Konjung Konjungtiva tiva adalah adalah membran membran transpa transparan ran dan tipis tipis yang membung membungkus kus permukaa permukaan n posterior kelopak mata (konjungtiva (ko njungtiva palpebralis) dan permukaan pe rmukaan anterior a nterior skelra (konjungtiva ( konjungtiva bulbaris). Peradangan pada konjungtiva disebut konjungtivitis dan ditandai dengan dilatasi dari pembulu pembuluh h konjungt konjungtiva iva,, sehingga sehingga menghas menghasilka ilkan n hiperem hiperemis is dan pembeng pembengkaka kakan n pada konjungtiva, biasanya disertai discharge.
Konjungtivitis Konjungtivitis mempengaruhi mempengaruhi banyak orang dan menyebabkan menyebabkan beban secara ekonomi dan sosial. Diperkirakan konjungtivits akut mempengaruhi 6 juta orang pertahun di inggris. Biaya pengobatan untuk konjungtivitis diperkirakan !"" juta mencapai #$" juta per tahun. Banyak departemen kesehatan di negara bagian %&, terlepas dari penyebab konjungtivitis, mengharu mengharuskan skan mahasis mahasis'a 'a untuk untuk diobati diobati dengan dengan antibio antibiotika tika topikal topikal sebelum sebelum kembali kembali ke sekolah.
&ebagian besar pasien dengan konjungtivitis a'alnya dira'at oleh dokter pelayan kesehatan primer dibandingkan dokter mata. &ekitar dari semua kunjungan ke pelayan primer di %& mencapai "* dari semua pasien dengan konjungtivitis akut ke pelayanan primer dan pera'atan darurat. daru rat.
Konjung Konjungtivi tivitis tis merupak merupakan an radang radang konjungt konjungtiva iva atau radang radang selaput selaput lendir lendir yang yang menutup menutupii belakang kelopak mata dan bola mata. Konjungtivitis disebabkan oleh virus, bakteri, alergen, dan iritasi. Dari keempat ini, in+eksi akut dapat disebabkan oleh virus dan bakteri yang paling sering ditemui dalam keluhan pelayanan kesehatan primer - dari semua konsultasi kesehata kesehatan. n. Bakteri Bakteri konjungt konjungtivi ivitis tis relati+ relati+ kurang kurang umu umum m dibandin dibandingkan gkan konjungt konjungtivit ivitis is pada orang de'asa. Penyebab lain dari mata merah akut/ (tabel ), seperti iritis idopatik dan glaukoma yang sering salah didiagnosa dan ditatalaksana dengan antibiotika topikal oleh dokter bukan spesialis mata. Prevalensi konjungtivitis bervariasi sesuai dengan penyebab yang mendasari, yang dapat dipenggaruhi oleh usia, musim. Konjungtivitis Konjungtivitis virus adalah konjungtivitis konjungtivitis yang paling umum dibandingkan konjungtivitis lainnya dan pada populasi de'asa dan lebih umum pada musim panas. Konjungtivitis bakteri adalah penyebab paling umum kedua dan bertanggung ja'ab pada $*"$ konjungtivitis pada anak. Konjungtivitis alergi adalah penyebab paling sering terjadi pada musim semi dan panas.
Konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis menular dan konjungtivitis tidak menular. Konjungtivitis menular adalah alergi, racun, konjungtivitis cicatricial, peradangan sekunder kepada sistem imun yang mediasi penyakit dan proses neoplasma. Penyakit ini dapat diklasi+ikasikan menjadi akut, hiperakut, dan kronis menurut onset 'aktu dan tingkat keparahannya. &elain itu, dapat berupa primer atau sekunder terhadap penyakit sistemik seperti gonorhoe, clamidia, penyakit gra+tvshot, sindrom reiter, dimana pengobatan sistemik diharuskan.
