Bab I. Pengantar Perilaku Organisasi – Studi Organisasi I.
Pendahuluan
1.1 Deskripsi Singkat Bab 1 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain: Ruang lingkup perilaku organisasi, studi organisasi, dan efektifitas organisasi. 1.2
Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif
mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3
Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok &
subpokok
bahasan)
mahasiswa
mempunyai
wawasan
tentang
peluang dan tantangan Perilaku Organisasi di masa kini dan mendatang, memahami organisasi dan efektifitas organisasi.
II. Penyajian 2.1 Studi Organisasi Pengantar Perilaku Organisasi: Perilaku organisasi hakikatnya mendasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri yang dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia. Kerangka dasar bidang pengetahuan ini didukung
paling
sedikit
dua
komponen,
1
yaitu
individu
yang
berperilaku
(secara
pribadi/individu
dan
atau
kelompok)
dan
organisasi. Ilmu perilaku organisasi ini dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada perilaku individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi tertentu. Penempatan kembali manusia sebagai salah satu unsur yang amat penting dalam organisasi adalah orientasi dasar dari ilmu perilaku organisasi. Hal ini berarti birokrat hendaknya sadar tentang pentingnya dimensi manusia selain dimensi teknis dan dimensi konsep. Perilaku organisasi merupakan terjemahan dari organizational Behavior. Perilaku organisasi merupakan studi menyangkut aspekaspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok
tertentu.
Dia
meliputi
pengaruh
2
aspek
yang
ditimbulkan
dari
3 organisasi terhadap manusia atau sebaliknya. Tujuan praktis dari penelahaan studi ini adalah untuk mendeterminasi bagaimanakah perilaku
manusia
itu
mempengaruhi
usaha
pencapaian
tujuan
organisasi. Larry L. Cumming dalam “Toward Organizational Behavior”. Academic
of
Management
Review
January
1978,
hlm
92
menyatakan :” Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Psikologi Organisasi, antara lain: Psikologi Organisasi membatasi kontruksi penjelasannya pada multidisiplin. Persamaannya kedua bidang tersebut menjelaskan perilaku orang-orang dalam organisasi. Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Teori Organisasi: perbedaannya didasarkan pada dua perbedaan antara unit analisanya dan pusat variabel tak bebas. Perilaku organisasi dirumuskan sebagai studi dari tingkah laku individu dan kelompok di dalam suatu organisasi dan penerapan ilmu pengetahuan tertentu (pandangan mikro: Hary Sulaksono). Teori organisasi adalah suatu studi tentang susunan, proses dan hasil organisasi itu sendiri. (pandangan mikro : Hary Sulaksono) Perbedaan antara Perilaku Organisasi dengan Personel dan Human Resources
(P&HR)
adalah,
bahwa
perilaku
organisasi
lebih
menekankan pada orientasi konsep, sedangkan P&HR menekankan pada teknik dan teknologi. Variabel tak bebas, seperti misalnya tingkah laku dan reaksi yang efektif dalam organisasi seringkali muncul pada keduanya. P&HR nampaknya berada pada permukaan antara
organisasi
pengembangan
dan dan
individu
dengan
pelaksanaan
menekankan
sistem
pada
pengangkatan,
pengembangan, dan motivasi individu dalam organisasi. Perlu disadari bahwa faktor pendukung utama dari suatu organisasi adalah manusia. Ilmu perilaku organisasi mengurangi sikap birokrat yang tidak respektif pada manusia dengan cara menarik sebagian pandangannya terpusat pada perilaku manusia itu sendiri.
4 Perkembangan ilmu perilaku manusia dalam organisasi menurut sejarahnya
telah
dimulai
sejak
awal
perkembangan
gerakan
manajemen ilmiah bahkan jauh sebelumnya dapat dikenali sebagai langkah awal dari pengambangan ilmu ini. Konsep birokrasi Weber, penemuan administrasi Fayol, dan gerakan manajemen ilmiah Taylor memberikan sumbangan yang tidak ternilai dari sejarah awal perkembangan bidang pengkajian perilaku manusia dalam organisasi. Demikian pula penemuan dari Hawthorne dan hasil penelitian tim Mayo benar-benar mengarahkan perkembangan ilmu baru perilaku ini. Studi Organisasi Pengertian organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Robbins, 2001; 4) Pengertian yang dapat dipetik dari definisi tersebut diatas adalah kesatuan sosial berarti bahwa unit itu terdiri dari orang atau sekelompok orang yang berinteraksi satu sama lain. Dikoordinasikan dengan sadar mengandung pengertian manajemen. Batasan sosial yang relatif dapat diidentifikasikan maksudnya adalah batasan tersebut dapat berubah seiring eksplisit maupun implisit antara anggota
dan
organisasinya.
Orang-orang
dalam
organisasi
mempunyai keterikatan yang terus menerus, biasanya berbentuk hak, kewajiban, tugas dan tanggungjawab. Selanjutnya organisasi itu ada untuk mencapai tujuan. “Sesuatu” itu adalah tujuan. Perilaku
Organisasi
Mengikuti
Prinsip-prinsip
Perilaku
Manusia Keefektifan setiap organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusianya. Orang adalah sumber daya yang umum bagi semua organisasi. Tidak ada organisasi “tanpa orang”.
5 Satu prinsip yang penting dalam psikologi ialah bahwa setiap orang berbeda-beda. Setiap orang mempunyai keunikan persepsi, kepribadian dan pengalaman hidup, perbedaan sikap, kenyakinan, dan tingkat cita-cita. Agar efektif, para manajer organisasi harus memandang sikap pegawai atau anggotanya sebagai perwujudan yang unik dari seluruh faktor keperilakuan itu. Organisasi sebagai Sistem Sosial Hubungan antara individu dan kelompok dalam organisasi menciptakan
harapan-harapan
bagi
perilaku
individu.
Harapan-
harapan ini menghasilkan peranan-peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus memainkan peranan sebagai pemimpin, sementara yang lainnya memainkan peranan sebagai pengikut.
Manajer
tingkat menengah
harus
memainkan kedua
peranan itu, karena ia mempunyai seorang atasan dan bawahan. Organisasi mempunyai sistem wewenang, status, dan kekuasaan; dan orang-orang di dalam organisasi itu mempunyai kebutuhan yang beraneka dari setiap sistem. Kelompok di dalam organisasipun mempunyai dampak yang sangat uat terhadap perilaku individu dan terhadap prestasi organisasi. Banyak Faktor Membentuk Perilaku Organisasi Perilaku karakteristik
kita
dalam
pribadi
kita
setiap dan
situasi
karakteristik
melibatkan situasi.
interaksi
Jadi
untuk
mengidentifikasi semua faktor itu memakan waktu dan sulit, malahan sering tidak mungkin. Untuk membantu kita mengidentifikasi faktor-faktor manajerial yang penting, kita menggunakan pendekatan kontingensi atau pendekatan menurut situasi. Dasar pemikiran dari pendekatan kontingensi ialah bahwa tidak ada satu cara terbaik dalam memimpin. Suatu metode yang sangat efektif dari satu situasi tidak akan sesuai pada situasi yang lain. Pendekatan kontingensi telah berkembang secara populer dalam dua dasa warsa lebih, karena hasil riset telah membuktikan bahwa suatu karakteristik tertentu dari suatu pekerjaan dan karakteristik tertentu dari orang yang melakukan pekerjaan itu,
6 menghasilkan beberapa praktek manajemen tertentu yang terbukti lebih
baik
dari
dihadapkan
praktek-praktek
kepada
suatu
manajemen
masalah,
lainnya.
seorang
Jadi
manajer
jika yang
menggunakan pendekatan kontingensi tidak berasumsi bahwa suatu pendekatan tertentu akan berhasil. Melainkan ia akan mendiagnosis berbagai karakteristik individu dan kelompok yang terlibat, struktur organisasi
itu
dan
corak
kepemimpinannya
sendiri
sebelum
Mempengaruhi
Perilaku
memutuskan suatu penyelesaian. Bagaimana
Struktur
dan
Proses
Organisasi Struktur organisasi ialah pola formal tentang bagaimana orang dan pekerjaan dikelompokkan. Struktur sering digambarkan dengan suatu bagan organisasi. Proses berkenaan dengan aktivitas yang memberi
kehidupan
pada
skema
organisasi
itu.
Komunikasi,
pengambilan keputusan, evaluasi prestasi kerja sosialisasi, dan pengembangan
karier
adalah
Kadang-kadang
pemahaman
proses
dalam
setiap
organisasi.
masalah
proses
seperti
gangguan
komunikasi, pengambilan keputusan, atau sistem evaluasi prestasi kerja
yang
disusun
secara
kurang
baik,
dapat
menghasilkan
pengertian yang lebih tepat atas perilaku organisasi daripada hanya mengkaji tatanan struktural. Para manajer yang efaktif tahu apa yang dicarinya dalam suatu situasi kerja dan tahu bagaimana memahami apa yang ditemukan. Oleh karena itu, para manajer harus mengembangkan kemampuan bertindak
dan
mendiagnosis.
Mereka
harus
dilatih
untuk
mengidentifikasi kondisi masalah yang menghendaki perhatian lebih lanjut. Indikator masalah manajer antara lain mencakup menurunnya laba,
menurunnya
kuantitas/kualitas
pekerjaan,
meningkatnya
kemangkiran dan keterlambatan, dan sikap pegawai yang negatif. Masing-masing organisasi.
masalah
tersebut
merupakan
asyu
perilaku
7 Struktur Organisasi Berdasarkan
definisi
tentang
organisasi
tersebut
diatas
mengajui adanya kebutuhan untuk mengkoordinasikan pola interaksi para anggotanya secara formal. Melalui struktur organisasi. Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Struktur organisasi biasanya berbentuk bagan yang menunjukkan hierarki jabatan dari kekuasaan maupun kewenangan, bidang yang menunjukkan hierarki jabatan dari kekuasaan maupun kewenangan, bidang yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya serta akses sumber dayanya. Struktur organisasi memiliki tiga komponen: Kompleksitas, formalisasi,
dan
sentralisasi.
Kompleksitas,
mempertimbangkan
tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi. Termasuk didalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam hierarki organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis. Formalisasi adalah tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku karyawannya. Sentralisasi mempertimbangkan dimana letak dari pusat pengambilan keputusan.
Pada
kasus
lainnya,
pengambilan
keputusan
bisa
didesentralisasikan. Dengan demikian organisasi cenderung untuk disentralisasikan
maupun
cenderung
didesentralisasikan,
namun
menetapkan letak organisasi dalam rangkaian keputusan tersebut, merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan apa jenis struktur yang ada. Struktur organisasi dapat berbentuk lini (garis), lini dan staf maupun matriks. Untuk dapat bekerja secara efektif dalam organisasi, para manajer harus memiliki pemahaman yang jelas tentang struktur organisasi. Dengan memandang suatu bagan organisasi, seseorang hanya melihat suatu susunan posisi, tugas-tugas pekerjaan dan garis wewenang dari bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi, struktur
8 organisasi lebih rumit daripada yang digambarkan dalam bagan itu, sebagaimana dilukiskan dalam laporan berikut : Dr. Maulana baru-baru ini ditunjuk menjadi dekan Fakultas Ekonomi pada sebuah Universitas yang besar. Sebelum datang ke kampus, Maulana memerlukan waktu beberapa minggu mempelajari tentang dana, program, dosen, mahasiswa, dan struktur organisasi fakultas ekonomi itu. Ia mencoba menyusun suatu daftar prioritas untuk hal-hal yang ia pikir akan memerlukan perhatian segera selama tahun pertamanya menjabat sebagai dekan. Rektor universitas itu telah meminta agar ia mempunyai suatu daftar prioritas yang siap diajukan bila ia tiba di kampus. Selama pertemuan resminya yang pertama dengan rektor, Maulana yang seluruhnya ia harapkan akan diajukan padanya: “Apakah yang akan menjadi prioritas anda nomor satu?” Maulana menjawab : “Sekalipun uang selalu menjadi masalah, saya yakin kebutuhan yang paling mendesak adalah mereorganisasi Fakultas Ekonomi ini. Pada saat ini, mahasiswa hanya dapat memilih satu dari dua jurusan yang ada, akuntansi dan Manjemen. Jurusan akuntansi hanya memiliki 20 staf pengajar. Jurusan Manajemen memiliki 43 tenaga pengajar, yang terdiri dari 15 orang di bidang marketing, 16 dibidang
manajemen
dan
12
di
bidang
keuangan.
Saya
membayangkan jauh kedepan, suatu fakultas dengan 4 jurusan – akuntansi, manajemen, marketing, dan keuangan – masing-masing dengan seorang ketua jurusan. Pertama-tama, saya yakin struktur seperti itu akan memungkinkan kita memenuhi lebih baik kebutuhan mahasiswa
kita.
pengembangan
Khususnya
masing-masing
struktur program
ini
akan
dari
memudahkan
keempat
bidang
fungsional itu, jika mereka akan dipersiapkan secara matang untuk pasaran kerja. Akhirnya, saya yakin struktur organisasi itu akan memungkinkan kita lebih mudah merekrut staf pengajar, karena mereka akan mengikuti suatu kelompok dengan minat yang sama”. Sebagaimana
ditunjukkan
dalam
cerita
diatas,
struktur
organisasi merupakan pola formal kegiatan dan hubungan diantara
9 berbagai subunit dalam organisasi. Dalam hal ini model kita mencakup dua aspek penting dari struktur organisasi: desain pekerjaan dan desain organisasi. Desain Pekerjaan (Job Design). Desain pekerjaan mengacu pada proses yang digunakan para manajer merinci isi, metode, dan hubungan setiap pekerjaan untuk memenuhi tuntutan organisasi dan individu. Dr. Maulana harus mendefinisikan isi dan tugas dari posisi ketua jurusan yang baru dibentuknya dan hubungan posisi itu dengan kantor dekan dan masing-masing staf pengajar di masing-masing jurusan. Desain Organisasi (Organization Design). Desain organisasi menunjukkan
keseluruhan
struktur
organisasi.
Dr.
Maulana
merencanakan untuk merombak struktur dasar dari fakultas niaga itu. Hasil dari usahanya akan menjadi sebuah struktur baru dari tugastugas dan hubungan wewenang yang ia yakin akan menampung perilaku individu dan kelompok menuju tingkat prestasi yang lebih tinggi dari fakultas niaga itu. Proses Organisasi Proses perilaku tertentu memberi jiwa bagi struktur organisasi. Jika proses ini tidak berfungsi dengan baik, masalah yang tidak diharapkan akan timbul, sebagai digambarkan dalam cerita berikut : Ketika ia mulai memilih jurusan di bidang pemasaran sebagai mahasiswa baru di perguruan tinggi, R tahu bahwa suatu hari ia akan bekerja di bidang itu. Ketika ia menyelesaikan MBA nya, ia lebih merasa yakin dibanding sebelumnya bahwa pemasaran akan menjadi jalan kehidupan kariernya. Karena prestasi akademisnya sangat baik, ia menerima beberapa tawaran pekerjaan luar biasa. Ia memutuskan menerima tawaran pekerjaan dari salah satu perusahaan konsultan nasional terbesar. Ia yakin bahwa pekerjaan itu akan memungkinkannya memberi pengalaman di beberapa bidang pemasaran dan melibatkannya dalam berbagai pekerjaan yang menarik. Pada hari terakhirnya di kampus, ia mengatakan kepada profesor kesayangannya, “Hari ini adalah hari yang paling bahagia dalam hidupku, karena memperoleh suatu kesempatan karier yang sangat besar”. Baru-baru ini, ketika profesor itu mengunjungi kantor penempatan tenaga dari perguruan tinggi itu, ia terkejut mendengar bahwa Widyawati telah menghubungi Direktur penempatan untuk
10 memperoleh pekerjaan lain. Mengingat ia bekerja kurang dari setahun di perusahaan konsultan itu, profesor itu agak heran. Ia memutuskan untuk memanggil Widyawati dan mendapat penjelasan mengapa ia ingin ganti pekerjaan. Inilah apa yang ia ceritakan padanya : “Saya kira anda dapat mengatakan kalau pengalaman saya yang pertama dengan dunia nyata ini benar-benar suatu goncangan. Sejak saya bergabung dengan perusahaan itu saya tidak melakukan apa-apa kecuali mengumpulkan data survei melalui telepon. Setiap hari saya duduk dan bicara lewat telepon, mengajukan berbagai pertanyaan dan mengecek jawabannya. Pada tingkat sarjana, saya dilatih untuk menjadi manajer, tetapi disana saya mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan lulusan SMA. Saya telah bicara kepada atasan saya, dan ia mengatakan bahwa setiap pegawai harus melakukan tugasnya. Nah, mengapa mereka tidak mengatakan itu ketika mereka merekrut saya ?. untuk dikatakan bahwa disana ada pertentangan antara informasi perekrutan dan kenyataan sebenarnya, tentunya suatu kekeliruan yang besar. Saya sudah dewasa – mengapa mereka tidak memberikan informasi pekerjaan yang sebenarnya dan biarkan saya memutuskan apa yang saya inginkan. Untuk memperoleh informasi yang tepat nampaknya harus memerlukan waktu yang lama”. Model
kita
mencakup
empat
proses
keperilakuan
yang
menyumbang pada prestasi organisasi yang efektif : komunikasi, pengambilan keputusan, evaluasi prestasi, serta sosialisasi dan karier. Proses Komunikasi (Communication Process). Kelangsungan hidup organisasi
berkaitan
dengan
kemampuan
manajemen
untuk
menerima, menyampaikan, dan melaksanakan komunikasi. Proses komunikasi termasuk
menghubungkan bagian-bagiannya.
organisasi Informasi
dengan mengalir
lingkungannya ke
dan
dari
organisasi itu, termasuk di dalam organisasi itu sendiri. Informasi mengintegrasikan kegiatan intern organisasi. Masalah yang dialami Widyawati muncul karena informasi yang datang dari organisasi itu berbeda dengan informasi yang mengalir di dalam organisasi itu. Proses Pengembalian Keputusan (Decision Making Process). Masalah pengambilan keputusan dalam suatu organisasi tergantung pada tujuan yang tepat dan pengindentifikasian sarana untuk mencapai tujuan itu. Dengan pengintegrasian faktor-faktor perilaku dan
struktur
secara
baik,
manajemen
dapat
meningkatkan
11 kemungkinan
membuat
keputusan
yang
berkualitas
tinggi.
Pengalaman Widyawati melukiskan tidak konsistennya pengambilan keputusan oleh berbagai unit organisasi yang berbeda (personalia dan pemasaran) dalam hal penempatan pegawai-pegawai baru. Organisasi
mengandalkan
keputusan-keputusan
individu
sebagaimana halnya keputusan kelompok, dan manajemen yang efektif memerlukan adanya pengetahuan tentang kedua corak keputusan itu. Proses Evaluasi Prestasi (Performance Evaluation Process). Para manajer harus mengevaluasi prestasi individu dan kelompok di dalam
organisasi
itu.
Sayangnya
bagi
Widyawati,
atasannya
mengevaluasi dengan menggunakan kriteria yang berbeda dari kriteria yang diharapkan Widyawati ketika ia menerima pekerjaan itu. Model pada gambar 1-2 menunjukkan bahwa prestasi individu, kelompok, dan organisasi adalah suatu hasil atau variabel bergantung dari perilaku organisasi, struktur, dan proses. Sistem yang diterapkan manajemen untuk mengevaluasi prestasi membantu maksud-maksud seperti
penentuan
imbalan
(upah,
promosi,
dan
alih
tugas),
identifikasi kebutuhan akan pelatihan (training), penyediaan balikan bagi para pegawai. Banyak metode yang dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi
prestasi
sehingga
merupakan
tantangan
bagi
manajemen untuk memilih yang cocok. Proses
Sosialisasi
dan
Karier
(Socialization
and
Career
Process). Individu memasuki organisasi untuk bekerja dan merintis tujuan karier pribadi mereka. Conie Vick masuk di perusahaan konsultan itu dengan suatu keyakinan bahwa perusahaan itu akan menyediakan
baginya
suatu
kesempatankarier
yang
besar.
Organisasi mempekerjakan individu-individu untuk melaksanakan pekerjaan tertentu – yaitu pekerjaan menurut struktur organisasi itu. Jadi kepentingan individu dan organisasi serta tujuannya harus disesuaikan jika keduanya ingin efektif. Sasaran Widyawati Vick dalam hal ini tidak sesuai dengan sasaran organisasi itu. Individu bergerak sepanjang waktu dan tugas, meniti jenjang karier yang
12 mungkin kurang atau bahkan lebih ditentukan oleh organisasi itu. Kesuksesan seseorang dalam suatu karier paling tidak sebagian tergantung pada tingkatan di mana ia mengadaptasikan dirinya pada tuntutan organisasi. Proses penyadaran individu akan harapan organisasi disebut sosialisasi. Sosialisasi Widyawati terdiri dari suatu pernyataan umum dengan alasan bahwa setiap pegawai harus melaksanakan tugasnya. Sosialisasi itu mungkin formal, jika program orientasi diselenggarakan bagi para pegawai baru, atau informasi jika manajer dan rekan-rekan sekerja memberitahu pegawai baru hal-hal yang relevan tentang seluk beluk harapan organisasi itu. Pengembangan karier dan sosialisasi adalah dua aktivitas yang saling berkaitan, yang memberi dampak pada prestasi, baik prestasi organisasi maupun prestasi individu. Prestasi : Individu, Kelompok dan Organisasi Prestasi individu menjadi bagian dari prestasi kelompok, yang pada gilirannya menjadi bagian dari prestasi organisasi. Di dalam organisasi yang efektif, manajemen membantu suatu keseluruhan yang positif, yaitu suatu keseluruhan yang lebih besar dari sekedar penjumlahan bagian-bagian itu. Tidak ada satu ukuran atau kriteria yang memadai, yang dapat mencerminkan
prestasi
sesuatu
tingkatan.
Bab
berikut
akan
mengajukan pemikiran bahwa prestasi organisasi harus dilihat dalam hubungan
ukuran
berganda
di
dalam
suatu
kerangka.
Tetapi
ketidakefektifan prestasi sesuatu tingkatan merupakan pertanda bagi manajemen untuk mengambil tindakan korektif. Semua tindakan korektif manajemen akan berpusat pada elemen perilaku organisasi, struktur, dan proses. Pengembangan dan Perubahan Organisasi (Organizational Development and Change) Kadang-kadang
para
manajer
harus
mempertimbangkan
kemungkinan bahwa prestasi yang wajar hanya dicapai dengan membuat perubahan yang nyata di dalam keseluruhan organisasi.
13 Perubahan
organisasi
manajemen
untuk
adalah
usaha
menghasilkan
yang
prestasi
direncanakan
keseluruhan
oleh
individu,
kelompok, dan organisasi, dengan mengubah struktur, perilaku, dan proses. Jika perubahan itu ditetapkan secara benar, individu dan kelompok tentunya bergerak menuju prestasi yang efektif. Usahausaha
yang
diselenggarakan
dengan
persetujuan
bersama,
dan
untuk
meningkatkan
prestasi,
direncanakan,
dievaluasi
mempunyai peluang yang besar untuk berhasil.
III. Penutup 3.1 Evaluasi : 1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Organisasi ? 2. Jelaskan perbedaan dan persamaan Perilaku Organisasi dengan Teori Organisasi, psikologi organisasi dam Personal & Human Resources. 3. Sebutkan pendapat Hawthorne, Elton Mayo, Frank & Lilian Gilberth dan beberapa penganut manajemen perilaku yang lainnya. 4. Apakah semua kelompok itu organisasi ? 5. Apa yang dimaksud dengan gambar struktur organisasi, dan beri penjelasan tentang komponennya. 6. Berikan contoh dengan gambar struktur organisasi lini, lini dan staf, dan matriks. 7. Jelaskan pendapat saudara (diskusikan) tentang sentralisasi maupun desentralisasi pengambilan keputusan (kebaikan dan kelemahan masing-masing).
14 Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D.
Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano
E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change YOUR CHANGE DNA
dan RE-CODE
Bab II. Pengantar Perilaku Organisasi – Efektifitas Organisasi I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Singkat Bab 2 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain Efektifitas organisasi, kriteria efektifitas organisasi. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok
bahasan)
mahasiswa
mampu
mengetahui
dan
mampu
memahami kriteria efektifitas organisasi berdasarkan bentuk, jenis, dan skala perusahaan.
II. Penyajian 2.1
Efektifitas Organisasi Seperti dikemukakan dalam Perdebatan Isyu Organisasi, bahwa
keefektifan pengaruh manajer sulit ditentukan, sekalipun banyak contoh yang dicapai melalui keunggulan manajemen. Kami segan menyimpulkan, prinsip-prinsip umum dari contoh-contoh tersebut. Sungguhpun
banyak
penulis
tentang
manajemen
dan
perilaku
organisasi mencoba mengembangkan suatu teori umum manajemen, 15
namun tidak ada teori semacam itu. Modul ini didasarkan atas kenyakinan bahwa wawasan yang berharga tentang manajemen dapat ditemukan dalam kepustakaan perilaku organisasi. Keefektifan organisasi telah terbukti sukar, dan beberapa orang malahan mengatakan tidak mungkin didefinisikan. Namun karena menjadi tema utama dalam Teori Organisasi maka arti dan maknanya harus dihadapi.
