PENDAHULUAN Dengan berkembangnya teknologi maka kini bahkan keramik telah digunakan didalam berbagai keperluan bidang science seperti bidang kedokteran yang dikenal dengan bio ceramics, misalnya beberapa organ tubuh manusia yang rusak ternyata dapat digantikan dengan bahan keramik seperti tulang dan gigi. Keramik merupakan bahan paling canggih dari zaman batu, lebih dari 10.000 tahun yang lalu, dan tetap mempertahankan peran pentingnya dalam komunitas manusia sejak saat diperkenalkan. Kata keramik berasal dari kata Yunani keramos yang secara harfiah berarti 'barang yang dibakar'. Secara spesifik berarti bahan yang dihasilkan dari pembakaran. Keramik yang pertama kali dibuat oleh manusia adalah gerabah pot yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Bahan ini bersifat opaque dan relatif lemah.1 Keramik juga telah banyak digunakan sebagai material pengganti dalam ilmu kedokteran gigi. Hal ini meliputi material untuk mahkota gigi, tambalan dan gigi tiruan. Keramik kedokteran gigi adalah bahan kedokteran gigi yang juga disebut porselain yang mempunyai estetik tinggi, namun brittle (rapuh). Biasanya digunakan sebagai gigi tiruan tetap seperti jembatan, crown, atau sebagai anasir gigi tiruan lepasan.2 Pengertian Dental Keramik Kata keramik berasal dari bahasa Yunani ‘keramos’ yang artinya ‘benda yang dibakar’. Namun secara spesifik diartikan sebagai bahan yang diproduksi dengan cara dibakar. Bahan ini bersifat opaque, relatif lemah, berporous, dan tidak cocok untuk digunakan dalam kedokteran gigi. Keramik pada dasarnya tersusun atas kaolin. Pencampuran kaolin dengan mineral lain seperti silika dan feldspar menjadikannya translusen dan memberikan kekuatan ekstra yang dibutuhkan untuk restorasi dental. Bahan yang mengandung komposisi tambahan inilah yang dinamakan porcelain.1 Porcelain dapat diproduksi dalam berbagai warna dan sifat translusensinya memberikan kedalaman warna yang tidak bisa diperoleh dari bahan lain.1 Zaman sekarang ini, dental keramik merupakan bahan restoratif yang warnanya paling cocok dengan gigi. Bahan ini juga sangat tahan lama karena sifatnya yang kedap terhadap cairan mulut, dan kompatibel.3 Karena itu, tidaklah mengejutkan bila porcelain dalam kedokteran gigi digunakan untuk memproduksi gigi palsu, mahkota, jembatan, dan veneers.1 Klasifikasi Dental Keramik a. Klasifikasi dental keramik berdasarkan penggunaan atau indikasi Berdasarkan penggunaannya, dental keramik dapat dibagi menjadi:3
a. Porcelain untuk dibuat gigi tiruan b. Untuk pembuatan jaket mahkota, veneer dan pocelain inlay c. Metal keramik d. Jembatan anterior porcelain
b. Klasifikasi berdasarkan komposisi dental keramik Berdasarkan komposisinya, dental keramik dapat dibagi menjadi high-fusing dan lowfusing dental porcelain.1 Bahan
Komponen (%) Kaolin
silika
Feldspar
Glass
High-fusing
4
15
80
0
Low-fusing
0
25
60
15
Kaolin1,3 Kaolin mirip dengan clay putih. Merupakan aluminium silikat yang dihidrasi (Al2O3.2SiO2.2H2O). Kaolin berfungsi sebagai bahan pengikat, memberikan opacity pada massa. Silika2 Silika diperoleh dengan menggiling quartz murni. Silika bertindak sebagai kerangka yang kuat, memberikan kekuatan dan kekerasan pada porcelain selama proses fusing. Silika juga membuat porcelain tidak mengalami perubahan saat pembakaran. Feldspar1,3 Merupakan mineral alami dan juga double silikat potasium dan aluminium K2O.Al2O36SiO2. Feldspar berfungsi sebagai flux, matriks dan lapisan permukaan. Ketika dicampur dengan metal oksida dan dibakar pada temperatur yang tinggi, dapat membentuk fase gelas yang dapat melembut dan bergerak sedikit. Selama pembakaran, feldspar menyatu dan bertindak sebagai matriks yang mengikat silika dan kaolin menjadi massa yang solid. c. Klasifikasi Dental Keramik berdasarkan Metode Processing Klasifikasi dental keramik berdasarkan metode processing, yaitu: 1.
