Community Development
Disusun Oleh
Nama : Putri Oktarina
NIM : 07101002077
Jurusan : Sosiologi
Mata Kuliah : Sosiologi Pembangunan
Dosen Pengasuh : Dr. Alfitri, M.Si
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA
TAHUN AJARAN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian dasar Community
Community atau komunitas berarti "persaudaraan" untuk menggambarkan arti dari kata tersebut, Aristoteles menyatakan bahwa orang-orang berkumpul bersama-sama dalam lingkungan masyarakat menjalin persaudarran, memenuhi kebutuhan hidup dan mancari arti kehidupan pada masyarakat dahulu kala komunitas mudah untuk diidentifikasikan. Mereka adalah sekelompok orang yang hidup saling berdekatan dan terisolasi dari kelompok lainnya, sehingga lebih sulit untuk melihat dan mendefinisikan letak goegrafis komunitas.
Hilley dan Wills, telah meringkas dari beberapa kepustakaan dan mengusulkan empat komponen utama untuk mendefinisikan konsep komunitas :
Masyarakat (people)
Tempat dan wilayah (place and territory)
Ide saling melengkapi atau pengenalan secara psikologis dengan masyarakat (The idea of common attachment of phychological identification whit a community)
Kesimpulannya bahwa komunitas adalah suatu bentuk pergaulan hidup dalam suatu masyarakat yang bermukim disuatu tempat tertentu dimana para anggotanya hidup bersama bukan karena kep-entingan pribadi, tetapi pokok kehidupan bersama yang didasari tenggang rasa, solidaritas, loyalitas dan pertalian batin. Menurut Kaufan dan Sanders, komunitas dapat dipandang sebagai bentuk susunan yang dinamis dan muncul dalam suatu kelompok, serta keberbagai macam bidang kepentingan. Konsep dasar komunitas meliputi :
Perkumpulan (Association), yaitu organisasi kelompok yang terdiri dari komunitas, dimana kelopmpok tersebut difokuskan untuk menyediakan pelayanaan atau sumber atau pengkoordinasi usaha lokal.
Pelaku (Actors), yaitu pimpinan. Anggota perkumpulan, dan penduduk lain suatu komunitas yang menunggu mobilitas atau penyerahan.
Tindakan (Action), yatiu pembangunan, pembuatan kebijaksanaan atau aktivitas lain, dimana pelaku aktivitas tersebut melakukan aktivitas yang bertujuan untuk pengenalan tujuan dasar komunitas
Susunan kepentingan (interest configuration), berkas-berkas urusan komunitas yang mewakili perkumpulan, pelaku dan tindakan komunitas. (Kaufman, 1988:55).
Komunitas secara tidak langsung merupakan integrasi sosial, yang meliputi persoalan dan tanggung jawab yang berhubungan dengan masyarakat. Definisi lain juga menjelaskan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang menggambarkan kekolektifan yang banyak, dimana manusia pada hakekatnya akan hidup berkolektif antara satu dengan yang lainnya, hal ini berkaitan dengan sifat manusia itu sendiri yang merupakan makhluk sosial, (Budimanta dan Rudito, 2003:1). Masyarakat terdiri dari berbagai macam individu dan dari individu-individu tersebut akan tergambar tindakan-tindakan yang seakan tidak beraturan satu sama lainnya, namun bila diperhatikan secara teliti, maka dari kenyataan-kenyataan tersebut justru akan muncul banyak keteraturan sebagai wujud dari kehidupan sosial mereka. Individu-individu didalam masyarakat akan menempati status-status tertentu yang telah ada dan tersedia dalam aturan di masyarakat, (Budimanta dan Rudito, 2003:2). Komunitas berbeda dengan kumpulan manusia seperti kerumunan atau kelompok manusia lainnya, Ogdin seperti yang dikutip Iriantara dalam Community Relations menyebutkan lima faktor yang bisa membedakan komunitas dari indivudu-individu lainnya, yaitu :
Pembatasan dan ekslusifvitas yang berdasarkan hal ini bisa dirumuskan siapa yang menjadi anggota dan bukan anggota komunitas tersebut
Tujuan yang merupakan landasan keberadaan komunitas
Aturan yang memberi pembatasan terhadap perilaku anggota komunitas, termasuk ancaman disingkirkan untuk yang berperilaku melanggar aturan itu
Komitmen terhadap kesejahteraan orang lain, sehingga ada kepedulian terhadap orang lain yang berada dalam komunitas yang sama, atau setidaknya ada tanggung jawab bagi individu terhadap komunitas secara keseluruhan
Kemandirian yakni memiliki kebebasan sendiri untuk menentukan apa yang dilakukan dan cara memasuki komunitas. (Iriantara, 2004:24)
Dengan demikian komunitas dapat dipandang sebagai interaksi dalam struktur sosial yang berdiam pada lokasi yang berada atau mungkin berjauhan namun dipersatukan oleh kepentingan dan nilai-nilai yang sama, namun komunitas juga dapat dipandang berdasarkan karakteristik relasinya, yaitu ;
Komunitas sebagai pengelompokkan lokal yang didasarkan pada kedekatan dan kadang-kadang relasi tatap-muka (seperti pada komunitas local dan komunitas pekerja)
komunitas sebagai kelompok kepentingan seperti dalam komunitas penelitian, komunitas bisnis atau kelompok dengan karakteristik tertentu seperti komunitas etnis.
