JURNAL PERILAKU ORGANISASI PERILAKU ORGANISASI Dr I. Chaneta Fakultas Perdagangan Universitas Zimbabwe ABSTRAK Mullins (2005) mendefinisikan perilaku organisasi sebagai studi dan pemahaman tentang perilaku individu dan kelompok dan pola struktur dalam rangka untuk membantu meningkatkan kinerja dan efektivitas organisasi. Cole (1998) menyatakan bahwa perilaku organisasi adalah istilah yang digunakan untuk studi sistematis tentang perilaku individu dalam kelompok kerja, termasuk analisis sifat kelompok, pengembangan struktur antara dan di dalam kelompok dan proses pelaksanaan perubahan. Definisi menunjukkan bahwa isu-isu utama ditangani oleh organisasi perilaku adalah: • Perilaku individu dan kinerja di tempat kerja; • Sifat dan kerja orang-orang dalam kelompok; • Sifat struktur sosial dan desain organisasi di tempat kerja; • Proses-proses yang terlibat dalam beradaptasi perilaku untuk memenuhi kondisi yang berubah. Ada hubungan yang erat antara perilaku organisasi dan manajemen teori dan praktek. Beberapa penulis menyarankan bahwa perilaku organisasi dan manajemen adalah sama, tapi ini adalah sesuatu dari sebuah penyederhanaan berlebihan karena ada fakta yang lebih luas banyak manajemen. Kata Kunci: perilaku organisasi, lingkungan eksternal, perilaku individu, Pendekatan sosiologis, budaya organisasi. PENDAHULUAN Variabel yang dijabarkan diatas memberikan parameter di mana sejumlah dimensi yang saling berhubungan dapat diidentifikasi individu, kelompok, organisasi, dan lingkungan yang secara kolektif mempengaruhi perilaku dalam organisasi kerja. Organisasi yang terdiri dari anggota masing-masing. Individu adalah fitur utama dari perilaku organisasi dan bagian penting dari setiap perilaku situasi, apakah bertindak dalam isolasi atau sebagai bagian dari kelompok, dalam menanggapi harapan organisasi, atau sebagai akibat dari pengaruh lingkungan eksternal. Dimana kebutuhan individu dan tuntutan organisasi yang kompatibel, hal ini dapat mengakibatkan frustrasi dan konflik. Ini adalah tugas dari manajemen untuk mengintegrasikan individu dan organisasi, dan untuk menyediakan lingkungan kerja yang memungkinkan kepuasan kebutuhan individu serta pencapaian tujuan organisasi. GRUP Grup ada di semua organisasi dan sangat penting untuk kerja mereka dan kinerja. Organisasi terdiri dari kelompok orang dan hampir semua orang dalam sebuah organisasi akan menjadi anggota dari satu atau lebih kelompok. Kelompok informal muncul dari kebutuhan sosial orangorang dalam organisasi. Orang-orang dalam kelompok saling mempengaruhi dalam banyak hal, dan kelompok dapat mengembangkan hierarki mereka sendiri dan para pemimpin. Tekanan kelompok dapat memiliki pengaruh besar atas perilaku dan kinerja dari masing-masing anggota. Pemahaman tentang struktur kelompok dan perilaku melengkapi pengetahuan tentang perilaku individu dan menambahkan dimensi lebih lanjut untuk perilaku organisasi.
