BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka menciptakan budaya membaca dan menulis karya tulis ilmiah, pendidikan bahasa karya tulis ilmiah haruslah ditanamkan sedini mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada perguruan tinggi biasanya terdapat mata kuliah yang khusus membahas perihal karya tulis ilmiah, sehingga mampu membuat pemahaman masyarakat akan beralih. Karya tulis ilmiah sebagai sarana untuk melatih mengungkapkan pikiran atau hasil hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis. Hal ini tentunya memerlukan bahasa penyambung atau pengantar yang sesuai. Disinilah letak fungsi bahasa karya tulis ilmiah. Bahasa karya tulis ilmiah juga banyak ragamnya dan memiliki struktur atau penyusunan yang tidak jauh dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, hanya saja nampak lebih sistematis dan metodologis. Bahasa dalam karya tulis ilmiah bertujuan untuk menyampaikan suatu hal, gagasan (pendapat), ide kepada orang lain agar dapat memahaminya. Tanpa peran bahasa, karya tulis ilmiah tidak dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern.
1
2
B. Rumusan Masalah
Penulisan karya ilmiah telah lama menjadi persoalan serius terutama di perguruan tinggi. Penulisan karya ilmiah yang bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengkomunikasikan karya kreatif dan inovatif kepada masyarakat luas pada kenyataannya masih belum terealisasi dengan baik. Karya ilmiah merupakan jenis tulisan ilmiah yang memiliki desain atau sistematika tertentu sesuai dengan karakteristik ilmiah itu sendiri. Salah satu karakteristik tersebut wujud dalam bentuk bahasa bahasa yaitu bahasa yang yang sesuai dengan kaidah bahasa tulis tulis yang yang baku.
Penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) faktor non-teknis non -teknis
mencakup sistematika penulisan dan penalaran dan (2) faktor teknis yang berkaitan dengan content
yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung den gan argumentasi ilmiah.
C. Tujuan Penelitian
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa dalam karya tulis ilmiah ? 2. Apa manfaat penerapan bahasa dalam karya tulis ilmiah ? 3. Bagaimana penerapan bahasa dalam karya tulis ilmiah ? D. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa dalam karya tulis ilmiah. 2. Untuk mengetahui manfaat penerapan bahasa dalam karya tulis ilmiah. 3. Untuk mengetahui bagamana cara menerapkan bahasa dalam karya tulis ilmiah.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ragam Bahasa Dalam Karya Tulis Ilmiah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antara manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicaraan kepada pendengar atau penulis kepada pembaca (Sugihastuti : 2009, hlm. 121). Setiap situasi tersebut memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Istilah yang dipergunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi pemakaian bahasa disebut ragam bahasa. Ragam bahasa yang beraneka ragam itu masih tetap dise but “Bahasa Indonesia” karena masing-masing masing-masing berbagi teras atau intisari bersama yang umum. Ragam bahasa merupakan variasi penggunaan bahasa. Ragam bahasa dapat dibedakan berdasar pada (a) pokok pembicaraan, (b) media yang digunakan, dan (c) hubungan antara komunikator dengan komunikan Istilah ragam bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan bahwa modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai ragam atau a tau variasi itu terdapat satu model yang menjadi me njadi acuan. Dengan demikian, bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama.
3
4
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah. Pada ragam ilmiah, bahasa, bentuk, luas, dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam, tidak dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti berikut ini (Alek dan Ahmad : 2011, hlm. 171) : 1. Baku. Artinya, struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, harus sesuai dengan kaidah ejaan yang benar. 2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. 3. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. 4. Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. 5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai arti sesungguhnya. 6. Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan tingkatannya. 7. Cendekia. Bahasa Indonesia mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat.
