk mencegah
terjadinya erupsi
(preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor, baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras,hormonal,dll), maupun faktor eksternal (makanan, stres,musim) yang kadang tidak dapat dihindari oleh penderita. 1). Terapi Diet Meskipun pembatasan makanan terus dianjurkan dalam penanganan acne, diet tidak memainkan peranan yang utama dalam terapi. Penghindaran jenis atau produk12
makanan tertentu yang berkaitan dengan peningkatan intensitas acne, seperti cokelat, cola, gorengan atau produk susu harus digalakkan. 2). Higiene Kulit Pada kasus-kasus acne yang ringan, tindakan yang diperlukan mungkin hanya dengan membasuh muka dua kali sehari dengan sabun pembersih muka. Penggunaan krim atau produk kosmetik yang berbahan dasar minyak tidak dianjurkan. 3). Farmakoterapi Topikal Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas : - Benzoil Peroksida Preparat benzoil peroksida banyak digunakan karena preparat ini mengurangi lesi inflamasi dengan cepat dan berkelanjutan. Preparat tersebut mengurangi produksi sebum dan menguraikan sumbat komedo. Obat ini juga mempunyai efek antibakteri dengan menekan pertumbuhan Propionicbacterium acnes. Pada awalnya, benzoil peroksida menimbulkan kemerahan dan deskuamasi, tetapi kulit kemudian menyesuaikan dirinya secara cepat dengan pemakaian preparat tersebut. Kombinasi benzoil peroksida, benzoil eritromisin dan benzoil sulfur dapat dibeli dengan bebas di toko obat atau dengan resep di apotik. - Asam vitamin A Asam vitamin A (tretinoin) yang dioleskan secara topikal digunakan untuk menghilangkan sumbat keratin dari duktus pilosebaseus. Preparat ini akan mempercepat proses pergantian sel, menghilangkan komedo dan mencegah pembentukan komedo yang baru. Jadi, asam vitamin A merupakan preparat yang efektif untuk mengobati acne yang disertai pembentukan komedo. - Antibiotik Topikal Pemakaian antibiotik topikal akan menekan pertumbuhan Propionicbacterium acnes, menurunkan kadar asam lemak bebas pada permukaan kulit, menguarngi komedo, papula dan pustula, dan tidak menimbulkan efek samping sistemik. Preparat topikal yang mengandung tertrasiklin, klindamisin, eritromisin atau meklosiklin kerapkali digunakan (Bunner&Suddarth,2001). 4). Pengobatan Sistemik Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik di samping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik : 13
- Anti bakteri sistemik, tetrasiklin (250 mg-1 g/hari), eritromisin (4x250 mg/hari), doksisiklin, trimetoprim. - Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptro organ target di kelenjar sebasea, misalnya estrogen atau antiandrogen siproteron asetat. Pengobatan ini ditujukan untuk penderita wanita dewasa acne vulgaris beradang yang gagal dengan terapi lain. Kortikosteroid sistemik diberikan untuk menekan peradangan dan menekan sekresi kelenjar adrenal, misalnya prednison atau deksametason. - Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai anti keratinisasi. Isotretinoin merupakan derivat retinoid yang menghambat produuksi sebum sebagai pilihan pada acne nodulokistik atau konglobata yang tidak sembuh dengan pengobatan lain (Sjarif, 2007). 4). Terapi bedah Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut acne maeradang yang berat (sering menimbulkan jaringan parut baik secara hipertrofik maupun hipotrofik). Jenis bedah kulit disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi. - Bedah skalpel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol atau melakukan eksisi elips pada jaringan parut hipotrofik yang dalam. - Ekstraksi komedo. Komedo dapat dihilangkan dengan alat ekstraktor komedo. Dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah pengeluaran sebum atau pada nodulo kistik untuk drainase cairan isi yang mempercepat penyembuhan. Lokasi lesi pertama-tam dibersihkan dengan spons alkohol. Komedo kemudian ditusuk dengan jarum suntik ukuran-18 atau dengan ujung skalpel untuk membuka lubang folikel, melebarkannya dan mempermudah pengeluaran komedo. Mulut ekstaktor kemudian ditempatkan pada lesi, dan dilakukan penekanan langsung agar isi kelenjar yang menyumbat komedo dapat terpijat keluar lewat ekspresor. - Kriosurgesi, yaitu merupakan bedah beku dengan bubur CO2 atau N2 cair untuk mempercepat penyembuhan radang - Dermabasi atau disebut terapi abrasi dalam, dimana epidermis dan sebagian lapisan dermis superfisial dibuang sampai setinggi sikatrik (Bunner&Suddarth, 2001). 2.2.8
Komplikasi Komplikasi pada jerawat dapat terjadi dengan atau tanpa pengobatan, atau sebagai
efek samping pengobatan, komplikasi tersebut antara lain:
14
1. Gram-negatif folikulitis Sebuah letusan acne dapat terjadi ketika telah mendapatkan terapi antibiotik oral dalam jangka waktu yang lama. Ada pertumbuhan berlebih dari fermentasi laktosa bakteri gram-negatif, yang mengarah ke dangkal pustula. 2. Localized cellulitis Acne kista menjadi sangat meradang dan menyebabkan infeksi dari jaringan sekitarnya. 3. Jerawat conglobata Suatu bentuk jerawat nodular yang menyebabkan epitel berlapis di saluran sinus. Ini adalah bentuk jerawat yang paling parah, dengan nodul dalam besar, kista, abses, dan bekas luka parah. 4. Hiperpigmentasi Lesi jerawat akut yang telah memudar akan meninggalkan bintik hitam. 2.2.9
Prognosis Umumnya prognosis penyakit baik. Acne umunya sembuh sebelum mencapai usia
30-40 tahun. Jarang terjadi acne yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu di rawat inap di rumah sakit. Namun, jerawat dapat menghasilkan gangguan psikososial dan fisik yang lama (Sjarif, 2007).
