BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Secara global terdapat 200 kasus gangguan ginjal per sejuta penduduk. 8 juta di antara jumlah populasi yang mengalami mengalami gangguan gangguan ginjal berada dalam tahap gagal gagal ginjal kronis. Penelitian sebelumnya mengatakan terdapat hubungan antara mengalami gagal ginjal dengan timbulnya gangguan psikiatri pada pasien ( Cohen et al., 2004 ). Kondisi ini bisa terjadi pada kasus gagal ginjal akut maupun yang kronis. Penyakit apapun yang berlangsung dalam kehidupan manusia dipersepsikan sebagai suatu penderitaan dan mempengaruhi mempengaruhi kondisi psikologis dan sosial orang yang mengalaminya. mengalaminya. Akan tetapi petugas kesehatan sering kali cenderung memisahkan aspek biologis dari aspek psikososial yang dialami dialami pasien pasien ( Leung, Leung, 2002 ). Aspek psikososial menjadi penting diperhatikan karena perjalanan penyakit yang kronis dan sering membuat pasien tidak ada harapan. Pasien sering mengalami ketakutan, frustasi dan timbul perasaan marah dalam dirinya. ( Harvey S, 2007 ). Penelitian oleh para profesional di bidang penyakit ginjal menemukan bahwa lingkungan psikososial tempat tempat pasien pasien gagal ginjal ginjal tinggal mempenga mempengaruhi ruhi perjalanan perjalanan penyakit dan dan kondisi fisik pasien ( Leung, 2002 ).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud gagal ginjal kronis? 2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronis? 1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mampu mengidentifikasi apakah yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis dan bagaimanakah asuhan keperawatannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. ( Burner, 2002 ). Gagal ginjal kronik ( GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap ( Doenges, Doenges, 1999 : 626 ) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir ( ESRD ) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ). ( Brunner & Suddarth, 2002: 1448 ) Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. ( Price, 1992 : 812 ) 2.2 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Ginjal terdiri beberapa bagian, yang diantaranya sebagai berikut : a. Renal Capsule Capsule ( Fibrous Fibrous Capsule Capsule), ), Tiap ginjal dibungkus oleh suatu membran transparan yang berserat yang disebut renal capsule. b. Cortex Cortex merupakan lapisan pembungkus ginjal, merupakan jaringan yang kuat yang melindungi lapisan dalam ginjal. c.
Medulla berada dibawah Cortex. Cortex. Bagian ini merupakan area yang berisi 8 sampai 18 bagian berbentuk kerucut yang disebut piramid, yang terbentuk hampir semuanya dari ikatan saluran berukuran mikroskopis.
d. Pelvis renalis renalis berada di tengah tiap ginjal sebagai saluran tempat urin mengalir dari ginjal ke kandung kemih. e.
Vena Renal dan Arteri Renal Dua dari pembuluh darah penting, vena renal dan arteri renal. Dua pembuluh ini merupakan percabangan dari aorta abdominal (bagian abdominal dari arteri utama yang berasal dari jantung) dan masuk kedalam ginjal melalui bagian cekung ginjal.
f. Nephrons merupakan Nephrons merupakan unit fungsional dari ginjal dalam menjalankan fungsi ini.
h. Henle's Loop, Loop, merupakan bagian dari tubulus renal yang kemudian menjadi sangat sempit yang menjulur jauh kebawah kapsul Bowman dan kemudian naik lagi keatas membentuk huruf U. i. Renal Collecting Collecting Tubule Tubule (Tubulus Pengumpul) Disebut juga Pembuluh Bellini, suatu pembuluh kecil kecil sempit yang yang panjang dalam dalam ginjal yang yang mengumpulkan mengumpulkan dan mengangkut mengangkut urin dari nefron. j. Kapsula bowman bowman Merupakan suatu invaginasi dari tubulus proksimal, terdapat ruang yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan kapsula bowman, dan ruang yang mengandung ini dikenal dengan nama ruang bowman atau ruang kapsular.
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi ( yaitu glomerulus dan kapsul Bowman ), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di
(1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh pembuluh-pembuluh darah darah panjang dan lurus yang yang disebut disebut sebagai sebagai vasa rekta. rekta.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler ( nefrosklerosis nefrosklerosis ), proses obstruksi ( kalkuli ), penyakit kolagen ( luris sutemik ), agen nefrotik ( amino glikosida ), penyakit endokrin ( diabetes ). ( Doenges, Doenges, 1999 : 626 ) Penyebab GGK menurut Price, 1992 : 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain : 1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik 2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis 3. Penyakit
vaskuler
hipertensif
misalnya
nefrosklerosis
benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis 4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis nodosa,sklerosis sistemik sistemik progresif 5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal 6. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis 7. Nefropati toksik toksik misalnya misalnya penyalahgunaan penyalahgunaan analgesik, analgesik, nefropati timbale 8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
2.4 PATOLOGI
Gagal ginjal kronis diakibatkan oleh hilangnya nefron fungsionil karena rusaknya glomerular dan atau tugular. Kondisi ini merupakan penyakit multisistim yang mempengaruhi SSP, jantung, traktus GI, otot, tulang dan darah. Berbagai manisfestasi terjadi pada tingkat fungsi ginjal yang berbeda bagi setiap pasien tapi cenderung semakin nyata apabila kecepatan kecepatan filtrasi glomelurus turun sampai < 15-20 mL/menit ( BUN >100-120 mg/dL).
