KASUS 1 Rekayasa Genetika di Monsanto/Pharmacia Monsanto/Pharmacia
Pada bulan Maret 2000, dua perusahaan-Monsanto dan Pharmacia & Upjohnmelakukan merger untuk membentuk usaha baru bernama pharmacia, produsen terbesar dunia untuk tanaman dan organisme hasil rekayasa genetika (GE), dengan nilai penjualan total sebesar $16.4 miliar. Kurang dari tiga bulan berikutnya, tepatnya tanggal 23 Juni 2000, beberapa pemegang saham dari perusahaan baru ini meminta para pemegang saham Pharmacia lain untuk menyetujui resolusi para pemegang saham yang menyatakan: Menimbang:
Beberapa pengecer makanan terbesar Eropa, termasuk Tesco, Sainsbury Group, Carrefour. dan Rewe telah menyatakan untuk tidak menggunakan bahan-bahan hasil rekayasa genetika untuk produk-produk mereka. Di lnggris, tiga raksasa makanan siapsajiMcDonald, Burger King, dan Kentucky Fried Chicken-menghapuskan kedelai dan jagung GE dari menu mereka;
Gerber Products Co., pada bulan Juli 1999 menyatakan bahwa mereka tidak akan menggunakan jagung dan kedelai GE untuk semua produk makanan bayi mereka;
Archer Daniels Midland pada bulan Agustus 1999 meminta pemasok mereka untuk memisahkan bahan-bahan hasil GE dari hasil panen tradisional;
Saat ini semakin banyak kekhawatiran bahwa produk-produk pertanian hasil rekayasa genetika kemungkinan berbahaya bagi manusia, binatang, dan lingkungan;
Departemen Pertanian Amerika pada tanggal 13 Juli 1999 mengakui adanya kebutuhan untuk mengembangkan suatu pendekakan yang komprehensif untuk mengevaluasi pengaruh-pengaruh jangka panjang dan sekunder s ekunder dari produk-produk produk -produk GE;
Semenjak tahun 1989, sejumlah ilmuwan melaporkan bahwa makanan hasil GE kemungkinan berbahaya bagi kasehatan manusia;
Sejumlah hasil panen GE direkayasa sehingga mengandung kadar racun yang lebih tinggi, seperti Bacillus thuringienSiS (Bt) dengan tujuan agar lebih tahan terhadap serangan hama;
Pada tahun 1999, Uni Eropa menangguhkan persetujuan atas penggunaan organismeorganisme hasil rekayasa genetika sampai peraturan keamanan untuk organisme hasil rekayasa genetika diterapkan pada tahun 2002. Ini adalah kelanjutan dari penelitian yang menunjukkan bahwa serbuk jagung Bt kemungkinan berbahaya bagi spesies kupu-kupu raja.
Memutuskan : Para pemegang saham meminta Dewan Direksi untuk menerapkan kebijakan tidak memasarkan atau mendistribusikan produk-produk pertanian hasil rekayasa genetika sampai pengujian jangka panjang berhasil menunjukkan bahwa produk-produ k tersebut tidak berbahaya bagi manusia, binatang, dan lingkungan. Rekayasa genetika mencakup teknik-teknik mengubah gen dalam sel tumbuhan atau binatang. Gen memuat cetak biru yang menentukan menentuk an apa ap a saja karakteristik yang akan ak an dimiliki dimi liki oleh suatu organisme. Rekayasa genetika mengambil gen dari satu spesies dan memasukkannya ke dalam gen spesies lain untuk mencip takan organisme-organisme baru yang memiliki karakteristik dari kedua spesies tersebut. Rekayasa genetika telah digunakan untuk mengembangkan jenis-jenis kedelai yang tahan terhadap serangan hama, sapi yang mampu menghasilkan lebih banyak susu, bakteri yang mengonsumsi tumpahan minyak dalam air, dan tomat yang tidak busuk selama beberapa hari setelah dipetik. Monsanto merupakan perusahaan pelopor dalam bioteknologi biotekn ologi baru ini. Dua dari produk hasil rekayasa genetika pertama adalah kedelai dan tanaman kapas Roundup Ready, yang dibuat tahun 1994 yang kebal terhadap pem basmi rumput liar l iar ”Roundup” (sehingga rumput liar di sekitar tanaman kedelai atau kapas bisa disemprot dengan pembasmi rumput tanpa merusak tanaman kedelai dan kapas). Monsanto juga menggunakan rekayasa genetika untuk mengembangkan jagung Bt dan kapas Bt tahun 1995. Tanaman-tanaman itu menghasilkan bakteri (Bt) yang membunuh predator serangga. ser angga. Organisme-organisme Organisme -organisme ini in i dan juga yang lain yang diproduksi Monsanto disetujui penggunaannya oleh Animal and Plant Health Inspection Service (APHIS) Departemen Pertanian Amerika. Federal Drug Administration (FDA) menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki yurisdiksi untuk membuat peraturan tentang bahan makanan yang dimodifikasi di modifikasi secara genetika. genetik a. Mungkin karena merupakan pelopor penggunaan teknologi baru ini, Monsanto terlibat dalam sejumlah kontroversi. Salah satunya berkaitan dengan fakta bahwa Monsanto mengharuskan para petani, yang membeli benih Roundup Ready, menyetujui untuk tidak menanam benih-benih yang dihasilkan dari tanaman ini, namun membelinya lagi dari perusahaan setiap tahun. Pihak perusahaan menjelaskan bahwa mereka hams melakukan hal ini, jika tidak, para petani tidak akan membeli benih-benih dari perusahaan, dan akhimya perusahaan akan kehilangan pasar. Pada bulan Maret 1998, perusahaan lain, Delta and Pine Land Company, menyatakan bahwa mereka telah menemukan cara untuk menciptakan benih ”Terminator" yang telah direkayasa secara genetika agar tidak bisa bereproduksi. Saat
Monsanto mengumumkan bahwa mereka membeli Delta and Pine Land Company, para
pengamat langsung menyimpulkan bahwa Monsanto akan menggunakan teknologi baru tersebut untuk memastikan agar petani terus membeli produk mereka setiap tahun. Namun kontroversi-kontroversi kontroversi-kont roversi yang lebih buruk muncul berkaitan dengan ancaman lingkungan dari produk tanaman yang direkayasa secara genetika. Sejumlah kritikus menuduh bahwa produk ”Roundup Ready” Monsanto kemungkinan menyebabkan terjadinya
penyerbukan silang dengan rumput liar dan mentransfer kekebalannya kekebalann ya terhadap herbisida Roundup. Hasilnya adalah munculnya rumput liar ”super" yang kebal terhadap pembasmi rumput liar dan tersebar dengan cepat. Para petani organik mengkhawatirkan semakin tingginya penggunaan kedelai dan kapas Bt Monsanto. Bt adalah bakteri yang digunakan petani organik untuk melindungi tanaman mereka dan serangga, dan merupakan satu-satunya pembunuh serangga yang mereka gunakan untuk menangani predator. Para petani mengkhawatirkan bahwa sejalan dengan semakin banyaknya serangga yang ”mengenal” tanaman Bt Monsanto -yang menghasilkan Bt
pada daun sehingga predator serangga menghindarinya-serangga-seran menghindarinya -serangga-serangga gga tersebut pada akhirnya akan kebal terhadap Bt, mirip dengan penggunaan antibiotika yang berlebihan pada manusia yang selanjutnya menciptakan jenis-jenis infeksi yang kebal terhadap unsur antibiotik. Bahkan para peneliti di Monsanto sendiri pernah mengatakan memang tidak bisa dihindari bahwa serangga-serangga serangga-seran gga ini pada akhirnya akan kebal terhadap Bt. Para petani organik mengkhawatirkan hal tersebut karena itu berarti mereka tidak akan mampu lagi mempertahankan hasil panen dari predator serangga. Pada bulan Mei 2000, peneliti di Cornell University menerbitkan sebuah hasil penelitian yang menunjukkan bahwa serbuk sari dari jagung GE GE Bt berakibat fatal pada spesies kupu-kupu raja. Penelitian ini, yang diterbitkan dalam Nature, dilakukan dengan memberi makan ulat kupu-kupu raja dengan daun-daun yang mengandung serbuk sari jagung Bt. Empat puluh empat persen ulat ula t mati setelah empat hari. Saat S aat ini jagung Bt merupakan varietas va rietas utama yang ditanam di seluruh Amerika. EPA menyatakan bahwa mereka akan memelajari pengaruh pengaruh lingkungan jagung Bt dan meminta para petani menanam jagung non-Bt bersama dengan jagung Bt dengan tujuan agar serangga-serangga yang menguntungkan bisa memperoleh tempat perlindung. Warga Eropa, yang tetap bersikeras menentang penggunaan organisme-organisme organisme -organisme hasil rekayasa genetika di alam bebas, menyampaikan sebuah resolusi melalui Uni Eropa yang mewajibkan semua makanan yang mengandung organisme hasil rekayasa genetika diberi label khusus. Pada bulan Februari 1999, parlemen Inggris membahas sebuah usulan untuk menangguhkan penanaman produk-produk hasil rekayasa genetika di lingkungan terbuka
karena adanya kekhawatiran jika hal tersebut bisa menciptakan organisme baru yang lebih berbahaya. Sejumlah perusahaan makanan Amerika, termasuk Gerber Products, Heinz, dan Frito-Lay, menyatakan bahwa mereka tidak akan menggunakan bahan-bahan makanan hasil rekayasa genetika. Whole Foods Market, usaha supermarket makanan yang memiliki 103 cabang pada tahun 1999 mengumumkan bahwa mereka akan mengusulkan pemberian label khusus untuk makanan-makanan yang mengandung organisme hasil rekayasa genetika. Para aktivis lingkungan mengatakan bahwa tidak ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa organismorganisme hasil rekayasa genetika tidak berbahaya bagi lingkungan. Worldwatch Institute, sebuah organisasi lingkungan menyatakan bahwa "Daripada menyuruh para kritikus untuk membuktikan bahwa teknologi ini memang membawa ancaman potensial, lebih baik bila PYOdLIsen dari teknologi tersebut memberikan bukti-bukti bahwa teknologi itu aman." Dalam menyatakan pembelaannya, Monsanto menegaskan bahwa produk tanaman mereka sepenuhnya aman dan terbukti sangat menguntungkan bagi Iingkungan dan masyarakat. Dalam sebuah pemyataan yang mendesak para pemegang saham untuk menentan g resolusi yang dikutip sebelumnya, perusahaan mengatakan: Bioteknologi mendukung perubahan-perubahan besar dalam metode produksi pertanian yang mengarah pada peningkatan hasil panen dan menurunnya penggunaan pestisida tradisional. Dan terbukti, produk-produk yang dihasilkan dari teknologi ini telah memberikan kauntungan besar bagi para petani dan juga Iingkungan hanya beberapa tahun semenjak aplikasi komersialnya Contohnya adalah kapas Bollgard, yang pada tahun 1998 di Amerika memungkinkan petani kapas untuk mengurangi lebih dari 1,1 juta liter penggunaan insektisida kimia. Juga pada tahun 1998, hasil uji Iapangan menunjukkan bahwa jagung YieldGard secara keseluruhan memberikan keuntungan hasil panen tiga sampai tujuh gantang per are dibandingkan varietas hibrida konvensional, yang sebagian di antaranya diberi insektisida kimia. Tanaman Roundup Ready membantu penerapan teknik konservasi lahan dan mengurangi penggunaan herbisida lain. Produk-produk pertanian hasil rekayasa genetika yang dipasarkan Monsanto telah melalui berbagai macam pengujian untuk menjamin bahwa bahan makanan yang dihasilkan dari produk-produk ini sama aman dan bergizinya dengan makanan-makanan yang dihasilkan dari tanaman varietas lain dan bahwa produk produk ini aman untuk Iingkungan. Perusahaan memasang artikel berjudul ”Genetically Modified Nonsense” di website -
nya, yang menyatakan bahwa para kritikus tidak paham tentang risiko-risiko yang sebenamya tidak ada dari tanaman mereka terhadap Iingkungan. Disebutkan pula, tidak ada bukti ilmiah
bahwa organisme-organisme hasil rekayasa genetika berbahaya bagi Iingkungan atau manusia. Lebih jauh lagi, menurut Monsanto, varietas tanaman baru yang mereka hasilkan akan membanm memberi makan dunia yang kelaparan.
