DILEMA DAN KONFLIK MORAL A.
Delima Moral
·
Dilem Dilemaa mora morall menuru menurutt Camp Campbe bell ll adala adalah h suatu suatu keadaa keadaan n dimana dimana diha dihada dapk pkan an pada pada dua alterna alternativ tivee piliha pilihan, n, yang yang keliha kelihatan tannya nya sama sama atau hampir hampir sama sama dan membut membutuhk uhkan an pemecahan masalah.
·
Johnson Johnson (1990)Meny (1990)Menyatakan atakan hal tersebut tersebut merupakan merupakan keadaan keadaan yang terdiri terdiri dari dua pilihan yang seimbang,den seimbang,deng gan kata ata lain ain, dilem lemma meru erupakan akan kead eadaan yang ang dihadap adapk kan pada pers persim impa pan ngan yangserupa angserupa atau bercabang denagn petunjuk yang tidak tidak jelas.
·
Oxford Learner Learner s Pocket Pocket Dictionary Dictionary (1995) (1995) ‟
Moral dilemma is concerning principles of right and wrong in difficult situation in which onehas to choose between two things.
Dile Dilema ma munc muncul ul karen karenaa terb terben entu turr pada pada konf konfli lik k mora moral, l, pert perten enta tang ngan an bati batin, n, atau atau pertentangan antara nilai-nilai
yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
Ketika Ketika mencari mencari solusi solusi atau pemeca pemecahan han masalah masalah harus harus mengin mengingat gat akan akan tanggu tanggung ng jawab jawab profesional,yaitu: 1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien atau klien. 2. Menjam Menjamin in bahwa bahwa tidak tidak ada tindak tindakan an yang yang mengh menghilan ilangka gkan n sesuatu sesuatu bagian bagian [omissi [omission] on],, diserta disertaii ras tanggu tanggung ng jawab jawab memper memperhat hatika ikan n kondis kondisii dan keaman keamanan an pasien pasien atau klien. klien. 3. Konflik moral menurut Johnson adalh bahwa konflik atau dilema pada dasarnya sama , keny kenyat ataa aann nnya ya konf konfli lik k bera berada da dian dianta tara ra prin prinsi sip p mora morall dan dan tuga tugass yang yang mana mana seri sering ng menyebabkan dilema. Ada 2 tipe konflik: 1. Konflik yang berhubungan dengan prinsip. 2. Konflik yang berhubungan dengan otonomi. Dua tipe konflik ini merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh : Studi kasus mengenai dilema moral "Seorang ibu primipara masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu dilakukan anamnese dia mengatakan tidak mau di episiotomi. Ternyata selama kala II kemajuan kala II berlangsung lambat, perineum masi tebal dan kaku.Keadaan ini dijelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya menolak di episiotomi. Sementara waktu berjalan terus dan denyut jantung janin menunjukkan keadaan fetal distress dan hal ini mengharuskan bidan untuk melakukan tindakan episiotomi, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya. Bidan
berharap bayinya selamat.Sementara itu ada bidan yang memberitahukan bahwa dia perna melakukan hal ini tanpa persetujuan pasien, dilakukan karna untuk melindungi bayinya. Jika bidan melakukan episiotomi tanpa persetujuan pasien, maka bidan akan dihadapkan pada suatu tuntutan dari pasien. Sihingga inilah yang merupakan contoh gambaran dilema moral. Bila bidan melakukan tindakan tanpa pesetujuan pasien, bagai mna tinjau dari segi etik dan moral. Bila tidak dilakukan tindakan, apa yang akan terjadi pada bayinya?”
B.
Konflik Moral 1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. 2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. 3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan. 4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres. 5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan. 6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249). 8. Konflik
dapat
dirasakan,
diketahui,
diekspresikan
melalui
perilaku-perilaku
komunikasi (Folger & Poole: 1984). 9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341). 10.
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
§ Ada 2 tipe konflik: 1. Konflik yang berhubungan dengan prinsip. 2. Konflik yang berhubungan dengan otonomi. Dua tipe konflik ini merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Penyebab Konflik § Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan § Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda § Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok § Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Contoh studi kasus mengenai konflik moral:
“Ada seorang bidan yang berpraktik mandiri dirumah.Ada seorang pasien inpartu datang ke tempat praktinya.Status obstetri pasien adalah G1 P0 AB0. Hasil pemerisaan penapisan awal menunjukkan presentasi bokong dengan taksiran berat janin 3900 gram, dengan kesejahtraan
janin dan ibu baik. Maka bidan tersebut menganjurkan dan memberi konseling pada pasien mengenai kasusnya dan untuk dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya menolak dirujuk dan bersikuku untuk tetap melahirkan di bidan tersebut karena pertimbangan biaya dan kesulitan lainya. Melihat kasus ini maka maka bidan diharapkan pada konflik moral yang bertentangan dangan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan dalam pelayanan
kebidanan.