(Corwin, 2001)
2.5 PATOFISIOLOGI
Glomerulo
Obstruksi
Nepritis Kronik
dan Infeksi
Penurunan fungsi glomerulus
Neprotik Diabetik
Iskemi dan infeksi nefron nefron ginjal
Angiopati sehingga
Nepritis
Nepritis
Hypertensi
Lupus
Vaskularisasi jar. Ginjal <
Jaringan ginjal < O² dan nutrisi
Kerusakan jaringan dan Nefron ginjal
Gagal Ginjal Kronik
Pencernaan
Ggn.Metab. protein Ureum > daripada air liur
Kulit
>Urokrom Gatal ekskariosis
Anaemia
Urea Frost
dan Trombositopeni
Ggn Fungsi
Ggn Fungsi
Cegukan Anoreksia Mual Muntah
Pucat. Kuning,
Bau Mulut
Gatal
Stomatitis
Hematologi
Eritropoitin < Defisiensi besi Hemolisis
Syaraf dan Otot
Kardiovaskular
Restless Leg sindrom.
Hipertensi
Ggn.Seksual
Odema
Ggn.Tolerasi glukosa
Burning Feet sindrom.
Ggn.Metab.
Ensepalopati
Perubahan proses pikir
Endokrin
lemak
> Renin AngiotensiAldosteron Arterisklerosis dini Ggn Elektrolit dan
Pada Laki produksi testosteron dan spermatogenesis kurang. Pada Wanita Gangguan
2.6 TANDA DAN GEJALA
1.
Hematologik Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.
2.
Gastrointestinal Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3.
Syaraf dan otot Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
4.
Kulit Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.
5.
Kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6.
Endokrin Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D.
2.7 KOMPLIKASI
1
Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan diit berlebih.
2
Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3
Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-angiotensinaldosteron.
4
Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
5
Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
6
Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal
7
Sepsis, Neuropati perifer, Hiperuremia
2.8 PENATALAKSANAAN
1.
Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
2.
Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
3.
Diet tinggi kalori rendah protein.
4.
Kendalikan hipertensi.
5.
Jaga keseimbangan eletrolit.
6.
Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7.
Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8.
Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9.
Persiapkan program hemodialisis.
10.
Transplantasi ginjal
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono ( 2001 ), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut : 1.
Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi. 2.
Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal. 4.
Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
2.10 PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian
ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress ( infeksi, kehamilan ). ( Barbara C Long, 2001 ).
2.11
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang. Selaim itu, proses keperawatan juga diartikan sebagai suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga klien, orang terdekat, dan masyarakat. Proses keperawatan menurut Potter dan Perry (1997) adalah suatu pendekatan dalam pemecahan masalah, sehingga perawat dapat merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Tahapannya meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi, dan evaluasi. (Haryanto, 2008: 3). 1. Pengkajian Potter dan Perry (1997), pengkajian adalah proses sistematis berupa pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase dari pengkajian meliputi pengumpulan data dan analisa data. a. Pengumpulan data b. Langkah ini merupakan langkah awal dan dasar dari proses keperawatan. Dalam pengkajian, data dikumpulkan secara lengkap dari berbagai sumber, antara lain dari klien, keluarga, pemeriksaan medis maupun catatan kesehatan klien. Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi dari klien meliputi unsur Bio- Psikososial- spiritual secara komprehensif. Data yang dikumpulkan terdiri atas : 1)
Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat, nomor medrek, diagnosa medis dan alamat. Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien. 2)
Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai dirawat dirumah sakit. Berkaitan dengan keluhan utama yang dijabarkan dengan PQRST yang meliputi hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Kualitas dan kuantitas dari keluhan, penyebaran serta tingkat kegawatan atau skala dan waktu.
Riwayat penyakit dahulu yang perlu dikaji adalah riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan diet,
nutrisi,
riwayat
tidak
dapat
kencing,
dan
riwayat
penyakit
DM.
Riwayat penyakit keluarga, ditanyakan pada klien atau keluarganya, apakah ada keluarga klien yang mempunyai penyakit keturunan dan penyakit dengan riwayat yang sama. Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit GGK seperti
3)
hipertensi,
Pemeriksaan
diabetes
Fisik
mellitus,
(Dongoes,
sistemik
lupus
Moorhouse,
&
eritematosa,
Geissler,
dan
1999:
arthritis.
629-628)
Sistem Pernafasan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala napas pendek, dyspnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum kental. Dengan tanda-tanda tachipnoe, dyspnea, pernafasan kusmaul, batuk produktif dengan sputum merah muda encer, edema paru.
Sistem Kardiovaskuler, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada (angina), gagal jantung kongestif, edema pulmoner, perikarditis. Dengan tanda-tanda hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak, tangan. Tanda lainnya pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, dan kecenderungan perdarahan.
