DESKRIPSI MODUL Modul ini merupakan dasar bagi Anda yang ingin belajar menulis dengan cermat. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda dapat menerapkan ”Penggunaan Aspek Kebahasaan dalam Penulisan Karya Ilmiah”. Modul ini sangat penting untuk dikuasai, sebab jika Anda memahami aspek kebahasaan dengan baik maka Anda akan mampau: (1) menuangkan gagasan secara efektif dalam bentuk tulisan, (2) mempresentasikan karya ilmiah atau hasil penelitian dengan baik sesuai dengan kajian ilmiah. Dengan begitu, penguasaan aspek kebahasaan dalam menulis dapat menunjang prestasi Anda sebagai mahasiswa dan calon ilmuwan. Untuk mendapatkan hasil maksimal, pelajari modul ini sebaik-baiknya. Modul ini terdiri atas 5 kegiatan belajar yaitu, kegiatan belajar 1 membahas ”Pemakaian Ejaan”, kegiatan belajar 2 membahas ”Pemakaian Tanda Baca”, kegiatan belajar 3 membahas ”Penulisan dan Pemilihan Kata dalam Bahasa Indonesia Ilmiah”, kegiatan belajar 4 membahas “Kalimat Efektif” dan kegiatan belajar 5 membahas ”Paragraf”. Setiap akhir kegiatan belajar terdapat tes mandiri yang harus Anda kerjakan, dan Anda dapat mengoreksi sendiri hasil tes anda dengan cara mencocokannya dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian belakang modul ini. Modul ini dapat Anda pelajarai selama 2x2 jam termasuk untuk mengerjakan tes mandiri dan/atau tugas-tugas yang ada, untuk mempermudah belajar sebaiknya Anda menyediakan waktu luang. Selamat belajar, semoga materi modul ini dapat menambah wawasan dan memotivasi Anda untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan latihan menjelaskan tentang penggunaan aspek kebahasaan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Selamat belajar, semoga modul ini dapat menambah wawasan dan memotivasi Anda untuk selalu meningkatkan profesionalisme.
15
Kegiatan Belajar
1 PENULISAN HURUF TUJUAN PEMBELAJARAN
S
etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang prinsip umum pemakaian ejaan dan penulisan huruf serta mampu mengaplikasikannya dalam penulisan karya tulis ilmiah.
MATERI POKOK •
Prinsip Umum Pemakaian Ejaan
•
Penulisan Huruf
1. Pembelajaran 1: Penulisan Huruf 1.1 Prinsip Umum Pemakaian Ejaan Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi ujar suatu bahasa dan hubungan lambang satu dengan lambang lain baik dalam penggabungan ataupun dalam pemisahannya. Keseluruhan peraturan ini hanya berlaku dalam bahasa tertentu karena ejaan hanya bersifat konvensi yang merupakan kesepakatan pemakaian bahasa tertentu. Karena bersifat konvensional, maka sistem ejaan bahasa satu dengan bahasa lainnya akan berbeda walaupun kedua bahasa itu menggunakan lambang, huruf, dan alfabetik yang sama. Ejaan disepakati untuk komunikasi tulis agar lancar dan mudah dipahami dan bukan untuk sebaliknya, yaitu menghambat komunikasi.