ORGANISASI Individu dan kelompok berinteraksi dalam struktur organisasi formal. Struktur diciptakan oleh manajemen untuk membangun hubungan antara individu dan kelompok, untuk memberikan ketertiban dan sistem dan untuk mengarahkan upaya organisasi ke gawang kegiatan mencari. Ini adalah melalui struktur formal bahwa orang-orang melakukan kegiatan organisasi mereka untuk mencapai tujuan dan sasaran. Perilaku dipengaruhi oleh pola struktur organisasi, teknologi, gaya kepemimpinan dan sistem manajemen di mana proses organisasi direncanakan, diarahkan dan dikontrol. Fokus perhatian, karena itu, adalah pada dampak dari struktur organisasi dan desain, dan pola manajemen, pada perilaku orang dalam organisasi. Misalnya, McPhee (1996) mengacu pada pertumbuhan sifat dan pentingnya struktur organisasi dan esensi mereka, dan untuk penekanan lebih besar, pada bisnis-to-business (B2B) kedalaman atau kelompok wawancara sebagai bagian dari wawasan bisnis dan organisasi perilaku. LINGKUNGAN Fungsi organisasi sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas yang merupakan bagian. Lingkungan mempengaruhi organisasi melalui, misalnya, pengembangan teknologi dan ilmiah, kegiatan ekonomi, pengaruh sosial dan budaya dan tindakan pemerintah, efek dari operasi organisasi dalam lingkungannya mencerminkan dalam hal pengelolaan peluang dan risiko dan sukses pencapaian maksud dan tujuannya. Meningkatnya tingkat perubahan faktor lingkungan telah menyoroti kebutuhan untuk mempelajari organisasi total dan proses dengan mana organisasi berusaha untuk beradaptasi dengan tuntutan eksternal yang diletakkan di atasnya. Meningkatkan globalisasi berarti bahwa organisasi harus merespon tuntutan pasar yang berbeda dan kebutuhan lokal. Globalisasi berdampak pada perilaku organisasi, dan penekanan lebih besar pada tempat-tempat proses dalam organisasi ketimbang fungsi organisasi. PENDEKATAN PERILAKU ORGANISASI Dimensi-dimensi yang berbeda memberikan pendekatan kontras tetapi terkait dengan pemahaman tentang perilaku manusia dalam organisasi. Mereka menyajikan sejumlah jalur alternatif untuk studi subjek dan tingkat analisis. Hal ini dimungkinkan, misalnya, untuk mengadopsi pendekatan psikologis dengan penekanan utama pada individu di mana organisasi ini terdiri. Aspek psikologis penting namun, dengan sendirinya, memberikan pendekatan yang terlalu sempit bagi pemahaman manajemen dan perilaku organisasi. Hal ini juga memungkinkan untuk mengadopsi pendekatan sosiologis yang bersangkutan dengan penekanan yang lebih luas tentang perilaku manusia dalam masyarakat. Aspek sosiologis bisa menjadi penting. Sejumlah penulis sosiologi tampaknya ditetapkan pada tujuan mengkritik pandangan tradisional organisasi dan manajemen. Studi tentang perilaku dapat dilihat dalam tiga disiplin utama - psikologi, sosiologi dan antropologi. Semua tiga disiplin telah membuat kontribusi penting untuk bidang perilaku organisasi. Psikolog yang bersangkutan, secara umum, dengan studi perilaku manusia, dengan ciri-ciri dari individu dan keanggotaan dari kelompok-kelompok sosial yang kecil. Fokus utama dari perhatian adalah pada individu sebagai manusia seutuhnya, atau apa yang bisa disebut 'sistem kepribadian', termasuk, misalnya, persepsi, sikap dan motif. Sosiolog lebih peduli dengan studi tentang perilaku sosial, hubungan antara kelompok-kelompok sosial dan masyarakat, dan pemeliharaan ketertiban. Perhatian Fokus utama adalah pada analisis
struktur sosial dan posisi dalam struktur-struktur misalnya, hubungan antara perilaku pemimpin dan pengikut. Antropolog lebih peduli dengan ilmu manusia dan studi tentang perilaku manusia secara keseluruhan. Sejauh perilaku organisasi yang bersangkutan, fokus utama perhatian adalah pada sistem budaya, keyakinan, pelanggan, ide-ide dan nilai-nilai dalam suatu kelompok dan perbandingan antara perilaku budaya yang berbeda – beda misalnya, pentingnya perempuan Muslim mengenakan celana panjang untuk bekerja. Orang belajar untuk bergantung pada budaya mereka untuk memberi mereka keamanan dan stabilitas, dan mereka dapat menderita reaksi negatif terhadap lingkungan asing. Kontribusi aspek yang relevan dari psikologi, sosial dan antropologi membantu pemahaman kita tentang perilaku orang dalam organisasi kerja, dan mendukung bidang perilaku organisasi. Ilmu perilaku mencoba untuk organisasi struktur dalam rangka untuk mengamankan lingkungan kerja yang optimal. Hal ini berkaitan dengan rekonsiliasi kebutuhan organisasi untuk kontribusi produktivitas maksimum, dengan kebutuhan individu dan realisasi potensi mereka. Penekanan pada penerapan aspek yang relevan dari teori psikologis, sosiologis, praktek, dan budaya berpengaruh untuk menangani masalah organisasi dan manajemen dalam situasi kerja. Dalam hal aplikasi ilmu perilaku untuk pengelolaan manusia, kita juga perlu mempertimbangkan relevansi dan aplikasi filsafat, etika dan hukum. ORGANISASI BUDAYA Para psikolog mengatakan bahwa setiap individu memiliki apa yang mereka sebut kepribadian. Sebuah kepribadian individu terdiri dari satu set sifat yang relatif permanen dan stabil. Ketika kita menggambarkan seseorang sebagai hangat, inovatif, santai atau konservatif, kita menjelaskan ciri-ciri kepribadian. Sebuah organisasi, juga memiliki kepribadian yang kita sebut budaya. Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama dalam sebuah organisasi yang menentukan, dalam tingkat besar, bagaimana karyawan bertindak (Robbins dan Coulter, 1996). Budaya organisasi merupakan persepsi umum yang dimiliki oleh karyawan organisasi. Sama seperti budaya suku memiliki aturan dan pantangan yang menentukan bagaimana anggota bertindak terhadap satu sama lain dan orang luar, organisasi memiliki budaya yang mengatur bagaimana karyawan harus bersikap. Dalam setiap organisasi, ada sistem atau pola nilai, simbol, ritual, mitos dan praktik yang telah berevolusi dari waktu ke waktu. Nilai-nilai bersama menentukan, dalam tingkat besar, apa yang karyawan melihat dan bagaimana mereka menanggapi dunia mereka. Ketika dihadapkan dengan masalah, budaya organisasi membatasi apa yang karyawan dapat lakukan dengan menyarankan cara yang benar dengan mana organisasi memecahkan masalah. Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh dimensi yang secara keseluruhan, menangkap esensi dari budaya organisasi. Dimensi adalah: 1. Inovasi dan pengambilan risiko: Tingkat dimana karyawan didorong untuk menjadi inovatif dan mengambil risiko. 2. Perhatian terhadap detail: Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan presisi, analisis dan perhatian. 3. Hasil Orientasi: Sejauh mana manajer fokus pada hasil atau hasil bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut. 4. Orang Orientasi: Sejauh mana keputusan manajemen mempertimbangkan efek hasil pada orang dengan organisasi.
