LAPORAN KERJA PRAKTEK DI BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKADAERAH GEOFISIKADA ERAH ISTIMEW ISTIME WA YOGYAKARTA YOGYAKARTA (Studi Kasus: Analisis Curah Hujan Tahun 2010-2015 dan Prakiraan Curah Hujan Di Kabupaten Bantul B antul Tahun Tahun 2016)
Al-aina Radiyah 13611052
JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK DI BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA DAERAH DAERA H ISTIMEW ISTI MEWA A YOGYAKARTA YOGYAKARTA (Studi Kasus: Analisis Curah Hujan Tahun Tahun 2010-2015 dan Prakiraan Prak iraan Curah Hujan Di Kabupaten Bantul B antul Tahun Tahun 2016)
Disusun oleh : Nama Nama
: Al-aina Radiyah
Nomor Nomor Mahasiswa Mahasiswa : 13611052
Yogyakarta, 20 Juni 2016
Mengetahui
Menyetujui,
Ketua Jurusan Statistika
Dosen Pembimbing
Dr. Dr. RB Fajriya Hakim S.Si., M.Si
Kariyam S.Si., M.Si
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK DI BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA DAERAH DAERA H ISTIMEW ISTI MEWA A YOGYAKARTA YOGYAKARTA (Studi Kasus: Analisis Curah Hujan Tahun Tahun 2010-2015 dan Prakiraan Prak iraan Curah Hujan Di Kabupaten Bantul B antul Tahun Tahun 2016)
Disusun oleh : Nama Nama
: Al-aina Radiyah
Nomor Nomor Mahasiswa Mahasiswa : 13611052
Yogyakarta, 20 Juni 2016
Mengetahui
Menyetujui,
Ketua Jurusan Statistika
Dosen Pembimbing
Dr. Dr. RB Fajriya Hakim S.Si., M.Si
Kariyam S.Si., M.Si
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LAPANGAN LAPORAN KERJA PRAKTEK DI BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA DAERAH DAERA H ISTIMEW ISTI MEWA A YOGYAKARTA YOGYAKARTA (Studi Kasus: Analisis Curah Hujan Tahun Tahun 2010-2015 dan Prakiraan Prak iraan Curah Hujan Di Kabupaten Bantul B antul Tahun Tahun 2016)
Disusun oleh : Nama Nama
: Al-aina Radiyah
Nomor Nomor Mahasiswa Mahasiswa
: 13611052
Yogyakarta, 20 Juni2016
Mengetahui
Menyetujui,
Kepala Stasiun Geofisika Geo fisika Kelas I Yogyakarta Yogyakarta
Pembimbing Lapangan
Tony Agus Wijaya, Wijaya, S.Si S.S i NIP. NIP. 19760802199 197608021998031001 8031001
Berta Yudhiastuti, udhiast uti, S.Si NIP. NIP. 19810905200 19810905200604 604 2004 2004
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Nya, yang telah
melimpahkan
rahmat,
hidayah,
dan inayah-Nya,
sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan baik. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Laporan ini tersusun sebagai hasil akhir Kerja Praktek (KP) di Badan Klimatologi Yogyakarta. Laporan ini berisi analisis curah hujan di Kabupaten Bantul tahun 2016. Laporan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Mei 2016. Laporan kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai cara meminimalisir bencana banjir. Di dalam penyusunan laporan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Raden Bagus Fajriya Hakim. Selaku Ketua Jurusan Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia. 2. Ibu Kariyam, S.Si., M.Si, selaku Dosen pembimbing Kerja Praktek , terima kasih bimbingan, kritik dan saran yang bersifat membangun, mulai dari awal hingga tercapainya laporan hasil akhir Kerja Praktek ini. 3. Ayahku
dan
Ibuku
tercinta
atas
semua
nasehat,
kerja
keras,
pengorbanan,perhatian, doa dan kasih sayangnya kepada penulis. 4. Mba berta, selaku pembimbing selama kerja praktek, terima kasih motivasi dan bimbingannya serta seluruh pihak BMKG Stasiun Geofisika Yogyakarta yang telah membantu kelancaran pelaksaan kerja Praktek ini. 5. Fitratul Aqidah, terimakasih untuk hari-hari indah dan pelajaran berharga yang bisa aku ambil dan terima kasih telah menemani dalam pembuat laporan ini.