16
17 Sebagai
ilustrasi:
produktifitas
rata-rata
setiap
pekerja/karyawan perusahaan outomotive Toyota = 57,7 mobil setiap tahun. Sebaliknya perusahaan Ford produktifitas pekerjanya 16,1 mobil. Perusahaan A mengeluarkan $630 untukupah per mobil sedangkan
perusahaan
B
harus
membayar
$2.379.
Meskipun
demikian perusahaan Ford mempeoleh $555 per mobil dibandingkan Toyota sebesar $466. Perusahaan manakah Ford atau Toyota yang anda anggap lebih efektif ? Perusahaan
Monsanto
Rohn & Haas Wamer-
Lambert Penjualan 1987
+ 11% dari 1988
+ 7% dari 1988
menurun Keuntungan 1987
+ 41% dari 1988
+ 1% dari 1988
menurun Return on Invesment (ROI)
11,2%
17,6%
30% Sumber data : Robbins, 1994, 52 Bagaimana anda menentukan apakah sebuah fakultas telah melakukan
tugasnya
dengan
berhasil?
Jika
semua
lulusannya
memperoleh pekerjaan setelah lulus, apakah itu menyatakan kepada kita bahwa fakultas tersebut efektif? Atau apakah kita harus melihat kenaikan atau penurunan persentase mahasiswa baru, laporan statistik mengenai jumlah buku yang dipinjam dari perpustakaan oleh mahasiswa selama tahun kuliah lalu, survei yang menanyakan pendapat senior tentang pengalamannya selama ber kuliah disana, jumlah publikasi para dosen, penghargaan yang diterima para lulusannya,
ataukah
gaji
rata-rata
yang
diperoleh
mantan
mahasiswanya dua puluh tahun setelah mereka lulus? Contoh-contoh tersebut dimaksudkan untuk memperkenalkan masalah yang dijumpai jika menentukan dan mengukur keefektifan organisasi (Efektifitas Organisasi = EO). Dengan demikian sebenarnya tidak mudah untuk memahami teori organisasi yang tidak mencakup konsep keefektifan tersebut.
18 Arti penting Keefektifan Organisasi Setiap disiplin ilmu dalam ilmu-ilmu administrasi memberi sumbangan dengan satu dan lain cara untuk membantu para manajer agar membuat organisasinya efektif. Ilmu pemasaran misalnya, memandu para manajer meningkatkan pendapatan, laba, dan pangsa pasar. Konsep manajemen keuangan membantu para manajer agar menggunakan dana yang diinvestasikan ke dalam organisasi secara optimal dan efektif serta efisien. Konsep manajemen produksi atau manajemen operasional membantu merencanakan proses produksi yang
efektif
dengan
kualitas
yang
baik
serta
harga
yang
pantas/layak. Prinsip akuntansi membantu para manajer melalui informasi (laporan keuangan – neraca, lap R/L, lap. Arus kas, dll) yang dapat meningkatkan kualitas dari keputusan yang mereka buat. Teori organisasi setidaknya memberikan jawaban lain terhadap pertanyaan: Apa yang membuat organisasi efektif? Jawabnya
adalah,
struktur
organisasi
yang
tepat!.
Karena
bagaimana cara kita menempatkan orang serta pekerjaannya dan menetapkan peran serta hubungan mereka merupakan sebuah determinan penting, dan yang menyatakan apakah organisasi itu berhasil. Yang penting adalah manajer yang memahami tentang struktur organisasi yang dipilih dan kondisi struktur tersebut dipilih, pasti akan lebih unggul dibanding dengan para manajer yang mempunyai informasi sedikit tentang struktur organisasi. Upaya Mencari Definisi Efektifitas Organisasi (EO) Secara konseptual, EO itu kompleks, demikian juga definisinya. Namun keefektifan organisasi dapat didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian organisasi atas tujuan jangka pendek (tujuan) dan jangka panjang (cara). Pemilihan itu mencerminkan konstituensi strategi, minat mengevaluasi dan tingkat kehidupan berorganisasi. Keefektifan didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah organisasi tersebut mewujudkan tujuan-tujuannya. Namun juga tersembunyi makna ganda yang membatasi penelitian mengenai subyek dan arti penggunaan konsep oleh manajer. Misalnya, tujuan siapa? Tujuan
19 jangka panjang atau pendek? Tujuan resmi dari organisasi atau tujuan aktual? Tujuan yang paling disetujui oleh para peneliti dan praktisi sebagai kondisi yang penting bagi keberhasilan suatu organisasi adalah : kelangsungan hidup. (sebagaimana pendekatan awal terhadap EO diera 1950an). Sedangkan pada 1960an dan permulaan 1970an ada perkembangan kajian EO sehingga teridentifikasi 30 kriteria
untuk
keefektifan
keseluruhan,
kecelakaan, kepuasan
mengukur
keefektifan produktifitas,
pertumbuhan,
kerja,
motivasi,
organisasi efisiensi,
kemangkiran, dll
lihat
tabel
(midalnya laba,
pergantian 1).
:
kualitas, pegawai,
Sementara
itu
berdasarkan sebuah buku best-seller ‘In Search of Excellence’ (1982) karya Tom Peters dan Robert Waterman, mekipun metode penelitian dan konklusinya menerima cukup banyak kritik namun adalah naif untuk mengesampingkan pengaruh yang ditimbulkan buku tersebut. Setelah mengkaji 42 perusahaan yang dikelola dengan baik, sangat efektif atau excellent (misalnya : IBM, Du Pont, 3M, Mc Donald, serta P&G),
mereka
menemukan
delapan
karakteristik
umum
dari
perusahaan tersebut. (1) Mereka mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan (2) Mereka selalu dekat dengan para pelanggan agar dapat mengerti secara penuh kebutuhan pelanggan. (3) Mereka memberi para pegawai mereka suatu tingkat ekonomi yang tinggi dan memupuk semangat kewirausahaan (entreneurial spirit). (4) Mereka berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para pegawainya (5) Para pegawai mengerti apa yang diinginkan
perusahaan,
dan
para
manajer
terlibat
aktif
pada
pemecahan masalah di semua tingkat. (6) Mereka selalu dekat dengan
usah
yang
mereka
ketahui
dan
oahami
(7)
Mereka
mempunyai struktur organisasi yang luwes dan sederhana, dengan jumlah orang yang minimal dalam aktifitas-aktifitas staf pendukung. (8) Mereka menggabungkan kontrol yang longgar di bagian-bagian lain untuk mendorong pengambilan resiko dan inovasi.
20 Dari berbagai macam kriteria tentang EO akhirnya terdapat kesepakatan bahwa EO menbutuhkan kriteria majemuk, bahwa fungsi organisasi yang berbeda harus dievaluasi dengan karakteristik yang berbeda
pula,
dan
bahwa
EO
harus
memperlihatkan
cara-
caranya/means (process), maupun hasilnya/ends (outcomes). Dan kita semua menyadari ataupun tidak telah melakukan penilaian mengenai EO, misalnya saat membeli saham, memilih perguruan tinggi, memilih bank, dan pada saat kita membuat keputusan. Seperti disebutkan dalam bagian terdahulu, bidang perilaku organisasi mengidentifikasikan tiga tingkatan analisis; (1) individu, (2) kelompok, dan (3) organisasi. Para ahli teori dan peneliti telah mengumpulkan sejumlah besar informasi tentang masing-masing tingkatan tersebut. Ketiga tingkatan analisis tersebut juga sejalan dengan ketiga tingkatan tanggung jawab manajerial. Para manajer bertanggung
jawab
atas
keefektifan
individu,
kelompok,
dan
organisasi. Sebagai contoh, Lee Lacocca, Direktur Utama Chrysler Motor yang disegani melakukan tugas yang sulit untuk meningkatkan keefektifan organisasi Chrysler Motor (tanggung jawab tingkat organisasi). Bagaimanapun juga, lacocca malaksanakan tanggung jawab itu. Tetapi bagaimana ia
melakukannya ? Dan dengan kriteria
apa kita menaksir tingkat keefektifan Chrysler. Lacocca mungkin menjawab bahwa Chrysler menjadi lebih efektif, karena individuindividu pada bagian perakitan menghasilkan produksi dengan kuntitas lebih baik (tanggung jawab tingkat individual), karena divisi perekayasaan (engineering divisions) merancang kendaraan yang lebih dapat diandalkan (tanggung jawab tingkat kelompok ), dan karena pemerintah federal memberi pinjaman yang mencegah kebangkrutan (tanggung jawab tingkat organisasi). Penjelasan diatas yang mengambarkan peningkatan keefektifan Chrysler melibatkan tingkat analisis yang berbeda. Masing-masing tingkat memakai perspektif efektifitas yang berbeda. Perspektif tersebut akan dibahas secara terinci. Perspektif Keefektifan
21 Tiga macam perspektif keefektifan dapat diidentifikasi. Tingkat yang paling dasar adalah keefektifan individual. Perspektif ini menekankan pelaksanaan tuga pekerja atau anggota dari organisasi itu.
Tugas-tugas
yang
harus
dilaksanakan adalah
bagian
dari
pekerjaan atau posisi dalam organisasi itu. Para manajer secara rutin menaksir keefektifan individu melalui proses evaluasi prestasi. Evaluasi, ini menjadi dasar untuk kenaikan gaji, promosi, dan jenis imbalan lain yang diberikan organisasi itu. Individu-individu jarang bekerja terpisah dari pekerja lain di dalam organisasi itu. Menurut situasi yang lazim setiap individu bekerja dalam kelompok. Jadi, anda harus mempertimbangkan suatu perspektif
keefektifan
lain,
yaitu
keefektifan
kelompok.
Dalam
beberapa hal, keefektifan kelompok adalah jumlah sumbangan dari seluruh anggotanya. Sebagai contoh sekelompok ilmuwan yang bekerja pada suatu proyek yang tidak saling berkaitan akan efektif jika masing-masing ilmuwan itu sendiri efektif. Dalam hal lain, keefektifan
kelompok
melebihi
jumlah
sumbangan
individual.
Contohnya adalah bagian perakitan, di mana produk jadi adalah hasil dari sumbangan masing-masing individu. Perspektif yang ketiga ialah keefektifan organisasi. Karena organisasi terdiri dari individu dan kelompok, keefetifan organisasi adalah fungsi dari keefektifan individu dan kelompok. Organisasi dapat memperoleh tingkat prestasi yang lebih tinggi dibandingkan jumlah
prestasi
masing-masing
bagiannya.
Sebenarnya,
dasar
rasional penggunaan organisasi sebagai alat untuk mengerjakan pekerjaan masyarakat ialah bahwa organisasi dapat menyelesaikan pekerjaan itu lebih baik dari usaha individu manapun. Dari sudut pandangan masyarakat, keefektifan organisasi bisnis ersifat kritis. Berbagai publikasi yang melaporkan peristiwa bisnis dan ekonomi adakalanya mengadakan survei pendapat tentang prestasi dunia bisnis. Sebuah survei semcam itu disajikan pada Close Up berikut. (Gibson, 1991) -------------------------------------------------
22 CLOSE –UP; ORGANISASI Survai Majalah Fortune tentang Perusahaan yang Dikagumi Pada tahun 1983, majalah Fortune meneliti 7.000 eksekutif, direktur,
dan
perusahaan
analis
mana
penghargaan
keuangan
menurut
tertinggi.
perusahaan
untuk
pendapat mereka
Setengah
dari
menentukan
patut
mendapat
pejabat yang
menjawab
pertanyaan Fortune menilai 10 perusahaan dari industri yang diwakilinya atas dasar delapan “sifat reputasi” . Kedelapan sifat reputasi itu ialah : (1) kualitas manajemen ; (2) kualitas produk atau jasa; (3) Keinovasian; (4) nilai investasi jangka panjang; (5) kekuatan finansial; (6) kemampuan untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan orang yang berbakat; (7) tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan lingkungan; dan (8) penggunaan aktivitas perusahaan. Para respoden survai itu menilai setiap perusahaan mulai dari 0 (paling buruk) sampai 10 (paling baik) untuk masing-masing sifat tersebut. Menurut majalah Fortune, International Business Machine (IBM) adalah perusahaan yang paling dikagumi. Para respoden, yang semuanya pejabat dari perusahaan lain dibidang industri elektronik, menilai IBM dengan nilai rata-rata 8,53 untuk kedelapan sifat tersebut. Perusahaan lain yang dinilai sangat tinggi adalah Dow–Jones (8,53), Hewlett-Packard (8,24), Merk (8,17), Johnson & Johnson (8,15), Time, Inc. (7,99), General Ellectric (7,96), Anheuser-Busch (7,91), Coca Cola (7,87), dan Boeing (7,79). Meskipun IBM mempunyai nilai rata-rata tertinggi, kedelapan sifat perusahaan itu tidak mendapat nilai tertinggi. Respoden menilai IBM pada peringkat kesatu, kedua, atau ketiga untuk semua sifat tersebut kecuali kualitas produksi atau pelayanan dan keinovasian. Hubungan
antara
ketiga
perspektif
tentang
keefektifan
disajikan pada gambar 2-1. Panah penghubung menunjukan bahwa keefektifan kelompok tergantung pada keefektifan individu, dan keefektifan Hubungan
organisasi yang
pasti
tergantung antara
pada
ketiga
keefektifan
perspektif
itu
kelompok. bervariasi,
23 tergantung
pada
perkerjaan
yang
berbagai dilakukan,
faktor dan
seperti
macam
penggunaan
organisasi,
teknologi
dalam
melakukan pekerjaan tersebut. Gambar tersebut mencerminkan adanya dampak kumulatif dari ketiga perspektif itu. Jadi keefektifan kelompok lebih besar dibandingkan dengan jumlah keefektifan individual karena perolehan terwujud melalui usaha gabungan individual dan kelompok. Tugas
manajemen
adalah
mengidentifikasi
sebab-sebab
keefektifan organisasi, kelompok, dan individu. Keefektif an Keefektif an Keefektif an Gambar 2-1: Tiga Perspektif Keefektifan Seperti
diperlihatkan
pada
gambar
2-2,
setiap
tingkat
keefektifan dapat dipandang sebagai variabel yang disebabkan oleh variabel lainnya, yaitu, sebab-sebab keefektifan. Sumber keefektifan individual mencakup kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap, motivasi,
dan
stress.
Perbedaan
individual
dalam
bidang
ini
menyebabkan perbedaan keefektifan individual. Sebab-sebab yang lazim dalam perbedaan keefektifan kelompok dan organisasi juga disajikan pada gambar 2-2. Sumber keefektifan potensial dibahas secara panjang lebar dalam bab berikutnya. Akan tetapi, dalam kehidupan
organisasi yang sebenarnya
hubungan
sebab
akibat
yang
jelas.
hanya Pada
sedikit terdapat umumnya,
untuk
menentukan evaluasi, anda harus memperhitungkan sebab-sebab dan keadaan zaman. Dalam pengertian teoritis atau praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan ‘keefektifan’. Bagaimanapun anda mendefinisikan keefektifan, kaitan terhadap
24 salah satu dari dua pedekatan umum akan tercerminkan, yaitu: pendekatan menurut tujuan dan pendekatan menurut teori sistem. Kedua
pendekatan
untuk
mendefinisikan
keefektifan
sering
dibedakan, baik dalam kepustakaan maupun dalam praktek perilaku organisasi. Keefektif an Keefektif an Keefektif an Sebab-sebab : Kemampuan Keahlian Pengetahuan Sikap Motivasi Stress
Sebab-sebab : Kepaduan Kepemimpinan Struktur Status Peranan Norma-norma
Sebab-sebab : Lingkungan Teknologi Pilihan Strategis Struktur Proses Kebudayaan
Gambar 2-2 : Sebab-sebab Keefektifan
III. Penutup 3.1 Evaluasi : Tugas kelompok : Test terakhir dari keefektifan organisasi adalah kelangsungan hidup. Buatlah argumentasi yang mendukung dan menentang pernyataan tersebut. Tujuan adalah standar aktif yang dapat dipakai sebagai alat pengukur EO. Buatlah argumentasi yang mendukung dan menentang pernyataan tersebut. Bagaimana anda menilai keefektifan organisasi (EO) Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Perusahaan Dagang, Perusahaan Jasa, dan Perusahaan Industri. Daftar Pustaka:
25 A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall.
Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change YOUR CHANGE DNA
dan RE-CODE
Bab III. Perilaku Individu dalam Organisasi I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Singkat Bab 3 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain Perilaku individu, Perbedaan Perilaku Individu, dan Perilaku individu dalam organisasi. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa mengetahui dan mampu menganalisis dan memahami perilaku dan perbedaan individu proses perilaku manusia dasar berupa kepribadian dan kemampuan yang terbentuk dalam perilaku individu, juga memahami dan metode mengelola stress dari individu.
II. Penyajian 2.1 Perilaku dan Perbedaan Individu Pengantar Telah dijelaskan di dalam bagian ini mengapa manusia sangat berbeda perilakunya dengan yang lain. Perilaku itu sendiri hakikatnya adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu 26
disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi efektifnya berbeda satu sama lain. Hampiran (Approach) untuk memahami Sifat Manusia Kita
telah
mengetahui
bahwa
jika
karakteristik
individu
berinteraksi dengan karakteristik organisasi maka akan terwujudlah perilaku individu dalam organisasi. Karakteristik individu dapat terlihat pada kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengalaman, pengharapan, dan lain-lain.
27
28 Sedangkan karakteristik organisasi dapat berupa hirarki, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem reward, sistem kontrol, dan lainlain. (Thoha, 1993 : 31) Ilmu perilaku telah banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami sifat manusia. Konsep tentang manusia telah banyak dikembangkan oleh para peneliti perilaku organisasi, mekipun dalam konsep
tersebut
banyak
terdapat
perbedaan,
namun
usaha
pengembangan pemahaman mengenai sifat manusia telah banyak dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan menganalisa prinsipprinsip dasar sifat manusia. Prinsip-prinsip dasar sifat manusia tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Manusia berbeda perilakunya, karena kemampuannya tidak sama. Prinsip ini penting untuk dapat memahami mengapa seseorang berbuat
dan
berperilaku
berbeda
dengan
lainnya.
Perbedaan
kemampuan ini ada yang beranggapan karena dibawa sejak lahir dan ada pula yang beranggapan karena perbedaan menyerap informasi dari suatu gejala/fenomena, ada pula yang menganggap karena hasil didikan dan pengalaman. Lepas dari perbedaan tersebut kita dapat memahami
bahwa
kemampuan
seseorang
dapat
membedakan
kemampuannya, dengan demikian kita akan paham pula mengapa seseorang berperilaku yang berbeda dengan yang lain dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang sama. 2. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda Ahli ilmu perilaku umumnya berpendapat bahwa manusia itu berperilaku karena didorong oleh serangkaian kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah beberapa pernyataan dalam diri seseorang (internal state) yang menyebabkan seseorang itu bertindak untuk mencapainya. Sebagai suatu obyek atau hasil. Dan pemahaman mengenai kebutuhan ini akan lebih diuraikan dalam topik tentang motivasi. 3. Orang
berfikir
tentang
bagaimana bertindak
masa
depan
dan
membuat
pilihan
29 Kebutuhan manusia dapat dipenuhi lewat perilaku masingmasing.
Dalam
banyak
hal
orang
dihadapkan
pada
sejumlah
kebutuhan yang potensial harus dipenuhi lewat perilaku yang dipilihnya. Cara untuk menjelaskan bagaimana seseorang membuat pilihan diantara sejumlah besar rangkaian pilihan perilaku yang terbuka baginya, adalah dengan menggunakan penjelasan teori expectancy. Teori ini berdasarkan atas proporsi yang sederhana yaitu bahwa seseorang memilih berperilaku sedemikian karena dia yakin dapat mengarahkan untuk mendapatkan hasil tertentu (misalnya mendapatkan hadiah atau upah, dan dikenal oleh atasan yang menarik baginya karena sesuai dengan tuntutan kebutuhannya). Teori expectancy ini berdasarkan suatu anggapan yang menunjukkan bagaimana menganalisa dan meramalkan rangkaian tindakan apakah yang
akan
diikuti
oleh
seseorang
kesempatan
untuk
membuat
manakala
pilihan
ia
mengenai
mempunyai perilakunya.
(penjelasan lebih lanjut saat perkuliahan). 4. Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya Model expectancy, seperti halnya banyak hampiran yang dipergunakan untuk memahami perilaku, menduga bahwa orang berperilaku itu menurut persepsinya terhadap dunia ini. Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, dimana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya. Proses yang aktif itu melibatkan seorang individu mengakui secara selektif aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan, menilai apa
yang
dilihatnya
mengevaluasi kebutuhan
apa
dan
dengan
yang
pengalaman
dialami
nilai-nilainya.
itu
dalam
Lingkungan
masa
lalu,
kaitannya
akan
lebih
dan
dengan banyak
memberikan kepada manusia obyek dan peristiwa dibandingkan dengan kemampuan manusia itu sendiri untuk memahami obyek dan peristiwa tersebut. 5. Seorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang dan tidak senang (affective)
30 Orang jarang bertindak netral mengenai sesuatu hal yang mereka ketahui dan alami. Mereka cenderung untuk mengevaluasi sesuatu yang mereka alami dengan cara senang atau tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang ini akan menjadikan seseorang untuk berbuat yang berbeda dengan orang lain dalam menanggapi suatu hal, orang bisa merasa puas atau tidak puas. Kepuasan atau tidak ini berhubungan dengan perbedaan antara harapan dan kenyataan maupun membandingkan apa yang diperoleh dalam situasi tertentu dengan apa yang diterima orang lain dalam situasi yang sama. Hasil perbandingan ini kadang kala kurang informasi mengenai ahan masukan (input) dan hasil yang dicapai oleh orang lain tersebut. Urang tepatnya proses perbandingan tersebut bisa dikatakan orang tersebut telah salah persepsi (misperception) 6. Banyak fator yang menentukan sikap dan perilaku seseorang. Perilaku seseorang itu ditentukan oleh banyak faktor (dari 1 s/d 5
diatas).
Adakalanya
kemampuannya,
perilaku
adapula
seseorang
karena
dipengaruhi
kebutuhannya
dipengaruhi
oleh
pengharapan
dan
sebenarnya
bisa
mempengaruhi
dan
lingkungannya.
perilaku
ada
oleh juga
Organisasi
seseorang
dengan
mengubah satu atau beberapa faktor penentu dari perilaku indivdu, kesemuanya terbuka untuk dipengaruhi. Kebutuhan dan kemampuan tertentu umumnya sulit dipengaruhi, karena mereka sering dibatasi oleh
sifat
psikologis
pengalamannya.
dari
Expectancy
seseorang, dan
latar
kemampuan
belakang
dan
tertentu
yang
dihasilkan dari proses belajar, disatu pihak adalah terbuka untuk dipangaruhi. Selama keduanya dihasilkan oleh lingkungan kerja. Pengaruh langsung dari lingkungan tempat kerja akan emberi pengaruh dalam perubahan perilaku seseorang. Berdasarkan teori expectancy bagian lingkungan yang ikut menciptakan terjadinya suatu yang diinginkan adalah penting untuk diketahui, karena hal ini bisa
menyebabkan
terjadinya
motivasi.
Dengan
demikian
berdasarkan penelitian atau kaji tindak yang seksama terhadap faktor manakah yang dianggap paling dominan dalam mempengaruhi
31 perilaku selanjutnya dikembangkan untuk mendapatkan keefektifan pelaksanaan pekerjaan dalam organisasi. Adapun dipergunakan
hampiran untuk
atau
pendekatan
memahami
perilaku
yang
manusia
seringkali itu,
adalah
hampiran kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut ringkasan dari ketiga hampiran tersebut, yang masing-masing dilihat dari 6 hal, seperti misalnya : penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu didalam menentukan perilaku, tingkat dari kesadaran, dan data yang dipergunakan. (1)Penekanan Hampiran kognitif menekankan mental internal seperti misalnya berpikir dan menimbang. Penafsiran atau persepsi individual tentang
lingkungan
dipertimbangkan
lebih
penting
daripada
lingkungan itu sendiri. Hampiran penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan
dalam
perilaku
manusia.
Lingkungan
dipandang
sebagai suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon-respon perilaku Hampiran Psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas didalam
menentukan
sesuatu
perilaku.