5. Tim Orientasi: Sejauh mana kegiatan kerja diorganisir sekitar tim daripada individu. 6. Agresivitas: Tingkat dimana orang yang agresif dan kompetitif ketimbang santai. 7. Stabilitas: Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan mempertahankan status quo. Namun, organisasi berbeda dari satu ke yang lain pada kekuatan budaya mereka. Organisasi dengan budaya yang kuat memiliki nilai-nilai kunci yang intens diadakan dan berbagi secara luas. Organisasi tersebut memiliki pengaruh lebih besar pada karyawan ketimbang mereka dengan budaya yang lemah. Para karyawan lebih menerima nilai-nilai kunci organisasi dan semakin besar komitmen mereka terhadap nilai-nilai, semakin kuat budaya ini. Apakah budaya organisasi yang kuat, lemah atau di suatu tempat di antara, tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran organisasi, berapa lama telah berdiri, berapa banyak omset yang telah terjadi antara karyawan dan intensitas dengan dimana budaya itu berasal. Satu studi budaya organisasi menemukan bahwa karyawan di perusahaan-perusahaan dengan budaya yang kuat yang berkomitmen untuk perusahaan mereka daripada yang karyawan di perusahaan daripada yang karyawan di perusahaan dengan budaya yang lemah. Perusahaan-perusahaan dengan budaya yang kuat juga digunakan rekrutmen upaya dan praktek sosialisasi untuk membangun komitmen karyawan. Sebuah badan peningkatan bukti menunjukkan bahwa budaya yang kuat berkaitan dengan kinerja organisasi yang tinggi. KESIMPULAN Pandangan convectional tentang budaya dan iklim adalah bahwa mereka ada pada tingkat yang berbeda. Budaya biasanya diambil menjadi sangat tertanam dalam sadar diadakan, keyakinan nilai-nilai dan memiliki asumsi-asumsi dasar dan anggota organisasi begitu banyak yang mungkin tidak menyadari bahwa budaya eksis apalagi bagaimana hal itu mempengaruhi perilaku mereka. Sebaliknya, iklim cenderung dianggap sebagai lebih dari sebuah fenomena permukaan, dengan efek mudah diidentifikasi pada perilaku. Meskipun subkultur dapat eksis dalam organisasi, budaya cenderung dilihat sebagai fenomena persuasif, sedangkan iklim mikro cenderung dianggap sebagai investable lebih karena banyak faktor penting secara langsung mempengaruhi kondisi iklim di mana kelompok tersebut berada. Pendahulunya iklim lebih baik dipahami dan biasanya diasumsikan bahwa iklim berubah lebih cepat daripada budaya.
REFERENSI Balshlow SC (1999). Traditional Exchange and Modern Markets: New York Prentice Hall. Banting P.G. (1996). Customer Service in Industrial Marketing, New York McGrow Hill. Borch F.J. (1991). The Marketing Philosophy as a Way of Building Life, New York, American Management Association. Buzzell R. D. (1978). Product Profitability Measurement and Merchandising Decisions, Boston Harvard University, Press. Greer T. V. (1988) Marketing in the Soviet Union, New York, Holt Rinchart and Winston. Kotler P. (1980). Principles of Marketing, Prentice Hall International.