16
Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa ejaan biasanya menyangkut tiga tataran kebahasaan, yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis. Pada tataran fonologi ejaan berkaitan dengan penentuan fonem, penentuan lambang fonem, dan penyusunan abjadnya. Pada tataran morfologi ejaan berurusan dengan penulisan suatu bentukan, yaitu penulisan kata dan unsur serapan. Pada tataran sintaksis ejaan berurusan dengan pemberian tanda batas ujaran dalam kalimat, termasuk di dalamnya adalah pemakaian huruf kapital, huruf miring, dan pemakaian tanda baca. Bahasa Indonesia saat ini telah memiliki kaidah penulisan (ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang biasa dikenal dengan EYD. Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (Keputusan Mendikbud, Nomor 0543a/U/87, tanggal 9 September 1987). Dalam buku tersebut ejaan bahasa Indonesia pembahasannya dikelompokkan menjadi 3, yaitu (1) penulisan huruf, (2) penulisan kata, dan (3) pemakaian tanda baca. Setiap kelompok kaidah tersebut masih terbagi atas sejumlah kaidah yang lebih kecil. Prinsip-prinsip umum pemakaian ejaan dapat dikemukakan sebagai berikut: Tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua(:), tanda seru (!) ditulis rapat dengan huruf akhir dari kata yang mendahului. Setelah tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua(:), tanda seru (!) harus ada satu spasi kosong. Tanda petik ganda (”...”), petik tunggal (’...’), kurung () diketik rapat dengan kata, frasa, kalimat yang diapit. Tanda hubung (-), tanda pisah (—), garis miring (/) diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan yang akan mengikutinya. Tanda perhitungan: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali (x), bagi (:), lebih kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya. Penulisan jarak antarkata berspasi tunggal. Tepi kanan teks tidak harus rata oleh karena itu kata pada akhir baris tidak harus dipotong. Jika terpaksa harus dipotong, tanda hubungnya ditulis setelah huruf akhir, tanpa disisipi spasi, bukan diletakkan
17
dibawahnya. Tidak boleh meletakkan spasi antarkata dalam satu baris yang bertujuan meratakan tepi kanan.
1.2 Penulisan Huruf a. Huruf Besar atau Huruf kapital Huruf besar atau huruf kapital dipergunakan untuk hal-hal berikut. 1) Awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung. Contoh: Dia berasal dari daerah Malang selatan. Ibu bertanya, ”Kapan kamu kembali ke Malang?” 2) Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, termasuk kata gantinya. Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen 3) Nama diri, huruf awal gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Amir Hamzah, Sultan Hasanudin, Gubernur Soelarso, Profesor Samsuri 4) Huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa; tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: bangsa Indonesia (bukan Bangsa Indonesia), tahun Masehi, tahun Hijriah, hari Minggu, hari Kebangkitan Nasional 5) Huruf pertama nama khas dalam geografi. Contoh: Danau Towuti, Afrika Selatan, Jalan Surabaya 6) Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Perwakilan Rakyat, Surat Perintah Sebelas Maret 7) Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan. Contoh: Di Bawah Lindungan Ka’bah, Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Atas
18
8) Singkatan nama gelar dan sapaan; huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai kata ganti. Contoh: Dr. Nuril Huda, Kapan Saudara datang?, Silakan diminum, Mbak! b. Huruf Miring Huruf miring (jika menggunakan mesin ketik diganti dengan garis bawah) digunakan untuk hal-hal berikut: 1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh: majalah Tempo, harian Kompas, buku Dasar-dasar Penelitian 2) Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Contoh: Bab ini tidak membicarakan ..., Huruf pertama kata abad ialah a 3) Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh: Penataran merupakan kata lain dari upgrading.
19
Kegiatan Belajar
2 PEMAKAIAN TANDA BACA TUJUAN PEMBELAJARAN
S
etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang prinsip umum pemakaian tanda baca dan mampu mengaplikasikannya dalam penulisan karya tulis ilmiah.