Sintering
Sintering adalah proses pemanasan dari partikel-partiel yang tersusun rapat untuk memperoleh ikatan antar partikel serta difusi yang cukup untuk menurunkan daerah permukaan atau kepadatan struktur.4 Proses ini muncul pada temperatur diatas titik softening dari keramik dimana sebagian matriks kaca meleleh dan partikel bubuk bergabung. Teknik ini umumnya digunakan untuk pembuatan porcelain jacket crowns (PJC) dan restorasi veneer.5 2. Infiltrasi (glass infiltration) Glass infiltration adalah inti Al2O3 atau MgAl2O3 yang mengalami sintering yang minimal dengan anyaman kosong yang diikat oleh aliran kapiler dari kaca air.4 3. Glass CAD (Computer Aided Designing) – CAM (Computer Aided Machining) Teknik ini diperkenalkan oleh Mormann dan Brandestini pada tahun 1989 dengan memperkenalkan CAD/CAM system-Cerec 1 untuk memproduksi inlay keramik dengan bantuan komputer.6 CAD/CAM system-Cerec 1 bekerja berdasarkan tampilan optik. Preparasi ditampilkan pada layar. Inlay dirancang dengan bantuan trackball yang memungkinkan inlay dibentuk pada layar.6 Cara kerja teknik CAD-CAM, yaitu :
Sebuah kamera inframerah intraoral mengambil gambar yang telah dipreparasi dan gigi yang berdekatan yang akan ditampilkan pada monitor untuk inspeksi dan modifikasi.4
Gambar tiga dimensi dari gambar restorasi akan dipindahkan ke milling unit (CAM unit) oleh komputer dalam bentuk data dan restorasi dibentuk sesuai dengan data. 5
4. Copy-milling Copy-milling adalah sebuah proses pembuatan struktur dengan menggunakan perangkat yang menjiplak permukaan logam utama (master metal), keramik, atau pola polimer dan memindahkan posisi spatial tersebut ke pusat penggilingan (milling station) dimana blok dipotong dan digiling menjadi pola yang sama.4
d. Klasifikasi dental keramik berdasarkan temperatur firing (Suhu Pembakaran) Berdasarkan temperatur firing (Suhu Pembakaran), dental keramik dibagi menjadi2,4: a.
High fusing, digunakan untuk pembuatan mahkota dan jembatan.
b. Medium fusing, digunakan untuk elemen gigi tiruan. c.
Low fusing, digunakan untuk elemen gigi tiruan
d. Ultra low fusing, digunakan untuk logam campur titanium serta untuk pembuatan mahkota dan jembatan. Phillip’s
Craig’s
High fusing
1300°C
1315-1370°C
Medium fusing
1101-1300°C
1090-1260°C
Low fusing
850-1100°C
870-1065°C
Ultra low fusing
<850°C
<870°C
e. Klasifikasi dental keramik berdasarkan Mikrostruktur Pada tingkat mikro, kita dapat mendefinisikan keramik dengan sifat komposisi mereka kaca-to-kristal rasio. Ada dapat variabilitas tak terbatas dari mikrostruktur bahan, tetapi mereka dapat dibagi menjadi empat kategori komposisi dasar yaitu7,8: 1.
Komposisi kategori 1 - kaca berbasis sistem (terutama silika). Kaca-sistem berbasis terbuat dari bahan-bahan yang mengandung terutama silikon dioksida (juga dikenal sebagai silika atau kuarsa), yang mengandung berbagai jumlah alumina. Aluminosilikat ditemukan di alam, yang mengandung berbagai jumlah kalium dan natrium, yang dikenal sebagai feldspar. Feldspar yang dimodifikasi dalam berbagai cara untuk membuat kaca yang digunakan dalam kedokteran gigi. Bentuk sintetis dari gelas aluminasilicate juga diproduksi untuk keramik gigi.
2.
Komposisi kategori 2 - kaca berbasis sistem (terutama silika) dengan pengisi, biasanya kristal (biasanya leucite atau, baru-baru ini, lithium disilikat). Kategori ini memiliki rentang yang sangat besar dari kaca kristal-rasio dan jenis kristal, begitu banyak sehingga kategori ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Komposisi kaca pada dasarnya sama dengan kategori kaca murni. Perbedaannya adalah bahwa jumlah yang bervariasi dari berbagai jenis kristal baik telah ditambahkan atau ditanam dalam matriks gelas. Jenis kristal utama saat ini adalah leucite, lithium disilikat atau fluoroapatite.