Bahwa
sesuai
Kepmenkes
Republik
Indonesia
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan, bidan tidak berwenang memberikan pertolongan persalinan pada primigravida dengan presentasi bokong disisi lain ada prinsip nilai moral dan mananusiaan yang dihadapi pasien, yiatu ketidak mampuan secara sosial ekonomi dan kesulitan yang lain, maka bagai mana seorang bidan mengambil keputusan yang terbaik terhadap konflik moral yang dihadapidalam pelayanan kebidanan”.
C.
PEMBAGIAN DILEMA / KONFLIK ETIK
Pembagian konflik etik meliputi empat hal : a.
Informed Concent Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan, untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan
b.
Negosiasi Proses yang di dalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang/jasa dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tsb. Negosiasi terjadi ketika suatu keadaan memenuhi syarat-syarat berikut ini:
§ Pertama, melibatkan dua pihak atau lebih. Kedua, terdapat suatu konflik kepentingan antara pihak-pihak tersebut. § Keduanya menginginkan sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya masing-masing. Price vs profit, keuntungan bagi satu pihak merupakan harga yang harus dibayar oleh pihak lain. § Ketiga, pihak-pihak yang terlibat sama-sama berusaha untuk mencapai kesepakatan, bukannya berkonflik. Kesepakatan dapat dicapai melalui kompromi antara memberi dan menerima sesuatu antar pihak tersebut
c.
Persuasi Persuasi bisa diartikan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan kepercayaan melalui informasi dan argument. Ketika target menerima pesan (message) yang berbeda dari pendiriaanya, maka munculah respon yang bermacam-macam :
§ reject the message (menolak pesan atau informasi) § derogate the source (mencela the source) § suspend judgment (mencari informasi tambahan untuk menentukan keputusan, menolak atau menerima) § distort the message (tidak menanggapi informasi dan menyimpannya dalam “skema” yang mungkin suatu saat akan mengubah sikapnya) § attempt counterpersuasion (melancarkan argumentasi balik) d.
Komite etik
Menurut Culver and Gert ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu consent atau persetujuan : 1. Sukarela (Voluntariness) Sukarela mengandung makna pilihan yang dibuat atas dasar sukarela tanpa ada unsur paksaan didasari informasi dan kompetensi 2. Informasi ( Information) Jika pasien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan. Dalam berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap dibutuhkan agar mampu keputusan yang tepat. Kurangnya informasi atau diskusi tentang risiko, efek samping akan membuat klien sulit mengambil keputusan 3. Kompetensi (Competence) Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan yang tepat bahkan ada rasa cemas dan bingung 4. Keputusan (decision) Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan tanpa refleksi.
Pembuatan
keputusan
merupakan
tahap
terakhir
proses
pemberian
persetujuan.Keputusan penolakan pasien terhadap suatu tindakan harus di validasi lagi apakah karena pasien kurang kompetensi. D.
Informed Consent
Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan, untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan. Informed consent merupakan suatu proses. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981 PP No.8 tahun 1981.
Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas, tetapi bukti jaminan informed consent telah terjadi. Merupakan dialog antara bidan dan pasien di dasari keterbukaan akal pikiran, dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan setelah mendapat informasi secukupnya sehingga setelah mendapat informasi sehingga yang diberi informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan. Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah etik, tuntutan, pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien. a. Dimensi informed consent
1) Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang berperilaku memaksakan kehendak, memuat : - Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien - Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien - Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik 2) Dimensi Etik, mengandung nilai – nilai : - Menghargai otonomi pasien - Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau dibutuhkan - Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil pemikiran rasional
Orang enggan untuk bicara membela KEBENARAN , baginya kebenaran adalah untuk dimaklumi sesuai dengan persepsi dan kepentingan setiap orang itu sendiri2. Alih-alih KEBENARAN menjadi relativisasi yang mengambang di-awang2 , membuat orang menjadi kebingungan sendiri kemanakah harus berpihak untuk menjunjung KEBENARAN yang seharusnya & KEBENARAN yang wajib dihormati Itu semua akibat KEBENARAN perfomatik yang absen dan tidak melengkapi kehadirannya dalam mendampingi HUKUM formal yang mengatur tata cara dalam bermasyarakat. Itu semua akibat dari sistim Hukum yang tak berdaya , Hukum yang tidak mandiri , Hukum yang diperjual belikan disana-sini KEBENARAN itu sendiri harus dipahami melalui berbagai teori / aspek sudut pandang : a. Kebenaran berdasarkan teori KORESPONDENSI b. Kebenaran berdasarkan teori KOHERENSI c. Kebenaran berdasarkan teori PRAGMATIK d. Kebenaran berdasarkan teori STRUKTURAL PARADIGMATIK e. Kebenaran berdasarkan teori PERFORMATIK KEBENARAN absolut adalah Kebenaran Tuhan yang disampaikan kepada manusia melalui wahyu. KEBENARAN manusia juga bersandar pada Kebenaran Tuhan yang tersirat melalui Alam dan Kehidupan untuk di-observasi bersama bagi KEBAIKAN Kehidupan umat manusia itu sendiri. Saat ini , masyarakat menjadi ‘panik’ seperti kehilangan panduan dalam menjunjung tinggi KEBENARAN bersama. Masyarakat dibenturkan untuk saling ber-hadap2an guna menemukan dan mempertahankan dalil-dalil KEBENARAN-nya sendiri2. KEBENARAN PERFOMATIK yang menjadi pijakan dari segala tata aturan agar orang wajib tunduk patuh kepada Hukum yang disepakati … menjadi bayang2 yang semakin menjauh dari jangkauan harapan. Apa yang akan terjadi nanti … Indonesia
Teori Kebenaran 1. TEORI KEBENARAN KORESPONDENSI Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Gejala-gejala alamiah, menurut kaum empiris, adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat panca indera manusia. Gejala itu bila ditelaah mempunyai beberapa karakteristik tertentu. Logam bila dipanaskan akan memuai. Air akan mengalir ke tempat yang rendah. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain dan berbedanya objek yang dapat ditangkap indera. Perbedaan
sensivitas tiap indera dan organ-organ tertentu menyebabkan kelemahan ilmu empiris. Ilmu pengetahuan empiris hanyalah merupakan salah satu upaya manusia dalam menemukan kebenaran yang hakiki dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyusunan pengetahuan secara empiris cenderung menjadi suatu kumpulan fakta yang belum tentu bersifat konsisten, dan mungkin saja bersifat kontradiktif. Adanya kecenderungan untuk mengistimewakan ilmu eksakta sebagai ilmu empiris untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia tidak selalu tepat. Pengistimewaan pengetahuan empiris secara kultural membuat manusia modern seperti pabrik. Semua cabang kebudayaan yang terbentuk menjadi produksi yang bersifat massal. Keberhasilan ilmu eksakta yang berdasarkan empirisme dalam mengembangkan teknologi -ketika berhadapan dengan ”kegagalan ” ilmu-ilmu human dalam menjawab masalah manusia- membawa dampak buruk terhadap kedudukan dan pengembangan ilmu-ilmu human. Analisis filsafat tentang kenyataan ini harus ditempatkan secara proporsional, karena merupakan suatu usaha ilmiah untuk membantu manusia mengungkap misteri kehidupannya secara utuh. 2. TEORI KEBENARAN KOHERENSI ATAU KONSISTENSI Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika. Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataan-pernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita terima dan kita ketahui kebenarannya. Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat, karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubunganhubungan yang tersembunyi dalam kepribadiannya. Pengetahuan rasional yang berdasarkan logika tidak hanya terbatas pada kepekaan indera tertentu dan tidak hanya tertuju pada objek-objek tertentu. Gagasan rasionalistis dan positivistis cenderung untuk menyisihkan seluruh pemahaman yang didapat secara refleksi. Pemikiran rasional cenderung bersifat solifistik dan subyektif. Adanya keterkaitan antara materi dengan non materi, dunia fisik dan non fisik ditolak secara logika. Apabila kerangka ini digunakan secara luas dan tak terbatas, maka manusia akan kehilangan cita rasa batiniahnya yang berfungsi pokok untuk menumbuhkan apa yang didambakan seluruh umat manusia yaitu kebahagiaan. 