kualitas relasi didalamnya dalam bentuk keterkaitan moral dan emosional seperti mengacu pada identitas, nilai-nilai dan tujuan bersama, pengambilan keputusan secara partisipatif dan produksi simboliknya. (Iriantara, 2004:25)
Pengertian Development
Development dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pengembangan, yang secara tidak langsug berarti perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change). Pengembangan berhubungan dengan sejarah perubahan kebudayaan. Negara dan komunitas dari tingkat sosial yang tingkat kemajuannya masih rendah ke tingkat kemajuan bersosial yang lebih tinggi. Pengembangan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya pemberdayaan masyarakat melalui kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat itu. Dalam pengembangan masyarakat ini, masyarakat adalah partisipan sekaligus pemetik manfaat (beneficiaries) dari pembangunan. Dalam pendekatan pengembangan masyarakat, yang biasanya membentuk organisasi-organisasi masyarakat, seperti ditulis Kindervatter (1979) dalam Iriantara memiliki komponen-komponenn sebagai beriut :
Berorientasi pada kebutuhan baik secara material maupun nonmaterial,
Memenfaatkan kesejatian (endogenous) masyaraka tsetempat termasuk visi dan misinya tentang masa depan,
Mandiri yang berari mendasarkan pada kekuatan dan sumber daya yang dimilikinya
Bersifat ekologis yang memanfaatkan sumber daya secara rasional dan penuh kesadaran
Didasarkan pada transformasi structural yang berarti adanya perubahan dalam relasi sosial, kegiatan ekonomi dan struktur kekuasaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Community Development
Community development atau pengembangan komunitas, khususnya komunitas lokal, merupakan suatu konsep yang menjelaskan kepada tumbuhnya keberdayaan masyarakat oleh dan dari masyarakat itu sendiri. Kemunculan konsep community development ini umumnya terkait atau dikaitkan oleh suatu keadaan misalnya Proyek Pembangunan yang ada di daerah. Dengan demikian, kemunculan community development lebih disemangati oleh paradigma pembangunan yang bersifat partisipatoris. Pembangunan yang melibatkan peran warga masyarakat setempat. Keterlibatan masyarakat dalam konteks pembangunan, didasarkan atas dua pengertian. Pertama, hakekat pembangunan pada dasarnya bertujuan memperbaiki kualitas kehidupan. Ini artinya, pembangunan itu sendiri adalah untuk kepentingan masyarakat. Sedang dalam arti khusus, proyek pembangunan yang dalam terminology tidak untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sekitar, misalnya pembangunan yang berskala nasional, maka implikasi atas pembangunan dimaksud harus memberi nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Dengan kata lain, di mana ada pembangunan, di sana masyarakat sekitar juga harus memperoleh perbaikan kehidupan seperti kesejahteraan hidup. Kedua, dengan diperolehnya kesejahteraan hidup maka masyarakat diharapkan semakin berdaya. Dari sini lalu istilah community development, tidak terlepas dari empowerment (keberdayaan).