0al ini penting untuk membedakan konjungtivitis dari penyakit mata yang mempunyai gejala yang sama dan untuk membuat keputusan yang tepat tentang pengujian lanjut, pengobatan, atau rujukan. %logaritma digunakan pada anamnesis perjalan penyakit mata dengan pemeriksaan menggunakan senter dapat membantu untuk menegakkan diagnosa dan tatalaksana. Dikarenakan konjungtivitis dan banyak penyakit mata lainnya dapat
membuat mata merah/ membandingkan diagnosis dari mata merah dan gejala tipikal masing masing adalah penting.
Cara membedakan konjungtivitis
1i'ayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan +isik Pemeriksaan +isik mata dan ri'ayat perjalanan penyakit sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat tentang pengobatan dan pengelolaannya. 2ipe discharge pada mata dan gejala ada mata dapat menentukan penyebab konjungtivitis. &ebagi contoh, cairan mukopurulen dan purulen sering disebabkan konjungtivitis bakteri, sedangkan cairan lebih terhadap karakteristik konjungtivitis virus, gatal berhubungan dengan konjungtivitis alergi.
3amun, presentasi klinis sering tidak spesi+ik. 4engandalkan jenis discharge dan gejala pada pasien tidak selalu mengarahkan pada diagnosa yang tepat. &elanjutnya, bukti ilmiah menghubungkan tandatanda dan gejala konjungtivitis dengan penyebabnya sering tidak tepat. 4isalnya, penelitian pada pasien dengan kultur positi+ konjungtivitis bakterial, $# gatal, 6$ terasa panas, dan !$ cairan seous atau tidak ada discharge sama sekali pada 65 ilustrasi. Pada tahun -**!, sebuah penellitian metaanalisa gagal menemukan tandatanda dan gejala konjungtivitis dengan gejala yang mendasarinya.
ejala paling menonjol dari in+eksi konjungtivitis akut termasuk gatal, sensasi terdapat benda asing, dan +otopobia. 2andatanda paling menonjol termasuk krusta pada kelopak mata terutama setelah tidur, injeksi konjungtiva, dan mata berair atau cairan purulent dari satu atau kedua mata, tapi terjadi penurunan penglihatan. 4embuat diagnosa ini sebenarnya sederhana, namun benyak dokter keluarga sulit membedakan konjungtivitis viral atau konjungtivits bakterial. Pada dasarnya, meskipun memiliki kllinis dan gejala konjungtivitis bakterial, salah
diagnosa mencapai $* kasus. &elanjutnya bakteri yang tingal di antara +lora normal dapat menghasilkan positi+ palsu/ ketika tes mikrobiologi dilakukan. Kerugian dari ini, saat in+eksi konjungtivis viral diobati dengan antibiotik atopikal, yang dapat menyebabkan resistensi antibiotika, e+ektivitas biaya, dan meningkatkan komplikasi kepada mata atau penggunaan antibiotika sistemik. &elain itu, pengobatan semua mata merah dengan antibiotik topikal dapat menghasilkan keterlambatan dalam diagnosa kondisi nonin+eksi lainnya menyerupai konjungtivitis. Keadaan seperti iritis, glaukoma akut tertutup dapat memiliki komplikasi jangka panjang yang serius jika tidak segera didiagnosa dan dikelola. •
Dalam kebanyakan kasus konjungtivitis yang didiagnosa, patogen yang paling sering adalah streptococcus pneumonia, haemophilus in+luen7a, dan staphylococcus aureus. Kondis ini berlaku untuk semua jenis kelamin, semua usia, dan semua ras. %ntibiotik tetap diresepkan dengan keyakinan bah'a itu dapat mempercepat pemulihan,
•
mengurangi risiko komplikasi, dan mengurangi kekambuhan. Konjungtivitis viral adalah konjungtivitis yang paling sering dan penyebab in+eksi konjungtivitis dan selalu tidak perlu diterapi8 tanda dan gejala sangat bervariasi. Konjungtivitis bakterial adalah in+eksi konjungtivitis kedua, dengan antibiotika topikal menurunkan konjungtivitis bakterial dan mempercepat kembali ke sekolah atau bekerja. Konjungtivitis yang ditularkan secara seksual seperti chlamydia, dan gonorhoe membutuhkan antibiotika sistemik dan antibiotika topikal. Konjungtivitis alergi mencapai 5* dari populasi, tetapi hanya sebagian kecil yang membutuhkan pertolongan medis8 gatal adalah tanda yang paling konsisten pada konjungtivitis alergi, dan tatalaksananya adalah antihistamin topikal dan penghambat sel mast.