3. TEORI KEBENARAN PRAGMATIS Teori kebenaran pragmatis adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada berfaedah tidaknya dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis. Menurut teori ini proposisi dikatakan benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna (useless). Bagi para pragmatis, batu ujian kebenaran adalah kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequences). Teori ini tidak mengakui adanya kebenaran yang tetap atau mutlak. Francis Bacon pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari keuntungankeuntungan untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi. Ilmu pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia. Dengan kata lain ilmu pengetahuan manusia adalah kekuasaan manusia. Hal ini membawa jiwa bersifat eksploitatif terhadap alam karena tujuan ilmu adalah mencari manfaat sebesar mungkin bagi manusia. Manusia dengan segala segi dan kerumitan hidupnya merupakan titik temu berbagai disiplin ilmu. Hidup manusia seutuhnya merupakan objek paling kaya dan paling padat. Ilmu pengetahuan seyogyanya bisa melayani keperluan dan keselamatan manusia. Pertanyaan pertanyaan manusia mengenai dirinya sendiri, tujuan-tujuannya dan cara-cara pengembangannya ternyata belum dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang materialis pragmatis tanpa referensi kepada nilai-nilai moralitas. Aksiologi ilmu pengetahuan modern yang dibingkai semangat pragmatis-materialis ini telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan hidup, mulai dari efek rumah kaca akibat akumulasi berlebihan CO2, pecahnya lapisan ozon akibat penggunaan freon berlebihan, penyakit minimata akibat limbah methylmercury hingga bahaya nuklir akibat persaingan kekuasaan antar negara. Ketiadaan nilai dalam ilmu pengetahuan modern yang menjadikan sains untuk sains, bahkan sains adalah segalanya, telah mengakibatkan krisis kemanusiaan. Krisis lingkungan dan kemanusiaan, mulai dari genetic engineering hingga foules solitaire (kesepian dalam keramaian, penderitaan dalam kemelimpahan). Manusia telah tercerabut dari aspekaspek utuhnya, cinta, kehangatan, kekerabatan, dan ketenangan. Kedua krisis global ini telah menghantui sebagian besar lingkungan dan masyarakat modern yang materialis-pragmatis.
Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya
Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi : 1.Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia 2.Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio 3.Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya 4.Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran. B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
1. Teori Corespondence
→
menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu
terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. 2. Teori Consistency
→
Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran.
Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3. Teori Pragmatisme
→
Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra
pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. 4. Kebenaran Religius
→
Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan
individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
TEORI-TEORI ETIKA 1. Pengertian Etika Dalam kehidupan sehari-hari etika sangat penting dalam berkomunikasi karena menyangkut perasaan dan harga diri seseorang. Oleh karena itu kita diharapkan dapat memahami makna etika itu sendiri. Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain.
2. Tiga Norma Umum a. Norma Sopan Santun Yaitu norma yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah manusia, misalnya cara berpakaian atau duduk b. Norma Hukum Yaitu norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. c. Norma Moral Yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Morma ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia. 3. Dua Teori Etika a. Etika Deontologi Yaitu Menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Tiga prinsip yang harus dipenuhi: ♣ Supaya suatu tindakan punya nilai moral, tindakan itu harus dijalankan berdasarkan kewajiban. ♣ Nilai moral dari tindakan itu tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu-berarti kalaupun tujuannya tidak tercapai, tindakan itu sudah di nilai baik. ♣ Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip itu, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hokum moral universal. b. Etika Teleologi Yaitu mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Misalnya, mencuri bagi etika teleologi tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan baik buruknya tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu.
1.Sebutkan 3 teori yang Anda ketahui selain teori yang sudah dijelaskan (min.3)? 2.Tuliskan contoh etika umum yang berlaku di masyarakat (min.5)? 3.Bagaimana pendapat Anda tentang paham hedonisme bila diterapkan di era saat ini ? Jawab : 1.
Teori Etika , yaitu : •
Etika Hak
Teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. •
Etika Keutamaan
Teori keutamaan (virtue) memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori – teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Etika keutamaan adalah memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan adalah kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras, dan hidup yang baik. •
Etika Utilitarisme
Teori Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi menfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) criteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan. 2.
Contoh Etika Umum yang berlaku di masyarakat :
1. Tidak bersendawa disaat sedang makan atau minum.
2. Menggunakan pakaian yang sopan , tertutup ( tidak mengundang perhatian orang). 3. Bertutur kata yang halus saat bicara terhadap orang yang lebih tua. 4. Mengucapkan salam saat sedang bertamu. 5. Tidak berbicara saat sedang makan. 3.
Pendapat saya mengenai “Paham Hedonisme”
Paham hedonisme adalah suatu paham yang mementingkan kesenangan. Apabila paham tersebut diterapkan di era saat ini menurut saya dapat menjadikan seseorang yang menganut paham tersebut menjadi orang yang tidak memiliki rasa bersyukur karena semua hanya berdasarkan kesenangan semata. Dimana yang dinikmati hanya kesenangan duniawi, menjadikan kesenangan itu menjadi tujuan hidupnya. Sehinggan akan menimbulkan dampakdampak yang negatif dan merusak penganut paham tersebut.