������� ��������� �����������
�������� ������ �����������
(����� ��������������)
����
� � �.� �� �� �� �� �� �� �.� � �� � �� �� .� � �
Anatomi Fisiologi Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum. Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan tebalnya 2 millimeter serta memiliki berat 50 miligram dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama mengandung sel utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus retikulum endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi hormon paratiroid (PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi mensekresi sejumlah hormon.
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang tersusun atas 84 asam amino yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid berfungsi membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. PTH juga berfungi mengatur tingkat kalsium dalam darah, melepaskan kalsium dari tulang, penyerapan kalsium dalam usus, dan ekskresi kalsium dalam urin. Saat kadar kalsium meningkat, kalsium yang banyak terikat dengan reseptor membrane pada sel di kelenjar paratiroid akan menghambat sintesis PTH dan sekresi dari PTH, dan ketika tingkat kalsium dalam darah jatuh terlalu rendah, kelenjar paratiroid akan meningkatkan sintesis dan mensekresi PTH untuk mengatur kembali kalsium dalam darah agar tetap normal. Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk
���.������ ��������.� �������� .���
���� 2
kelenjar paratiroid dibagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695) Definisi Hipoparatiroid adalah kombinasi dari gejala karena produksi hormon paratiroid (PTH) tidak memadai (Hypo-paratiroid-isme). Hipoparatiroidisme adalah penurunan fungsi dari kelenjar paratiroid , yang mengarah ke tingkat penurunan hormon paratiroid (PTH). Konsekuensi hipokalsemia adalah kondisi medis serius. ( www.wikipedia.com ) Hipoparatiroidisme adalah suatu gangguan pada kelenjar paratiroid yang disebabkan karena hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid (Hotma Rumahorbo, 1999: 81). Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor. Serum kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meningkat (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui. ( www.endocrine.com )
Klasifikasi Dalam hal ini hipoparatiroid dapat berupa: 1. Hipoparatiroid Neonatal
���.������ ��������.� �������� .���
���� �
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia. 2. Simple Idiopatik Hipoparatiroid Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis. 3. Hipoparatiroid Pascabedah Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid. Etiologi Penyebab hipoparatiroidisme paling sering terjadi adalah sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat. Penyebab paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-kelenjar paratiroid hilangnya jaringan paratiroid. Terdapat tiga penyebab yang paling utama dari pasien dengan hipoparatiroid. 1. Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> 99% dari semua kasus) Lebih dari 99% dari semua pasien dengan hipoparatiroid disebabkan karena sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat. Pasien yang menderita hipoparatiroid dengan kondisi ini hanya memiliki jaringan paratiroid yang terlalu sedikit (atau tidak lengkap), sehingga hormon paratiroid dihasilkan tidak memadai. Ini hampir atau selalu karena komplikasi operasi tiroid atau paratiroid (tiroidektomi, paratiroidektomi, atau diseksi radikal leher). Hipoparatiroidisme yang terjadi selama operasi leher mungkin bersifat sementara atau permanen tergantung pada tingkat cedera kelenjar paratiroid. Ada dua penyebab utama kekurangan hormone paratiroid: •
Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat konginetal atau didapat (acquired) 2. Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari hormon paratiroid. Kekurangan sekresi PTH tanpa alasan yang pasti disebut hipoparatiroidisme idiopatik. Penyakit ini jarang dan dapat dikarenakan bawaan atau diperoleh. Ini adalah bentuk penyakit yang sangat jarang ditemui. •
���.������ ��������.� �������� .���
���� �
Hipoparatiroidisme dengan onset selama beberapa bulan pertama kehidupan dapat permanen atau sementara, penyebabnya karena ibu telah hiperparatiroidisme. Penyebab terbesar Hipoparatiroidisme bawaan terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang telah hiperparatiroidisme selama kehamilan. kalsium serum pada janin akan persis sama seperti pada ibu, dan jika kalsium terlalu tinggi selama kehamilan, biasanya membuat sel-sel paratiroid pada bayi akan arti kalsium tinggi dan memutuskan untuk tidak tumbuh dan berkembang biak. Dengan demikian, bayi-bayi dapat lahir dengan kelenjar paratiroid sangat yang kecil atau mereka dapat lahir 3. Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon hormon paratiroid yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid normal. Seperti semua pasien dengan Hipoparatiroidisme, penyakit ini ditandai dengan hypocalcemia dan hyperphosphatemia tetapi mereka memproduksi hormon paratiroid dengan normal. Masalah terjadi pada tulang dan ginjal yang tidak merespon hormon paratiroid. Bahkan jika hormon paratiroid normal diberikan melalui pembuluh darah, tubuh tidak menanggapi. Patofisiologi Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%). Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera sesudah operasi. Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu Manifestasi Klinis
���.������ ��������.� �������� .���
���� �
Gejala Hipoparatiroidisme sama dengan hypocalcemia dan dapat berkisar dari cukup ringan (kesemutan di tangan, jari, dan sekitar mulut) bentuk-bentuk yang lebih parah (kram otot parah dari seluruh tubuh), dan kejang-kejang. Hal ini dikarenakan kalsium yang memiliki beberapa fungsi utama di dalam tubuh kita termasuk memberikan energi listrik untuk seluruh sistem saraf, menyediakan energi listrik untuk kontraksi otot, dan memberikan kekuatan untuk tulang. Semua gejala hypocalcemia disebabkan oleh disfungsi saraf dan otot-otot. Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas system neuromuskuler yang berupa tetanus. Tetanus merupakan hipertoni otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontraksi spasmodic atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunteer. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan, kram pada ekstrimitas dengan keadaan perasaan kaku pada kedua tangan atau kaki. Pada keadaan tetanus yang nyata (overt), tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme korpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangandan ekstensi sendi karpofalangeal), disfagia, fotofobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas iritabilitas, depresi, bahkan delirium, perubahan pada EKG dan hipotensi juga dapat terjadi. (Brunner & Suddarth ) Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau tetanic aequivalent.Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. . Dalam titanic aequivalent: 1. Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis 2. Stridor laryngeal (spasme) yang bisa menyebabkan kematian 3. Parestesia/ kesemutan 5. Disfagia dan disartria 6. Kelumpuhan otot-otot 7. Aritmia jantung Pemeriksaan Diagnostik Pada pemeriksaan terdapat refleks patologis: 1. Erb’s sign Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere) 2. Chvostek’s sign Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Chvostek's sign mendeteksi laten tetanus, penyadapan dari saraf wajah kelima di
���.������ ��������.� �������� .���
���� �
depan telinga dengan mulut pasien yang sedikit terbuka menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Menunjukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat di depan kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasmeatau gerakan kedutan pada mulut, hidung, dan mata. 3. Trousseau’s sign Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal . Trousseau’s sign dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumbatan aliran darah jke lengan selama 3 menit dengan manset tensi meter. 4. Peroneal sign Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki Diagnosis sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas, seperti rasa nyeri dan pegal-pegal. Oleh sebab itu, pemeriksaan akan membantu. Tetanus terjadi pada kadar kalsium yang berkisar dari 5 hingga 6 mg/dl (1,2 hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi. Kadar fosfat dalam serum meningkat, dan hasil pemeriksaan sinar-x tulang akan memperlihatkan peningkatan densitas. Kalsifikasi akan terlihat pada foto rontgen yang dilakukan terhadap jaringan subkutan atau basla ganglia otak Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu: 1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi. 2. anorganik dalam serum tinggi 3. Fosfatase alkali normal atau rendah Foto Rontgen: 1. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak 2. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid 3. Density dari tulang bisa bertambah 4. EKG: biasanya QT-interval lebih panjang Penatalaksanaan Tujuannya adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Dan penatalaksanaan Hipokalsemia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu penatalaksanaan pada kondisi akut dan kronis. Pada kondisi akut, dimana pasien datang dengan kejang, penurunan kesadaran, spasme otot. Walaupun Apabila terjadi hipokalsemia yang terjadi bersifat ringan (7-8 mg/dl) maka penatalaksanaan hipokalsemia harus dilakuakan secara agresif dengan kalsium glukonas intravena. Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai 2 ampul (90 – 180
���.������ ��������.� �������� .���
���� �
elemental calcium) dilarutkan dalam 50 – 100 mL larutan dextrose 5% yang kemudian diberikan dalam 10 menit. Pada kondisi hipokalsemia kronik dimana pasien hanya mengeluhkan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala klinis dapat diberikan preparat kalsium vitamin D per oral. Beberapa jenis preparat kalsium terdapat dipasaran, dimana kalsiun karbonat paling banyak digunakan. Preparat kalsium karbonat mengandung 40% elemental calcium dengan harga relatif murah sedangkan kalsium sitrat mengandung 21%, kalsium laktat 13%, kalsium glukonat 9% elemental calcium. Selain preparat tablet juga terdapat preparat cair, seperti kalsium glubionat yang mengandung 230 mg elemental calcium dalam 10 ml, serta kalsium karbonat cair dosis preparat kalsium dimulai dari 1-3 gram elemental calcium yang terbagi dalam 3-4 dosis bersama makan. Target koreksi hipokalsemia disini adalah : 1. Terkontrolnya gejala klinis 2. Mempertahankan konsentrasi kalsium serum pada kisaran normalnya (8-8,5 mg/dl) 3. Jumlah kalsium urin dalam 24 jam dibawah 300 mg/24jam 4. Produk kalsiuum fosfat dibawah 55. Secara khusus pada hipoparatiroid dibutuhkan pemberian vitamin D atau analog vitamin D kalsitriol, sebuah vitamin D dalam bentuk aktif dan kerja cepat sehingga digunakan sebagai terapi inisial.pada kondisi hipoparatiroid, terapi ideal adalah mengganti hormon tersebut. Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan pada saat paratiroidektomi untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat kesuksesan yang bervariasi. Marwah etal dalam sebuah kohort perpektif menyimpulkan bahwa auto transplantasi minimal 1 kelenjar paratiroid secara rutin secara bermakna mengurangi insiden hipoparatiroid. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah dicoba sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas selam 3 tahun dosis PTH sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu menormalkan konsentrasi kalsium serum setara kalsitriol, tetapi mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal. Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tibatiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernafasan. .Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal. Komplikasi 1. Tetany dapat menyebabkan saluran napas terblokir, membutuhkan tracheostomy
���.������ ��������.� �������� .���
���� �
2. Pertumbuhan terhambat, cacat gigi, dan perkembangan mental lambat dapat terjadi jika Hipoparatiroidisme berkembang di masa kecil. 3. Pengobatan yang berlebihan dengan vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan hypercalcemia (kalsium darah tinggi) dan terkadang mengganggu fungsi ginjal. 4. Ada peningkatan risiko anemia pernisiosa , penyakit Addison's , katarak pembangunan, dan itu penyakit Parkinson Prognosis Hipoparatiroidisme memiliki prognosis yang baik jika di diagnosis secara dini. Apabila tidak, dapat terjadikomplikasi seperti spasme otot akut yang bisa menyebabkan gangguan pada pernafasan, kelainan sistem otot, ligamen dan saraf, pertumbuhan yang terhambat, malformasi gigi dan retardasi mental pada anak.