Investigasi laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika terdapat kecurigaan konjungtivits neonatal, konjungtivitis tidak membaik dengan terapi, konjungtivitis dengan sekret purulen, dan kasus yang diduga gonococus dan in+eksi clamidia.
Pengujian antigen cepat yang tersedia untuk adenovirus dan memiliki adenovirus dan sensitivitas #9 dan spesi+ikasi mencapai 95. 2est ini dapat mengindenti+ikasikan penyebab konjungtivitis virus dan mencegah penggunaan antibiotika yang tidak perlu. !6 dari konjungtivitis virus disebabkan adenovirus.
Konjungtivitis Infeksius Konjungtivitis Virus Epidemiologi, penyebab, dan presentasi
Konjungtivitis virus menyebabkan hingga #* kejadian konjungtivitis akut. 2ingkat akurasi klinis dalam mendiagnosa konjungtivitis virus kurang dari $* dibandingkan dengan kon+irmasi laboratorium. Banyak kasus salah mendiagnosa dengan konjungtivitis bakterial.
%ntara 6$ dan 9* dari kasus konjungtivitis virus disebabkan oleh adnovirus dan mereka menunjukkan - gejala yang terkait kepada konjungtivitis virus , demam pharyngoconjutival dan keratokonjungtivitis. Demam pharyngokonjungtival ditandai dengan onset mendadak demam tinggi, +aringitis, dan konjungtivitis bilateral, pembesaran kelenjar lim+e periauricular, sedangkan epidemi keratikonjungtiva lebih parah dan menyajikan dengan cairan yang encer, hiperemia, kemosis, dan limpadenopati ipsilateral diamati pada hingga $* dari kasus konjungtivitis virus dan lebih umum pada konjungtivitis virus dibandingkankonjungtivitis bakterial.
Pencegahan dan Pengobatan
Konjungtivitis viral sekunder pada adenovirus sangat menular, dan risiko penularan mencapai *$*. :irus menyebar melalui kontak langsung melalui peralatan medis, air kolam renang, atau peralatan pribadi, dalam penellitian, 56 dari orang yang terin+eksi memiliki kultur positi+ berkembang dari pembersih tangan mereka. Karena tingginya tingkat transmisi, cuci tangan, alat disin+eksi, dan isolasi dari pasien klnik dianjurkan. ;nkubasi dan penularan diperkirakakn $- hari dan ratarata *5 hari. 4eskipun tidak ada pengobatan yang e+ekti+, air mata buatan, anthhistamin topikal, kompres dingin mungkin dapat berguna dalam mengurangi beberapa gejala (tabel -).
sekunder, dan
penggunaannya
dapat
mempersulit klinis dengan
menyebabkan alergi dan keracunan, menyebabkan keterlambatan diagnosis penyakit. Penggunaan antibioti teter mata dapat meningkatkan risiko penyebaran in+eksi dari mata yang lain melalui tetes air mata. Peningkatan resistensi juga berhubungan dengan +rekuensi penggunaan antibiotik. Pasien seharusnya dirujuk ke dokter mata jika gejala tidak dapat disembuhkan setelah "* hari karena risiko dari komplikasi.