Lingkungan
dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan-keinginan Id. Penyebab Timbulnya Perilaku. Didalam hampiran kognitif, perilaku dapat dikatakan timbul dari ketidaseimbangan atau ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi-persepsi tentang lingkungan. Hampiran
reinforcement
ditentukan
oleh
stimuli
menyatakan lingkungan
bahwa
baik
perilaku
sebelum
itu
terjadinya
perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku. Adapun menurut hampiran Psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan-keinginan yang berasal dari Id. (2)Proses
32 Hampiran kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses mental, yang menyempurnakan dan disempurnakan oleh struktur kognitif yang ada. Akibat adanya ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian (inconsistency) didalam struktur,
menghasilkan
perilaku
yang
dapat
mengurangi
ketidaksesuaian tersebut. Dalam hampiran reinforcement, leingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon yang ditentukan oleh keturunan dan sejarah reinforcement masa lalu. Sifat dan reaksi-reaksi lingkungan pada respon tersebut (seperti misalnya, positif, negatif, atau netral) menentukan kecenderungan-kecenderungan perilaku individu di masa yang akan datang. Dalam hampiran Psikoanalitis, keinginan dan harapan-harapan dihasilkan dalam Id, dan kemudian diproses dan dikerjakan oleh ego (puas, kecewa, terkejut) dan dibawah pengamatan Superego. Hasil-hasil
perilaku
dari
keputusan-keputusan
ego
tentang
bagaimana memuaskan keinginan-keinginan Id dan hambatanhambatan superego. (3)Kepentingan Masa Lalu Dalam Menentukan Perilaku Menurut hampiran psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Sifat Id dan Superego adalah keduanya diturunkan, dan kekuatankekuatan yang relatif dari Id, Ego dan superego adalah ditentukan oleh interaksi-interaksi dan pengembangannya dimasa lalu. Hampiran kognitif tidak diperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif. Adapun perilaku adalah suatu fungis dari pernyataan-pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, dengan tanpa memperhatikan bagaimana pernyataan-pernyataan itu isa masuk ke dalam sistem tersebut. Teori reinforcement, bersifat historis, suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah
33 lingkungannya (misalnya bagaimana seringnya dan dengan cara apa suatu respon dihargai pada masa lalu). (4) Tingkat dari Kesadaran. Didalam hampiran kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam
kegiatan mental yang sadar seperti
misalnya: mengetahui, berpikir, dan memahami adalah dipertimbangkan sangat penting. Dalam teori reinforcement tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak sadar. Dalam kenyataannya, biasanya aktivitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan idak dihubungkan
menjadi
bentuk
lain
dari
perilaku
dan
tidak
dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktivitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku terbuka. Tetapi hal tersebut bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka. Dalam hampiran psikoanalitis hampir sebagian besar aktivitas mental adalah tidak sadar. Aktivitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
34 (5) Data Didalam hampiran kognitif, data atas sikap-sikap, nilai-nilai, pengertian, dan penghargaan pada dasarnya dikumpulkan lewat survei dan kuesioner. Hampiran reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi. Hampiran psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginankeinginan, harapan-harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknikteknik proyektif, dan hipnotis. Perilaku dan Perbedaan Individu a. Karyawan
yang
memasuki
suatu
organisasi
harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, orang-orang baru, dan tugas-tugas baru. Cara orang menyesuaikan diri dengan situasi dan orang lain sebagian besar akan tergantung pada susunan psikologis dan latar belakang mereka. b. Proses
persepsi
individu
membantu
orang
menghadapi
kenyataan dunia. Orang dipengaruhi oleh orang lain, situasi, kebutuhan, dan pengalaman waktu lampau. Selain manajer berpersepsi
terhadap
karyawan,
mereka
juga
berpersepsi
terhadap manajer lain. c. Sikap berkaitan dengan pola perilaku dalam suatu cara yang kompleks. Sikap itu diorganisasi dan memiliki dasar emosional untuk kebanyakan hubungan antar pribadi seseorang. Mengubah sikap sangat sulit dan paling tidak memerlukan kepercayaan dari orang yang berkomunikasi dan pesan yang meyakinkan. d. Kepuasan kerja ialah sikap yang dimiliki pekerja tentang pekerjaan mereka. Manajer harus tanggap terhadap penemuan riset bahwa seorang pekerja yang merasa puas tidak dengan sendirinya seorang yang berprestasi lebih tinggi. e. Kepribadian berkembang jauh sebelum seseorang memasuki suatu organisasi. Kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan,
35 budaya, dan faktor sosial. Berasumsi bahwa kepribadian dapat diubah
dengan
mudah,
dapat
menimbulkan
kefrustasian
manajemen dan masalah-masalah etis. Manajer harus mencoba mengubah kepribadian tersebut agar cocok dengan model orang ideal. f. Sejumlah variabel kepribadian seperti tempat pengendalian (locus of control), kreativitas, androgini, dan Machiavellianisme telah dibuktikan mempunyai hubungan dengan perilaku dan prestasi. Meskipun sulit untuk diukur, variabel-variabel ini sangat penting untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku individu Dasar Pemahaman Perilaku Pengamatan dan analisis manajer tentang perilaku dan prestasi individu memerlukan pertimbangan ketiga perangkat variabel yang secara langsung mempengaruhi perilaku individu dan hal-hal yang dikerjakan pegawai yang bersangkutan (umpamanya menghasilkan keluaran, menjual mobil, memperbaiki mesin). Ketiga perangkat variabel tersebut dikelompokkan dalam : individu, psikologis, dan keorganisasian.
Di
dalam
setiap
perangkat
terdapat
sejumlah
subperangkat. Contohnya, variabel individu mencakup kemampuan dan ketrampilan, latar belakang, dan variabel demografis. Gambar 3menunjukkan bahwa perilaku pegawai bersifat komples, karena perilaku tersebut dipengaruhi oleh berbagai variabel pengalaman. Gambar 3-1 menyajikan beberapa faktor seperti kemampuan dan ketrampilan pegawai, bakat psikologis pegawai, dan tanggapan pegawai terhadap variabel keorganisasian seperti imbalan (balas jasa) yang diberikan dan pola pekerjaan yang bersangkutan. Apakah manajer dapat mengubah, membentuk, atau menata kembali perilaku merupakan masalah yang banyak diperdebatkan para ahli ilmu perilaku dan manajer praktikus. Sebagai contoh, pernah disepakati bahwa perubahan setiap variabel psikologis memerlukan
diagnosis,
keahlian,
kesabaran,
dan
pemahaman
manajer. Tetapi tidak ada metode universal berupa kesepakatan,
36 yang dapat digunakan oleh manajer untuk mengubah kepribadian, sikap dan persepsi, atau pola belajar. Pola perilaku orang selalu berubah, meskipun hanya sedikit. Dan setiap manajer tentunya ingin mengadakan perubahan perilaku yang menghasilkan prestasi yang lebih baik. Perilaku manusia terlalu komples untuk diterangkan dengan suatu penyemarataan yang dapat diterapkan untuk semua orang. Oleh karena itu, hanya percontoh dari beberapa variabel yang relevan mempengaruhi perilaku manusia yang disajikan dalam gambar 3-1. meskipun demikian, lingkupan setiap variabel yang disajikan dalam gambar tersebut adalah diluar cakupan buku ini. Sebagian besar perhatian kita akan dipusatkan pada tiga variabel psikologis utama, yaitu persepsi, sikap, dan kepribadian. Variabel belajar dan motivasi akan dibahas dalam bab 4 dan 5. penyajian variabel organisasi akan ditemukan pada bab lain buku ini.
37
Variabel Individu kemampuan dan keterampilan Mental Fisik
Perilaku Individu (apa yang dikerjakan
Variabel Psi kol ogi s Persepsi Sikap Kepribadia n Belajar Motivasi
orang) Prestasi Variabel Organisasi Sumber Daya Kepemimpinan Imbalan Struktur Desain Karyawan
Latar belaka ng Keluarga Tingkat Sosial Pengalaman
Gambar 3-1 : Variabel yang Mempengaruhi Perilaku dan Prestasi Gambar 3-1 menunjukkan bahwa praktek manajerial yang efektif menghendaki agar perbedaan perilaku individual diakui, dan jika mungkin dipertimbangkan ketika bertugas menangani perilaku organisasi. Untuk memahami perbedaan individu, seorang manajer harus
(1)
mengamati
dan
mengakui
perbedaan
tersebut,
(2)
mempelajari hubungan antara variabel yang mempengaruhi perilaku individu, dan (3) menemukan hubungan tersebut. Sebagai contoh, seorang
manajer
akan
berada
pada
posisi
yang
baik
dalam
mengambil keputusan, jika ia mengetahui sikap, persepsi, dan kemampuan mental pegawai, dan kaitan variabel tersebut dengan variabel lainnya. Juga penting diketahui pengaruh masing-masing variabel terhadap prestasi. Jika mampu mengamati perbedaan tersebut, memahami hubungannya, dan meramalkan pertaliannya, usaha menajerial untuk meningkatkan prestasi akan menjadi lebih mudah. Perilaku seperti disajikan galam gambar 3-1 adalah sesuatu yang dikerjakan orang. Berbicara dengan manajer, mendengarkan saran rekan sekerja, menyusun laporan, mengetik memo, dan menempatkan unit barang yang siap ke dalam gudang adalah “perilaku”. Juga melamun, membaca buku ini, dan belajar bagaimana menggunakan sistem akuntansi perusahaan, semuanya termasuk perilaku. Kerangka kerja yang umum menunjukkan bahwa perilaku
38 tergantung pada tipe variabel seperti pada gambar 3-1. jadi, apabila dinyatakan bahwa B – f (I, O, P), berarti bahwa perilaku seorang pegawai adalah fungsi dari individu (I), organisasi (O), dan variabel psikologis (P). perilaku yang menghasilkan pekerjaan merupakan keunikan masing-masing orang, proses yang melandasinya sama bagi setiap orang. Setelah bertahun-tahun teori dan riset dikembangkan, akhirnya secara umum disepakati, bahwa : 1. Perilaku timbul karena sesuatu sebab 2. Perilaku diarahkan kepada tujuan 3. Perilaku yang dapat diamati (masih) dapat diukur 4. Perilaku yang tidak langsung dapat diamati (seperti : berpikir, berpersepsi) juga penting dalam mencapai tujuan 5.
Perilaku bermotivasi. Untuk
pertimbangkan
menekan kembali
pokok kasus
kesepakatan Yudi
(dalam
tersebut,
kita
Perdebatan
Isyu
Organisasi), yang biasanya berprestasi sedang-sedang saja, tetapi sekarang berprestasi dengan baik. Analisis manajer atas perubahan perilaku
ini sebagai berikut. Yudi baru-baru ini meningkatkan
usahanya dalam berkarya. Ia telah memperlihatkan minat yang lebih baik terhadap pekerjaan, dan ia juga menaruh minat terhadap suatu lowongan di bagian lain. Ini berarti bahwa peningkatan prestasi terjadi karena Yudi termotivasi untuk bekerja lebih giat agar memperoleh promosi. Hasil yang diharapkan dari setiap perilaku pegawai ialah prestasi. Salah satu tugas penting manajer adalah merumuskan prestasi lebih dahulu, yaitu menentukan hasil apa yang diharapkan. Dalam organisasi, variabel individu, keorganisasian, dan psikologis tidak hanya mempengaruhi perilaku tetapi juga prestasi. Perilaku yang berhubungan dengan prestasi adalah perilaku yang berkaitan langsung dengan tugas-tugas pekerjaan dan yang perlu diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu pekerjaan. Bagi seorang manajer, hubungan prestasi-perilaku mencakup berbagai tindakan, seperti
39 pengidentifikasian
masalah
perencanaan,
pengorganisasian
dan
pengendalian pekerjaan pegawai; dan menciptakan iklim motivasi bagi pegawai. Karena perhatian manajer dipusatkan kepada perilaku yang berhubungan dengan prestasi, ia berusaha mencari cara untuk mencapai prestasi optimal. Jika pegawai tidak berprestasi baik atau konsisten, manajer harus menelidiki masalah tersebut. Ada enam pertanyaan yang dapat membantu manajer memusatkan perhatian atas masalah prestasi. 1. Apakah pegawai mempunyai keahlian dan keterampilan untuk melaksanakan pekerjaan ? 2. Apakah pegawai mempunyai sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ? 3. Apakah pegawai sadar akan masalah prestasi ? 4. Kapankah masalah prestasi itu muncul? 5. Apakah reaksi rekan sekerja pegawai yang bersangkutan atas masalah prestasi ? 6. Apakah yang dapat saya (manajer) lakukan untuk membantu menanggulangi masalah prestasi ? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut
dan
jawabannya
menunjukkan
kerumitan perbedaan perilaku individu dan prestasi mereka. Hal itu juga menunjukkan bahwa jika masalah prestasi dapat diidentifikasi, diperlukan bentuk-bentuk tindakan manajerial. Variabel Individu Tabel 3-1 : Kemampuan Mental = Intelegensia Kemampuan Mental 1 2 3
4
Uraian
Keluwesan dan Kemampuan “mengingat” konfigurasi visual perimbangan kecepatan Kefasihan Kemampuan untuk mengutarakan kata-kata, ide dan pernyataan lisan Jalan pikiran secara Kemampuan merumuskan dan menguji induktif hipotesis yang ditujukan untuk menemukan hubungan (perkaitan) Ingatan yang luar biasa Kemampuan untuk mengingat kepingankepingan material yang tak bersangkutan dan mengingat kembali
40 5
6 7
8
9
1 0
Rentang ingatan
Kemampuan untuk mengingat kembali dengan sempurna, untuk reproduksi segera, dari serangkaian pokok masalah, setelah hanya satu pokok disajikan dari rangkaian itu. Kecakapan dalam angka- Kemampuan memanipulasi angka-angka angka dengan cepat dalam cara berhitung Kecepatan berpersepsi Kecepatan menemukan angka-angka, membuat perbandingan, dan menangani tugas-tugas sederhana yang menyangkut persepsi visual Jalan pikiran secara Kemampuan mempertimbangkan dasar deduktif pikiran yang ada menjadi kesimpulan penting Orientasi dan visualisasi Kemampuan menanggapi pola ruang dan ruang memanipulasi atau mentransformasi gambaran pola ruang Pemahaman lisan Pengetahuan tentang kata-kata dan artinya, termasuk penggunaan pengetahuan ini.
Ketrampilan Fisik 1
Kekuatan dinamis
2
Tingkat kelenturan
3
Koordinasi tubuh nyata
4
Keseimbangan tubuh nyata Stamina (daya tahan)
5
Uraian Ketahanan otot dalam menggunakan tenaga secara berlanjut atau berulang Kemampuan melenturkan atau merentangkan tubuh atau otot belakang Kemampuan mengkoordinasi tindakan beberapa bagian tubuh ketika tubuh sedang bergerak Kemampuan memelihara keseimbangan dengan isyarat non-visual Kapasitas menahan usaha maksimum yang memerlukan pengerahan kardiovaskular
41 Stimulus (contoh sistem imbalan organisasi, gaya persuasi yang digunakan oleh penyelia arus Gambar 3-2 : Proses pekerjaan)
Terjadinya Persepsi
Observ asi Stimulu s
III. Penutup 3.1 Evaluasi : 1. Jelaskan dengan singkat hampiran kognitif, reinforcement, dan psikoanalis 2. Jelaskan variabel yang mempengaruhi perilaku dan persepsi Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D.
Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano.
E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
42
J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change dan RE-CODE YOUR CHANGE DNA
Bab IV. Perilaku Individu – Tinjauan Perilaku Individu dalam Organisasi I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Singkat Bab 4 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan
antara
lain:
Perilaku
individu,
Perbedaan
Perilaku
Individu, dan Perilaku individu dalam organisasi. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa mengetahui dan mampu menganalisis dan memahami perilaku dan perbedaan individu proses perilaku manusia dasar berupa kepribadian dan kemampuan yang terbentuk dalam perilaku individu, juga memahami dan metode mengelola stress dari individu.
II. Penyajian 2.1
Perilaku dan Perbedaan Individu Tinjauan Perilaku individu dalam organisasi perilaku merujuk
pada segala sesuatu yang seseorang lakukan, pikirkan, maupun rasakan. Perilaku juga merupakan respon dari seseorang terhadap stimulus dari sekelilingnya/lingkungan. 43
Perilaku juga dapat dilihat berdasarkan bentuknya, misalnya perilaku internal dan perilaku eksternal. Perilaku internal meliputi semua respon yang terjadi dalam diri seseorang dan seringkali tidak terlihat nyata. Komponen perilaku internal biasanya berupa perasaan, emosi, pikiran dan peristiwa pribadi. Sedangkan perilaku eksternal meliputi semua respon yang dapat dilihat orang. Perilaku dilingkungan kerja dapat berbentuk :
44
45
Formal
Non Formal
Informal Tingkah laku sepenuhnya ditujukan pada penyelesaian tugas atau ujian tertentu dari kewajiban organisasi formal
Tingkah laku yang Tingkat laku memfasilitasi sepenuhnya penyelesaian ditujukan pada tugas-tugas/ujiankepuasanujian dengan kepuasan mengambil manusia dan inisiatif anggota kebutuhan sosial dan tingkah laku dan dihubungkan informal yang pada ujian ditujukan pada penampilan Perilaku merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. Perilaku individu
dalam organisasi merupakan interaksi antara
karakteristik individu dengan karakteristik organisasi Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku dan hasil tingkah laku : 1. Individu secara alami 2. Situasi yang alamiah yang ditemukan oleh individu itu sendiri. Dengan begitu, kita perlu mengartikan tingkah laku adalah respon individu pada stimulasi dalam bentuk tindakan/ sebagaimana kita telah ketahui sebelumnya bahwa salah satu model tentang perilaku manusia adalah dipengaruhi oleh faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan. Selain itu kita juga dapat pula melihat komposisi perilaku individu secara alamiah, seperti terlihat pada skema berikut : 1. 2. 3. 4.
Keturunan Lingkungan Kebudayaan Pembelajaran
Tingkah Laku
Individu membagi kesenangan/kebiasaan dan beberapa perbedaan atau keunikan individu berbeda, karena tidak ada dua individu yang sama, tetapi membagi beberapa kebiasaan. 1. Biologis
46 2. Kebudayaan 3. Kebiasaan yang mengarah pada pengalaman yang biasa
47 Individu berbeda dalam: 1. Kepekaan/sensitif
2.
Tanggapan
terhadap
sesuatu
yang
dimainkan, 3. Kepandaian
4. Minat
5. Dorongan/semangat/motivasi
6. Kepribadian
Tingkah laku juga dipandang sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan organisme, daripada reaksi organisme pada stimulus (persepsi). Tingkah laku sebagai hasil dari interaksi stimulus organisme. Kita dapat melihatnya dalam berbagai pandangan yang berbeda. (1) Sepasang huruf x
(2) Dua v (normal dan tidak) (3) w atas m
(4) Permata dengan cambang-cambang disisinya Orang-orang harus terbuka pada segala sesuatu seperti ini, jadi sepertinya mampu melihat pendapat orang lain sebagaimana yang mereka tunjukkan. Interaksi ini penting seperti kita sadari bagaimana orang-orang berinteraksi (pekerja-pekerja dan majikan-majikan). Sebab musabab dalam kelakukan. The SOBA Model S
O
B
S (Stimulus) O (Organisme) B (Behavior) A (Attainment)
A = = = =
Perangsang/keadaan Pendorong/situasi Manusia (fisik & non fisik) Kelakuan Pencapaian
Keterangan : Keturunan Perpindahan bahasa tubuh Merubah perangsangan Suara Keperluan pemasokan oleh manusia secara biologis Pikiran dan tanggapan emosi expresi wajah Penelitian Pekerjaan rutin Dari banyak mempelajari pengetahuan, keterampilan membutuhkan pendirian dan nilai-nilai Penghindaran kecelakaan Orang lain Penyerangan dari orang lain
48 Pengawasan dari perbuatan Dan beberapa aspek dan lingkungan untuk seseorang yang mana yang sensitif S: Menggambarkan pendorong itu yang merangsang pengaturan tersebut. Tanggapan dari pengaturan ditunjukkan oleh tanda anak panah pada kelakuan tersebut. Kelakuan didalam mengarahkan perbuatan pada dunia luar menuntun pada pencapaian A. Pencapaian itu mungkin merubah kondisi yang mendorong dan dengan demikian pengaruh
kelakuan
atau
melalui
kelakuan
berikut
ini
dengan
penciptaan situasi yang baru bagi pengaturan tersebut. Sejak pencapaian dipengaruhi oleh faktor-faktor perubahan didalam beberapa hal bahwa kelakuan yang sama dapat memiliki sejumlah perbedaan pencapaian yang lebih dapat dicapai oleh penempatan tekanan pada kelakuan dari pencapaian dan mencari pencapaian yang
sederhana
dengn
mempelajari
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kelakuan tersebut. Aplikasi (penerapan) Pekerja bertindak berbeda dengan seorang pengawas Beberapa orang benci kehadirannya karena meraka melihatnya sebagai budak pengemudi. Yang lain-lain mungkin meremehkan dan melihat sebelah mata nilainya, karena mereka melihatnya sebagai orang yang gugup, takut (grogi), lekas marah. Yang lainnya
mungkin senang menyuruhnya untuk membantu
mereka dan menghormatinya sebagai seorang yang melakukan pekerjaannya. Pengawas dapat mempertimbangkan dirinya sendiri sebagai teman yang berhati baik yang memperhatikan minat pekerjaannya dengan serius dan percaya bahwa dia benar-benar harus mempunyai lebih sedikit
menghormati
kerja
semua
orang
bahkan
ketika
dia
menyatakan mereka mirip atau serupa. Bagaimana seorang memandang orang lain tergantung pada faktorfaktor berikut ini :
49 1. Temperatur 2. Keadaan lemah 3. Kontak-kontak terdahulu dengannya (pengalaman masa lalu) 4. Kepribadian Individu. Pemahaman Tingkah laku dapat tercapai bila: Seseorang mampu (harus) membedakan stimulus dimana Individu akan bergerak/bertindak, serta menemukan bagaimana stimulus disusun. Stimulus ini diberikan arti melalui persepsi dan tingka laku yang dibedakan dengan arti. Contoh : Gerakan cepat adalah ancaman. Gerakan lambat adalah pada umumnya ditafsirkan suatu hal yang ramah. Kepandaian dan Kelakuan : Peranan penting kelakuan perseorangan itu membawa kepada beberapa kepandaian/prestasi baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan tetapi akan selalu ditampilkan/ditunjukkan dari kelakuan bukan penyebab dari kelakuan : 1. Perpindahan kelakuan 2. Kedipan mata melindungi mata 3. Penjatuhan sebuah peralatan yang berat mungkin melukai kaki 4.
Pelintasan lampu merah mungkin hasil tiket lalu lintas.
Maksud dan Pencapaian Pencapaian kelakuan dari suatu peristiwa menyebabkan kita untuk mengevaluasinya. Dalam peristiwa kelakuan kita boleh memberikan 2 pandangan yaitu : kita barangkali mengerti kelakuan atau kita barangkali mengevaluasinya. Kita mengerti sebuah kelakuan tertentu sewaktu kita tahu apa penyebabnya atau sewaktu kita mengetahui apa yang menyebabkan kelakuan sewaktu kita menyetujui atau tidak menyetujuinya. Penyampaian Kelakuan Secara Tepat Seorang
manajer/pimpinan
harus
menunjukkan kelakuan secara tepat.
memperoleh
keterampilan
50 Menunjukkan
kelakuan
secara
tepat
boleh
diamati
dan
diperhitungkan. Anda boleh mengamati kelakuan itu dari kedatangan untuk bekerja atau sebelum jam 08.30 pada pagi hari. Atau penulisan tiga surat usaha sehari atau pembuatan beberapa komentar yang menghina (kritik). Anda bisa mengamati kelakuan itu dari keadaan fisik yang baik atau pendirian yang tidak baik, kemalasan atau ingkat motivasi yang tinggi. Menunjukkan kelakuan secara tepat adalah apa yang anda lihat, apa yang anda ketahui telah terjadi. Motivasi/dorongan yang tidak baik tidak dapat diamati dan merupakan sebuah penambahan dari kelakuan orang mungkin mengamati kelakuan itu dari datang terlambat kerja dan menafsirkan sebagai kelakuan yang tidak baik atau
motivasi/dorongan
yang
tidak
baik.
Ada
kemungkinan
mengamati kelakuan tersebut dan kedatangan awal kerja, jalan cepat di gang, berbicara degan cepat dengan menafsirkan kelakuan ini menunjukkan motivasi yang baik. Anda tidak mengamati dorongan, pendirian/mutu seperti ambisi, malas, disiplin, pribadi, penderita urat saraf atau sombong. Anda hanya dapat mengamati dan mengukur kelakuan
tersebut
supaya
menyebabkan
anda
percaya
bahwa
individu/perorangan dikarakteristikkan oleh sifat pembawaan umum. Ini penting untuk menunjukkan kelakuan secara tepat karena kelakuan ini dapat diamati dan diukur, sehingga mungkin (perlu) dirubah. Kelakuan menyumbang daya produksi.
51
III. Penutup 3.1 Evaluasi : 1. Jelaskan perilaku Individu merupakan interaksi Individu dengan lingkungan, 2. Perilaku Individu merupakan interaksi antara karakteristik Individu dengan karakteristik organisasi 3. Jelaskan the SOBA model 4. Individu berbeda dalam hal apa saja ? Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B.------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano. E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Cetakan Kedua, CV, Citra
Perilaku
Organisasi, Edisi Revisi,
52 Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., Organizations : Understanding and
2000,
Behavior
in
Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change YOUR CHANGE DNA
dan RE-CODE
Bab V. Perilaku Individu – Stress dan Individu I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Singkat Bab 5 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain perilaku individu yang berkaitan dengan stress dan individu itu sendiri 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa mengetahui dan mampu menganalisis dan memahami perilaku dan perbedaan individu proses perilaku manusia dasar berupa kepribadian dan kemampuan yang terbentuk dalam perilaku individu, juga memahami dan metode mengelola stress dari individu.