15
2.2.10 WOC Acne
Faktor lingkungan -
Suhu lingkungan Kelembaban udara
Faktor genetik
Faktor Psikologi Stres s
Faktor Kimiawi Baha n Kimi
Faktor Hormon al Androge n Testosteron
Faktor makanan
Masa Haid
Kosmeti k
Faktor infeksi
- Makanan tinggi lemak - Makanan tinggi karbohidrat - Makanan beriodida tinggi
-
Enzim hialuronida se
Esterogen Progesterone
Faktor kemotakt ik
mikrokomed
Kontraksi kelenjar sebasea
Komed o
Aktivasi kelenjar sebasea
Asam linoleik
Lipas e
Memecah lemak asam lemak babas
Saraf kolinergik terangsang
Produksi sebum
C.acnes S.epidermi dis P.ovale
Folikel hiperkeratinisasi pada saluran pilosebasea
Penyumbatan saluran pilosebasea
Reaksi
16
Peradangan pada dinding folikel
Kerusakan integritas jaringan kulit
Akn e
Pustul, papul, nodus, kista Gangguan konsep diri
Terbentuk pus
Proses penyembuhan
Jaringan parut hiperpigmentasi
Nyeri Akut
Perubahan pada penampilan kulit di wajah
17
2.2.11 Asuhan Keperawatan 1. Study Kasus Pasien seorang perempuan bernama Nn. Y, berumur 22 tahun, datang pertama kali berobat pada tanggal 16 Juli 2007 dengan keluhan jerawat bertambah banyak dan besar selama 3 bulan terakhir ini. Pasien belum pernah berobat ke dokter kulit maupun dokter umum. Pasien pernah mencoba beberapa kali facial di salon dan memakai beberapa produk kosmetika yang ada di pasaran. Riwayat penyakit dahulu, sejak pasien duduk di bangku SMA sering berjerawat yang bersifat kumat-kumatan. Jerawat timbul bila pasien menjelang haid, kelelahan, dan menghadapi ujian. Pemeriksaan fisik tanda vital semua dalam batas normal. Pemeriksaan status dermatologis pada dahi tampak komedo tertutup, papul eritem, skar pitted, multipel dan tersebar. Dahi bagian pelipis kanan tampak beberapa nodul. Kedua pipi tampak komedo tertutup dan terbuka, papul eritem, skar pitted, multipel tersebar dengan beberapa pustul dan nodul. Pada hidung tampak komedo terbuka dengan papul eritem soliter, tampak adanya pus dan kemerahan. Dagu tampak komedo tertutup dan terbuka, beberapa pustul dan nodul. Pasien kadang mengeluhkan nyeri. 2. Pengkajian a.Identitas ( Data Biografi) Nama pasien
: Nn. Y
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 22 tahun
Suku / Bangsa
: Jawa, Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswi
Alamat
: Surabaya
b.
Keluhan utama : jerawat bertambah banyak dan besar selama 3 bulan terakhir ini
c.Riwayat penyakit sekarang : klien sering berjerawat sejak duduk di bangku SMA dan sifatnya kumat-kumatan. Dalam 3 bulan terakhir ini, jerawat bertambah banyak dan besar. Lalu klien memeriksakan dirinya ke dokter. Keadaan saat ini jerawat menyebar pada bagian pipi, hidung, dahi dan dagu d.
Riwayat penyakit dahulu : - sejak pasien duduk di bangku SMA sering berjerawat yang bersifat kumatkumatan. Jerawat timbul bila pasien menjelang haid, kelelahan, dan menghadapi ujian.
18
- Riwayat pemakaian kosmetik : pasien pernah mencoba beberapa kali facial di salon dan memakai beberapa produk kosmetika yang ada di pasaran. - Riwayat psikis : Jerawat timbul saat kelelahan dan menghadapi ujian. - Iklim : Suhu yang tinggi pada tempat tinggal klien (Surabaya) a.Pengk. Psikososiospiritual : Klien mengeluhkan tentang wajahnya dan merasa malu b.
Pemeriksaan fisik : a) B1 (Breathing) : b) B2 (Blood)
:-
c) B3 (Brain)
: Nyeri
d) B4 (Bladder)
:-
e) B5 (Bowel)
:-
f) B6 (Bone)
: Kerusakan integritas kulit yang ditandai adanya komedo
terbuka, papul eritem, skar pitted, nodul pada wajah>10 nodul, derajat sedang. c.Pemeriksaan diagnostik d.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, acne yang dialami klien termasuk acne komedonal.
3. Analisa Data No 1.
Data DS: Pasien mengeluh adanya
Etiologi
Problem
Penyumbatan duktus
Kerusakan
pilosebasea
integritas kulit
bintik-bintik di wajahnya dengan ukuran bervariasi dan bertambah banyak
pertumbuhan bakteri meningkat
selama 3 bulan terakhir DO: komedo terbuka, papul
komedo+pelepasan sel radang
eritem, skar pitted, nodul pada tempat-tempat 2.
predileksi DS: Pasien mengeluh tentang
papul, pustul, nodus dan skar Penyumbatan duktus
Ganguan konsep
pilosebasea
diri
jerawatnya dan merasa malu
pertumbuhan bakteri
DO:
meningkat 19
Pasien tampak murung, tidak bersemangat, lebih banyak menyendiri
komedo+pelepasan sel radang papul, pustul, nodus dan skar Proses penyembuhan (jaringan parut dan hiperpigmentasi)
Perubahan penampilan 3.
DS: Pasien mengeluh nyeri
kulit di wajah Penyumbatan duktus
Resiko Infeksi
pilosebasea
DO: Tampak adanya pus, kemerahan
Penurunan fungsi barier dari epitel Mudah ditembus bakteri Kolonisasi dan pertumbuhan bakteri meningkat
4.
DS : Pasien mengeluh nyeri
Penyumbatan duktus
Nyeri Akut
pilosebasea
DO : P = Jerawat yang meradang Q = Nyeri akut R = Nyeri pada bagian wajah yang mengalami peradangan dengan pus S = Skala 4 T = pada saat tertentu (kadang-kadang)
pertumbuhan bakteri meningkat komedo+pelepasan sel radang papul, pustul, nodus dan 20
kista Terbentuk pus Nyeri 4. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit 2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan kulit wajah 3. Resiko infeksi berhubungan dengan terbentuknya pus pada pustul 4. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan 5. INTERVENSI 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit Tujuan: Dalam jangka waktu 3 x 24 jam integritas kulit membaik Kriteria hasil: a. Luka sembuh b. Bekas luka yang minimal No 1.
Intervensi pemberian
Kolaborasi
Rasional antibiotik Untuk menghambat pertumbuhan
topical azitromisin tablet 1 × 500 mg bakteri selama 4 hari berturut-turut setiap 2.
bulan. Dorong klien untuk menghindari Mencegah penularan bakteri yang semua bentuk friksi (menyentuh, dapat memperparah infeksi pada menggaruk dengan tangan) pada lesi kulit
3.
kulit Anjurkan
pasien
untuk
dapat Perawatan
kulit
yang
benar
merawat kulit dengan bersih dan mengurangi resiko terakumulasinya benar. Dengan cara membasuh muka kotoran di kulit, menghilangkan dua kali sehari dengan sabun yang minyak dari permukaan kulit dan 4.
lembut. Motivasi
pasien
untuk
mengkonsumsi
makanan
mengandung
zink,
karbohidrat dan lemak
mencegah obstruksi kelenjar lemak. tetap Untuk memperlancar proses yang penyembuhan. rendah 21
5.
Monitoring kondisi kulit
Mencegah komplikasi lebih lanjut pada kulit sebagai dampak dari
6.
penyakit Kolaborasi pemberian asam vitamin Vitamin A dapat menghilangkan A
sumbatan
keratin
dari
duktus
pilosebaseus. 2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan kulit wajah Tujuan: Dalam waktu 3×24 jam konsep diri klien meningkat kembali Kriteria hasil: a. Pasien mengerti akan informasi yang diberikan b. Pasien mau berusaha demi kesembuhannya c. Pasien mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif No 1.
Dorong
Intervensi klien
mengungkapkan 2.
perasaan
dan dapat
mengurangi
beban
secara
persepsi tentang efek penyakitnya psikologis Dorong individu untuk bertanya Untuk menilai tingkat pengetahuan masalah,
penanganan, pasien
perkembangan 3.
