BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2.1.1 Pengertian ISPA
ISPA ISPA adalah suatu kelompok kelompok penyakit penyakit yang menyerang sistem pernafasan. pernafasan. Secara anatomis, ISPA dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA atas dan ISPA bawah. ISPA atas yang perlu diwaspadai adalah radang saluran tenggorokkan ( pharingitis) pharingitis) dan radang telinga tengah (otitis ( otitis). ). Pharingitis yag Pharingitis yag disebabkan oleh kuman tertentu (Streptococcus (Streptococcus hemolyticus) hemolyticus) dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung (endokarditis ( endokarditis). ). Sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya ketulian. Pada ISPA bawah salah satu yang berahaya adalah pneumonia (aryunani, pneumonia (aryunani, !"#"). 2.1.2 tiologi ISPA
$tiolo $tiologi gi ISPA ISPA terdiri terdiri dari dari agen agen infeks infeksius ius dan agen agen non%in non%infek feksiu sius. s. Agen Agen infeksius yang paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut adalah adalah &irus, &irus, seperti seperti Respiratory Syncytial Virus Virus ('S ('S), ), Nonpolio enterovirus (coxsackieviruses
A
da dan
), Adenovirus,
Parainfluenza, Parainfluenza, da dan Human
metapneumoviruses. metapneumoviruses. Agen Agen infeksius selain &irus juga dapat menyebabkan menyebabkan ISPA, ISPA, seperti !hemolytic
streptococci,
Staphylococcus,
Haemophilus
influenza,
"hlamydia "hlamydia trachomatis, trachomatis, #ycoplasma #ycoplasma,, da d an Pneumococcus (*ockenberry (*ockenberry dan +ilson, !"# dalam -uhriyah, !"#)
1
2
isnadiarly isnadiarly (!""/) (!""/)
dalam -uhriyah -uhriyah (!"#) (!"#) menyebutka menyebutkan n bahwa selain selain
agen infeksius, agen non%infeksius juga dapat menyebabkan ISPA seperti aspirasi makanan dan cairan lambung, dan inhalasi 0at%0at asing seperti racun atau bahan kimia, asap rokok, debu, dan gas. 2.1.! Patofisiologi ISPA
Perjala Perjalanan nan klinis klinis penyak penyakit it ISPA ISPA dimula dimulaii dengan dengan berint berinterak eraksiny sinyaa &irus &irus deng dengan an tubu tubuh. h. asu asukn kny ya
&iru &iruss
seba sebaga gaii
anti antige gen n ke salu salura ran n
pern pernaf afas asan an
menyebabka menyebabkan n silia yang terdapat terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong &irus ke arahpharing atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. 1ika refleks tersebut gagal maka &irus merusak lapisan epitel dan lapisan lapisan mukosa mukosa saluran saluran pernaf pernafasan asan.. Iritasi Iritasi &irus &irus pada pada kedua kedua lapisan lapisan tersebu tersebutt menyebabkan timbulnya batuk kering. 2erusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan men yebabkan kenaikan aktifitas aktifita s kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi melebihi noramal. noramal. 'angsangan 'angsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulka menimbulkan n gejala batuk ('ech, !""3 dalam -uhriyah, !"#). 4 Adanya infeksi &irus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi &irus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupa merupakan kan mekanis mekanisme me perlin perlindun dungan gan pada pada saluran saluran pernafa pernafasan san terhada terhadap p infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri%bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influen0a dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut ('ech, !""3 dalam -uhriyah, !"#).
3
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. In&asi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor%faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi &irus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gi0i akut pada bayi dan anak. 5ampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah,sehingga bakteri%bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi &irus, dapat menginfeksi paru%paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri ('ech, !""3 dalam -uhriyah, !"#). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. 6iri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan Ig7 pada saluran nafas bawah. 5iketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, #338 dalam -uhriyah, !"#). 5ari uraian diatas, perjalanan klinis penyakit ISPA menurut Siregar (#338) dalam -uhriyah (!"#) dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu 9 1; 4ahap patogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan
reaksi apa%apa.