II. Penyajian 2.1 Perilaku dan Perbedaan Individu Minat terhadap masalah stress pekerjaan telah meluas pada tahun-tahun belakangan ini. Namun pengalaman tentang stress bukanlah
hal
yang
baru;
para
leluhur
kita
penghuni
gua
mengalaminya setiap waktu mereka meninggalkan gua dan bertemu dengan musuh mereka, harimau bergigi pedang. Harimau masa 53
lampau telah pergi, tetapi mereka digantikan oleh pemangsapemangsa lain – beban kerja yang berlebihan, boss pengomel, batas waktu, inflasi yang berlebihan, pekerjaan yang dirancang dengan buruk, ketidakharmonisan perkawinan, dorongan untuk mengimbangi Habibie. Pemangsa-pemangsa yang bersifat kerja dan bukan kerja ini berinteraksi dan menciptakan stress bagi individu di tempat kerja dan di luar tempat kerja. Bab ini terutama akan menitikberatkan perhatian pada individu yang bekerja dalam organisasi dan pada stress yang tercipta pada lingkungan ini. Banyak stress yang dialami orang-orang dalam
54
55 masyarakat industri berasal dari organisasi; banyak stress yang berasal dari manapunmempengaruhi perilaku dan prestasi kita dalam organisasi yang sama. Apakah Stress itu ? Stress berarti satu urutan hal-hal yang sangat berbeda bagi orang yang berbeda. Para usahawan memandang stress sebagai frustasi atau ketengan emosional; pengawas lalu lintas udara memandangnya sebagai masalah kesiap-siagaan dan konsentrasi; ahli biokimia memandang sebagai suatu kejadian kimia murni. Secara sederhana, lebih baik memandang stress sebagai sesuatu yang melibatkan interaksi antara individu dengan lingkungan. Kebanyakan definisi tentang stress mengakui individu dengan lingkungan tersebut dengan ukuran interaksi stimulus, interaksi tanggapan, atau interaksi tanggapan dengan stimulus. Definisi Stimulus Definisi stimulus stress adalah sebagai berikut; Stress adalah kekuatan
atau
stimulus
menggerakkan
individu
sehingga
menghasilkan suatu tanggapan ketegangan, dimana ketegangan tersebut, dalam pengertian fisik, mengalami perubahan bentuk. Persoalan yang timbul dari definisi ini ialah bahwa ia tidak berhasil mengakui bahwa dua orang yang menjadi sasaran tingkatan stress yang sama mungkin menunjukkan tingkat ketegangan yang berbeda. Definisi Tanggapan Definisi tanggapan stress adalah sebagai berikut: Stress adalah tanggapan fisiologis atau psikologis seseorang terhadap lingkungan penekan (stressors), dimana penekan adalah kejadian ekstern atau situasi yang secara potensial mengganggu. Dalam definisi stimulus, stress adalah kejadian ekstern, disini ia adalah tanggapan intern. Definisi ini tidak berhasil memungkinkan setiap orang untuk meramal sifat tanggapan stress atau bahkan apakah tanggapan tersebut akan benar-benar ada.
56 Definisi Tanggapan – Stimulus Contoh
definisi tanggapan stimulus adalah bahwa stress
merupakan konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dan tanggapan dari individu yang bersangkutan. Stress dipandang lebih dari sekedar stimulus atau tanggapan; stress adalah hasil dari suatu interaksi yang unik antara kondisi stimulus dalam lingkungan dan kecenderungan individu menanggapi dengan cara tertentu. Definisi Kerja Masing-masing
dari
ketiga
definisi
tersebut
mengajukan
wawasan tenrtang hal-hal yang menimbulkan strees. Oleh karena itu, masing-masing digunakan untuk mengembangkan suatu definisi kerja untuk bab ini. Kami mendefinisikan stress sebagai : Suatu
tanggapan
dan/atau kegiatan
adaptif,
ditengahi
oleh
perbedaan
individual
proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap (lingkungan),
situasi,
atau
kejadian
eksternal
yang
membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. Definisi kerja ini melikiskan stress dalam suatu gambaran yang lebih negatif dibandingkan dengan kebanyakan definisi lainnya, yang menempatkan sebagai suatu istilah netral. Akan tetapi, kita telah memasukkan istilah berlebihan dalam definisi kita. Tentunya, tidak semua stress bersifat negatif. Stress yang positif, yang dikemukakan oleh Dr. Hans Selye, ialah eustress (dari kata Yunani eu, yang berarti baik, sebagai euphoria) yang mendorong dalam pengertian positif. Eustress diperlukan dalam kehidupan kita. Akan tetapi karena terbatasnya tempat kita tidak dapat mengembangkan pembahasan kita tentang eustress dalam bab ini. Definisi kerja diatas memungkinkan kita memusatkan perhatian atas kondisi lingkungan yang khas sebagai sumber stress yang potensial. Kondisi semacam itu disebut penekan (stressors). Apsakah stress tersebut dirasakan atau dialami oleh seseorang atau tidak akan tergantung pada karakteristik orang yang bersangkutan. Selanjutnya
57 definisi tersebut menekankan suatu tanggapan adaptif. Sebagian tanggapan kita terhadap stimulus dalam lingkungan kerja tidak memerlukan adaptasi, dan karenaya bukan sumber stress yang benar-benar potensial. Suatu hal yang perlu diingat adalah keanekaragaman situasi yang
tidak
serupa
–
upaya
kerja,
kejenuhan,
ketidakpastian,
ketakutan, timbulnya emosi – dapat menimbulkan stress. Oleh karena itu, sangat sukar mengisolasi faktor tumggal sebagai penyebab satusatunya. Stress Psikofisiologis Jika
karena
sesuatu
alasan
tanpa
sengaja
tangan
anda
menyentuh kompor yang panas, beberapa kejadian dapat diramalkan akan terjadi. Anda akan merasa sakit. Dan juga akan ada kerusakan jaringan kulit yang terkena kompor tersebut. Tergantung pada waktu reaksi anda, anda segera menarik tangan dari kompor. Mungkin anda melontarkan kata-kata tertentu. Kejadian tersebut menggambarkan suatu interaksi antara anda dengan lingkungan. Itu adalah suatu kejadian yang mengakibatkan konsekuensi fisik dan psikologis. Hal tersebut juga merupakan kejadian yang memproyeksikan tentang pengertian stress dan cara kita menanggapinya secara fisik dan psikologis. Sindrom
Adaptasi
Umum
(General
Adaptation
of
Syndrom/GAS) Dr. Hans Selye, pelopor riset tentang stress menyusun konsep tanggapan psikologis terhadap stress. Selye menganggap stress sebagai tanggapan yang tidak khas terhadap setiap tuntutan terhadap organisme. Ia memberi nama ketiga fase reaksi pertahanan yang dibentuk seseorang jika terjadi tress sebagai Sindrom Adaptasi Umum (GAS). Selye menyebut reaksi pertahanan tersebut sebagai umum karena penekan menimbulkan dampak atas beberapa bagian dari tubuh; adaptasi menunjukkan suatu rangsangan pertahanan yang
dirancang
untuk
membantu
tubuh
menyesuaikan
atau
58 menanggulangi penekan; dan sindrom menunjukkan bahwa bagianbagian reaksi yang terjadi lebih kurang bersamaan. Ketiga fase yang berbeda tersebut diacuh sebagai peringatan, perlawanan, dan peredaan. Tahap peringatan (Alarm stage) adalah tahap awal pengerahan dimana tubuh bertemu tantangan yang ditimbulkan penekan. Jika penekan sudah dikenali, otak segera mengirim suatu pesan biokimia ke seluruh sistem dalam tubuh. Denyut jantung meningkat, tekanan darah
menaik,
pupil
mata
membesar,
otot
menegang,
dan
sebagainya. Jika penekan berlanjut, GAS maju ke tahap perlawanan. Tandatanda yang menunjukkan tahap perlawanan mencakup kejenuhan, kecemasan, dan ketegangan. Orang tersebut sekarang sedang berjuang melawan penekan. Jika perlawanan terhadap penekan tertentu kuat selama periode ini, perlawanan terhadap penekan lain lemah. Seseorang hanya mempunyai sumber tenaga, konsentrasi, dan kemampuan terbatas. Individu sering lebih mudah sakit selama periode stress tersebut dibandingkan pada waktu-waktu lainnya. Tahap
GAS
yang
terakhir
ialah
peredaan
(exhaustion).
Perlawanan yang panjang dan terus menerus terhadap penekan yang sama pada akhirnya mungkin menghabiskan kekuatan adaptif yang tersedia, dan sistem perlawanan terhadap penekan menjadi kendur. Sangat
penting
untuk
selalu
diingat,
bahwa
pengaktifan
GAS
menempatkan tuntutan yang luar biasa terhadap tubuh. Jelasnya, semakin sering GAS diaktifkan dan semakin lama ia bekerja, semakin usang
dan
rusak
mekanisme
psikofisiologis.
Tubuh
dan
otak
mempunyai keterbatasan. Semakin sering seseorang mendapat ancaman, melawan, dan terkuras oleh pekerjaan, atau bukan pekerjaan, atau oleh interaksi dari kegiatan tersebut, semakin cenderung orang yang bersangkutan menjadi jenuh, sakit, kuyu, dan berbagai konsekuensi negatif lainnya.
59 Stress dan Kerja : Sebuah Model Bagi sebagian besar individu yang bekerja, bekerja itu lebih dari sekedar kewajiban 40 jam seminggu. Bahkan jika waktu kerja yang nyata 40 jam, jika kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut ditambahkan – seperti waktu perjalanan ke dan dari tempat kerja, persiapan untuk bekerja, dan waktu makan siang – maka kebayakan individu mempergunakan 10 jam atau lebih seharinya untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Tidak hanya jumlah waktu yang banyak dipakai untuk kegiatan yang
berkaitan
dengan
perkerjaan,
tetap
banyak
individu
menemukan porsi penting kepuasan mereka dan identitas dalam pekerjaannya. Konsekuensinya, kegiatan kerja dan non kerja saling bergantung. Perbedaan antara stress di tempat kerja dan stress di rumah adalah suatu tiruan dalam keadaan paling baik. Sumber stress di tempat kerja tercurah ke dalam kegiatan non kerja seseorang. Sebagai konsekuensi adanya penekan yang dialami di tempat kerja, seseorang mungkin pulang ke rumah dalam perasaan terganggu, marah, dan letih. Hal ini dapat mengakibatkan cekcok dengan istri atau suami. Konflik
perkawinan dapat menjadi sumber stress
berikutnya yang pada gilirannya menimbulkan dampak negatif atas prestasi kerja. Jadi, stress di tempat kerja dan stress diluar kerja sering berkaitan. Akan tetapi, kepentingan kita dalam hal ini berkenaan dengan penekan (stressors) ditempat kerja. Agar dapat memahami lebih baik berkaitan antara stressor, stress, dan konsekuensinya, kita telah mengembangkan suatu model integrasi antara sress dan kerja. Perspektif manajerial digunakan untuk mengembangkan bagian-bagian dari model yang ditunjukkan pada gambar 7-2. Model tersebut membagi stressor di tempat kerja ke dalam empat kategori : fisik, individu, kelompok, dan organisasi. Model itu juga menyejikan lima kategori dampak stress yang potensial. Dalam buku ini, secara khusus kita akan menekankan perhatian terhadap dampak yang mempengarhui prestasi kerja.
60 Model
tersebut
memperkenalkan
moderator
(penengah).
Moderator yang telah diteliti oleh para peneliti stress pekerjaan meliputi umur, jenis kelamin, ketagihan kerja, harga diri, dan keterlibatan dalam lingkungan masyarakat. Kita memilih untuk membahas, tiga moderator yang telah menerima paling banyak perhatian dalam riset, yaitu Pola Perilaku Tipe A, kejadian-kejadian perubahan dalam hidup (life change events), dan dukungan sosial (social support). Konsekuensi Stress Pengerahan mekanisme pertahanan tubuh bukanlah satusatunya konsekuensi potensi yang timbul dari adanya kontak dengan stressor. Dampak stress sangat banyak dan beragam. Tentunya, beberapa diantaranya bersifat positif – seperti motivasi diri, rangsangan
untuk
kerja
keras,
meningkatnya
inspirasi
untuk
menikmati kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi, banyak juga stressor yang sifatnya mengganggu dan secara potensial berbahaya. Cox telah mengindentifikasi 5 jenis konsekuensi dampak stress yang potensial. Kategori yang disusun Cox meliputi : Dampak subyektif :
kecemasan, agresi, acuh, kebosanan, depresi,
keletihan, frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, merasa kesepian. Dampak perilaku (Behavioral effects) : Kecenderungan mendapat kecelakaan, alkoholik, penyelagunaan obat-obatan, emosi yang tibatiba meledak, makan berlebihan, merokok berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati, ketawa gugup. Dampak kognitif : Ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas, konsentrasi yang buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik, rintangan mental. Dampak fisiologis : meningkatnya kadar gula, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya pupil mata, tubuh panas dingin.
61 Dampat organisasi : Keabsenan, pergantian karyawan, rendahnya produktifitas, keterasingan dari rekan sekerja, ketidak puasan kerja, menurunnya keikatan dan kesetiaan terhadap organisasi. Kelima jenis tersebut tidak mencakup seluruhnya, juga tidak terbatas pada dampak-dampak dimana ada kesepakatan universal dan untuk hal itu ada bukti ilmiah yang jelas. Kesemuanya hanya mewakili beberapa dampak potensial yang sering dikaitkan dengan stress.
Akan
tetapi,
jangan
diartikan
bahwa
stress
selalu
menyebabkan dampak seperti yang disebutkan diatas. Dari perspektif manajerial, masing-masing dari kelima kategori dampak stress seperti digambarkan dalam 7-2 adalah penting. Akan tetapi, pengunduran diri dan perilaku nonproduktif seperti keabsenan, pergantian karyawan, alkoholik, dan penyalagunaan obat-obatan, merupakan
dampak
yang
mengganggu
diukur
dari
hilangnya
produktifitas dan biaya. Pengunduran Diri (Withdrawal). Ketidak hadiran dan keluar dari pekerjaan adalah dua bentuk perilaku pengunduran diri yang untuk sementara dapat mengurangi stress pekerjaan dalam beberapa hal. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara stress pekerjaan dengan keabsenan dan pergantian karyawan. Sebagai contoh, suatu studi menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 15 tahun terdapat peningkatan 22 persen dalam keabsenan dan pergantian karyawan yang disebabkan masalah kesehatan fisik, sedangkan keabsenan yang dikaitkan dengan masalah kesehatan psikologis meningkat 152 persen untuk pria dan 302 persen untuk wanita. Suatu studi terhadap 175 karyawan rumah sakit mengkaji stress
sebagai
satu
penduga
(predictor)
pergantian
pegawai.
Kewajiban keorganisasian, kepuasan kerja, dan kondisi kerja tidak dapat menduga adanya pergantian karyawan. Akan tetapi, tingkat stress yang tinggi merupakan suatu penduga yang penting dari tindakan meninggalkan rumah sakit. Para peneliti menyimpulkan
62 bahwa karyawan yang tingkat stressnya rendah mempunyai harapan masa jabatan yang lebih lama di rumah sakit itu. Kecanduan alkohol (Alcoholism). Kecanduan alkohol adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh minum alkohol berlebihan dan berulang-ulang yang mengganggu kesehatan individu dan perilaku kerja. Mungkin tidak ada satu faktorpun yang daat menyebabkan kecanduan alkohol, karena hal itu merupakan satu kesatuan yang rumit. Diukur dari segi biaya masyarakat dan hilangnya produktifitas, kecanduan alkohol merupakan penyakit yang mahal. Angka bunuh diri diantara para pecandu alkohol 58 kali angka bunuh diri karena alasan lainnya. Kerugian biaya yang diukur dengan hilangnya hari kerja dan bakat yang disia-siakan diperkirakan lebih dari $10 milyar setiap
tahunnya.
North
American
Rockwell
Corporation
yang
mempunyai 100.000 karyawan, memasukan biaya sebesar $ 250 juta untuk
penanggulangan
kecanduan
alkohol
dalam
anggaran
belanjanya. The Illionis Bell Telephone Company menetapkan upah pergantian karyawan disebabkan kecanduan alkohol sebesar $ 418.500. untuk membendung pengeluaran biaya semacam ini, makin banyak pengusaha yang menyusun program pengawasan alkohol. Lebih dari 12.000 program bantuan jabatan sedang dilaksanakan dalam berbagai organisasi. Salah satu program yang berhasil disajikan dalam close up berikut : lihat studi kasus Close-Up : Organisasi Gang Satu Orang dari Digital Equipment Corporation (DEC) Digital Equipment Corporation adalah sebuah perusahaan komputer raksasa, bermodal $ 4 milyar dengan 70.000 karyawan, yang berhasil menanggulangi masalah kecanduan alkohol dan penyelagunaan obat-obatan. Jim Kelly, seorang karyawan yang mempunyai latar belakang menarik, bertanggung jawab sepenuhnya utnuk pertisipasi aktif pada DEC untuk membantu karyawan yang mendapat kesukaran. Dahulunya Kelly adalah seorang pecandu obatobatan, seorang bekas pecandu alkohol, dan seseorang yang perna mengalami pembedahan perut besar 10 kali ketika ia berusia 40 tahun.
Ia
membujuk
menajemen
DEC
untuk
mengijinkannya
63 membantu rekan sekerja yang terlibat masalah alkohol dan obatobatan. Pada
mulanya
usaha
Kelly
benar-benar
informal.
Pesan
disampaikan dari mulut ke mulut bahwa ia meluangkan waktu selama waktu makan siang dan istirahat minum kopi, bagi siapa saja yang mempunyai masalah menyangkut alkohol dan obat-obatan. “pusat konsultasi” yang ditentukannya terdiri dari sebuah bangku panjang dan beberapa kursi yang terletak disudut pabrik dan tak menarik perhatian. Para pekerja mulai berdatangan mengunjungi Kelly setelah diberi tahu bahwa hal-hal yang dikemukakan kepada Kelly akan dirahasiakan dan bahwa Kelly dan perusahaan (yang tidak berserikat buruh)
akan
berusaha
untuk
membantu.
Dengan
biaya
yang
dikeluarkan oleh perusahaan, Kelly memperoleh sertifikat sebagai seorang penyuluh korban kecanduan alkohol. Sekarang
Kelly
mencurahkan
seluruh
waktunya
untuk
membimbing karyawan yang membutuhkan pertolongan. Ia rata-rata dikunjungi 10 orang setiap harinya. Perhatian dan sikapnya telah menyebar
diseluruh
DEC.
organisasi
tersebut
sekarang
telah
mempunyai program bantuan bagi karyawan di 24 lokasi, sebagian besar dikelola oleh para ahli dari luar. DEC tidak mengatakan berapa biaya program tersebut, dan manajer
program
perusahaan
tersebut
mengatakan
bahwa
perusahaan bahkan tidak perduli mengira-ngira berapa banyak yang diperoleh
dengan
adanya
program
itu.
DEC
adalah
sebuah
perusahaan yang mengakui bahwa masalah alkohol dan obat-obatan telah terjadi ditempat kerja. Jika masalah tersebut terjadi dalam masyarakat, hal tersebut juga terjadi di DEC dan disebagian besar organisasi
diseluruh
negeri.
Mengakui
adanya
masalah
dan
mengambil tindakan penanggulangan adalah langkah yang ingin diprakarsai oleh DEC. Tidak terdapat bukti adanya korelasi jenis stress kerja tertentu dengan penggunaan alkohol sebagai suatu tanggapan atas stress. Akan tetapi, para peneliti telah menemukan bahwa para pecandu
64 alkohol mempunyai kebutuhan yang tinggi akan dukungan emosional, mengajukan tuntutan yang agresif, mengambil keputusan dengan mudah karena mengikuti kehendak hati, dan terlibat dalam usaha pengawasan
dengan
cara
menekan.
Sangat
mengherankan
kecanduan alkohol tidak selalu diikuti oleh memburuknya prestasi kerja pada tahap awal penyakit tersebut. Pada saat penyakit tersebut berkembang, kuantitas dan kualitas prestasi kerja pada akhirnya mengalami penurunan. Pengidentifikasian awal dari kecanduan alkohol adalah penting karena
prognosis
untuk
pengobatan
yang
berhasil
lebih
menguntungkan jika pengobatan dimulai pada tahap awal penyakit tersebut. Para manajer dapat melihat berbagai ciri orang kecanduan alkohol, yang meliputi : 1. Pada keabsenan yang berlebihan : senin, jum’at, dan hari-hari sebelum dan sesudah hari libur. 2. Ketidakhadiran yang sering dan tidak dapat dimaafkan. 3. Datang terlambat dan pulang lebih awal. 4. Pertimbangan dan keputusan yang buruk 5. Penampilan pribadi yang lusuh. 6. Meningkatnya kegugupan dan tangan yang tiba-tiba yang menggigil. 7. Meningkatnya tuntutan biaya rumah sakit – dokter – operasi Tanda-tanda ini dapat menunjukkan masalah agar manajer siap siaga.
Penting
pekerjaan
bagi
dapat
manajer
untuk
menimbulkan
memahami
kebutuhan
bahwa
stress
seseorang
akan
penggunaan alkohol. Juga penting bagi manajer untuk mengetahui bahwa bantuan para ahli perlu diterapkan lebih awal jika orang yang bersangkutan ingin diobati dengan berhasil. Selanjutnya, meskipun penggunaan alkohol berkembang sebagai tanggapan terhadap stress dan membantu menghilangkan stress tersebut, jika pola penggunaan berkembang menjadi kecanduan alkohol, maka dengan meminumnya dapat menjadi sumber stress. Penyalagunaan Obat-obatan (Drug Abuse). Organisasi pada akhirnya menyadari adanya masalah penyalagunaan obat-obatan. Beberapa perusahaan telah mengakui bahwa penyalagunaan obatobatan terjadi ditempat kerja dan mereka telah menggunakan
65 berbagai cara untuk memberantas masalah tersebut. Anjing-anjing pelacak
obat-obatan
untuk
menggeledah
tempat
kerja
telah
digunakan oleh Mobay Chemical Corporation di Baytown, Texas. Humprey & Associates, sebuah perusahaan kelistrikan di Dallas, mengadakan
tes
darah
terhadap
siapa
saja
yang
mendapat
kecelakaan ditempat kerja, dan Sunkist Product Group of Ontario, California, mengharuskan karyawan yang berperilaku aneh di tempat kerja, mengambil tes air seni. Jenis program deteksi obat-obatan tersebut telah mendapat kritik dan menimbulkan masalah hukum yang serius. Akan tetapi, semakin banyak organisasi yang bergabung dalam aksi obat-obatan demi kemanusiaan dan karena jumlah kerugian
akibat
penyalagunaan
obat-obatan
yang
besar
yang
diperkirakan $16,6 milyar setahun. Salah satu penyebab penyalagunaan obat-obatan ialah stress yang bermula dari pekerjaan. Perangsang dan halusinogen (seperti ganja dan cocaine), narkotik (seperti heroin dan demerol), dan obat penenang hipnotis (obat bius tidur dan valium) digunakan oleh karyawan dari seluruh lapisan pekerjaan untuk menghilangkan kebosanan, stress yang berlebihan, dan masalah yang berkaitan lainnya.
Agar
dapat
memberantas
penyalagunaan
obat-obatan,
manajer pertama-tama harus mengakui bahwa stress yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menjurus atau menimbulkan penyalagunaan obat-obatan.
Selanjutnya,
menjadi
kepentingan
manajer
untuk
memberantas penyalagunaan obat-obatan tersebut melalui suatu program yang manusiawi dan efektif. Sayangnya, penyalagunaan obat-obatan tidak hanya terjadi di tempat kerja, tetapi juga di seluruh masyarakat. Pemberantasan obat-obatan mengharuskan manajer untuk memusatkan perhatian utamanya pada dampak penggunaan obat tersebut atas prestasi kerja. Saran-saran lain yang didasarkan atas pengalaman perusahaan yang berjuang melawan penyalagunaan obat-obatan, ialah : 1. Susun dan komunikasikan kebijaksanaan yang jelas tentang penggunaan
obat-obatan.
Manajemen
harus
memberitahu
66 karyawan tentang resiko kesehatan dan keselamatan yang disebabkan oleh obat-obatan dan bahaya yang mengancam di tempat kerja karena penyalagunaan obat-obatan. Manajemen harus
juga
mengkomunikasikan
bahwa
undang
undang
mewajibkan setiap orang untuk mematuhi hal itu. 2. Laksanakan kebijaksanaan anti penyalagunaan obat-obatan. Manajemen tingkat atas harus mendukung para pengawas yang melaksanakan kebijaksanaan perusahaan tentang obat-obatan. 3. Ketahui lebih dahulu masalah tersebut dan jangan kaget karenanya.
Perusahaan
perlu
waspada
tentang
seriusnya
masalah penyalagunaan obat-obatan di dalam masyarakat. Rumuskan kebijaksanaan tentang obat-obatan tersebut dan laksanakan secara konsisten. 4. Pelihara hubungan yang baik dengan badan-badan yang melaksanakan
peraturan
perundang
undangan.