Rasional untuk Dengan mengungkapkan perasaan,
dan
kesehatan. Berikan informasi
dan
dapat
prognosa masukan-masukan yang
memberikan baru
yang
bermanfaat bagi kesembuhannya dapat Meningkatkan pengetahuan pasien,
dipercaya dan diperkuat informasi agar berperilaku sehat dan mencegah yang 4.
telah
diberikan. perkembangan penyakit yang lebih
parah lagi Anjurkan untuk berbagi dengan Dengan mengungkapkan,
saling
individu tentang nilai-nilai dan berbagi, dapat mengurangi beban hal-hal yang penting untuk mereka
secara psikologis
3. Resiko infeksi berhubungan dengan terbentuknya pus pada pustul Tujuan: dalam waktu 3×24 jam tidak terjadi infeksi Kriteria hasil: a. b. c. d.
Luka sembuh Bekas luka minimal Pus berkurang/hilang Klien tidak mengeluh nyeri 22
No 1.
Intervensi Ajarkan pasien
Rasional dapat Memandirikan pasien terhadap tanda-
agar
mengidentifikasikan
perubahan tanda infeksi, agar pasien dapat
yang terjadi pada kulit sedini melakukan mungkin. 2.
pengobatan
secepat
mungkin ketika terjadi perubahan
pada kulitnya Demonstrasikan perawatan kulit Perawatan kulit yang benar (aseptic) (seperti rajin mencuci muka 2x mencegah infeksi yang berkelanjutan sehari,
tidak
meggosok-gosok
bagian kulit yang terdapat acne) dan tekankan pentingnya tehnik 3.
aseptik. Tekankan pentingnya diet nutrisi Nutrisi yang bagus meningkatkan yang bergizi untuk meningkatkan imunitas
4.
tubuh
terhadap
pemulihan perkembangan bakteri Jelaskan pada klien hal-hal yang Meningkatkan pngetahuan
pasien
dapat menimbulkan infeksi lain. agar berperilaku sehat yang mencegah Seperti
pertumbuhan
bakteri mencegah infeksi yang lebih parah
P.Acne, higiens kulit yang buruk
lagi
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan Tujuan : Setelah 3 X 24 Jam diberi tindakan, nyeri akut berkurang Kriteria hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang b. Skala nyeri turun c. Wajah pasien tampak rileks Intervensi : No Intervensi Rasional 1. Kolaborasi pemberian analgesik, Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan antibiotika, dan anti inflamasi mengurangi peradangan sehingga mempercepat sesuai indikasi 2. Menganjurkan
klien
penyembuhan untuk Mengurangi nyeri
mencari posisi yang nyaman ketika nyeri menyerang. 3. Evaluasi ulang skala
nyeri, Mengetahui ketidakefektifan intervensi
lokasi, intensitas dan frekuensi 2.3 ROSASEA
23
2.3.1
Definisi Rosasea
adalah
penyakit
kulit
kronis
pada
daerah
sentral
wajah
(yang
menonjol/cembung) yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi papul, pustul dan edema (Sjarif, 2007). Rosasea adalah penyakit kulit kronis yang terutama terdapat di muka bagian tengah (centre facial). Lokalisasinya terdapat pada hidung, pipi, dagu, dahi, dan glabela ditandai dengan adanya eritema dan teleangiektasi dan kadang-kadang disertai dengan peradangan. Pada waktu terjadinya peradangan terdapat papula, pustule, dan pembengkakan (Marwali, 2000). 2.3.2
Klasifikasi Fase eritema Episode eritema: 1. Stadium I : Eritema sedang yang menetap, disertai dengan teleangiektasi yang tersebar. 2. Stadium II
: Eritema menetap, banyak teleangiektasi, papula, pustula
3. Stadium III : Eritema hebat yang menetap disertai banyak teleangiektasi terutama pada hidung, papula, pustula, nodul dengan edema yang mirip plakat (Marwali, 2000). 2.3.3
Etiologi Etiologi rosasea belum diketahui, tapi ada beberapa faktor penyebab, diantaranya : 1. Makanan : kopi, teh panas, minuman keras, tembakau dan makanan pedas/banyak rempah-rempah dapat memperhebat rosasea. Alkohol merupakan salah satu penyebab rosasea. 2. Psikis : tidak terbukti bahwa kelainan psikis menyebabkan terjadinya rosasea. Bahkan rosasea dapat menyebabkan terjadinya neurosis dan depresi. 3. Farmasai (obat-obatan) : adanya peningkatan bradikinin yang dilepas oleh adrenalin pada saat kemerahan kulit flushing menimbulkan dugaan adanya peran berbagai obat, baik sebagai penyebab maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea. 4. Infeksi : Demodex Folliculorum dahulu dianggap berperan dalam etiologi rosasea, namun akhir-akhir ini mulai ditinggalkan. 5. Iklim (musim) : peran sinar ultraviolet yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah kulit penyebab eritema persisten masih terus diselidiki.
24
6. Imunologi : dari lapisan dermo-epidermal penderita rosasea ditemukan adanya deposit imunoglobulin, sedangkan di kolagen papiler ditemukan antibodi antikolagen dan antinuklear antibodi sehingga ada dugaan faktor imunologis pada rosasea (Sjarif, 2007). 2.3.4
Patofisiologi Rosasea merupakan penyakit kulit kronis yang terdapat di muka bagian tengah
(centre facial) yang terjadi akibat proses infeksi (peradangan). Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya peradangan, seperti : Infeksi Helicobaccer pylori pada saluran pencernaan yang menyebabkan hipersensitiasi syaraf sensori wajah melalui plasma kalikrein-klinin dan produksi bradikinin sehingga pembuluh darah kecil wajah mengalami vasodilatasi, lalu farmakologi: Corticosteroid yang menstimulasi adrenalin untuk mengeluarkan bradikinin, paparan sinar matahari menyebabkan kerusakan pembuluh darah kulit, konsumsi alcohol, makanan minuman panas,stress, dan olah Raga berat serta factor resiko: genetic,perempuan, menopause, dan berkulit putih merupakan pencetus terjadinya rosasea. Penyebab pasti dari rosacea tidak diketahui. Tapi ada sejumlah faktor yang mungkin terlibat. Namun, tidak satupun dari faktor-faktor ini telah pasti terbukti menjadi penyebabnya, seperti : 1. Pembuluh darah kecil di bawah kulit yang terkena mungkin menjadi 'bocor' abnormal. 2. Sebuah tungau kecil yang disebut follicularum demodex mungkin terlibat. Ia hidup tanpa bahaya pada kulit banyak orang tetapi telah ditemukan dalam jumlah yang lebih tinggi pada mereka dengan rosacea. 3. Abnormal reaksi kekebalan di kulit yang mengarah ke peradangan juga bisa merupakan pencetus terjadinya rosacea. 4. Genetika juga dapat terlibat sebagai rosacea yang dapat berjalan di beberapa keluarga. Dan penggunaan jangka panjang steroid krim di wajah dapat menyebabkan kondisi yang identik dengan rosacea.