5
8. Lugas dan jelas. Bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. 9. Formal dan obyektif. Komunikasi ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal, oleh karena itu dalam penulisan dan penyampaiannya harus obyektif. B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Dalam Karya Tulis Ilmiah
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa komunikasi. Dari cara menggunakan bahasa itu, tentu saja bahasa difungsikan sebagai mestinya. Fungsi itu meliputi fungsi aktif, fungsi pasif, dan fungsi respektif. 1.
Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara aktif dengan pengguna atau a tau pemakai pe makai bahasa ba hasa lainnya (interlocutor). Contoh: (interlocutor). Contoh: untuk proses belajar mengajar dan menulis surat.
2.
Fungsi pasif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan orang lain di dalam kegiatan tersebut. Contoh : menghitung, mengutuk, menggumam, atau berdo’a.
3.
Fungsi respektif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan alat ucap, melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang lain. Akan tetapi pemakai bahasa tidak hanya diam, melainkan memberikan respons yang tampak maupun yang tidak tampak (Suherly : 2001, hlm. 30-31)
6
C. Syarat-Syarat Penggunaan Bahasa dalam Artikel Ilmiah Penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan formal seperti karya tulis ilmiah harus mengikuti syarat-syarat tertentu, yaitu : 1. Secara morfologis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap. Dalam hal ini wujud setiap kata yang dipakai harus mengandung afiksasi yang lengkap seperti: diuraikan, mempertentangkan, memiliki dan sebagainya. Kata-kata lain yang
tanpa afiksasi
juga harus dimunculkan dalam bentuk yang lengkap.
Kata-kata Kata -kata
seperti tidak, sudah dan sudah dan sebagainya tidak dapat ditulis dengan bentuk tak atau udah. . 2. Secara sintaksis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap. Yakni memuat unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara eksplisit. Sering ditemukan dalam tulisan ilmiah bentuk pelesapan subjek dalam kalimat kompleks padahal secara sintaksis subjek tersebut tidak memiliki rujukan yang sama dengan subjek pada kalimat induknya atau subjek kedua ini telah jauh terpisah dari subjek petamanya. Sebagai contoh dalam kalimat “Artikel ini…diperuntukkan bagi peminat kebahasaan…. Lain dari itu, juga memberi bantuan pengetahuan….” Verba ―memberi‖ ―memberi‖ tidak memiliki subjek yang merujuk pada ‖artikel‖ artikel‖ yang berada pada kalimat sebelumnya. Pada kalimat ― Dengan ini meminta kesediaan Anda untuk menyajikan….”, menyajikan….”, verba ―meminta‖ ―meminta‖ yang juga tidak bersubjek diharapkan diharapkan merujuk pada subjek dalam paragraf paragraf sebelumnya. Satu kalimat kompleks dapat saja memiliki satu subjek dengan dua dua predikat
7
bilamana subjek yang dilesapkan itu mempunyai hubungan anaforik dengan subjek yang masih dipertahankan. Kalimat (2) berikut adalah kalimat lengkap yang dibentuk dari kalimat (l). (l) Saya masuk kuliah tahun 1987, saya selesai kuliah tahun 1992 dan sekarang akan diwisuda. Para wisudawan berbaris menuju aula. Para wisudawan menerima ijazah dari dekan secara bergiliran. (2) Saya
masuk kuliah tahun 1987, selesai tahun 1992 dan akan diwisuda. Para
wisudawan berbaris menuju aula. Mereka menerima ijazah da ri dekan secara bergiliran. 3. Ketiga, bahasa dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan tunggal arti.