Polisi
diperlukan untuk mengambil tindakan dalam kasus yang bersangkutan dan harus dipandang sebagai suatu bagian dari tim yang berjuang memberantas penyalagunaan obat-obatan di tempat kerja. 5. Jangan mencoba menangani masalah tersebut sendirian; carilah bantuan para ahli. Kebanyakan organisasi kurang mempunyai kemampuan dan keahlian yang diperlukan untuk menyelidiki dan menemukan bukti penyalagunaan obat-obatan. Organisasi yang telah mengembangkan dan menerapkan program anti obat-obatan telah menerima peranan membantu karyawan yang mempunyai masalah obat-obatan yang ingin mencari bantuan. Hal ini bukan hanya merupakan hubungan kepegawaian yang baik, tetapi baik
dari
sudut
memperkerjakan
pandang
pegawai
baru,
ekonomi. dan
Pelatihan
biaya
arbitrasi
kembali, dapat
dihindarkan, dan program anti obat-obatan yang dilaksanakan dengan baik dapat menimbulkan kesan yang menyenangkan. Kesehatan Fisik dan Mental
67 Dari konsekuensi stress yang potensial, konsekuensi fisiologis barangkali yang paling sering diperdebatkan dan secara organisasi tidak berfungsi. Mereka yang membuat hipotesis adanya hubungan antara
stress
dan
masalah
kesehatan
fisik,
pada
akhirnya
menyarankan bahwa suatu tanggapan emosional berakibat terjadinya perubahan fisik seseorang. Sebenarnya sebagian buku teks medis mengungkapkan bahwa antara 50 dan 75 persen penyakit berasal dari stress. Barangkali yang paling penting dari hubungan stress penyakit fisik yang potensial ialah penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease – CHD). Meskipun sebenarnya tidak dikenal dalam dunia industri 60 tahun yang lalu CHD sekarang menjadi penyebab setengah dari kematian yang terjadi di Amerika Serikat. Penyakit tersebut begitu meluas sehingga pria Akerika yang sekarang berumur antara 45 dan 55 tahun mempunyai kemungkinan 1 diantara 4 untuk mati karena serangan jantung, dalam 10 tahun mendatang. Faktor-faktor resiko tradisional seperti kegemukan, perokok, keturunan, kolesterol yang tinggi, dan tekanan darah tinggi dapat menyebabkan tidak lebih 25 persen dari kejadian penyakit jantung koroner.
Oleh
karena
itu,
ada
pendapat
medis
yang
mulai
berkembang bahwa stress pekerjaan dan stress kehidupan mungkin penyebab utama dari sisa yang 75 persen itu. Bahkan tinjauan singkat ini tentang konsekuensi kesehatan dari stress tidak akan lengkap tanpa menyebutkan dampak kesehatan mental. Korhouser meneliti secara luas kesehatan mental para pekerja industri. Ia tidak menemukan hubungan antara kesehatan mental dengan faktor-faktor seperti gaji, keamanan kerja, dan kondisi kerja. Melainkan timbul hubungan yang jelas antara kesehatan mental dengan kepuasan kerja. Kesehatan mental yang buruk dihubungkan dengan frustasi yang timbul karena tidak memperoleh kepuasan kerja. Disamping frustasi, kecemasan, dan depresi yang mungkin dialami seseorang karena mengalami stress yang hebat, mungkin
68 akan mewujudkan dirinya dalam bentuk kecanduan alkohol. Kira-kira 5 persen dari penduduk dewasa punya masalah tentang minum alkohol, ketergantungan obat-obatan (lebih dari 150 juta resep obatobatan ditulis setiap tahun di A.S) di rumah sakitkan (lebih dari 25 persen tempat tidur rumah sakit diisi oleh orang-orang yang mempunyai masalah pisikologis), dan kasus ekstrim, bunuh diri. Bahkan gangguan mental yang minor yang ditimbulkan oleh stress, seperti
ketidak
mampuan
berkonsentrasi
atau
berkurangnya
kemampuan memecahkan masalah, dapat menelan biaya sangat mahal bagi suatu organisasi. Sebelum kita mengkaji bagian-bagian dari model stress dan kerja lebih terinci, perlu dikemukakan beberapa hal yang penting diperhatikan.
Model
ini,
atau
setiap
model
yang
mencoba
mengintegrasikan fenomena stress dan kerja, tidak seluruhnya lengkap.
Terdapat
begitu
banyak
variabel
penting
sehingga
pengobatan yang lengkap akan memerlukan tempat lebih banyak. Selanjutnya, variabel yang akan dibahas hanya diajukan sebagai satusatunya variabel yang menyediakan perspektif manajerial tentang stress. Variabel-variabel tersebut tentunya bukan merupakan variabel yang tepat untuk dipertimbangkan. Akhirnya, adanya ukuran yang tepat dan dapat dipercaya benar-benar p[enting, karena program yang diprakarsai manajemen untuk menanggulangi stress pada tingkatan yang optimal akan tergantung pada bagaimana pengukuran variabel ini dan variabel lainnya. Stressor Lingkungan Fisik. Stressor (penekan) lingkungan fisik sering diberi nama penekan kera biru (blue-collar stressor), karena lebih merupakan masalah dalam
pekerjaan-pekerjaan
teknis.
Lebih
dari
14.000
pekerja
meninggal setiap tahunnya dalam kecelakaan industri (hampir 55 orang perhari atau 7 orang setiap jam kerja); dan lebih dari 100.000 orang pekerja menjadi cacat permanen setiap tahun; dan karyawan melaporkan lebih dari 5 juta kecelakaan pekerjaan yang terjadi setiap tahunnya. Perkiraan baru dari korban di tempat kerja kimiawi, radiasi,
69 tekanan panas, pestisida, dan bahan-bahan toxic lainnya, mendorong lembaga
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
nasional
(National
Institute of Occupational Safety and Health – NIOSH) membuat estimasi bahwa 100.000 pekerja mungkin mati setiap tahunnya karena penyakit (yang ditimbulkan) industri yang seharusnya dapat dicegah. Banyak
pekerja
teknis
yang
gugup
dan
tertekan
oleh
konsekuensi kesehatan yang diduga keras karena bekerja pada pekerjaannya yang sekarang. Sejak di undangkannya undang undang keselamatan dan kesehatan kerja (Occupational Safety and Health act – OSHA) pada tahun 1970, sebagian dari stress yang dialami seseorang telah berkurang. Pencapaian ini dapat ditelusuri dari meningkatnya kesediaan para pengusaha atas ketentuan OSHA tersebut. Tambahan lagi, banyak serikat buruh yang secara antusias mendukung undang undang tersebut. Masalah masih tetap ada, dan pengadilan membebani manajeman dengan tanggung jawab atas stress yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan lingkungan kerja umumnya. Kompensasi imbalan yang ditentukan juri telah meluas. Close-up berikut menggambarkan peranan pengadilan dalam kasus stress pekerjaan. Kita harapkan dimasa yang akan datang peranan pengadilan akan lebih penting. Stressor Individu Stressor pada individu telah diteliti lebih lama dibanding katagori lain konflik peranan (role Conflict) adalah stressor individu yang paling banyak diteliti secara luas. Konflik peranan terjadi bilamana
penyesuaian
terhadap
seperangkat
harapan
tentang
pekerjaan bertentangan dengan penyesuaian terhadap seperangkat harapan lain. Segi-segi konflik peranan mencakup perasaan tidak menentu oleh tuntutan yang berlawanan dari seorang penyelia (supervisor)
tentang
pekerjaan,
dan
mendapat
tekanan
agar
bekerjasama dengan orang yang anda rasa tidak bisa cocok. Tanpa memperhatikan
apakah
konflik
peranan
disebabkan
oleh
70 kebijaksanaan organisasi atau dari orang lain, konflik tersebut dapat menjadi penekan (stressor) yang penting bagi sebagian orang. Khan
dan
kawan-kawan
melaporkan
hasil
suatu
survei
wawancara dari percontoh (sampel) nasional tentang upah dan gaji karyawan pria, bahwa 48 persen dari peserta survei mengalami konflik peranan. Dalam suatu studi dari Goddard Space Flight Center, ditentukan bahwa 67 persen dari karyawan melaporkan beberapa konflik peranan. Studi juga menemukan bahwa para pekerja yang menderita lebih banyak konflik peranan merasakan kepuasan kerja yang rendah dan ketegangan yang lebih tinggi sehubungan dengan pekerjaan. Sangat menarik dicatat, para peneliti juga menemukan bahwa semakin besar kekuasaan atau wewenang dari orang yang mengirimkan pesan konflik peranan, semakin besar ketidak puasan kerja yang diakibatkan oleh konflik peranan. Suatu studi yang lebih besar dan yang berorientasikan medis menemukan bahwa bagi para pekerja ketatalaksanaan (white collar workers) konflik peranan berkaitan
dengan
bacaan
elektrokardiografik
yang
abnormal
(abnormal electrocardiographic readings). Dalam bab 8, perilaku kelompok, kita akan melihat bahwa konflik peranan juga ditemukan dalam
konflik
yang
terjadi
didalam
kelompok.
Agar
mereka
melaksanakan pekerjaan dengan baik, para karyawan memerlukan keterangan
tertentu
yang
menyangkut
tentang
hal-hal
yang
diharapkan untuk mereka lakukan dan hal-hal yang tidak harus mereka lakukan. Karyawan perlu mengetahui hak-hak, hak-hak istimewa, dan kewajiban-kewajiban mereka. Ketaksaan peranan (role ambiquity) adalah kurangnya pemahaman atas hak-hak, hak-hak istimewa, dan kewajiban yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan pekerjaan. Beberapa studi telah menunjukkan persoalan ketaksaan peranan. Dari studi pada Goddard Space Flight Center, para administrator, insinyur, dan ilmuwan mengisi skala stress ketaksaan peranan. Contoh-contoh darah, tekanan darah, dan frekuensi denyut jantung telah diperoleh. Berdasarkan hal-hal itu ditemukan bahwa ketaksanaan peranan secara nyata berkaitan dengan rendahnya
71 kepuasan kerja dan perasaan ancaman dari pekerjaan terhadap kesejahteraan mental dan fisik. Selanjutnya, semakin lebih tidak jelas peranan
seseorang
dilaporkan,
semakin
rendah
pemanfaatan
keahlian intelektual, pengetahuan, keahlian kepemimpinan orang tersebut. Setiap orang pernah mengalami ‘beban layak pekerjaan’ (work overload) pada suatu ketika. Beban lebih tersebut mungkin terdiri atas dua jenis yang berbeda; kuantitatif atau kualitatif. Terlalu banyak harus
melakukan
menyelesaikan
sesuatu
suatu
atau
pekerjaan
tidak
adalah
cukup beban
waktu lajak
untuk
kuantitatif
(quantitatif overload). Dilain pihak beban lajak kualitatif (qualitative overload) terjadi jika individu merasa bahwa ia kurang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan atau standar prestasi terlalu tinggi. Dari sudut pandangan kesehatan, penelitian sejak tahun 1958 menunjukkan bahwa beban lajak kuantitatif dapat menyebabkan perubahan bio kimia, khususnya kenaikan tingkat kolesterol dalam darah. Juga telah dikemukakan bahwa beban lajak sangat berbahaya bagi mereka yang mengalami kepuasan kerja yang sangat rendah. Studi lain menemukan beban lajak dikaitkan dengan menurunnya kepercayaan diri, menurunnya motivasi kerja, dan meningkatnya keabsenan.
Beban
lajak
dapat
juga
tidak
berakibat
langsung
menurunnya kualitas pengambilan keputusan, rusaknya hubungan antar pribadi, dan meningkatnya kecelakaan. Suatu studi menguji hubungan antara beban lajak, beban kurang, dan stress diantara 1.540 eksekutif perusahaan besar. Para eksekutif yang
dilaporkan
memiliki
jenjang
strees
rendah
dan
tinggi
mempunyai lebih banyak masalah medis yang penting. Studi tersebut mengemukakan
bahwa
hubungan
antara
stressor,
stress,
dan
penyakit mungkin kurvalinier. Yaitu, mereka yang mempunyai beban kurang dan mereka yang mempunyai beban lajak mewakili kedua ujung
sebuah
kontinuum,
masing-masing
dengan
masalah
kesehatannya yang penting. Kontinuum beban kurang dan beban
72 lajak tersebut disajikan dalam gambar 7-3. Tingkat stress optimal menyediakan
keseimbangan
yang
terbaik
antara
tantangan,
tanggung jawab, dan imbalan. Setiap jenis tanggung jawab dapat merupakan beban bagi sebagian orang. Jenis tanggung jawab yang berbeda berfungsi sebagai stressor dengan cara yang berbeda pula. Salah satu mengkategorikan variabel ini ialah dalam ukuran tanggung jawab terhadap orang versus tanggung jawab terhadap barang. Juru rawat unit perawatan intensif, ahli bedah syaraf, dan pengawas lalu lintas udara masing-masing mempunyai suatu tanggung jawab yang besar terhadap menusia. Suatu studi mendukung hipotesis bahwa tanggung jawab terhadap manusia menimbulkan stress pekerjaan. Semakin besar
tanggung
jawab
seseorang
dilaporkan,
semakin
besar
kemungkinan orang tersebut banyak merokok, mempunyai tekanan darah
tinggi,
Sebaliknya,
dan
semakin
menunjukkan besar
kenaikan
tanggung
tingkat
jawab
kolesterol.
karyawan
yang
bersangkutan terhadap barang, semakin rendah pula indikator tersebut. Stressor Kelompok Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan antar kelompok. Terdapat banyak karakteristik kelompok yang menjadi stressor kuat bagi sebagian individu. Sejumlah ahli ilmu perilaku telah mengemukakan bahwa hubungan yang baik diantara anggota suatu kelompok kerja merupakan faktor sentral bagi kesejahteraan individu. Hubungan yang buruk mencakup rendahnya kepercayaan, rendahnya dukungan, dan rendahnya minat untuk mendengarkan dan mencoba menanggulangi masalah yang dihadapi seorang karyawan. Studi dibidang ini telah mencapai kesimpulan yang sama : ketidak percayaan terhadap rekan kerja berkaitan secara positif terhadap tingginya ketaksaan peranan, yang menjurus pada kurangnya komunikasi diantara orang-orang dan kepuasan kerja yang rendah. Stressor Keorganisasian
73 Masalah dalam mempelajari stressor keorganisasian ialah pengidentifikasian stressor yang paling penting. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dianggap sebagai bagian pekerjaan yang penting didalam organisasi bagi sebagian individu. “Partisipasi” menunjukkan tingkat dimana pengetahuan, pendapat, dan ide seseorang diikut sertakan dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi dapat menyebabkan stress. Sebagian orang merasa frustasi
dengan
penangguhan
yang
sering
dikaitkan
dengan
partisipasi dalam pengambilan keputusan. Yang lainnya mungkin memandang
bahwa
ikut
serta
dalam
pengambilan
keputusan
merupakan ancaman terhadap hak-hak tradisional seorang penyelia atau manajer yang mempunyai hak untuk mengambil keputusan akhir. Struktur organisasi merupakan stressor lain yang jarang diteliti. Studi yang dilakukan terhadap pramuniaga menguji dampak tatanan tinggi (struktur birokratis), medium, dan datar (struktur yang kurang kaku) atas kepuasan kerja, stress, dan prestasi. Studi tersebut menganjurkan bahwa pramuniaga dari tatanan yang strukturnya kurang birokratis kurang mengalami stress, lebih banyak mengalami kepuasan kerja, dan berprestasi lebih efektif dibandingkan dengan pramuniaga dari struktur medium dan tinggi. Sejumlah penelitian telah menguji hubungan antara tingkat organisasi dengan dampak kesehatan. Sebagian besar penelitian ini mengajukan gagasan bahwa resiko terkena masalah kesehatan seperti
jantung
koroner
meningkat
sejalan
dengan
tingkatan
organisasi. Akan tetapi, tidak semua peneliti mendukung gagasan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki organisasi, semakin besar resiko kesehatannya. Suatu studi dari karyawan Du Pont menemukan kejadian penyakit jantung berhubungan secara terbalik dengan tingkat gaji. Sifat dari klasifikasi yang digunakan dalam studi tersebut menimbulkan
kebingungan
tentang
hasilnya.
Sekarang
kecenderungannya adalah mengkaji komponen-komponen pekerjaan
74 yang penting lebih mendalam, sebagai cara untuk menjelaskan dampak stress. Sebagai contoh, beberapa studi telah mencoba menilai apakah meningkatnya ketidak aktifan atau intelektualitas dan tuntutan
emosional
pekerjaan
berakibat
besar
terhadap
meningkatnya resiko penyakit jantung koroner. Studi terdahulu menyumbang terhadap bentuk analisis dalam arti bahwa studi itu menemukan bahwa pengemudi bus kota (pekerjaan terus duduk) dan kondektur (pekerjaan aktif) mengidap penyakit jantung koroner lebih tinggi dibanding rekannya di daerah pinggiran kota. Lebih banyak lagi penelitian yang diperlukan untuk menentukan apakah tuntutan pekerjaan emosional lebih kuat dibandingkan dengan ketidak aktifan dalam menjelaskan kejadian masalah kesehatan. Kita hanya mempertimbangkan percontoh yang kecil dari sejumlah besar riset keperilakuan dan medis yang tersedia tentang stressor, stress, dan kaitan dampaknya. Keterangan yang diperoleh berlawanan dalam beberapa kasus, seperti riset keorganisasian lainnya. Akan tetapi, apa yang diperoleh mengisyaratkan sejumlah hal penting, yaitu : 1. Terdapat hubungan antara stressor di tempat kerja dengan perubahan fisik, psikologis, dan emosional seseorang. 2. tanggapan yang adaptif terhadap stressor di tampat kerja telah diukur dengan penilaian diri, penilaian prestasi, dan tes bio kimia. Lebih banyak lagi pekerjaan harus dilakukan untuk mengukur stress secara tepat di tempat kerja. 3. Tidak terdapat daftar urutan stressor yang berlaku secara universal. Setiap organisasi mempunyai perangkat keunikan tersendiri yang harus diteliti. 4. Perbedaan individu menunjukkan mengapa stressor yang sama yang mengganggu dan tidak dapat ditanggulangi seseorang bersifat menantang terhadap orang lainnya. Moderator Stressor mengakibatkan tanggapan berbeda dari orang yang berbeda. Sebagian orang lebih mampu mengatasi suatu stressor
75 dibandingkan yang lain, mereka dapat mengadaptasikan perilaku mereka sedemikian rupa sesuai dengan arah stressor. Dipihak lain, sebagian orang dipengaruhi oleh stress, yaitu mereka tidak dapat beradaptasi dengan stressor. Model yang disajikan dalam gambar 7-2 menunjukkan bahwa berbagai faktor menengahi hubungan antara stressor dan stress. Moderator adalah suatu kondisi, perilaku, atau karakteristik yang memenuhi syarat hubungan natara kedua variabel. Dampaknya mungkin
menguatkan
atau
melemahkan
hubungan
tersebut.
Hubungan antara jumlah liter bensin yang digunakan dengan total kilometer
yang
dilalui,
dipengaruhi
oleh
variabel
kecepatan
(moderator). Demikian juga halnya, kepribadian seseorang dapat menengahi atau mempengaruhi tingkat individu mengalami stress sebagai konsekuensi terjadinya hubungan dengan stressor tertentu. Pola Perilaku Tipe A (Type A Behavior Pattern – TABP) Penyakit jantung dan pembulu darah adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Hampir 1 juta orang Amerika meninggal karena penyakit jantung dan pembulu darah setiap tahun, dan lebih 40 juta orang Amerika dijangkiti bentuk tertentu dari penyakit tersebut. Pada tahun 1950, dua ahli kardiologi dan peneliti, Meyner Friedman dan Ray Rosenman, menemukan apa yang kemudian mereka sebut Pola Perilaku Tipe A (TABP). Mereka meneliti kepustakaan medis dan menemukan bahwa faktor-faktor resiko koroner tradisional seperti diet kolesterol, tekanan darah, dan keturunan tidak sepenuhnya dapat menerangkan atau meramalkan penyakit jantung koroner (CHD-coronary heart disease). CHD adalah nama yang diberikan untuk penyakit jantung dan pembulu darah yang dicirikan oleh kurangnya pasok (suplai) oksigen ke dalam jantung. Faktor-faktor lain nampaknya memainkan peranan utama dalam CHD. Melalui wawancara dan penelitian dengan pasien, mereka mulai menyingkap suatu pola atau ciri-ciri perilaku. Orang-orang TABP mempunyai karakteristik sebagai berikut :
76 ♦ Berjuang secara kronis untuk menyelesaikan sebanyak mungkin dalam waktu yang paling singkat. ♦ Bersifat agresif, ambisius, bersaing, dan memaksakan. ♦ Berbicara secara eksplosif, sangat mendorong orang lain supaya menyelesaikan hal-hal yang mereka katakan. ♦ Tidak sabaran, tidak suka menunggu, karena menunggu membuang-buang waktu ♦ Terbenam dengan target dan berorientasi kerja ♦ Selalu bergulat, dengan orang, benda, dan kejadian-kejadian. Sebaliknya, individu Tipe B bebas dari karakteristik tipe A dan umumnya tidak merasakan tekanan konflik waktu atau orang. Tipe B mungkin
mempunyai
dorongan
yang
sungguh-sungguh,
ingin
menyelesaikan sesuatu dan bekerja keras. Orang tipe B mempunyai corak kepercayaan diri yang memungkinkannya bekerja dengan kecepatan yang tetap (steady pace) dan tidak berpacu dengan waktu. Tipe A diumpamakan sebagai kuda paduan dan tipe B sebagai kurakura. Sebagai ahli kardiologi, Friedman dan Rosenman mengamati berbagai pasien koroner, yang kebanyakan bertipe A. suatu kejadian membuka tabir bagi mereka mengenai jenis individu tipe A tersebut. Mereka memanggil seorang tukang untuk membetulkan bangku dan kursi di ruang tamu rumah sakit. Setelah mengamati kursi itu, tukang tersebut bertanya bidang yang mereka geluti sebagai dokter. Mereka memberitahunya bahwa mereka adalah ahli penyakit jantung. Tukang tersebut menceritakan kepada mereka bahwa ia melihat sesuatu yang ganjil dari kerusakan perabotan kursi kantor. Hanya ujung depan dari setiap tempat duduk yang rusak. Friedman dan rosenman mengartikan hal itu sebagai petunjuk ketidaksabaran pasien mereka yang duduk pada ujung tempat duduk mereka untuk menemui dokter. Tipe A cenderung untuk berbuat seperti itu sementara menunggu dengan tidak sabat di sebuah kantor. Sejak karya awal dari Friedman dan Rosenman tentang TABP, sejumlah penelitian telah menemukan hal tersebut sebagai praduga
77 awal suatu CHD. Tinjauan kepustakaan dan penelitian baru-baru ini sangat menyerankan bahwa individu tipe A mempunyai kira-kira dua kali resiko kejangkitan CHD ketimbang individu tipe B. selanjutnya faktor resiko dua kali lipat untuk orang tipe A tersebut merupakan pengaruh bebas terhadap faktor resiko koroner tradisional. Kelompok Studi Western Collaborative. Studi jangka panjang yang disebut studi Western Collaborative dimulai pada awal tahun 1960-an. Studi ini menggunakan lebih dari 3000 karyawan 11 perusahaan. Studi ini merupakan contoh yang sangat baik dari beberapa penelitian yang pernah dikerjakan untuk mempelajari TABP. Subyeknya (semua pria, berumur antara 39 sampai 59 tahun) bebas dari penyakit jantung pada awal studi tersebut. Setiap tahun mereka menjalani pemeriksaan fisik dan pola perilaku mereka dinilai. Data
kelanjutan
pertama
dilaporkan
setelah 2
½
tahun
kemudian. Dari percontoh aslinya, 70 peserta menderita penyakit jantung dan 77 persen dari mereka bertipe A (dibandingkan dengan 50 persen dari seluruh percontoh). Bagi subyek yang berusia muda, TABP bersifat pendugaan. Dari kelompok umur 39 – 49 tahun, pria tipe A mengalami 6½ kali kejadian penyakit jantung dibandingkan dengan tipe B. 4½ kemudian perolehan data mencakup 133 peserta yang terkena penyekit jantung. Adanya hubungan yang diduga antara masalah koroner dan perilaku tipe A masih berlaku. Dari data tahun ke delapan juga ditemukan, bahwa pria tipe A mempunyai tingkat kejangkitan penyakit jantung dua kali lebih tinggi dari pria tipe B. Ukuran Tipe A (Type A Measurement). Beberapa metode telah dikembangkan untuk menilai TABP. Skala laporan diri dan prosedur wawancara Friedman wawancara
berstruktur dan
adalah
Rosenman
berstruktur
metode
sangat
(terarah).
yang
sangat
menganjurkan Sebagai
contoh,
populer.
penggunaan orang-orang
ditanya tentang reaksi mereka bekerja dengan seorang rekan yang lamban dan tentang keharusan menunggu pada antrian yang panjang. Pewawancara juga mengajukan pertanyaan yang sifatnya menantang, menilai suara, gaya bahasa, perilaku yang nonverbal,
78 dan isi verbal. Skala laporan diri yang digunakan secara luas ialah skala 10 pokok Tipe A Framingham dan skala 50 pokok Survei Kegiatan Jenkins (Jenkins Activity Survey). Wawancara berstruktur dari Framingham dan Jenkins mengukur semua yang nampak sebagai dapat dipercaya. Di pihak lain, kaitan di antara ketiga ukuran tersebut, yang diharapkan mengukur kerangka yang sama, kurang mengesankan. Jadi, tidak benar mengasumsikan bahwa ukuran Tipe A yang sangat populer tersebut menilai aspek pola perilaku yang sama. Individu Tipe A sanat Rentan (Susceptible Type A Individuals). Riset sedang dilakukan untuk menentukan perbedaan individu yang dihubungkan dengan kecenderungan Tipe A. terdapat beberapa indikasi bahwa TABP berkaitan dengan umur. Dalam suatu studi terhadap pria dan wanita ditemukan bahwa orang yang lebih tua, setengah dari percontoh tersebut, mempunyai rata-rata skor Tipe A yang lebih rendah. Dalam studi lain yang setupa, kelompok umur 36 – 55 tahun mempunyai kecenderungan Tipe A yang sangat kuat. Beberapa riset telah menemukan bahwa TABP lebih merata di kalangan pria dibandingkan wanita. Akan tetapi, jika wanita lebih banyak memasuki angatan kerja dan peranan non tradisional untuk mereka (misalnya manajemen tingkat atas, direktur proyek, insinyur riset,
bantuan
hukum),
maka
diperkirakan
bahwa
TABP
akan
meningkat secara umum di kalangan wanita. Bahkan sekarangpun studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara TAPB wanita dengan serangan penyakit jantung koroner. Suatu studi menunjukkan hasil yang menarik bahwa wanita pekerja menunjukkan skor maksimum antara umur 30 dan 35 tahun, berbeda dengan pria. Para peneliti mengemukakan bahwa uncak umur ini disebabkan oleh kenyataan bahwa lebih banyak wanita Tipe B yang cenderung meninggalkan pekerjaan mereka dan justru wanita Tipe A yang cenderung melanjutkan karier mereka. Hingga
sekarang,
riset
tentang
TABP
sebagian
besar
menunjukkan hubungan antara TABP dengan CHD, tetapi hubungan tersebut tidak sebagai sebab dan akibat. Jadi, pendugaan yang khas
79 untuk sementara tidak dapat diperkirakan. Selanjutnya, hanya sedikit studi yang memusatkan perhatian tentang wanita, dan jelasnya tidak satupun riset yang telah menguji tingkat dimana perilaku Tipe A menimbulkan faktor resiko diantara orang kulit hitam, orang Amerika keturunan Meksiko, dan penduduk minoritas lainnya. Selain itu juga ada kritik terhadap metode yang digunakan untuk mengklasifikasi orang atas Tipe A atau Tipe B. kritik ini mengatakan bahwa sistem klasifikasi yang digunakan didasarkan atas ukuran yang salah dan kesimpulan yang subyektif. Bukti-bukti yang terkumpul dalam hal ini sangat menunjukkan bahwa para manajer yang mencoba menanggulangi stress harus memperhitungkan
TABP
dalam
penilaian
mereka.