Pengembangan masyarakat (Community Development) adalah kegiatan pengembangan atau pembangunan masyarakat (komunitas) yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pengembangan sebelumnya (Budimanta, 2002). Hakekatnya Community Development merupakan proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan masyarakat (Rudito, 2003). Tujuan dari program Community Development sendiri adalah pemberdayaan masyarakat (Empowerment), bagaimana anggota masyarakat dapat mengaktualisasikan diri mereka dalam pengelolaan lingkungan yang ada di sekitarnya dan memenuhi kebutuhannya secara mandiri tanpa ketergantungan dengan pihak-pihak perusahaan maupun pemerintah. Kegiatan Community Development dalam pelaksanannya dikaitkan dengan kebijakan publik, tindakan pemerintah, kegiatan ekonomi, pengembangan situasi dan bentuk-bentuk lain tidak hanya mempengaruhi orang-orang (masyarakat), tetapi juga dipengaruhi masyarakat. Terutama dikaitkan dengan orang-orang sebagai stimulator proses tindakan sosial, sehingga terjadi suatu perubahan dalam pertumbuhan kehidupan masyarakat dan ketergantungan diantara keduanya, perusahaan dan komunitas sekitarnya.
Fokus dari kegiatan Community Development itu sendiri melibatkan unsur-unsur humanistik dalam perubahan tersebut dan mengolah bagaimana jumlah perubahan dapat memberikan dampak dari kegiatan Community Development yang dilaksanakan perusahaan secara tidak langsung berpengaruh terhadap program lokal masyarakat, pengaruh tersebut antara lain :
Merangsang inisiatif lokal yang melibatkan orang-orang dalam proses perubahan sosial dan ekonomi
Membangun saluran komunikasi yang mempromosikan solidaritas
Meningkatkan aspek sosial, ekomnomi dan budaya dari warga komunitas
Pengaruh yang terjadi akibat kegiatan Community Development yang dilakukan perusahaan tidak hanya berdampak kepada masyarakat atau lingkungan sekitar saja, namun bagi pemerintah sendiri kegiatan Community Development dapat memberikan suatu kontribusi dan masukan kepada pemerintah sebagai mitra kerja dengan pimpinan komunikasi dan warga untuk memecahkan masalah sosial (seperti kesenjangan sosial ataupun konflik etnik yang dialami bangsa Indonesia saat ini). Kini program Community Development menjadi suatu program yang sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan perusahaan-perusahaan, terutama perusahaan besar pemerintahpun sudah mensosialisasikannya bahkan kini Community Development sudah tidak bisa lagi dipandang sebelah mata oleh perusahaan-perusahaan tersebut, karena Community Development kini sudah menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan untuk melaksanakannya. Secara umum Community Development adalah kegiatan pengembangan masyarakat dengna dilakukan secara sistematis, terencana, dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta dan Rudito, 2004:29).
Definisi Community Development diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah perusahaan harus memiliki visi, misi, sasaran, strategi, tahap implementasi dan koordinasi sebagai prioritas dari pelaksanaan kegiatan agar program tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai tujuannya. Program Community Development merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan, dengan tiga alasan penting yaitu :
Sebagai izin lokal dalam pengembangan hubungan dengan komuniti lokal
Untuk mengatur dan menciptakan strategi kehidupan melalui program Community Development
Sebagai cara untuk membantu pemenuhan sasaran usaha (perusahaan harus dapat mengidentifikasi keutungan usaha potensial dari Community Development perusahaan) (Budimanta dan Rudita, 2004:30-33).
Community development yang dimaknai sebagai pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu 'pengembangan' dan 'masyarakat'. Secara singkat, 'pengembangan atau pembangunan' merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia pada umumnya. Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi berbagai sektor kehidupan, yaitu sektor ekonomi, sektor pendidikan, kesehatan dan sosial budaya. Sedangkan pengertian 'masyarakat' menurut pandangan Mayo (1998: 162) dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu Masyarakat sebagai sebuah 'tempat bersama', yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Masyarakat sebagai 'kepentingan bersama', yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat phisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental. Pemberdayaan masyarakat yang berbasis masyarakat seringkali diartikan dengan pelayanan sosial gratis dan swadaya yang biasanya muncul sebagai respons terhadap melebarnya kesenjangan antara menurunnya jumlah pemberi pelayanan dengan meningkatnya jumlah orang yang membutuhkan pelayanan. Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai pelayanan yang menggunakan pendekatan-pendekatan yang lebih bernuansa pemberdayaan (empowerment) yang memperhatikan keragaman pengguna dan pemberi pelayanan. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruh terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993: 71).
Pemberdayaan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pemberdayaan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk (a) proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya; atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggungjawab (Payne, 1995: 165). Melengkapi definisi di atas, Dunham seorang pakar community development (dalam Suharto, 1997: 99) merumuskan community development adalah usaha-usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan dari organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari individu-individu di dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.