6. Kustati Nurul Hidayah, terimakasih telah menemani dalam pembuatan laporan ini. 7. Semua pihak yang telah ikut membantu penulis, terima kasih. Dalam penyusunan laporan hasil akhir Kerja Praktek ini penulis merasa masih terdapat kekurangan di dalamnya, karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Laporan hasil akhir Kerja Praktek ini. Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Laporan ini dari awal sampai akhir. Penyusun berharap semoga Laporan hasil akhir Kerja Praktek ini sepenuhnya dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala urusan kita. aaaamiiiiiiiin.
Yogyakarta, 7 Juni 2016
Al-aina Radiyah
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
.................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK .................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LAPANGAN ...................................iii KATA PENGANTAR ...................................................................................iv DAFTAR ISI ................................................................................................v DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................ix ABSTRAK ................................................................................................................... x BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 3 BAB II : TINJAUAN PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Berdirinya BMKG Klas I Yogyakarta .................................. 4 2.2. Maksud dan Tujuan PendirianBMKG Klas I Yogyakarta .................................... 5 2.3. Garis Besar Struktur UPT Stasiun Geografi Klas I Yogyakarta ........................... 5 2.4. Deskripsi Komponen Struktur Organisasi ...................................................6 2.5. Penerapan Ilmu Statistika di BMKGKlas I Yogyakarta.................................11 BAB III : LANDASAN TEORI
3.1. Profil Wilayah Kabupaten Bantul ............................................... ........................ 12 3.2. Curah Hujan ................................................................................................ 13 3.2.1 Pengertian Curah Hujan ......................................................................... 13 3.2.2 Faktor Curah Hujan ............................................................................... 13
3.2.3 Sifat Curah Hujan .................................................................................. 14 3.3. Runtun Waktu ...................................................................................................... 15 3.3.1 Jenis Data Menurut Waktu ..................................................................... 15 3.3.2 Jenis Pola Data ....................................................................................... 16 3.3.3 Peramalan ............................................................................................... 17 3.3.4 Metode Dekomposisi Musiman............................................................. 17 3.3.5 Pengukuran Kesalahan Peramalan......................................................... 20 3.3.6 Statistika Deskriptif................................................................................ 21 BAB IV : STUDI KASUS
4.1. Sumber Data ........................................................................................................ 22 4.2. Metode Analisis Data .......................................................................................... 22 4.3. Hasil dan Pembahasan.................................................................................. 22
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 49 5.2. Saran .................................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel
Keterangan
Halaman
4.1
Data Pos-pos Curah Hujan Kabupaten Bantul
22
4.2
Dugaan Faktor Siklus dan Trend
39
4.3
Nilai Musiman yang masih Mengandung Galat
39
4.4
Nilai Musiman yang Tidak Mengandung Galat
43
4.5
Nilai Trend
44
4.6
Pengaruh Siklus
46
4.7
Peramalan Curah Hujan Kab. Bantul
48
DAFTAR GAMBAR Gambar
Keterangan
Halaman
3.1
Peta Wilayah kabupaten Bantul
12
4.1
Grafik Curah Hujan Pos Barongan
23
4.2
Grafik Curah Hujan Pos BPP Bantul
24
4.3
Grafik Curah Hujan Pos BPP Sedayu
25
4.4
Grafik Curah Hujan Pos Dlingo
26
4.5
Grafik Curah Hujan Pos Gandok