Kanton W. and Boyd J.R. (1989), Promotion, A Behavioral View (Englewood Cliffs), New York, Prentice Hall. Lancaster Theory, Journal of Political Economy, No.14, (1996) pg132-57. Lnitt T. (1994). The Marketing Mode. New York, McGrow Hill. Murphy P. E. and McGarrity R.A. (1997). Marketing Universities: A Survey of Recruiting Activities, College and University, Spring 1989 p249-61. Revzan D.A. (1981). Wholesaling in Marketing Organizations, New York, John Wiley. Rom J. and Markin J.R. (1994). Consumer Behavior: Cognitive Orientation, New York, MacMillan. Stanton W.J. (1992). Fundamentals of Marketing. (5th Edition), New York, McGraw Hill.
Makalah Sosiologi " Organisasi Sosial "
MAKALAH ORGANISASI SOSIAL TUGAS MATA KULIAH : SOSIOLOGI
Oleh : Kelompok 4 1. M u n i r
( 08. 4. 474 )
2. Hadi Purnomo
( 08. 4. 446 )
3. Holifah
( 08. 4. 454 )
4.
Herman S
( 08. 4. 452 )
YAYASAN PENDIDIKAN GOTONG ROYONG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BONDOWOSO 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “ORGANISASI SOSIAL”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Sosiologi pada Fakultas Pertanian Universitas Bondowoso. Sesuai dengan judul, makalah ini mengulas tentang bagaimana pendekatan sosiologi terhadap kelompok sosial, bagimana tipe-tipe keompok sosial, bagaimana kelompok- kelompok sosial yang tidak teratur, dan bagaimana kelompok (mayarakat setempat, masyarakat desa, masyarakat perkotaan dan masyarakat kecil). Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh sebab itu kami akan sangat bertetima kasih sekirahnya mendapatkan masukan-masukan untuk penyempurnaannya, terutama kami sangat berharap sumbang saran dari Bapak/Ibu pengampu mata kuliah ini. Atas masukan masukannya kami ucapkan terima kasih.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dalam kehidupannya harus berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri namun tergantung pada orang lain. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Dalam hubungannya dengan manusia lain manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain, karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain (gregariausness). Manusia menurut kodratnya itu dilahirkan untuk menjadi bagian dari suatu kebulatan masyarakat. Dengan demikian manusia itu merupakan bagian dari suatu organisi sosial. Perhatikanlah kehidupan sehari - hari. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dalam kaitannya dengan orang lain dan daam kehidupan bersama dengan manusia lainnya. Landasan dari adanya hasrat untuk selalu berada dalam kesatuan dengan orang lain adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang mendasar dan kebutuhan sosial maupun kebutuhan intergratif. Oleh karena manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam, dan cara-cara yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan itupun bermacam-macam pula, maka manusia menentukan bentuk kehidupan sosial tertentu di tempat ia hidup dengan sebaik-baiknya. Organisasi sosial manusia mewujudkan diri dalam bentuk kelompok sosial. Di dalam hubungannya antara manusia dengan manusia lain, agaknya yang paling penting adalah reaksi yang timbul akibat hubungan-hubungan timbal balik antara sesama manusia. Reaksi tersebut menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas. Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu; 1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat dan 2) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Organisasi sosial atau social organization di dalam kehidupan manusia ini, merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup
bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling pengaruhmempengaruhi dan juga uatu pertanyaan, apakah setiap himpunan manusia dapat dinamakan kelompok sosial? Untuk itu, diperlukan beberapa persyaratan tertentu, antara lain; 1) adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan, 2) adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, 3) adanya faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama, 4) berstruktur,berkaidah dan mempunyai pola perilaku, 5) bersistem dan berproses. Organisasi sosial adalah dimana terdapat suatu struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok-kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor-faktor itu yang terdiri dari dimana merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi yang sama, politik yang sama. Hal ini merupakan ikatan yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu.
1.2RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah: 1.
Apakah yang dimaksud dengan organisasi sosial?
2.
Apa sajakah unsur-unsur dalam organisasi sosial sebagai suatu asosiasi?
3.
Apa sajakah jenis-jenis organisasi sosial sebagai suatu asosiasi?
1.3RUANG LINGKUP MASALAH Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka batasan masalah dalam makalah ini adalah: 1.
Pengertian organisasi sosial
2.
Unsur-unsur organisasi sosial sebagai suatu asosiasi
3.
Jenis-jenis organisasi sosial sebagai suatu asosiasi
4.
Tipe-tipe organisasi sosial
5.