Herpes Konjungtivitis
0erpes simplek virus mencapai ,!5,# dari semua kasus konjungtiivitis akut. Konjungtivitis yang disebabkan oleh virus biasannya unilateral. Discharge yang dihasilkkan tipis, dan berair, dan dapat disetai lesi vesikuler pada kelopak mata. %ntivirus topikal dan oral direkomendasikan
untuk
mempercepat
dari
penyembuhan
penyakit.
Kortikosteroid
seharusnya dihindari karena mereka mempotensiasi virus dan dapat menyebabkan kesakitan.
0erpes 7oster virus, bertanggung ja'ab untuk penyakit sara+, termasuk jaringan mata, terutama jika yang terkena cabang sara+ pertama dan kedua pada sara+ trigeminal. Kelopak mata (5$,#) merupakan situs yang sering dimasukkan, diikuti oleh konjungtiva (5,). Komplikasi kornea dan uveitis dapat terlihat pada !#,- dan 9, ratarata kasus. Pasien dengan dugaan kelopak mata dan mata dengan gejala 0utchison (vesikel pada ujung hidung, yang memiliki korelasi yang tinggi dengan ketterlibatan kornea) seharusnya dirujuk ke dokter mata untuk evaluasi. 2atalaksana yan biasa adalah kombinasi dari antivirus oral dan topikal steroid.
Konjungtivitis bakterial Epidemiologi, penyebab, dan presentasi
;nsidensi dari konjungtivitis bakterial pada satu penelitian diestimasikan menjadi !$ dalam ****. Konjungtivitis bakterial dapat berhubungan langsung dari individual atau dari hasil abnormal dari proli+erasi dari +lora normal konjuntiva. Kontaminasi dari tangan, oculogenital, dan kontaminasi +omites adalah tute umum untuk transmisi. Pada kondisi, kondisi seperti penurunan produksi air mta, gangguan pertahanan epitel secara alami, abnormal dari struktur adneksa, trauma, dan penurunan status imun menjadi +aktor predisposisi dari konjungtivitis bakterial. Patogen yang umum untuk konjngtivits bakterial pada orang de'asa adalah spesies staphylococcus, diikuti streptococcus pneumoniae, dan haemophilus in+luen7a. Pada anak anak, penyakit ini selalu disebabkan oleh h. ;n+luen7a, s.pneumonia, dan mora=ella catarrhalis. Penyakit ini berlangsung "* hari.
Konjngtivitis hiperakut bakteri menumjukkan discharge purulen yang berlebihan dan penurunan penglihatan. Disertai dengan pembengkakan kelopak mata, nyeri pada mata pada palpasi, dan preauricular adenopati. 0al ini biasanya selalu disebabkan oleh neisseria gonorrhoe dan risiko tinggi terkena kornea mata dan per+orasi kornea. Pengobatan untuk
hiperakut konjungivitis hiperakut sekunder dari neisseria gonorrhoeae adalah intramuskular dari ce+tria=one, dan in+eksi clamidis bersamaan harus dikelola.
Konjungtivitis kronik bakterial digunakan untuk mendeskripsikan konjungtivitis yang berlangsng lebih dari 5 minggu, dengan staphylococcus aureus, mora=ella lacunata dan bakteri enterik menjadi penyebab paling umum, konsultasi pada dokter mata seharusnya dilakukan untuk penatalaksanaannya. 2anda dan gejala termasuk mata merah, purulen dan mucopurulen discharge, dan kemosis (gambar !). Periode inkubasi dan penularannya diperkirakkan " hari, dengan ratarata -" hari.
4asalah bilateral dari kelopak mata, dan kepatuhan pada kelopak mata, kurangnya gatal, dan tidak ada ri'ayat konjungtivitis adalah prediktor positi+ dari konjungtiviitis. Discharge purulen yang berat seharusnya selalu dikultur dan konungtivits gonnococcal harus dipertimbangkan. Konjungtivitis yang tidak respon pada pemberian terapi anntibiotika standart pada pasien dengan aktivitas seks yang akti+ dicurigai untuk evaluasi clamidia. 0al yang masuk akal untuk keratitis bakteria adalah penggunaan lensa kontak, yang seharusnya diterapi dengan antibiotika topikal dan dirujuk ke seorang doketr mata. Pasien yang menggunakan lensa kontak seharusnya tidak memakai lensa kontak segera.