Sistem Pencernaan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya anoreksia, nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu hati, distensi abdomen, konstipasi.
Sistem Eliminasi, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, konstipasi. Tandanya perubahan warna urine (kuning pekat, merah, cokelat).
Sistem Muskuloskeletal, pada klien dengan GGK ditemukan kelemahan otot, kejang otot, nyeri pada tulang, fraktur tulang, dan keterbatasan gerak sendi.
Sistem Persyarafan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, kesemutan dan kelemahan khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer). Dengan tanda-tanda gangguan status mental (penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma), rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
4)
Data Psikososial, klien dengan GGK ditemukan adanya kesulitan menentukan
kondisi seperti tidak mampu bekerja, tidak mampu mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga yaitu sebagai ibu.
5)
Data Spiritual, pada klien dengan GGK ditemukan adanya perasaan tak berdaya,
tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, dan perubahan kepribadian.
6)
Aktivitas/Istirahat, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala kelelahan,
kelemahan, gangguan tidur (insomnia/gelisah), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
7)
Data Penunjang (Doenges, Moorhouse, Geissler, 1999: 629-628)
a.
Laboratorium
Urine, volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria), warna secara abnormal urine keruh, sedimen kotor atau kecoklatan, berat jenis kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat), osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1, klirens kreatinin menurun, natrium lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natriun, protein derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus. Darah, BUN/kreatinin meningkat, hitung darah lengkap, Ht menurun pada adanya anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl. Natrium serum menurun, kalium meningkat, kalsium menurun, magnesium/posfat meningkat, protein (khususnya albumin menurun), pH menurun. b)
Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
c)
KUB foto menunjukan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi
(batu). d)
Arteriogra
ginjal mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi adanya
g)
Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis. h)
Endoskopi ginjal, nefroskopi dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
i)
EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
b.
Analisa data
Setelah data terkumpul, data harus ditentukan validitasnya. Setiap data yang didapat, kemudian dianalisis sesuai dengan masalah. Menentukan validitas data membantu menghindari kesalahan dalam intrepetasi data. Berdasarkan data-data yang ada di klien dengan GGK, maka masalah keperawatan yang muncul adalah Kelebihan volume cairan, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Kurang pengetahuan, Intoleransi aktivitas, Gangguan harga diri, Penurunan curah jantung, Resiko gangguan integritas kulit, Ketidakpatuhan.
2.12 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, mengatasi kebutuhan spesifik klien dan merespon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Dongoes, 2000). 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut. 3. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan tatus metabolik, sirkulasi, sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktifitas, akumulasi ureum dalam kulit. 4. Intoleransi aktifitas berhubnungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur. 5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialisis, koping maladaptif. 6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
12
2.13 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa 1: Kelebihan volume cairan berhubhngan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium. Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan Kriteria hasil: Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-), produksi urine >600 mL/hari. Intervensi
1. Kaji status cairan:
Rasional
1. Pengkajian merupakan dasar dan data
c. TTV
dasar berkelanjutan untyk memantau
d. Timbang berat badan harian
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
e. Keseimbangan masukan dan pengeluaran. f. Turgor kulit dan adanya edema. 2. Batasi masukan cairan
2. Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, keluaran urine, dan respon terhadap terapi
3. Identifikasi sumber potensial cairan: a. Medikasi dan cairan yang
3. Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
digunakan untuk pengobatan: oral dan intravena b. Makanan 4. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan dalam pembatasan
4. Kenyamanan pasien mengingkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.
cairan. 5. Kolaborasi:
5. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
Berikan diuretik, contoh: furosemide,
volume plasma dan menurunkan retensi
spironolakton, hydronolakton,
cairan dijaringan sehingga menurunkan
adenokortikosteroid ,golongan
resiko terjadinya edema paru.
13
prednisone.
Adenokortikosteroid, golongan prednisone digunakan untuk menurunkan proteinuri.
6. Lakukan dialisis
6. Dialisis akan menurunkan volume cairan yang berlebih.
Diagonsa 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut. Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Kriteria hasil: Mempertahankan atau meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu, bebas edema. Intervensi
Rasional
1. Kaji status nutirisi : a.
1. Menyediakan
Perubahan berat badan
b. Pengukuran antopometrik
memantau
data
dasar
perubahan
untuk dan
mengevaluasi intervensi
c. Nilai labolatorium (elektrolit seru,
BUN,
kreatinin,
protein, transperin, dan kadr besi) 2. Kaji pola diet nutrisi pasien :
2. Pola diet dahulu dan sekarang dapat
14
a.