MATERI POKOK •
Pemakaian Tanda Baca
2. Pembelajaran II: Pemakaian tanda baca Tanda baca-tanda baca berikut ini dipisah satu spasi dari huruf yang mengikutinya. . ...) , ... ; ...” : ...’ ? ! Tanda baca-tanda baca berikut ini dipisah satu spasi dari huruf atau tanda lain yang mendahuluinya. (... ”... ... ’... a. Titik (.) Tanda titik dipakai dalam hal-hal berikut. 1) Mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh: Kami sekeluarga tinggal di Malang. 2) Pada akhir singkatan nama orang. Contoh: A.A. Fikri 3) Pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. 20
Contoh: M.B.A. (Master of Bussiness Administration), M.Sc. (Master of Science), S.E. (Sarjana Ekonomi), Dr. (Doktor), dr. (Dokter) 4) Pada singkatan kata yang sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih digunakan satu tanda titik. Contoh: a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat), Yth. (Yang terhormat), dsb. (dan sebagainya), tsb. (tersebut) 5) Dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar. Contoh: 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah 1.3 Tujuan 6) Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau yang menunjukkan jangka waktu. Contoh: Pukul 10.20.30 (pukul 10 lewat 20 menit 30 detik) Catatan: Tanda titik tidak dipakai pada hal-hal berikut. a) Untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh: Ia lulus tahun 1989. Periksa halaman 1341. b) Dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya. Contoh: AKABRI, SMA, Depdagri, Depdikbud c) Singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Contoh: TNT (Trinitrotoluen), cm (centimeter), kg (kilogram), Rp (rupiah), l (liter) d) Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh: Salah Asuhan, Bentuk Hubungan 21
e) Di belakang alamat pengirim/penerima surat dan tanggal surat. Contoh: 1 Mei 1991 Yth. Saudara Badriyah Jalan danau Towuti 14 Malang b. Tanda Koma (,) Tanda koma dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian. Contoh: Adik membutuhkan gunting, kertas, dan lem. 2) Memisahkan kalimat setara yang didahului kata tetapi, melainkan, dsb. Contoh: Dia bukan adik saya, tetapi kakak saya. 3) Memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat mendahului induk kalimat. Contoh: Karena sakit, dia tidak bisa datang. 4) Di belakang kata seru. Contoh: Wah, bukan main! Oh, begitu. 5) Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: ”Jangan sentuh barang itu”, kata Farida. 6) Antara nama dan alamat, bagian, bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh: Barang ini dikirimkan kepada Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Malang, Jalan Surabaya 6, Malang. 7) Antara nama orang dn gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakan dri singkatan marga atau nama keluarga. Contoh: Endang Purnomowulan, M.A. 8) Untuk menyatakan angka desimal. Contoh: 20,60 m Rp17,50 22
9) Untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Contoh: Tetangga saya, Pak Hamid, baik sekali. c. Tanda Titik Koma (;) Tanda titik koma dipakai dalam hal berikut. 1) Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; pengunjung belum juga sepi. 2) Memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Ayah memperbaiki kendaraan; ibu mempersiapkan perbekalan; dan adik membersihkan halaman. d. Tanda Titik Dua (:) Tanda titik dua dipakai dalam hal-hal berikut. 1) Pada akhir suatu penyataan lengkap bila diikuti perian. Contoh: Yang perlu dilakukan saat ini adalah barang-barang perlengkapan yang meliputi: meja, kursi, dan alat tulis. 2) Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh: Ketua
: Imam Rofi’i
Sekretaris : Santoso Bendahara : Bambang Junaidi 3) Dalam teks drama, sesudah kata yang menunjukkan pelaku. Contoh: Aminah: ”Bawa kopor itu kemari, Ton!” Toni: ”Baik, Mbak.” 4) Di antara jilid atau nomor buku/majalah dan halaman, antara bab dan ayat dalam kitab suci, atau antara judul dan anak judul suatu karangan. Contoh: Tempo, XII, 243: 28 Surah Al Baqoroh: 17
23
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Pengantar, sekarang ini sudah terbit. e. Tanda Hubung (-) Tanda hubung dipakai dalam hal-hal berikut. 1) Menyambung suku-suku katayang terpisah oleh pergantian baris. Contoh: ... banyak hal-hal yang menarik. ... kurangnya kesadaran. 2) Menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: sambung-menyambung, kehitam-hitaman, bermain-main 3) Menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu. Contoh: p-e-m-b-e-l-a-n-j-a-a-n 17-8-1945 4) Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang diawali dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, singkatan huruf kapital dengan imbuhan. Contoh: Se-Jawa Timur, tahun 70-an, SIM-nya, sinar-X 5) Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contoh: pen-charter-an, di-tackle 6) Memperjelas bagian-bagian ungkapan. Contoh: Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah. f. Tanda Pisah (—) Tanda pisah (jika menggunakan mesin ketik, gunakan dua tanda hubung [--]) dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Membatasi kata atau kelompok kata yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Contoh: Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 24