Pertanyaan
1. Menurut penilaian Anda, apa saja, jika ada, kewajiban Monsanto menunda pemasaran organisme-organisme hasil rekayasa genetika ” sampai uji keamanan jangka panjang menunjukkan bahwa produk mereka tidak berbahaya bagi manusia, binatang, dan Iingkungan”? Kepada siapa kewajiban ini ditujukan?
2. Analisis tindakan Monsanto/Pharmacia dalam kaitannya dengan pendekatan utilitarianisme, hak, keadilan, dan memberi perhatian. Menurut Anda, apakah perusahaan secara moral dibenarkan untuk terus memasarkan organisme-organisme hasil genetika? 3. Bagaimana seharusnya perusahaan bersikap terhadap produk-prdduk seperti organisme hasil rekayasa genetika apabila informasi tentang kemungkinan risiko terhadap lingkungan masih terbatas atau tidak ada, namun produk tersebut menjanjikan keuntungan besar bagi manusia? Jelaskan jawaban Anda.
Jawaban
1. Sampai jangka panjang menunjukan bahwa produk mereka tidak berbahaya lagi bagi manusia, binatang, dan lingkungan, Monsanto memiliki kewajiban untuk melakukan uji ulang terhadap produk-produk yang diduga merugikan banyak pihak agar dapat memperbaiki kegagalan-kegagalan yang dilakukan oleh GMO. Setelah dilakukannya uji ulang produk rekayasa genetika tersebut, Monsanto berkewajiban pula untuk menemukan cara dalam mengatasi kegagalan dan kerugian yang ditimbulkan oleh produk-produknya, sehingga tidak membahayakan pihak manapun. Kewajiban ini ditujukan terutama kepada pihak-pihak yang berwewenang dan pihak hukum. Selain itu pemerintah dan konsumen pun juga memiliki hak atas kewajiban yang dilakukan Monsanto. 2. Dalam menganalisis suatu tindakan yang berhubungan dengan dasar etika untuk tanggung jawab terhadap lingkungan, kita perlu mengetahui pendekatan yang menjadi dasar etika tersebut. Antara lain pendekatan ultilitarianisme, hak, dan keadilan. Pada pendekatan ultilitarianisme dijelaskan bahwa suatu perbuatan atau aturan adalah baik, jika membawa kesenangan paling besar/banyak untuk jumlah orang paling besar/ banyak atau dengan kata lain jika memaksimalkan manfaat. Sangatlah jelas bahwa pelestarian lingkungan hidup membawa keadaan paling menguntungkan untuk seluruh umat manusia termasuk juga
generasi-generasi yang akan datang. Jika dampak atas lingkungan tidak diperhitungkan dalam biaya-manfaat, pendekatan itu menjadi tidak etis apalagi jika kerusakan lingkungan dibebankan pada orang lain. Berdasarkan pendekatan hak dijelaskan bahwa manusia memiliki hak moral atas segala sesuatu yang perlu untuk hidup dengan pantas sebagai manusia, artinya yang memungkinkan dia memenuhi kesanggupannya sebagai makhluk yang rasional dan bebas.
Jika kita memang mempunyai hak atas lingkungan yang
berkualitas, bisa saja hak ini mengalahkan hak-hak lain termasuk mengalahkan hak seseorang atau hak milik pribadi beberapa orang. Sedangkan pada pendekatan keadilan harus dipahami sebagai keadilan distributif, artinya keadilan yang mewajibkan kita untuk membagi dengan adil. Dapat dikatakan tidak adil apabila kita memanfaatkan alam demikian rupa sehingga orang lain misalnya generasi-generasi yang akan datang tidak lagi bisa memakai alam untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan baik. Keterkaitan ketiga pendekatan dengan kasus rekayasa genetika oleh perusahaan Monsanto/Pharmacia adalah Permasalahan atau kontroversi perusahaan Monsanto/pharmacia 1) Perusahaan Monsanto menggunakan teknologi baru untuk memastikan agar para petani terus membeli produk mereka setiap tahun. 2) Menghasilkan ancaman lingkungan dari produk tanaman yang direkayasa secara genetika seperti munculnya rumput liar “super” ya ng kebal terhadap pembasmi
rumput liar dan tersebar dengan cepat, menciptakan jenis-jenis infeksi yang kebal terhadap unsur antibiotik, berakibat fatal pada spesies kupu-kupu raja, dan dapat menciptakan organisme baru yang lebih berbahaya. Jadi berdasarkan masalah-masalah yang ditimbulkan dapat dikatakan bahwa perusahaan Monsanto/Pharmacia secara moral tidak dibenarkan untuk terus memasarkan organisme-organisme hasil rekayasa genetika karena tidak memperhitungkan akibat yang ditimbulkan pada lingkungan, dan hanya memikirkan atau memberikan banyak manfaat pada beberapa orang dibandingkan dengan masyarakat umum khususnya petani.
3. Keuntungan yang besar merupakan tujuan dan dambaan setiap perusahaan di dunia ini, namun apabila perusahaan tidak memiliki informasi yang kuat atas kemungkan resiko terhadap lingkungan, apakah perusahaan akan bersikap egois dengan tidak memperhatikan lingkungan melainkan mengutamaan keuntungan? Tentu saja hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh perusahaan manapun. Perusahaan hendaknya menyelidiki serta meneliti
dengan cermat bahan apa saja yang dipakain didalam produk-produk mereka. Perusahaan juga perlu bersikap jujur dan terbuka dengan masyarakat luas, karena masyarakatlah yang menggunakan produk tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jika produk yang mereka produksi mengandung bahan-bahan berbahaya, pruduk tersebut tidak boleh diproduksi lagi demi kebaikan bersama. Sebaiknya perusahaan melakukan penyuluhan ataupun iklan-iklan yang menunjukkan informasi sebenarnya tentang produk yang dibuat oleh perusahaan tersebut agar konsumen tidak tertipu atau dikorbankan hanya demi memperoleh keuntungan yang besar.