2.3.5
Manifestasi Klinis Gejala klinik yang utama adalah: 1. Eritema (kemerahan)
25
Hal ini dapat terlihat mirip dengan sengatan matahari. 2. Teleangiektasi Ini adalah pembuluh darah kecil di bawah kulit yang dapat Anda lihat dan dapat menjadi cukup menonjol pada wajah. 3. Papula Papula berwarna merah muda berbentuk hemisfer dan tidak nyeri. 4. Pembengkakan Pembengkakan rosasea ada dua macam, yaitu pembengkakan yang bersamaan dengan episode akut yang hilang bila fase akut sudah dilampaui dan pembengkakan lokal yang merupakan suatu komplikasi dari suatu akne rosasea. 5. Pustula Gejala eritema yang menetap dan teleangiektasi merupakan dua gejala utama dan tetap ada antara episode akut dari proses inflamasi. Lokalisasi terutama pada pipi, hidung, dagu, dahi, dan glabela. Pustula hanya ditemukan pada seperlima dari penderita rosasea akut, sedangkan komedo tidak didapatkan (Marwali, 2000). 2.3.6
Penatalaksanaan Tidak ada obat untuk rosasea. Tujuan pengobatan adalah untuk mengidentifikasi dan
menghindari kemungkinan yang dapat memicu, dengan demikian mengurangi gejala. Dengan menjaga gejala harian untuk mengidentifikasi spesifik pemicu yang mungkin dimiliki. Pengobatan yang dilakukan antara lain: 1. Topikal a. Tetrasiklin, klindamisin, eritromisin dalam salep 0,5-2%. Eritromisin lebih baik hasilnya dibandingkan lainnya. b. Metronidasol 0,75% gel atau krim 2% efektif untuk lesi papul atau pustule. c. Imidasol sendiri atau dengan ketokonasol atau sulfur 2-5% dapat dicoba. d. Isotretinoin krim 0,2% juga bermanfaat. e. Antiparasit untuk membunuh D. Folikulorum, misalnya lindane, krotamiton atau bensoil bensoat. f. Kortikosteroid kekuatan rendah. Hanya dianjurkan pada stadium berat 2. Sistemik a. Tertrasiklin, eritromisin, doksisiklin, minosiklin dengan dosis yang sama dengan dosis acne beradang, memberikan hasil yang baik karena efek anmikroba dan anti inglamasinya. Dosis kemudian diturunkan bila lesi membaik. b. Isotretinoin dapat digunakan kecuali bila ada rosasea di mata. Penggunaannya harus diamati dengan ketat.
26
c. Metronidazol 2x500 mg/hari efektif baik stadium awal maupun lanjut. 3. Lainnya a. Sunblock dengan SPF 15 atau lebih dianjurkan dipakai penderita untuk menahan sinar UVA dan UVB b. Diet rokok, alcohol, kopi, pedas dapat dilakukan untuk mengurangi rangsangan eritem. c. Bedah kulit, sklapel atau dermabrasi untuk rinofima dan bedah listrik untuk telangiektasi (Sjarif, 2007). 2.3.7
Komplikasi - Rinofima - Inflamasi Okuler - Rosasea Limfedema (Sjarif, 2007)
2.3.8
Prognosis Rosasea umumnya persisten, berangsur bertambah berat melalui episode akut. Namun adapula yang remisi secara spontan.
27
2.3.9
WOC Rosasea
Faktor bakteri
Faktor farmakologi
Infeksi Helicobaccer pylori pada saluran pencernaan
Corticosteroid.
Hipersensitiasi syaraf sensori wajah melalui plasma kalikrein-klinin dan produksi bradikinin
Stimulasi bradikinin yang dikeluarkan oleh adrenalin
Faktor lingkungan
Paparan sinar matahari
Faktor makanan dan psikologi
Alcohol, makanan minuman panas,stress, olah Raga berat
Kerusakan pembuluh darah kulit
Vasodilatasi pembuluh darah kecil wajah
28
Faktor resiko
genetic,perempua n, menopause, kulit terang
Faktor aktivitas
Olahraga berat
Rosa Perubahan penampilan kulit di wajah
Gangguan citra tubuh
Eritema/kemerahan berkepanjangan pasa wajah
Pembuluh darah pada hidung dan pipi membengkak dan terlihat (telangiectasia)
Nyeri akut
Kulit menjadi sensitif
Terjadi peradangan, berupa benjolan kecil dan berwarna merah (menyebar ke hidung, pipi,dahi, dan dagu)
Kerusakan integritas kulit
29
2.3.10 Asuhan Keperawatan 1. Study Kasus Seorang perempuan berusia 31 tahun bernama Ny. M datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RSUD Tidar Magelang. Pasien mengeluhkan kulit wajahnya selalu tampak kemerahan terutama didaerah hidung dan pipi. Kulit wajahnya akan semakin memerah saat terkena terik sinar matahari, pada saat minum atau makan makanan yang panas dan makan makanan yang pedas. Selain itu pasien juga mengeluhkan timbulnya jerawat disekitar daerah tersebut. Pasien tidak memiliki riwayat alergi. Dari pemeriksaan terlihat kulit didaerah hidung dan pipi tampak kemerahan (eritem) dan terlihat banyak pembuluh darah yang melebar (telengiektasis) didaerah hidung. Selain itu juga terlihat beberapa papul dan pustule disekitar daerah pipi. Klien menderita rosasea stadium 3. 6. Pengkajian a.Identitas ( Data Biografi) Nama pasien
: Nn. M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 31 tahun
Suku / Bangsa
: Jawa, Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Magelang
b.
Keluhan utama : pasien mengeluh kemerahan pada wajahnya, dan timbul jerawat di sekitar daerah yang mengalami kemerahan
c.Riwayat penyakit sekarang : Kulit di daerah pipi dan hidung tampak kemerahan (eritem), terlihat banyak pembuluh darah yang melebar (telengiektasis) di daerah hidung, terlihat beberapa papul dan pustul. d.
Riwayat penyakit dahulu : - Penyakit imunologi : Pasien tidak memiliki riwayat alergi - Konsumsi obat-obatan : - Diet : sering minum dan makan yang panas dan makan pedas - Lingkungan : kulit wajah semakin memerah saat terkena terik sinar matahari
a.Pengk. Psikososiospiritual : Klien mengeluhkan tentang wajahnya dan merasa malu b.
Pemeriksaan fisik : g) B1 (Breathing) : h) B2 (Blood)
:-
30
i) B3 (Brain)
: Nyeri
j) B4 (Bladder)
:-
k) B5 (Bowel)
:-
l) B6 (Bone)
: Kerusakan integritas kulit yang ditandai dengan adanya eritema
di daerah hidung dan pipi, telengiektasis, papul dan pústula, bengkak (-) c.Pemeriksaan diagnostik 7. Analisa Data No 1.
Data DS:
Etiologi
Problem
Rosasea
Kerusakan
Pasien mengeluh adanya kemerahan pada wajah
integritas kulit Eritema/kemerahan berkepanjangan pada
DO:
wajah
Adanya benjolan kecil dan berwarna merah (menyebar ke hidung, pipi,dahi, dan dagu)
Pembuluh darah pada hidung dan pipi membengkak dan terlihat (telangiectasia) Kulit menjadi sensitif Terjadi peradangan, berupa benjolan kecil dan berwarna merah (menyebar ke hidung,
2.