Penulis artikel artikel ilmiah ilmiah harus menimbang-nimbang
secara seksama setiap kata, kata,
ungkapan dan bentuk sintaksis sehingga apa yang dimengerti pembaca sama dengan yang dimaksud penulis. Istilah-istilah kembar seperti fonologi- fonetik-fonemik harus dipilih penggunaannya sehingga tidak menimbulkan makna yang keliru seperti terlihat dalam kalimat Katz dan Postal (1999) mengemukakan pendapatnya bahwa bahasa terdiri atas tiga komponen; sintaksik, fonetik, dan semantik. Komponen kedua dalam kalimat di atas seharusnya fonologi bukan fonetik karena kedua kata tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Ketepatan makna dan ketunggalan arti berarti pula penghindaran dari berbagai ambiguitas. 4. Keempat, bahasa dalam artikel harus mengikuti kaidah – kaidah kaidah sintaktik. Penggunaan kalimat dalam karangan ilmiah harus berupa kalimat yang efektif yakni
8
kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah tata bahasa, tidak berbelit-belit, tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan ringkas. Salah satu contoh kesalahan sintaktis adalah pemakaian kata daripada di belakang verba. Kesalahan ini terjadi karena penulis atau pembicara tidak dapat membedakan membedakan subkategori verba secara intuitif menjadi transitiftaktransitif taktra nsitif sehingga apa yang seharusnya sehar usnya langsung diikuti objek disisipi penyeling daripada. daripada. Pengertian fungsi sintaktik seperti subjek, predikat, dan objek tampaknya masih belum jelas. Misalnya, fungsi subjek
yang seharusnya seharus nya berwujud berwujud nomina masih dilanggar seperti pada
kalimat berikut. (1) Para (1) Para dosen diwajibkan diwajibkan untuk apel apel pada tanggal 17 Agustus 2003. 2003. (2) *Bagi (2) *Bagi para dosen PNS diwajibkan untuk apel pada tanggal 17 Agustus 2003. Para dosen
pada (1) merupakan satu frasa nomina dan karenanya layak menjadi
subjek. Tetapi bila ditambahkan preposisi bagi seperti pada (2) maka kategori sintaktiknya tidak lagi nomina sehingga tidak bisa berfungsi sebagai subjek. Dengan kata lain, subjek tidak dapat didahului kata depan kecuali bila kata depan tersebut difungsikan sebagai pengantar keterangan seperti dalam contoh kalimat ― Dalam ― Dalam artikel ini dikemukakan dikemukakan contoh kalimat efektif” 5. Bahasa artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata. Dalam mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk bahasa, hal pertama yang harus jelas adalah konsep utama yang ingin dikemukakan penulis. Selanjutnya konsep utama ini dilengkapi dengan subkonsep lain yang relevan. Setelah semua itu sampailah pada pemilihan kata, frase, dan bentuk sintaksis yang akan dapat mengungkapkan gambaran ide penulis sejelas
9
mungkin dengan penggunaan kata yang seekonomis mungkin. Sebagai contoh bila penulis ingin berbicara tentang penemu mesin uap maka selain ada nama James Watt maka konsep ini harus dilengkapi dengan subkonsep lain seperti Inggris, mesin uap, abad 16, insinyur, penemu, dan asal. asal. Berdasarkan prinsip padat isi isi maka kalimat yang dibuat dibuat adalah (1) dan bukan kalimat (2) berikut ini. (1) James Watt adalah seorang insinyur yang berasal dari Inggris. Dia menemukan mesin uap pada abad ke-16. (17 kata) (2) James Watt, seorang insinyur Inggris, Inggris, menemukan mesin uap pada abad abad ke-26. (l0 kata) Dengan demikian, ciri utama bahasa tulisan cenderung menggunkan klausa sederhana yakni klausa tunggal dengan kepadatan leksikal tinggi. Kalimat “Indonesia telah berhasil membangun ekonominya yang membawa perubahan besar terhadap budayanya khususnya budaya yang terdapat di daerah pedesaan” yang terdiri atas tiga klausa dapat ditulis menjadi “Keberhasilan “Keberhas ilan
pembangunan ekonomi Indonesia secara khusus mengubah budaya
masyarakat pedesaan”sehingga pedesaan”sehingga memiliki kepadatan leksikal. Konsekuensi dari prinsip ini menyebabkan artikel sangat ketat dalam pemakaian kata sehingga umumnya menjadi sukar diperpendek lagi.