Organisasi sosial masyarakat
1.4TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui pengertian organisasi sosial . 2. Untuk mengetahui unsur - unsur organisasi sosial sebagai suatu asosiasi 3. Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi sosial sebagai suatu asosiasi 4. Untuk mengetahui tipe-tipe organisasi sosial 5. Untuk mengetahui organisasi sosial masyarakat
BAB II PEMBAHASAN
2.1PENGERTIAN ORGANISASI SOSIAL Secara garis besar pengertian organisasi sosial dikelompokkan ke dalam 2 pendekatan disiplin ilmu, antara lain: A. Pendekatan Antropologi Sosial, diantaranya dikemukakan oleh: 1.
WHR Rivers (dalam Harsojo, 1977: 243) mengemukakan bahwa organisasi sosial adalah suatu proses yang menyebabkan individu disosialisasikan dalam kelompok. Ruang lingkup penyelidikan tentang organisasi sosial meliputi struktur dan fungsi dari suatu kelompok sosial.
2.
Raymond Firth (dalam Harsojo, 244) dalam bukunya Element of Social Organization menyatakan bahwa yang dimaksud organisasi adalah suatu proses sosial dan pengaturan aksi berturut-turut menyesuaikan diri dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial adalah penyusunan dari hubungan/interaksi sosial yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan penetapan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka studi tentang organisasi sosial dalam antropologi sosial secara garis besar meliputi:
a.
Penyelidikan organisasi sosial dengan menggunakan metode biografi, yaitu penyelidikan yang meneliti kejadian- kejadian khusus yang berhubungan dengan krisis-krisis kehidupan (rites of passage). Dalam pendekatan ini umur dalam arti bahwa jangka waktu hidup manusia itu mengikuti siklus biologi tertentu merupakan faktor yang menjadi landasan penyusunan organisasi sosial.
b.
Penyelidikan organisasi sosial dengan menggunakan pendekatan yang berpusat pada hubungan antar individu dengan memakai metode genealogis. Dengan mempelajari hubungan antar individu yang khusus disebabkan kekerabatan, yang kemudian dapat dikembangkan pada studi tentang pola-pola social yang lebih besar. Dalam studi mengenai organisasi sosial seperti ini dapat diteliti tentang konsep perkawinan, keluarga dan sistem kekerabatan.
c.
Penyelidikan organisasi sosial dengan menggunakan pendekatan yang perpusat pada lembagalembaga, sejauh manakah lapisan-lapisan sosial seperti kelas, kasta, rank dan bagaimana kepemimpinan dalam suatu masyarakat.
B. Pendekatan Sosiologi, diantaranya dikemukakan oleh: 1.
Alvin L. Bertrand (1980: 25) mengemukakan pengertian organisasi sosial dalam arti luas adalah tingkah laku manusia yang berpola kompleks serta luas ruang lingkupnya di dalam setiap masyarakat. Organisasi sosial dalam arti khusus adalah tingkah laku dari para pelaku dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis dan sekolah.
2. Robin Williams (dalam Bertrand: 26) mengemukakan bahwa organisasi sosial menunjuk pada tindakan manusia yang saling memperhitungkan dalam arti saling ketergantungan. Ia selanjutnya menjelaskan bahwa pada saat individu melakukan interaksi berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu, maka akan timbul pola-pola tingkah laku. 3. JBAF Maijor Polak (1985: 254) mengemukakan bahwa organisasi sosial dalam arti sebagai sebuah asosiasi adalah sekelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu, kepentingan tertentu, menyelenggarakan kegemaran tertentu atau minat-minat tertentu. 4. Soerjono Soekanto (1988: 107-108) mengemukakan organisasi sosial adalah kesatuan-kesatuan hidup atas dasar kepentingan yang sama dengan organisasi yang tetap sebagai sebuah asosiasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi sosial berdasarkan pendekatan sosiologi adalah organisasi social sebagai sebuah asosiasi, yaitu sekelompok manusia yang mempunyai tujuan, kepentingan, kegemaran, minat yang sama dan membentuk sebuah organisasi yang tetap. Semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga . Walaupun anggota-anggota keluarga tadi selalu menyebar, pada waktu- waktu tertentu mereka pasti akan berkumpul. Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompoknyang statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan- perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Suatu aspek yang menarik dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana caranya
mengendalikan anggotaanggotanya. Para sosiolog akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur tindakan-tindakan anggota-anggotanya agar tercapai tata tertib didalam kelompok. Hal ini yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut merupakan tempat kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang, mengalami disorganisasi, memegan peranan, dan selanjutnya. Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan dan keburukan. Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai- nilai manusia, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya. Pola berpikir tertentu yang dianut seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut merupakan kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat terhadap manusia, benda atau keadaan. Seseorang yang pola berpikirnya materialistik, misalnya mempunyai sikap tertentu terhadap pekerjaan tertentu. Maka dia akan memperhatikan pekerjaan yang menghasilkan materi yang banyak dan kurang memperhatikan kepuasan batiniah dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Sikap tersebut lazimnya membentuk perilaku tertentu, yang kemudian menjadikan pola perilaku berkesinambungan. Sikap materialistik, umpamanya, akan membentuk perilaku yang cenderung materialistik pula. Kalau pola perilaku tertentu sudah melembaga dan membudaya, gejala itu menjadi patokan perilaku yang pantas. Patokan perilaku yang pantas tersebut biasanya disebut norma atau kaidah. Perangkat kaidah-kaidah tertentu yang terdiri kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan dan hukum, kemudian menjadi patokan dalam interaksi sosial.
