LAPORAN TUGAS AKHIR PEMETAAN GEOLOGI SMK N 1 MANDAU Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir Pada Program Keahlian Geologi Pertambangan
OLEH : MARISI YOEL SYAHPUTRA SYAHPUTRA
PROGRAM KEAHLIAN GEOLOGI PERTAMBANGAN SMK N 1 MANDAU DURI – DURI – RIAU RIAU 2011-2012
PEMETAAN GEOLOGI DI DESA BANGUN DOLOK, KECAMATAN PARAPAT, KABUPATEN TOBASA SUMATERA UTARA Laporan Tugas Akhir Disusun Oleh
MARISI YOEL SYAHPUTRA SYAHPUTRA NISN : 9941321333 9941321333
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat tekhnik dan agar dapat mengikuti ujian akhir UAS dan UAN Tahun ajaran 2011/2012
SMK N 1 Mandau Jurusan Geologi Pertambangan
PROGRAM STUDI KEAHLIAN GEOLOGI PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 01 DURI – DURI – RIAU RIAU 2011-2012
PEMETAAN GEOLOGI DI DESA BANGUN DOLOK, KECAMATAN PARAPAT, KABUPATEN TOBASA SUMATERA UTARA Laporan Tugas Akhir Disusun Oleh
MARISI YOEL SYAHPUTRA SYAHPUTRA NISN : 9941321333 9941321333
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat tekhnik dan agar dapat mengikuti ujian akhir UAS dan UAN Tahun ajaran 2011/2012
SMK N 1 Mandau Jurusan Geologi Pertambangan
PROGRAM STUDI KEAHLIAN GEOLOGI PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 01 DURI – DURI – RIAU RIAU 2011-2012
LEMBARAN PENGESAHAN
PEMETAAN GEOLOGI DI DESA BANGUN DOLOK, KECAMATAN PARAPAT, KABUPATEN TOBASA SUMATERA UTARA Laporan Tugas AkhiR Disusun Oleh
MARISI YOEL SYAHPUTRA
NISN : 9930343845 9930343845 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat tekhnik dan agar dapat mengikuti ujian akhir UAS dan UAN Tahun ajaran 2011/2012 SMK N 1 Mandau Jurusan Geologi Pertambangan
Disetujui Oleh Guru Pembimbing 1
Guru Pembimbing 2
AGUS SUBAGYO, S.T
YUDI CAHYA P, S.T
NIP: 19740801 200701 1 004 004
NIP: Diketahui Oleh
KA.SMK N 01 Mandau – Mandau – Duri Duri
KAPRODI
SUGITO, S.Pd
FIRMAN DTS, S.T
NIP: 19630323 198412 1 002 002
NIP: 19710430 200701 1 003 003
LEMBARAN PENGESAHAN
PEMETAAN GEOLOGI DI DESA BANGUN DOLOK, KECAMATAN PARAPAT, KABUPATEN TOBASA SUMATERA UTARA
Laporan Tugas Akhir Disusun Oleh
MARISI YOEL SYAHPUTRA
NISN : 9930343845
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat kopetensi pada Program Keahlian Geologi Pertambangan SMK N 01 Mandau Tahun Ajaran 2011/2012 Disetujui Oleh
PENGUJI
……………………
HALAMAN PERSEMBAHAN Laporan resmi praktikum pemetaan geologi dengan metoda langkah dan meteran ini penyusun persembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat dan karunianya sehingga dengan izinnya laporan tugas akhir pemetaan geologi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ayah, Ibu, kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan dan semangat baik melalui materi dan doa untuk dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Teman-temanku dijurusan Geologi Pertambangan khususnya angkatan 2012, Terima kasih atas dukungan dan kerja samanya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan resmi ini.
Para guru bidang produktif pada program keahlian geologi pertambangan.
Untuk tim yang membantu saya dalam proses pengambilan data.
Terima kasih untuk semua orang yang membantu saya.
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Allah SWT, karena atas rahmad dan karunianya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Proyek Tugas Akhir di bidang Geologi yang khususnya dalam bidang Pemetaan Geologi, dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis akan membahas mengenai “Melakukan pemetaan geologi dan Pengamatan
Structure
di
Daerah
Parapat,
Desa
Bangun
Dolok
(Sumatera
Utara)”.Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikat dan syarat kelulusan di SMK
N 01 Mandau. Pada kesempatan penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan tugas akhir ini telah banyak sekali baik berupa pengarahan maupun bimbingan selama pelaksanaan penyusunan laporan ini. Terutama kepada: 1. Sugito, S.pd, selaku kepala sekolah SMK Negeri 1 Mandau. 2. Firman DTS, S.T, selaku guru bidang studi produktif dan Kaprodi Geologi Pertambangan. 3. Agus Subagyo, S.T, selaku guru bidang studi produktif dan guru pembimbing. 4. Yudi Cahya.P, S.T, selaku guru bidang studi produktif dan guru pembimbing. 5. Meliya Sefiana, S.T, selaku guru bidang studi produktif dan guru pembimbing. 6. Teman – teman yang telah banyak memberikan dorongan bagi saya untuk menyusun laporan ini 7. Kedua orang tua yang telah banyak memberiakan dorongan bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Mudah – mudahan Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan Karunianya. Kepada semua pihak yang telah memberikan batuan. Demikian laporan akhir ini terselesaikan apabila ada kesalahan dalam kata – katanya mohon dimaklumi, kiranya laporan ini bisa bermanfaat nantinya. Hormat Kami, YOHAN FERBRIANDO
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Geologi adalah ilmu yang yang mempelajari Bumi sebagai objek utama, proses-proses yang berlangsung, dan pengaruhnya terhadap bumi itu sendiri. Untuk itu dilakukanlah pekerjaan Geologi Lapangan. Gelogi lapangan merupakan cara yang digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan struktur serta sifat batuan yang ada pada suatu singkapan. Untuk melakukan pekerjaan Geologi Lapangan diperlukan perlengkapan
dasar yang digunakan untuk mempelajari,
mengamati, memeriksa, mengumpulkan data,dan contoh batuan. Kegiatan Pemetaan Geologi yang dilakukan oleh Siswa-Siswi SMK N 1 DURI program study keahlian Geologi Pertambangan untuk mempelajari dan menggambarkan penyebaran struktur.Serta hubungan antara satu batuan dengan batuan lainnya. Kegiatan pemetaan Geologi Siswa dan Siswi SMK N 1 DURI juga dihubungkan dan digunakan sebagai bahan praktek dalam pelaksanaan tugas akhir program study keahlian Geologi Pertambangan. Kegiatan Geologi Lapangan Siswa dan Siswi SMK N 1 DURI juga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk lebih mengenali dan mendekatkan Siswa dan Siswi dengan alam. Tujuan kegiatan ini dilakukan untuk melekukan pembuatan Peta Geologi.