D. Gaya dan Bahasa Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Berikut ini, kami akan memberikan gambaran yang komprehensif ihwal penulisan kata, kalimat, paragraf, dan penyusunan alinea :
10
1. Penulisan Kata Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, entitas “kata” dapat dipahami sebagai unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa (Rahardi : 2009, 12). Oleh karena itu, penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa. Karena itu, para pengguna bahasa baha sa harus berhati-hati ketika memilih kata-kata kata -kata untuk membuat kalimat. Pemilihan kata yang baik dan tepat akan memudahkan seseorang untuk memahami makna dari kata tersebut, baik lisan maupun tulisan. Seorang penulis yang baik harus menimbang setiap kata yang akan digunakan sebelum dituangkan dalam tulisan, terlebih dalam penulisan karya tulis ilmiah. Ada beberapa ukuran yang perlu diperhatikan dalam dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, yaitu (Zaenal : 2003, hlm. hlm . 32) : a)
Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat harus dihindari. Misalnya: nongkrong, raun. Kata-kata itu dapat dipakai apabila sudah menjadi milik umum. Contoh: santai, lugas, anjangsana.
b)
Kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan. Contoh: tunanetra (buta). Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh
masyarakat. Contoh: laskar = didaulat.
11
2. Penulisan Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, harus memiliki subjek dan predikat. (Zaenal : 2003, hlm. 58) Subjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus ada dalam sebuah kalimat, apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya bukanlah kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata. Dalam membangun sebuah kalimat, terdapat beberapa unsur penyusunnya, yaitu (Endang : 2013, hlm. 170-171) : a) Subyek Subyek adalah unsur yang diperhatikan dalam sebuah kalimat. Subyek merupakan inti dalam kalimat yang dijelaskan oleh unsur predikat. Contoh : para mahasiswa melakukan demo di jalan raya. b) Predikat Predikat merupakan kata di dalam sebuah kalimat yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subyek. Contoh: para mahasiswa melakukan demo di jalan raya.
12
c) Pelengkap Sering kali sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Misalnya: pemerintah membangun pusat kegiatan remaja. Kata yang digarisbawahi merupakan unsur pelengkap. Terlihat pula bahwa dalam sebuah kalimat, unsur pelengkap itu selalu berada di belakang predikat. Unsur pelengkap itu disebut obyek. d) Kata Perangkai Unsur perangkai berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur predikat, atau dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Unsur kalimat yang berfungsi sebagai kata perangkai sering diawali oleh kata-kata dan, dengan, setra, bersama, beserta, dan kadang-kadang oleh kata juga. e) Kata Penghubung Adakalanya kata penghubung terdiri atas satu kata dan ada pula yang terdiri atas satu kelompok kata yang berfungsi untuk menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi di dalam satu kalimat. f) Kata Modalitas Unsur tersebut sering disebut “kata warna” dan berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti sebuah kalimat.
13
Dalam membuat karya tulis ilmiah, kalimat yang digunakan harus efektif dan menggunakan kaidah penulisan yang benar. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat mewakili gagasan atau perasaan pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar (Endang : 2013, hlm. 153). Dengan menggunakan kalimat efektif, informasi yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Adapun ciri-ciri kalimat efektif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut (Rahardi : 2009, hlm. 129) : 1) Kesepadanan struktur 2) Keparalelan bentuk 3) Ketegasan makna 4) Kehematan kata 5) Kecermatan penalaran 6) Kepaduan gagasan 7) Kelogisan bahasa 3. Penulisan Paragraf Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimatkalimat di dalam paragraf itu harus disusun seacara runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu.