Riwayat diet
dipertimbangan
b. Makanan kesukaan c.
dalam
menyusun
menu
Hitung kalori
3. Kaji faktor yang berperan dalam
3. Menyediakan
informasi
mengenai
merubah masukan nutrisi :
faktor lain yang dapat diubah atau
a. Anoreksia, mual atau muntah
dihilangkan
b. Diet yang tidak menyenangkan
masukan diet
untuk
meningkat
bagi pasien c. Depresi d. Kurang memahami pembatasan diet e. Stomaitis 4. Menyediakan
makanan
kesukaan
peningkatan
masukan
diet.
pasien dalam batas-batsa diet 5. Tingkatan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi seperti : telur, produk susu dan
5. Protein
lengkap
mencapai
diberikan
keseimbangan
untuk
nitrogen
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan
daging 6. Anjurkan
4. Mendorong
cemilan
tinggi
kalori,
rendah protein , rendah natrium,
6. Mengurangi makanan dan protein yang
dibatasi
dan
menyediakan
kalori untuk energi, membagi protein
diantara waktu makan
untuk pertumbuhan dan pertumbuhan jaringan 7. Ciptakan
lingkungan
yang
menyenangkan selama waktu makan
7. Faktor yang tidak menyenangkan yang
ber5peran
menimbulkan
anoreksia dihilangkan 8. Timbang berat badan harian
8. Untuk memantau status cairan dan nutrisi
9. Kaij bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat a. Pembentukan edema
9. Masukan protein yang tidak adekuat dapat albumin
menyebabkan dan
penuruna
protein
lain,
15
b. Penyembuhan yang lambat
pembentukan
edema,
c. Peurunan kadar albuminserum
perlambatan penyembuhan
dan
Diagnosa 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic, sirkulasi, sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivtas, akumulasi ureum dalam kulit. Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit . Kreteria hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang. Intervensi
1. Kaji
terhadap
kekeringan
Rasioanal
kulit,
pruritis, ekskoriasi, dan infeksi.
1. Perubahan mungkin disebabkan oleh penuruna aktivitas kelenjar keringat atau pengumpulan kalsium dan pospat pada lapisan kutaneus .
2. Kaji terhadap adanya petekie dan purpura.
2. Perdarahan yang abnormal sering dihubungkan dengan penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat urenia.
3. Monitor lipatan kulit dan area yang edema. 4. Gunting kuku dan pertahankan kuku terpotong pendek dan bersih.
3. Area-area ini sangat mudah terjadinya injuri. 4. Penurunan curah jantung memngakibatkan gamgguan perfusi ginjal, retensi natrium/air\, dan penurunan urine output
5. Kaloborasi : Berikan pengobatan
5. Mengurangi stimulus gatal pada kulit
antipruritis ssesuai pesanan .
Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialis . Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat di toleransi.
16
Kreteria hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, yang dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih. intervensi
1. Kaji
faktor
yang
rasioanal
menimbulkan
keletihan : a.
1. Menyediakan informasi tentang indikasi ketingkat keletihan.
Anemia
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit. c.
Retensi produk sampah.
d. Depresi. 2. Tingkatkan
kemandirian
dalam . 2. Meningkatkan aktivitas ringan/seedang
aktivitas perawatan diri yang dapat di
dan memperbaiki harga diri.
toleransi bantu jika keletihan terjadi . 3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
3. Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
4. Anjurkan istirahat setalah dialisis. 4. Istirahat
yang
adekuat
dianjurkan
setelah dialisis yang bagi banyak pasien sangat menglelahkan.
Diagnose 5 : Gangguan konsep diri (gambaran diri) berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh, tindakan dialysis coping maladaptif. Tujuan : Pasien mampu mengembangkan coping yang positif. Kreteria hasil : Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan mampu : a. Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang seedang terjadi b. Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi.
17
c. Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi
1. Kaji
perubahan
gangguan
Rasioanal
dalam
dari
persepsi
dan
1. Menentukan bantuan individual dalam
hubungan dengan derajat ketidak
perawatan
mampuaan .
intervensi.
2. Identifikasi arti dari kehilangan atau disfunsi pada fasi.
menyusun
rencana
atau
2. Mekanisme
pemilihan
coping
pada
beberapa pasien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif.
3. Anjurkan
klien
untuk
mengekspresiakan perasaan .
3. Menunjukan
penerimaan,
dan
membantu
pasien
untuk
mengenal
dan
mulai
menysesuaikan dengan perasaan tersebut. 4. Bantu dan anjurkan perawatan yang
baik
dan
memperbaiki
kebiasaan .
4. Membantu perasaan
meningkatkan harga
diri
dan
mengontrol lebih dari satu area kehidupan .
5. Anjurkan orang yang terdekat untuk
mengizinkan
melakukan banyakannya
pasien sebanyak-
hal-hal
untuk
dirinya. 6. Dukung
5. Menghidupkan kembali perasaan kemandirian
dan
membantu
perkembangan harga diri, serta mempengaruhi
proses
rehabilitasi. prilaku
atau
usaha
6. Pasien dapat beradaptasi terhadap
seperti peningkatan minat atau
perubahan dan pengertian tentang
partisipasi dalam aktivitas dalam
peran individu masa mendatang.
rehabilitasi .