4
2; 4ahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. 4imbul gejala
demam dan batuk. 3; 4ahap inkubasi, &irus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. 4ubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gi0i dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah. 4; 4ahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. 4imbul gejala
demam dan batuk. 5; 4ahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia. 2.1." Tan#a #an $e%ala ISPA
Saluran pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme. 4anda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth, !"## dalam -uhriyah, !"#). 5jojodibroto (!""3) dalam -uhriyah (!"#) menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi saluran pernafasan yang terserang, yaitu 9 1; 7ejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. 7ejala yang sering timbul
yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungti&itis ringan, sakit tengorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam. 2; 7ejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. 7ejala yang timbul
biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti
5
hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan. atuk yang ber&ariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimulai dengan batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi sputum yang banyak: dapat bersifat mukus tetapi dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara $heezing atau ronkhi yang dapat terdengan jika produksi sputum meningkat. 2.1.5; Klasifikasi ISPA 1; erdasarkan lokasi anatomi ISPA atas meliputi 9 a; Infeksi saluran pernafasan akut atas merupakan infeksi yang menyerang
saluran pernafasan bagian atas ( faring ). 4erdapat beberapa gejala yang ditemukan pada infeksi ini yaitu demam, batuk, sakit tenggorokan, bengkak di wajah, nyeri telinga, ottorhea, dan mastoiditis (Parthasarathy (ed), et al , !"# 9 dalam -uhriyah, !"#). eberapa penyakit yang merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut atas yaitu sinusitis, faringitis, dan otitis media akut (-iady dan Small, !""; dalam -uhriyah, !"#). b; Infeksi Saluran Pernafasan Akut awah Infeksi saluran pernafasan akut
bawah merupakan infeksi yang menyerang saluran pernafasan bagian bawah. Seseorang yang terkena infeksi pada saluran pernafasan bawah biasanya akan ditemukan gejala takipnea, retraksi dada, dan pernafasan $heezing (Parthasarathy (ed) et al%, !"# dalam -uhriyah, !"#). eberapa penyakit yang merupakan contoh infeksi saluran pernafasan akut bawah yaitu &ronchiolitis, &ronchitis akut, dan pneumonia (6hang et al%, !""; dalam -uhriyah, !"#) 2; Sedangkan berdasar kelompok umur mrnurut 5epkes (!"##) klasifikasi
ISPA dibagi menjadi 9 a; 2elompok umur kurang dari ! ulan
6
Pneumonia erat 9 selain batuk dan atau sukar bernafas, nafas cepat (<;" kali=menit) atau tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke dalam. ukan Pneumonia 9 hanya ditemukan batuk dan atau sukar bernafas, namun tidak ditemukan nafas cepat (nafas >;" kali=menit) dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. b; 2elompok umur ! bulan % > 4ahun
Pneumonia erat 9 selain batuk dan atau sukar bernafas juga ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ("hest 'ndra$ing ) Pneumonia 9 tidak ditemukan tarikan dinding dada bawah ke dalam, namun ditemukan nafas cepat sesuai golongan umur (! bulan % > # tahun 9 " kali atau lebih=menit: #%> tahun 9 8" kali atau lebih=menit). c; ukan Pneumonia 9 tidak ditemukan nafas cepat dan tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam, namun hanya ditemukan batuk dan atau sukar bernafas. 2.1.& 'aktor esiko Ter%a#ina ISPA
enurut aryunani (!"#") secara umum terdapat tiga faktor resiko terjadinya ISPA, yaitu 9
7
1; ?aktor @ingkungan a; Pencemaran udara dalam rumah
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
dengan
konsentrasi
tinggi
dapat
merusak
mekanisme
pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. *al ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan &entilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. *al ini lebih dimungkinkan karena bayi dan labih lama berada di dalam rumah bersama ibunya sehingga dosis pencemaram tentunya akan lebih tinggi. *asil penelitian diperoleh adanya hubungan antar ISPA dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan resiko &ronchitis, pneumonia pada anak%anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 3 bulan dan ;%#" tahun. b; entilasi rumah
entilasi yaitu proses penyediaan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. ?ungsi dari &entilasi yaitu untuk mensuplai udara yang bersih atau udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernafasan, membebaskan udara ruangan dari bau% bauan, asap ataupun debu dan 0a%0at pencemar lain dengan cara pengenceran udara, mensuplai panas agar hilnagnya panas badan seimbang, mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan, mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, e&aporasi ataupun keadaan eksternal, serta mendisfungsikan suhu udara secara merata. c; 2eadaan hunian rumah
8
2epadatan hunian dalam umah menurut keputusan menteri kesehatan
nomor
/!3=$2$S=S2=II=#333
tentang
persyaratan
kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah
8m
2
.