1.2 PEMBATASAN MASALAH
Pemetaan Geologi di Sumatra Utara meliputi : melakukan pembuatan lintasan dengan menggunakan Kompas Geologi dan Pita Ukur (yang berukuran 5 hingga 50 M) melakukan pembacaan arah dengan menggunakan kompas geologi, melakukan pengukuran jurus dan kemiringan disetiap singkapan batuan dengan melakukan pembacaan strike dan Dip di setiap singkapan yang ditemukan akan dapat
menentukan arah dari sebaran batuan yang ada, setelah itu melakukan pendeskripsian batuan pada smple batuan yang diambil pada setiap singkapan yang ditemukan kemudian melakukan pembuatan Peta Geologi dan di Lampirkan kedalam Laporan tugas akhir
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
1. Menguji kemampuan Siswa dan Siswi dalam menguasai materi pembelajaran. 2. Lebih mengenal keadaan alam dan lingkungan. 3. Menambah ilmu pengetahuan Siswa dan Siswi. 4. Menjadikan Siswa san Siswi lebih terampil dalam melaksanakan kegiatan lapangan. 5. Meningkatkan mutu dari Siswa dan Siswi SMK N 1 DURI. 6. Dengan peta geologi, kita dapat mengetahui informasi-informasi yang penting tentang bumi ini.
1.4 LOKASI
Lokasi pengambilan data tugas akhir dilakukan di dua tempat yaitu Desa Sibaganding dan Desa Bangun Dolokkota Parapat, Sumatera utara, Indonesia. Jarak dari Duri hingga Parapat dapat di tempuh selama ± 14 jam, dapat di lalui melalui jalur darat. Lokasi awal terdapat pada titik koordinat X : 2º40’24” ( garis lintang) dan Y : 98º56’17” ( garis bujur).
1.5 WAKTU PELAKSANAAN
Dalam melakukan kegiatan pemetaan geologi di Sumatera Utara di laksanakan pada tanggal 22 -23 Desember 2011 pada pukul 08:30 – 17:00 WIB, dilanjutkan dengan pembimbingan dan pengolahan datapada malam harinya pada pukul 19:30 – 00:00 WIB.
Setelah kegiatan itu selesai dilakukan, melakukan pendeskripsian batuan pada sample batuan yang diambil dari singkapan-singkapan yang ditemukan pada saat kegiatan pemetaan geologi dilaksanakan. Selain itu juga dilakukan pembuatan peta geologi, dan penampang peta Geologi dan juga melakukan pembutan serta penyusunan laporan Tugas Akhir hingga selesai.
BAB II Landasan Teori 2.1 Geologi Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata",
"alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifatsifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Geologiwan telah membantu dalam 9
menentukan umur bumi yang diperkirakan sekitar 4.5 miliar (4.5x10 ) tahun, dan menentukan bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak di atas mantel yang setengah cair (astenosfir) melalui proses yang sering disebut tektonik lempeng. Geologiwan membantu menemukan dan mengatur sumber daya alam yang ada di bumi, seperti minyak bumi, batu bara, dan juga metal seperti besi, tembaga, dan uranium serta mineral lainnya yang memiliki nilai ekonomi, seperti asbestos, perlit, mika, fosfat, zeolit, tanah liat, pumis, kuarsa, dan silika, dan juga elemen lainnya seperti belerang, klorin, dan helium. Astrogeologi adalah aplikasi ilmu geologi tentang planet lainnya dalam tata surya (solar sistem). Namun istilah khusus lainnya seperti selenology (pelajaran tentang bulan), areologi (pelajaran tentang planet Mars), dll, juga dipakai. Kata "geologi" pertama kali digunakan oleh Jean-André Deluc dalam tahun 1778 dan diperkenalkan sebagai istilah yang baku oleh Horace-Bénédict de Saussure pada tahun 1779
2.1.1 Geologi Regional
Secara Geografis lapangan Y terletak pada garis lintang 04o 21" N dan garis bujur 98o 05" E, kira - kira 110 Km disebelah Barat Laut kota Medan atau kira - kira 45 Km sebelah r Laut - Barat Daya.
Secara umum daerah penelitian terletak di dalam cekungan Sumatera Utara. Cekungan ini adalah salah satu dari tiga cekungan busur belakang (back arch) yang terletak di sebelah Timur Laut Bukit Barisan. Cekungan ini memanjang dengan arah Barat Laut – Tenggara
yang dibatasi oleh pegunungan Bukit Barisan disebelah Barat dan Paparan Malaka yang stabil di sebelah Timur. Sisi sebelah Utara membuka kearah laut Andaman dan merupakan pemekaran samudera dan di sebelah selatan dibatasi oleh lengkungan Asahan yang memisahkan cekungan Sumatera Utara dengan cekungan Sumatera Tengah. Cekungan Sumatera Utara mulai terbentuk pada awal Tersier, selama zaman tersebut cekungan Sumatera Utara berupa laut dengan sedimentasi aktif. Sedimentasi tersebut merupakan siklus suatu transgresi sampai regresi yang terendapkan tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier. Urutan pengendapan batuan dicekungan Sumatera Utara pada masa Trangresi terdiri dari batuan sedimen klastik kasar, karbonat, batulempung hitam, napal, batulempung gampingan, batupasir, dan batuserpih diendapkan secara tidak selaras diatas batuan dasar Pratersier. Pada cekungan Sumatera ini, hidrokarbon dijumpai pada Formasi dan berumur Miosen, seperti Formasi Belumai, Formasi Baong, dan Ketapang
Stratigrafi Dan Litologi lapangan
Stratigrafi daerah Sumatera Utara dapat dilihat pada kolom stratigrafi cekungan Sumatera Utara. Urutan yang tertua adalah Formasi Parapat yaitu berupa batuan Klastik