KASUS 2 AIDS dan Jarum
Becton Dickinson, salah salu perusahaan persediaan medis terbesar. menguasai pasar produk syringe (semprotan) dan jarum. Pada lahun I992, seorang perawat, Maryann Rockwood nama samaran), menggunakan jarum dan syringe 5 cc Becton Dickinson untuk mengambil darah seorang pasien yang diketahui menderita AIDS. Perawat tersebut bekerja di sebuah klinik yang menangani pasien AIDS, dan dia mengambil darah pasien beberapa kali seti ap hari. Suatu hari, setelah mengambil darah, dia memasukkan darah yang mengandung AIDS ke dalam tabung uji steril yang disebut Vacunrainer tube dengan menusukkan jarum suntik ke penutup karet dari tabung uji tersebut, yang dipegang dengan menggunakan salah satu tangan. Secara tidak sengaja jarinya tertusuk jarum tersebut. Sekarang dia positif mengidap HIV. Beberapa tahun sebelumnya, pada tahun I986, Becton Dickinson memperoleh hak paten eksklusif untuk syringe baru, yang ditemukan oleh Charles 8. Mitchell, yang menggunakan lapisan pelindung di sekelilingnya. Tabung plastiknya dapat diturunkan ke bawah untuk menutupi jarum. Syringe 5 cc Becton Dickinson yang digunakan Maryann Rockwood, tahun 1992, tidak memiliki perlindungan seperti itu. Wabah AIDS telah menghadirkan dilema yang cukup berat bagi para pegawai kesehatan, termasuk dokter dan perawat. Dokter-dokter yang melakukan bedah pada pasien AIDS, jari tangannya dengan mudah bisa terluka oleh pisau bedah, jarum, alat-alat tajam lainnya, bahkan pecahan tulang, dan terinfeksi virus AIDS. Risiko yang lebih besar dihadapi oleh para perawat yang, setelah memindahkan peralatan untuk sistem pembuluh darah, mengambil darah, atau memberikan suntikan pada pasien AIDS, dapat dengan mudah tertusuk jarum yang mereka pakai. ”Jarang ada hari yang terlewatkan di rumah sakit besar di mana
insiden tertusuk jarum tidak terjadi."‘ Kenyataannya, insiden tertusuk jarum semacam ini
mewakili sekitar 80 persen dari laporan insiden yang berkaitan dengan virus HIV di kalangan pekerja kesehatan. Pada tahun 1991 diperkirakan sekitar 64 pekerja kesehatan terinfeksi virus AIDS setiap tahun akibat tertusuk jarum. Meskipun kekhawatiran akan AIDS memperbesar perhatian kepada insiden tersebut, namun AIDS bukan satu-satunya risiko yang dihadapi dalam insiden tertusuk jarum. Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui cara yang sama. Pada tahun 1990, Center for Disease Control (CDC), berdasarkan hasil Iaporan rumah sakit, memperkirakan bahwa setiap tahun setidaknya 12.000 pekerja kesehatan menghadapi risiko tertular virus Hepatitis B, dan 250 di antaranya meninggal. Akan tetapi, karena mungkin ada insiden yang tidak dilaporkan, jumlah yang sesungguhnya bisa jadi lebih tinggi. Selain Hepatitis B, insiden tertusuk jarum juga memberikan risiko tertular virus, bakteri, jamur, dan infeksi parasit lainnya, serta obat-obatan berbahaya dan juga sumber-sumber penyakit lain yang tertular melalui jarum suntik. Jumlah total insiden tertusuk jarum pada tahun 1992 cukup tinggi, meskipun tingkat penularannya masih belum jelas. Diperkirakan setiap tahun, di Amerika saja, antara 800.000 sampai satu juta insiden terjadi di rumah sakit. Dari jumlah itu, 60.000 sampai 300.000 mengakibatkan penularan virus Hepatitis B. Dalam salah satu perkiraan, risiko tertular HIV (virus yang menyebabkan AIDS) melalui jarum suntik mencapai 121000, dan risiko tertular Hepatitis B, yang berakibat serius dan bahkan membahayakan jiwa, mencapai 1:6. Perkiraan ini mengimplikasikan bahwa sebanyak 600 sampai 1000 pekerja kesehatan menghadapi risiko tertular HIV dan 100.000 dari mereka menghadapi risiko tertular Hepatitis B. Perkiraan lain menunjukkan bahwa sebanyak 6000 jarum suntik mengakibatkan penularan HIV pada tahun 1992. Biaya dari semua kerugian tersebut diperkirakan mencapai $400 juta sampai $1 miiliar per tahun. Sejumlah lembaga turun tangan untuk membuat serangkaian pedoman bagi para perawat. termasuk American Nursing Association, CDC, Environmental Protection Agency (EPA), dan Food and Drug Administration (FDA), dan semuanya mengembangkan pedoman. Pedoman paling komprehensif disusun oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA), yang pada tanggal 6 Desember 1991 mewajibkan rurnah sakit dan lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk (a) membuat wadah untuk peralatan-peralatan yang tajam (misalnya jarum suntik) bagi para pegawai, (b) melarang kebiasaan memasang penutup jarum dengan memegang penutup di salah satu tangan dan jarum di tangan satunya, dan (c) memberikan informasi dan pelatihan tentang pencegahan insiden tertusuk jarum pada para pegawai."
Kegunaan pedoman semacam itu masih kontroversial. Para perawat yang bekerja di unit gawat darurat, dengan tingkat tekanan situasi yang tinggi, perlu melakukan tindakantindakan cepat, dan mereka sering tertekan oleh waktu karena banyaknya jumlah pasien yang mereka tangani serta banyaknya kebutuhan dan permintaan pasien-pasien tersebut. Dalam lingkungan kerja seperti ini, cukup sulit untuk tetap berpegang pada pedoman yang disarankan oleh lembaga-lembaga di atas. Contohnya, sumber risiko yang cukup besar dari insiden termasuk jarum suntik adalah teknik atau kebiasaan menutup jarum (sehabis dipakai) dengan memegang penutup dengan salah satu tangan dan memasukkan jarum dengan tangan yang lain. Pedoman OSHA melarang penggunaan teknik ini dan menyarankan agar penutup diletakkan di meja atau tempat lain dan memasukkan jarum dengan satu tangan. Namun para perawat sering tertekan oleh waktu dan, meskipun meyakini (dengan benar) bahwa membawa jarum yang mengandung virus adalah sangat berbahaya, namun karena tidak menemukan meja atau bangku untuk meletakkan penutup jarum, mereka akhirnya kembali menggunakan teknik dua tangan. Sejumlah analis menyatakan bahwa lingkungan kerja perawat tidak memungkinkan insiden ituni dapat dicegah hanya dengan menggunakan pedoman: masalahnya bukan pada individu, namun pada desain jarum dan syringe. Dr. Janine Jaegger, seorang pakar masalah insiden tertusuk jarum, menyatakan bahwa,” Berusaha mengajar para dokter dan perawat untuk menggunakan peralatan yang berbahaya dengan aman sama dengan mengajar seseorang bagaimana mengendarai mobil yang rusak dengan aman ... Sampai saat ini fokusnya hanya pada para pekerja kesehatan, dengan menunjuk-nunjuk kesalahan, bukannya memfokuskan pada desain produk yang tidak aman ...Kita memerlukan peralatan baru di mana masalah keamanan merupakan bagian integral dalam desainnya.”8 Pada tahun 1987, Departemen
Tenaga Kerja, Deparlemen Kesehatan, dan Humas membuat pernyataan bersama bahwa, ”Apabila memungkinkan, pengawasan teknis harus digunakan sebagai metode utama untuk
mengurangi kontak antara pekerja dengan bahan-bahan yang berbahaya. Pendekatan yang lebih disukai ... adalah dengan menggunakan bahan-bahan, prosedur, atau peralatan yang secara intrinsik aman." Perusahaan yang memproduksi jarum dan syringe, menurut mereka, wajib menyediakan peralatan-peralalan "di mana masalah keamanan dimasukkan sebagai bagian integral dalam desainnya" bagi para pekerja Risiko tertular penyakil berbahaya melalui penggunaan jarum dan syringe dalam dunia kedokteran telah didokumentasikan dengan baik semenjak tahun 1980-an. Artikel-artikel dalam jumal medis tahun 1980 sampai 1981, misalnya, melaporkan "masalah" luka yang di akibatkan jarum suntik di kalangan pekerja kesehatan. Sejumlah artikel tahun 1983 melaporkan
semakin tingginya risiko yang dihadapi para pegawai rumah sakit akibat jarum dan benda benda tajam. Artikel-artikel tahun 1984 sampai 1985 menyebutkan kekhawatiran penularan Hepatitis B Jan AIDS dari penggunaan jarum. Lebih dari separuh jarum dan syringe yang dipakai para pegawai kesehatan di Amerika semenjak tahun 1980 diproduksi oleh Becton Dickinson. Dan meskipun terjadi krisis, pihak Becton Dickinson memutuskan untuk tidak mengubah desain syringe meskipnn pada masingmasing kotak syringe dilampirkan peringatan tentang bahaya penggunaan jarum dan juga kebiasaan menutup jarum dengan menggunakan dua tangan. ICU Medical Inc., yang juga mempakan pemasok peralatan medis yang cukup besar, pada tahun 1980-an menanggapi krisis insiden jarum dengan memasarkan jarum dengan dudukan panjang, seperti sedotan yang bisa dinaikkan untuk menutup jarum setelah digunakan. Akan tetapi, produk ini sangat tidak nyaman digunakan karena penutupnya yang panjang membuat produk ini agak bergoyang dan sulit dikendalikan saat digunakan. Pada tanggal 23 Desember 1986, kantor paten Amerika menetapkan paten nomor 4.631.057 atas nama Charles B. Mitchell untuk syringe dengan tabung yang bisa ditarik ke bawah untuk menutup dan melindungi jarumnya. Pada saat itu, setidaknya ada empat hak paten lain untuk alat-alat penutup jarum. Seperti yang dicatat Mitchell dalam permohonan untuk memperoleh hak paten, semua peralatan tersebut memiliki kekurangan serius. Salah satunya tidak bisa mengunci penutup jarum, yang kedua Sangat rumit, yang ketiga ukurannya jauh lebih panjang dibandingkan syringe standar dan sulit digunakan, dan yang keempat didesain untuk dipakai pada binatang. Menurut Mitchell, hasil penemuannya merupakan peralatan yang paling efektif, dapat digunakan dengan baik serta mudah diproduksi dan mampu melindungi pemakainya, khususnya ”pada saat -saat darurat atau dalam kondisi dengan tingkat tekanan
yang tinggi." Tidak seperti desain syringe lainnya, desain Mitchell memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan syringe standar sehingga para perawat yang telah terbiasa menggunakan syringe standar tidak akan kesulitan untuk beradaptasi. Beberapa waktu setelah Mitchell. memperoleh hak paten atas desain syringe tersebut, Becton Dickinson membelinya dengan lisensi eksklusif atas produksinya. Beberapa bulan selanjutnya, Becton Dickinson mulai melaksanakan uji lapangan atas model syringe baru dengan menggunakan model 3 cc. Para perawat dan pegawai rumah sakit sangat antusias saat produk ini diperkenalkan pada mereka. Namun mereka mengingatkan bahwa jika perusahaan menetapkan harga yang terlalu tinggi, maka rumah sakit dengan anggaran yang minim tidak akan mampu membeli produk aman itu. Dengan semakin meningkatnya kekhawatiran akan bahaya AIDS, perusahaan memutuskan untuk memasarkan produk tersebut.