5engan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan akti&itas. 2eadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan
bermakna
tentang
kepadatan
dan
kematian
dari
&roncopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini. 2; ?aktor indi&idu anak a; Bmur anak
Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit pernafasan oleh &irus melonjak ada bayi dan usia dini anak%anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur ;%#! bulan. b; erat badan lahir
erat badab lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita. ayi dengan berat badan lahir rendah (@') mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan%bulan oertama kelahiran karena pembentukan 0at anti kekebalan belum sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi. Penelitian menunjukkan bahwa berat bayi kurang dari !"" gram dihubungankan dengan meningkatnya kematian akibat ISPA
dan
hubungan ini menetapsetelah dilakukan adjusted terhadap status
9
pekerjaan. Pendapatan dan pendidikan. 5ata ini mengingatkan bahwa anak%anak dengan riwayat @' tidak mengalami rate lebih tinggi terhadap penyakit saluran pernafapasn, tetapi mengalami lebih berat infeksinya. c; Status gi0i
asukan 0at%0at gi0i yang diperoleh pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh umur, keadaan fisik, kondisi kesehatan, kesehatan fisiologis pencernaannya, tersedianya makanan dan akti&itas dari si anak itu sendiri. Penilaian status gi0i dapat dilakukan antara lain berdasarkan antropometri berat badan lahir, panjang badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas. 2eadaan gi0i buruk setelah muncul faktor resiko yang penting untuk terjadinya ISPA. eberapa penelitian telah memuktikan tentang adanya hubungan antara gi0i buruk dan infeksi paru, sehingga anak%anak yang bergi0i buruk sering menderita pneumonia% 5isamping itu adanya hubungan antar gi0i buruk dan terjadinya campak dan infeksi &irus berat lainnya serta menurunyya daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. alita dengan gi0i yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gi0i normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kurang gi0i. Pada keadaan gi0i kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama. d; itamin A Sejak tahun #3/ setiap enam bulan posyandu memberikan kapsul !"".""" IB &itamin A pada balita dari umur #%8 tahun. alita yang mendapat &itamin A lebih dari ; bulan sebelum sakit maupun yang tidak
10
ernah mendapatkannya adalah sebagai resiko terjadinya suatu penyakit sebesar 3;,; C pada kelompok kasus dan 3, Cpada kelompok kontrol. Pemberian &itamin A yag dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan
menyebabkan
enigkatan
titer
antibodi
yang
spesifik
dan
temapaknya tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi. ila antibodi yang ditunjukkan terhadap bibit penyakit dan bukan sekedar atigen asing yang tidak berbahaya, niscaya dapatlah diharapkan adanya perlindungan terhadap bibit penyakit yang bersangkutan untuk jangka yang tidak terlalu singkat. 2arena itu usaha masal pemberian &itamin A dan imunisasi secara berkala terhadap anak%anak prasekolah seharusnya tidak dilihat sebagai due kegiatan terpisah. 2eduanya haruslah dipandang dalam suatu kesatuan utuh, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap anak Indonesia sehingga mereka dapat tumbuh, berkembang dan berangkat dewasa dalam keadaan yang sebaik%baiknya.