2) Menegaskan adanya aposisi atau keterangan dalam kalimat. Contoh: Rangkaian penemuan itu—evolusi, teori kenisbian, dan kini pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. 3) Di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ’sampai dengan’. Contoh: 1945—1987 Surabaya—Malang g. Tanda Elipsi (...) Tanda elipsi dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Contoh: Kalau demikian .... ya, marilah kita berangkat sekarang. 2) Menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan. Contoh: Sebab-sebab terjadinya ... akan diteliti lebih lanjut. Catatan: Tanda elipsi yang digunakan adalah titik tiga (...) bila di wawl atau tengah kalimat, dan titik empat (....) bila di akhir kalimat. h. Tanda Tanya (?) Tanda tanya dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Mengakhiri kalimat tanya. Contoh: Darimana Saudara tahu? 2) Menyatakan adanya keraguan (?). Contoh: Peristiwa itu terjadi pada tahun 1968 (?) i. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah, menggambarkan kesungguhan, ketidakpastian, atau rasa emosi yang kuat. Contoh: Singkirkan barang itu sekarang juga! Alangkah kejinya perbuatan itu! j. Tanda Kurung ((...)) Tanda kurung dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh: DIP (Daftar Isian Proyek) itu sedang dikerjakan. 25
2) Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh: Sajak Tranggono yang berjudul ”Ubud” (nama suatu tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. 3) Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Contoh: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (1) modal, (2) tenaga kerja, dan (3) manajemen. k. Tanda Kurung Siku ([...]) Tanda kurung siku dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain, dalam naskah aslinya. Contoh: Mereka men[d]engar bunyi ledakan. 2) Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh: (Perbedaan antara dua proses itu [lihat bab III] tidak diungkapkan secara jelas) l. Tanda Petik (”...”) Tanda petik dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Mengapit petikan langsung dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lainnya. Contoh: ”Sudah siap?” tanya Amin. 2) Mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat. Contoh: Sajak ”Bola Lampu” cukup menarik untuk dibaca. 3) Mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Contoh: Pekerjaaan itu dilaksanakan dengan cara ”kaji tindak”. m. Tanda Petik Tunggal (’...’) Tanda petik tunggal dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh: ”Kau dengar bunyi ’kring-kring’ itu?”, tanya Bisri. 26
2) Mengapit terjemahan, penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh: mastery learning ’belajar tuntas’ n. Tanda Garis Miring (/) Tanda garis miring dipakai untuk hal-hal berikut. 1) Dalam penomoran kode surat. Contoh: No.6/Q/1991 2) Sebagai pengganti kata dan, atau per atau nomor alamat. Contoh: pemuda/pemudi Harganya Rp100,00/biji o. Tanda penyingkat/apostrof (’) Tanda apostrof digunakan untuk menunjukkan adanya penghilangan bagian kata. Contoh: Ali ’lah tiba. (’lah = telah)
SOAL-SOAL LATIHAN Betulkan penggunaan ejaan pada soal-soal di bawah ini! 1. Mantan bos jaringan media terbesar di tanah air, jawa pos group ini tidak bisa meninggalkan gaya wartawannya. Meskipun Dahlan Iskan sudah menjadi direktur utama PLN (persero). Cara bicaranya masih ceplas-ceplos, to the point. Gaya berpakaian juga tetap casual. Sepatu kets. 2. Selalu ada kejutan dalam acara Flexi M-Teens Exhibition. Salah satunya fashion show gaun koran designed by Ruli Clambique yang mengubah koran malang post bekas menjadi gaun cantik hingga membuat para model dari the reds model terlihat seksi. 3. Jelaskan fungsi penggunaan tanda garis miring dan berilah contohnya masing-masing 2 buah.
27
Kegiatan Belajar
3 PENULISAN DAN PEMILIHAN KATA TUJUAN PEMBELAJARAN
S
etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama dan kedua, peserta diharapkan dapat mengenal ciri-ciri pembentukan kata serta mampu melakukan penggabungan
morfem yang diimplementasikan dalam Karya Ilmiah.