���.������ ��������.� �������� .���
���� �
WOC Ibu hamil dalam keadaan hiperparatiroid
Paratiroiditis auto imun
Tiroidektomi (pengangkatan total tiroid)
Imun menyerang kelenjar paratiroid
Hilangnya kelenjar paratiroid
Kalsium tinggi
Sel – sel paratiroid pada bayi tidak berkembang baik
Bayi lahir dengan kelenjar paratiroid sangat kecil
Penurunan sekresi hormone paratiroid
Kelenjar paratiroid rusak
Putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroid
Penurunan fungsi Kelenjar paratiroid
Penurunan sekresi hormone paratiroid
Penurunan fungsi Kelenjar paratiroid
Penurunan sekresi hormone paratiroid
Operasi pasca bedah Radikal karsinoma faring atau esofagus
Pengangkatan kelenjar paratiroid
Hipoparatiroid Pasca Bedah Hipoparatiroid Idiopatik
Hipoparatiroid Neonatal
���.������ ��������.� �������� .���
���� 10
Hipoparatiroid
Ca dalam serum Fosfor dalam serum Jantung kekurangan kalsium
Iritabilitas sistem neuromuskuler Tetanus (hipertoni otot yang menyeluruh)
Aritmia Jantung
Penurunan curah jantung Bronkospasme Dan spasme laring
Sesak nafas Suara nafas wheezing
Gagal nafas
Disfagia
Kejang dengan penurunan kesadaran
Kram otot dan kesemutan Tubuh mudah capek/lemah
Intake nutrisi kurang
MK: resiko Cidera
MK: Intoleransi Aktivitas
MK: Kebutuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
MK: Pola Nafas Tidak Efektif ���.������ ��������.� �������� .���
���� 11
ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian 3.1.1. Contoh Kasus: Tn. X usia 58 tahun datang ke rumah sakit pada tangggal 9 Mei 2012 dengan keluhan sering mengalami kejang 1 bulan terakhir. Saat pengukuran TTV 0 didapatkan TD : 90/80 mmHg, suhu : 37 C, nadi : 88x/menit, RR : 20x/menit dan suara nafas stridor. Hasil uji laboratorium menunjukan kalsium 3-5 mg/dL (normalnya 8.5–10.5 mg/dl), kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5 mg/dL). Keluarga pasien mengatakan bahwa saat di rumah pasien sering mengeluh sakit kepala, sulit nafas saat kejang, kejang/kekakuan dirasakan pada muka, terkadang pada tangan dan kaki, dan akhir-akhir ini pasien tidak mau makan dikarenakan susah menelan. Rambut pasien terlihat tumbuh jarang dan kulit kering / bersisik. Terdapat Tanda Chvosteks atau Trousseaus positif pada pasien. Pasien mengatakan pernah mengalami operasi bedah leher 2 bulan yang lalu. 3.1.2. Riwayat Penyakit Dahulu: Pernah melakukan operasi pembedahan pada leher 3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang: Tn. X sering mengalami kejang 1 bulan terakhir. 3.1.4. Pemeriksaan Fisik •
B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas (Bronkospasme/spasme laring), suara napas stridor.
•
B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi 90/80 mmHg
•
B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala
•
B4 (Sistem Perkemihan): hiperfosfatemia 6,0 mg/dl
•
B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan, disfagia
•
B6(Sistem Integumen dan Muskuloskeletal): Kejang otot di muka, tangan dan kaki, Tanda Chvosteks atau Trousseaus, kulit kering atau bersisik, rambut jarang-jarang, kaku pada ekstremitas.
3.1.5. Pemeriksaan Penunjang: •
Laboratorium : kalsium dalam serum rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.5–10.5 mg/dl). Kadar fosfat dalam darah ), kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5 mg/dL).
Analisa Data
12
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
Data Subjektif: Mengeluh beberapa kali sulit bernafas saat terjadi kejang.
Penurunan kalsium dalam darah
MK: Pola napas tidak efektif
Iritabilitas neuromuscular Kejang otot pada bronkus atau laring Sulit bernafas
Data Subjektif: Mengeluh sulit menelan, tidak bias makan
Pola napas tidak efektif Iritabilitas neuromuscular
MK: Nutrisi kurang dari kebutuhan
Kejang otot pada faring (spasme faring) Sulit menelan Disfagia
Data Subjektif: Mengeluh kaku pada tangan dan kaki
Intake nutrisi kurang Tetanus laten
MK: Intoleransi aktivitas
Ekstremitas kaku Intoleransi Aktivitas
Data Subjektif: Mengeluh kejang di otot tangan dan kaki.
Defisiensi Parathormon
MK: Risiko cidera
Peningkatan kadar fosfat dlm darah & penurunan kalsium dlm darah Iritabilitas system neuromuscular Tetanus Kejang
1�
Risiko cedera Diagnosa 1. pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang. 2. Tetani otot yang b/d penurunan kadar kalsium serum (K) 3. Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi inadekuat. 4. Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas 5. Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia. Intervensi Diagnosa: pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.