11
e; Status imunisasi
ayi dan balita yang pernah terseran campak dan selamat akan mendapat kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis, cmpak, maka peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA. Bntuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap. ayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat. 6ara yang terbukti paling efektif saat ini dapat dengan pemberian imunisasi campak dan pertusis (5P4). 5engan imunisasi campak yang efektif sekita ##C kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi ertusis (5P4) ;C kematian pneumonia dapat dicegah. 3; ?aktor perilaku
?aktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupu anggota keluarga lainnya. 2eluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. ila salah satu atau anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. Peran aktif keluarga atau masyarakat dalam menangani ISPA merupakan penyakit yang ada sehari%hari dalam masyarakat atau keluarga. *ail ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang
12
sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit. 2eluarga perlu mengamati dan mengenali tanda keluhan dini ISPA dan kapan mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak menjadi lebih berat. erdasarkan hal tersebut dapat diartikan dengan jelas bahwa peran keluarga dalam praktekpenanganan dini pada balita dengan sakit ISPA sangatlah penting, sebab bila praktek penanganan ISPA tingkat keluarga yang kurang= buruk aka berpengaruh pada perjalanan penyakit dari yang ringan menjadi bertambah berat. 5alam penganan ISPA tingkat keluarga keseluruhannya dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu perawatab penunjang oleh ibu balita, tinakan yang segera dan pengamatan tentang perkembangan penyakit balita dan pencarian pertolongan pada pelayanan kesehatan. 2.1.7; Penentuan Diagnosis ISPA********************************
5iagnosis ISPA ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan klinis petugas kesehatan terhadap pasien. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan inspeksi, perkusi, palpasi, ataupun auskultasi. erdasarkan pembagian ISPA yang direkomendasikan oleh +*D (!""E) dimana pembagian ISPA dibagi menjadi ISPA 'ingan, Sedang dan erat, maka penentuan diagnosis ISPA berdasarkan gejala F gejala sebagai berikut 9
1; ISPA ringan, ditandai dengan satu atau lebih gejala batuk, pilek dengan atau
tanpa demam. 2; ISPA sedang meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala
seperti pernafasan cepat, whee0ing, sakit telinga, keluar secret dari telinga, dan bercak kemerahan.
13
3; ISPA erat, meliputi gejala sedang=ringan ditambah satu atau lebih gejala
penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi, kesadaran menurun, bibir = kulit pucat kebiruan, dan stridor saat istirahat serta adanya selaput membran difteri . 5alam 4eGtbook of Pediatric dari eson disebutkan bahwa Infeksi Akut pada saluran nafas terdiri dari Infeksi Akut Saluran afas Atas dan Infeksi Akut Saluran afas awah. Hang termasuk Infeksi Akut Saluran afas Atas adalah 9 a; asopharingitis Akut 9 gejala meliputi panas, pilek, hidung tersumbat,
iritasi pada tenggorokan. b; Pharingitis Acut 9 gejalanya yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan
sakit menelan yang mungkin didahului oleh pilek atau gejala influen0a lainnya. yeri ini kadang sampai ke telinga (otalgia) karena adanya nyeri alih (referred pain) oleh *eperemia pada jaringan limfoid didingding belakang pharing yang kadang disertai folikel bereksudat menandakan adanya infeksi sekunder . pada permukaannya mungkin terlihat alur%alur secret mukopurulen c; 'hinitis 9 Ingus kental umumnya menunjukkan telah ada infeksi sekunder
oleh bakteri. 'initis alergi maupun rhinitis &asomotor mudah dibedakan dari rhinitis infeksi karena ingus yang putih dan encer yang hanya keluar saat serangan saja. Pada rhinitis atropi ingus kental diserta krusta berwarna hijau. Pada pemeriksaan hidung tampak rongga hidung yang lapang karena konka mengalami atropi. d; @aryringitis suara serak, demam, batuk, iritasi di tenggorok, tenggorokan
terasa buntu. e; 4onsilitis Akut 9 demam, adanya pembesaran tonsil, kadang disertai sakit
menelan.
