LATIHAN KESEIMBANGAN PADA LANSIA
Ketidakmampuan mempertahankan posisi berdiri karena pusing, perasaan tak stabil, seperti mau jatuh bahkan rasa tak percaya diri karna khawatirakan jatuh, sering mengganggu aktifitas warga usia lanjut. Kondisi dapat lebih parah lagi jika kekhawatiran tersebut berlanjut sampai akhirnya pasien takut keluar rumah sehingga terisolasi. Lama-kelamaan dapat timbul depresi dengan segala akibatnya. Masalah jatuh juga acapkali mengakibatkan kualitas hidup pasien geriatric menurun, bukan saja karena jejas jaringan dan nyeri yang ditimbulkannya namun imobilisasi akibat fraktur sering merupakan penyebab. I.
Pengertian Keseimbangan Definisi keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu definisi keseimbangan juga memiliki definisi yakni kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. II.
Klasifikasi keseimbangan postural Keseimbangan postural diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
2.1. Keseimbangan statik. Keseimbangan statik adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat memelihara keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi tertentu selama jangka waktu tertentu.Misalnya padaanak yang menirukan patung. 2.2. Keseimbangan dinamik. Keseimbangan dinamik merupakan keseimbangan pada saat tubuh melakukan gerakan atau saat berdiri di atas landasan yang bergerak (dynamic standing) yang akan menempatkannya dalam kondisi yang tidak stabil, dan pada keadaan ini kebutuhanakan kontrol keseimbangan postural semakinmeningkat. Misalnya keseimbangan saat berjalan, naik di atas perahu, ataupun berlari di atas treadmill.
1
III.
Sistem Informasi Sensoris yang Mempengaruhi Keseimbangan Lansia Sistem informasi sensoris yang mempengaruhi keseimbangan lansia
meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris : 3.1. Visual Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. 3.2. Sistem vestibular Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural. 3.3. Somatosensoris Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsikognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang. IV.
Pengertian Jatuh
4.1. Definisi Jatuh Menurut Reuben, 1996 (Dalam buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. Boedhi Darmojo, 1999) mengatakan bahwa jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksimata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
2
4.2. Resiko Jatuh Penyebab terjatuh dianggap sebagai faktor resiko. Untuk dapat memahami faktor resiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh sistem sensori, Sistem Saraf Pusat (SSP), kognitif, dan muskuloskeletal. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh kekakuan jaringan penghubung, berkurangnya massa otot, perlambatan konduksi saraf, penurunan visus/lapang pandang, kerusakan proprioseptif, yang kesemuanya menyebabkan 1). Penurunan range of motion (ROM) sendi; 2). Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah; 3).Perpanjangan waktu reaksi; 4).Kerusakan persepsi dalam; 5).Peningkatan postural sway (goyangan badan) Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: (Kane, 1994)
Faktor-faktor intrinsik (faktor dari dalam) Faktor intrinsik mengacu pada kondisi-kondisi internal pasien
Faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar) Sebagian besar jatuh terjadi pada aktifitas ringan; hanya sekitar 5% saja yang terpajang pada situasi berbahaya. Sekitar 70% jatuh terjadi didalam rumah.
V.
Penyebab Jatuh pada Lansia Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor,
antara lain : 1) Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50 % kasus jatuh lansia ) a. Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelaianan akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh 2) Nyeri kepala dan atau vertigo 3) Hipotensi ortostatic a. Hipovolemia / curah jantung rendah b. Disfungsi otonom
3
c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung d. Terlalu lama berbaring e. Pengaruh obat-obat hipotensi f. Hipotensi sesudah makan 4) Obat-obatan a. Diuretik / antihipertensi b. Anti depresantrisiklik c. Sedatifa d. Antipsikotik e. Obat-obat hipoglikemik f. Alcohol 5) Proses penyakit yang spesifik 6) Penyakit akut seperti : a. Kardiovaskuler : aritmia, stenosis aorta, sincope sinus karotis b. Neurologi : TIA, stroke, serangankejang, Parkinson, kompresisaraf spinal karena spondilosis, penyakit serebelum 7) Idiopatik (tidak jelas sebabnya) 8) Sincope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba) : a. Drop attack (serangan roboh) b. Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba c. Terbakar matahari VI.
Pengertian Latihan Keseimbangan Latihan keseimbangan adalah latihan khusus yang ditujukan untuk
membantu meningkatkan kekuatan otot pada anggota bawah (kaki) dan untuk meningkatkan sistem vestibular/kesimbangan tubuh. Organ yang berperan dalam sistem keseimbangan tubuh adalah balance perception. Latihan keseimbangan sangat penting pada lansia (lanjut usia) karena latihan ini sangat membantu mempertahankan tubuhnya agar stabil sehingga mencegah terjatuh yang sering terjadi pada lansia. Setiap tahunnya di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 300.000 kasus patah tulang pada hip disebabkan karena terjatuh. Latihan keseimbangan ini sangat berguna untuk memandirikan para lansia agar mengoptimalkan kemampuannya sehingga menghindari dari dampak yang terjadi yang disebabkan
4
karena ketidakmampuannya. Otak, otot dan tulang bekerja bersama-sama menjaga keseimbangan tubuh agar tetap seimbang dan mencegah terjatuh.Ketiga organ ini merupakan sasaran yang terpenting dan harus dioptimalkan pada latihan keseimbangan. VII.