MATERI POKOK •
Ciri Pembentukan Kata
•
Macam-macam Proses Pembentukan Kata
•
Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Karya Ilmiah
•
Penulisan Kata Penulisan kata disesuaikan dengan proses morfologisnya. Proses morfologis
merupakan peristiwa penggabungan morfem satu dengan morfem lain menjadi kata. Dari segi strukturnya, kata dapat digolongkan atas dua macam, yaitu kata yang bermorfem tunggal (monomorfemis) dan kata yang bermorfem lebih dari satu (polimorfemis). Contoh : monomorfermis : pergi, makan Polimorfemis
:
bekerja murid-murid
proses morfologis
saputangan
28
3.1 Ciri Pembentukan Kata a. Ada morfem yang berfungsi sebagai tempat penggabungan (bentuk dasar) dan morfem yang berfungsi sebagai penggabung. Contoh : menulis;
MeN-
(pengg.)
gelap gulita;
sayur-mayur
(bt. Dasar) (pengg.)
(bt. Dasar) (pengg.)
tulis
(bt.dasar)
3) Bentuk dasar tidak selalu morfem tunggal. Contoh:
dipersatukan
di
persatukan
(penggabung)
(bentuk dasar)
per
satukan
(penggabung)
satu
dibuat jadi bersatu
buat jadi bersatu
buat jadi satu
(bentuk dasar)
kan
(bentuk dasar) (penggabung) 4) Penggabungan atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami penambahan atau perubahan arti. 5) Sebagai akibat proses morfologis, perubahannya bersistem atau beraturan. Contoh: membuat, membantu, membimbing menyapu, menyayat, menyanyi Akan tetapi, perubahan kata putra, putri, dewa, dewi, tidak dapat dikatakan proses morfologis karena tidak beraturan dalam arti tidak bisa dibuat bentukan lain.
29
3.2 Macam-Macam Proses Pembentukan Kata Peristiwa pembentukan kata dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) Pembentukan kata dengan penambahan imbuhan pada bentuk dasar. Contoh: menulis, pembangunan, makanan 2) Pembentukan kata dengan pengulangan bentuk dasar. Contoh: murid-murid, mencari-cari, pukul-memukul. 3) Pembentukan kata dengan menggabungkan dua bentuk dasar. Contoh: matahari, tinggal landas, mata-kaki 3.3 Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Karya Ilmiah Sesuai dengan fungsinya, bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah bahasa Indonesia ragam baku. Ciri-ciri bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut. 1. Memakai prefiks me- dan berBaku
: kuliah sudah berjalan dengan lancar banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu
Nonbaku
: kuliah sudah jalan dengan lancar banjir serang kampung yang banyak penduduknya itu
2. Memakai pola frasa verbal aspek + agen + verba Baku
: Surat anda sudah saya baca Kiriman itu telah kami terima
Nonbaku
: Surat anda saya sudah baca Kiriman itu kami telah terima
3. Memakai konjungsi bahwa dan karena Baku
: Ia tahu bahwa anaknya lulus Ani tidak masuk karena sakit
Nonbaku
: Ia tahu anaknya lulus. Ani tidak masuk, sakit
4. Memakai konstruksi sintetis berikut. Baku
: Ia memberitahuan bahwa adiknya sakit.
30
Nonbaku
: Ia kasih tahu adiknya sakit.