3.
Komposisi kategori 3 - kristal berbasis sistem dengan pengisi kaca (terutama alumina). Kaca-disusupi, sebagian alumina disinter diperkenalkan pada tahun 1988 dan dipasarkan dengan nama In-Seram. Sistem ini dikembangkan sebagai alternatif untuk keramik logam konvensional dan telah bertemu dengan keberhasilan klinis yang besar.
4.
Komposisi kategori 4 - polikristalin padatan (alumina dan zirkonia). Solid-disinter, keramik monophase adalah bahan yang dibentuk oleh kristal sintering langsung bersama-sama tanpa matriks intervensi untuk dari, padat udara bebas, struktur gelasbebas,
polikristalin. Ada
beberapa
teknik
pengolahan
yang
berbeda
yang
memungkinkan pembuatan baik solid-disinter kerangka alumina oksida-oksida atau zirkonia-. e. f. Klasifikasi dental keramik berdasarkan translusensi Translusensi
merupakan
karakteristik
penting
pada ceramic gigi.
Keopakan
translusensi pada bagian email dan dentin dari keramik gigi adalah berbeda. Ceramic gigi yang opak memiliki translusensi yang sangat rendah sehingga dapat menutupi koping logam. Ukuran translusensi bagian dentin dari ceramic gigi berkisar antara 18%-38%. Bagian email dari ceramic gigi memiliki ukuran translusensi palin tinggi , berkisar antara 45%-50%.9 DENTAL PORSELEN Pengertian Dental porselen adalah jenis porselen digunakan dalam restorasi gigi, baik jaket crown atau Inlays, gigi tiruan, atau metal ceramic-crown. Dental porselen ini pada dasarnya adalah campuran partikel felspar dan kuarsa, feldspar pencairan pertama dan menyediakan matriks kaca untuk kuarsa. Dental porcelain terdiri dari powder ceramic yang diwarnai dan air yang dicampurkan membentuk pasta yang dapat dibentuk sesuai yang diinginkan kemudian dibakar pada temperature yang tinggi. Dental porcelain ada 2 macam yaitu untuk membuat gigi tiruan (dipabrik) dan untuk membuat crown atau inlay. Kedua macam ini sama dalam komposisi, kimiawi dan teknik untuk memanipulasikannya.10 Dental porselen dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan temperatur yang digunakan untuk pemfusiannya, yaitu 1 1 : a. High Fusing Porcelain High fusing porcelains berfusi pada suhu 2400 Fahrenheit atau lebihnya (1200 – 1450 ºC). Porselen ini biasanya digunakan
dalam pembuatan mahkota porselen penuh (jaket
mahkota). Porselen ini juga memiliki keunggulan dalam kekuatan, translusensi, dan menjaga bentuk yang baik. b. Medium Fusing Porcelain
Medium fusing porcelain berfusi pada suhu antara 2000 sampai 2400 Fahrenheit (1050 – 1200 ºC). Porselen ini biasanya digunakan dalam pembuatan inlay, mahkota, facings, dan pontic. c. Low Fusing Porcelain Low fusing porcelain berfusi pada suhu antara 1.600 sampai 2.000 Fahrenheit (850 – 1050 ºC). Porselen ini biasanya digunakan terutama untuk memperbaiki atau memodifikasi kontur dari pembakaran sebelumnya dari high atau medium fusing porselen. Porselen ini kurang kemungkinan distorsinya karena pemakaian suhu yang rendah. Keunggulan dari porselen ini adalah mudah untuk dipoles. Sifat-sifat umum dental porselen antara lain14:
Semua sisa air akan menguap selama proses pembakaran disertai hilangnya bahan pengikat
Terbentuknya porositas saat pembakaran porselen
Salah satu keunggulan porselen yaitu tidak rusak karena pengaruh kimia pada hampir semua
kondisi lingkungan mulut
Porselen mudah rapuh
Koefisien thermal ekpansinya sangat mendekati email dan dentin
Estetik cukup baik
Komposisi Dental Porselen 1.