Tujuan Latihan Keseimbangan Latihan keseimbangan bertujuan untuk mengasah sensitivitas sensor
proprioseptif. Prinsip gerakan latihan keseimbangan cukup mudah hanya dengan duduk kemudian berdiri yang dilakukan berulang - ulang, tetapi dapat menjadi sulit bagi mereka yang keseimbangannya terganggu akan merasa seperti jatuh ketika berdiri. VIII.
Indikasi dan Kontraindikasi Latihan Keseimbangan 8.1. Indikasi : Klien yang memiliki gangguan keseimbangan 8.2. Kontraindikasi : Riwayat fraktur pada ekstremitas bawah, hipotensi ortostatik, atrofi di salah satu atau kedua tungkai.
IX.
Gerakan-gerakan dalam Latihan Keseimbangan a. Pasien duduk dikursi dengan bersandar dan kedua tangan berada di atas paha. Kemudian pasien diminta untuk meluruskan salah satu kaki ke depan hitung satu detik ,kemudian kembali. Dilakukan hingga 5 kali dan bergantian dengan kaki satunya.
5
b. Pasien duduk dikursi dengan bersandar dan kedua tangan berada di atas paha. Pasien diminta untuk mengangkat salah satu kakinya ke atas dengan hitungan satu detik kemudian kembali. Dilakukan hingga 5 kali bergantian dengan kaki satunya.
c. Pasien duduk dikursi dengan bersandar dan kedua tangan berada di atas paha. Pasien diminta untuk menaruh salah satu tumitnya di depan ibu jari kaki sebelahnya. Kemudian kembali keposisi awal, dilakukan bergantian dengan kaki satunya dengan hitungan 5 kali setiap kaki.
d. Pasien duduk dikursi, tidak perlu bersandar dan kedua tangan berada di atas paha. Gerakkannya salah satu kaki di bawah masuk kearah belakang (kolong kursi). Kemudian kembali keposisi awal dan dilakukan bergantian dengan kaki satunya dengan hitungan 5 kali setiap kaki.
6
e. Pasien berdiri tegak di belakang kursi dengan kedua tangan berpegang pada
sandaran kursi . Gerakannya pasien mengangkat salah satu
kakinya ke atas kemudian kembali posisi awal dengan hitungan 8 kali dan dilakukan bergantian dengan kaki satunya. Pengulangan sebanyak 5 kali setiap kaki.
f. Pasien berdiri tegap di belakang kursi dengan kedua tangan berpegang pada sandaran kursi . Gerakan, Pasien menekukkan lutunya kemudian kembali ke posisi awal. Dengan hitungan 5 kali.
7
g. Pasien berdiri tegap di belakang kursi dengan kedua tangan berpegangan pada sandaran kursi . Gerakan : berdiri dengan menumpu pada ujung ibu jari kaki 1-4 hitungan, kembali ke posisi semula dengan hitungan 5-8. Diulangi 3 kali.
h. Pasien berdiri tegap di belakang kursi (kursi berada di samping pasien) dengan salah satu tangan berpegang pada
sandaran kursi . Gerakan
pasien mengangkat salah satu kaki ke samping tahan satu detik kemudian kembali. Dilakukan bergantian pada kaki satunya dengan pengulangan 5 kali setiap kaki.
8
i. Pasien berdiri tegap di belakang kursi (kursi berada di samping pasien) dengan salah satu tangan berpegang pada sandaran kursi . Gerakan : berjalan dengan kaki yang sejajar (tumit berada di depan ibu jari)
j. Posisi berdiri tegak, tanpa ada halangan atau bantuan di sekitar. Pasien berjalan lurus ke depan dengan salah satu tumit kaki ada di depan ujung ibu jari. Lakukan bergantian sambil berjalan.
9
k. Posisi berdiri tegak, tanpa ada halangan atau bantuan di sekitar. Pasien berjalan dengan posisi tangan terbuka di sampimg setinggi dada.
10
DAFTAR PUSTAKA Boedhi Darmojo. (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta : FKUI Czeresna Heriawan Soejono. (2000). Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB. Instability and Falls. In : Kane RL ed; Essentials of clinical geriatrics. 3rd ed. Mc Graw-Hill Inc, New York, 1994; 197-219. Reuben DB, Yoshikawa TT, Besdine RW. Geriatrices Review syllabus, 3rd ed. Kendall/Hunt Publishing Company, Lowa, 1996; 160-5 Tinetti MR. Falls. In : Hazzard WR, Andres R, Bierman EL, Blass JP ed; Principles of geriatric medicine and gerontology, 2nd ed. Mc Graw-Hill Inc, New York, 1992; 1192-9. http://contoh-askep.blogspot.com/2008/09/latihan-keseimbangan-posturalpada.html http://dhaenkpedro.wordpress.com/keseimbangan-balance/ http://seripayku.blogspot.com/2009/04/latihan-keseimbangan.html
11