28
4.6
Grafik Curah Hujan Pos Gendongan
29
4.7
Grafik Curah Hujan Pos Ngestiharjo
30
4.8
Grafik Curah Hujan Pos Ngetal
31
4.9
Grafik Curah Hujan Pos Nyemengan
32
4.10
Grafik Curah Hujan Pos Piyungan
33
4.11
Grafik Curah Hujan Pos Pundong
34
4.12
Grafik Curah Hujan Pos Ringinharjo
36
4.13
Grafik Data Rata-rata Curah Hujan Kab. Bantul
37
4.14
Grafik Trand Curah Hujan Kab. Bantul
46
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Keterangan
Halaman
1
Data Hasil Olahan Rata-rata Curah Hujan kab. Bantul
52
2
Data Curah Hujan tahun 2010 s.d 2015 kabupaten Bantul
53
3
Makalah Laporan Kerja Praktek
56
4
Surat Keterangan Penerimaan Kerja Praktek di BMKG
75
5
Surat Keterangan Selesai Kerja Praktek di BMKG
76
ABSTRAK Indikasi fenomena perubahan iklim di Indonesia dapat diamati dari perubahan pola curah hujan rata-rata di beberapa wilayah di Indonesia.Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Indonesia akan memasuki puncak musim hujan pada Januari-Februari 2016 dan Musim hujan di wilayah barat Indonesia selatan khatulistiwa akan berlangsung hingga Juni 2016, meski sejak Maret 2016 akan mengalami trend penurunan intensitas. Intensitas musim hujan yang terjadi tidak merata di seluruh Indonesia karena perbedaan zona musim yang bervariasi.Pada saat yang bersamaan, transisi cuaca dari hujan ke kering harus diwaspadai, untuk itu dilakukan prediksi curah hujan pada bulan Januari sampai Bulan Desember 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan dari 12 pos di Kabupaten Bantul bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2015 yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika D.I. Yogyakarta. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Deskriptif dan Dekomposisi Musiman dan menghasilkan nilai prediksi curah hujan di Kabupaten Bantul pada Bulan Januari sampai bulan Desember 2016 berturut-turut adalah 349,897 mm, 269,684 mm, 228,009 mm, 207,363 mm, 94,3043 mm, 42,9526 mm, 28,2646 mm, 9,09664 mm, 38,1413 mm, 52,4268 mm, 196,83 mm, 311,579 mm.
Kata Kunci: Kabupaten Bantul, Curah hujan, BMKG, Dekomposisi musiman, Pos hujan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakansalah satu negara tropis yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan danmusim kemarau.Indonesia juga merupakannegara kepulauan yang curah hujannya termasuk tinggi di seluruh dunia.Curah hujan disetiap daerah yang ada di Indonesia berbeda – beda tergantung dari kondisi lingkungannya. (Rasimunandar,1984) Indikasi fenomena perubahan iklim di Indonesia dapat diamati dari perubahan pola curah hujan rata-rata di beberapa wilayah di Indonesia dan suhu udara, yang sangat berpengaruh pada potensi pengembangan sumber daya alam, baik dilihat sebagai potensi cadangan alamiah maupun potensi alam berkesinambungan, dan potensi kebencanaan alam. Curah hujan adalah ukuran intensitas hujan yang turun. Curah hujan sebagai input air ke permukaan bumi membawa akibat pada variasi potensi hidrologi daerah bersangkutan, sehingga uraian hidrologi daerah tidak boleh dipisahkan dengan kondisi klimatologisnya, terutama dengan curah hujan (Jogjaprov, 2010). Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG, 2016) menyatakan bahwa Indonesia akan memasuki puncak musim hujan pada JanuariFebruari 2016. Musim hujan di wilayah barat Indonesia selatan khatulistiwa akan berlangsung hingga Juni 2016,
meski sejak Maret 2016 akan mengalami
trend penurunan intensitas. Intensitas musim hujan yang terjadi tidak merata di seluruh Indonesia terjadi karena perbedaan zona musim yang bervariasi.Pada saat yang bersamaan, musim pancaroba atau transisi cuaca dari hujan ke kering harus diwaspadai, salah satunya dengan meningkatnya potensi puting beliung. Setelah musim hujan, Indonesia akan memasuki musim kemarau. Selajutnya, pada September atau Oktober, atau menjelang