14
Sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok itu, dalam paragraf juga terdapat kalimat penjelas, dan kalimat penegas. Ide utama atau kalimat utama paragraf harus berisi ide utama dari paragraf yang bersangkutan. Ide pokok sesungguhnya memiliki jangkauan keluasan yang lebih besar daripada kalimat pokok atau kalimat utama. Dari sebuah ide pokok atau ide utama dapat dikembangkan beberapa kalimat utama paragraf. Lalu, berdasarkan posisinya di dalam sebuah paragraf, kalimat pokok atau kalimat utama itu dapat berada pada posisi yang berbeda-beda. Perbedaan tempat atau posisi bagi sebuah kalimat utama demikian ini akan menentukan pula alur pikiran yang harus diterapkan (Rahardi : 2009, hlm. 101-103). Pembagian posisi kalimat utama tersebut adalah sebagai berikut (Rahardi : 2009, hlm. 105108) : a. Kalimat utama di awal paragraf Dengan kalimat utama di awal paragraf, perincian dan jabaran bagi kalimat utama tersebut akan menyertainya pada kalimat-kalimat yang berikutnya. Biasanya kalimatkalimat yang menyertai kalimat utama yang berada di awal paragraf itu akan berupa perincian-perincian, contoh-contoh, keterangan-keterangan, deskripsi dan analisis. b. Kalimat utama di akhir paragraf Kalimat pokok yang tempatnya di akhir paragraf terlebih dahulu diawali dengan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu dapat berupa perincian-perincian, analisis dan deskripsi, contoh-contoh, dan sejumlah pemaparan serta argumentasi.
15
c. Kalimat utama di dalam paragraf Kalimat utama juga memungkinkan terdapat di dalam paragraf. Jadi kalimat utama itu tidak terdapat di awal paragraf atau di akhir paragraf tetapi terletak di tengah paragraf. Memang agak sulit membayangkan paragraf dengan ciri yang demikian itu. Akan tetapi, dalam kenyataannya paragraf dengan model yang demikian itu memang dapat ditemukan di dalam bahasa Indonesia. Paragraf jenis ini juga disebut seba gai paragraf ineratif. d. Kalimat utama di awal dan di akhir paragraf Kalimat utama yang dimaksud di sini merupakan bentuk pengulangan kalimat utama dari yang pertama dalam sebuah paragraf. Bilamana dikaitkan dengan alur pikir, paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf disebut sebagai deduktif, kalimat utama yang terletak di akhir paragraf disebut sebagai induktif, dan paragraf yang kalimat utamanya di awal dan di akhir paragraf disebut sebagai paragraf yang beralur pikir abduktif. Dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. Dalam sebuah paragraf kalimat penjelas di bagi dua yakni kalimat penjelas mayor dan kalimat penjelas minor (Rahardi (Raha rdi : 2009, hlm. 110-111) :
16
1) Kalimat penjelas mayor Kalimat penjelas mayor (major (major support sentences) sentences) adalah kalimat penjelas yang utama. Kalimat penjelas yang utama itu bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok dan kalimat utama yang terdapat di dalam dalam paragraf itu. 2) Kalimat penjelas minor Dikatakan kalimat penjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat yang menjelaskan kalimat penjelas mayor tertentu secara langsung. Selain kalimat utama dan kalimat penjelas dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga terdapat kalimat penegas. Kehadiran kalimat penegas di adalah sebuah paragraf bersifat tentarif, bersifat mana suka. Bilamana dirasa perlu dihadirkan, maka silakan saja dihadirkan di dalam paragraf anda tersebut. Maka, dalam konteks pemakaian paragraf yang demikian, kehadiran sebuah kalimat penegas di dalam paragraf, menjadi sangat tidak dipentingkan oleh penulis. (Rahardi : 2009, hlm. 111) 4. Penyusunan Alinea Alinea pada hakikatnya adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas ketimbang kalimat. Alinea merupakan himpunan kalimat yang bertalian secara utuh atau koherens dan kohesi dalam rangka membentuk ide atau gagasan. Dari sudut bentuknya, alinea terdiri atas alinea menjorok, yakni alinea yang awal kalimatnya disusun secara menjorok ke dalam, dan alinea merenggang, yaitu alinea yang awal kalimatnya disusun