Kegagalan
menyertakan TABP mengabaikan beberapa riset antar disiplin yang lebih
baik
(keperilakukan
dan
kedokteran)
yang
telah
diselenggarakan selama 25 tahun terakhir. Dari semua moderator yang dapat atau yang harus dimasukkan dalam suatu model stress, TABP
nampaknya
menjadi
salah
satu
moderator
yang
paling
menyakinkan sebagai pertimbangan tambahan. Peristiwa Perubahan dalam Hidup Ada promosi yang wajar bahwa jika individu mengalami perubahan yang sangat menegangkan dalam kehidupannya, hal itu akan
mempengaruhi
kesehatannya.
Karya
riset
dalam
hal
ini
membangkitkan minat usulan yang diprakarsai oleh Holmes dan Rahe. Karya mereka mengarah pada penyusunan jadwal kejadian hidup yang terakhir (schedule of Recent Life Events), jadwal tersebut dalam versi mutakhirnya berjudul Skala Penilaian Penyesuaian Sosial Kembali (Social Readjustment Rating Scale – SRRS). Melalui riset dan analisis, Holmes dan Rahe mengukur timbangan SRRS. Seseorang diminta untuk menunjukkan kejadian-kejadian dalam daftar yang telah dialaminya dalam 12 bulan terakhir. SRRS tersebut disajikan dalam tabel 7-1. Holmes dan Rahe menemukan bahwa individu yang melaporkan satuan perubahan kehidupan total 150 angka atau kurang umumnya
80 mempunyai kesehatan yang baik pada tahun berikutnya. Akan tetapi, mereka yang melaporkan satuan perubahan kehidupan total antara 150 dan 300 angka mempunyai kemungkinan 50 persen mendapat penyakit yang serius pada tahun berikutnya. Dan diantara individu yang mempunyai skor 300 atau lebih, paling sedikit mempunyai kemungkinan 70 persen terserang penyakit gawat tahun berikutnya. Hubungan yang ditemukan antara skor kejadian perubahan kehidupan dan masalah kesehatan pribadi tersebut belum sangat besar. Dari kebanyakan studi, korelasi antara skor total dan masalah kesehatan utama pada tahun berikutnya relatif rendah. Tentu saja banyak
individu
yang
dihadapkan
pada
perubahan
kehidupan
menunjukkan tidak adanya masalah kesehatan secara mutlak. Mereka
cukup
tangguh
menghadapi
konsekuensi
perubahan
kehidupan. Kobasa mengemukakan bahwa individu yang mengalami skor satuan perubahan kehidupan yang tinggi tanpa menjadi sakit mungkin berbeda kepribadiannya dari individu yang kemudian mempunyai masalah kesehatan. Ia menunjuk kepribadian tersebut sebagai “ketabahan”. Individu dengan kepribadian yang tabah nampak memiliki tiga karakteristik yang penting. Pertama, mereka percaya
bahwa
dihadapinya. terhadap
mereka
Kedua,
aktivitas
dapat
mengendalikan
mereka
benar-benar
dalam
kehidupannya.
kejadian
bertanggung Ketiga,
yang jawab
mereka
memperlakukan perubahan dalam kehidupan mereka sebagai suatu tantangan.
81 Tabel 7-1 Skala Penilaian Penyesuaian Sosial Kembali Peringka t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Kejadian Kehidupan Kematian Istri/suami Perceraian Pernikahan pisah Menjalani hukuman penjara Kematian anggota keluarga dekat Kecelakaan probagi atau sakit Perkawinan Dipecat dari pekerjaan Rujuk perkawinan Pensiun Perubahan kesehatan anggota keluarga Kehamilan Kesukaran dalam sex Kehadiran anggota keluarga baru Penyesuaian usaha kembali Perubahan keadaan keuangan Kematian teman dekat Perubahan jalur kerja Perubahan dalam perbedaan pendapat dengan istri/suami Menggadaikan lebih dari $ 10000 Melunasi barang yang digadaikan/pinjaman Perubahan tanggung jawab kerja Anak meninggalkan rumah Mendapat kesukaran dengan mertua Prestasi pribadi luar biasa Istri mulai/berhenti bekerja Mulai/berakhir sekolah Perubahan kondisi kehidupan Perbaikan kebiasaan pribadi Kesukaran dengan atasan Perubahan jam kerja dan kondisinya Perubahan tempat tinggal Perubahan sekolah Perubahan rekreasi Perubahan kegiatan keagamaan Perubahan kegiatan sosial Gadaian/pinjaman kurang dari 10000 Perubahan kebiasaan tidur Perubahan jumlah anggota keluarga yang kumpul Perubahan kebiasaan makan Liburan Natalan/lebaran Pelanggaran kecil atas peraturan
Nilai Ratarata 100 73 65 63 63 53 50 47 45 45 44 40 39 39 39 38 38 36 35 31 30 29 29 29 28 26 26 25 24 23 20 20 20 19 18 18 17 16 15 15 13 12 11
Jumlah stress kehidupan yang dialami seseorang dalam periode waktu tertentu, umpama satu tahun, diukur dengan jumlah total
82 satuan perubahan kehidupan (LCU). Satuan Atribut berasal dari penjumlahan nilai (lihat kolom kanan) dihubungkan dengan kejadian yang dialami orang tersebut selama periode waktu yang ditentukan. Dalam suatu studi jangka panjang untuk menguji ketiga karakteristik teori ketabahan, para manajer diteliti dalam periode lebih dari dua tahunan. Studi tersebut menemukan bahwa semakin para manajer memiliki karakteristik ketabahan, semakin kecil dampak negatif satuan perubahan kehidupan atas kesehatan pribadi. Ketabahan tampil sebagai penyangga dampak negatif perubahan kehidupan. Dukungan Sosial (Social Support) Berbagai kepustakaan meninjau kaitan antara dukungan sosial dengan banyak aspek, seperti kesehatan, penyakit, dan kualitas kehidupan. Kepustakaan menawarkan sejumlah definisi tentang dukungan
sosial.
Beberapa
dari
definisi
tersebut
memusatkan
perhatian dan pertukaran informasi atau material, tersedianya suatu kepercayaan, dan kepuasan kebutuhan sosial dasar. Dukungan Sosial didefinisikan sebagai kesenangan, bantuan, atau keterangan yang diterima seseorang melalui hubungan, formal dan informal dengan yang lain atau kelompok. Definisi ini berlaku bagi rekan sekerja
yang
mendengarkan
kegagalan
seorang
temannya
memperoleh promosi, sekelompok pekerja yang baru diberhentikan saling tolong menolong mencarikan pekerjaan baru, atau seorang karyawan yang berpengalaman membantu seseorang yang baru mempelajari suatu pekerjaan. Dukungan sosial telah diartikan sebagai sejumlah orang dengan siapa ia berinteraksi, frekuensi hubungan dengan orang lain, atau persepsi individu tentang kecukupan hubungan antar pribadi. Jumlah riset terbatas yang menggunakan pengertian itu mengemukakan bahwa dukungan sosial melindungi atau menyangga individu dari konsekuensi negatif stressor. Suatu studi menunjukkan interaksi yang penting antara dukungan sosial dan stress kerja bagi para pekerja pabrik. Dukungan rekan sekerja menengahi hubungan antara konflik peranan dan keluhan kesehatan. Semakin tinggi dukungan sosial
83 tersebut dilaporkan, semakin sedikit keluhan tentang kesehatan yang dilaporkan. Bukti terbaik hingga sekarang tentang pentingnya dukungan sosial berasal dari kepustakaan tentang rehabilitasi, penyembuhan, dan adaptasi terhadap penyakit. Sebagai contoh, hasil-hasil yang baik telah diperoleh dalam program penanggulangan alkohol jika keluarga orang yang ketagihan alkohol tersebut memberi dukungan moral. Pemanfaatan manajerial tentang riset dukungan sosial mengurangi stress, akan diperluas jika lebih banyak lagi diselenggarakan riset berdasarkan keorganisasian.
III. Penutup 3.1
Evaluasi :
A. Studi kasus Close-Up organization “Gang satu orang dari DEC” B. Studi kasus Close-Up organization “stress pekerjaan merupakan masalah hukum” Daftar Pustaka: Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid
A.
1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT.Prehallindo, Jakarta. C.
------------------, 1994, Teori Organisasi:
Struktur,
Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano. E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke
84 Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change YOUR CHANGE DNA
dan
RE-CODE
Bab VI. Perilaku Individu – Program Organisasi untuk Menanggulangi Stress I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Singkat Bab 6 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain program organisasi yang harus dilakukan dalam menanggulangi stress ditempat kerja. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa memahami dan menjelaskan kembali tentang
program
organisasi
yang
seharusnya
dilakukan
untuk
menggulangi stress ditempat kerja.
II. Penyajian 2.1 Program Organisasi Untuk Menanggulangi Stress Seorang manajer yang arif tidak pernah mengabaikan masalah pergantian karyawan dan keabsenan, penyalagunaan obat-obatan di tempat kerja, penurunan prestasi, penurunan kualitas produksi, atau setiap tanda yang menunjukkan bahwa sasaran prestasi organisasi tidak dicapai. Manajer yang efektif memandang kejadian ini sebagai gejala dan melihat di belakang gejala tersebut untuk mengidentifikasi
85
dan
mengoreksi
sebab-sebab
yang
mendasarinya.
Namun,
kebanyakan manajer masa kini masih mencari kemungkinan sebabsebab tradisional seperti jeleknya pelatihan (training), peralatan yang rusak, atau tidak memadainya instruksi tentang hal-hal yang perlu dikerjakan. Dari semua kemungkinan tersebut, stress tidak termasuk dalam urutan daftar kemungkinan masalah. Jadi, langkah yang paling pertama dari program penanggulangan stress ialah mengakui bahwa stress itu ada, sehingga langkah tersebut masih tetap didalam batas yang dapat ditolerir. Setiap program intervensi untuk mengatasi stress harus menentukan
86
87 lebih dahulu ada tidaknya stress dan penyebab keberadaannya. Beberapa contoh program keorganisasian akan disajikan dalam bagian ini. Analisis Peranan dan Kejelasannya Bagaimana kayawan melihat pekerjaan tersebut. Apakah jelas? Apakah yang diharapkan dari saya? Dapatkah saya melaksanakan pekerjaan
dengan
baik
untuk
memenuhi
harapan
tersebut?
Pertanyaan ini dan pertanyaan serupa lainnya menekankan peranan yang diharapkan dari seseorang. Telah dikemukakan bahwa jika stress berlebihan mundul dalam suatu peranan, manajemen dapat memprakarsai tanggapan yang adaptif. Tiga tanggapan semacam itu ialah : merumuskan peranan orang yang bersangkutan, mengurangi beban
peranan
berlebihan
dengan
mendistribusikan
kembali
pekerjaan, dan memberlakukan prosedur mengurangi stress jika hal itu terjadi (misalnya mengijinkan karyawan mengadakan pertemuan dengan meraka yang menyebabkan masalah sehingga penyelesaian dapat dilakukan). Masing-masing
metode
tersebut
mencoba
meningkatkan
kesesuaian antara orang pada suatu peranan tertentu dengan pekerjaan atau lingkungan organisasi. Logika yang sama digunakan dalam
program
Pemerkayaan
pemerkayaan
pekerjaan
pekerjaan
melibatkan
(job
perumusan
enrichment). dan
penataan
kembali suatu pekerjaan untuk membuat pekerjaan tersebut lebih bermanfaat, menantang dan secara intrinsik mengandung imbalan (lihat
bab
13).
Dalam
masalah
stress
pekerjaan,
sasaran
pemerkayaan pekerjaan ialah untuk membuat pekerjaan itu lebih merangsang dan menantang. Pemegang pekerjaan harus diberi tugas yang secara intrinsik berimbalan, dan kesesuaian antara orang yang bersangkutan dengan pekerjaan akan membuahkan hasil. Program Perusahaan yang Luas Program penanggulangan stress dapat ditawarkan atas dasar yang
luas
pada
perusahaan.
Beberapa
program
memusatkan
perhatian pada masalah-masalah tertentu : program penanggulangan
88 masalah alkohol dan penyelagunaan obat-obatan, program relokasi pekerjaan, program penyuluhan karier, dan sebagainya. Program yang lainnya lebih bersifat umum : Program Kesehatan Emosional dari Egniable Life (the emotional Health program of Equitable life), Pusat bantuan Karyawan pada B.F. Goodrich, Program evaluasi Kesehatan pada the Illionis Bell, dan Pelayanan Kesehatan Khusus pada the Catterpillar Tractor. Pada mulanya dipakai nama seperti kesehatan mental. Akan tetapi, untuk menghindari pengertian penyakit psikiatrik yang serius, perusahaan telah mengubah nama program mereka. Nama yang populer sekarang ialah manajemen stress. Dua program cikal bakal manajemen
stress
yang
sering
digunakan
ialah
klinis
dan
keorganisasian. Yang pertama diprakarsai oleh perusahaan dan memusatkan
perhatian
atas
masalah-masalah
individu.
Yang
berikutnya menyangkut unit atau kelompok dalam angkatan kerja dan memusatkan perhatian atas masalah-masalah kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Program Klinis. Program ini penanggulangannya didasarkan atas pendekatan medis tradisional. Beberapa unsur dari program tersebut mencakup: Diagnosis. Orang yang mempunyai masalah meminta pertolongan. Orang atau petugas pada unit kesehatan karyawan mencoba mendiagnosis masalah. Pengobatan
(treatment).
Disediakan
penyuluhan
atau
terapi
dorongan. Jika staf dalam perusahaan tidak dapat menolong, karyawan
tersebut
dianjurkan
berkonsultasi
kepada
ahli
di
lingkungan tersebut. Penyaringan (screening). Pemeriksanaan individu secara berkala dalam
pekerjaan
yang
penuh
ketegangan
diadakan
untuk
menditeksi indikasi masalah secara dini. Pencegahan (prevention). Pendidikan dan bujukan dilakukan untuk menyakinkan karyawan yang mempunyai pekerjaan dengan resiko
89 besar bahwa sesuatu harus dilakukan untuk menolong mereka menanggulangi stress. Program klinis harus ditangani oleh orang yang berwenang jika dimaksudkan untuk menyediakan kemanfaatan. Kepercayaan dan rasa
hormat
harus
ditanamkan
untuk
memanfaatkannya.
Ini
dimungkinkan jika ada staf yang memenuhi syarat untuk melakukan diagnosis, pengobatan, penyaringan, dan pencegahan. Salah satu contoh dari program manajemen stress suatu perusahaan disarikan dalam Close-up berikut : Pendekatan Individual Terhadap Stress Terdapat
juga
berbagai
pendekatan
individual
untuk
menanggulangi stress. Untuk mengetahui ini orang harus pergi ke toko buku dan cari pada bagian peningkatan diri. Bahan-bahan tentang hal ini ditempatkan tersendiri dengan sejumlah buku tentang “cara” mengurangi stress. Kami telah memilih sedikit saja metode yang populer untuk mengatasi stress individu. Metode tersebut dipilih karena : (1) tersedia riset tentang dampaknya, (2) metode tersebut dikutip secara luas baik oleh media ilmiah maupun media populer, dan (3) evaluasi yang jelas secara ilmiah tentang keefektifannya sedang dilakukan. Pengenduran (Relaxation) Seperti halnya stress merupakan tanggapan adaptif dari tubuh, juga ada tanggapan adaptif anti stress, “tanggapan pengenduran“ (relaxation respons) Benson melaporkan bahwa dalam tanggapan ini otot yang tegang menurun, denyut jantung dan tekanan darah menurun, dan nafas perlahan-lahan. Stimulus yang diperlukan untuk menghasilkan pengunduran mencakup (a) lingkungan yang sunyi, (b) mata tertutup, (s) posisi tubuh yang menyenangkan, (d) proses mental yang berulang. Meditasi (Meditation) Salah satu bentuk meditasi yang menarik minat orang banyak disebut
meditasi
transedental
(transcedental
meditation-TM).
Penemunya ialah Maharishi Mahesh Yogi, yang merumuskan bentuk
90 meditasi ini sebagai pengalihan perhatian kepada tingkat pikiran yang dalam sampai pikiran menjangkau pengalaman keadaan pikiran yang paling dalam dan sampai pada sumber pikiran itu sendiri. Prosedur dasar yang digunakan TM adalah sederhana, tetapi dampak yang ditimbulkan sangat ekstensif. Seseorang duduk tenang dengan mata tertutup dan mengucapkan mantera khusus sekitar 20 menit, dua kali sehari. Studi yang ada menunjukkan bahwa praktek TM berkaitan dengan menurunnya denyut jantung, konsumsi oksigen, dan tekanan darah. Biofeedback Individu dapat diajari mengendalikan berbagai proses tubuh secara internal dengan suatu teknik yang disebut biofeedback. Dalam teknik ini perubahan kecil dalam tubuh atau otak, dideteksi, dibesarkan dan diperagakan terhadap orang yang bersangkutan. Teknologi rekaman dan komputer yang canggih memungkinkan seseorang untuk mengamati perubahan kecil dalam denyut jantung, tekanan darah, suhu, dan pola gelombang otak yang secara normal tak dapat diamati. Sebagian besar dari proses tersebut dipengaruhi oleh stress. Proses biologis terus menerus disediakan bagi individu oleh balikan (feedback), yang ia terima. Orang itu dapat memantau (memonitor) apa yang terjadi secara biologis. Kemampuan untuk memperoleh pengertian dan pengendalian yang sebenarnya atas tubuh dapat mengarah kepada perubahan penting. Meskipun hasil dari studi riset yang umumnya dirancang dengan
sangat
baik,
individu
yang
menggunakan
peralatan
biofeedback harus tetap hati-hati. Kemungkinan rata-rata karyawan tidak dapat mengubah setiap proses biologis tanpa pelatihan yang cukup Pendekatan individu dan keorganisasian telah digunakan dalam usaha memodifikasi pola perilaku Tipe A. ingat kembali Perdebatan Isyu Organisasi pada pembukaan bab ini, bahwa argumentasi kontra terhadap posisi tersebut ialah bahwa sebagian individu cocok menjadi
91 Tipe A. Pendekatan yang digunakan untuk mengubah seseorang dari tipe A agar lebih bertipe B sampai sekarang belum berhasil.
III. Penutup 3.1 Evaluasi : ♦
Studi kasus Close-Up organization “Program Manajemen
Stress di Kaiser Permante” Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano. E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
92 J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya.
Organisasi, Edisi Revisi,
K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change YOUR CHANGE DNA .
dan RE-CODE
Bab VII. Perilaku Kelompok I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Singkat Bab 7 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain perilaku kelompok, alasan pembentukan kelompok, dasar daya tarik antar orang. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa memahami dan menguraikan tentang perilaku kelompok.
II. Penyajian 2.1 Perilaku Kelompok Manusia adalah makluk individu sekaligus mahluk sosial. Dalam studi perilaku organisasi kelompok merupakan salah satu analisis yang lain : individu dan organisasi. Pemahaman perilaku kelompok akan membantu manajer untuk dapat bermanfaat secara efektif bagi pencapaian organisasi. Kelompok (group) didefinisikan sebagai kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa
93
sehingga perilaku dan atau kinerja (performance) dari seseorang dipengaruhi oleh perilaku/kinerja anggota yang lain (Shaw, 1976) Dasar daya tarik antar orang : ♦
Kesempatan
untuk
berinteraksi
(physical
distance,
arhitecture and psychological distance) ♦
Status (pekerjaan, perkawinan, jabatan, sosek)
♦
Kesamaan latar belakang (usia, jenis kelamin, agama, ras, kebangsaan, status sosial ekonomi)
94
95 Teori Pembentukan Kelompok : ♦ Teori kedekatan (propinquity) – menjelaskan tentang adanya situasi diantara orang-orang tertentu. Arti teori kedekatan ini adalah bahwa seseorang berhubungan dengan orang lain karena kedekatan ruang dan daerah (spatial and geographical proximity) ♦ Teori George Homans – Semakin banyak aktivitas dilakukan seseorang dengan orang lain (shared), semakin beraneka interaksi semakin kuat tumbuhnya sentimen; semakin banyak interaksi semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentimen pada orang lain; semakin banyak aktivitas dan sentimen ditularkan semakin banyak interaksi. ♦ Teori keseimbangan (a balance theory of goup formation) seseorang tertarik pada yang lain karena kesamaan sikap (nilai sikap yang sama : agama, politik, gaya hidup, perkawinan, pekerjaan, otoritas) ♦ Teori alasan praktis (Practicalities of group formation) – alasan ekonomi, keamanan, alasan sosial. Sedangkan
fase
pembentukan
kelompok
pada
dasarnya
merupakan suatu rangkaian proses yang dinamis terdiri dari, (Nimran, 1999:23) Forming (pembentukan), Storming (merebut hati, Norming (pengaturan
norma),
Performing
(melaksanakan),
Adjourning
(pengakhiran). Alasan Perlunya Kelompok : -
Rasa
aman
(keamanan);
dengan
kelompok
mengurangi rasa tidak aman karena berdiri sendiri. Contoh : Serikat Pekerja, dan lain-lain -
Status
dan
harga
diri;
ada
perasaan
peningkatan status dan harga diri karena mengikuti kelompok. Contoh : menjadi anggota klub ekslusif. -
Interaksi
dan
Afiliasi;
menikmati
interaksi
teratur dengan orang lain dan mendapatkan kepuasan dari interaksi tersebut. Contoh: istri orang kaya yang tetap mau menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta.
96 Kekuatan
-
:
dengan
kelompok
perjalanan/perjuangan menjadi lebih kuat dibandingkan dengan berjuang sendirian. Pencapaian Tujuan : dengan kelompok tujuan
-
lebih mudah dicapai daripada seorang diri. Keuntungan
maka
orang-orang
bersama
(mutual
yang
bersama: terlibat
benefits).
dengan
mendapatkan
Contoh
:
koperasi,
berkelompok, keuntungan persekutuan
dagang. -
Kedekatan
Fisik:
orang
berkelompok
karena
kedekatan jarak (phisycal proximity). Contoh : RT, RW, dan lainlain.