14
f; Dtitis edia Akut 9 demam, penurunan daya dengar, sakit telinga, cairan
ourulen di liang telinga. Hang termasuk Infeksi Akut Saluran Pernafasan awah adalah 9roncitis Akut dan ronkhiolitis Akut. ronkhiolitis Akut 9 demam dan nafsu makan berkurang, distres nafas yang ditandai oleh batuk paroksismal, whee0ing, sesak napas. 4erjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari ;" kali per menit, kadang%kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. 4erdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Pada beberapa pasien dengan bronkiolitis didapatkan konjungti&itis ringan, otitis media serta pharingitis(elson,#3/ ).
15
lll erikut diagnosis ISPA menurut 4S (aryunani, !"#)
7ambar !.# 4S
16
2.1.+ Penatalaksanaan ISPAkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
5iberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk yang tidak mengandung 0at yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan. ila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama #" hari. erikan makanan yang cukup gi0i, sedikit%sedikit tetapi berulang%ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih%lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi misalkan yang menyusui tetap diteruskan. Bsahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.4idak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih%lebih pada anak dengan demam. 1ika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghin dari komplikasi yang lebih parah. Bsahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang ber&entilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Bntuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama hari penuh (Soraya, !""3 dalam @estari, !"#8).
17
2.1.9; ISPA pa#a Balita 1; Pengertian alita
alita adalah anak yang berusia "%3 bulan (5epkes, !"#8). Bsia balita merupakan suatu periode penting dalam proses tumbuh kembang anak yang nantinya mempengaruhi perkembangan anak pada tahap selanjutnya (?ebry dan arendra, !""/ dalam -uhriyah, !"#). Imunitas atau sistem pertahanan tubuh merupakan suatu mekanisme perlindungan yang bertugas untuk mempertahankan integritas tubuh terhadap serangan agens asing. ?ungsi sistem imun adalah melindungi tubuh dari patogen dan menghancurkan sel%sel yang dianggap sebagai 0at asing (1ames et al, !""/ dalam -uhriyah, !"#). 4erdapat beberapa cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada balita, yaitu, pertama dengan cara pemberian gi0i yang adekuat, mulai dari pemberian ASI eksklusif selama ; bulan, pemberian ASI sampai usia ! tahun dengan makanan pendamping ASI yang lengkap akan kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan &itamin. 2edua yaitu dengan meningkatkan akti&itas sehari%hari bertujuan supaya tubuh tetap bugar dan tahan terhadap serangan berbagai penyakit. 2etiga yaitu dengan cara menjaga kebersihan badan balita dan kebersihan lingkungan sekitar balita. 2eempat yaitu dengan pemberian imunisasi untuk menghindari serangan berbagai penyakit tertentu (+idjaja, !""/ dalam -uhriyah, !"#). 2; 2ejadian ISPA pada alita
ISPA merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada balita. (orld Health )rganization memperkirakan angka kejadian ISPA di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 8" per #""" kelahiran hidup adalah #C%!"C pertahun pada # juta anak balita di dunia golongan usia balita. Pada tahun !""", #,3 juta (3C) anak F anak di
18
seluruh dunia meninggal karena ISPA, E" C dari Afrika dan Asia 4enggara. Insiden dan pre&alensi kejadian ISPA pada balita di Indonesia masih tinggi, berdasarkan hasil 'iset 2esehatan 5asar ('iskesdas) tahun !"# yaitu #,/ persen dan 8, persen. @ima pro&insi yang mempunyai insiden dan pre&alensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah usa 4enggara 4imur, Papua, Sulawesi 4engah, Sulawesi arat, dan Sulawesi Selatan. enurut 5inas 2esehatan 2ota alang tahun !"#!, penderita ISPA balita di 2ota alang pada tahun !"#! sebanyak "./E ISPA bukan pneumoni dan #83 ISPA pneumoni. 'ata%rata penemuan penderita ISPA pneumonia di Puskesmas 2ota alang tahun !"#! adalah !#,/C dengan &ariasi antara " s=d /!,3C. erdasarkan laporan 2IA=2 Puskesmas +agir tahun !"#; jumlah balita yang menderita ISPA sebanyak 8# yang kebanyakan disebabkan karena pencemaran udara atau lingkungan. 2.2;
Konsep Dasar Perilaku ,erokok #ala- Keluarga
2.2.1; Definisi Perilaku ,erokok
Perilaku merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si
perokok itu sendiri
(Soetjiningsih, !"#").