DS:
pipi,dahi, dan dagu) Rosasea
Nyeri Akut
Pasien mengeluh nyeri di wajah DO: - Tampak
Eritema/kemerahan berkepanjangan pada wajah
eritema/kemerahan berkepanjangan pada wajah
Pembuluh darah pada hidung dan pipi 31
- Pembuluh darah pada
membengkak dan terlihat
hidung dan pipi
(telangiectasia)
membengkak dan terlihat - P = eritema dan telangiektasi pada rosasea Q = Nyeri akut R = pada daerah wajah yang terkena rosasea S = Skala 4 T = pada saat tertentu (kadang-kadang) 3.
Kulit menjadi sensitif
DS:
Rosasea
Pasien mengatakan malu
tubuh
karena wajahnya tampak
Eritema/kemerahan
merah-merah
berkepanjangan pada
DO: Pasien tampak murung,
Gangguan citra
wajah (hidung, pipi, dagu,dahi)
tidak bersemangat, lebih banyak menyendiri
Perubahan penampilan kulit di wajah
3. Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit 2. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder (rosasea) 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi dan eritema pada kulit yang mempengaruhi penampilan 4. Intervensi Keperawatan a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan dengan baik dalam 3x24 jam Kriteria hasil: a. Luka sembuh b. Bekas luka yang minimal Intervensi : No 1.
Intervensi Dorong klien untuk menghindari
Rasional Mencegah penularan bakteri yang 32
2.
semua bentuk friksi (menyentuh,
dapat memperparah infeksi pada lesi
menggaruk dengan tangan) pada
kulit
kulit Anjurkan
pasien
untuk
dapat Perawatan kulit yang benar
merawat kulit dengan bersih dan mengurangi resiko terakumulasinya 3.
benar Motivasi
pasien
untuk
kotoran di kulit tetap Untuk memperlancar
proses
mengkonsumsi obat dan makanan penyembuhan. 4.
yang mengandung cukup gizi Kolaborasi Pemberian antibiotik
Menghambat perkembangan bakteri
oral, terutama tetrasiklin atau doksisiklin b.
Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder (rosasea) Tujuan : Setelah 3 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (nyeri) berkurang Kriteria hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang b. Skala nyeri turun c. Wajah pasien tampak rileks Intervensi :
No Intervensi Rasional 1. Kolaborasi pemberian analgesik, Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan antibiotika, dan anti inflamasi mengurangi peradangan sehingga mempercepat sesuai indikasi 2. Berikan posisi yang nyaman 3. Evaluasi
ulang
skala
penyembuhan Mengurangi nyeri
nyeri, Mengetahui ketidakefektifan intervensi
lokasi, intensitas dan frekuensi c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi dan eritema pada kulit yang mempengaruhi penampilan Tujuan: Persepsi klien tentang dirinya kembali positif dalam 3x24 jam Kriteria hasil: a. Pasien mengerti akan informasi yang diberikan b. Pasien tampak percaya diri lagi c. Pasien mau berusaha demi kesembuhannya Intervensi : No 1.
Dorong
Intervensi klien
Rasional untuk Dengan mengungkapkan perasaan,
33
mengungkapkan 2.
perasaan
mengurangi
beban
secara
persepsi tentang efek penyakitnya psikologis Dorong individu untuk bertanya Untuk menilai tingkat pengetahuan masalah,
penanganan, pasien
perkembangan 3.
dan dapat
dan
kesehatan. Berikan informasi
dan
dapat
prognosa masukan-masukan yang
memberikan baru
yang
bermanfaat bagi kesembuhannya dapat Meningkatkan pengetahuan pasien,
dipercaya dan diperkuat informasi agar berperilaku sehat dan mencegah yang 4.
telah
diberikan. perkembangan penyakit yang lebih
parah lagi Anjurkan untuk berbagi dengan Dengan mengungkapkan,
saling
individu tentang nilai-nilai dan berbagi, dapat mengurangi beban hal-hal yang penting untuk mereka 2.4 2.4.1
secara psikologis
MILIARIA Definisi Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel
milier (E.C. Natahusada, 2007). Penyakit kulit yang sering terjadi pada anak adalah miliaria. Pada umumnya miliaria sering terjadi di daerah punggung, dahi, leher, bahu, dada, lipatan-lipatan kulit serta bagian tubuh yang berambut. Dan juga diperkirakan sekitar 80% penderita miliaria terjadi pada anak dibawah umur 5 tahun (Sugito, 2007). Miliaria sering tidak diperdulikan oleh banyak orang karena tidak berbahaya. Miliaria dalam bahasa awam sering dikenal dengan sebutan biang keringat adalah salah satu gangguan pada kulit akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat berupa bintik-intik merah yang timbul pada sekujur tubuh yang mengakibatkan rasa gatal dan panas, sehingga merangsang penderita untuk menggaruknya kuat-kuat. Namun bahayanya jika tempat yang gatal itu digaruk akan menimbulkan iritasi dan luka sampai meradang menjadi bisul akibat infeksi bakteri dan jamur. Miliaria juga merupakan respon terhadap udara yang lembab, faktor pakaian, bahan baju yang tidak menyerap peluh (Elandari, 2003). 2.4.2
Klasifikasi Berdasarkan lokasi tersumbatnya, miliaria terbagi dalam beberapa tipe, yaitu : 1. Miliaria Kristalina : sumbatan berada di stratum korneum 2. Miliaria Rubra
: sumbatan terletak di dalam epidermis 34
3. Miliaria Profunda : sumbatan ada di dalam dermo-epidermal junction (papilla dermis) (E.C natahusada, 2007). 2.4.3
Etiologi 1. Saluran keringat pada bayi masih imatur sehingga mudah pecah bila berkeringat, hal ini mengawali timbulnya miliaria 2. Daerah tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi. Miliaria terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat. Udara lembab mempengaruhi keratin di sekeliling lubang keringat yang mula-mula kering kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang keringat tertutup. 3. Keadaan demam atau aktivitas dan olah raga berlebihan 4. Selain itu, gangguan hormonal, obat-obatan dan paparan radiasi ultraviolet juga telah dilaporkan sebagai pencetus timbulnya miliaria 5. Bakteri seperti Staphylococcus epidermidis 6. Bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang keringat.
2.4.4
Patofisiologi Rangsangan utama pada miliaria adalah kondisi kelembaban dan panas yang tinggi yang menyebabkan keringat berlebihan. Terjadi occlusion kulit karena pakaian, perban, obat transdermal patch, hal ini dapat menyebabkan pengumpulan keringat pada permukaan kulit dan lapisan overhydration dari corneum. Orang yang rentan, termasuk bayi, yang kelenjar ekrinnya relatif belum matang, overhydration dari stratum corneum dianggap cukup untuk menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium. Jika kondisi lembab panas bertahan, individu terus memproduksi keringat berlebihan, tetapi tidak dapat mengeluarkan keringat ke permukaan kulit karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan kebocoran keringat ke permukaan kulit, baik di dalam dermis atau epidermis, dengan relatif anhidrosis. Ketika titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya, seperti dalam Miliaria crystallina, sedikit adanya peradangan, dan lesi tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya, di Miliaria rubra, kebocoran keringat ke lapisan subcorneal menghasilkan spongiotic vesikula dan sel inflamasi kronis periductal menyusup pada papiler dermis dan epidermis bawah. Dalam Miliaria profunda, terbentuknya dari keringat ke dermis papiler menghasilkan substansial, masuk kedalam periductal limfositik spongiosis dari saluran intra-epidermis. Residen bakteri kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, diperkirakan memainkan peran dalam patogenesis Miliaria. Pasien dengan35
Miliaria telah 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit sebagai subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat eksperimental. AcidSchiff berkala-positif bahan tahan diastase telah ditemukan di plug intraductal yang konsisten dengan substansi polisakarida ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan percobaan, hanya S epidermidis galur yang menghasilkan EPS dapat menimbulkan Miliaria. Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari acrosyringium diamati. Sebuah plug hyperkeratotic mungkin muncul untuk menghalangi eccrine saluran, tetapi sekarang ini diyakini menjadi terlambat perubahan dan bukan penyebab menimbulkan penyumbatan keringat. 2.4.5
Manifestasi Klinis a. Miliaria Kristalina -
Vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah berkeringat, misalnya karena hawa panas, menyerupai titik-titik air pada kulit dan tanpa eritem.