2.2 UNSUR - UNSUR ORGANISASI SOSIAL Organisasi sosial sebagai suatu asosiasi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 1.
Sekelompok orang yang mempunyai tujuan tertentu, kepentingan tertentu, kegemaran tertentu atau minat- minat tertentu 2. Adanya norma atau aturan-aturan tertentu yang mengikat 3. Hubungan atrar individu 4. Adanya kesadaran individu sebagai anggota organisasi social
5. Bentuk organisasinya formal atau non formal
2.3 JENIS - JENIS ORGANISASI SOSIAL Jenis - jenis organisasi sosial sebagai berikut: 1. Menurut Soerjono Soekanto (107-108) organisasi sosial sebagai suatu asosiasi mempunyai dua arti, yaitu: a)
Dalam arti khusus/sempit mempunyai cirri - ciri antara lain: a.
Adanya kepentingan-kepentingan terbatas
b.
Organisasi sosial tertentu
c.
Jumlah keanggotaan sangat terbatas
d.
Pentingnya hubungan tidak bersifat pribadi jenis kepentingan yang dikejar terbatas Contoh: keluarga, kelompok permainan, club
b)
dalam arti luas/besar mampunyai cirri - ciri antara lain: a.
Adanya anggota yang secara relatif terbatas
b.
Organisasi sosial yang formal
c.
Pentingnya hubungan sosial tidak bersifat pribadi
d.
Jenis kepentingan yang dikejar lebih luas
Contoh: Negara, persekutuan agama, perkumpulan ekonomi, persatuan buruh, organisasi massa, dsb
2. Menurut JBAF Maijor Polak (262-263) membagi organisasi sosial ke dalam beberapa bidang dan jenis asosiasi, antara lain: a.
Persahabatan, misalnya club (Club Jantung Sehat Indonesia), kelompok sahaba/ikatan persaudaraan (IPHI)
b.
Ekonomis, misalnya perseroan (Perseroan Terbatas), firma (CV), perkumpulan pengusaha (Ikadin, HIPMI), serikat sekerja (SPSI, SBSI)
c.
Teknologi dan ilmu pengetahuan, misalnya badan ilmiah (Batan, LIPI), balai penyelidikan (balitbang), ikatan sarjana (ISPI, ISEI, MSI)
d.
Agama, misalnya mahsab (Thariqot Naqsabandiyah, Wahidiyah, NU, Muhammadiyah, LDII, Hizbuth Thahrir), jamaah (PGI, Walubi, MUI, Hindu Dharma)
e.
Kesenian, misalnya orkes atau grup band (Soneta, Peterpen, ST 12, Ada Band, Nashid, Qosidah), penari/penyanyi, ikatan seniman, artis (Parsi, Parfi)
f.
Pendidikan, misalnya sekolah (TK/RA, SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA), Universitas/Sekolah Tinggi, Ikatan Pelajar/alumni, yayasan pendidikan, dsb
g.
Olah raga, misalnya berbagai perkumpulan olah raga (ISSi, PBSI, PBVSI, PABSI, PASI, IMI),dsb
h.
Politik, misalnya partai politik (DEMOKRAT, PKB, PAN, Golkar, PD, PDI Perjuangan, dsb)
i.
Kesenangan/hobi, misalnya perkumpulan penggemar perangko (filateli)
j.
Amal, misalnya perkumpulan penyokong fakir miskin (BAZIS, Pundi Amal SCTV), perhimpunan penyokong orang tua/panti jompo, perhimpunan penyokong yatim piatu/PAY, dsb
k.
Profesi, misalnya PGRI, IDI, IDAI, PGTKI, Ikadin, dsb
l.
lPemerintahan, Negara, Pemerintah Daerah I dan II, Kecamatan, Desa
m. Organisasi regiolal, misalnya ASEAN, MEE n.
Organisasi internasional, misalnya PBB (beserta lembaga/badan-badan di bawahnya)
o.