Proses Community Development
Community Development sebagai proses tingkat perpindahan dari suatu keadaan menjadi lebih baik. Proses ini melibatkan perubahan kearah kemajuan dengan kriteria yang spesifik. Pendekatan secara ilmiah melalui pencapaian sasaran dan tindakan yang jelas dari pimpinan dalam interaksi sosial. Perubahan keadaan dimana satu atau dua orang atau beberapa orang dari golongan atas atau tanpa komunitas lokal membuat suatu keputusan kekeadaaan dimana orang itu sendiri yang membuat keputusan berkaitan dengan permasalahan umum; dari keadaan yang dimana tidak adanya kerjasama antara masyarakat, dari keadaan dimana hanya beberapa orang yang turut berparisipasi kekeadaan dimana banyak orang yang turut berpartisipasi; dari keadaan dimana semua ahli dan tokoh masyarakat sebagian besar dari lingkungan mereka sendiri dan lain sebagainya. Sebagai proses Development berarti kemampuan membangun dan Development berarti kemampuan masyarakat lokal untuk bekerjasama dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan bersama di lingkungan sekitar (Durham, 1960:3). Lima tahap proses Community Development:
Membina hubungan baik dengan masyarakat
Memahami masalah yang terjadi di masyarakat
Menyeleksi masalah
Melaksanakan solusi
Meningkatkan hubungan yang telah terjalin (Fear, 1984)
Fungsi Community development
Untuk membantu komunitas mencapai tujuan pengembangan para professional membuat beberap tipe Community Development berdasarkan fungsinya, mereka membutuhkan penilaian tingkah laku, dorongan partisipasi para masyarakat, fasilitas pembuatan keputusan, identifikasi sumber informasi, pendidikan, mengajukan pilihan-pilihan, menganalisis informasi, mengembangkan pimpinan, merumuskan rencana, usaha mengarahkan organisasi dan pelaksanaan bantuan mencari solusi. Bennet (1973) mengembangkan kesimpulan klarifikasi yang didasarkan pada lima prinsip fungsi Community Development:
1. Penasihat (Process Consultant)
Peran Community Development sebagai pemberi nasihat, yang difokuskan pada bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisir, membatu memperoleh kedudukan yang lebih baik, dan sebagai alat bantu daripada sebagai fakta akibat tindakan kelompok.
2. Penasehat secara tekhnis (technical consultant)
Difokuskan pada pemberian informasi, mencari tahu masalah dan perspektif tujuan hubungan komunitas dalam program perubahan yang spesifik.
3. Penyokong program (program advocate)
Peran penyokong yaitu menganalisis dan memutuskan alternatif apa yang terbaik untuk masyarakat dan merekomendasikan alternatif yang spesifik sebagai solusi yang terbaik untuk masalah mereka.
Pengorganisir (organizer)
Staf Community Development membantu masyarakat mengorganisisr tindakannya, fokus sebagai pengorganisir yaitu mengajak individu bersama-sama dalam kelompok yang kepentingannya sama, sehingga mereka mempunyai hak bersuara mengenai unsur masyarakat
Penyedia sumber informasi (Resource Provider)
Peran Community Development yaitu mengidentifikasikan masyarakat yang memerlukan bantuan dari luar dan menentukan cara-cara untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat.
Dewasa ini, kita sering mendengar keluhan dari masyarakat yang tinggal di sekitar proyek-proyek pembangunan. Baik pembangunan yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Keluhan yang berujung kepada semakin menurunnya kualitas kehidupan penduduk maupun lingkungan oleh dampak pembangunan itu sendiri. Keluhan seperti pencemaran, maupun oleh karena tidak adanya akses bagi penduduk sekitar untuk terlibat dalam bekerja atau terhadap pekerjaan selama proses persiapan, maupun setelah operasional. Munculnya berbagai demo penduduk sekitar, biasanya adalah akibat dari persoalan-persoalan seperti itu. Itulah wajah dibalik pembangunan yang tidak dirancang dengan baik, yang kurang memperdulikan keterlibatan masyarakat sekitar. Munculnya berbagai keluhan dan ekspresi kekecewaan masyarakat demikian, menumbuhkan kesadaran baru bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan (stakeholder) untuk memikirkan ulang bagaimana memberi ruang kehidupan yang lebih baik bagi terutama masyarakat sekitar. Kesadaran pihak-pihak terkait untuk melakukan serangkaian kegiatan yang diberi istilah community development, yang sering disingkat dengan comdev atau cd.