akhir tahun 2016 akan masuk musim hujan kembali (BMKG,2016). Hasil monitoring BMKG menemukan bahwa 60,2% zona musim di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah memasuki musim hujan. Sedangkan 39,8% lainnya yakni zona musim di Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua Timur, belum memasuki musim hujan. Berita yang diterbitkan Kedaulatan Rakya jogja (2016) menyatakan hujan deras disertai petir dan angin kencang yang terjadi pada tanggal 30 maret, hampir melanda semua wilayah di DIY. Cuaca ekstrem ini diprediksi masih akan terjadi dalam dua sampai empat hari ke depan atau sampai awal April 2016. Hal ini dikarenakan adanya pusat tekanan udara rendah di Selatan Pulau Bali.Akibatnya, perubahan pola angin memicu terjadinya awan comolunimbus. Hujan deras disertai angin kencang juga melanda wilayah bantul pada tanggal 30 maretsehingga menyebabkan tanah longsor di wilayah pedukuhan Tambalan, Desa Srimartani, Piyungan, hal itu karena sebagian bahu jalan di Jalan Wonosari KM 15 ambles, namun tidak ada bangunan yang tertimpa longsoran (Antara news, 2016). Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk Laporan Akhir Kerja Praktek
yang berjudul : “Analisis Curah Hujan tahun 2010-2015 dan Prakiraan Curah Hujandi kabupaten Bantul tahun 2016”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana curah hujan tiap-tiap pos yang ada di kabupaten Bantul? 2. Berapa nilai prediksi curah hujan dikabupaten Bantul pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2016?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui curah hujan perpos berdasarkan pos-pos yang ada di kabupaten Bantul. 2. Mengetahui prediksi curah hujan di kabupaten Bantul pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2016.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi BMKG DIY mendapat pertimbangan baru tentang metode peramalan curah hujan yaitu metode dekomposisi musiman. 2. Sebagai sarana informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan tentang prediksi atau peramalan curah hujan kabupaten Bantul pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember. 3. Sebagai dasar dalam menentukan langkah yang tepat (strategis) dalam meminimalisir kegagalan panen atau penentuan masa tanam pada daerah yang dijadikan objek.
BAB II TINJAUAN PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya BMKG Kelas I Yogyakarta
Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta mulai aktif beroperasi pada tahun 2004 sebagai pos pengamatan hujan, kemudian pada tahun 2005 berubah status menjadi Stasiun Geofisika Kelas IV Yogyakarta dan pada tahun 2006 berubah status menjadi Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta. Stasiun ini merupakan ujung tombak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di D.I Yogyakarta dalam mengemban tugas negara sesuai Surat Keputusan Presiden RI No.45 tentang organisasi dan tata kerja yang meliputi: pengamatan, pengumpulan, analisa, penyebaran serta pelayanan geofisika. Pada
tahun
2005
dipimpin
oleh
Tiar
Prasetya,
S.Si
dan
dalam
perkembangannya pada tahun 2006 Stasiun Geofisika ini dikepalai oleh Drs. Jaya Murjaya, M.Si dan pada tahun 2009 dipimpin oleh Drs. Budi Waluyo, Dipl.Seis, pada tahun 2011 dikepalai oleh Drs. Mochammad Riyadi, M.Si, pada tahun 2013 dikepalai oleh Drs. Bambang Suryo S. P., M.Si., dan tahun 2015 dikepalai oleh Tony Agus Wijaya, S.Si. Melalui keputusan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada awal 2007, tugas dan fungsi serta peran Stasiun Geofisika D.I Yogyakarta ditingkatkan menjadi Pusat Gempa Regional Wilayah VII yang meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah yang mencakup Stasiun meteorologi dan geofisika. Kegiatan utama Stasiun Geofisika Yogyakarta yaitu melakukan pengamatan unsur-unsur geofisika dan meteorologi yang meliputi: gempabumi, curah hujan, arah dan kecepatan angin, tekanan udara, dan suhu. Melalui sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang tersedia selanjutnya melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. Pengamatan meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
b. Pengumpulan dan penyebaran data meteorologi, klimatologi, dan geofisika c. Pengolahan dan analisa data meteorologi, klimatologi, dan geofisika d. Pelayanan Jasa meteorologi, klimatologi, dan geofisika e. Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan 2.2 Maksud dan Tujuan Pendirian BMKG Kelas I Yogyakarta
Terwujudnya BMKG sebagai organisasi yang mampu memberikan pelayanan meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang handal guna mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan nasional serta berperan aktif di tingkat internasional. 2.3 Garis Besar Struktur UPT Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta Kepala Stasiun Geofisika Tony Agus Wijaya, S.Si.