Organisasi militer/pakta pertahanan, misalnya NATO, ANZUS, SEATO, Pakta Warsawa, dsb
2.4 TIPE - TIPE ORGANISASI SOSIAL Tipe - tipe Organisasi atau kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa, sudut atau atas dasar berbagai kriteria atau ukuran. Seorang sosiolog Jerman Georg Simmel, mengambil ukuran besar kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta intraksi sosial dalam kelompok tersebut. Dalam analisisnya mengenai kelompok sosial mulai dengan bentuk
terkecil yang terdiri satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang kemudian dikembangkan dengan kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang dan kemudian dikembangkan dengan kelompok yang lebih besar. Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial. Beberapa sosiolog memerhatikan pembagian atas dasar kelompok dimana anggotanya saling mengenal (face-to-face groupings), seperti keluarga, rukun tetangga dan desa, dengan kelompok- kelompok sosial seperti kota, dan negara, dimana anggotanya tidak mempunyai hubungan erat. Berlangsungnya suatu kepentingan merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang hidupnya sebentar saja karena kepentingannyapun tidak berlangsung lama. Lain halnya dengan kelas atau komuniti yang kepentingan secara relatif bersifat tetap atau permanen. Dasar yang akan diambil sebagai salah satu alternatif untuk mengadakan klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial adalah ukuran jumlah atau derajat interaksi sosial atau kepentingan kelompok atau organisasi. Dalam membicarakan kelompok sosial, haruslah dihindari paham prasangka bahwa kelompok sosial merupakan lawan individu, kedua hanya dapat dimengerti bila dipelajari di dalam hubungan antara yang satu dengan yang lain sebagai pasangan. Pengertian tersebut sangat penting untuk mencegah terjadinya pendapat yang menyatakan bahwa bentuk kelompok sosial merupakan ancaman terhadap kesejahteraan individu. kan bahwa bentuk kelompok sosial merupakan ancaman terhadap kesejahteraan individu. Harus dihindari prasangkah bahwa kelompok-kelompok sosial semata-mata ditimbulkan oleh naluri manusia untuk selalu hidup sesama. Kelompok sosial ini merupakan bentuk kehidupan nyata. ePrilaku kelompok sosial harus dilihat dari sudut pandang sebagai prilaku individu.
Faktor-faktor yang membedakan kelompok-kelompok adalah: 1.
Kesadaran akan jenis yang sama
2.
Adanya hubungan sosial
3.
Orientasi pada tujuan yang sudah ditentukan. Di dalam pembahasan tipe - tipe kelompok sosial dapat dikategorikan dalam struktur sosial seperti: 1) kelompok sosial dipandang dari sudut individu, 2) in-group dan out- group, 3) kelompok primer
(primary group) dan kelompok skunder (secondary group), 4) Paguyuban dan patembayan, 5) formal group dan informal group, 6) membership group dan reference group 7) kelompok okupasional dan volunter dan, 8) kelompok okupasional dan volunter.
2.5ORGANISAS SOSIAL MASYARAKAT Organisasi sosial masyarakat adalah dimana terdapat suatu struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki bersama oleh anggota - anggota kelompok - kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor - faktor itu yang terdiri dari dimana merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi yang sama, politik yang sama. Hal ini merupakan ikatan yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu. Manusia harus berhubungan dengan manusia lain dalam kondisi emosional dan psikis dimana amat dipengaruhi oleh relasi sosial. Dengan kata lain seseorang itu pada satu ketika menjadi susah atau bergembira dan riang hatinya, disebabkan oleh pengaruh sikap penilaian, anggapan - anggapan yang diterima oleh orang lain. Dari sinilah jelas bahwa bagi kesejahteraan badan dan rohaniahnya, manusia bersama - sama harus menciptakan satu kondisi sosial yang harmonis. Kodrat alamiah manusia sebagai makhluk social - psikis itu menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk dari organisasi dan relasi antara manusia, yang terdiri dari dua landasan yaitu; 1. Organisasi symbiotik yang terdiri semata-mata atas tingkah laku fisik yang bersifat otomatis. 2. Organisasi sosial yang berdiri atas komunikasi dengan menggunakan sistem lambang. Kontak dengan menggunakan sistem lambang menimbulkan interaksi sosial yang berlaku pada dataran pancaindera, emosi dan intelektual. Apabila kita berbicara tentang organisasi sosial, maka yang dimaksud ialah, bahwa untuk mencapai tujuannya timbul kelompok sosial dari usaha tersebut. Dengan perkataan lain, organisasi sosial mempunyai aspek fungsi dan aspek struktur. Dalam aspek fungsionalnya organisasi sosial itu memperhatikan manifestasinya dalam aktivitas kolektif dari manusia untuk mencapai tujuannya, yaitu dari memelihara, mendidik sampai kepada melakukan peperangan. Dan dari akivitas kolektif itu timbul kelompok- kelompok yang menjalankan aktivitas seperti keluarga, negara dan organisis sosial lainnya. Secara keseluruhan maka organisasi sosial dilihat dari sudut implikasi strukturalnya meliputi struktur dari kelompok sosial, pola umum baru kebudayaan manusia pada setiap waktu dan tempat dan seluruh frame work dari pada pranata pranata sosial. Organisasi sosial pada dasarnya adalah produksi dari pada kodrat manusia.