Pada tahun 1988, saat uji lapangan selesai, Becton Dickinson harus memutuskan syringe mana yang akan dipasarkan dengan menggunakan pelindung. Bagian pelindung sendiri dapat dipasang pada semua ukuran syringe, termasuk 1 cc, 3 cc, 5 cc, dan 10 cc. Namun perusahaan memutuskan hanya memasarkan versi 3 cc. Syringe 3 cc mewakili sekitar separuh dari jumlah semua syringe yang digunakan, meskipun ukuran yang Iebih besar-5 ct dan 10 cclebih disukai para perawal saat mengambil darah. Syringe 3 cc dipasarkan pada lahun 1988 dengan nama merek Safely-Lot Syringe. Dan dipromosikan sebagai peralatan yang mampu "menghapus hampir semua kemungkinan lertusuk jarum.” Syringe 3 cc yang dilengkapi dengan pelindung dijual ke rumah sakit dan
kantor-kantor dokter dengan harga 50 sampai 75 sen. Pada tahun I991, perusahaan menurunkan harganya menjadi 26 sen per unit. Saat ini, syringe biasa tanpa pelindung harganya 8 sen dengan biaya pembuatan 4 sen. Informasi tentang biaya pembuatan syringe dengan pelindung dirahasiakan perusahaan, namun diperkirakan biaya produksinya pada tahun 1991 Sekitar 13 sampai 20 sen." Perbedaan antara harga syringe standar dengan harga syringe berpelindung merupakarn masalah tersendiri bagi konsumen. Untuk beralih pada syringe model baru berarti menaikkan pengeluaran rumah sakit untuk syringe 3 cc sebesar tiga sampai tujuh kali. Masalah penting lain dalam penggunaannya berkaitan dengan fakta bahwa syringe aman ini hanya dipasarkan dalam ukuran 3 cc sehingga penggunaannya juga terbatas." Pihak rumah sakit enggan menggunakan produk yang tidak tersedia dalam semua ukuran yang diperlukan rumah sakit. Lebih jauh lagi, rumah sakit sering memerlukan syringe ukuran 5 cc dan 10 cc untuk mengambil darah, dan Becton Dickinson tidak memproduksi syringe aman dengan ukuran tersebut. Selama 5 tahun, Becton Dickinson hanya memasarkan syringe aman untuk ukuran 3 cc. Selama periode itu, Becton Dickinson tidak memberikan lisensi pada perusahaan lain yang mungkin berminat memproduksi semua ukuran. Sebagian besar rumah sakit dan klinik kesehatan, termasuk tempat Maryann Rockwood bekerja mengambil darah pasien yang mengandung virus Hepatitis B dan HIV, tidak membeli syringe aman dari Becton Dickinson. Dan sebagian besar perawat di Amerika tetap menggunakan syringe tanpa pelindung. Maryann Rockwood menuntut Becton Dickinson dengan menyatakan bahwa karena perusahaan tersebut memiliki hak eksklusif atas desain yang dipatenkan Mitchell, maka perusahaan memiliki kewajiban untuk memproduksi syringe dalam semua ukuran, dan dengan tidak memproduksi ukuran lain berarti perusahaan ikut bertanggung jawab atas apa yang dialaminya. Kasus ini diselesaikan di pengadilan.
Pada tahun 1993, salah satu pesaing utama Becton Dickinson menyatakan bahwa pihaknya berencana memasarkan syringe aman dengan menggunakan paten baru yang sangat mirip dengan desain yang dipakai Becton Dickinson. Namun bedanya, perusahaan tersebut juga menyatakan bahwa mereka akan memasarkan produk ini dalam semua ukuran dan dengan harga yang jauh di bawah harga yang dipatok Becton Dickinson. Beberapa waktu setelah pernyataan ini dikeluarkan, Becton Dickinson menyatakan bahwa pihaknya juga akan memproduksi Safety Lok Syringe dalam semua ukuran, serta akan menurunkan harganya. Harga-harga baru yang ditawarkan ini lebih dapat diterima oleh rumah sakit.
Pertanyaan
1. Menurut Anda, apakah Becton Dickinson memiliki kewajiban untuk memproduksi syringe aman dalam semua ukuran? Jelaskan pandangan Anda dengan menggunakan materi-materi yang dibahas dalam bab ini serta prinsip-prinsip utilitarian, keadilan, dan perhatian. 2. Misalkan saja saat Maryann Rockwood menuntut Becton Dickinson, dan perkara ini berlaniut ke pengadilan dan Maryann menang. Apa saja implikasi dari hal ini terhadap kewajiban-kewajiban yang harus diterima oleh perusahaan lainnya? Apakah menurut Anda hasil seperti ini lebih baik? Jelaskan. 3. Apakah perusahaan layak dinyatakan bertanggung jawab karena tidak memasarkan semua produk dengan hak paten yang mereka miliki saat kecelakaan yang terjadi pada seseorang sesungguhnya bisa dihindari apabila perusahaan memasarkan semua produk tersebut? Jelaskan jawaban Anda. 4. Menurut Anda, siapa yang secara moral bertanggung jawab atas peristiwa yang dialami Maryann Rockwood? Klinik tempat dia bekerja? Lembaga pemerintah yang hanya mengeluarkan pedoman? Becton Dickinson?
Jawaban
1. Iya, Becton Dickinson memiliki kewajiban untuk menyediakan jarum suntik pada semua ukuran di tahun 1990 berdasrkan : a) Pandangan kontrak 1) kewajiban untuk mematuhi: keamanan produk Becton Dickinson tidak menyediakan semua produk secara aman karena jarum suntik aman tidak diproduksi di semua ukuran. 2)
kewajiban untuk tidak memaksa : menyebabkan konsumen jadi irasional. Dengan hanya 3cc yang tersedia berarti secara tidak langsung memaksa untuk
konsumen untuk membeli ukuran 3cc dan dengan banyak keperluan di ukuran lain berarti konsumen terpaksa untuk menggunakan beberapa jarum suntik 3cc untuk memenuhi kebutuhan 5cc atau 10cc demi keamanan. b) Due Care Theory: melanggar teori ini karena hanya memproduksi 3cc yang menunjukan atas ketidak pedulian pada keselamatan konsumen yang menggunakan 5cc dan 10cc. c) Pandangan Etika Utilitarian: tidak memberikan utilitas terbesar untuk orang terbanyak. Tidak memberikan kemanfaatan tersebesar yaitu keselamatan dari banyak pekerja kesehatan yang berisiko terkena HIV dan Hepattis. Right: hak positif, melanggar hak para pekerja kesehatan untuk mendapatkan keamanan dalam bekerja. Caring: hanya memproduksi ukuran 3 cc, sehingga mengabaikan keamanan saat menggunakan ukuran 5 dan 10 cc (tidak peduli keselamatan pekerja kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan)
2. Menurut kelompok kami, bila Maryann menang di pengadilan. Maka kasus tangannya yang tertusuk jarum suntik 5cc yang tidak memiliki perlindungan meskipun Bacton Dickinton (BD) sudah memperoleh hak patennya maka sudah jelas BD akan dikenai hukuman atas tindakan produksinya yang tidak sesuai dengan aturan yaitu tidak memberi perlindungan pada syringe 5cc tersebut. Dan implikasi terhadap kewajiban-kewajiban yang harus diterima oleh perusahaan lainnya dari kejadian yang dialami Maryann yaitu perusahaan lainnya akan lebih diperketat dalam memproduksi jarum dan syringe serta pihak pemerintahpun ikut mengeluarkan pedoman kepada rumah sakit dan lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk membuat wadah untuk peralatan-peralatan yang tajam (misalnya jarum suntik) bagi para pegawai kesehatan melarang kebiasaan memasang penutup jarum degan memegang penutup disalah satu tangan dan jarum di tangan satunya , dan memberikan informasi dan pelatihan tentang pencegahan insiden tertusuk jarum pada para pegwai kesehatan. Pedoman OSHA melarang penggunaan teknik menggunakan dua tangan saat menutup jarum dan menyarankan agar penutup diletakkan di meja atau tempat lain dan memasukkan jarum dengan satu tangan. Hasil seperti ini belum tentu lebih baik karena dalam prakteknya utamanya pegawai yang bekerja di unit gawat darurat, dengan tingkat tekanan situasi yang tinggi, perlu melakukan tindakan-tindakan cepat, dan mereka sering tertekan oleh waktu karena banyaknya jumlah pasien yang mereka tangani serta banyaknya kebutuhan dan permintaan pasien-pasien tersebut. Dalam lingkungan kerja
seperti ini, cukup sulit untuk tetap berpegang pada pedoman yang disarankan. Sehingga perusahaan -perusahaan lainnya yang juga memproduksi syringe dan jarum berusaha dan wajib untuk menggunakan bahan-bahan, prosedur, atau peralatan yang secara intrisik aman dan integral dalam desainnya. Sehingga hal tersebut dapat meminimalisir kejadian yang mungkin akan terjadi lagi seperti yang dialami oleh Maryann. 3. Tidak, menurut kami ini hanya kecelakaan dari Maryann Rockwood yang tidak berhati-hati dalam bekerja sehingga tidak disengaja jari nya tertusuk jarum yang mengandung AIDS, sehingga dinyatakan positif mengindap HIV. Namun secara moral perusahaan iya bertanggung jawab karena tidak memasarkan semua produk dengan hak paten yang mereka miliki saat kecelakaan yang terjadi pada seseorang sesungguhnya bisa dihindari apabila perusahaan memasarkan semua produk tersebut, karena jika saja perusahaan Becton Dickinson memasarkan semua jarum dan syringe dalam semua ukuran dan tidak hanya memasarkan yang berukuran 3cc saja maka kemungkinan tertusuknya jarum yang dialami oleh pegawai kesehatan bisa diminimalisir, karena di lapangan ukuran yang lebih besar yaitu 5cc dan 10cc lebih disukai para pegawai saat mengambil darah meskipun syringe 3cc mampu mengapus hampir semua kemungkinanan tertusuk jarum yang juga dilengkapi dengan pelindung.