Penggunaan antibiotika pada konjungtivitis bakterial
&etidaknya 6* kasus dugaan konjungtivitis akut akan menyembuhkan diri antara sampai minggu. 4eskipun antibiotika topikal mengurangi durasi penyakit, tidak terdapat perbedaan yang telah diamati antara perlakuan dan kelompok plasebo. Dalam meta analisis besar, yang terdiri dari 9 ulasan dar !6!" pasien di uji klinis acak, ada peningkatan sekitar * dalam tingkat perbaikan klinis dibandingkan plasebo untuk pasien yang menerima - sampai $ hari atau 6 sampai * hari dengan pengobatan dengan antibiotika dibandingkan plasebo. 2idak ada yang hasil yang mengancam yang dilaporkan pada kelompok plasebo. Beberapa bakteri yang sangat mematikan seperti &.pneumoniae, 3 gonorrhoeae, dan 0 in+luen7a, dapat menebus pertahanan host lebih mudah dan menyebabkan dampak yang lebih serius.
%ntibiotika topikal tampaknya lebih e+ekti+ pada pasien yang memiliki hasil kultur bakteri yang positi+. Dalam revie' sistemik besar, mereka ditemukan untuk menjadi e+ekti+ meningkatkan baik tingkat penyembuhan klinis dan mikrobiologis pada kelompok pasien dengan budaya terbukti konjuntivis bakteria, sedangkan hanya angka tingkat kesembuhan yang diamati pada pasien yang dicurigai konjungtivitis. Penelitian lain menemukan perbedan yang signi+ikan dalam angka kesembuhan klinis ketika +rekuensi antibiotika sedikit dirubah.
Pilihan antibiotika &emua tetes mata antibiotika spektrum luas tampaknya secara umum e+ekti+ dalam mengobati konjungtivitis bakteri. 2idak ada perbedaan yang signi+ikan dalam mencapai kesembuhan klinis antara salah satu antibiotika spektrum luas. >aktor+aktor yang mempengaruhi pilihan antibiotika yang ketersediaan lokal, alergi pasien, resistensi, dan biaya. %'al terapi untuk konjungtivitis bakteri akut dalam tabel -
%lternati+ untuk antibiotika terapi ?ntuk pengetahuan kita, tidak ada penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi e+ektivitas dekongestan okular, garam topikal, atau kompres hangat untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Kortikosterid topikal seharusnya dihindari karena risiko memperpanjang jalannya penyakit dan potensi in+eksi.
1ingkasan pengelolaan konjungtivitis bakteri Kesimpulan, man+aat dari pengobatan antibiotika termasuk pemulihan lebih cepat, penurunan transmisi, dapat kembali ke sekolah lebih cepat. Bersamaan, e+ek samping yang tidak ada jika
tidak digunakan antibiotika pada kasus konjungtivitis bakteri yang tidak terdapat komplikasi. Disana, tidak ada pengobatan, tunggu dan lihat, dan semua pengobatan tampak pendekatan yang masuk akal dalam kasus konjungtivitis yang rumit. Pemberian terapi antibiotika seharusnya diberikan pada kasus yang menghasilkan cairan purulen atau mukopurulent konjungtivitis dan untuk pasien yang memiliki ketidaknyamanan yang berbeda, yang memakai lensa kontak, yang immunosupresi dan yang dicurigai clamidia dan konjungtivitis gonococcal.
2opik khusus dalam bakteri konjungtivitis 4ethicilin resisten &.aureus konjungtivitis. Diperkirakan !65 dari in+eksi sta+ilokokus okular adalah karena metchilin resisten staphylococcus aureus konjungtivitis8 kondisi ini menjadi lebih umum dan organisme yang lebih resisten terhadap banyak antibiotik. Pasien dengan kasus dugaan perlu dirujuk ke dokter mata dan diperlakukan dengan vancomycin.