berbutir kasar dan terletak secara tidak selaras di atas batuan dasar Pra – Tersier. Pada topografi yang lebih rendah dalam cekungan ini secara selaras diatasnya berumur Oligosen. Transgresi laut mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan lingkungan berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya foraminifera plangtonik dari Formasi Peutu. Dibagaian Timur cekungan Sumatera Utara diendapkan Formasi Belumai yang berkembang dalam dua fasies klastik dan karbonat. Kondisi tenang ini terus berlangsung sampai Miosen Tengah dengan pengendapan serpih dari Formasi Baong. Bersamaan dengan hal tersebut diatas, terjadi aktivitas awal pengangkatan Bukit Barisan yang mengakibatkan turunya muka air laut. Hal ini mengakibatkan terjadinya longsoran sedimen dipinggir cekungan, kemudian diendapkan kembali oleh pengaruh arus turbidit, dan dikenal sebagai Middle Baong Sand ( MBS ). Selaras diatas Formasi Baong diendapkan berturut – turut seperti Formasi Keutapang, Formasi Seurula dan Formasi Julu Rayeu yang merupakan batuan tipe regresi. Kemudian diatasnya Tufa Toba dan Alluvial. Urutan Stratigrafi dari yang tertua hingga yang termuda, antara lain : 1. Formasi Parapat Formasi Parapat dengan komposisi batupasir berbutir kasar dan konglomerat di bagian bawah, serta sisipan serpih yang diendapkan secara tidak selaras. Secara regional, bagian bawah Formasi Parapat diendapkan dalam lingkungan laut dangkal dengan dijumpai fosil Nummulites. 2. Formasi Bampo Formasi Bampo dengan komposisi utama adalah serpih hitam dan tidak berlapis, dan umumnya berasosiasi dengan pirit dan gamping. Lapisan tipis batugamping, ataupun batulempung berkarbonatan dan mikaan sering pula dijumpai. Formasi ini miskin akan fosil, sesuai dengan lingkungan pengendapannya yang tertutup atau dalam kondisi reduksi (euxinic). Berdasarkan beberapa kumpulan fosil bentonik dan planktonik yang ditemukan,
diperkirakan formasi ini berumur Oligosen atas sampai Miosen bawah. Ketebalan formasi amat berbeda dan berkisar antara 100 – 2400 meter. 3. Formasi Belumai Pada sisi timur cekungan berkembang Formasi Belumai yang identik dengan formasi Peutu yang hanya berkembang dicekungan bagian barat dan tengah. Terdiri dari batupasir glaukonit berselang – seling dengan serpih dan batugamping. Didaerah Formasi Arun bagian atas berkembang lapisan batupasir kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi Belumai terdapat secara selaras diatas Formasi Bampo dan juga selaras dengan Formasi Baong, ketebalan diperkirakan antara 200 – 700 meter. Lingkungan pengendapan Formasi ini adalah laut dangkal sampai neritik yang berumur Miosen awal. 4. Formasi Baong Formasi Baong terdiri atas batulempung abu-abu kehijauan, napalan, lanauan, pasiran. Umumnya kaya fosil Orbulina sp, dan diselingi suatu lapisan tipis pasir halus serpihan. Didaerah Langkat Aru beberapa selingan batupasir glaukonitan serta batugampingan yang terdapat pada bagian tengah. Formasi ini dinamakan Besitang River Sand dan Sembilan sand, yang keduanya merupakan reservoir yang produktif dengan berumur Miosen Tengah hingga Atas. 5. Formasi Keutapang Formasi Keutapang tersusun selang-seling antara serpih, batulempung, beberapa sisipan batugampingan dan batupasir berlapis tebal terdiri atas kuarsa pyrite, sedikit mika, dan karbonan terdapat pada bagian atas dijumpai hidrokarbon. Ketebalan formasi ini berkisar antara 404 – 1534 meter. Formasi Keutapang merupakan awal siklus regresi dari sedimen dalam cekungan sumatera utara yang terendapkan dalam lingkungan delta sampai laut dalam sampai Miosen akhir. 6. Formasi Seurula
Formasi ini agak susah dipisahkan dari Formasi Keutapang dibawahnya. Formasi Seurula merupakan kelanjutan facies regresi, dengan lithologinya terdiri dari batupasir, serpih dan dominan batulempung. Dibandingkan dengan Formasi Keutapang, Formasi Seurula berbutir lebih kasar banyak ditemukan pecahan cangkang moluska dan kandungan fornifera plangtonik lebih banyak. Ketebalan Formasi ini diperkirakan antara 397 – 720 meter. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan bersifat laut selama awal Pliosen. 7. Formasi Julu Rayeu Formasi Julu Rayeu merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut dicekungan sumatera utara. Dengan lithologinya terdiri atas batupasir halus sampai kasar, batulempung dengan mengandung mika, dan pecahan cangkang moluska. Ketebalannya mencapai 1400 meter, lingkungan pengendapan laut dangkal pada akhir Pliosen sampai Plistosen. 8. Vulkanik Toba. Vulkanik Toba merupakan tufa hasil kegiatan vukanisme toba yang berlangsung pada Plio-Plistosen. Lithologinya berupa tufa dan endapan-endapan kontinen seperti kerakal, pasir dan lempung. Tufa toba diendapkan tidak selaras diatas formasi Julu Rayeu. Ketebalan lapisan ini diperkirakan antara 150 – 200 meter berumur Plistosen.
9. Alluvial Satuan alluvial ini terdiri dari endapan sungai ( pasir, kerikil, batugamping dan batulempung ) dan endapan pantai yaitu, pasir sampai lumpur. Ketebalan satuan alluvial diperkirakan mencapai 20 meter.
2.1.2 Batuan PETROLOGI Petrologi berasal dari dua kata yaitu “ petro “ yang berarti batu dan kata “ logos “ yang berarti ilmu. Jadi, petrologi secara bahasa adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan. Sedangkan secara istilah petrologi adalah ilmu mengenai batuan, secara luas mempelajari asal , kejadian ,sejarah dan sejarah batuan. Batuan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Batuan beku 2. Batuan sendimen 3. Batuan metamorf Mineral utama penyusun kerak bumi adalah batuan. Batuan merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang sejenis maupun tidak sejenis yang terbentuk secara alami. Batuan memiliki sifat dan karakter yang berbeda satu dengan yang lain. Batuan penyusun kerak bumi terbagi menjadi tiga, yaitu : Igneous Rock ( Batuan Beku ) Sedimentary Rock ( Batuan Sendimen ) Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf )
Kejadian dan sifat batuan ditentukan oleh kandungan mineralnya dan hubungan atau keadaan mineralnya satu sama lain. Igneous Rock ( Batuan Beku ), terbentuk dari magma yang asalnya dari
dalam bumi yang naik menuju permukaan dan membeku sebagai batuan yang padat pada titik beku nya. Sedimentary Rock ( Batuan Sendimen ), terbentu dari hasil pengumpulan
dankompaksi dari : a. Fragmen- fragmen dari batuan sebelumnya yang telah lepas dan mengalami erosi ( pengikisan ) dan tertransportasi. b. Bahan- bahan organic, cangkang binatang, atau sisa tanaman. c. Bahan-bahan terlarut air atau air tanah yang terendapkan, pada kondisi yang jenuh.