18
Diagnosa 6 : Kurangnya pengatahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan informasi. Tujuan : Meningkatkan pengatahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Kreteria hasil : Meningkatkan pengatahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya . Intervensi
1. Kaji
Rasioanl
pemahaman
penyebab
mengenai
gagal
ginjal,
konsekuensinya
dan
1. Merupakan
instruksi
dasar
untuk penjelasan penyuluhan lebih lanjut .
penangannnya : a. Penyebab
gagal
ginjal
pasien. b. Pengertian gagal ginjal. c. Pemahaman
mengenai
funsi renal . d. Hubungan
antara
cairan,
diet
dengan
pembatasan gagal ginjal. e. Rasioanal
penangan
(hemodialisa,
dialisis
peritonial, transplantasi) 2. Jelaskan
fungsi
renal
dan
2. Pasien dapat belajar tentang
kuenskuensi gagal ginjal sesuai
gagal ginjal dan penangan
dengan tingkat pemahaman dan
setelah
kesiapan pasien untuk belajar.
memahami
mereka
siap
dan
untuk
menerima
diagnosis
dan
konsekuensinya. 3. Bantu
pasien
mengidentifikasi memahami
untuk
cara-cara
berbagai
untuk
perubahan
3. Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya
tidak
harus
berubah akibat penyakit.
19
akibat penyakit dan penangan yang memopengaruhi hidupnya. 4. Sediakan informasi baik tertulis
4. Pasien
memiliki
informasi
maupun secara oral dengan tepat
yang dapat digunakan untuk
tentang :
klarifikasi
a. Fungsi
dan
kegagalan
selanjutnya
dirumah.
renal. b. Pembatasan cairan dan diet. c. Medikasi d. Melaporkan masalah, tanda dan gejala. e. Jadwal tindak lanjut. f.
Sumber dikomunitas.
g. Pilihan terapi.
2.14 Pelaksanaan
Inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nurging order untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan( Nursalam, 2001: 63)
2.15 Evaluasi
Evaluasi semua tahap dalam proses keperawatan merupakan tahap yang menentukan sejauh mana tujuan tercapai hingg diharapkan: 1. Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-), produksi urine >600 mL/hari. 2. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu, bebas edema. 3. Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang. 4. Meningkatkan rasa sejahtera, yang dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih.
20
5. Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan 6. Meningkatkan pengatahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya.
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Pada Tanggal 22 Mei 2013, Tn. A berumur 73 tahun datang ke Rumah Sakit Immanuel dengan keluhan bengkak pada kedua kakinya, sehingga kedua kakinya sulit digerakkan. Klien mengatakan badan terasa lemah, batuk berlendir, sesak nafas, mual dan muntah, nafsu makan berkurang, dan klien juga mengatakan gatal-gatal di kulit (kaki dan tangan). Pada saat pemeriksaan TTV, Tekanan Darah: 140/70 mmHg, Nadi: 72x/menit, Respirasi: 28x/mnt,
Suhu Tubuh: 36,4ºC, Berat Badan: 65 Kg Tinggi Badan: 165 Cm
3.2 Pengkajian Keperawatan
1. Anamnes a. Biodata 1). Identitas Klien Nama
:
Tn. A
Umur
:
73 tahun
Jenis Kelamin
:
laki-laki
Alamat
:
Walian Lingkungan I Tomohon Selatan
Agama
:
Kristen Protestan
Suku/Bangsa
:
Minahasa/Indonesia
Status Pernikahan
:
Menikah
Pekerjaan
:
Pensiunan
Pendidikan
:
SMA
22
NO RM
:
72897
Tanggal MRS
:
22 Mei 2013 Pukul 14.30
Tanggal Pengkajian
:
22 Mei 2013 Pukul 16.00
Diagnosa Medis
:
CKD
Nama
:
Ny. C.R
Umur
:
42 Tahun
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Pekerjaan
:
Pegawai Bank
Hubungan dengan klien
:
Anak Klien
2). Penanggung Jawab
b. Keluhan Utama Badan terasa lemah c.
Riwayat kesehatan
1). Riwayat penyakit sekarang Klien diantar ke Rumah Sakit karena bengkak Pada kedua kaki yang sudah dialami klien 1 bulan sebelum masuk rumah sakit tetapi belum dibawah ke Rumah Sakit karena klien masih beraktivitas seperti biasa. Pada tanggal 22 Mei 2013 klien dibawah ke Rumah Sakit karena klien mengeluh kedua kakinya semakin bengkak dan sulit di gerakkan, Setelah diperiksa oleh Dokter klien dianjurkan untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Saat dikaji (Tanggal 22 Mei 2013, Jam 16.00) Klien mengeluh bengkak pada kedua kakinya, sehingga kedua kakinya sulit digerakkan. Klien mengatakan badan terasa lemah, batuk berlendir, sesak nafas, mual dan muntah, nafsu makan berkurang, dan klien juga mengatakan gatal-gatal di kulit (Kaki dan tangan)
23
2). Riwayat penyakit dahulu Klien Sudah 4 tahun menderita penyakit Diabetes Melitus, Klien sering keluar masuk Rumah Sakit karena penyakit ini, klien sudah 4X masuk Rumah Sakit Kerena Penyakit Diabetes Melitus. 3). Riwayat penyakit keluarga Dalam keluarga klien ada penyakit keturunan seperti Diabetess Melitus. d. Riwayat psikososial Hubungan klien dengan keluarga terjalin baik. Klien selalu melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Klien kooperatif dalam perawatan, klien dan keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang sedang diderita klien sekarang, keluarga klien bertanya-tanya tentang penyakit yang sedang diderita klien sekarang. e. Riwayat Spiritual Sebelum sakit klien aktif dalam kegiatan-kegiatan kerohanian di jemaatnya. Klien percaya bahwa penyakitnya ini hanyalah cobaan dari Tuhan dan klien juga percaya bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan kesembuhan pada klien melalui pengobatan dan perawatan di Rumah sakit.
f.