5. Memakai unsur leksikal yang menandai bahasa Indonsia baku. Baku
: mengapa, bagaimana, tidak, dimengerti
Nonbaku
: ngapain, gimana, nggak, dingertiin
6. Memakai ejaan resmi yang berlaku (EYD). Baku
: nomor, mesti, teladan, tradisional
Nonbaku
: nomer, musti, tauladan, tradisionil
7. Memakai peristilahan resmi. Baku
: perangkat, masukan, keluaran
Nonbaku
: set, input, output
3.4 Penulisan Kata a. Kata Dasar Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu akan pulang besok pagi b. Kata Turunan/Jadian 1) Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: bersambung, menyanyi, kawanan 2) Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mendahului atau mengkutinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Contoh: bersuka ria, membabi buta, gabungan kata 3) Kalau bentuk dasar berupa kata gabung dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata itu ditulis serangkai. Contoh:
menggarisbawahi,
mengedepankan,
meluluhlantakkan,
mempertanggungjawabkan 4) Kalau salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh: antarkota, antikomunis, internasional, kontrarevolusi, mahasiswa, multilateral, prasangka
31
c. Kata Ulang Bentuk kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: sehat-sehat, terus-menerus, membesar-besarkan, berlari-lari, sebaikbaiknya d. Gabungan Kata 1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah. Contoh: sapu tangan, meja tulis, persegi panjang, rumah sakit umum 2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh: alat pandang-dengan, buku fisika-baru, bapak-ibu 3) Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata ditulis serangkai. Contoh: apabila, barangkali, bilamana, tatabahasa, matahari, peribahasa e. Kata Ganti Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau yang mengikutinya. Contoh: Apa yang kubawa boleh kaupinjam. Temanku, temanmu, dan temannya berkumpul di sini. f. Kata Depan Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam kata yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan, seperti kepala dan daripada. Contoh: Kakaknya pergi ke luar kota. Buku itu di atas almari. Dia berasal dari Blitar. g. Kata Sandang Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: Si pemilik kebun cengkeh itu sedang sakit. Sang Kancil banyak akalnya. 32
h. Partikel 1) Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Apakah yang terdapat dalam tas itu? Bacalah cerpen itu dengan cermat! Siapatah gerangan orang itu? 2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: kecuali pada kelompok kata yang sudah dianggap padu (seperti adapun, bagaimanapun, maupun, biarpun, kalaupun, kendatipun, meskipun, sekalipun, walaupun, dan sungguhpun). Contoh: Jangankan dibentak, dipukul pun ia tak akan jera. Sepucuk surat pun tidak pernah sampai ke alamat ini. 3) Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagianbagian kalimat yang mendampinginya. Contoh: Harga telur ini Rp200,00 per butir. Satu per satu mereka tinggalkan pertemuan itu. i. Angka dan Lambang Bilangan 2) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut ini. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX. L (50), C (100), D (500), M(1.000) 3) Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, dan isi, (2) satuan waktu, dan (3) nilai uang. Contoh: 10 kilogram beras
5 liter air
3 meter kain
1 jam 15 menit
pukul 12.30
tahun 1962
Rp10.000,00 4) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. Contoh: 11 (sebelas) 2/3 (dua pertiga)
112 (seratus dua belas) 1/10 (sepersepuluh) 33
5) Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Contoh: bab III atau bab ke-3 atau bab ketiga Abad XX atau abad ke-20 atau abad kedua puluh 6) Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an dilakukan dengan cara berikut. Contoh: tahun 60-an atau tahun enam puluhan 7) Di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks. Contoh: Telah terima uang sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah)
34
Kegiatan Belajar
4 KALIMAT EFEKTIF TUJUAN PEMBELAJARAN
S
etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, kedua dan ketiga peserta diharapkan dapat mengenal ciri-ciri pembentukan kata serta mampu menyusun
kalimat-kalimat efektif guna penulisan karya ilmiah bertema agribisnis.
MATERI POKOK •
Ciri-ciri kalimat efektif
4. Pembelajaran IV: Kalimat Efektif Kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis/pembicara. Kalimat efektif sangat penting dalam menulis karena dengan kalimat efektif, gagasan akan dapat disampaikan secara tepat dan jelas. Berikut merupakan ciriciri kalimat efektif. 4.1.Kesatuan Gagasan Sebuah paragraf yang baik hanya mengandung sebuah gagasan yang utuh. Secara praktis kesatuan gagasan di dalam kalimat terwakili oleh kehadiran subjek dan predikat sedangkan unsur-unsur yang lain seperti objek dan aneka keterangan bersifat opsional (tidak wajib hadir). Kesatuan gagasan mungkin akan terganggu apabila kedudukan subjek atau predikat tidak jelas; kalimat menggantung (tidak selesai); kalimat majemuk yang
35
terlalu kompleks; atau kalimat yang dipenuhi oleh sisipan-sisipan keterangan yang terlalu panjang. Contoh: Bagi mahasiswa yang kehilangan jam tangan harap mengambil di ruang administrasi. Kalimat di atas tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subjek. Unsur ”bagi mahasiswa yang kehilangan jam tangan” bukanlah subjek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan “bagi” (ini harus dihilangkan). 4.2. Kesejajaran Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula. Contoh: Satu pihak berusaha untuk membuat dominasi dan dipertahankan sedangkan pihak lain berusaha untuk melakukan perlawanan. Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-kan. Kalimat itu harus diubah menjadi ”Satu pihak berusaha untuk membuat dan mempertahankan dominasi sedangkan pihak lain berusaha untuk melakukan perlawanan”. 4.3. Kehematan Kehematan merupakan prinsip ekonomi bahasa. Dalam membuat kalimat diharapkan agar tidak terdapat pemakaian kata yang dianggap tidak diperlukan (mubazir). Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang berlebih karena penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Contoh: Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang kecukupan ketersediaan pangan serta kualitas dan keamanan pangan, (2) mendapatkan deskripsi objektif tentang aksesibilitas pangan, 36
(3) mendapatkan deskripsi objektif tentang stabilitas ketersediaan pangan. Pemakaian frasa ”mendapatkan deskripsi objektif tentang” dalam kalimat di atas tidak perlu diulang. Frasa “mendapatkan deskripsi objektif tentang” ditulis setelah kata adalah, sehingga menjadi kalimat berikut. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang: (1) kecukupan ketersediaan pangan serta kualitas dan keamanan pangan, (2) aksesibilitas pangan, (3) stabilitas ketersediaan pangan.