Selanjutnya apabila kita pelajari kehidupan sosial manusia, maka tampak adanya kenyataan yang tidak dapat diingkari. 1.
Bahwa manusia individu atau kelompok berusaha sekeras - kerasnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mendapatkan jaminan keamanan dan jika mungkin mencapai satu tingkat kemakmuran yang diingingkan.
2.
Bahwa untuk mendapatkan kondisi yang esensial bagi kelangsungan hidup dan keamanan, diperlukan adanya ketertiban sosial dalam derajat yang tinggi.
3.
Bahwa untuk mencapai derajat ketertiban sosial yang tinggi itu diperlukan adanya satu tata pengaturan sosial kultur serta mekanisme yang dapat digunakan bagi pelaksanaan pengaturan itu. Adapun pengaturan dari pada tata - hubungan jika ada dua orang atau lebih yang hendak mengadakan hidup bersama memerlukan beberapa syarat yaitu; (1) Harus ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat iterima oleh anggota - anggota kelompok, (2) Harus ada kekuasaan atau otoritas yang mempunyai kekuasaan memaksa dalam melaksanakan tata - hubungan sosial, (3) Adanya pengaturan dan penyusunan individu - individu dalam kelompok - kelompok dan lapisan sosial tertentu yang mengambarkan adanya koordinasi dan subkordinasi, (4) Anggota - anggota yang hidup dalam berbagai bidang, dapat hidup dalam suasana harmoni, yang saling memberi kekuasaan, (5) Adanya tingkah laku yang merupakan standar dan telah disalurkan atau dipaksakan dengan mekanisme tekanan - tekanan sosial, yang menjadi satu pola yang merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia. Organisasi sosial yang meliputi lembaga - lembaga yang menetapkan posisi dari laki - laki dan perempuan di dalam masyarakat. Kategori ini terbagi dalam dua kelas lembaga yang timbul dari kekerabatan, badan lembaga - lembaga yang timbul dari kekerabatan, badan lembaga yang berkembang dari asosiasi bebas di antara individu - individu. Struktur kekerabatan meliputi keluarga dan pengembangannya sampai kelompok - kelompok. Asosiasi bebas yang tidak dibangun atas dasar kekerabatan sex dan umur dan dalam arti yang lebih luas. Struktur sosial itu juga meliputi relasi sosial yang mempunyai karakter politik berdasarkan atas daerah tempat tinggal dan status.
BAB III PENUTUP
3.1KESIMPULAN 1. Seorang sosiolog didalam menelaah masyarakat manusia akan banyak berhubungan dengan organisasi sosial, 2. Tipe-tipe organisasi sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa, sudut atau atas dasar berbagai kriteria atau ukuran. tipe-tipe kelompok sosial dapat dikategorikan dalam struktur sosial seperti: a.
organisasi sosial dipandang dari sudut individu
b.
in-group dan out-group
c.
kelompok primer (primary group) dan kelompok skunder (secondary group) Diposkan oleh Munir Tak Pernah Menyerah di 21.03 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: Pertanian Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Welcome!! Selamat datang di blog kami, tempat berbagi pengalaman cerita dan juga curahan hati. Semoga semua isi dari blog ini akan bermanfaat untuk kita semua.
Categories
Curhat (12) Dari Teman (6)
Gini Aja (2)
Pertanian (3)
Religi (7)
Arsip Blog
▼ 2011 (23) o November (1) o
Oktober (4)
o
September (4)
o
Agustus (2)
o
Juni (1)
o
April (4)
o
Maret (2)
o
Februari (4)
o
Januari (1)
► 2010 (5)
Pengikut Entri Populer
Makalah Sosiologi " Organisasi Sosial " MAKALAH ORGANISASI SOSIAL TUGAS MATA KULIAH : SOSIOLOGI Oleh : Kelompok 4 1. Munir ( 08. 4. 474 ) 2. Hadi Pur...
Tak Pernah Ada Perpisahan Termanis Selalu ada 2 sisi pada 1 hal dalam kehidupan di dunia ini, karena seperti itulah Allah menciptakannya. Ketika ada pertemuan yang manis maka ...
Makalah Organik PENGARUH PROGRAM BOTANIK SERTA PENGGUNAANPUPUK ORGANIK TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DAN PENDAPATAN PETANI Disusun...
Cari Blog Ini