Aktivitas Sehari-hari
1) Nutrisi a. Sebelum Masuk rumah sakit Nafsu Makan Frekuensi
: Kurang sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit : 3 x sehari
24
Jenis
: Nasi, Ikan, Sayur, dan buah Porsi makan yang dihabiskan ½ bagian
b. Saat Dikaji Nafsu Makan
: Kurang
Frekuensi
: 3X sehari
Jenis
: Bubur, Ikan, Sayur dan buah
Porsi makan tidak dihabiskan, Hanya dimakan 2 Sendok makan, klien makan dibantu oleh perawat dan keluarga, klien mengatakan mual dan 1x mutah.
2) Cairan a. Sebelum masuk Rumah sakit Jenis minuman
: Air Putih
Frekuensi
: 7-8 Gelas / hari
b.Saat dikaji Jenis Minuman : Air Putih Frekuensi
: Klien Minum1000cc air putih (4 gelas Besar)
3) Pola Eliminasi a. Sebelum masuk Rumah sakit BAB Frekuensi
: 1X/hari
Konsistensi
: Lembek, warna kuning
BAK Frekuensi
: 5-6X/hari
25
Warna
: kuning jernih
b. Saat dikaji BAB Klien belum BAB sejak masuk Rumah Sakit BAK Frekuensi Warna
: 1-2X/ hari Jumlah 600cc : Kuning kemerahan
4) Pola Aktivitas a. Sebelum masuk Rumah sakit Klien beraktivitas seperti biasa, menonton TV, kadang-kadang klien jalan pagi b. Saat dikaji Klien Bedrest, semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat. 5) Personal Hygine a. Sebelum masuk rumah sakit Mandi 1X/hari, Cuci rambut 1X/hari, Sikat Gigi 1X/hari b. Saat dikaji Klien mandi lap di tempat tidur dilakukan oleh keluarga dan perawat 6) Pola Istirahat dan tidur a. Sebelum masuk rumah sakit Tidur malam 7-8 Jam, tidur siang 1 jam b. Saat Dikaji Tidur Malam 8-9 jam, tidur siang 3-4 Jam 7) Ketergantungan
26
Klien Tidak pernah mengkonsomsi alkohol Klien Merokok, berhenti merokok ± 4 tahun yang lalu Klien Sudah lama mengkonsumsi obat-obatan Hipertensi dan Diabetes Melitus.
2. Pemeriksaan fisik a.
Keadaan umum : Klien tampak sakit sedang Kesadaran
: Compos Mentis
b. TTV : Tekanan darah : 140/70 mmHg, Nadi
: 72x/mnt,
Respirasi
: 28x/mnt,
Suhu Tubuh
: 36,4ºC
BB
: 65 kg
TB
: 165 Cm
c. Pemeriksaan Persistem 1. Sistem Penafasan Inspeksi : Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung , terpasang Nasal Canula, O2 4 l/m, bentuk dada normal, pergerakan dada simetris kiri dan kanan. Auskultasi : Terdengar ronki paru-paru kiri dan kanan Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: Bunyi resonan
27
2. Sistem Kardiovaskuler Inspeksi
: Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris kiri dan kanan
Palpasi
: Iktus kordis teraba di interkostal ke 5
Auskultasi
: Bunyi jantung normal S1 dan S2
Tekanan Darah
: 140/70 mmHg
Nadi
: 72 x/menit
3. Sistem Pencernaan Inspeksi : Bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut kering, nafas berbau amoniak. Perut datar, tidak ada asites Auskultasi : Bunyi usus terdengar 1-3 x/menit Perkusi
: Bunyi timpani
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan
4. Eliminasi
BAB Klien belum BAB sejak masuk Rumah Sakit BAK Frekuensi : 1-2X/ hari Jumlah 600cc Warna
: Kuning kemerahan
5. Sistem Muskuloskeletal Ekstermitas atas Inspeksi : Terpasang IFVD di tangan kiri, keadaan kulit di sekitar tempat pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda peradangan , tidak bengkak, tidak merah, tidak panas. Ekstermitas bawah
28
Inspeksi : Tampak edema pada ekstermitas bawah (Dari paha sampai telapak kaki), ROM menurun di bagian lutut dan pergelangan kaki, pergerakan ekstermitas bawah terbatas, kekuatan otot 2 Palpasi : Piting edema pada kedua ekstermitas bawah 6. Sistem Integumen Inspeksi : Kering dan bersisik, pruritus, dan edema, 7. Sistem Persarafan Mata Inspeksi : pupil isokor Reflek patela : (+) Reflek hammer : (-) CRT > 2 detik 8. Sistem penginderaan Mata Inspeksi : pergerakkan bebas, konjungtiva anemis, sclera putih Telinga Inspeksi : Daun telinga simetris kiri dan kanan tidak ada serumen tidak ada gangguan pendengaran Hidung Inspeksi : Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung , terpasang Nasal Canula, O2 4 l/m Mulut Inspeksi : Bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut kering, nafas berbau amoniak.