Metamorphic Rock ( Batuan Metamorf ), terbentuk dari batuan apa pun
yang sudah ada sebelumnya, terubah karena adanya kenaikan temperature ( T ) dan tekanan ( P ) atau keduanya, perubahan ini menghasilkan sifat yang berbeda dari batuan asalnya baik kenampakan tekstur ataupun komposisi mineralnya.
Batuan Beku
1.1 Dasar Teori Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair,pijar,bersifat mudah bergerak yang di kenal dengan magma.Penggolongan batuan beku dapat di dasarkan pada berbagai hal,seperti ganesanya,senyawa kimianya,mineraloginya atau tempat terbentuknya. Menurut tempat terbentuknya,batuan beku dapat di bagi atas : 1. Batuan Ekstrusi,terdiri dari semua material yang di keluarkan ke p ermukaan bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan air laut.Material ini membeku dengan cepat sehingga Kristal yang dihasilkan berukuran halus. 2. Batuan Intrusi, sangat berbeda dengan batuan vulkanik.Hal ini disebabkan karena perbedaan tempat terbentuknya dari kedua jenis batuan ini.Terdapat tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku,bentuk dasar dari geometri adalah : a. Bentuk tidak beraturan, pada umumnya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di permukaan bumi. Terdiri dari tiga bentuk yaitu : Pluton, Batholit, dan stock.
b. Intrusi berbentuk tabular, memiliki dua bentuk yang berbeda yaitu Dike (retas) mempunyai bentuk diskordan dan sill mempunyai b entuk konkordan, Dike adalah intrusi yang memotong bidang perlapisan dari batuan induk. Sedangkan sill adalah lempengan batuan beku yang di intrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan sedimen, dengan ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa km. Variasi dari sill adalah lakolit, yaitu bentuk batuan beku yang menyerupai sill akan tetapi perbandingan ketebalan jauh lebih besar di bandingkan dengan lebarn ya dan bagian atasnya melengkung. Sedangkan lopolit adalah bentuk batuan beku yang luas, dengan bentuk seperti lensa dimana bagian tengahnya melengkug karena batuan dibawahnya lentur. c. Tipe ketiga dari tubuh intrusi relative memiliki tubuh kecil, hanya pluton pluton diskordan. Bentuk yang khas dari group ini adalah intrusi-intrusi silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan sisa dari korok suatu gunung api tua, buasa di sebut vulkannek (teras gunung api). Pemerian batuan beku Dalam melakukan pendeskripsian batuan terhadap batuan beku, perlu diamati mengenai hal-hal sebagai berikut: A. Stuktur Struktur batuan beku adalah bentuk batuan dalam skala yang besar, seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air ( laut ), seperti lava bongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam struktur batuan beku adalah: a. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30-60 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada vulkanik bawah laut. c. Join, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar jointing. d. Vesikuler, merupakan struktur batuan ekstrusi yang ditandai dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan. e. Scoria, adalah struktur batuan yang sangat ve sikuler (banyak lubang gasnya) f.
Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral-mineral sekunder seperti zeloid, karbonat dan bermacam silica.
g. Xenoliths, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak semp urna dari suatu batuan samping didalam magma yang menerobos. h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmenfragmen dari lava itu sendiri. B. Tekstur Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan massa gelas yang membentuk massa merata pada batuan. Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia
kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Tekstur batuan beku dapat menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), kemas (fabric), granularitas. a.
Derajat kristalisasi (degree of crystallinity) Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa Kristal dan massa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu: 1. Holokristalin
: Apabila batuan tersusun oleh seluruh massa
Kristal. 2. Holohyalin
: Apabila batuan tersusun oleh seluruh massa
gelas. 3. Hypokristalin
: Apabila batuan tersusun oleh massa Kristal
dan gelas. b. Granularitas Glanularitas merupakan ukuran butir Kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal 2 kelompok ukuran butir, yaitu: 1. Afanitik Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu K ristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun atas massa Kristal,
massa gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut mikrokristalin apabila Kristal individu dapat dikenal dengan mikroskop, sedangkan dikatakan kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan menggunakan mikroskop. 2. Fanerik Kristal individu yang termasuk Kristal fanerik dibedakan menjadi: - Halus, ukuran diameter rata-rata Kristal individu < 1 mm. -
Sedang, ukuran diameter Kristal 1 mm – 5 mm.
-
Kasar, ukuran diameter Kristal 5 mm – 30 mm.
-
Sangat kasar, ukuran diameter Kristal > 30 mm.
C. Kemas Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan Kristal dalam suatu batuan. 1. Bentuk butir Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam: - Euhedral: Apabila bentuk Kristal dan butiran mineral mempunyai bidang Kristal yang sempurna. - Subhedral: apabila bentuk Kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang Kristal yang sempurna. - Anhedral: Apabila bentuk Kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang Kristal yang tidak sempurna.
2. Relasi Relasi merupakan hubungan antara Kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukuran dikenal: 1. Granularitas atau equigranular, apabila mineral mempunya ukuran butir yang relative seragam terdiri dari -
Panidioformik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan euhedral
-
Hipiodiomorfik gb granular, yaitu sebagian besar mineral nya berukuran relative seragam dan anhedral
-
Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral nya berukuran relative seragam dan anhedral
2. Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama, antara lain terdiri dari : -
Porfiritik, adalah tekstur batuan dimana Kristal besar(fenoriks) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus
-
Vitroverik, apabila fenoriks tertanam dalam massa dasar berupa gelas
Tekstur khusus , adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan antara bentuk dan ukuran butir juga ada yang menunjukkan arah serta menunjukkan pertumbuhan bersama antara mineral – mineral yang berbeda, terdiri dari :
a) Diabasik, tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama piroksen, disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen. b) Trakhitik, fenoriks sanidin dan piroksen tertanam dalam massa dasar Kristal sanidin yang relative tampak penjajaran dengan isian butir-butir piroksen, oksida besi dan aksesori mineral. c) Intergranular, ruang antar Kristal-kristal plagioklas ditempati oleh Kristal-kristal piroksen , olivine atau biji besi. D. Komposisi Mineral Menurut Walker T. Huang ( 1962 ), komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral, yaitu : 1) Mineral utama Mineral – mineral terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadiran nya sangat menentukan dalam penamaan batuan. Berdasarkan warna dan densitas dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Mineral felsik ( warna terang, densitas 2,5-2,7 ), yaitu : -
Kuarsa (SiO2)
-
Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali ( K, Na ) AISi3O8 dan seri plagioklas. Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin, ortoklas, Anhortoklas, adularia, dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, aligoklas, andesine labradorit, bwonit, dan anortit.