maupun orang%orang di sekitarnya
19
2.2.2; Definisi Keluarga
2eluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien (penerima) asuhan keperawata. 2eluarga berperan dalam menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. 2eberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia%sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan (@estari, !"#8). 2eluarga menempati posisi indi&idu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. 2euntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan indi&idu, dan keuntungan ke dua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. 5alam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai%nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta berbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakini dalam keluarga tersebut (?erry akhfudli, !""3 dalam @estari !"#8). 2.2.! Perilaku ,erokok #ala- Keluarga
Perokok aktif adalah seseorang yang melakukan akti&itas merokok, sedangkan perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok namun secara tidak sengaja mengisap asap rokok dari orang lain ('afael, !""; dalam -uhriyah !"#). erikut ini perilaku merokok 9
20
1; 1umlah anggota keluarga yang merokok
Polusi udara di dalam rumah bisa berasal dari asap hasil pembakaran bahan bakar dan asap rokok. Penelitian yang dilakukan oleh Ir&a et al (!""E) dalam -uhriyah (!"#) menyebutkan bahwa setelah melakukan penyesuain terhadap musim, temperatur, dan &ariabel lainnya, angka &ronkhitis meningkat
seiring
dengan
peningkatan
konsentrasi
polusi
udara.
Peningkatan polusi udara dapat meningkat seiring dengan peningkatan sumber polusi udara tersebut. @ubis (#33#) dalam -uhriyah (!"#) menyebutkan bahwa semakin tinggi jumlah perokok dalam rumah dan jumlah rokok yang dihisap berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang diderita oleh balita. 2; 1umlah rokok yang dihisap setiap hari
Smet (#338) dalam -uhriyah (!"#) mengklasifikasikan perokok menjadi tiga tipe berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya. 4iga tipe tersebut adalah 9 perokok berat apabila menghisap lebih dari # batang rokok dalam sehari, perokok sedang apabila menghisap %#8 rokok dalam sehari, dan perokok ringan apabila menghisap #%8 rokok dalam sehari. 3; 2ebiasaan merokok di dalam atau diluar rumah
Penelitian yang dilakukan oleh Sugihartono dan urja0uli (!"#!) dalam -uhriyah (!"#) mengelompokkan perilaku merokok berdasarkan area merokok, yakni di dalam atau di luar rumah. *asil penelitian tersebut menyebutkan bahwa dari /E responden yang merokok, E3 responden merokok di dalam rumah. Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang signifikan antara perilaku merokok anggota keluarga yang
21
dilakukan di dalam rumah dengan kejadian pneumonia balita dengan nilai D' ,E8 4; Perilaku membuka jendela pada pagi dan siang hari
Perilaku membuka jendela di pagi hari dan di siang hari sangat penting untuk pertukaran udara di dalam kamar dan berguna untuk mencegah ruangan menjadi lembab dan pengap sehingga mikroorganisme penyebab ISPA dapat dicegah (Pramudiyani dan Prameswari, !"## dalam -uhriyah, !"#). 2.2." ,ekanis-e tuu* ter*a#ap paparan asap rokok
2um%ji et al (!"";) dalam -uhriyah (!"#) dalam penelitiannya menjelaskan mekanisme bagaimana nikotin dalam asap rokok dapat menyebabkan depresi sistem imun tubuh. erikut penjelasan tentang mekanisme tersebut 9 1; Paparan asap rokok dan fungsi fagositosis