4.4. Penekanan Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Penekanan bisa dilakukan dengan cara berikut. (1) Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat. Contoh: 1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain. 2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (2) Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh : 1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu. 2. Kami pun turut dalam kegiatan itu. 3. Bisakah dia menyelesaikannya? (3) Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting. Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
37
(4) Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh : 1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin. 2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh. 4.5. Kelogisan Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat di atas tidak logis karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut bisa diubah menjadi “Ibu Ani, saya silakan untuk naik ke podium”.
SOAL-SOAL LATIHAN: Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif! 1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti. 2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah. 3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan. 4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap. 5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.
38
Kegiatan Belajar
5 PARAGRAF TUJUAN PEMBELAJARAN
S
etelah selesai mempelajari kegiatan belajar pertama, peserta diharapkan dapat mengenal ciri-ciri pembentukan kata serta mampu melakukan penggabungan
morfem yang diimplementasikan dalam Karya Ilmiah.
MATERI POKOK •
Bagian paragraf
•
Ciri-ciri paragraf yang baik
•
Syarat-syarat paragraf yang baik
•
Pengembangan paragraf
•
Jenis-jenis paragraf
5. Pembelajaran V: Paragraf Paragraf merupakan unit dasar terbesar dalam menulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang terjalin secara kohesif dan koheren sehingga terjalin kesatuan gagasan. Sebagai bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah, cara penulisan paragraf harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain yakni alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser
39
ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama. 5.1 Bagian Paragraf Paragraf yang baik memuat dua bagian penting berikut. 1. Kalimat Utama Kalimat utama merupakan kalimat inti sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas. Kalimat utama seringkali diletakkan pada awal paragraf, meskipun bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. 2. Kalimat Penjelas Kalimat penjelas merupakan kalimat yang memberikan penjelasan tambahan, detail, atau rincian dari kalimat utama suatu paragraf.
5.2 Ciri-Ciri Paragraf yang Baik 1. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan. 2. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar. 3. Mengadung satu gagasan utama dan beberapa pikiran penjelas.