Pemberdayaan Komunitas
Konsep berdaya atau keberdayaan (powered) itu sendiri, dalam kehidupan social memiliki tiga dimensi pemaknaan. Pertama, pemaknaan dari internal komunitas itu sendiri sebagai kelompok sasaran. Kedua, pemaknaan dari pihak yang terlibat di dalam perencanaan pemberdayaan (empowerment), dan ketiga, pemaknaan yang berasal dari suatu kesepakatan dari berbagai pihak yang terlibat atau melibatkan diri ke dalamnya. Jadi sifat dan ukuran keberdayaan itu adalah relatif. Namun demikian, kata kunci dari apa yang disebut pemberdayaan (empowerment) adalah terjadinya perubahan kualitas kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik secara terencana dan berkelanjutan. Pemaknaan "berdaya" dari internal komunitas merupakan pemaknaan yang bercorak kolektif dan terukur dalam kelaziman yang bercorak social. Hal yang kurang lebih sama dengan konsep "welfare" (sejahtera) pada masing-masing komunitas, akan menunjukkan perbedaan-perbedaan. Welfare yang berarti sejahtera atau cukup, tidak semata-mata terukur oleh kemampuan rumahtangga mengkonsumsi sejumlah makanan dengan menu gizi sesuai kebutuhan fisikalnya, tetapi juga perasaan nyaman dan terhormat dalam konteks social. Dengan demikian, konsep berdaya secara langsung maupun tidak langsung terkait dalam lingkup individu, rumahtangga, dan lingkungan sosial. Pemaknaan seperti itu menjelaskan bahwa tuntutan hidup, aktivitas kerja, dan kepuasan hidup masyarakat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan cara-cara bagaimana masyarakat itu memberi nilai terhadap hakekat kerja dan hakekat hidup itu sendiri. Jika kerja dimaknai sebagai kegiatan yang berakibat kepada diperolehnya pendapatan atau hasil sesuai dengan tujuan yang hendak diperoleh, misalnya untuk memenuhi kebutuhan makan, maka ukuran keberhasilan dan ukuran kepuasan dalam bekerja tidak akan bergeser jauh dari pemaknaan itu sendiri. Pemaknaan kerja semacam ini tentu jauh dari konsep ideal dan menjadi alasan penurunan kualitas hidup seirama dengan semakin menanjaknya usia. Itulah sebabnya, dalam pemberdayaan harus terjadi pengubahan kebiasaan atau perilaku. Perubahan kebiasaan itu harus didasari oleh perubahan paradigma, yakni bagaimana mengukur standar kualitas hidup yang relatif ideal. Mengubah perilaku kendati untuk alasan memberdayakan kelompok masyarakat sasaran, tidak bisa serta merta mengubah pendirian dan perilaku yang ukuran-ukurannya secara social budaya berbeda. Boleh jadi karena terlalu bersemangatnya seorang peneliti atau pihak luar memperkenalkan pengetahuan-pengetahuan baru sebagaimana yang tercantum dalam textbook yang dipelajari. Akan tetapi, jika pihak luar itu tanpa mau memahami kebiasaan kelompok sasaran, bisa diramalkan tidak akan mendapat respons secara positif. Karena itu doktrin yang diajarkan dalam studi-studi kemasyarakatan (antropologi) dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan ialah: mempertanyakan kebiasaan dalam hal memandang dan bertindak, apa makna dan fungsi dari kebiasaan dan pilihan tindakan, lalu dicoba dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang relevan.
Dari karena alasan itu, maka konsep berdaya dalam kerangka pemberdayaan, perlu dicarikan titik temu (kesepakatan kultural) antara kelompok sasaran dengan peneliti atau penggagas pembangunan. Kesepakatan kultural demikian merupakan suatu strategi bagaimana memperbaiki kualitas hidup masyarakat sasaran tanpa meninggalkan kebudayaan mereka, sebagai mana pendapat DeLisi (1990: 4) yang dikutip oleh Paul Bate (1994: 17): "Good strategy only equals success when we possess an appropriate culture". Pemberdayaan masyarakat berdasarkan pada kesepakatan cultural dapat ditempuh dengan proses-proses, (meminjam dunia kedokteran) yaitu: prognosis, diagnosis, dan terapi. Prognosis adalah suatu tahapan awal untuk dapat merasakan (berbagai keluhan), keinginan (idealisasi; harapan), hambatan atau kendala, serta jalan keluar (solusi) yang dipilih dan dijalankan. Proses demikian – dalam praktiknya – adalah suatu kegiatan penelitian awal yang tujuannya memahami secara baik: apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan masyarakat sasaran sesuai dengan focus kajian dimaksud. Informasi awal dari penelitian baik secara kuantitatif maupun kualitatif, ditindaklanjuti dengan pengecekan kembali hasil analisis sementara. Benarkah demikian kejadian atau faktanya? Mengapa faktanya menunjukkan kondisi seperti itu, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Proses rechecking demikian ini merupakan perwujudan dari apa yang disebut diagnosis. Untuk melakukan diagnosis, bisa ditempuh dengan kegiatan focus group discussion (FGD). Dengan demikian, fungsi FGD yang utama ialah: (a) rechecking terhadap hasil analisis awal; dan (b) mengelaborasi pengetahuan atau informasi dimaksud sehingga ditemukan pengertian yang lebih baik.