ikotin pada asap rokok akan menyebabkan penekanan atau menghambat mekanisme fagositosis yang dilakukan oleh neutrofil atau monosit melalui penghambatan superoksida anion, peroksida, dan produksi !Eoksigen radikal. *agositosis sel paru alveolar secara signifikan berkurang pada seorang perokok dibandingkan dengan bukan perokok (*arris dan 'othi, #3/8 dalam, -uhriyah, !"#). Penelitian yang dilakukan oleh Pabst et al (#33) dalam -uhriyah (!"#) juga menyebutkan bahwa akti&itas mengunyah tembakau dapat menghambat akti&itas fagosit dari neutrofil dan monosit dari mukosa mulut.
22
2; Paparan asap rokok, fungsi sel 4, dan produksi immunoglobulin
2andungan nikotin pada asap rokok telah terbukti mampu meneken sel produksi sel 4h# (bertanggungjawab untuk produksi Ig) namun selektif merangsang fungsi sel 4h! untuk memproduksi berbagai sitokin atau imterleukin, seperti I@%8, I@%, I@%#", dan I@%# . Produksi sitokin ini memberikan efek timbulnya manifestasi klinis yang sering terlihat pada penyakit atopik seperti asma, eksim, rhinitis alergi dan gangguan alergi lainnya. ikotin juga merangsang sel untuk beralih memproduksi Ig$. Supresi nikotin terhadap 4h# dapat menyebabkan penurunan produksi immunogobulin, khususnya IgA dan Ig7 . *asil pengamatan yang menarik adalah nikotin belum terbukti untuk menekan produksi Ig, namun menekan akti&itas sel sitotoksik melalui penghambatan sel pembunuh alami. 3; Paparan asap rokok dan perlekatan bakteri pada epitel mukosa
Asap rokok yang masuk ke dalam paru%paru menyebabkan penempelan komponen rokok secara pasif pada epitel saluran pernafasan yang dapat menyebabkan peningkatan perlekatan bakteri patogen. ikotin juga
dapat
menyebabkan
penghambatan
atau
penekanan
terhadap
mekanisme pertahanan saluran pernafasan yang dilakukan oleh silia%silia. 2.3;
/uungan Ke%a#ian ISPA pa#a Balita #engan Perilaku ,erokok Dala- Keluarga
2ebiasaan kepala keluarga yang merokok di dalam rumah dapat berdampak negatif bagi anggota keluarga khususnya balita. Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok aktif sekitar !E,;C dengan jumlah ; juta perokok atau !! miliar batang per tahun. 'okok merupakan benda beracun yang memberi efek yang sangat membahayakan pada perokok ataupun perokok pasif, terutama pada balita yang tidak sengaja terkontak asap rokok. ikotin dengan ribuan bahaya
23
beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan. ikotin yang terhirup melalui saluran pernapasan dan masuk ke tubuh melalui ASI ibunya akan berakumulasi di tubuh bayi dan membahayakan kesehatan bayi. Akibat gangguan asap rokok pada bayi antara lain adalah muntah, diare, kolik (gangguan pada saluran pencernaan bayi), denyut jantung meningkat, gangguan pernapasan pada bayi, infeksi paru% paru dan telinga, gangguan pertumbuhan. Paparan asap rokok berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita, dimana balita yang terpapar asap rokok berisiko lebih besar untuk terkena ISPA dibanding balita yang tidak terpapar asap rokok (4risnawati dan 1uwarni, !"#!). Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik pada anak%anak. Paparan yang terus%menerus akan menimbulkan gangguan pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru%paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi. 1umlah kesakitan dan kematian balita yang disebabkan oleh ISPA juga banyak ditemui. +*D memperkirakan angka kejadian ISPA di negara berkembang dengan angka kejadian ISPA pada balita di atas 8" per #""" kelahiran hidup adalah #C%!"C pertahun pada # juta anak balita di dunia golongan usia balita. Pada tahun !""", #,3 juta (3C) anak F anak di seluruh dunia meninggal karena ISPA, E" C dari Afrika dan Asia 4enggara (+*D, !""/). Insiden dan