29
3. Pemeriksaan Penunjang Tgl 5 Mei 2010 a. Pemeriksaan Darah
Niali Normal
GD : 515 mg/dl
110-140 mg/dl
Natrium : 189 meq/L
135-148 meq/L
Kalium : 7,05 meq/L
3,6-5,2 meq/L
Klorida : 93,4 meq/L
94-111 meq/L
Hb : 8,3 %
13-16 %
HT : 2%
124.000
Leukosit : 8300
5000-10.000 mm
3
b. Test Fungsi Ginjal Tgl 6 mei 2010 Urea UV : 287,6 mg/dl
10-50 mg/dl
Kreatinin : 6,26 mg/dl
0,5-1,1 mg/dl
Uric Acid : 9,03 mg/dl
3,5-7 mg/dl
Total Protein : 5,5 mg.dl
6,7-8,7 mg/dl
Albumin : 3,2 mg/dl
3,8-4,4 mg/dl
Globulin : 2,4 mg/dl
2-3,9 mg/dl
7 mei 2010 GD : 339 mg/dl
110-140 mg/dl
Kolestrol : 155
30
Pemeriksaan Radiologi Foto Thorax : Hasil Normal
4. Therapi Medis Tomar 3 X 1
Lancid 0-0-1
Novorapid 8 Unit
Amoxiclave 3 X 500 mg
Impugan 1-1-0
Inj Rantidin 3x1 Amp
O2 4L/menit
5. Pengelompokan Data Data Subjektif : -
Keluarga klien mengatakan klien mengalami bengkak di kedua kaki sejak 1 bulan sebelum klien masuk Rumah Sakit
-
Klien mengatakan batuk berlendir
-
Klien mengeluh sesak nafas
-
Klien mengatakan gatal-gatal
-
Klien mengatakan badan terasa lemah
-
Klien mengeluh mual dan muntah
-
Klien mengeluh nafsu makan berkurang
-
Klien mengatakan sudah mengalami penyakit Diabetes Melitus sejak 4 tahun yang lalu
-
Klien mengatakan sudah 4 x masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama
-
Keluarga klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit yang dialami klien Data Objektif :
-
Kadaan Umum Klien tampak sakit sedang
31
-
Tanda-Tanda Vital Nadi
: 74x/m
Respirasi : 24x/m -
Jumlah urine yang keluar perharinya 600cc, warna kuning kemerahan
-
Klien Bedrest
-
Edema pada ekstrimitas bawah kiri dan kanan ( Dari paha sampai telapak kaki )
-
Pitting edema pada ekstrimitas bawah
-
Terdapat ronhi pada paru-paru kiri dan kanan
-
Terpasang O2 4 l/m Nasal canula
-
kulit kering dan bersisik
-
pruritus
-
Porsi makan tidak dihabiskan, yang dimakan Cuma 2 sendok makan
-
Edema di wajah
-
Konjungtiva anemis
-
Terpasang IVFD di lengan sebelah kiri klien
-
Keadaan kulit di sekitar tempat pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda peradangan
-
ROM Menurun bagian lutut dan pergelangan kaki
-
Pergerakan Ekstrimitas bawah terbatas
-
Kekuatan otot ekstrimitas bawah 2
-
Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang penyakitnya
-
Hasil laboratorium Ureum
: 287,8 mg/dl
32
Creatinin
: 6,26 mg/dl
Uric Acid
: 9,03 mg/dl
Hb
: 8,3 %
Total protein : 5,5 mg/dl Albumin
: 3,2 mg/dl
3.3 Analisa Data
DATA DS :
PENYEBAB
MASALAH
Imobilisasi
Bersihan jaln nafas
- Klien mengeluh batuk berlendir - Klien mengeluh sesak nafas DO :
tidak efektif Pengeluaran sekret berkurang
- Tanda-tanda Vital N : 74x/m
Penumpukan sekret di
R : 24x/m
jalan nafas
Terdapat ronhi pada paru-paru kiri dan kanan Terpasang O2 4 l/m, Nassal canula S: Keluarga klien mengatakan klien
Penurunan ginnjal
Kelebihan volume
persisten dan irefersibel
cairan
mengalami bengkak di kedua kaki sejak 1 bulan sebelum klien
Penurunan GFR
masuk Rumah Sakit
33
O:
Ginjal tidak mampu
Jumlah urine yang keluar perharinya 600cc, warna kuning
mengkonsentrasikan urine dengan normal
kemerahan - Edema pada kedua Ekstrimitas Pitting edema pada
Gangguan absorbsi bikarbonat
ekstrimitas bawah - Wajah tampak edema - Total protein : 5,5 mg/dl - Albumin
Retensi cairan dan Na
: 3,2 mg/dl Edema
DS : Klien mengatakan badan terasa
Produksi eritropoitin
Intoleransi Aktivitas
tidak adekuat
lemah DO: - Klien Bedrest - Hb : 8,3 % - Semua aktivitas klien dibantu
Penurunan stimulasi sum-sum tulang memproduksi sel darah merah
Kekuatan otot di ekstrimitas bawah 2 Konjungtiva anemis
Sel darah merah berkurang
34
Keadaan umum tampak sakit sedang OM Menurun
Anemia
Pergerakan Ekstrimitas bawah terbatas
Konsentrasi Hb menurun
Konsentrasi O2 ke jaringan menurun
Kelemahan
DS :
Peningkatan urea dan
Nutrisi kurang dari
Klien mengeluh mual dan muntah
asam urat dalam darah
kebutuhan tubuh
Klien mengeluh badan terasa lemah
Mengiritasi mukosa
O: Porsi makan tidak dihabiskan,
Ulserasi mukosa
porsi makan yan dihabiskan hanya 2 sendok makan