5.3 Syarat-Syarat Paragraf Paragraf yang baik mempunyai beberapa ketentuan berikut. 1. Kesatuan Paragraf Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Kalimat-kalimat yang membentuk suatu paragraf harus ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang atau tidak sesuai dari gagasan pokok paragraf, jika ada kalimat yang menyimpang maka paragraf tersebut akan menjadi tidak bertautan atau tidak koheren. Agar paragraf menjadi padu maka kalimat yang menyimpang harus dikeluarkan. 2. Kepaduan Paragraf Kepaduan paragraf dapat diamati dari penyusunan kalimat secara logis dan ungkapan-ungkapan pengait antarkalimat. Urutan yang logis akan terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf. 40
5.4 Pengembangan Paragraf Mengarang merupakan suatu usaha untuk mengembangkan beberapa kalimat topik. Kalimat topik tersebut dikembangkan dalam bentuk paragraf-paragraf. Oleh sebab itu, kita harus lebih teliti dalam menempatkan kalimat topik pada karangan. Pengembangan paragraf, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara berikut. 1. Memberikan contoh/fakta Agar jelas dan menarik, gagasan yang disampaikan dalam kalimat topik dilukiskan dan digambarkan dengan contoh-contoh. Dengan pemberian contoh tersebut diharapkan agar dapat tergambar dengan nyata gagasan yang disampaikan oleh penulis atau pengarang tersebut. Biasanya para pembaca senang membaca sebuah karangan dengan adanya fakta yang diceritakan oleh penulis. Contoh: Bantuan-bantuan bencana yang di kirim oleh para penyumbang seringkali tidak sampai ke tangan yang membutuhkan. 2. Memberikan Alasan Agar bisa meyakinkan pembaca, gagasan yang disampaikan dalam kalimat topik dapat dijelaskan dengan menggunakan alasan yang logis. Dengan begitu, gagasan yang disampaikan menjadi suatu yang dapat menyakinkan pembaca. Contoh: Apabila kita terlalu lama berada di depan komputer sangatlah tidak bagus, karena kebiasaan itu akan menyebabkan penglihatan kita terganggu.
5.5 Jenis-jenis Paragraf Berdasarkan pesannya, paragraf dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1. Paragraf Deskriptif Paragraf deskriptif merupakan paragraf yang menggambarkan tentang sesuatu yang terjadi saat ini. Jadi paragraf ini memaparkan tentang tata ruang atau tata letak. Contoh : Rumah yang ditempatinya sekarang sangatlah luas, terdapat empat ruang tidur, satu dapur, kamar mandi di setiap ruang tidur dan satu di ruang tamu. Rumah tersebut
41
juga sangat strategis karena dekat dengan pusat kota, tempat pendidikan, tempat hiburan, dan taman kota. 2. Ekspositoris Paragraf ekspositoris merupakan paragraf yang objek peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Contoh : Setiap ruangan acara yang ada di hotel itu mampu menampung sekitar 150 orang. 3. Argumentatif Paragraf argumentatif merupakan paragraf yang dikembangkan dengan memberi argumen-argumen terhadap kalimat topik. Paragraf ini digunakan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran suatu hal. Contoh : Banjir-banjir yang melanda negeri ini sudahlah melampui batas. Banjir tersebut menenggelamkan semua yang dilaluinya. Sebenarnya semua itu merupakan hasil dari ulah manusia yang suka menebang pohon sembarangan, membuang sampah sembarangan, dan membangun tanpa adanya pertimbangan untuk drainase.
SOAL-SOAL LATIHAN Waktu bagi orang Jawa bukan sekedar rentang antara awal dan akhir. Waktu merupakan bagian dari kehidupan mereka yang mempengaruhi perilaku serta sikap hidupnya sehari-hari. Selain itu, waktu juga merupakan representasi dari privat space dan public space. Dengan demikian, bertolak dari persepsi terhadap waktu dapat diketahui bagaimana orang Jawa mengkonstruksi dan menegosiasikan identitas dirinya kepada orang lain. 1. Tentukan jenis paragraf di atas berdasarkan pola pengembangan yang digunakan! 2. Berdasarkan letak kalimat topiknya, paragraf di atas termasuk jenis paragraf apa? Dua atlet tim bola voli putra Jatim terpaksa mengangkut sendiri tempat tidur di perumahan atlet di kawasan Jakabaring Palembang. Di rumah yang ditempati atlet voli putra, tempat tidurnya belum tersedia karena panitia meletakkan tempat tidur tersebut dirumah atlet putri. Belum tersedianya tempat tidur hanya salah satu kekacauan yang
42
terjadi saat kontingen Jatim mulai menempati perumahan atlet. (Kompas, 30 Agustus 2004). 1. Dapatkah paragraf di atas dikatakan sebagai paragraf yang baik? 2. Anda identifikasi kalimat penjelas dan kalimat utama paragraf di atas? 3. Buatlah satu contoh paragraf argumentatif yang mengandung kalimat utama dan penjelas!
43