-
Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.
-
Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal.
b. Miliaria Rubra -
Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina, terdapat pada badan dan tempat-tempat atau gesekan pakaian.
-
Terlihat papul merah atau papul vesikuler ekstrafolikuler yang sangat gatal dan pedih.
-
Terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.
-
Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis.
c. Miliaria Profunda -
Biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai dengan adanya papul putih, keras, erukuran 1-3 mm, terutama terdapat pada badan dan ekstrimitas.
-
Pada gambaran histopatologis tampak saluran keringat yang pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang (E.C Natahusada, 2007).
2.4.6
Pemeriksaan Diagnostik 36
Tidak ada pemeriksaan khusus dan pemeriksaan laboratorium pada miliaria karena dari gejala klinik sudah dapat ditegakkan diagnosa. 2.4.7
Penatalaksanaan Kunci pengobatan miliaria adalah menmpatkan penderita di dalam lingkungan yang
digin, sehingga keringat bisa berkurang. Dalam kebanyakan kasus, ruam miliaria dapat diselesaikan tanpa intervensi. Namun, kasus yang parah dapat bertahan selama beberapa minggu dan menyebabkan kecacatan signifikan. Penanganan miliaria antara lain: 1. Hindari udara panas dan lembab yang bisa menyebabkan tambah berkeringat, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat. 2. Gunakan lotion calamin untuk mendinginkan dan mengurangi gatal (caladine termasuk lotion calamin) 3. Kompres dingin pada bagian miliaria apabila sangat gatal 4. Hindari kulit dari iritasi 5. Penggunaan steroid topikal dapat digunakan untuk mengurangi gatal 6. Beberapa obat local dapat diberikan untuk menghilangkan sumbatan, misalnya lanolin yang anhidrus, salep hidrofilik, talk untuk bayi, tepung kanji dan losio yang berisi 1% mentol dan gliserin dan 4% asam salisilat dalam alcohol 95%. 7. Pemberian vitamin C dosis tinggi dapat diberikan untuk mencegah atau mengurangi timbulnya miliaria. 8. Pemberian klorampenikol 2.4.8
Komplikasi Komplikasi yang tersering dari Miliaria adalah infeksi sekunder dan intoleransi
terhadap suhu lingkungan yang panas 1. Infeksi sekunder dapat terjadi berupa impetigo atau multiple diskret abses yang dikenal sebagai periporitis staphylogenes 2. Intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas terjadi ditandai dengan tidak keluarnya keringat bila terpapar suhu panas, lemah, fatique, pusing bahkan pingsan. 2.4.9
Prognosis Prognosis untuk pasien dengan miliaria adalah sangat baik.
37
2.4.10 WOC Miliaria
Faktor usia Balita
Saluran keringat mudah pecah
Faktor lingkungan Suhu dan kelembaban tinggi
Kreatinin disekitar lubang keringan menjadi lembab
Faktor aktivitas
Faktor lainnya
Faktor kimia
Faktor bakteri
Aktivitas meningkat, olahraga
Pakaian, perban,
Obat transdermal patch
Staphylococc us epidemidis
Produksi sebum meningkat
Lubang keringat tertutup
Pengumpulan keringat pada permukaan kulit
Kebocoran keringat
38
Sumbatan di permukaan kulit yaitu stratum korneum (lapisan kulit paling luar)
Miliaria kristalina Kerusakan integritas kulit
Adanya gelembung kecil berisi cairan jernih dan mudah pecah dengan penekanan, jarang disertai peradangan
Mili aria
Sumbatan di dalam epidermis
Miliaria rubra
Tampak bintil2 kemerahan, lesi dan disertai peradangan
Sumbatan di bagian dermo-epidermal juction
Miliaria profunda
Bintil2 berwarna putih dan keras, tanpa peradangan Gangguan konsep diri
Gatal dan perih Nyeri Akut
39
2.4.11 Asuhan Keperawatan Kasus An. M (umur 3 tahun) dengan jenis kelamin laki-laki, dibawa ibunya ke Poliklinik RSUD Soetomo. Pada kulitnya tampak bintil-bintil kemerahan, lesi, dan timbul papula. Ibu klien mengatakan bahwa si anak sering mengeluh gatal pada area yang tampak kemerahan yaitu di daerah paha,leher dan punggung. Klien tampak murung, tidak bersemangat, lebih banyak menyendiri 1. Pengkajian 1 Identitas
2
Nama
: An. M
Umur
: 3 tahun
jenis kelamin
: Laki-laki
pendidikan
: play group
alamat
: Surabaya
pekerjaan
:-
agama
: Islam
suku bangsa
: Jawa
Keluhan utama Klien mengeluh gatal dan kadang rasa panas.
3
Riwayat penyakit saat ini Pasien sudah merasakan rasa gatal sejak 3 bulan yang lalu. Ibu klien hanya menaburkan bedak gatal pada area yang dirasa gatal oleh si anak. Klien tidak memiliki riwayat alergi.
4
Riwayat penyakit keluarga Keluarga tidak memiliki riwayat alergi, ibunya pernah menderita sakit seperti An. M tapi lama dan sembuh dengan sendirinya.
5
Riwayat penyakit dahulu Klien belum pernah memiliki riwayat miliaria.
6
Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan - Pertumbuhan a. Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun. b. Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
40
c. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah. d. Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. - Perkembangan a. Tahap perkembangan Psikoseksual Fase anal : An. M suka menahan buang air besar, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, perkembangan bicaranya bagus, suka menirukan bicara orang disekitarnya, suka bermain bersama teman-temannya di playgroup. b. Tahap perkembangan psikososial Autonomy vs Shame and doubt An. M sering menirukan apa yang diperbuat dan dibicarakan orang-orang disekitarnya. Masih sulit BAB sendiri, bisa makan sendiri, berpakaian masih butuh didampingi. Suka bermain bersama teman-temannya di playgroup. 7
Pemeriksaan fisik B1 : B2 : B3 : Nyeri B4 : B5 : B6 : lesi berupa papula dengan puncak dan pusatnya berupa vesikel yang dikelilingi oleh eritem pada daerah paha, leher dan penggung. Terasa gatal dan panas.