Ulserasi mukosa
Merangsang hipotalamus
35
Mual,muntah, anoreksia DS :
Peningkatan urea dan
Kerusakan integritas
- Klien mengatakan gatal
asam urat dalam darah
kulit
DO :
(BUN)
- Kulit kering dan bersisik - Pruritus
Penumpukan Kristal
- Ureum
: 287,8 mg/dl
- Creatinin
: 6,26 mg/dl
- Uric Acid
: 9,03 mg/dl
uremik dibawah kulit
Pruritus
DS :
Terpasang alat-alat
DO :
invasive
Resiko tingi infeksi
Terpasang IVFD di ekstrimitas atas sebelah kiri Keadaan kulit di sekitar tempat pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda peradangan
DS : Klien mengatakan sudah mengalami penyakit Diabetes
Kurang terpajan
Kurang pengetahuan
informasi
tentang kondisi dan penanganannya
Melitus sejak 4 tahun yang lalu
36
Klien mengatakan sudah 4X masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama Keluarga klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit yang dialami klien DO : Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang penyakitnya
3.4 . Diagnosa Keperawatan
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret di jalan nafas yang ditandai dengan DS : - Klien mengeluh batuk berlendir - Klien mengeluh sesak nafas DO : - Tanda-tanda Vital N : 74x/m R : 24x/m - Terdapat ronhi pada paru-paru kiri dan kanan - Terpasan O2 Nasal canula
37
2.
Kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan cairan yang ditandai dengan DS : - Keluarga klien mengatakan klien mengalami bengkak di kedua kaki sejak 1 bulan sebelum klien masuk Rumah Sakit DO : - Jumlah urine yang keluar perharinya 600cc, warna kuning kemerahan - Edema pada kedua Ekstrimitas bawah kiri dan kanan (Dari paha sampai telapak kaki) - Pitting edema pada ekstrimitas
bawah
- Edema di wajah - Total protein : 5,5 mg/dl - Albumin
: 3,2 mg/dl
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan yang ditandai dengan DS : - Klien mengatakan badan terasa lemah DO: - Klien Bedrest - Hb : 8,3 % - Semua aktivitas klien dibantu - Kekuatan otot di ekstrimitas bawah 2 - Konjungtiva anemis - Keadaan umum tampak sakit sedang - ROM Menurun - Pergerakan Ekstrimitas bawah terbatas
38
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Mual, muntah dan anoreksia yang ditandai dengan DS : - Klien mengeluh mual dan muntah DO : - Porsi makan tidak dihabiskan, porsi makan yan dihabiskan hanya 2 sendok makan
5. Kerusakan integritas kulit b/d penumpukan Kristal uremik di bawah kulit yang ditandai dengan DS : - Klien mengatakan gatal DO : - Kulit kering dan bersisik - Pruritus - Ureum
: 287,8 mg/dl
- Creatinin
: 6,26 mg/dl
- Uric Acid
: 9,03 mg/dl
6. Resiko infeksi b/d terpasang alat-alat infasif yang ditandai dengan DS : DO : - Terpasang IVFD di ekstrimitas atas sebelah kiri
39
- Keadaan kullit di sekitar tempat pemasanga IVFD tidak terdapat tanda-tanda peradangan 7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan penanganannya b/d kurang terpajan informasi yang ditandai dengan DS : - Klien mengatakan sudah mengalami penyakit Diabetes Melitus sejak 4 tahun yang lalu - Klien mengatakan sudah 4X masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama - Keluarga klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit yang dialami klien DO : - Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang penyakitnya
40
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir ( ESRD ) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ). ( Brunner & Suddarth, 2002: 1448 ) Penyebab GGK menurut Price, 1992 : 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain : 1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik 2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis 3. Penyakit
vaskuler
hipertensif
misalnya
nefrosklerosis
benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis 4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif 5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal 6. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis 7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale 8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
41