4. Menurut kelompok kami klinik tempat Maryann Rockwood bekerja bertanggung jawab secara moral karena itu merupakan salah satu tanggung jawab perusahaan atau klin ik tempat Maryaan bekerja sebagai pemberi kerja kepada karyawannya, jadi segala sesuatu yang dialami oleh karyawan di klinik tersebut secara moral menjadi tanggung jawab pemilik klinik . Lembaga pemerintah yang mengeluarkan pedoman juga bertanggung jawab secara moral karena apapun yang terjadi di negara khusunya di dunia kesehatan menjadi perhatian pemerintah sebagai lembaga hukum yang vailid yang bertanggung jawab disamping bertanggung jawab secara legal (hukum) juga bertanggung jawab secara moral karena segala sesuatu yang terjadi di dunia kesehatan apalagi yang bisa merugikan orang banyak merupakan tanggung jawab pemerintah dan terlebih lagi dalam kasus Maryann ini menyangkut hak paten ekskusif yang menggunakan lapisan pelindung disekeliling syringe yang juga harus endapatkan izin dari pemerintah. Dan Becton Dickinson sendiri memang bertanggung jawab secara moral karena dia adalah perusahaan yang memproduksi syringe dan jarum yang melukai tangan Maryann dan syringe 5cc yang digunakan Maryann pada tahun 1992 saat dia tertusuk jarum tersebut tidak memiliki perlindungan meskipun Becton Dickinson sudah memperoleh hak paten atas perlindungan tersebut. Jadi perlindungan
kepada konsumen kurang diperhatikan oleh Bacton Dickinson. Maka, ketiganya dalam kasus ini bertanggung jawab secara moral.
KASUS 3 Kasus untuk Diskusi Perbedaan Gaji di Robert Hall
Hall Clothes, Inc., memiliki sejumlah toko eceran yang khusus menjual pakaian keluarga. Salah satu toko terletak di Wilmington, Delaware. Toko Robert Hall di Wilmington memiliki bagian khusus untuk pakaian pria dan anak laki-laki dan satu bagian lain khusus untuk pakaian perempuan dan anak-anak perempuan. Kedua bagian tersebut terpisah dan didatangi pegawai yang berbeda. Hanya pria yang diperbolehkan bekerja di bagian pakaian pria dan hanya perempuan yang bekerja di bagian perempuan. Pegawai toko tersebut dipisahkan karena setelah pengalaman selama bertahun-tahun, manajer toko mengetahui bahwa kecuali jika pegawai dan konsumen sama-sama pria atau sama-sama perempuan, kontak fisik antara pegawai dan konsumen akan membuat mereka malu dan mengurangi penjualan. Pakaian untuk pria umumnya berkualitas lebih tinggi dan lebih mahal dibandingkan pakaian perempuan. Ada beberapa faktor kompetitif yang berpengaruh dalam hal ini: hanya sedikit toko pakaian pria di Wilmington sehingga toko tersebut bisa menyediakan pakaian-pakaian yang mahal dan masih mendapat keuntungan, sementara bagian pakaian perempuan harus menurunkan harga agar dapat bersaing dengan toko-toko pakaian lain yang banyak terdapat di Wilmington. Karena perbedaan barang, marjin keuntungan dari bagian pakaian pria lebih tinggi dari bagian pakaian perempuan. Akibatnya, bagian pakaian pakaian pria selalu menunjukkan nilai penjualan dan keuntungan yang lebih besar. Karena adanya perbedaan nilai penjualan dan keuntungan per jam pegawai perempuan lebih kecil, dan kenyataannya, nilai penjualan pegawai pria jauh lebih banyak dibandingkan pegawai perempuan. Akibat perbedaan penjualan dari kedua bagian tersebut, manajer Robert Hall memberi gaji pegawai pria lebih tinggi dibandingkan pegawai perempuan. Pihak manajemen mengetahui, setelah keputusan Pengadilan Tinggi tahun 1973, bahwa mereka sepenuhnya berhak memberikan gaji yang berbeda jika memeng diinginkan. Gaji di toko ini ditetapkan berdasarkan keuntungan per jam per bagian, dengan sedikit pembulatan ke atas untuk
memastikan bahwa gaji tersebut sebanding dan kompetitif dengan gaji yang diberikan toko lain di wilayah itu. Meskipun perbedaan gaji antara pria dan perempuan cukup substansial, namun tidak besar perbedaan nilai penjualan dan keuntungan. Manajemen Robert Hall menyatakan bahwa pegawai perempuan digaji lebih rendah karena komoditas yang mereka jual nilainya tidak sama dengan komoditas di bagian pakaian pria. Namun demikian, para pegawai perempuan menyatakan bahwa keahlian, usaha, dan tanggung jawab yang dibutuhkan dalam pekerjaan mereka “secara substansial” adalah sama dengan pegawai pria. TABEL 7.11
Tahun
Toko Pakaian Pria
Toko Pakaian Perempuan
Penjualan
Laba Kotor Persentase
Penjualan
Laba
Persentase
($)
($)
($)
Kotor
Laba (%)
Laba (%)
($) 1963
210,639
85,328
40,5
177,742
58,547
32,9
1964
178,867
73,608
41,2
142,788
44,612
31,2
1965
206,472
89,930
43,6
148,252
49,608
33,5
1966
217,765
97,447
44,7
166,479
55,463
33,3
1967
244,922
11,498
45,5
206,280
69,190
33,5
1968
263,663
123,681
46,9
230,156
79,846
34,7
1969
316,242
248,001
46,8
254,379
91,687
36,4
TABEL 7.12
Tahun
Penjualan Oleh Pria Per Penjualan
Oleh Selisih Penjualan Oleh Pria
Jam
Perempuan Per Jam
Terhadap Perempuan
($)
($)
(%)
1963
38,31
27,31
40
1964
40,22
30,36
32
1965
54,77
33,30
64
1966
59,58
34,31
73
1967
63,14
36,92
71
1968
62,27
37,20
70
1969
73,00
41,26
77
TABEL 7.13
Tahun
Laba Kotor Penjualan Laba Kotor Pejualan Selisih
Laba
Oleh Pria Per Jam
Oleh Perempuan Per Penjualan
($)
Jam
Terhadap Perempuan
($)
(%)
1963
15,52
9,00
72
1964
16,55
9,49
74
1965
23,85
11,14
114
1966
26,66
11,43
134
1967
28,74
12,36
133
1968
29,21
12,91
127
1969
34,16
15,03
127
Oleh
Kotor Pria
TABEL 7.14
Tahun
Pendapatan Pria Per Pendapatan Perempuan Selisih
Pendapatan
Jam
Per Jam
Terhadap Perempuan
($)
($)
(%)
1963
2,18
1,75
25
1964
2,46
1,86
32
1965
2,67
1,80
48
1966
2,92
1,95
50
1967
2,88
1,98
45
1968
2,97
2,02
47
1969
3,13
2,16
45
Pria
Pertanyaan
1. Menurut Anda, apakah manajer di Robert Hall memiliki kewajiban etis untuk mengubah kebijakan pemberian gaji? Jika menurut Anda ,mereka tidak perlu merubahnya, jelaskan mengapa kebijakan tersebut secara etis dapat dibenarkan, jika menurut Anda perlu diubah, jelaskan mengapa mereka wajib mengubahnya dan perubahan apa yang perlu mereka lakukan. Dalam analisis Anda, apakah akan ada bedanya jika Robert Hall tidak hanya membuka satu toko dengan dua bagian, namun membuka dua toko, satu untuk pakaian pria satu untuk pakaian perempuan? Apakah akan ada bedanya jika kedua toko tersebut dimiliki oleh perusahaan yang berbeda? Jelaskan masing-masing jawaban Anda dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip etika yang relevan. 2. Misalkan hanya ada sedikit pria yang melamar pekerjaan di Wilmington, sementara pelamar perempuan sangat banyak. Apakah faktor kompetitif ini dapat dipakai sebagai pembenaran untuk memberikan gaji yang lebih tinggi pada pegawai pria? Misalkan saja 95 persen perempuan di Wilmington yang melamar pekerjaan di toko tersebut adalah kepala rumah tangga dan punya anak, sementara 95 persen pria yang melamar belum berkeluarga. Apakah faktor kebutuhan ini dapat dipakai sebagai pembenaran untuk memberikan gaji yang lebih tinggi bagi pegawai perempuan dibandingkan pegawai pria? Mengapa? Dalam kaitannya dengan argumen bahwa pria dapat menjual lebih baik, apakah hal ini dapat dipakai sebagai pembenaran untuk memberikan gaji yang berbeda? 3. Jika menurut Anda manajer Robert Hall harus memberikan gaji yang sama karena mereka melaksanakan pekerjaan yang “secara substansial sama”, apakah Anda juga
berpikir bahwa gaji haruslah dihitung sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan (misalnya dengan menetapkan gaji berdasarkan komisi)? Mengapa? Apakah sistem komisi lebih baik dari sudut pandang utilitarian dengan mempertimbangkan pengeluaran pembukuan yang cukup besar untuk sistem ini? Dari sudut pandang kalian? Menurut Anda, apa arti secara substansial sama?