-
Kelompok feldspartoid ( Na, K Alumina Silika ), terdiri dari nefelin, sodalit,leusit.
-
Kelompok feldspatoid ( Na, K Alumina Silika), terdiri dari nefelin, sodalit, leusit.
b. Mineral Mafik ( warna gelap, densitas 3 -3,6 ), yaitu : -
Kelompok olivine, terdiri dari fayalite dan forsterite.
-
Kelompok piroksen, terdiri dari enstite, hiperstein, augit, pigeonit diopsid.
-
Kelompok mika, terdiri dari biotitic, muscovit, plogopit.
-
Kelompok amphibole, terdiri dari anthofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit,tremolit, aktinolit, glaukofan, dll.
2) Mineral Sekunder Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat daril hasil pelapukan, hydrothermal maupun methamotfisme terhadap mineral-mineral utama. Dengan demikian mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma ( non pirogenetik ). Mineral sekunder terdiri dari ; a. Kelompok kalsit ( kalsit, dolomit, magnesit, siderite ) ; dapat terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas. b. Kelompok serpentin ( antigorit dan krisotil ) : umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas.
c. Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas. d. Kelompok kaolin ( kaolin, hallosyte ) : umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan batuan beku. 3) Mineral tambahan ( accessory Mineral ) Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, umumnya dalam jumlah sedikit, apabila hadir dalam jumlah cukup banyak, tetap tidak mempengaruhi penanaman batuan, tetapi hal ini bisa mempunyai nilai ekonomis, termasuk dalam golongan ini antara lain : Hematite, Kromit, Muscovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit, dll. E. Klasifikasi dan Penanaman Batuan Beku Berbagai klasifikasi telah ditemukan oleh beberapa ahli, kadangkadang satu batuan pada klasifikasi yang lain penanamannya berlainan pula. Dengan demikian seseorang petrolog harus bena-benar mengerti akan dasar penanaman yang diberikan pada suatu batuan beku. Klasifikasi batuan beku dapat dilihat, antara lain berdasarkan: 1. Klasifikasi berdasarkan kimiawi Klasifikasi ini telah lama menjadi standart Geologi ( C.J. Hughes, 1962 ), dan dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu : a.Batuan beku asam : bila batuan beku mengandung lebuh dari 66 % SiO², biasanya berwarna cerah sampai putih. Misal : Granit, rhyolit.
b. Batuan beku intermediet : bila batuan beku mengandung 52% - 66% SiO², biasanya berwarna agak gelap sampai kehitaman. Misal : Diorit, Andesit. c.Batuan beku basa : bila batuan beku mengandung 45% - 52% SiO², biasanya berwarna hitam sampai hitam kelam. Misal : Gabro, Basalt. d. Batuan beku ultra basa : bila batuan beku mengandung kurang dari 45% SiO², biasanya berwarna hijau sampai hijau kehitaman. Misal : Peridotit. 2. Klasifikasi berdasarkan mineralogy Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral mafik dengan mineral felsik. S.J.Shand, 1943, membagi empat macam batuan, yaitu : a.Leucromatic rock; bila batuan beku tersebut mengandung 30% mineral mafik b.Mesocratic rock; bila batuan beku tsb mengandung 30% - 60% mineral mafic c.Melanocratic rock; bila batuan beku tsb mengandung 60% - 90% mineral mafic d. Hipermelanuc rock; bila batuan beku tsb mengandung 90% mineral mafic. Sedangkan S.J. Elis, 1948, membagi menjadi empta golongan tekstur, yaitu : 1. Felsic, untuk batuan beku dengan indek warna kurang dari 10%
2. Mafelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40% 3. Mafic, untuk batuan dengan indeks warna 40% - 70% 4. Ultra mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%
3. Klasifikasi berdasarkan tekstru dan komposisi mineral Berdasarkan ukuran butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi dua yaitu batuan beku vulkanik dan batuan beku plutonik. a. Batuan plutonik Batuan plutonik adalah batuan yang terbentuk jauh dari permukaan dan memiliki ukuran butir besar dan bentuk butir nya Euhedral sampai Subhedral, hal ini disebabkan karena proses pembekuan yang terjadi adalah sangay lambat. Komposisi mineral nya adalah alakali feldspar, plagioklas, dan juga kuarsa. Contoh batuannya adalah granit, andesit, granodiorit, dan lain-lain. b. Batuan vulkanik Batuan vulkanik adalah batuan yang terbentuk dekat dengan permukaan atau bahkan diluar permukaan dan memiliki ukuran butir yang halus dan bentuk butirnya anhedral sampai subhedral, hal ini disebabkan karena proses pembekuan yang terjadi adalah sangat cepat. Komposisi mineralnya adalah fenokris kuarsa, biotit, plagioklas asam, dan lain-lain. Contohnya batuan basalt.
Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ubahan dari batuan yang sebelumnya ada, pada tekanan padat, akibat pengaruh suhu ( T ), dan tekanan ( P ), atau keduanya, dan larutan yang aktif secara kimiawi. Proses tersebut disebut “ metamorfisme “ yang berlangsung pada komdisi bawah permukaan. Proses metamorfisme meliputi : -
Rekristalisasi
-
Reorientasi
-
Pembentukan mineral baru, dari unsur yang telah ada sebelumnya.
Berdasarkan pengaruh terbentuknya, proses metamorfisma dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. metamorfisma kontak adalah proses metamorfisma yang akan menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yang mempengaruhinya adalah berupa suhu tingg, dan biasanya terjadi disekitar tubuh batuan intrusi. Contohnyan hornfesl ( batu tanduk ) 2. metamorfisma dinamik adalah proses metamorfisma yang menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yang mempengaruhi adalah berupa tekanan tinggi. Batuan ini berupa setempat-setempat dan dapat dijadikan indikasi struktur geologi (cermin sesar). Contohnya batuan milonit. 3. matemorfisma regional adalah proses metamorfisma yang akan menghasilkan batuan metamorf dengan factor utama yag mempengaruhinya adalah berupa suhu dan tekanan yang tinggi. Contoh nya schist ( sekis ).