Tujuan: Pola nafas kembali efektif. Kriteria Hasil: 1. Pola nafas efektif. 2. RR 16-20 kali permenit 3. TTV dalam batas normal. 4. Ekspansi paru mengembang. Intervensi Kaji upaya pernapasan dan kualitas suara setiap 2 jam
Auskultasi untuk mendengarkan stridor laring tiap 4 jam Baringkan pasien untuk mengoptimalkan bersihan jalan napas pertahankan dalam posisi alamiah
Rasional Pengkajian yang berulang kali sangat penting karena mungkin kondisi pasien berubah secara drastic. Suara stridor laring dan diam menggambarkan spasme laring parsial sampai total. Dilakukan agar dapat segera diberikan tindakan yang tepat Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah
Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk
Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas
Berikan oksigen tambahan dengan kebutuhan.(kolaborasi)
Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret
sesuai
Diagnosa: Tetani otot yang b/d penurunan kadar kalsium serum
1�
Tujuan: Mengatasi tetani otot yang muncul Kriteria Hasil: - Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter) - Frekuensi pernapasan kembali normal - Gas-gas dalam darah dalam batas normal Intervensi Rasional 1. Saat merawat klien dengan 1. Untuk mengantisipasi terjadinya hipoparatiroid hebat, selalu kejang mendadak yang waspada terhadap spasme laring mengganggu pernapasan klien dan obstruksi pernapasan. 2. Untuk memberikan penanganan Sipkan selalu set selang yang cepat pada klien jika endotrakeal, laringoskop, dan terjadi hipokalsemia yang trakeostomi saat merawat klien mendadak. dengan tetani akut. 3. Untuk memberikan suplai 2. Jika klien beresiko terhadap kalsium dengan cepat. hipokalsemia mendadak, seperti setelah tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus alsium karbonat di dekat tempat tidur klien untuk segera digunakan jika dibutuhkan. 3. Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat.. Diagnosa:Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi inadekuat. Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil: - Nutrisi adekuat - Masukan makanan dan cairan adekuat - Energi adekuat - BB normal Intervensi 1. Monitor makanan/cairan yang dicerna dan hitung masukan kalori tiap hari 2. Tentukan makanan kesukaan dengan mempertimbangkan
Rasional 1. Untuk memantau intake dan output dari klien. 2. Untuk meningkatkan motivasi klien untuk makan.
1�
budaya dan keyakinannya 3. Kolaborasi: Tentukan makanan yang tepat sebagai program diet 4. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak
5. Dorong masukan tinggi kalsium
makanan
3. Untuk menentukan diet yang sesuai dengan kebutuhan klien. 4. Memudahkan klien untuk menelan dan tidak memperberat kerja usus. 5. Untuk meningkatkan kadar kalsium dalam tubuh.
Diagnosa: Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas Tujuan: Aktivitas (ADL) kembali normal Kriteria Hasil: - Mampu makan sendiri - Memakai pakaian sendiri - Mandi - Jalan - Duduk Intervensi Rasional 1. Rencanakan dan monitor 1. Mempertahankan aktivitas daily living klien. program aktivitas yang tepat. 2. Bantu memilih aktivitas yang 2. Membiasakan klien dengan sesuai dengan kemampuannya aktivitas ringan sesuai 3. Bantu untuk memfokuskan apa kemampuannya. yang dapat pasien lakukan. 3. Mempertahankan kemampuan 4. Buat lingkungan yang aman klien dalam beraktivitas sesuai buat pasien dengan kemampuannya. 5. Berikan reinforcement kepada 4. Untuk menghindari risiko cedera pasien atas kemampuannya. saat pklien melakukan 6. Monitor respons emosi, fisik, aktivitasnya. social, dan spiritual dalam 5. Menmbuhkan motivasi klien aktivitas. untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan nya. 6. Melihat perkembangan pasien secara holistic setelah melakukan aktivitasnya. Diagnosa: Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
1�
Tujuan: Klien tidak mengalami cedera. Kriteria Hasil: 1. reflek normal 2. tanda vital stabil Intervensi Rasional 1. Pantau tanda-tanda vital dan 1. Untuk memantau reflek tiap 2 jam sampai 4 jam. perkembangan keadaan umum 2. Pantau fungsi jantung secara pasien terus menerus/gambaran EKG. 2. Untuk mengetahui 3. Bila pasien dalam tirah baring perkembangan keadaan kerja berikan bantalan pada tempat jantung klien tidur dan pertahakan tempat 3. Mengurangi risiko klien terjatuh tidur dalam posisi rendah dari tempat tidur 4. Bila aktivitas kejang terjadi 4. Untuk mengurangi risiko cedera ketika pasien bangun dari pada klien akibat benda-benda tempat tidur, bantu pasien untuk tajam disekitar klien saat terjadi berjalan, singkirkan bendakejang. benda yang membahayakan, bantu pasien dalam menangani kejang dan reorientasikan bila perlu. 5. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani gejala dini dengan memberikan dan memantau 5. Untuk mengantisipasi terjadinya efektifitas cairan parenteral dan gejala dini kejang yang dapat kalsium. menimbulkan risiko cedera.