Kepala Subbagian Tata Usaha Sirodin
Kepala Seksi Observasi
Kepala Seksi Data dan Informasi
Bambang Subadyo
Teguh Prasetyo,S.Si.
Kelompok Fungsional
2.4 Deskripsi Komponen Struktur Organisasi
2.4.1 Pengamatan 1. Melaksanakan
pengamatan
gempa
bumi
dengan
menggunakan
seismograph. 2. Melaksanakan pengamatan gempa kuat dan percepatan tanah dengan menggunakan accelerograph. 3. Melaksanakan pengamatan gempa bumi dengan menggunakan paling sedikit 6 (enam) remote station, sesuai kebutuhan jaringan nasional dan internasional. 4. Melaksanakan pengamatan intensitas gempa bumi signifikan dan susulannya di wilayahnya sesuai dengan prosedur. 5. Melaksanakan pengamatan kelistrikan udara dengan menggunakan Lightning Detektor . 6. Melaksanakan pengamatan magnet bumi sesuai dengan kebutuhan di stasiun yang ditetapkan atau jaringan nasional dan internasional. 7. Melaksanakan
pengamatan
magnet
bumi
absolut
sesuai
dengan
kebutuhan, di stasiun yang ditetapkan atau jaringan nasional dan internasional. 8. Melaksanakan pengamatan tanda waktu dengan menggunakan teropong bintang sesuai kebutuhan di stasiun yang ditetapkan. 9. Melaksanakan perawatan rutin berkala operasional gempa bumi atau tsunami di stasiun sesuai dengan prosedur yang berlaku. 10. Melaksanakan perawatan rutin peralatan kelistrikan udara dan peralatan lain di stasiunnya sesuai dengan prosedur yang berlaku. 11. Melaksanakan perbaikan peralatan operasional di stasiunnya sesuai dengan prosedur yang berlaku. 12. Melaksanakan kalibrasi harian seismograph di stasiunnya, sesuai dengan prosedur yang berlaku.
13. Melaksanakan kalibrasi peralatan Accelerograph sesuai prosedur yang berlaku. 14. Melaksanakan
pengamatan
gempa
bumi
sebagai
bagian
jaringan
internasional atau global sesuai dengan kebutuhan di stasiun yang ditetapkan. 15. Melaporkan kerusakan peralatan observasi di stasiun sesuai dengan prosedur yang belaku. 16. Melaksakan
pengamatan
terbit
dan
terbenamnya
matahari
serta
menyiarkan tanda waktu standar sesuai kebutuhan di stasiun yang ditetapkan. 17. Melaksanakan pengamatan meteorologi, klimatologi, dan kualitas udara.
2.4.2 Pengumpulan dan Penyebaran 1. Melaksanakan
pertukaran
data
gempabumi
antar
stasiun
dengan
kebutuhan dan menggunakan teknologi yang tersedia. 2. Melaksanakan pengiriman phase data gempabumi ke Balai Besar Meteorologi dan Geofisika dan kantor pusat dalam kondisi penting dan atas permintaan sesuai dengan prosedur. 3. Melaksanakan
pengumpulan
dan
pengiriman
informasi
intensitas
gempabumi dan tsunami beserta susulannya merusak atau signifkan ke stasiun lain, Balai Besar Meteorologi dan Geofisika dan Kantor Pusat dalam kondisi penting dan atas permintaan sesuai deng an prosedur. 4. Melaksanakan pengiriman phase data gempa bumi percepatan tanah dan informasi terkait ke stasiun lain, Balai Besar Meteorologi dan Geofisika dan kantor pusat dalam kondisi penting dan atas permintaan sesuai dengan prosedur. 5. Melaksanakan data pertukaran dan informasi gempa bumi dengan lembaga internasional dengan menggunakan teknologi yang tersedia.