Jawaban :
1. Menurut kami: Ya, manajer memiliki kewajiban dan perlu mengubah kebijakan pemberian gaji tersebut. Karena tidak adil di mana pekerja wanita harus bekerja ekstra agar penjualan meningkat sedangkan pekerja pria tidak perlu bekerja terlalu keras, pekerja memiliki hak yang harus di penuhi oleh perusahaan atau organisasi di mana ia bekerja yaitu hak atas upah yang adil dan layak. Adil disini bukan berarti sama rata tetapi upah yang didapat sesuai dengan pengalaman kerja, lamanya bekerja, tingkat pendidikan sedangkan layak memiliki arti bahwa upah yang diterima dapat sesuai denagn upah minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pembagian kerja perlu dirubah misalnya pada bagian pakaian laki-laki tidak sepenuhnya ditangani oleh pekerja laki-laki tetapi dapat diisi oleh pekerja wanita dan pegawai laki-laki bisa menangani bagian pakaian laki-laki yang khusus seperti pakaian dalam, sedangkan pada bagian pakaian wanita dapat diisi sepenuhnya oleh pegawai wanita sehingga dalam pembagian gaji bisa disesuaikan dengan kinerjanya. Ada, karena jika satu toko ada 2 bagian dirasa akan lebih adil dalam pembagian gajinya yang didasarkan pada prinsip keadilan yang mengemukakan bahwa setiap orang harus diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Menurut kami: Tidak, karena faktor kompetitif tidak dapat dipakai untuk menentukan gaji pegawai karena yang menentukan gaji pegawai adalah kualitas kerja, lama bekerja, pangalaman pegawai tersebut. Tidak, karena faktor kebutuhan tidak dapat dipakai untuk menentukan gaji pegawai karena yang menentukan gaji pegawai adalah kualitas kerja, lama bekerja, pangalaman pegawai tersebut. Tidak karena kembali kepada prinsip keadilan, yaitu penjualan pakaian pria lebih tinggi dari wanita terjadi karena tidak adanya pesaing dan harganya lebih mahal. 3. Menurut kami:
Ya, karena berdasarkan prinsip keadilan setiap pegawai berhak untuk mendapatkan gaji yang adil yang sesuai dengan yang kinerjanya tetapi juga layak. Ya lebih baik karena menguntungkan kedua belah pihak dimana utilitarian mempertimbangkan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya Secara substansial sama artinya keahlian, usaha dan tanggung jawab yang dibutuhkan dalam pekerjaan antara pegawai pria dan wanita sama.
KASUS 4 The Gap
Pada hari Senin langgal 24 juli 1995, Slanley Raggio, wakil direktur senior unluk sumber dan logistic intemasional TheGap, Inc, membaca The New York Times dan menemukan artikel tentang Gap. Di sana, dalam sebuah cerita oleh Bob Herbert, dia melihat atasannya, Donald G. Fisher, dihukum karena melakukan praktek sourcing yang menjadi tanggung jawabnya (Stan Raggio). Ratusan ribu pegawai muda (umumnya perempuan) di Amerika Tengah dengan penghasilan yang sangat minim dan hidup dalam kemiskinan merupakan anugerah mutlak bagi para eksekutif perusahaan seperti Donald G. Fisher, pimpinan eksekulif Cap dan Banana Republic, yang hidup mewah dengan penghasilan lebih dari $2 juta tahun lalu. Judith Viera, seorang gadis 18 tahun, beketja di pabrik maquiladora di El Salvador yang membuat pakaian untuk Gap dan perusahaan-perusahaan lain. Dia memperoleh upah 56 sen per jam. Donald Fisher direncanakan akan menemui Judith Viera, menghabiskan waktu selama beberapa saat, mendengarkannya saat dia menggambarkan impian-impiannya dengan suara seperti anak kecil. Dia ingin memperoleh uang yang cukup untuk membeli makanan bagi ibu dan dua orang adiknya. Dia juga ingin sekolah. Namun Donald Fisher sangat sibuk. Dan sangat sulit mengawasi “kerajaan”-nya sambil berbicara dengan seorang muda seperti Nn. Viera (dan
juga rekan-rekannya di Asia).
Artikel di New York Times adalah salah satu dari ratusan artikel yang muncul di berbagai surat kabar di seluruh Amerika selama beberapa bulan selanjutnya yang menggambarkan pelanggaran hak asasi manusia dan gaji yang tidak layak di Amerika Tengah, di mana Gap dan sejumlah pengecer pakaian lainnya melakukan sourcing. The Gap, Inc, merupakan rantai pengecer yang menjual pakaian kasual, sepatu, dan aksesoris untuk pria, perempuan, dan anak-anak. Dengan kantor pusat di San Francisco, perusahaan ini membawahi beberapa nama termasuk: Gap, Banana Republic, Old Navy Clothing Company, GapKids, dan babyGap. Semua produk yang dijual merupakan private label. Gap didirikan tahun 1969 saat Donald Fisher dan istrinya, Doris, membuka sebuah toko pakaian kecil dekat San Francisco State University. Menjelang tahun 1971, mereka sudah memiliki enam toko Cap. Tahun 1983, Fisher mengajak Millard Drexler, mantan direktur Ann Taylor, dan mengangkatnya menjadi direktur baru Gap, sementara Fisher menjabat pimpinan eksekutif dan pimpinan perusahaan. Drexler mengubah perusahaan tersebut dengan mengganti produk kain belacu dengan produk pakaian katun berwama cerah dan berkualitas tinggi. Tahun 1995, Fisher pensiun dari jabatannya sebagai CEO dan Drexler, sekarang berusia 50 tahun, mengambil alih. Saat ini Gap memiliki 1348 toko di Amerika dan Puerto Rico, 72 di Kanada, 49 di lnggris, dan 3 di Perancis. Persaingan sangat ketat, dan toko R. H. Macy and Federates terpaksa menyatakan pailit. Namun Gap bertahan dengan baik, dengan nilai penjualan tahun 1994 mencapai $3,723 miliar dan keuntungan $258 juta. Toko-toko pakaian seperti Gap membeli produk dari pabrik-pabrik Amerika dan seluruh dunia. Sekitar 20.000 kontraktor Amerika, yang sebagian besar memekerjakan 5 sampai 50 pegawai, mensuplai produk pakaian untuk perusahaan-perusahaan seperti Gap. Industri pakaian di Amerika mengalami tekanan berat dari produk impor karena industri ini memang padat karya dan ketentuan upah tenaga kerja di negara-negara sedang berkembang sangat rendah, yang dalam hal ini sangat memberatkan upah dan kondisi kerja di Amerika. Sebagai contoh, diperkirakan bahwa di Cina, upah dalam induslri pakaian sekitar seper dua puluh upah di Amerika. Semenjak tahun 1990, Amerika telah kehilangan lebih dari setengah juta pekerjaan dalam industri tekstil dan pakaian, dan kondisi kerja di perusahaan-perusahaan yang masih bertahan di Amerika sama buruknya dengan yang terjadi di negara-negara sedang berkembang. Satu penelitian yang dilakukan tahun 1989 oleh General Accounting Office menemukan bahwa dua per tiga dari 7000 toko pakaian di New York adalah sweatshop.‘ Pemeriksaan yang dilakukan Departemen Tenaga Kerja di California Sela tan menemukan
bahwa 93 persen loko yang diperiksa terbukti melakukan pelanggaran peraturan keschatan dan keselamatan kerja. Gap menjalin kontrak dengan lebih dari 500 produsen di seluruh dunia yang membuat pakaian-pakaian private-label menurut spesifikasi Gap. Gap membeli sekitar30 persen produknya dari produsen Amerika dan 70 persen lainnya dibeli dari perusahaan-pemsahaan di 46 negara. Tidak ada satu pun pemasok yang menyediakan lebih dari 5 persen produk untuk Gap. Pada tanggal 10 Mei 1993, sebuah kebakaran di pabrik mainan Thailand menewaskan 200 pekerja dan melukai 500 orang lainnya. Pabrik mainan ini milik Kader Industries, yang memproduksi mainan-mainan untuk sejumlah perusahaan mainan terbesar Amerika, termasuk Toys R Us, Fisher-Price, dan Tyco. Dokumen dari U. S. Custom Service mengungkapkan bahwa selama 3 bulan pertama tahun 1993, perusahaan-perusahaan Amerika mengimpor lebih dari 270 ton mainan dari pabrik Thailand. Peristiwa kebakaran tersebut menarik perhatian tidak hanya pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam industri mainan, namun juga tanggung jawab industri Amerika dan konsumen guna memastikan bahwa produk-produk mereka dibuat dalam kondisi kerja yang aman dan manusiawi, di mana pun lokasi produksinya. Sejalan dengan munculnya keprihatinan alas kondisi kerja di negara-negara Dunia Keliga, Gap juga menerapkan serangkaian Prinsip dan Pedoman sourcing. Pedoman ini memberikan standar-standar yang harus dipenuhi, yaitu: tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun, tidak menggunakan tenaga kerja paksa atau para narapidana, tidak memekerjakan anak-anak di bawah 14 tahun, memberikan lingkungan yang aman, memberikan upah minimum atau menurut standar industri lokal (dipilih mana yang lebih tinggi), memenuhi semua peraturan lingkungan dan standar-standar lingkungan yang lebih ketat dari Gap, tidak mengancam atau menghukum pegawai saat mereka berusaha mengatur atau melakukan tawar menawar secara kolektif, dan menjunjung tinggi semua hukum dan peraturan setempat. Untuk menjamin bahwa semua kriteria tersebur dipenuhi, Gap mengirim Gap Field Representative untuk melaksanakan wawancara dengan calon pemasok sebelum penandatanganan hubungan bisnis. Di antara para pemasok Gap, ada satu yang berada di El Salvador dan dioperasikan oleh Mandarin International, sebuah perusahaan Taiwan yang mengoperasikan pabrik asembli di seluruh dunia. Gap mulai menjalin kerja sama dengan pabrik Mandarin di El Salvador tahun 1992. Di sana seorang pegawai digaji 12 sen untuk setiap T-shirt 3/4 Cap atau Polo, yang harga jual ecerannya sekitar $20 di Amerika. Upah rata-rata per jam di pabrik Mandarin sekitar 56 sen per jam-yang dalam hal ini diperkirakan hanya mampu memberikan 18 persen dari jumlah