Evaluasi Dx 1 : Pola nafas efektif. RR 16-20 kali permenit TTV dalam batas normal. Ekspansi paru mengembang Dx 2 : Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter) Frekuensi pernapasan kembali normal Gas-gas dalam darah dalam batas normal Dx 3: Nutrisi adekuat, masukan makanan dan cairan adekuat, energi adekuat BB normal Dx 4 : Mampu makan sendiri Memakai pakaian sendiri Mandi, jalan dan duduk
Dx 5 : reflek normal,tanda vital stabil
1�
PENUTUP Kesimpulan Hipoparatiroid adalah penurunan produksi hormone paratiroid akibat hipofungsi kelenjar paratiroid. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipoparatiroid ini diantaranya adalah paratiroiditis autoimun dan juga karena tindakan pembedahan yang menyebabkan kelenjar paratiroid mengalami kerusakan. Sehingga terjadi kekurangan hormone paratiroid. Dan hal ini menyebabkan terrjadinya hipokalsemia dan juga hiperfosfatemia. Karena fungsi kelenjar paratiroid adalah menyeimbangkan produksi kalsium dan juga fo sfat. Efek dari hipokalsemia ini diantaranya terjadinya tetanus atau peningkatan tonus otot yang menyeluruh sehingga muncul kejang, kram otot, spasme laring dan bronkospasme yang bisa mengakibatkan pasien sesak dan muncul masalah keperawatan pola nafas tidak efektif. kemudian efek kejang tadi bisa menyebabkan resiko tinggi cidera karena pasien tidak sadar. Ada beberapa penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu dengan menangani hipokalsemia dan hipoparatiroidnya. Untuk Hipokalsemia akut bisa diatasi dengan pemberian kalsium glukonas intravena. Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai 2 ampul (90 – 180 elemental calcium) dilarutkan dalam 50 – 100 mL larutan dextrose 5% yang kemudian diberikan dalam 10 menit. Sedangkan hipokalsemia kronik dengan diberikan preparat kalsium vitamin D per oral. Untuk gejala hipoparatiroid bisa dengan terapi ideal yaitu mengganti hormon tersebut. Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan pada saat paratiroidektomi untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat kesuksesan yang bervariasi. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah dicoba sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas selam 3 tahun dosis PTH sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu menormalkan konsentrasi kalsium serum setara kalsitriol, tetapi mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal. Saran Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang. Oleh karena begitu pentingnya fungsi hormon paratiroid itu, penanganan medis yang tepat, serta asuhan keperawatan yang segera sangat dibutuhkan untuk menangani pasien dengan kelaiana hipoparatiroid. Karena efek penundaan penanganan dapat berakibat buruknya prognosis dan kemungkinan berkembangnya berbagai komplikasi
1�
DAFTAR PUSTAKA
Ganong.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Rumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta:EGC Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.8 .Jakarta: EGC.
Thirta. Hipoparatiroid .http://www.scribd.com/doc/52114878/Hipoparatiroid. Diakses tanggal 2 mei 2012 Norsaid,andry. Asuhan keperawatan hipoparatiroid. http://www.scribd.com/doc/24155731/kel-5-hipoparatiroid.diakses tanggal 2 mei 2012
1