2. Analisa Data No Data
Etiologi
1. DS: Pasien mengeluh adanya Miliaria
Problem
Sumbatan
di Kerusakan integritas kulit
Tampak bintil2 kemerahan di permukaan kulit yaitu stratum daerah paha, leher dan
korneum (lapisan kulit paling
punggung, lesi yang
luar)
menyebabkan kulitnya rusak Adanya gelembung kecil DO:
Adanya
papul
di
permukaan kulit daerah paha, leher dan punggung
berisi cairan jernih dan mudah pecah dengan penekanan, jarang disertai peradangan 41
2. DS: pasien mengeluh rasaMiliaria Sumbatan di dalam Nyeri akut gatal, dan kadang rasa panasepidermis seperti terbakar DO:
Adanya
Tampak bintil2 kemerahan, papul
dilesi dan disertai peradangan
permukaan kulit permukaan Gatal dan perih kulit daerah paha, leher dan punggung P:
papul
yang
gesekan
terkena
pakaian
dan
meradang Q : nyeri akut R : di area kulit dan gesekan pakaian S : skala 4 T : pada saat tertentu, saat hawa panas 3. DS: -
Miliaria Sumbatan di bagian Gangguan konsep diri
DO: Pasien tampak murung, dermo-epidermal
junction
tidak bersemangat, lebih
bintil2 berwarna putih dan
banyak menyendiri
keras
mempengaruhi
penampilan dan respon orang lain 3. Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan 2. Nyeri berhubungan dengan lesi dan eritema
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya lesi dan eritema pada kulit yang mempengaruhi penampilan 42
4. Intervensi Keperawatan 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan dengan baik Kriteria hasil: a. Tidak ada luka atau lesi pada kulit b. Bekas luka yang minimal No 1
Intervensi Rasional Anjurkan pasien untuk dapat merawat Perawatan kulit yang benar mengurangi
2
kulit dengan bersih dan benar. resiko terakumulasinya kotoran di kulit Hindari penggunaan pakain yang terlalu Pakaian yang ketat dan tebal dapat memicu ketat dan terbuat dari bahan yang terlalu timbulnya keringat tebal Beri kompres dingin
3
Sensasi
dingin
dapat
menyebabkan
vasokonstriksi saluran keringat sehingga pengeluaran keringat dapat terkontrol Hindari penggunaan bedak yang terlalu Bedak yang terlalu tebal dapat membentuk
4
tebal pada kulit yang basah 5
Pemberian
antibiotik
kloramfenikol
2.
adonan yang akan memperberat sumbatan pada saluran keringat. topikal pemberian antibiotik untuk menghambat perkembangan bakteri
Nyeri berhubungan dengan lesi dan eritema Tujuan : klien merasa nyaman dan tidak merasakan gatal-gatal dalam 1x24 jam Kriteria hasil : a. Klien tidak menggaruk kulitnya b. Klien tidak mengeluh gatal-gatal
No 1
Intervensi Rasional Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan dengan mengetahui proses fisiologis dan penyebabnya dan prinsip terapinya
2
prinsipnya
akan
kooperatif Beri bedak atau lotion yang mengandung Menthol dapat
meningkatkan menimbulkan
rasa sensasi
kalamin atau menthol sesuai indikasi dingin pada kulit sehingga mengurangi dokter
rasa gatal dan kalamin berfungsi sebagai 43
anti radang atau inflamasi 3.
Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya lesi dan eritema pada kulit yang mempengaruhi penampilan Tujuan: Dalam waktu 3×24 jam konsep diri klien meningkat kembali Kriteria hasil : a. Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya b. Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat. c. Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif. d. Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri
No 1
Intervensi Rasional Berikan informasi yang dapat dipercaya Informasi dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang masukan
2
yang dan
akurat
instropeksi
memberikan diri
dalam
penyakitnya menerima dirinya Anjurkan klien untuk mengekpresikan Perasaan yang diungkapakan pada orang perasaan dan pikian tentang kondisi, yang dipercaya akan membuat perasaan kemajuan, prognosa, sisem pendukung dan lega dan tidak tekanan batin
3
pengobatan Kaji respon negatif terhadap perubahan Respon klien yang negatif diperlukan penampilan penurunan
(menyangkal kemampuan
perubahan, bantuan, baik fisik mapun psikis-moral
merawat
diri, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
isolasi sosial)
2.5 Kewirausahaan Gangguan Kelenjar Ekrin dan Sebasea 2.5.1 Aspek Kewirausahaan Dewasa ini banyak sekali hal memalukan yang dialami oleh para remaja yang berhuhungan dengan penampilannya. Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita (Efendi, dalam Andy,2009). Meskipun jerawat sebagian besar masih kutukan dari masa remaja, sekitar 20% dari semua kasus terjadi pada orang dewasa. Acne44
merupakan masalah kulit yang paling mengganggu remaja dan ditemukan pada sekitar 80% remaja. Penyakit ini merupakan gangguan pada kelenjar pilosebaseus yang ditandai dengan sumbatan dan peradangan folikel. Akne berkaitan dengan masalah kebersihan kulit, pola makan, hormonal, psikologis, dan infeksi bakteri. Jerawat sering dimulai pada masa pubertas antara usia 10 dan 13 dan cenderung lebih buruk pada orang dengan kulit berminyak. Jerawat remaja biasanya berlangsung selama lima sampai 10 tahun, biasanya akan pergi selama awal 20-an. Hal ini terjadi pada kedua jenis kelamin, meskipun remaja laki-laki cenderung memiliki kasus yang paling parah. Wanita lebih mungkin dibandingkan pria memiliki lembut hingga moderat ke 30-an dan seterusnya. Lesi jerawat yang paling umum pada wajah, tetapi mereka juga dapat terjadi pada leher, dada, punggung, bahu, dan lengan atas. Angka kejadian akne dikalangan remaja pun sering meningkat seiring dengan berbagai faktor yang dialami oleh penderita. Akne paling sering terjadi pada masa remaja dan dimulai pada awal pubertas. Insiden akne pada remaja bervariasi antara 3060% dengan insiden terbanyak pada usia 14-17 tahun pada perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki. Di poli kosmetik bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin RS Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2008, pasien baru yang berobat karena masalah akne sebanyak 123 remaja laki-laki dan 432 remaja perempuan. Sesuai dengan kondisi yang telah diulas diatas, dalam aspek kewirausahaan dapat dirumuskan berupa produk baru yang kreatif dan inovatif untuk penderita pada kelainan kelenjar ekrin dan sebasea. Judul yang kami ambil dalam aspek kewirausahaan ini adalah “Crimen (Cream Mentimun) : alternatif cream mentimun (Cucumis Sativus) untuk menangani jerawat. Mentimun mempunyai banyak sekali manfaat yang untuk kesehatan kulit khususnya penanganan jerawat. Manfaat mentimun antara lain : 1. Salah satu sifat mentimun untuk jerawat adalah memiliki sifat dingin di kulit. Hal ini membantu mengurangi jerawat meradang merah dan juga efektif jika Anda memiliki kulit yang terbakar matahari. 2. Kandungan air mentimun lebih dari 90%, jadi ini adalah cara alami untuk menjaga kulit agar tetap lembab, kencang dan terhidrasi. Penggunaan mentimun untuk pelembab lebih baik dari pada harus menggunakan pelembab kimia yang dapat memperburuk kulit Anda. 3. Mentimun juga memiliki sifat mengencangkan dan menghaluskan kulit. Ini membersihkan kulit dengan menghilangkan kotoran dan sel-sel kulit mati dan mengencangkan pori-pori meninggalkan mereka lebih kecil, dan lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi tersumbat.