yang dibutuhkan untuk menghidupi keluarga dengan empat anggota keluarga, namun nilai ini sesuai dengan standar industri di wilayah tersebut. El Salvador sekarang menjadi negara demokrasi konstitusional. Pada lahun 1992, negara ini akhimya mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung selama 12 tahun dan menelan korban 70.000 jiwa. Tetapi, meskipun perang telah usai, tingkat kekerasan di El Salvador masih relatif tinggi, khususnya untuk kejahatan pembunuhan, penyerangan, dan perampokan, termasuk kejahatan terhadap perempuan dan anak-anak. Sekitar 40 persen populasi hidup di bawah garis kemiskinan. Dan meskipun nilai upah bulanan naik, namun tingkat inflasi menyebabkan penurunan nilai upah yang sebenarnya. Hal ini selanjutnya mendorong perusahaan-perusahaan pembuat pakaian untuk mendirikan pabrik di sana. Pemerintah mempertahankan 6 zona perdagangan bebas, di mana negara-negara asing diizinkan mengimpor dan mengekspor barang untuk dikerjakan di suatu negara tanpa harus membayar tarif. Perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi dalam zona perdagangan bebas disebut maquiladoras, dan mereka sering memberikan gaji yang lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan yang berada di luar zona perdagangan bebas. Meskipun hukum melarang perusahaan memecat atau melakukan pelecehan terhadap para pegawai yang berusaha
mendirikan
serikat
pekerja,
namun
otoritas
pemerintah
kadang
tidak
melaksanakannya. Labor Code juga melarang pekerja berusia 14 sampai 18 tahun bekerja lebih dari 6 jam setiap hari, dan jam kerja normal untuk pekerja dewasa ditetapkan 44 jam, kecuali jika diberi uang lembur. Namun demikian, peraturan ini juga tidak selalu dilaksanakan. Sejumlah masalah muncul di pabrik Mandarin, yang terletak di salah satu zona perdagangan bebas, awal Februari 1995, saat sejumlah pekerja memberitahu perusahaan tentang maksud mereka untuk membentuk serikat pekerja, satu hak yang diizinkan dalam peraturan ketenagakerjaan El Salvador? Menteri Tenaga Kerja memberikan status hukum pada serikat pekerja tersebut, yang dalam hal ini merupakan serikat pekerja pertama yang diakui di zona perdagangan bebas El Salvador. Perusahaan Mandarin menerima pemberitahuan tentang status hukum serikat pekerja ini pada tanggal 7 Februari, dan langsung ditanggapi dengan menutup pabrik keesokan harin ya. Para pekerja siang dan malam berkemah di depan pabrik. Pagi harinya, penjaga keamanan pabrik menyerang dan memukuli sejumlah pekerja perempuan. Selanjutnya, sebuah komisi damrat dibentuk dan melakukan pertemuan, dan pada malam hari tanggal 9 Februari, perusahaan setuju mengakhiri masalah tersebut, mengakui hak serikat pekerja, dan menerima peraturan ketenagakerjaan El Salvador. Namun, beberapa hari kemudian Mandarin memecat lebih dari 150 pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja dan pendukungnya.
Pada akhir Maret 1995, para manajer Gap mulai menerima klaim bahwa pihak manajemen Mandarin menolak usaha serikat pekerja, dan ini merupakan pelanggaran atas pedoman Gap. Peristiwa-peristiwa di pabrik Mandarin mulai menerima perhatian media massa, khususnya berkaitan dengan undang-undang yang saat itu tengah diolah Kongres yang akan berpengaruh pada impor dari wilayah tersebut. Seorang eksekutif Gap, Stan Raggio, terbang ke El Salvador untuk menyelidiki situasi tersebut. Saat berada di sana, dia mewawancarai sejumlah pekerja sehubungan dengan kondisi di pabrik. Sebagai kesimpulan dari kunjungannya, dia melaporkan bahwa dia tidak menemukan adanya pelanggaran HAM atau pelanggaran-pelanggaran lain terhadap kebijakan sourcing perusahaan. Akan tetapi, Gap akan terus mengawasi situasi di pabrik Mandarin dan menyatakan tidak akan memberi order sampai diputuskan apakah klaim-klaim yang terdengar didukung oleh alasan yang kuat." Pada hari Senin tanggal 15 Mei, serikat pekerja melakukan mogok untuk memprotes pemecatan terus-menerus terhadap pegawai yang menjadi anggota serikat pekerja. Penjaga keamanan pabrik dilaporkan menyerang dan memukuli pemimpin serikat pekerja saat mereka mengumumkan pemogokan. Mandarin sekali lagi menutup pabriknya dan memecat semua anggota serikat pekerja, satu komisi darurat sekali lagi dibentuk dan sekali lagi memperoleh kesepakatan dengan perusahaan; pagi harinya perusahaan membuka pintunya kembali. Namun perusahaan menolak memekerjakan pimpinan serikat pekerja di hari berikutnya. Di bulan Mei, Stanley P. Raggio kembali pergi ke El Salvador untuk menyelidiki situasi dan sekali lagi dia tidak bisa memperoleh kesaksian yang jelas dari para pekerja yang diwawancarai di pabrik bahwa hak-hak serikat pekerja telah dilanggar. Serikat pekeria Amerika, seperti International Ladies Garment Workers Union, telah lama merasa prihatin dengan kondisi-kondisi kerja di pabrik sweatshop seperti Mandarin, yang dalam hal ini juga merupakan pesaing perusahaan pakaian Amerika. Sampai kondisi para pekerja di negara-negara tersebut mengalami peningkatan, kondisi pekerja pakaian di Amerika juga tetap tidak akan berubah karena perusahaan-perusahaan Amerika tidak mampu memberikan kemewahan pada para pegawainya apabila harus bersaing dengan perusahaan perusahaan asing yang hanya mcmberikan upah minimum pada pegawai mereka. Jadi, para pemimpin serikat pekerja semakin memberikan perhatian pada usaha untuk meningkatkan kondisi kerja di negara-negara luar Amerika yang saat ini menjadi pesaing para pekerja Amerika. National Labor Relation Committee, sebuah koalisi yang terdiri dari 25 serikat pekerja berencana melakukan kampanye nasional awal musim semi tahun 1995 untuk memprotes kondisi kerja yang dialami para pekerja pabrik pakaian di Karibia dan Amerika Tengah.
Mereka memutuskan untuk memfokuskan perhatian pada usaha para pekerja membentuk serikat pekerja di Mandarin, nilai upah yang sangat minim di wilayah tersebut, serta kondisi kerja di pabrik. Selama musim panas 1995, National Labor Committee berencana membawa dua pekerja maquiladora-Judith Viera, seorang pegawai berusia 18 tahun di Mandarin, dan Claudia Molina, bekas pegawai di Orion Apparel, sebuah maquiladora milik perusahaan Korea di Choloma, Honduras-untuk ”tur” selama 59 hari di Amerika dan Kanada, mengunjung i 20 kota untuk mengkritik Gap dan perusahaan-perusahaan lain dalam konferensi pers, dan melakukan pertemuan publik. Saat konferensi pers, kedua perempuan ini bersama perwakilan dari National Labor Committee menuduh Gap ”menutup -nutupi” situasi yang terjad i di Mandarin; mereka
secara detail menjelaskan jam kerja yang panjang dengan upah hanya 56 sen per jam, tentang tindak kekerasan terhadap para pendukung serikat pekerja, pelecehan seksual dari atasan, tidak adanya fasilitas air bersih untuk minum, tidak diizinkan menggunakan kamar kecil , dan dipaksa menyapu halaman pabrik di bawah sengatan matahari sebagai hukuman. Publisitas ini sebagian besar difokuskan pada Gap dan rekanannya di El Salvador, sejumlah artikel utama yang berisi wawancara dengan kedua perempuan tersebut muncul di berbagai surat kabar besar di seluruh Amerika." National Labor Relation Committee mendesak konsumen untuk memboikot Gap dan menelepon atau menulis surat pada para eksekutif Gap yang berisi kecaman terhadap kondisi kerja yang dialami para pegawai. Para pejabat serikat pekerja menun tut Gap melakukan investigasi bersama, dengan National Labor Relation Committee, atas situasi di Mandarin, menekan Mandarin untuk memekerjakan kembali para pegawainya yang telah dipecat, dan menuntut dilakukan pengawasan dari pihak ketiga untuk memastikan bahwa pedoman Gap telah dilaksanakan. Pihak serikat pekerja berencana untuk mengawali “aksi serupa secara
besar-besaran terhadap toko-toko Gap di seluruh Amerika dan Kanada memberikan selebaran pada konsumen, dan sebagainya, yang akan dimulai sehari setelah Thanksgiving, yang merupakan awal musim pembelian sebelum Natal”
Tanggap 27 Agustus Stanley Raggio sekali lagi pergi ke El Salvador dan bertemu dengan pejabat Amerika dan El Salvador serta sejumlah mantan pegawai untuk menilai kond isi yang terjadi di pabrik. Dalam sebuah pernyataan umum yang dikeluarkan setelah kunjungan tersebut, perusahaan menyatakan bahwa ”Meskipun telah dilakukan usaha intensif, namun
penyelidikan kami tidak menemukan bukti-bukti signifikan yang mendukung atau menunjukkan bahwa telah terjadi pelanggaran serius terhadap pedoman sourcing kami. Dengan berdasarkan hasil penyelidikan, kami menetapkan bahwa pabrik Mandarin memperlakukan para pekerjanya dengan baik dan telah memenuhi standar-standar yang telah kami tetapkan.