6. Melaksanakan pengiriman data magnet bumi bulanan ke kantor Balai Besar Meteorologi dan Geofisika dan Stasiun Geofisika lainnya. 7. Melaksanakan pengiriman data kelistrikan udara bulanan ke kantor pusat, Balai Besar Meteorologi dan Geofisika dan Stasiun Geofisika lainnya.
2.4.3 Pengolahan dan Analisa Data 1. Melaksanakan pengolahan interaktif dan analisa data gempa bumi di wilayah dengan metode single stasiun untuk mendapatkan informasi parameter dasar gempa bumi. 2. Melaksanakan pengolahan otomatis dan reaktif serta analisa data gempabumi di wilayah dengan metode multi stasiun untuk mendapatkan informasi parameter dasar dan mekanisme sumber gempabumi. 3. Melaksanakan
pengolahan
dan
analisa
data
accelerograph
untuk
mendapatkan informasi percepatan tanah atau intensitas gempabumi kuat. 4. Melaksanakan pembuatan sistem bank data gempabumi, tsunami, dan susulan di wilayahnya. 5. Melaksanakan pembuatan sistem bank data gempabumi, tsunami, dan unsur geofisika lainnya di wilayahnya. 6. Melaksanakan pengolahan dan analisa data magnet bumi, variogram analog dan digital di stasiunnya sesuai kebutuhan di stasiun yang ditetapkan atau jaringan nasional atau internasional. 7. Melaksanakan pengolahan dan analisa data kelistrikan udara. 8. Melaksanakan pengolahan dan analisa data tanda waktu sesuai kebutuhan di stasiun yang ditetapkan. 9. Melaksanakan pembuatan peta-peta gempabumi dan tsunami serta unsur geofisika lainnya untuk wilayahnya. 10. Melaksanakan pengolahan dan analisa data meteorologi dan klimatologi
2.4.4 Pelayanan jasa terdiri dari: 1. Memberikan informasi gempabumi dan tsunami kepada masyarakat dan pemerintah daerah. 2. Memberikan informasi pendahuluan tentang gempabumi dan tsunami hasil analisa stasiun masing-masing dalam rangka memperluat dan menjabarkan informasi pusat. 3. Memberikan sosialisasi tentang bencana gempabumi. Tsunami kepada masyarakat dan pemerintah daerah. 4. Memberikan sosalisasi tentang program mitigasi bencana alam karena gempabumi, tsunami dan bencana lainnya terkait kepada masyarakat dan pemerintah daerah. 5. Melaksanakan tugas BMKG sebagai anggota SATKORLAK/SATLAK bencana alam di wilayahnya. 6. Melaksanakan kerja sama pengkajian dan penelitian yang terkait dengan meteorologi, klimatologi, dan geofisika di wilayahnya sesuai prosedur. 7. Penyebaran informasi dan pelayanan data meteorologi dan klimatologi.
2.4.5 Pemeliharaan, berupa pemeliharaan peralatan teknis terdiri dari: 1. Melaksanakan pemeliharaan peralatan teknis operasional pada stasiun setempat sesuai dengan kebutuhan yang berlaku. 2. Melaksanakan perbaikan terbatas peralatan teknis operasional pada stasiun setempat sesuai dengan kebutuhan yang berlaku. 3. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan terbatas peralatan pendukung teknis operasional sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Melaporkan kerusakan peralatan observasi di stasiun secara berkala. 5. Menjaga kebersihan alat operasional.