97 Bentuk Kelompok : ♦
Kelompok primer
♦
Kelompok formal dan informal
♦
Kelompok terbuka dan tertutup
♦
Kelompok referensi
♦
Panitia (segi + panitia adalah pertimbangan
bisa lebih luas, mengurangi konflik dan meningkatkan koordinasi, saran memotivasi permasalahan kelompok; segi – panitia adalah menghamburkan waktu, biaya sering digunakan alat berlingdung dari pertanggungjawaban seseorang, keputusan sering merupakan kompromi yang acap didominasi seseorang/kelompok kecil) Beberapa masalah yang sering terjadi dalam dinamika kelompok (Nimran, 1999 : 24-25): Kepemimpinan, Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, komunikasi, Konflik.
III. Penutup 3.1 Evaluasi : 1. Apa pengertian kelompok menurut saudara. 2. Jelaskan dasar daya tarik antar orang? 3.
Apa alasan pembentukan kelompok dan masalah apa yang terjadi dalam dinamika kelompok
98 Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Behavior, Structure, Process, BPI, Plano.
Organization
E. -------------------, et.al., 1997, Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Organisasi,
:
Alih
F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change YOUR CHANGE DNA
dan RE-CODE
Bab VIII. Perilaku Kelompok – Perilaku Antar Kelompok dan Manajemen Konflik
I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Singkat Bab 8 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain perilaku kelompok dalam kaitannya dengan perilaku antar kelompok dan manajemen konflik. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa memahami dan menguraikan serta memberikan alternatif soluisi bagi masalah perilaku kelompok dan memanajemeni konflik..
II. Penyajian 2.1 Perilaku Antar Kelompok dan Manajemen Konflik Didalam suatu organisasi tidaklah dapat dihindari adanya konflik
yang
diakibatkan
adanya
interaksi
antar
individu
dan
kelompok. Pada dasarnya suatu konflik seyogyanya bukanlah untuk dihindari melainkan berusaha dieliminir maupun dikelola dengan baik. Suatu konflik yang terjadi antar kelompok dalam suatu organisasi 99
dapat menjadi suatu konflik yang bersifat disfungsional (kearah negatif) maupun fungsional (kearah positif), suatu konflik fungsional dapat diarahkan untuk menjadi gerak positif kearah tujuan organisasi sehingga kelangsungan hidup organisasi dapat terjaga. Beberapa masalah penting dalam manajemen : a.
Konflik
antar
kelompok
tidak
dapat
dielakkan
dalam
organisasi. Konflik ini bisa bersifat positif atau negatif bergantung pengaruhnya terhadap organisasi.
100
101 b.
Konflik yang fungsional (bermanfaat) menggambarkan suatu
konfrontasi
antar
kelompok
yang
mempertinggi
dan
memperbanyak (menguntungkan) hasil karya suatu organisasi c.
Konflik yang disfungsional/mengganggu timbul dari suatu
konfrontasi/ interaksi antara kelompok-kelompok yang merintangi tujuan organisasi d.
Walaupun kebanyakan manajer berusaha menyingkirkan
konflik
namun
kebanyakan
ada
bukti
organisasi
yang
tingkat
menunjukkan
konflik
yang
bahwa
optimal
bagi dapat
mempunyai pengaruh yang positif bagi hasil karya organisasi e.
Konflik
perbedaan
antar
kelompok
tujuan,
perbedaan
timbul
dari
persepsi,
ketergantungan,
dan
meningkatnya
permintaan akan spesialis. f.
Konflik disfungsional menimbulkan perubahan didalam dan
antara kelompok
yang terlibat. Didalam kelompok
mungkin
terdapat kenaikan kesatupaduan, bertambahnya kepemimpinan autokratis, pemusatan perhatian pada tugas, dan kenaikan pada kesetiaan, perubahan yang terjadi antara kelompok meliputi: persepsi
yang
menyimpang,
stereotipe
yang
negatif
dan
menurunnya komunikasi. g.
Salah satu tugas yang sukar dihadapi oleh manajer adalah
mendiagnosis dan memanajemeni konflik antar kelompok Beberapa teknik yang berguna untuk memecahkan konflik antar kelompok meliputi : -
Pemecahan persoalan
-
Tujuan tingkat tinggi
-
Perluasan sumber
-
Penghindaran konflik
-
Pelicinan konflik kompromi
-
Wewenang dan perubahan manusianya atau
-
Struktur organisasi
Masing-masing metode tersebut tergantung pada situasi dan kondisi tertentu (yang dihadapi)
102 h.
Teknik memanajemeni konflik terdapat juga bagi situasi
dimana manajer mendiagnosis setiap kondisi konflik meliputi penggunaan saluran komunikasi, pengangkatan atau pemindahan tenaga dari luar dan merubah struktur organisasi meliputi 2 hal yaitu pemecahan dan stimulasi. Didalam suatu kelompok tertentu, tentu saja boleh
jadi
seseorang akan bias mendapat lebih dari satu manfaat yang dapat diperoleh. Memahami alasan-alasannya berkelompok, perlu bagi manajer.
Sebab
dengan
pemahaman
tersebut,
maka
perilaku
kelompok sekaligus dapat dikendalikan untuk tujuan-tujuan yang produktif. Suatu kelompok terdiri dari atas kumpulan individu. Dengan demikian pemahaman atas perilaku individu dan kelompok atau perilaku organisasi harus dikelola dengan baik, betapapun tingginya kompleksitas yang ada padanya. Sebab pada akhirnya karya atau tujuan organisasi itu tercapai melalui manusia baik secara individu ataupun kolektif, baik oleh dirinya sendiri maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena pengelolaan perilaku organisasi memiliki peran penting karena ada beberapa hal yang berkaitan dengan perilaku organisasi itu sendiri. Ikhtisar Konflik Antar Kelompok dapat ditelaah pada halaman dibalik ini (selanjutnya).
III. Penutup 3.1 Evaluasi : 1. Jelaskan tentang ikhtisar konflik antar kelompok 2. Bagaimana hampiran memanajemeni konflik antar kelompok
103 Ikhtisar Konflik Antar Kelompok :
Konsekuensi Disfungsional Perubahan antar kelompok 1. Meningkatnya kesatupaduan 2. Bertambahnya kepemimpinan autokratis 3. memusatkan perhatian pada kegiatan
Sebab konflik antar kelompok : Ketergantunga
n
Perbedaan tujuan - Sumber terbatas - Struktur ganjaran (Reward) Perbedaan persepsi perbe daan tujuan perbe daan horison waktu letidak samaan status perse psi tidak tepat Meningkatnya
Perubahan dalam kelompok 1.
Perseps i yang menyimpang 2. Stereoti p yang negatif 3. Menuru nnya komunikasi
Konflik Menye babkan
Antar kelompok
Teknik Pemecahan Konflik 1. Pemecahan persoalan 2. Tujuan tingkat tinggi 3. Perluasan sumber 4. Menghindari konflik 5. Perintah dari yang berwenang 6. Merubah variabel manusiawi 7. Merubah struktur organisasi 8. Mengidentifikasi masalah bersama
Menye babkan
Konsekuensi Fungsional
Sadar akan
Mencari
Perubahan
persoalan
peme
dan
cahan
penyelesaian
Gerak positif kearah tujuan organisasi
menyebabkan
Kelangsungan hidup organisasi
104
Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano. E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan.
Kuliah
Perilaku
I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall.
105
Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change YOUR CHANGE DNA
dan RE-CODE
Bab IX. Motivasi dalam Organisasi I. Pendahuluan 1.1 Deskripsi Singkat Bab 9 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain : Teori Motivasi, Jenis Motivasi dan Aplikasi Motivasi. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa memahami pengertian dan jenis motivasi, teori motivasi, menganalisis aplikasi teori motivasi.
II. Penyajian 2.1 Motivasi dalam Organisasi Manusia bertindak seringkali karena adanya dorongan/motif untuk bertindak dan adanya kesempatan, atau dengan kata lain adanya niat dan kesempatan. Motivasi sering diartikan sebagai keinginan/dorongan untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Motivasi bisa kuat atau lemah tergantung dari aktivitas dan perilaku yang ditunjukkan.
106
Kekuatan motivasi bisa berubah karena a. kepuasan (tercapai mencari +, bila terhalang mencari substitusi atau komplemen); b. perbedaan kognisi (penalaran); c. frustasi; d. kekuatan motivasi bertambah karena faktor x. Teori motivasi antara lain a. hirarki kebutuhan Maslow (fisik, keamanan, sosial, penghargaan, aktualisasi diri); b. motivasi Herzberg (motivator - mirip 1,2,3 Maslow dan higienis – mirip 4&5 Maslow); c. motivasi Adlfer (ERG – existence, relatedness, growth); d. teori kebutuhan Mc. Clelland (n-ach: prestasi, afiliasi, kepuasan); teori X dan Y Mc. Grogor; teori dewasa dan tidak
107
108
dewasa
Agryris
(pasif
menuju
aktif,
tergantung
menuju
tidak
tergantung, bertindak sedikit menuju banyak variasi, minat tak tentu/dangkal menuju lebih dalam dan kuat, perpektif waktu jarak dekat menuju jauh, kurang sadar diri menuju pengendalian diri) Berikut ini adalah beberapa pendapat para pakar tentang motivasi : Umar, Husein, ---, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Jakarta, PT Gramedia Utama Pengertian motivasi menurut Wayne F. Casio sebagaimana dikutip Husein Umar (---:37) adalah a force that results from an individual’s desire to satisfy there needs (e.g. hunger, thist and social approval) Teori motivasi dikelompokkan menjadi 2 kelompok (Umar, ---, 37-42), yaitu teori kepuasan (content theory) dan teori proses (process theory), penjelasannya secara ringkas sebagai berikut : 1. Teori Motivasi Kepuasan --- teori ini mendasarkan pada faktorfaktor kebutuhan dan kepuasan individu sehingga mau melakukan aktivitasnya, jadi mengacu pada diri seseorang. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan, maka semakin giat seseorang untuk bekerja. Teori ini dikenal antara lain : teori motivasi klasik Taylor, teori hierarki kebutuhan (need hierarchy) Abraham Maslow; teori dua faktor (two factors) Frederick Herzberg : teori motivasi Prestasi (achivement motivation) Mc Clelland; teori ERG (exxtence, relatedness and growth) Adefler. 2. Teori Motivasi Proses --- teori ini berusaha agas setiap pekerja mau
bekerja
giat
sesuai
harapan.
Daya
penggerak
yang
memotivasi semangat kerja terkandung dari harapan yang akan diperolehnya. Jika harapan menjadi kenyataan maka pekerja cenderung sebaliknya.
akan
meningkatkan
kualitas
kerjanya,
begitu
109
Ada tiga macam teori motivasi proses yang terkenal, yaitu : teori harapan (expentancy theory); teori keadilan (equity theory); teori pengukuhan (reinforcement theory); teori X dan Y Mc Gregor. Ranupandojo,
Heijrachman,
dan
Husnan,
Suad,
1996,
Manajemen Personalia, Edisi Keempat, Cetakan Keenam, BPFE-Yogyakarta. Berbagai teori motivasi (197 – 200) Berbagai pandangan dari para ahli akan membantu kita memahami
bagaimana
motivasi
mempengaruhi
prestasi
kerja.
Content Theory – menjelaskan tentang “apa” dari motivasi, process theory yang menjelaskan “bagaimana” dari motivasi, dan yang ketiga adalah reinforcement theory yang menekankan bagaimana perilaku itu dipelajari Content Theory Berkaitan dengan beberapa nama seperti Abraham Maslow, Mc Gregor, Herzberg, Atkinson, dan Mc Celland. Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor yang ada didalam individu yang
menyebabkan
mereka
bertingkah
laku
tertentu.
Dalam
pendangan ini, setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada didalam (Inner needs) yang menyebabkan mereka didorong, ditekan atau dimotivisir untuk memenuhinya. Kebutuhan
Dorongan
Tindakan
Kepuasan Gambar 9.1 : Model Motivasi Conten Theory Nampaknya teori ini sederhana, namun dalam penerapan teori dalam praktek tidaklah mudah dan memerlukan kecermatan. Manajer hanya perlu bagaimana menebak kebutuhan karyawan, kemudian memilih cara apa yang digunakan supaya mereka mau bertindak sesuai keinginan manajer dan tujuan perusahaan. Kendala dalam penerapan teori ke praktek antara lain : a) Kebutuhan sangat
110
bervariasi antar individu; b) perwujudan kebutuhan dalam tindakan sangat bervariasi antara satu orang dengan orang yang lain; c) para individu tidak selalu konsisten dengan tindakan mereka karena dorongan suatu kebutuhan; d) reaksi seseorangterhadap keberhasilan dan kegagalan memuaskan kebutuhan mereka berbeda. Process Theory Teori ini bukannya menekankan pada sis kebutuhan dan sifat dorongan dari kebutuhan tersebut, tetapi pendekatan ini menekankan pada bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu domotivisir. Dasar dari teori proses tentang motivasi adalah adanya expentancy (pengharapan), dan faktor tambahan yaitu valence atau kekuatan dari preferensi individu terhadap hasil yang diharapkan. Reinforcement Theory Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi, sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang dalam suatu siklus proses belajar. Berbagai pendangan tentang motivasi dalam organisasi Model Tradisional Memberi insentif dalam wujud uang Model Hubungan Manusiawi Melayani kebutuhan sosial karyawan Model Sumber Daya Manusia Memberikan tanggung
111
Jawab yang lebih besar Gambar 9.2 : Motivasi yang diberikan oleh masing-masing model Jenis Motivasi Terdiri dari : motivasi prositif dan motivasi negatif Motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan “hadiah”. Motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan, tetapi teknik dasar yang digunakan adalah lewat kekuatan ketakutan. Cahyono, Bambang Tri, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Badan Penerbit IPWI Motivasi
adalah
merangsang
keinginan
untuk
yang
melakukan
terdapat
pada
individu
tindakan-tindakan.
yang
(Cahyono,
1996:261). Salah
satu
aktivitas
manajemen/pimpinan
adalah
memberikan
motivasi yakni proses pemberian kegairahan dan semangat kerja pada setiap anggota organisasi sehingga ada kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi. Motivasi dapat berbentuk motivasi positif dan motivasi negatif.
112
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu : a.
Kebutuhan-kebutuhan pribadi
b.
Tujuan-tujuan dan persepsi-persepsi orang atau kelompok
yang bersangkutan c.
Cara dengan apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan
tersebut akan direalisasi. Menurut Vrom (Cahyono, 1996) merumuskan teori motivasinya sebagai berikut : Kekuatan motivasi = kemauan x penghargaan Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, cetakan keenam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Lingkaran Motivasi Perilaku seseorang sebenarnya dapat dikaji sebagai saling interaksi atau ketergantungannya beberapa unsur yang merupakan suatu lingkaran. Unsur-unsur itu secara pokok terdiri dari motivasi dan tujuan. Sedangkan menurut Fred Luthans sebagai dikutip oleh Miftah Thoha (1993) perilaku seseorang tersebut merupakan interaksi dan kebutuhan (need), dorongan (drive), dan tujuan (goals). Motivasi, terkadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah lainnya, seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drive), atau impulse. Seseorang berbeda dengan orang yang lain selain terletak pada kemampuannya
untuk
bekerja
juga
tergantung
pada
keinginan/kemauan mereka untuk bekerja atau tergantung pada motivasinya.
113
Perubahan dalam Kekuatan Motivasi Sebagaimana kita ketahui bahwa motivasi, kebutuhan atau dorongan membuat seseorang berperilaku. Kebutuhan ini bervariasi dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Suatu motivasi cenderung mengurangi kekuatannya manakala : a)
tercapainya
suatu
kepuasan;
b)
terhalangnya
pencapaian
kepuasan; c) perbedaan kognisi; d) frustasi atau e) kekuatan motivasinya bertambah. Kepuasan kebutuhan. Ketika suatu kebutuhan terpuaskan menurut Abraham Maslow (Thoha, 1993:183), kebutuhan tersebut tidak lagi memotivasi perilaku sehingga kepuasan atau tercapainya suatu kebutuhan dapat mengubah kekuatan motivasi seseorang, dan beralih kepada motivasi atau kebutuhan lainnya. Terhalangnya pemuasan kebutuhan. Berubahnya kebutuhan dari suatu kebutuhan selain ditentukan oleh terpuaskannya kebutuhan tersebut, dapat pula karena terhalangnya usaha pencapaian tujuan tersebut. Bedanya, kalau kebutuhan tercapai orang cenderung akan melanjutkan berganti kebutuhan lainnya, namun bila terhalang seseorang cenderung terikat pada perilaku mengatasi (coping behavior), yakni suatu usaha untuk memilih suatu keputusan dengan cara coba-coba (trial and error) yang sekiranya bisa menghilangkan halangan. Perbedaan Kognisi. Perbedaan kognisi ini dikemukakan oleh Leon Feslinger (Thoha, 1993:185): bahwa dengan perbedaan dalam kognisi ini mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Perbedaan ini meliputi ketidakserasian, ketidakharmonisan, ketidaksadaran, dan adanya kontradiksi dua hal. Perbedaan kognisi ini mengarah kepada jenis hubungan yang berbeda dan bisa timbul pada diri seseorang. Jika seseorang mengetahui dua hal, satu tentang dirinya, kedua megetahui tentang lingkungan yang ditempatinya, yang keduanya terasa tidak serasi, maka disini tercipta situasi perbedaan kognisi.
114
Frustasi. Terhalangnya suatu usaha pencapaian tujuan itu dapat menyebabkan terjadinya frustasi. Gejala frustasi ini lebih tepat sebagai suatu kondisi yang melekat pada diri seseorang dibandingkan dengan usaha mencari sebabnya dari lingkungannya. Seseorang menjadi frustasi pada halangan yang imajiner bukan halangan yang riel. Kekuatan motivasi yang bertambah – Perilaku akan berubah jika ada kebutuhan-kebutuhan
yang
menarik,
bertambah
kekuatannya.
Kekuatan dari beberapa kebutuhan akan nampak dalam pola lingkaran
(cyclical
pattern).
Seseorang
bisa
mengurangi
atau
mempercepat putaran dari pola lingkaran ini dengan cara dipengaruhi oleh lingkungannya. Dua Kategori Aktivitas Aktivitas
dapat
dibagi
dalam
dua
kategori
sebagaimana
pendapat Paul Hensey dan Kenneth Blanchard (1982) yang dikutip oleh Miftah Thoha (1993:187) : “Aktivitas-aktivitas seseorang yang dihasilkan dari kebutuhan yang berkekuatan tinggi pada umumnya dapat digolongkan dalam dua kategori yakni, aktivitas terarah ketujuan (goal-directed activity), dan aktivitas tujuan (goal activity)”. Misalnya: Aktivitas terarah tujuan – jika seseorang pada saat tertentu kebutuhan yang paling kuat adalah makan karena lapar, berbagai aktivitas dilakukan untuk mencari tempat makan (rumah makan, restoran, atau warung), lalu membeli makanan, atau menyiapkan makan atau meminta makanan (mengemis). Aktivitas tujuan – aktivitas yang terikat pada tujuan itu sendiri. Dalam hal lapar, maka makan makanan tersebut. Kedua konsep aktivitas ini perlu bagai pemimpin maupun manajer karena dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari kekuatan kebutuhan, dan untuk memahami perilaku manusia. Perbedaan penting dari kedua aktivitas ini adalah terletak pada pengaruhnya terhadap kekuatan kebutuhan. Dalam aktivitas yang terarah pada tujuan, kekuatan kebutuhan seseorang cenderung naik selama
seseorang
terikat
pada
aktivitas
tersebut
sehingga
115
tercapainya tujuan atau terdapatnya frustasi sebaliknya jika sekali aktivitas tujuan mulai, maka kekuatan kebutuhan cenderung untuk menurun selama seseorang terikat padanya. Contoh : Sekali aktivitas ujuan dimulai, maka kekuatan kebutuhan cenderung menurun seperti makan berkali-kali, kekuatan kebutuhan pada makan berkurang pada saat itu, dan beralih pada kebutuhan lain yang menjadi lebih penting dari kebutuhan sekarang, maka perilaku akan berubah. Suatu
masalah
yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
hubungannya dengan aktivitas terarah ketujuan dan aktivitas tujuan adalah manakah yang lebih baik terikat pada aktivitas terarah pada tujuan atau sebaliknya? Sebenarnya, keterikatan pda salah satu aktivitas
tersebut
yang
relatif
agak
lama
akan
menimbulkan
persoalan baru. Apabila seseorang terikat pada aktivitas terarah tujuan terlalu lama, maka frustasi akan timbul yang pada gilirannya seseorang akan menarik diri atau memberhentikan aktivitasnya dan bertingkahlaku yang tidak rasional. Sebaliknya, jika terlalu lama terikat
pada
aktivitas
tujuan
dan
tujuan
tersebut
tidak
lagi
merangsang (chalenging), maka perhatiannya akan menyusul dan rasa apatis bisa berkembang dengan subur. Dengan demikian, hal yang memungkinkan bagi suatu pola yang tepat dan efektif adalah menjaga kelangsungan dari kedua aktivitas (aktivitas terarah tujuan dan aktivitas tujuan) secara ajeg.
III. Penutup 3.1 Evaluasi : 1. Apakah motivasi itu? Apa kaitan antara motivasi dengan kesempatan? 2.
Jelaskan dengan singkat teori motivasi. Content theory dan
Process theori 3. Motivasi positif dan motivasi negatif, uraikan persamaan dan perbedaannya
116
Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano. E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change YOUR CHANGE DNA
dan RE-CODE
Bab X. Motivasi – bagian 2 I.
Pendahuluan
1.1 Deskripsi Singkat Bab 10 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain motivasi. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teoriteori
dan
konsep-konsep
tersebut
dalam
berbagai
situasi
pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan
evaluasi
terhadap
hasil
penelitian
dan/atau
perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa memahami pengertian dan jenis motivasi, teori motivasi, menganalisis aplikasi teori motivasi.
II. Penyajian 2.1 Motivasi dalam Organisasi Telah dibahas dalam bagian sebelumnya, tidak ada salahnya bila kita telaah lagi adanya perubahan dalam kekuatan motivasi seseorang. Sebagaimana kita ketahui bahwa motivasi, kebutuhan atau dorongan membuat seseorang berperilaku. Kebutuhan ini bervariasi dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks.
117
Suatu motivasi cenderung mengurangi kekuatannya manakala : a)
tercapainya
suatu
kepuasan;
b)
terhalangnya
pencapaian
kepuasan; c) perbedaan kognisi; d) frustasi atau e) kekuatan motivasinya bertambah. Kepuasan kebutuhan. Ketika suatu kebutuhan terpuaskan menurut Abraham Maslow (Thoha, 1993:183), kebutuhan tersebut tidak lagi memotivasi perilaku sehingga kepuasan atau tercapainya suatu kebutuhan dapat mengubah kekuatan motivasi seseorang, dan beralih kepada motivasi atau kebutuhan lainnya.
118
119
Terhalangnya pemuasan kebutuhan. Berubahnya kebutuhan dari suatu kebutuhan selain ditentukan oleh terpuaskannya kebutuhan tersebut, dapat pula karena terhalangnya usaha pencapaian tujuan tersebut. Bedanya, kalau kebutuhan tercapai orang cenderung akan melanjutkan berganti kebutuhan lainnya, namun bila terhalang seseorang cenderung terikat pada perilaku mengatasi (coping behavior), yakni suatu usaha untuk memilih suatu keputusan dengan cara coba-coba (trial and error) yang sekiranya bisa menghilangkan halangan. Perbedaan Kognisi. Perbedaan kognisi ini dikemukakan oleh Leon Feslinger (Thoha, 1993:185): bahwa dengan perbedaan dalam kognisi ini mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Perbedaan ini meliputi ketidakserasian, ketidakharmonisan, ketidaksadaran, dan adanya kontradiksi dua hal. Perbedaan kognisi ini mengarah kepada jenis hubungan yang berbeda dan bisa timbul pada diri seseorang. Jika seseorang mengetahui dua hal, satu tentang dirinya, kedua megetahui tentang lingkungan yang ditempatinya, yang keduanya terasa tidak serasi, maka disini tercipta situasi perbedaan kognisi. Frustasi. Terhalangnya suatu usaha pencapaian tujuan itu dapat menyebabkan terjadinya frustasi. Gejala frustasi ini lebih tepat sebagai suatu kondisi yang melekat pada diri seseorang dibandingkan dengan usaha mencari sebabnya dari lingkungannya. Seseorang menjadi frustasi pada halangan yang imajiner bukan halangan yang riel. Kekuatan motivasi yang bertambah – Perilaku akan berubah jika ada kebutuhan-kebutuhan
yang
menarik,
bertambah
kekuatannya.
Kekuatan dari beberapa kebutuhan akan nampak dalam pola lingkaran
(cyclical
pattern).
Seseorang
bisa
mengurangi
atau
mempercepat putaran dari pola lingkaran ini dengan cara dipengaruhi oleh lingkungannya.