Pihak National Labor Relation Committee menanggapi dengan menyatakan bahwa sejumlah organisasi HAM telah melakukan verifikasi atas tuduhan mereka dan bahwa para pekerja tidak bersedia bicara dengan Gap karena takut. Pada Rabu malam, 2 Agustus, Stanley Raggio bertemu dengan Charles Kernaghan, direktur eksekutif National Labor Committee, untuk membahas tuduhan yang disampaikan National Labor Committee dalam kampanye mereka. Sebelumnya, pada hari yang sama, National Labor Committee mengadakan demo di kantor pusat distribusi Gap di San Francisco. Kedua belah pihak merasa bahwa diskusi tersebut cukup produktif, namun tidak ada perubahan langsung yang terjadi." Dua bulan berikutnya, Bob Herbert, penulis New York Times, pergi Re El Salvador untuk menyelidiki situasi. Tanggal 9 dan 13 Oktober, New York Times menerbitkan sejumlah artikel Herbert yang berisi kecaman keras terhadap klaim bahwa tidak ada bukti-bukti yang menguatkan tuduhan National Labor Committee." Herbert menyatakan telah mewawancarai lebih dari 30 perempuan di El Salvador yang telah dipecat karena menjadi anggota serikat pekerja. Dia juga mewawancarai direktur pabrik Mandarin yang mengonfirmasi bahwa perempuan- perempuan tersebut pernah bekerja di pabrik, tapi ”keluar” pada akhir Juni. Wawancara dengan sejumlah perkumpulan gereja setempat dan dengan pejabat pemerintah untuk masalah HAM, katanya, juga mengonfirmasi terjadinya pemecatan massal terhadap para pegawai yang menjadi anggota serikat pekerja. Pertanyaan yang dihadapi Stan Raggio dan manajer lainnya adalah: apa yang harus dilakukan?
Pertanyaan
1. Tindakan apa yang Anda rekomendasikan pada Stanley Raggio? Apakah Gap harus menyerah pada tuntutan serikat pekerja untuk ”melakukan investigasi bersama, dengan
National Labor Relation Committee, atas situasi di Mandarin, menekan Mandarin untuk memekerjakan kembali para pegawainya yang telah dipecat, dan menuntut dilakukan pengawasan dari pihak ketiga untuk memastikan bahwa pedoman Gap telah dilaksanakan? 2. Apakah perusahaan-perusahaan seperti Gap perlu berusaha agar para pemasoknya memberikan gaji lebih besar dibandingkan standar industri setempat jika nilai tersebut tidak
memadai? Apakah mereka harus membayar gaji yang sama untuk para pekerja di negara Dunia Ketiga dengan gaji pekerja Amerika? Apakah mereka perlu memberikan jaminan kesehatan yang sama seperti yang diberikan di Amerika? Tingkat keselamatan kerja yang sama? 3. Apakah perusahaan seperti Gap secara moral bertanggung jawab atas cara pemasoknya memperlakukan para pekerja mereka? Jelaskan jawaban Anda.
Jawaban 1. Menurut kami, Stanley Raggio mempunyai tanggung jawab untuk menanggulangi hal
tersebut. Tindakan yang menurut kelompok kami rekomendasikan pada Stanley Raggio adalah melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee atas situasi di Mandarin, karena dengan melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee menunjukkan bahwa dalam hal in tidak ada yang perlu ditutup-tutupi atau bermaksud melindungi perusahaan, walaupun tuduhan yang dilontarkan oleh kedua pekerja tersebut secara jelas menyatakan bahwa perusahaan Gap telah melakukan pelanggaran tentang ketenagakerjaan sehingga apabila memang benar ditemukan kasus yang menguatkan adanya pelanggaran tentang ketenagakerjaan seperti jam kerja yang panjang dengan upah hanya 56 sen per jam, tentang tindak kekerasan terhadap para pendukung para serikat pekerja, pelecehan seksual dari atasan, tidak adanya fasilitas air bersih untuk minum, tidak diijinkan menggunakan kamar kecil dan dipaksa menyapu halaman pabrik dibawah sengatan matahari sebagai hukuman. Pihak Gap mau tidak mau harus siap menanggung segala kemungkinan teburuk atas operasi perusahaan yang dilakukan tersebut, karena hukum yang sama juga menyebutkan bahwa para pegawai / pekerja juga memiliki hak untuk berpartisipasi (melalui serikat pekerja) dalam keputusan menutup perusahaan. 2. Hal ini dilakukan untuk menuntaskan kasus tersebut dan memberikan kejelasan atas situasi
di Mandarin agar pedoman dari Gap bisa dipastikan sudah terlaksana dan para pekerja yang diberhentikan bisa bekerja kembali dan memperoleh hak-hak sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam pedoman Gap tersebut. 3. Bila dikaitkan dengan teori gaji dengan faktor pertimbangan biaya hidup lokal dimana gaji
yang diberikan haruslah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga pekerja (dengan mempertimbangkan apakah wilayah tersebut umumnya dihuni pekerja yang miliki satu atau dua penghasilan sekalipun nilai gaji tersebut diatas gaji minimum). Secara umum, semakin tinggi keuntungan perusahaan, semakin besar gaji yang bisa di bayarkan pada pekerja,
semakin kecil keuntungannya, semakin kecil pula yang bisa diberikan. Perusahaan yang sudah terkenal seperti Gap harusnya tidak terlalu menekan pemasok untuk menghasilkan keuntungan yang terlalu berlebihan. Tentunya harus disesuaikan dengan standar industri setempat apakah standar yang dilakukan tersebut telah memadai atau tidak untuk dilaksanakan sesuai standar perusahaan Gap tersebut. Menurut kami mereka tidak harus membayar gaji yang sama untuk para pekerja dinegara Dunia Ketiga dengan gaji pekerja Amerika, karena dalam hal ini harus mempertimbangkan situasi dimana perusahaan berada, posisi permintaan dan penawaran tenaga kerja dan biaya hidup pekerja tersebut. Namun jika struktur gaji dalam suatu organisasi ingin dianggap adil maka para pekerja yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kurang lebih sama haruslah diberi gaji yang sebanding. Untuk masalah gaji tentunya harus disesuaikan dengan kondisi negara atau daerah setempat dan bisa mencukupi kebutuhan pegawai dan melalui proses yang adil sesuai dengan produktifitasnya. Jika produktifitasnya bagus, maka mereka layak untuk mendapatkan gaji yang sepantasnya mereka terima. Mengenai pemberian jaminan kesehatan dan tingkat keselamatan kerja perlu diberikan yang sama seperti yang diberikan di Amerika, karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan pekerja tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan ekonomis, bahkan perusahaan perlu (secara individual ataupun bersama perusahaan lain) mengumpulkan informasi tentang bahaya kesehatan yang terdapat dalam suatu pekerjaan dan menyebarkan informasi tersebut keseluruh pekerja untuk menjamin pekerja terhadap bahaya yang diketahui. Perusahaan perlu memberikan program asuransi kesehatan yang sesuai. Dan mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi selain itu tentunya terkadang dalam melakukan pekerjaan bisa saja memperngaruhi kesehatan pegawai jika tenaganya terlalu dipaksakan dan terkuras karena harus memenuhi pesanan. 4. Secara moral tentu saja Gap harus bertanggungjawab karena sebagai perusahaan yang
mempekerjakan pemasok tersebut di bawah labelnya tentunya perusahaan Gap mengetahui pasti perusahaan yang sudah diajaknya bekerja sama apakah perusahaan tersebut sudah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan. Lagi pula Gap sudah mengeluarkan pedoman mengenai tata cara ketenagakerjaan diantara lain tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun, tidak menggunakan tenaga kerja paksa atau para narapidana, tidak mempekerjakan anak-anak di bawah 14 tahun, memberikan lingkungan yang aman, memberikan upah minimum atau menurut standar industry lokal, memenuhi semua peraturan lingkungan dan standar-standar lingkungan yang lebih ketat dari Gap, tidak mengancam atau menghukum pegawai saat mereka berusaha mengatur atau melakukan tawar menawar secara kolektif, dan menjungjung tinggi semua hukum dan peraturan
setempat.
Jika pemasok melanggarnya tentu ada sanksi yang harus menunjukkan
simpatinya jika terjadi perlakuan yang tidak sesuai atau tidak manusiawi oleh pemasok terhadap pegawainya. Dalam kasus ini kami menyebutkan sebagai diskriminasi pekerja. Karena perusahaan dalam operasinya tidak akan terhindar dari tindakan diskriminasi khususnya dalam hal membeda-bedakan pekerja, baik pekerja yang ingin membentuk serikat pekerja maupun yang tidak bergabung. Selain itu diskriminasi terhadap gaji yang diberikan juga marak terjadi, salah satunya dari kasus ini adalah penetapan oleh pemerintah yang menerapkan enam zona perdagangan bebas, dimana disebutkan perusahaan perusahaan asing yang beroperasi dalam zona perdangan bebas diberikan gaji lebih baik dibandingkan perusahaan diluar zona perdagangan bebas. Yang menjadi masalah di sini adalah pemasok Mandarin yang salah satunya termasuk bagian dari enam zona perdagangan bebas justru tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan pemerintah El Salvador, sehingga Gap pun dalam hal ini terkena imbasnya harus mepertanggungjawabkan secara moral tindakan diskriminasi itu.