Untuk memperoleh dua hal tersebut, substansi dan model dari pelaksanaan FGD dapat diarahkan kepada bagaimana kelompok sasaran yang diwakili oleh peserta FGD untuk secara bersama-sama melakukan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and treatment). Strength alias kekuatan adalah potensi yang ada dan yang bisa dikembangkan; Weakness (keluhan, kelemahan, kebiasaan perilaku yang dianggap merugikan); Opportunity (jalan keluar yang bisa diambil untuk memperbaiki keadaan); dan treatment (ancaman persaingan dan masa depan dari kegiatan usaha). Melakukan FGD dengan memanfaatkan strategi SWOT demikian, merupakan pemberdayaan dari sudut kognisi dan kesadaran. Melibatkan bersama warga (kelompok sasaran) untuk memikirkan secara bersama persoalan mereka sendiri (yaitu dengan strategi SWOT) merupakan salah bentuk pendidikan andragogi (pendidikan orang dewasa). Tahap ketiga ialah memberikan therapitis. Konsep terapi di sini, mengacu kepada tiga hal penting. Pertama, peneliti memberikan sejumlah alternative penyelesaian (solusi), atau dalam istilah kedokteran, memberikan resep-obat. Kedua, peneliti menjelaskan kandungan, implikasi, dan cara-cara bagaimana obat (alternatif solusi) itu mereka peroleh dan konsumsi menurut takaran kebutuhan. Ketiga, kelompok sasaran secara mandiri (menjadi) tahu kapan harus mengkonsumsi "supplement gizi", tahu dan dapat memperoleh supplement tersebut seperti modal usaha dan fasilitas yang dibutuhkan, dan terbukanya pasar. Untuk membantu kelompok sasaran mampu berbuat menurut resep yang kita tawarkan, dibutuhkan pemandu yang bijak. Pemandu yang bijak itulah desain atau model pemberdayaan yang dirumuskan dari bawah (lapangan).
BAB III
PENUTUP
Program Community Development merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan, dengan tiga alasan penting yaitu :
Sebagai izin lokal dalam pengembangan hubungan dengan komuniti lokal
Untuk mengatur dan menciptakan strategi kehidupan melalui program Community Development
Sebagai cara untuk membantu pemenuhan sasaran usaha (perusahaan harus dapat mengidentifikasi keutungan usaha potensial dari Community Development perusahaan) (Budimanta dan Rudita, 2004:30-33).
Community Development sebagai proses tingkat perpindahan dari suatu keadaan menjadi lebih baik. Proses ini melibatkan perubahan kearah kemajuan dengan kriteria yang spesifik. Pendekatan secara ilmiah melalui pencapaian sasaran dan tindakan yang jelas dari pimpinan dalam interaksi sosial. Perubahan keadaan dimana satu atau dua orang atau beberapa orang dari golongan atas atau tanpa komunitas lokal membuat suatu keputusan kekeadaaan dimana orang itu sendiri yang membuat keputusan berkaitan dengan permasalahan umum; dari keadaan yang dimana tidak adanya kerjasama antara masyarakat, dari keadaan dimana hanya beberapa orang yang turut berparisipasi kekeadaan dimana banyak orang yang turut berpartisipasi; dari keadaan dimana semua ahli dan tokoh masyarakat sebagian besar dari lingkungan mereka sendiri dan lain sebagainya. Sebagai proses Development berarti kemampuan membangun dan Development berarti kemampuan masyarakat lokal untuk bekerjasama dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan bersama di lingkungan sekitar (Durham, 1960:3).