120
Sedangkan ikhtisar persamaan dan perbedaan sebagian teori motivasi pada tabel 10.1
121 NO
NAMA PENCETU S
DEFINISI
TEORI MOTIVASI
KELEBIHAN
KEKURANGAN
1
Sigmund Freud
Motivasi adalah motif yang sepenuhnya tidak diketahui
Subconcius motive (motivasi bawah sadar) Freud percaya bahwa manusia tidak selalu sadar akan sesuatu yang diingininya, karena banyak dari tindakan-tindakan yang didorong oleh motiv yang sepenuhnya tidak diketahui
Motivasi bawah sadarnya memberi masukan bagi kita tentang dorongan lain yang tidak dapat diketahui
Tindakan manusia tidak dapat dinyatakan dengan pasti, hanya dapat diestimasi saja
2
Douglas Mc Gregor
Motivasi didapat dari dua macam sikap dasar dari setiap orang yaitu sifat positif dan sifat negatif
Teori X dan teori Y Teori X : unsur sifat negatif manusia Teori Y : unsur sifat positif manusia
Bila menerapkan teori Y maka bawahan dapat menggunakan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan imajinasi mereka untuk mencapai tujuan organisasi
Karena kebanyakan orang tidak kreatif tidak berinisiatif dan tidak suka bertanggungjawab maka manajer harus memberikan petunjuk kepada bawahannya
3
A.H. Maslow
Motivating workers is a matter of arranging. For their need to be meet (at whatever levels they are aperating) on the job
Teori hierarki kebutuhan manusia yaitu : 1. Psikological needs : kebutuhan fisik 2. Safety needs : kebutuhan keamanan 3. Social needs : kebutuhan sosial 4. System needs : kebutuhan akan penghargaan 5. Self actualization : Kebutuhan akan kepuasan diri
-
peran imbalan dapat mendorong motivasi
-
persep ektif dapat diterapkan pada semua orang dan kehidupan mereka
Bahwa kebutuhan saling tumpang tindih, kebutuhan berubah sepanjang waktu, hierarki kebutuhan itu bersifat statis
4
Frederich Herzberg
Motivasi diciptakan dari kepuasan sehingga mereka dapat terdorong
Teori dua faktor kepuasan kerja 1. Faktor yang berperan sebagai motivator 2. Faktor yang menimbulkan rasa tidak puas
Adanya pernyataan pengakuan (recognition) keberhasilan bawahannya
Penelitiannya hanya pada kepuasan saja bukan pada produktivitas
5
David Mc Clelland
Motivasi adalah kebutuhan untuk berkuasa, kebutuhan untuk berafiliasi dan kebutuhan untuk berprestasi
Achivement Motivation teori
Adanya cara-cara mengembangkan kebutuhan untuk keberhasilan. Kebutuhan diafiliasi sangat penting untuk bekerjasama dengan orangorang dan
Kebutuhan prestasi lebih cenderung diperhatikan sehingga afisilasi mereka rendah
122 mengkoordinasikannya
123
III. Penutup 3.1 Evaluasi : 1. Jelaskan perubahan kekuatan motivasi 2. Uraikan persamaan dan perbedaan teori motivasi (minimal 5) 3. Uraikan
(disertai
gambar)
keterkaitan
teori
motivasi
Maslow, Herzberg, dan ERG Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano. E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing
124
the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change CODE YOUR CHANGE DNA
dan RE-
Bab XI. Kepemimpinan I.
Pendahuluan
1.1 Deskripsi Singkat Bab 11 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain pengertian kepemimpinan, gaya kepemimpinan. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teori-teori dan konsep-konsep tersebut dalam berbagai situasi pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan evaluasi terhadap hasil penelitian dan/atau perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang
kepemimpinan,
dan
menguraikan
tentang
kepemimpinan.
II.
Penyajian
2.1 Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan mulai ada ketika seseorang mulai mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
125
Kepemimpinan lahir karena situasi maupun proses pembelajaran juga terkadang karena keturunan. Perbedaan pemimpin dan manajer: pemimpin bisa tumbuh dalam kelompok formal dan informal, manajer hanya tumbuh dalam kelompok formal (ada struktur dan hirarki yang jelas). Manager work in paradigm but leader work between paradigms.
126
127
Ikan membusuk dari kepala adalah merupakan ungkapan yang
tepat
untuk
menggambarkan
kepemimpinan
dari
seseorang, maksudnya berhasil atau tidak – maju atau mundur – keteladanan maupun bukan – suatu organisasi tergantung pemimpinnya. Ungkapan lain berbunyi “Manage from left and lead from right” maksudnya memanajemeni menggunakan otak kiri
sedangkan
memimpin
menggunakan
otak
kanan.
Keberhasilan seseorang sampai dengan 20 persen ditentukan oleh IQ dan sisanya oleh EQ (kecerdasan emosi) plus SQ (kecerdasan spiritual). Pengertian Kepemimpinan Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kepemimpinan dibawah ini dikutip beberapa pendapat para ahli mengenai kepemimpinan yang dianggap sesuai dan tujuan skripsi ini. Stephen
P.
kepemimpinan
Robins
sebagai
(1998:347) berikut
:
memberikan
definisi
Kepemimpinan
adalah
kemampuan untuk mempengaruhi anggota kelompok dalam mencapai tujuan perusahaan. Gibson (1991:364) memberikan definisi kepemimpinan sebagai berikut : kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang yang berada dalam kelompoknya agar mau bertindak sesuai dengan yang diinginkannya untuk mencapai tujuan kelompok. Dari
uraian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang yang berbeda dalam kelompoknya agar mau bertindak sesuai dengan yang diinginkannya untuk mencapai tujuan kelompok. Teori
perilaku
kepemimpinan
adalah
teori
yang
mengemukakan bahwa perilaku spesifik membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin.
128
Dari
uraian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
teori
kepemimpinan membahas tentang pimpinan yang efektif penting untuk
mempengaruhi
bawahannya
untuk
mencapai
tujuan
perusahaan Pendekatan Kepemimpinan Seorang pemimpin
dengan kepemimpinannya mampu
mempengaruhi, merubah dan mengarahkan tingkah laku para karyawannya atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Maka seseorang
untuk menjadi
menentukan pimpinan,
persyaratan-persyaratan William
G
Scott
yang
diterjemahkan oleh Kartini Kartono (1991:106) sebagai berikut : 1. Pendekatan orang besar Menyatakan adanya kemampuan yang luar biasa dari seorang pemimpin, sehingga dengan segenap kualitas keunggulan dia dapat membawa para karyawannya kepada sasaran yang ingin dicapai. Sifat-sifat utama pendekatan ini antara lain : intelegensi tinggi, kemampuan berkomunikasi dan kepekaan terhadap iklim psikis kelompoknya. 2. Pendekatan ciri atau sifat Menyatakan sederetan sifat-sifat unggul sehingga pemimpin mampu mempengaruhi para karyawan melakukan tugastugas tertentu sesuai dengan prinsip pembagian tugas 3. Pendekatan ciri yang diubah Menyatakan bahwa sifat-sifat unggul itu dapat dirubah, diganti atau dibatasi sesuai dengan tuntutan dan kondisi 4. Pendekatan situasional Menyatakan bahwa sifat itu bukanlan satu-satunya hal yang menentukan derajat dan kualitas pimpinan, melainkan situasi dan lingkunganlah yang merupakan faktor penentunya. Maka mungkin terjadi bahwa seorang pemimpin yang efisien pada
129
saat sekarang ini belum tentu mampu menjabat tugas kepemimpinannya pada saat lain dengan kondisi-kondisi yang berbeda. Fungsi dan Peran Kepemimpinan Pemimpin yang efektif mampu memberikan pengarahan terhadap
usaha
semua
pekerja
dalam
pencapaian
tujuan
organisasi. Tanpa pemimpin atau bimbingan, hubungan antara individu dengan tujuan organisasi akan menjadi ,emah yang menjadikan suatu keadaan yang mengandung berbagai harapan dimana para individu bekerja untuk mencapai tujuannya sendiri, sementara keseluruhan organisasi berada dalam keadaan tidak efisien dalam pencapaian tujuan. Semua organisasi, baik formal maupun informal selalu membutuhkan pelaksanaan fungsi-fungsi kepemimpinan. Karena semuanya akan menentukan siapakah pemimpinnya dan siapa pula yang akan dipimpin dalam suatu kegiatan organisasi. Menurut James Stoner A Fet.al yang dialih bahasakan oleh Alfonsus Sirait (1995:475) menyatakan bahwa terdapat dua fungsi utama kepemimpinan sebagai berikut : 1. Fungsi pemecahan masalah masalah atau fungsi yang bertalian dengan tujuan dapat mencakup fungsi memberi saran pemecahan dan memberi informasi dan pendapat. 2. Fungsi pembinaan kelompok atau fingsi sosial meliputi segala sesuatu yang membantu kelompok beroperasi secara lebih lancar, termasuk mengenai ketidaksepakatan, dan memberi pujian pada anggota lain dalam kelompok. Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah membantu bawahan baik dalam bentuk informasi, saran, pendapat maupun pemecahan masalah dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
130
Berbagai gaya kepemimpinan yang lain yaitu managerial grid, autokratis dan demokratis, kontinum dan lain-lain, dapat dipelajari secara mandiri pada Buku Perilaku Organisasi oleh Miftah Thoha.
III. Penutup 3.1 Evaluasi : 1. Jelaskan tentang pengertian kepemimpinan 2. Jelaskan pernyataan sebagai berikut : a.
Manager work in paradigm but leader work between
paradigm b.
Ikan membusuk dari kepada
c.
Manage from left and lead from right
Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization Structure, Process, BPI, Plano.
:
Behavior,
E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta.
131
G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall. Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change CODE YOUR CHANGE DNA
dan RE-
Bab XII. Gaya Kepemimpinan I.
Pendahuluan
1.1 Deskripsi Singkat Bab 12 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang dibicarakan antara lain gaya kepemimpinan. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teori-teori dan konsep-konsep tersebut dalam berbagai situasi pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan evaluasi terhadap hasil penelitian dan/atau perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang
kepemimpinan,
dan
menguraikan
tentang
gaya
kepemimpinan.
III.
Penyajian
2.1 Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah suatu gaya (style) yang digunakan oleh pemimpin dalam berhadapan dengan bawahan yang berorientasi pada tugas dan pada karyawan. (Stoner, 1992:362) Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu pemimpin mempunyai
gaya
(style)
atau
132
tingkah
laku
sendiri
yang
membedakan dirinya dan orang lain, begitu juga sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian sendiri yang khas atau unik akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Fred
Fliedler
telah
mengidentifikasikan
tiga
dimensi
kemungkinan yang mendefinisikan faktor situasional utama (kunci) yang menemukan keefektifan kepemimpinan, Robins (1996:47) diterjemahkan oleh Hadyana Pujaatmaka. Itulah
133
134
hubungan pemimpin – anggota, struktur tugas, dan kekuasaan jabatan. Semua didefinisikan sebagai berikut : 1. Hubungan Pemimpin – Anggota Tingkat
kenyakinan,
kepercayaan
dan
respek
bawahan
terhadap pemimpin mereka 2. Struktur Tugas Sampai tingkat mana penugasan pekerjaan diprosedurkan (yakni struktur atau tidak struktur) 3. Kekuatan Posisi Tingkat
pengaruh
variabel
yang
kekuasaan
dimiliki
seperti
seorang
pemimpin
mempekerjakan,
ada
memecat,
mendisiplinkan, mempromosikan dan menaikkan gaji. Paul Hersey Ken Blanchard telah mengembangkan suatu model kepemimpinan yang disebut teori kepemimpinan situasional, yaitu suatu teori kemungkinan yang memusatkan perhatian pada kesiapan para pengikut Robins S.P (1995:50) terjemahan oleh Hadyana Pujaatmaka. Kepemimpinan
situasional
menggunakan
dua
dimensi
kepemimpinan yaitu : 1. Perilaku Tugas Adalah kadar sejauhmana pimpinan menyediakan arahan kepada orang-orang dengan memberitahu mereka apa yang harus
dilakukan,
bagaimana
kapan
melakukannya.
melakukannya, Hal
ini
dimana
berarti
dan
pemimpin
menyusun tujuan dan menetapkan peranan mereka. 2. Perilaku hubungan Adalah kadar sejauhmana pimpinan melakukan hubungan dua arah dengan orang-orangnya seperti menyediakan dukungan, dorongan, gambaran-gambaran psikologi dan memudahkan perilaku.
135
Dalam
menerapkan
suatu
gaya
kepemimpinan
ada
anggapan bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang dianggap paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena gaya kepemimpinan pada situasi tertentu belum tentu sesuai dengan situasi lain. Hersey dan Blanchard yang diterjemahkan oleh Agus Dharma
(1995-187)
memberikan
definisi
tentang
tingkat
kematangan bawahan yang terdiri dari dua dimensi sebagai berikut : 1.
Kematangan pekerjaan merupakan kemampuan dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan sesuatu. Orang-orang yang memiliki kematangan pekerjaan yang tinggi
dalam
bidang
tertentu
memiliki
pengetahuan
kemampuan dan pengalaman untuk melaksanakan tugastugas tertentu tanpa arahan dari orang lain. 2.
Kematangan
psikologis
merupakan
kemauan
untuk
melakukan sesuatu. Hal inierat kaitannya dengan rasa yakin dan berikatan, orang-orang yang sangat matang dalam bidang
psikologis
tanggungjawab
merupakan
hal
yang
penting serta memiliki rasa yakin terhadap diri sendiri dan mereka tidak memerlukan dorongan ekstensif untuk mau melakukan hal-hal dalam bidang tersebut. Menurut Sukanto (1982:290) ada empat gaya kepemimpinan yaitu : 1. Tipe Direktif Tipe ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pimpinan membatasi peran bawahan dengan menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, dimana, dan bagaiman suatu
136
tugas
yang
hasur
dilaksanakan.
Pelaksanaan
pekerjaan
diawasi dengan ketat oleh pimpinan. 2. Tipe Konsultatif Pimpinan tipe ini masih memberikan direktif yang cukup besar serta
menetapkan
keputusan-keputusan.
Tipe
ini
mempergunakan komunikasi dua arah dan memberikan suportif terhadap bawahan, pimpinan mau mendengarkan saran dan keluhan bawahan mengenai keputusan yang diambil. Pelaksanaan keputusan tetap ada pada pimpinan 3. Tipe Partisipatif Kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pimpinan dan bawahan dalam keadaan seimbang. Pemimpin
dan
pemecahan
bawahan
masalah
dan
sama-sama pengambilan
terlibat
dalam
keputusan
yang
ditandai dengan makin meningkatnya komunikasi dua arah. Pimpinan makin mendengarkan secara presentif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan dalam mengambil dan memecahkan masalah makin bertambah karena pemimpin berpendapat
bahwa
bawahan
memiliki
kecakapan
dan
pengetahuan yang cukup untuk penyelesaian tugas 4. Tipe Delegatif Pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahan
dan
selanjutnya
mendelegasikan
pengambilan
keputusan seluruhnya kepada bawahan. Bawahan diberi wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusannya sendiri. Sebab mereka dianggap telah memiliki kecakapan dan dipercaya untuk memikul tanggungjawab untuk mengarahkan dan mengelola dirinya sendiri.
III. Penutup 3.1 Evaluasi :
137
1. Gaya Kepemimpinan yang bagaimana yang tepat untuk staf
administrasi
(tenaga
kerja
tidak
langsung)
dan
sebaliknya? Juga gaya kepemimpinan yang bagaimana untuk tingkat penyelia, dan manajer 2. Apa
keterkaitan
antara
gaya
kepemimpinan
dengan
semangat kerja maupun produktivitas? Soal Latihan UAS : 1. Jelaskan pernyataan sebagai berikut “Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi individu dengan lingkungannya” 2. Pada model umum perilaku dalam organisasi merupakan interaksi
karakteristik
individu
dengan
karakteristik
organisasi, jelaskan. 3. Jelaskan pernyataan sebagai berikut : Manusia berbeda perilakunya, karena : a.
Kemampuannya tidak sama.
b.
Manusia mempunyai kebutuhan berbeda
c.
Orang berpikir tentang masa depan dan membuat
pilihan bagaimana bertindak d.
Seseorang
hubungannya
memahami
dengan
lingkungannya
pengalaman
masa
dalam
lalu
dan
kebutuhannya e.
Seseorang mempunyai reaksi senang dan tidak
senang 4. Jelaskan dasar-dasar daya tarik antar orang (Interpersonal Atraction),
seperti
:
kesempatan
berinteraksi,
status,
kesamaan latar belakang, kesamaan sikap. 5. a. Jelaskan keterkaitan teori motivasi Herzgerg, Adelfer, dan Maslow b. Kekuatan motivasi dari seseorang itu dapat berubah sewaktu-waktu. Hal ini disebabkan oleh faktor apa saja?
138
6.
a. Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi orang lain. Untuk mempengaruhi, membutuhkan kekuasaan. Bagaimana pendapat anda. b.
Salah satu tugas pemimpin adalah berani membuat
keputusan – bagaimana pendapat anda. c.
“Ikan membusuk mulai dari kepala”
7. Bagaimanakah
kriteria
efektivitas
organisasi
bagi
perguruan tinggi swasta (PTS) 8. Persepsi
sangat
mempengaruhi
sikap,
kepribadian
seseorang, bagaimana pendapat anda? 9.
a. Suatu pernyataan Steven R Covey ‘Behavior is Predicts future’. Bagaimana pendapat anda – dihubungkan dengan perilaku individu dalam organisasi. b.
Steven R. Covey juga menuliskan ‘if you want to
small change work on your behavior, but if you want to quantum
leap
change
ypur
paradigms’.
Bagaimana
pendapat anda. c.
Ary Ginanjar Agustian dalam buku ESQ menuliskan
salah satu pendapatnya ‘kecerdasan emosi (EO) memiliki peran yang jauh lebih penting dibandingkan kecerdasan intelektual (IQ), oleh karena itu maka manusia harus memiliki
konsep
duniawi
atau
kepekaan
emosi
dan
intelegensia yang baik (EQ plus IQ), dan penting pula penguasaan ruhiyah vertikal atau Spiritual Quotient (SQ)’ Bagaimana pendapat anda?. 10. Bagaimana mengubah budaya suatu organisasi, dapatkah budaya diubah? Jawabnya adalah dapat! Mengubah budaya suatu organisasi adalah suatu hal yang luar biasa sukarnya, tetapi budaya itu dapat diubah. Misalnya, Lee Iacocca masuk Chrysler Corp. dalam tahun 1978 ketika
139
perusahaan tersebut tampaknya tinggal beberapa pekan lagi bangkrut. Diperlukan waktu lima tahun tetapi ia menerima budaya Chrysler yang konservatis, melihat kedalam (in ward looking),
dan
berorientasi
mengubahnya
menjadi
rekayasa,
budaya
dan
yang
kemudian berorientasi
dia –
tindakan, tanggap pasar. Cerita ini telah diketahui banyak orang. Perubahan itu perlu ~ perubahan kearah lebih baik. Karena harus kita sadari perubahan tak datang sendiri namun orangorang yang bersangkutanlah yang mengusahakan perubahan tersebut. Bukti-bukti yang ada mengemukakan bahwa perubahan budaya paling mungkin terjadi bila kebanyakan atau semua kondisi berikut ini ada, seperti: Situasi kritis dramatis, Pergantian kepemimpinan, Organisasi yang muda dan kecil Budaya lemah. • • • •
a.
Bagaimana pendapat anda untuk pernyataan bahwa budaya itu dapat diubah ? b.
Bagaimana komentar anda tentang kondisi untuk
terjadinya perubahan? c.
Jika
kondisi
pertimbangan
dan
mendukung saran
apa
perubahan yang
akan
budaya, saudara
rekomendasikan; pada poin berikut ini : figur/model peran penciptaan simbol, cerita, lambang dan ‘ritual’ organisasi sosialisasi nilai baru pergantian norma tak tertulis menjadi pengaturan format yang dijalankan dengan ketat
140
-
tim kerja
Daftar Pustaka: A. Robbins, Stephen P., 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. B. ------------------, 2001, Perilaku Organisasi, Jilid 2, Alih Bahasa oleh Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Penyunting Tanty Tarigan, Edisi Kedelapan, PT. Prehallindo, Jakarta. C. ------------------, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terjemahan oleh Udaya Yusuf, Edisi Ketiga, Jakarta. Penerbit Arcan. D. Gibson, James L., et.al., Organization : Behavior, Structure, Process, BPI, Plano. E. -------------------, et.al., 1997, Organisasi, Alih Bahasa Djakarsih, Agus Dharma, Cetakan Ke Sepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta. F. Agustian, Ary Ginanjar, 2003, ESQ, Cetakan ke Sepuluh, Penerbit Arga, Jakarta. G. -------------------, 2004, ESQ Power, Cetakan ke Enam, Penerbit Arga, Jakarta. H. Sulaksono, Hary, 2003, Modul Kuliah Perilaku Organisasi, STE. Mandala-Jember, Tidak dipublikasikan. I. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke Enam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. J. Nimran, Umar, 1999, Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV, Citra Media, Surabaya. K. Greenberg, J. & Baron, R.A., 2000, Behavior in Organizations : Understanding and Managing the Human Side or Work., 7th Edition, Upper Saddle River, NY : Prentice Hall.
141
Disarankan membaca buku Rhenald Kasali; Change CODE YOUR CHANGE DNA
dan RE-
Bab XIII. Studi Kasus Perilaku Organisasi I.
Pendahuluan
1.1 Deskripsi Singkat Bab 13 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang
dibicarakan
antara
lain
studi
kasus
dalam
Perilaku
Organisasi. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teori-teori dan konsep-konsep tersebut dalam berbagai situasi pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan evaluasi terhadap hasil penelitian dan/atau perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa mampu mempraktekkan dan menganalisis teori yang diperoleh dalam bedah studi kasus.
II.
Penyajian
2.1 Studi Kasus Perilaku Organisasi Petunjuk Pelaksanaan Petunjuk pelaksanaan terdiri dari petujuk umum dan prosedur rinci. Petunjuk Umum Pemberitahuan akan adanya tugas dalam studi kasus ini telah diberikan
sebelumnya
agar
mahasiswa
142
dapat
melakukan
persiapan dengan baik, karena sesi studi kasus ini menghadapi beberapa
hambatan
atau
keterbatasan
(contraint)
keterbatasan waktu, penentuan kelompok dan lain-lain.
143
seperti
144
Prosedur Rinci b.
Pada pertemuan ke 11 (modul 11) pemberitahuan
tentang
adanya
tugas
telah
diberitahukan,
pembagian
kelompok beserta tema yang disediakan yaitu : Tema yang disediakan antara lain : ♦
Perencanaan SDM
♦
Produktivitas
♦
Kompensasi
♦
Pelatihan
♦
Analisis Sikap dan Perilaku
♦
Motivasi Pada pertemuan ke 13 ini selanjutnya mendiskusikan
c.
hasil tugas masing-masing kelompok – dimana khusus untuk pertemuan ke 13 ini adalah disediakan untuk kelompok ganjil.
III. Penutup 3.1 Evaluasi : Diskusi terpilih
kelompok
sesuai
dengan
gilirannya
penyaji
sedangkan
kelompok
pembahasan
ganjil oleh
kelompok genap. Dosen memandu dan memberikan penilaian.
Bab XIV. Studi Kasus Perilaku Organisasi I.
Pendahuluan
1.1 Deskripsi Singkat Bab 14 ini dimaksudkan untuk memberi pengertian dasar tentang Perilaku Organisasi kepada para mahasiswa. Hal-hal yang
dibicarakan
antara
lain
studi
kasus
dalam
Perilaku
Organisasi. 1.2. Standar Kompetensi Setelah mengikuti kuliah selama satu semester secara aktif mahasiswa mampu memiliki bekal pengetahuan konseptual dan teoritis tentang perilaku organisasi, mengembangkan cara pikir (analitis dan integratif) dalam mengevaluasi dan memanfaatkan teori-teori dan konsep-konsep tersebut dalam berbagai situasi pengambilan keputusan yang menyangkut sumber daya manusia organisasi; memiliki pengetahuan konseptual yang memadai untuk melakukan evaluasi terhadap hasil penelitian dan/atau perkembangan teori dibidang perilaku organisasi. 1.3 Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kuliah dengan materi ini (pada pokok & sub pokok bahasan) mahasiswa mampu mempraktekkan dan menganalisis teori yang diperoleh dalam bedah studi kasus.
Penyajian
II.
2.1 Studi Kasus Perilaku Organisasi Petunjuk Pelaksanaan Petunjuk pelaksanaan terdiri dari petujuk umum dan prosedur rinci. Petunjuk Umum Pemberitahuan akan adanya tugas dalam studi kasus ini telah diberikan
sebelumnya
agar
mahasiswa
145
dapat
melakukan
persiapan dengan baik, karena sesi studi kasus ini menghadapi beberapa
hambatan
atau
keterbatasan
(contraint)
seperti
keterbatasan waktu, penentuan kelompok dan lain-lain. Prosedur Rinci d. tentang
Pada pertemuan ke 11 (modul 11) pemberitahuan adanya
tugas
telah
diberitahukan,
kelompok beserta tema yang disediakan yaitu :
146
pembagian
147
Tema yang disediakan antara lain : ♦
Perencanaan SDM
♦
Produktivitas
♦
Kompensasi
♦
Pelatihan
♦
Analisis Sikap dan Perilaku
♦
Motivasi
e.
Pada pertemuan ke 14 ini selanjutnya mendiskusikan
hasil tugas masing-masing kelompok – dimana khusus untuk pertemuan ke 14 ini adalah disediakan untuk kelompok genap.
Penutup 3.1 Evaluasi : Diskusi kelompok dengan penyaji kelompok genap terpilih sesuai gilirannya sedangkan pembahasan oleh kelompok ganjil. Dosen memandu dan memberikan penilaian.