Feldspar Bahan ini merupakan mineral yang mengandung unsur-unsur kalium, natrium, potasium, sodium, alumunium dan silikat dengan perbandingan tertentu untuk menentukan suhu peleburan. Feldspar dapat diperoleh dalam bentuk soda feldspar (Na2O, Al2O3, 6SiO2), lime feldspar (CaO, Al2O3, 6SiO2 ), dan potas feldspar (K2O, Al2O3, 6SiO2 ). Jika dibakar akan meleleh menjadi bahan yang bening seperti gelas yang membentuk matriks atau sebagai pengikat bagi kaolin dan quartz. Feldspar juga dapat digunakan sebagai bahan flux.12
2.
Kaolin Merupakan tanah liat berwarna putih. Jika dibakar tidak berubah warna. Bahan ini memberi warna tidak bening (opaque) pada porselen. Porselen untuk keperluan di bidang kedokteran gigi sedikit sekali atau bahkan tidak mengandung kaolin.12
3.
Quartz Bahan ini sejenis pasir (silika) yang berfungsi memberi kekerasan dan kekuatan pada porselen. Susunan butir-butirnya bertindak sebagai kerangka yang tahan panas. Sifatnya keras, stabil, merupakan bahan campuran terbesar dalam kaca (glass) dan porselen kedokteran gigi. Quartz dengan struktur heksagonal adalah bentuk silika yang paling stabil.12
4.
Pigmen Bahan ini berfungsi sebagai pemberi warna pada porselen agar sesuai dengan warna gigi. Sebagai pigmen digunakan oksida-oksida logam, misalnya indium memberi warna kuning, chrom memberi warna merah muda, kobalt memberi warna kebiru-biruan dan titanium membuat bahan menjadi lebih opaque.
5.
Flux Penambahan ini dimaksudkan untuk menambah kelelehan atau kecairan, merendahkan temperatur lebur, serta menyerap bahan-bahan pencemar yang tidak dikehendaki. Sebagai flux biasanya dipakai karbonat-karbonat kalium dan natrium, borax, gelas atau oksida timah.12
Pemanipulasian Dental Porselen 1. Proses pencampuran porselen Sebagai medium untuk pencampuran dari serbuk porselen digunakan air destilasi yang mempunyai kekentalan yang rendah dan tekanan permukaan yang sangat tinggi. Air destilasi ini merupakan perantara yang efisien dalam pencampuran partikel porselen untuk menghasilkan massa yang homogen. Serbuk porselen diaduk dengan spatula kering kemudian ditambahkan air destilasi. Powder porselen dengan warna untuk daerah gingival dan incisal ditempatkan secara terpisah. 2. Kondensasi Proses kondensasi merupakan suatu proses pemadatan dari partikel-partikel dan menghilangkan kelebihan air. Kondensasi yang baik terhadap campuran yang basah akan
mengurangi pengerutan dan akan menghasilkan permukaan yang padat dan homoogen. Sebaliknya, kondensasi yang tidak baik akan mempengaruhi kepadatan dari porselen sehingga porselen mudah menjadi retak atau patah. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemadatan partikel ini antara lain13: a. Volume porositas powder Jumlah penyusutan berkaitan dengan porositas total porselen. Pemadatan yang terjadi harus lebih besar untuk mengurangi jumlah penyusutan. b. Tegangan permukaan Pemadatan partikel akan lebih baik jika air dihilangkan oleh tegangan permukaan. Tegangan permukaan efektif hanya jika porselen selalu tetap lembab selama penumpukan. suhu ruangan yang tinggi dan suasana kering yang harus dihindari. Dalam proses kondensasi metode yang digunakan dapat digunakan dapat diklasifikasikan atas 5 metode yaitu14: a. Metode brush application b. Metode gravitation c. Metode spatulation d. Metode Whipping e. Metode vibration 3. Proses pembakaran porselen Tahapan pembakaran porselen13:
Tahap low bisque atau low biscuit, tahap ketika bahan menjadi sedikit kaku dan fluxe mulai mengalir
Tahap medium bisque atau medium biscuit ketika telah terjadi sedikit pengerutandan terdapat kohesi yang lebih besar antara partikel
Tahap high bisque (high biscuit) , pada tahap ini tidak ada lagi terjadi pengerutan
4. Proses pendinginan porselen Porselen yang telah selesai dibakar, dikeluarkan dari alat pembakaran dan dibiarkan di udara terbuka sampai porselen menjadi dingin. Pendinginan harus dilakukan secara bertahap dan perlahan-lahan. Hal ini untuk memungkinkan terjadinya ekspansi dan kontraksi yang seragam sehingga mencegah perambatan retak.13 Proses pendinginan yang baik akan menambah strength daripada porselen, sebaliknya pendinginan yang tiba-tiba akan menambah stress dan mengurangi kekuatan porselen.14
Shrinkage Dental Porselen Dalam tahapan pembuatan bahan keramik,pembakaran merupakan proses yang sangat menentukan sifat bahan. Suhu pembakaran ditentukan oleh bahan dasar yang dipakai dan fungsi bahan yang ingin dibuat. Dengan proses pembakaran, berbagai bahan yang tidak perlu diharapkan dapat hilang, agar bahan dengan komposisi dan sifat tertentu yang diinginkan terbentuk. Agar proses pembakaran efektif dan efisien, perlu dilakukan analisis termal pada campuran bahan dasar. lebih rendah dari titik meltingnya, hanya saja kemampatan bahan tersebut belum tentu sesuai dengan yang diharapkan. Artinya suatu bahan dapat dibuat pada batasan suhu tertentu, sehingga dapat dipilih suhu terendah sedemikan rupa bahan yang diinginkan terjadi. Meskipun demikian, kepadatan atau densitas bahan yang dibuat belum tentu sama dengan bahan yang diinginkan. Oleh karena itu perlu proses sintering untuk lebih memampatkan bahan. Sintering15 Keramik adalah bahan yang dibuat melalui pembakaran suhu tinggi. Oleh karena itu pembakaran atau perlakuan panas adalah proses utama di dalam pembuatan bahan keramik. Dalam tahap perlakuan panas, terjadi peristiwa kimia antara lain: pengeringan, peruraian bahan organik, penguapan air kristal, oksidasi logam transisi, peruraian karbonat, sulfat, aditif dan lainnya. Bersamaan dengan terjadinya reaksi kimia, terjadi pula perubahan fisis yaitu yang disebut sintering. Perubahan struktur mikro terjadi melalui beberapa tahapan. Pertama, perataan permukaan partikel, pembentukan grain boundary (batas butir) melalui pertumbuhan leher antar partikel, gerakan di antara partikel dalam pori terbuka, difusi dan penurunan porositas. Ke-dua, penyusutan pori antara grain boundary, porositas menurun lebih banyak, perlahanlahan grain tumbuh. Terakhir, pori-pori menutup, mengecil dan posisinya terselip di antara grain boundary Sintering adalah proses penggabungan partikel-partikel serbuk melalui peristiwa difusi pada saat suhu meningkat. Pada dasarnya sintering adalah peristiwa penghilangan pori-pori antara partikel bahan, pada saat yang sama terjadi penyusutan komponen, dan diikuti oleh pertumbuhan grain serta peningkatan ikatan antar partikel yang berdekatan, sehingga menghasilkan bahan yang lebih mampat/kompak. Suhu sintering mempengaruhi proses penyusutan,sedangkan pengaruh waktu sintering tidak banyak, terlihat pada Gambar 2.
Sintering umumnya dapat terjadi di dalam produk pada suhu tidak melebihi dari setengah sampai duapertiga dari suhu meltingnya, suhu yang membuat atom cukup mampu untuk berdifusi.