Batuan metamorf dapat dikenali berdasarkan tekstur, struktur, dan komposisi mineral. Berdasarkan teksturnya, batuan metamorf terbagi menjadi atas dua bagian, yaitu batuan metamorf berfoliasi dan nonfoliasi. a. tekstur foliasi berasal dari kata foliatus ( daun ) atau berlembar-lembar. Tekstur ini disebabkan adanya orientasi kesejajaran penyususn mineral batuannya, tetapi haurs dibedakan dengan orientasi batuan sendimen, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan batuan metamorf berdasarkan kenampakkan tekstur batuan asalnya ( apakah masih terlihat atau tidak terlihat ) batuan metamorf dapat dibagi menjadi dua, yaitu kristobiastik dan palimpsest. 1. kristoblastik, yaitu jika tekstur batuan tidak terlihat lagi. Dalam penanamannya digunakan akhiran blastik, kemudian kita lihat kemasnya, dan guanakan istilah :
Homoblastik, apabila terdiri atas satu jenis tekstur.
Heteroblastik, apabila lebih dari satu jenis tekstur.
c. Tekstur nonfoliasi ditunjukan dengan kenampakan tidak berlampis atau berlembar. Adapun struktur yang biasa terdapat pada batuan metamorf nonfoliasi ini adalah ; a. Granulose, apabila tersusun atas mineral yang berukuran relatif sama. b. Hornfelsic, apabial sebagian besar terdiri atas mineral tanpa persejajaran mineral pipih.
c. Milonic, apabila sturktur yang terjadi berupa metamorfosa kataklastik, yaitu sifat tergerus, berupa lembar atau bidang yang yang disebut jalur minolit. d. Breksi kataklastik, apabila fragmen-fragmen pembentuk ( butiran ) terdiri atas mineral yang sama dengan matrik dan semennya, dan biasanya menunjukan orientasi arah. Derajar
Mineral khas
metamorfosis Rendah ( Low grade Metamorphism )
Klorit, Biotit
Menengah (Medium Grade
Kianit, Almandit
Metamorphisme) Tinggi (High Grade Metamorrphism)
Silimanit
Zona Derajat Metamorfisma Mineral-Mineral Pembentuk Batuan Metamorf
Jika batuan asal diberikan perubahan tekanan dan temperatur yang tinggi, maka pada kondisi tersebut batuan akan melakukan penyesuaian setelah batas kestabilannya
Batuan sendimen
Batuan sendimen yaitu batuan yeng terbentuk dalam suatu siklus sendimentasi (pelapukan-transprotasi-sendimentasi-diagenesa). - Komposisi Batuan sendimen Mineral-mineral dalam batuan sendimen Mineral Autigenic
- Terbentuk didaerah sendimentasi dan langsung diendapkan Contoh : gypsum, kalsit, anhidrit, aksida besi, hali t, glaukonit. Mineral Allogenik
- Terbentuk diluar diluar daerah sendimentasi - Telah mengalami transportasi dan kemudian diendapkan didaerah sendimentasi. - Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama tertranportasi Sampai pengendapan. - Klasifikasi batuan sendimen Pembagian batuan sendimen berdasarkan tekstur : Batuan sendimen bertekstur klastik Batuan sendimen non klastik ( kristallin )
- Batuan sendimen non klastik ( kristalin ) Umumnya terdiri dari mineral autigenik
Pada P dan T tertentu sering kali memperlihatkan gejala
diagenesa,akibatya porositas batuan menjadi sangat rendah atau hilang. Porositas primer rendah dan memperlihatkan tekstur mozaik (contoh :
batu gamping). Kadang-kadang terdapat butiran yang amorf (seperti kalsedon dan
opal)sebagai semen.
- Pengaruh diagenesa pada batuan sedimen non klastik (kristalin) - Butiran/Kristal yang mula-mula kecil akibat diagenesa akan menjadi besar sehingga porositas mengecil. - Terjadi rekristalisasi - Tidak ada perubahan mineral - Bila ada replacement/penggantian, umumnya memperkecil besar butir (menjadi lebih halus dari semula). - Pelarutan akan menyebabkan porositas bertambah, terjadi tekstur stylolitik (batas-batas mineral sangat bergerigi tidak beraturan).
- Besar butiran/Kristal batuan sedimen non klastik (Kristal) - > 5mm
: kasar
- 1mm – 5mm
: sedang
- < 1mm
:halus
- Mikrokristalin
: butiran sangat halus sehingga sulit di bedakan satu dengan lainnya.
- Afanitik
:butiran Kristal tidak dapat di bedakan satu
sama lainnya.
Macam batuan sendimen non klastik :
1. Sendimentasi organis : batubara, batu gamping terumbu, batu gamping bioklastik, radiolarian, diatomae. 2. Sendimentasi kimiawi : batu gamping kristalin, dolomite, batu gamping oolit, gips, anhidrit, napal, flint, chert, fosforit.
Batuan sedimen bertekstur klastik
Tekstur yang harus di perhatikan dalam batuan Besar butir (grain size) : unsur utama dari tekstur klastik, yang berhubungan dengan tingkat enersi pada saat transportasi dan pengendapan. -
Butiran dapat dibagi menjadi fragmen, matrik, dan semen. Dalam batuan sedimen klastik ketiganya tidak harus selalu ada. 1. Fragmen : butiran klastik ( yang tertransport ) disebut sebagai fragmen. 2. Masa dasar ( matrik ) : lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
3. Semen ( cement ) : berukuran halus, mengikat butiran/fragmen, dan matriks, terbentuk sebagian komponen autigenik selama proses siagenesa. Pemilahan/sorting : derajat kesamaan atau keseragaman antar butir. Kebundaran/roundness : menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut
butiran, yang mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi. -
Merupakan sifat permukaan dari butiran.
-
Disebabkan oleh transport terhadap butiran.
Fabric : merupakan sifat hubungan antar butir seb agai fungsi orientasi butir
dan kemas ( packing ), secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan.
2.1.3 Mineral Pembentuk Batuan Setiap batuan memiliki komposisi kimia tertentu, pada dasarnya, setiap unsur kimia akan membentuk ikatan-ikatan dalam bentuk senyawa yang pada akhirnya akan membentuk mineral-mineral penyusun batuan. Mineral adalah bahan organic yang terbentuk secara alami, mempunyai komposisi kimia yang t etap dan struktur Kristal yang beraturan. Ada beberapa sifat – sifat mineral, yaitu :
Struktur Kristal Mineral : suatu bentuk mineral dapat berupa Kristal tunggal atau rangkaian Kristal.
Warna dan gores :
Warna dari mineral adalah warna yang terlihat dipermukaannya yang terlihat oleh mata telanjang, Gores ( streak ) adalah warna dari serbuk mineral, dapat dilihat dengan menggoreskan mineral pada lempeng kasar.