45
4. Selain untuk mengatasi jerawat, mentimun juga bertindak sebagai solusi anti-penuaan. Asam
amino
dan
mineral
yang
terkandung
dalam
mentimun
membantu
mengencangkan dan meregenarasi kulit. Mentimun lebih baik dalam mengurangi kerutan dari pada sebagian besar krim yang dibuat manusia. 2.5.2 Resep Creamen (Cream Mentimun)
Dalam pembuatan Creamen dapat menggunakan berbagai kombinasi cara pembutan dan bahan-bahan campuaran lainnya, diantaranya adalah: a. Bahan-bahan: 1 cangkir bubuk kaolin (tanah liat halus) 1/4 cangkir tepung jagung 1 sendok teh bubuk susu skim 2 tetes minyak esensial 1 sendok makan parutan mentimun Cara Membuat: 1. Campur kaolin dan tepung jagung. Simpan dalam stoples dan tutup rapat. Ini merupakan campuran dasar Anda. 2. Ketika ingin membuat masker, campurkan satu sendok makan campuran dasar dengan susu bubuk skim dan mentimun parut. Tambahkan minyak esensial. 3. Aduk sampai membentuk pasta. Pasta tidak boleh terlalu cair agar dapat menempel pada wajah. 4. Oleskan masker pada wajah dan biarkan kering sekitar 10 menit. Bilas dengan air hangat. 5. Campuran ini juga dapat diterapkan ke tangan atau bagian tubuh lainnya untuk melawan jerawat. b. Bahan-bahan 1/2 Metimun 2 sendok makan Aloe Vera Cara Membuat: 1. Kupas mentimun dan di potong. Masukkan potongan mentimun bersama dengan
lidah buaya dalam blender dan sampai terdapat cream halus. 2. Oleskan cream lembut dengan ujung jari ke wajah dan leher . 3. Biarkan selama 30 menit dan kemudian bilas. c. Bahan-Bahan 1/2 Pisang
46
1/2 Ketimun 1 sendok makan Madu 4 sendok makan jus lemon Cara Membuat 1. Panaskan madu sampai menjadi cair (tidak terlalu panas) dengan menempatkan dalam gelas kecil atau mangkuk logam yang direndam dengan air panas. 2. Masukkan pisang dan mentimun kedalam mesin penghalus. 3. Tempatkan campuran pisang dan mentimun yang sudah halus kedalam wadah. 4. Campurkan madu cair dan air jeruk nipis dan air jeruk nipis lalu aduk sampai halus dan merata. 5. Oleskan cream lembut dengan ujung jari di wajah dan leher sampai merata. 6. Tunggu sampai 30 menit kemudian bersihkan dengan air hangat d. Bahan-Bahan 1 buah mentimun Putih telur dari 1 butir telur Cara Membuat 1. Ambil satu buah mentimun kemudian cuci hingga bersih, cukup yang berukuran kecil. 2. Haluskan dengan cara di parut, dan tambahkan putih telur dari 1 butir telur. 3. Campur hingga rata. kemudian pakaikan masker ke wajah dan leher. 4. Tunggu 15 menit lalu bersihkan sampai bersih dengan air. 2.5.3 Segmentasi Pasar Pemasaran Crimen dalam kegiatan ini kami mempunyai segmentasi pasar untuk kalangan remaja sebagai sasaran utama produk kami, karena dalam hal ini remaja sangat banyak sekali yang mengalami jerawat yang dapat mengganggu penampilannya seharihari dan juga pada kalangan dewasa yang membutuhkannya. 2.5.4 Strategi Publikasi dan Pemasaran Dalam strategi publikasi dan pemasaran Crimen mempunyai berbagi cara untuk menjual kepada sasaran target utama. Dalam hal ini kami akan memberikan suatu publikasi terlebih dahulu dengan menggunakan berbagai media secara massif mulai dari media internet dengan membuat email, blog, jejaring sosial. Media cetak kami akan memasarkannya dengan membuat dan mencetak pamflet, leaflet, brosur yang akan disebarkan pada tempat tempat yang strategis serta menggunakan Short Massage Service 47
(SMS). Selain itu kami akan menggunakan sistem jemput bola kepada sasaran utama seperti halnya promosi di kalangan sekolah SLTP, SMA dan Perguruan Tinggi.
a. b. c.
BAB 3 PENUTUP 48
3.1 Kesimpulan Gangguan kulit karena gangguan pada kelenjar sebasea dan ekrin antara lain adalah acne, rosacea, dan miliria. Acne merupakan suatu peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea. Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun. (Price&Wilson, 2005). Rosasea adalah penyakit kulit kronis yang terutama terdapat di muka bagian tengah (centre facial). Lokalisasinya terdapat pada hidung, pipi, dagu, dahi, dan glabela ditandai dengan adanya eritema dan teleangiektasi dan kadang-kadang disertai dengan peradangan. Pada waktu terjadinya peradangan terdapat papula, pustule, dan pembengkakan. (Marwali, 2000). Penyakit kulit yang sering terjadi pada anak adalah miliaria. Pada umumnya miliaria sering terjadi di daerah punggung, dahi, leher, bahu, dada, lipatan-lipatan kulit serta bagian tubuh yang berambut. Dan juga diperkirakan sekitar 80% penderita miliaria terjadi pada anak dibawah umur 5 tahun (Sugito, 2007). Miliaria sering tidak diperdulikan oleh banyak orang karena tidak berbahaya. Miliaria dalam bahasa awam sering dikenal dengan sebutan biang keringat adalah salah satu gangguan pada kulit akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat berupa bintik-intik merah yang timbul pada sekujur tubuh yang mengakibatkan rasa gatal dan panas, sehingga merangsang penderita untuk menggaruknya kuat-kuat. Namun bahayanya jika tempat yang gatal itu digaruk akan menimbulkan iritasi dan luka sampai meradang menjadi bisul akibat infeksi bakteri dan jamur. Miliaria juga merupakan respon terhadap udara yang lembab, faktor pakaian, bahan baju yang tidak menyerap peluh (Elandari, 2003). 3.2 Saran Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui lebih dalam tentang penyakit gangguan kulit seperti acne, rosacea, dan miliria. Kepada para perawat, kami sarankan untuk lebih aktif dalam memberikan penyuluhan untuk mengurangi angka kesakitan penyakit gangguan. Bagi para penderita tindakan pencegahan yang paling mudah dilakukan adalah menghindari factor pencetus dari gangguan tersebut. Dengan tindakan preventif yang dapat dilakukan bersama oleh semua pihak akan menurunkan tingkat keparahan dari gangguan akan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
49
Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.. Jakarta : Hipokrates Haryanto, Sri. 2006. Sehat dan bugar secara alami. Jakarta: Niaga Swadaya Kligman, A.M. and Plewig, G. 1975. Acne Morphogenesis and Treatment. Springer Verlag, Berlin Lynda Juall, Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta : EGC. Mcclockey C, Joanne, Gloria M Bulechek 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby Year Book, St.Louis. Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC Syaifuddin. 2011. Anatomi fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan dan kebidanan. Jakarta : EGC.
50