17
merata dengan batas tepi kiri tulisan. Ada pula alinea yang bentuknya merupakan variasi dari kedua bentuk yang telah disebutkan ini. Apapun bentuk alinea yang dipilih, sebuah alinea harus mengandung satu gagasan utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik. Selain berfungsi sebagai pengendali isi alinea, gagasan utama akan menentukan kalimat mana yang dapat dikelompokkan ke dalam suatu alinea, dan sekaligus akan menentukan informasi mana yang tidak dapat di masukan ke dalam alinea tersebut (Wibowo : 2012, hlm. 122-123). Struktur sebuah alinea lazimnya terbagi atas (1) alinea pembuka, (2) alinea tubuh, (3) alinea penutup. Pertama, Pertama, alinea pembuka adalah alinea yang diletakkan pada awal tulisan. Di dalam artikel ilmiah untuk jurnal, misalnya alinea pembuka berposisi sebagai alinea awal bagian pendahuluan (setelah abstrak dan nama diri penulis). Di dalam laporan penelitian, skripsi atau tesis, alinea pembuka berada di bagian awal tiap-tiap bab. Sementara itu, alinea pembuka di dunia jurnalistik, yang lebih dikenal dengan sebutan teras, lead , atau intro, terletak di bawah judul berita utama media massa cetak dan pada umumnya dicetak tebal atau kursif (Wibowo : 2012, hlm. 130-131). Kedua, Kedua, alinea tubuh, setelah berhasil menyusun alinea pembuka tugas kita berikutnya adalah menguraikan gagasan utama yang terdapat di dalam alinea pembuka tersebut ke dalam alinea-alinea berikutnya (alinea tubuh). Oleh karena itu, agar tidak membosankan atau membingungkan pembaca, susunlah alinea tubuh dalam kalimat yang
18
pendek tanpa mengabaikan syarat pembentukan alinea yang baik (Wibowo : 2012, hlm. 135) Ketiga, Ketiga, alinea penutup, di dalam karya tulis ilmiah alinea penutup terletak pada alinea akhir bagian simpulan. Fungsi utamanya memang menyimpulkan tulisan kita, namun upayakanlah membangun alinea penutup sedemikian rupa agar mengesankan pembaca. Upaya itu, misalnya jangan berpanjang-lebar dan perhatikan pula perbandingan yang proposional antara alinea pembuka, alinea tubuh, dan alinea penutup. Patut pula dikemukakan, simpulan pada dasarnya adalah “laporan” mengenai mengenai apa saja yang telah kita temukan dalam penelitian kita dan bukan “ringkasan” mengenai karya tulis ilmiah kita (Wibowo : 2012, hlm. 139)
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah. Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang kredibilitas
suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa
komunikasi. Penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa. Subjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus ada dalam sebuah kalimat, apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya bukanlah kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata. Dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat
19
20
utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. sebuah alinea harus mengandung satu gagasan utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Alek dan Prof. Dr. H. Achmad H.P. 2011. Bahasa 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Tinggi. Jakarta: Prenada Media Group Dra. Hj. Endang Rumaningsih, M.Hum. 2013. Cermat dan Terampil Berbahasa Indonesia. Semarang: RaSAIL Kunjana Rahardi. 2009. Penyuntingan 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang., Yogyakarta: Mengarang., Yogyakarta: Penerbit Erlangga Sugihastuti. 2009. Rona 2009. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia. Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wahyu Wibowo. 2012. Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, Ilmiah, Jakarta: PT Bumi Aksara Zaenal Arifin. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo
Website : http://lesmanafe.blogspot.co.id/2015/01/makalah-tentang-bahasa-karya-tulis.html http://se-cara.blogspot.co.id/2013/03/bahasa-karya-tulis-ilmiah.html http://www.academia.edu/9451158/Kaidah_Bahasa_Indonesia_dalam_Penulisan_K arya_Ilmiah
21