Gambar 1: Perubahan struktur mikro pada saat sintering
Gambar 2: Pengaruh suhu sinter terhadap penyusutan Bubble pada Dental Porselen16 Pada umumnya sifat keramik porselen yang dihasilkan tergantung pada keadaan bahan baku yang digunakan, pembentukan dan pembakarannya. Faktor bahan baku mempunyai peranan sangat besar terhadap produk akhir, yang sifatnnya ditentukan oleh perbedaan ukuran butir, distribusi ukuran butir, morfologi, komposisi, dan kereaktifannya. Suatu kenyataan yang sering terjadi pada produk-produk yang dibuat dari bahan baku dengan distribusi butir yang jauh berbeda akan menghasilkan sifat fisika mekanik yang berbeda, padahal system persiapan lainnya dilakukan dengan cara yang sama. Seperti diketahui bahwa bahan baku yang mempunyai ukuran butir tunggal yang homogeny, tidak akan menghasilkan system pemadatan yang baik (poor packing), dibanding dengan serbuk yang mempunyai variasi ukuran butir. Hal ini disebabkan jumlah cacat (luas total pori-pori) pada badan keramik dengan butiran tunggal akan lebih besar dan akibatnya kerapatan maksimum sulit dicapai. Oleh karena itu distribusi ukuran butir yang terkontrol secara optimum akan menghasilkan kekuatan maksimum. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Kempke, menyatakan bahwa sifat fisika dan elektrika yang optimal dari bahan keramik porselen akan dicapai bila ukuran butir bahan baku lolos saringan 270 mesh lebih besar dari
98%, sedangkan Rieke dan Kraze menambahkan bahwa ukuran butir bahan baku porselen, khususnya kuarsa dan feldspar juga berperan dalam meningkatkan mutu porselen. Peningkatan kehalusan butir kuarsa dan feldspar akan menambah harga susut bakar dan memperkecil porositas. Selanjutnya Rieke memberikan gambaran dengan kurva untuk hubungan perubahan sifat fisika (porositas, berat jenis, dan susut bakar terhadap suatu pembakaran). Porositas akan menurun pada suhu 1000-12500C sedangkan susut bakar akan naik mulai suhu900-12000C, dan pada suhu 12000C ke atas susut bakar akan relative konstan. Ukuran partikel bubuk/butir mempengaruhi tidak saja derajat kondensasi porselen tetapi juga kesuksesan atau densitas dari produk akhir. Pada temperatur pembakaran awal, lubang ruang kosong akan diisi oleh udara tungku. Sewaktu sintering dari partikel dimulai, partikel-partikel porselen saling berikatan pada titik kontaknya. Semakin tinggi temperatur, kaca yang tersintering perlahanlahan mengalir untuk mengisi ruang udara. Meskipun demikian, udara tetap dapat terjebak dalam bentuk pori-pori karena massa terlalu untuk memungkinkan keluarnya semua udara. Sebuah alat untuk membantu mengurangi porositas dari porselen gigi vakum pembakaran yang mengurangi porositas dengan cara sebagai berikut. Sewaktu porselen diletakkan pada tungku, partikel bubuk dimampatkan bersama-sama dengan saluran udara di sekelilingnya.sewaktu tekanan udara di dalam muffle tungku diturunkan sekitar sepersepuluh dari tekanan atmosfir dengan pompa vakum, udara di sekitar partikel juga akan berkurang sama besar. Sementara, sewaktu temperatur meningkat partikel akan tersintering bersama-sama membentuk lubang yang tertutup di dalam massa porselen. Udara di dalam lubang tertutup ini diisolasi dari atmosfir tungku. Pada temperatur kira-kira 550C(990F) dibawah temperatur pembakaran atas, vakum dilepas dan tekanan di dalam tungku akan meningkat sepuluh kali. Karena tekanan meningkat, lubang akan terkompresi menjadi sepersepuluh dari ukuran semula dan volume total dari porositas juga akan berkurang dalam jumlah yang sama. Tidak semua udara dapat dikeluarkan dari tungku. Oleh karena itu, beberapa gelembung udara terlihat , tetapi jelas lebih kecil daripada gelembung yang terbentuk dengan metode pembakaran udara seperti biasa. Restorasi All Ceramic13,17 Tahap pembuatan
komposisi
sifat
Castable/ 1.Pembuatan model malam
Dicor : 55 vol%
-Produk kualitas Inlay,
mechina
Kristal
tinggi
ble glass
2.Penanaman model malam menggunakan
phosphat
Tetrasilicic
-Digunakan utk
indikasi
vinir, mahkota ,
ceramic
bonded investment.
Fluormica
ingot CAM
3.Buang malam 4.Casting
kaca
70
5.Ceramming
Dicor
Perubahan
gigi posterior rentan thd fraktur.
-Kurang
memperbaiki Keku-atan dan Fluormica
abrasi,
Glass-
vol% Ceramic
untuk Tetrasilicic
ketahanan
restorasi
-Sifat mekanik ≈
yang Dicor MGC:
dilelehkan
kekerasan,
CAD untuk
translusent
thd diameter 2µm suhu
mendadak, ketahanan thd zat kimia,translusensi 6.Fitting 7.Stainning In ceram 1.Duplikasi die dengan die ^Komposisi
inti -Flexural
Indikasi
spinell
Mg strength,
untuk
refraktori , Al2O3 diulaskan keramik pada
die
dg
:
metode Al2O4
fractur
mahkota
slipcasting dan pemotongan
toughness paling anterior
dengan scapel
rendah.