24
pre&alensi kejadian ISPA pada balita di Indonesia masih tinggi, berdasarkan hasil 'iset 2esehatan 5asar ('iskesdas) tahun !"# yaitu #,/ persen dan 8, persen. @ima pro&insi yang mempunyai insiden dan pre&alensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah usa 4enggara 4imur, Papua, Sulawesi 4engah, Sulawesi arat, dan Sulawesi Selatan.
25
2.4;
Kerangka Konsep
Perilaku merokok dalam keluarga
1umlah anggota keluarga yang merokok
2ebiasaan merokok di dalam dan di luar rumah
1umlah rokok yang dihisap setiap hari
?aktor%faktor yang mempengaruhi 9 1; ?aktor lingkungan a; Pencemaran udara
dalam rumah b; entilasi rumah c; 2eadaan hunian rumah 2; ?aktor indi&idu anak a; Bmur anak b; erat badan lahir c; Status gi0i d; itamin A e; Status imunisasi
Perilaku membuka jendela pada pagi
ikotin dengan ribuan bahaya beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi yang dapat menyebabkan Infeksi pada saluran pernapasan
2ejadian ISPA
2eterangan 9 9 &ariabel yang diteliti 0 &ariabel yang tidak diteliti
7ambar !.8 kerangka konsep *ubungan Perilaku erokok 5alam 2eluarga 5engan 2ejadian ISPA Pada alita
26
erdasarkan kerangka konsep di atas, perilaku merokok dalam keluarga meliputi jumlah anggota keluarga yang merokok, jumlah rokok yang dihisap setiap hari, kebiasaan merokok di dalam dan di luar rumah, dan kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari. Semakin tinggi jumlah perokok dalam rumah dan jumlah rokok yang dihisap berhubungan dengan ISPA yang diderita oleh balita. Ada tiga tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setia harinya yaitu perokok berat apabila menghisap lebih dari # batang rokok dalam sehari, perokok sedang apabila menghisap %#8 rokok dalam sehari, dan perokok ringan apabila menghisap #%8 rokok dalam sehari. Pelompokkan perilaku merokok berdasarkan area merokok, yakni di dalam atau di luar rumah, dan kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari, Perilaku membuka jendela di pagi hari dan di siang hari sangat penting untuk pertukaran udara di dalam kamar dan berguna untuk mencegah ruangan menjadi lembab dan pengap sehingga mikroorganisme penyebab ISPA dapat dicegah. 'okok mengandung nikotin. ikotin dengan ribuan bahaya beracun asap rokok lainnya masuk ke saluran pernapasan bayi yang dapat menyebabkan Infeksi pada saluran pernapasan. ISPA juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain. ?aktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan seperti pencemaran udara dalam rumah, &entilasi rumah dan keadaan hunian rumah, faktor indi&idu anak seperti umur anak, berat badan lahir, status gi0i, &itamin A, dan status imunisasi, yang terakhir yaitu fektor perilaku seperti perilaku memasak dalam tungku dll.
27
2.5;
/ipotesis
Ada hubungan antara perilaku merokok dalam keluarga dengan kejadian ISPA pada balita.