Belahan dan rekahan : Beberapa mineral terdapat satu atau lebih sepanjang bagian tertentu lebih mudah membelah. Suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya mineral disebut rekahan
Kekerasan
Kilap : cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral
Perawakan : perkembangan Kristal atau kumpulan Krista.
Densitas atau specific grvity.
2.1.4 Struktur Geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk dan hubungan dari keadaan batuan dari kerak bumi. Geologi struktur adalah salah satu cabang ilmu ge ologi yang mempelajari bentuk atau arsitektur tubuh batuan sebagai jasil dari proses deformasi. Geologi struktur sangatla penting dalam memahami bagaimana struktur pada suatu batuan yang telah terbentuk untuk membantu dan mengetahui sejarah yang pernah dilalui oleh batuan itu, dengan mengetahui wujud struktur suatu batuan, dapat mengetahui keadaan batuan, serta berapa besar pengaruh tektonik yang masih aktif atau tidak, serta mengetahui arah gaya dari struktur yang berkembang.
Struktur geologi yang terutama adalah kekar (joint), Sesar (fault), dan lipatan (fold)
Kekar (joint) Rekahan pada batuan merupakan hasil kekandasan akibat tegasan (stress). Kekar adalah struktur rekahan dalam batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran. Kekar merupakan jalur-jalur lemah dalam batuan.
Sesar (fault) Sesar adalah satuan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagioan-bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Kekar yang memperlihatkan pergeseran disebut sebagai sesar minor. Beberapa indikasi umum adanya sesar -
Kelurusan pada pengaliran sungai
-
Pola kelurusan penggunungan
-
Kelurusan gawir
-
Gawir dengan triangular facet
-
Keberadaan mata air panas
-
Keberadaan zona hancuur an
-
Keberadaan kekar
-
Keberadaan lipatan seret
-
Adanya tatanan stratigrafi yang tidak teratur.
Secara umum sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu disesar kan pada sifat geraknya : a) Sesar normal, yaitu gerak relative “hanging wall”turun terhadap “foot wall” b) Sesar naik, yaitu gerak relative “hanging wall” turun terhadap “foot wall” c) Sesar mendatar, yaitu gerak relative mendatar pada bagian bagian yanf tersesarkan.
Lipatan (Fold) Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang diakibatkan pelengkungan atau melipatnya batuan tersebut, karena pengaruh suatu tegasan (gaya) yang bekerja pada batuan tersebut. Jenis – jenis Lipatan : -
Antiklin, yaitu yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang saling berlawanan.
-
Sinklin, yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang menuju kesatu arah yang sama.
Sayap lipatan merupakan bagian dari sisi lipatan.
2.2 Peta geologi 2.2.1 Pengertian dan kegunaan Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah. Yang meliputi susunan batuan yang ada ( stratigrafi ) dan bentuk-bentuk ( struktur ) dari masing-masing satuan batuan tersebut. Peta geologi merupakan sumber informasi dasar yang antara lain : jenis jenis batuan. Ketebalan dan arah penyebaran batuan, susunan / urutan satuan batuan, struktur, pelapisan, kekar dan p erlipatan. Serta proses yang pernah terjadi didaerah ini. Peta geologi adakalanya dibuat berdasarkan kepentingannya, misalkan untuk kepentingan ilmiah ( science ), untuk kepentingan pertambangan atau teknik sipil ( engrinering ) atau kepentingan lain misalnya pertanian lingkungan dsb. Hal secara prinsip sama, misalnya pada “ peta geologi teknik “, disamping dicantumkan jenis batuan, disini juga dibedakan hasil pelapukan ( soil ), tanah timbunan, juga sifat-sifat teknik batuan, muka air tanah, kedalam bataun dasar dsb. 2.2.2 Peta Topografi dan Skala Peta
Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur permukaan bumi yang digambar dalam skala tertentu. Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah maupun obyek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan kata-kata. Kebanyakan dari peta yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk dua dimensi saja, sedangkan para pengguna peta seperti ahli geologi membutuhkan bentuk 3 dimensi (unsur ketinggian) juga disajikan dalam peta.
Peta yang menyajikan unsur ketinggian yang mewakili dari bentuk lahan disebut dengan peta topografi. Meskipun berbagai teknik telah banyak dipakai untuk menggambarkan unsur ketinggian, akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti adalah memakai garis kontur. Garis kontur adalah suatu garis di peta yang mewakili hubungan garis imaginer (hayal) yang terdapat di permukaan tanah yang mempunyai ketinggian yang sama. Adapun sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut: 1. Garis kontur akan berpola seperti huruf V jika melalui suatu lembah atau sungai yang berada di daerah berelief tinggi, seperti hulu sungai. 2. Garis kontur yang berada dekat bagian atas suatu puncak bukit akan berbentuk melingkar tertutup. Bagian puncak bukit adalah merupakan bagian tertinggi dari kontur yang membentuk lingkaran tertutup. 3. Garis kontur pada daerah yang berlereng landai dicirikan oleh spasi kontur yang renggang. 4. Garis kontur pada daerah yang berlereng terjal dicirikan oleh spasi kontur yang rapat. 5. Garis kontur dengan spasi yang teratur mewakili wilayah yang memiliki lereng yang seragam 6. Garis kontur tidak akan saling berpotongan satu dengan lainnya, kecuali jika berada di daerah lereng yang menggantung (overhanging). 7. Perubahan arah kemiringan lereng selalu diperlihatkan dengan perulangan dari ketinggian yang sama seperti dua buah garis kontur yang berbeda dengan nilai ketinggian yang sama.
Relief adalah perbedaan ketinggian antara dua titik/lokasi. Relief maksimal adalah perbedaan tinggi maksimal dan tinggi minimal pada suatu wilayah. Pada peta, relief di nyatakan dengan interval kontur. Nilai interval kontur pada garis kontur yang berurutan biasanya diformulasikan dengan skala peta dibagi dengan
angka 2.000. Sebagai contoh, peta dengan skala 1 : 25.000 mempunyai interval kontur 12.5 meter, sedangkan peta skala 1 : 50. 000 mempunyai interval kontur 25 meter. Peta topografi dikenal juga sebagai peta dasar (base maps) dan merupakan peta yang mendasari dalam pembuatan peta geologi. Sebagaimana diketahui bahwa peta dasar tidak saja diperlukan oleh para ahli geologi, namun juga diperlukan oleh para ahli teknik lainnya dan para teknisi serta para pelaksana dalam
melaksanakan
pekerjaannya
atau
melaksanakan
suatu
proyek
pembangunan. Ketelitian suatu peta sangat ditentukan oleh Skala Peta. Skala peta adalah suatu perbandingan antara obyek yang terdapat di permukaan bumi dan di atas peta. Dalam prakteknya, skala peta ditentukan oleh kebutuhan si pengguna. Untuk perencanaan teknis, seperti perencanaan gedung, saluran drainase, kontruksi bangunan dan pondasi bendungan, umumnya menggunakan skala peta yang besar, yaitu skala 1 : 500 ; 1 : 1.000, 1 : 2.000; atau 1 : 5.000.