2.4.6 Koordinasi atau Kerjasama, terdiri dari: 1. Melaksanakan kerja sama dengan pemerintah daerah setempat dalam pemanfaatan informasi BMKG. 2. Melaksanakan kerja sama dengan instansi teknis di daerah dalam pemanfaatan informasi geofisika. 3. Melaksanakan kerja sama dengan pemerintah daerah dan instansi lainnya dalam kegiatan pengamatan dan pengumpulan data gempa bumi, tsunami dan percepatan tanah. 4. Melaksanakan
kerja
sama
dalam
teknis
dengan
instansi
yang
melaksanakan kegiatan kerja sama. 5. Melaksanakan tugas administasi meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, rumah tangga, penyusunan program kerja dan laporan stasiun. 6. Tugas tambahan, berupa tugas-tugas selain yang tercantum pada huruf a sampai dengan f berdasarkan pengaturan kantor pusat, terdiri dari : a. Melaksanakan pengamatan unsur cuaca dan iklim terbatas. b. Melaksanakan pengolahan unsur cuaca dan iklim terbatas. c. Melaksanakan pelayanan informasi iklim dan cuaca terbatas. d. Melaksanakan
survei
gempabumi
merusak
dan
tsunami
beserta
susulannya sesuai dengan prosedur yang berlaku. e. Melaksanakan dan membantu melaksanakan pengamatan unsur geofisika lainnya untuk kepentingan khusus. f. Membantu melaksanakan survey magnet bumi. g. Membantu melaksanakan survey gravitasi. h. Melaksanakan
tugas
SATKORLAK/SATLAK
bencana
alam
di
daerahnya. i.
Melaksanakan tugas sebagai koordinator Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi dan Stasiun Geofisika di Propinsi setempat.
j.
Melaksanakan tugas profesional dan pelayanan jasa lainnya.
2.5
Penerapan Ilmu Statistika di BMKG
Ilmu statistika sangat dibutuhkan di BMKG, diantaranya adalah: 1. Mengetahui prediksi curah hujan dengan menggunakan metode yang berbeda dengan yang diterapkan BMKG 2. Mengetahui cara meminimalisasi banjir dan kekeringan 3. Mengetahui peluang terjadinya gempa bumi pada suatu wilayah. w ilayah. 4. Menganalisis berbagai jenis bencana alam dengan metode clustering. 5. Mampu menggambarkan cuaca dan iklim pada suatu wilayah baik berupa rata-rata cuaca/iklim maupun unsur-unsur lain dari data cuaca/iklim antara lain intensitas radiasi surya, suhu udara, curah hujan, tekanan, angin dan sebagainya, dalam jangka pendek hingga jangka panjang.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Profil Wilayah Kabupaten Bantul
Secara geografis, wilayah kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah paling selatan d i Daerah Istimewa Yogyakarta Yo gyakarta yang terletak antara ant ara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" lintang selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" bujur timur dengan luas wilayah kabupaten Bantul 508,85 Km2 atau 50.608 Ha yang secara administrasi pemerintahan terdiri dari dar i 17 kecamatan, 75 desa, 933 dusun. (Pemerintahan Daerah Bantul,2013). Berikut adalah adalah peta wilayah wilayah untuk kabupaten kabupaten Bantul :
Gambar 3.1. Peta wilayah kabupaten Bantul Kabupaten Bantul memiliki 12 titik stasiun pemantauan curah hujan menurut Dinas Perairan yaitu stasiun pemantau Barongan Kec. Jetis, Bpp. Bantul Kec. Bantul,Bpp. Sedayu Kec. Sedayu, Dlingo Kec. Dlingo, Gandok Kec. Sewon, Gedongan Kec.Pandak , Ngestiharjo Kec. Kasihan, Ngetal Kec. Sandrakan, Nyemengan Kec. Kasihan, Piyungan Kec. Piyungan, Pundong Kec. Pundong, Ringinharjo Kec. Bantul.
3.2 Curah Hujan 3.2.1 Pengertian Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar, tidak menguap dan tidak mengalir selama periode per iode tertentu yang diukur dengan satuan ( mm) mm) 2
pada luasan 1 m . Contohnya apabila di suatu daerah data curah hujannya 2000 2
mm/tahun berarti daerah tersebut selama setahun dalam 1 m jumlah air yang turun 2
3
sebesar 2000 mm x 1 m yaitu sebesar 2 m atau 2000 liter (1 dm3 = 1 liter) (Tama,2013) Menurut Arsyad (2010) tinggi curah hujan diasumsikan sama disekitar tempat penakaran, luasan yang tercakup oleh sebuah penakaran cura h hujan tergantung pad a homogenitas daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya.