Konjungivitis klamidia. Diperkirakan ,#$,6 dari semua konjungtivtis akut disebabkan oleh klamidia, dan mayoritas kasus yang unilateral dan memiliki in+eksi yang bersamaan. Konjungtiva hiperemi, discharge mukopurulen, dan lim+oid +olikel adalah keunggulan dari kondisi ini. Discharge yang selalu purulen dan mukopurulen. Bagimanapun, pasien lebih sering datang dengan gejala ringan selama bermingguminggu sampai berbulanbulan. 0ingga $5 pria dan "5 'anita memiliki in+eksi bersamaan dengan in+eksi klamidia genital. Penyakit ini sering diperoleh melalui penyebaran oculogenital atau hubungan intim lainnya dengan individu yang terin+eksi@ pada bayi baru lahir mata dapat terin+eksi setelah persalinan pervaginam. Pengobatan antibiotika sistemik seperti a7itromisin dan doksisiklin berkhasiat dan pasien harus segera dilakukan koin+eksi dengan in+eksi gonore harus diselidiki. 2idak ada data yang mendukung penggunaan terapi antibiotika topikal setelah terapi sistemik. Bayi dengan konjungtivitis clamidia membutuhkan terapi sistemik karena lebih dari $* dapat bersamaan dengan paruparu, naso+aring, dan in+eksi saluran genital.
Konjungtivitis gonococcal Konjungtivitis yang disebabkan karena 3 gonorrhoeae adalah konjungtivitis hiperakut pada neonatus dan de'asa akti+ secara seksual dan de'asa muda. Pengobatan terdiri dari antibiotika topikal dan sistemik. 3eisseria gonorrhoeae dikaitkan dengan risiko tinggi dari per+orasi kornea.
Konjungtivitis sekunder untuk trachoma 2rachoma disebabkan oleh chlamydia trachomatis subtipe % sampai A dan merupakan penyebab utama kebutaan, mempengaruhi 5* juta orang diseluruh dunia di daerah dengan hygiene yang buruk. Discharge mukopurulent dan ketidaknyaman pada mata dapat dipresentasikan sebagai tanda dan gejala untuk kondisi ini. Komplikasi yang terlambat seperti scar pada kelopak mata, konjungtiva, dan kornea mungkin dapat menyebabkan penurunan penglihatan. Pengobatan dengan dosis tnggal dari a7itromisisn (-*mgkg) adalah e+ekti+. Pasien mungkin juga dapat diobati dengan salep antibiotika topikal selama 6 minggu ( contohnya tetrasiklin atau eritromisin). %ntibiotika sistemik dibandingkan a7itromisin, seperti tetrasiklin atau eritromisin selam ! minggu, mungkin dapat digunakan sebagai alternati+.
Konjungtivitis on infeksi Konjungtivitis alergi
Prevalensi dan penyebab konjungtivitis alergi adalah respon peradangan pada konjungtiva terhadap alergen seperti serbuk sari, bulu binatang dan antigen lingkungan lain dan mempengaruhi sampai 5* dari populasi di %&, hanya tentang * dari individual dengan konjungtivitis alergi yang membutuhkan perhatian medis, dan kesatuan selalu tidak terdiagnosa. 4ata merah dan gatal adalah gejala yang konsisten. Konjungtivitis alergi musim terdiri dari 9* dari semua konjungtivitis alergi di %&.