2. Alumina disintering awal
-Kelebihan:
selama 10 jam temperatur
estetik
11200C,
baik,
dipertahankan
selama 2 jam.
sangat sifat
translucent terbaik
In ceram 3.Proses sintering bahan die ^Komposisi alumina
refraktori sehingga dilepas
akan
menyusut keramik
koping dari
die
Aplikasi
permukaan inti
: strength
dengan (Al2O3)
pada
alumina
^Komposisi
fractur mahkota
toughness
3,1- posterior,
4,61 MPa/m1/2
^ glass
Indikasi 450 untuk
dapat Aluminum oxide MPa,
mudah 4.
inti -Flexural
inti
-Kekurangan: inti
keramik
jembatan 3 unit
yang porusGlass akan diserap keramik :alumina opak masuk daerah yang porus (Al2O3) melalui aksi kapiler.
sifat
dan translucent
partially stabilize cukup
5. Inti mengeras 30 menit ,bungkus
421-
dilakukan pembakaran pada
850
MPa,
temperatur 11000C. Untuk
fractur
mahkota selama 4 jam, dan
toughness
untuk jembatan 6 jam
MPa/m1/2
6. Kelebihan glass dipotong
-Kekurangan:
dg diamond bur.
estetik
Aplikasi
foil,
-Flexural strength
7.
platinum
Zirconia
6-8
kurang
menguntungkan
keramik
krn inti keramik
konvensional diatas inti
opak
sifat
translucent kurang In ceram NB zirconia
:
inceram
tahap spinell,
zirconia sama
pembuatan ^Komposisi
inti -Flexural
mahkota
alumina, keramik :alumina strength (Al2O3)
421- posterior,
dan 850
MPa, jembatan
partially stabilize fractur Zirconia
toughness
6-8
MPa/m1/2 -Kekurangan: estetik
kurang
menguntungkan krn inti keramik opak
translucent kurang
sifat
DAFTAR PUSTAKA 1. Mc Cabe JF, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th ed. Oxford: Blackwell Publishing, 2008: 89-99 2. Anonymous.
Keramik
kedokteran
gigi.
(07
Mei
2010)
(28 Januari 2012) 3. Manappallil JJ, George A, Kumar GV,et al. Basic Dental Materials. India: Jaypee Brothers Medical Publishers, 1998: 331 4. Anusavice KJ. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 10. Alih Bahasa. Budiman JA, Purwoko S Jakarta: EGC, 2004: 493-494. 5. Hussain S. Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers, 2004: 198-199. 6. Schmidseder J. Color Atlas of Dental Medicine Aesthetic Dentistry. Stuttgart: Thieme, 2000: 182. 7. Arvind shenoy, Nina shenoy.Dental keramik. J ConsERV Dent 2010 OctDec, 13 (4):. 195-203. 8. 9. Anonymous.
Dental
ceramic.
(05
Mei
2010)
10. Rizky Darmawan. Dental Material. (26 Desember 2012) 11. Craig GC, Powers JM. Ceramics. In:
Craig RG, Powers JM, eds.
Restorative Dental Materials, 11th ed. St. Louis: Mosby Inc, 2002:553. 12. Amelia
Aya.
Komposisi
Dental
Porselen.
3
September
2010.
http://amaliapradana.blogspot.com/2010/09/komposisi-porselen-dental.html>
< (26
Desember 2012) 13. Hussain S. Textbook of dental material. New Delhi: Jitendar P Vij, 2004: 196-221 14. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. Medan. USU Press, 2012:181. 15. Ramlan, Bama AA. Pengaruh Suhu dan Waktu Sintering terhadap Sifat Bahan Porselen untuk Bahan Elektrolit Padat (Komponen Elektrolit). Jurnal Penelitian Sains 2011;14(3): 22-23.
16. Soesilowati, Suhanda. Pengaruh Tingkat Distribusi Butir pada Sifat Fisika Badan Keramik Porselen. Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia 1997;6(1&2):17-18. 17. Anonymous.
Dental
Ceramic.
(08
Mei
2012).
kuliahku.blogspot.com/2012/05/dental-ceramic.html> (27 Desember 2012)