Pada umumnya peta skala besar dibuat dengan cara pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan theodolite dan atau tenol sebagai alat ukur dalam pembuatan peta teknis dan peta skala besar bersifat detail serta memiliki ketelitian dan akurasi yang sangat tinggi.
Peta Topografi, skala 1:24,000 scale, 1 cm mewakili 240 meter
Peta Topografi, skala 1:100,000, 1 cm mewakili 1 km
Peta Topografi , skala 1:250,000, 1 cm mewakili 2.5 km
Gambar 12.1 Peta topografi dari daerah Mt. Rainier dalam berbagai skala
Di Indonesia untuk memperoleh peta topografi / rupabumi yaitu dengan cara memesan atau membeli ke lembaga yang memang bertugas menyediakan peta rupabumi. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) adalah lembaga pemerintah yang fungsi dan tugasnya menyediakan peta rupabumi standar yang diperlukan oleh pengguna, baik sektor pemerintah maupun sektor swasta maupun perorangan. Adapun skala peta yang diterbitkan oleh Bakosurtanal pada umumnya adalah peta-peta berskala 1 : 10.000 (khusus untuk wilayah Jabotabek), sedangkan untuk pulau Jawa umumnya adalah peta peta berskala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000, sedangkan untuk Sumatra, Bali, Sebagian Kalimantan, Sebagian Sulawesi tersedia peta rupabumi berskala 1 : 50.000 dan wilayah-wilayah lainnya masih berskala 1 : 100.000 sampai skala yang lebih kecil lagi.
2.2.3 Koordinat, jurus, dan kemiringan lapisan batuan Koordinat, untuk memudahkan posisi titik-titik yang tidak terletak dalam satu garis lurus, maka dibuatlah dua buah garis yang saling tegak lurus dan disebut salib sumbu. Baris yang mendatar disebut absis atau sumbu X dan yang tegak disebut ordinat atau sumbu Y, sedang titik potong sumbu X dan sumbu Y dinyatakan dengan harga absis dan ordinat ( X , Y ) Jurus secara geometris dapat dinyatankan sebagai perpotongan anatara bidang miring ( perlapisan batuan ) dengan bidang horizontal, dan kedudukannya dinyatakan dengan besaran arah ( derajat ) dari koordinat atau mata mata angin ( utara atau selatan ). Kemiringan adalah besaran sudut vertical yang dibentuk yang dibentuk oleh miring tersebut dengan bidang horizontal.
2.2.4 Metoda pemetaan geologi lapangan 2.2.4.1 Peralatan yang digunakan Untuk pekerjaan lapangan, seorang geologis peril melengkapi dirinya dengan beberapa peralatan dan pendukungan. Dalam pekerjaan pemetaan geologi yang sebenarnya peralatan lapangan meliputi : peta topografi, palu geologi, kompas geologi, peta geologi, GPS, dll. Untuk melaksanakan pemetaan lapangan parapat ini diperlukan paralatan sebagai berikut : a. Peralatan lapangan terdiri dari :
- kompas geologi berupa type brunton, type silva - palu geologi berupa palu batuan beku dan palu batuan sendimen - peta topografi dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000 - loupe / kaca pembesar - larutan asam chloride ( HCL 0.1 ) - pita ukur atau meteran b. Peralatan tulis terdiri dari : - buku catatan lapangan - pensil dan penghapus - pensil warna dan spidol - penggaris dan busur - kantong contoh lapangan c. Peralatan pribadi terdiri dari : - tas lapangan yang praktis - peralatan makanan dan makanan - jas hujan, senter emergensi - kamera - Peralatan P3K
2.2.4.2. Metoda pengambilan data Pemetaan metode kompas dan langkah. Kompas dan langkah merupakan salah satu cara pemetan geologi yang biasanya dilakukan apabila peta dasar tidak tersedia atau dilakukan untuk pemetaan detail terhadap singkapan yang penting tetapi tidak dapat disajikan pada peta dasar dengan skala yang ada. Pemetaan dilakukan secara sederhana yaitu menggunakan kompas geologi dan panjang langkah atau tali atau pun pita ukur. Penggunaan kompas geologi A.
Cara membaca arah Dengan menggunakan satu mata angin yaitu north, segala arah diukur dari arah ini searah dengan arah jarum jam, atau dengan kata lain dari norh ke east. Arah tersebut dinamakan dengan arah azimuth, besarnya 0º s/d 360º.
B.
Cara mengukur jurus dan kemiringan Ada beberapa cara dalam pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan. Cara pertama yang dibaca adalah arah jurusnya, sedangkan cara yang kedua adalah dari kemiringan tersebut. Pengukuran dilakukan dari bagian atas lapisan, kalau yang
tersingkap bagian bawah maka sambunglah bidang perlapisan tersebut dengan clipboard dan pengukuran dilakukan di atas clipboard tersebut. Tempelkan sisi East (E) dari kompas pada lapisan batuan
sambil kompas di horizontalkan dengan cara gelembung
kompas horizontal ( horizontal bule ) di usahakan berada ditengah, kalau kompas sudah horizontal, bacalah ujung utara, maka arah ini adalah arah jurus dari lapisan. Arah kemiringannya adalah 90º ( tegak lurus ) dari ini searah jarum jam. Ukuran besar kemiringan dengan klinometer, caranya kompas
diletakkan miring pada sisinya yang ada skala klinometer dalam arah tegak lurus, kemudian baca besarnya sudut kemiringan tersebut. Jika arah kemiringannya yang dibaca maka : Pengukuran tetap dilakukan pada bagian atas lapisan batuan Temple sisi S dari kompas sambil kompas dihorizontalkan
seperti cara yang pertama Setelah kompas horizontal bacalah ujung jarum Utara maka
arah ini adalah arah kemiringan dari lapisan Ukurlah besarnya kemiringan dengan klinometer Arah jurusnya tentu saja tegak lurus arah kemiringan tersebut
Kedua cara pengukuran jurus dan kemiringan yang telah di uraikan di atas berlaku untuk kompas type kuadran maupun type azimuth.