Pengobatan pengobatan adalah menghindari dari alergen dan menggunakan larutan garam atau air mata buatan secara +isik encer dan menghapus alergen. Dekongestan topikal, antihistamin, stabilisasi sel mast, anti in+lamasi non steroid, dan kortikosteroid dapat diindikasikan. Pada revie' sistemik besar, baik histamin dan stabilisator sel mast yang unggul dengan plasebo dalam mengurangi gejala alergi konjungtivitis8 peniliti juga menemukan bah'a antihistamin yang unggul dibandingkan stabilisator sel mas pada keuntungan jangka pendek. Penggunanan jangka panjang dari antihistamin anta7oline dan vasokontriktor napha7oline seharusnya dihindari karena mereka dapat menyebabkan rebound hyperemia. &teroid topikal yang terkait dengan pembentukan katarak dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan mata, yang menyebabkan glaukoma.
Berbagai obat topikal seperti tetes mata antibiotika, obat antivirus topikal, dna pelumas tetes mata dapat menyebabkan respon alergi konjungtiva terutama karena kehadiran ben7alkonium klorida pada preparat tetes mata. Penghentian penerimaan agen menyinggung kearah resolusi gejala.
Penyakit sistemik yang berhubungan dengan konjungtivitis &ebuah variasi dari penyakit sistemik termasuk pemphigoid membran mukus, sjorgen sindrom, penyakit ka'asaki, steven johson sindrom, dan +istula cavernosus carotid dapat memperlihatkan tanda dan gejala dari konjungtivitis, seperti mata merah dan discharge.
&eperti yang direomendasikakn oleh %merican %cademy o+
Pentingnya tidak menggunakan antibiotikakortikosteroid kombinasi &teroid tetes atau kombinasi tetes yang mengandung steroid tidak dianjurkan secara rutin. &teroid dapat meningkatkan latensi dari adenovirs, memperpanjang konjungtivitis viral. &elain itu, jika ulkus kornea terdiagnosis sekunder untuk herpes, bakteri, dan jamur, steroid dapat memperburuk kondisi, yang meneybabkan kornea mencair dan kebuataan.
Kesimpulan
&ekitar dari semua kunjungan pasien ke dokter pera'atan primer adaah konjungtivitis. 4engandalkan gejala dan tanda selalu menyebabkan diagnosa yang tidak akurat. 3on herpetik viral konjungtivitis diikuti konjungtivitis bakterial adalah konjungtivitis yang paling umum. Konjungtivitis alergi terjadi pada 5* dari populasi, tetapi hanya sebagian kecil yang membutuhkan pera'atan medis. Konjungtivitis virus biasanya disebabkan adenovirus.
Disana tidak ada aturan untuk pengunaan antibiotika topikal pada konjungtiva viral, dan mereka seharusnya menghindari e+ek samping pengobatan. Penggunaan tes antigen cepat untuk diagnosa konjungtivitis viral dan menghindari penggunaan tidak tepat antibiotika adalah strateginya. Patogen bakteri yang terisolasi hanya $* dari kasus diduga konjungtivitis, dan setidaknya 6* dari konjungtivitis bakteri (klinis dicurigai atau badaya terbukti) adalah penyembuhan sendiri tanpa pengobatan. Kultur digunakan pada kasus yang tidak berespon terhadap terapi, kasus dari konjungtivitis hiperakut, dan terduga klamidia konjungtivitis. Pengobatan dengan antibiotika topikal selalu direkomendasikan untuk penggunaan tetes mata, yang dengan discharge mukopurulent dan nyeri pada mata, diduga kasus klamidia dan gonococcal konjungtivitis dan pasien permukaan mata sebelumnya. Keuntungan dari antibiotika adalah resolusi yang lebih cepat, kembali bekerja lebih cepat, dan dan mengurangi dari komplikasi konjungtivitis. Kasus tersering dari konjungtivitis alergi karena alergi musim. %nhistamin, penghambat sel mast, dan steroid topikal adalah diindikasikan untuk pengobatan konjungtivitis alergi. &teroid seharusnya digunakan dengan bijaksana dan setelah pemeriksaan o+talmologi menyeluruh telah dilakukan untuk menyingkirkan in+eksi petic atau keterlibatan kornea yang keduanya memburuk dengan penggunaan steroid.