3.2.2 Faktor Curah Hujan
Menurut Widiawatisecara umum unsur-unsur yang mempengaruhi dalam mendeteksi curah hujan adalah letak garis lintang, letak tinggi tempat (ketinggian), luas daratan, lokasi daerah, suhu udara, kelembapan, jumlah curah hujan, penguapan, kecepatan angin dan sebagainya. Pada kasus ini hanya mendeteksi pada satu daerah, maka faktor letak, lokasi dan luas daratan tidak t idak digunakan. Adapun faktor-faktor yang diambil untuk mendeteksi curah hujan adalah : 1.
Penyinaran matahari, dalam satuan persen dapat mengubah suhu dipermukaan bumi.
2.
Banyaknya jumlah panas yang dapat diterima oleh permukaan bumi tergantung pada lamanya penyinaran, kemiringan sudut datang sinar matahari ke bumi, keadaan awan dan juga keadaan bumi itu sendiri.
3.
Tekanan udara merupakan benda gas yang mempunyai massa dan volume. Oleh kerena itu udara memiliki tekanan yang disebut tekanan udara. Besar kecilnya udara dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut barometer. Besar tekanan udara dinyatakan dengan milibar (mb).
4.
Ketinggian suatu tempat sangat mempengaruhi besarnya tekanan udara.
Tekanan udara disuatu tempat juga dapat berubah karena dipengaruhi oleh suhu udara. Pemanasan radiasi matahari menyebabkan pemuaian sehingga udara akan menjadi lebih ringan. 5.
Kelembapan udara, dalam satuan persen adalah perbandingan yang menyatakan kadar uap air dan udara yang dipengaruhi suhunya.
6.
Kecepatan angin adalah gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi pada arah horizontal yang dinyatakan dalam satuan meter /detik, kilometer/jam dan mil/jam.
7.
Arah angin, dalam satuan derajat milimeter adalah arah dari mana tiupan angin berasal.
8.
Penguapan dalam satuan millimeter.
9.
Temperatur atau suhu rata-rata adalah derajat panas/dingin suatu benda yang diukur dengan termometer.
3.2.3 Sifat Curah Hujan
Satuan curah hujan adalah millimeter (mm), yang merupakan ketebalan air 2
hujan yang terkumpul dalam tempat pada luasan 1 m , permukaan yang datar, tidak menguap dan tidak mengalir. 1.
Rata-rata curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. Normal curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun, 3.
Standar normal curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
4.
kriteria distribusi curah hujan bulanan : a. Rendah : 0-100 mm b. Menengah : 101-300 mm c. Tinggi : 301-400 mm d. Sangat tinggi : > 400 mm
3.3 Runtun Waktu ( Time Seri es)
Data runtun waktu (times series) adalah jenis data yang dikumpulkan menurut urutan waktu dalam suatu rentang waktu tertentu.Komponen time series terdiri atas faktor trend , siklus, musiman dan gerakan tak beraturan. Tujuan dari analisistime seriesadalah
mengidentifikasi
dan
mengisolasi
faktor-faktor
di
atas
untuk
memprediksi pola tertentu dimasa mendatang (Makridakis,1999).
3.3.1 Jenis data menurut waktu Untuk dapat memahami pemodelan runtun waktu, perlu diketahui beberapa jenis data menurut waktu, yang dibedakan sebagai berikut : a. Cross-section data Jenis data yang dikumpulkan pada sejumlah individu atau kategori untuk sejumlah variabel pada suatu titik waktu tertentu.Model yang digunakan untuk memodelkan data tipe ini seperti model regresi (cross-section). b. Runtun waktu (time series) Jenis data dikumpulkan menurut urutan waktu dalam suatu rentang waktu tertentu. Jika waktu dipandang bersifat diskrit (waktu dapat dimodelkan bersifat kontinu), frekuensi pengumpulan selalu sama. Dalam kasus diskrit, frekuensi dapat berupa detik, menit, jam, hari, minggu, bulan atau tahun.Model yang digunakan adalah model-model time series. c. Panel/ pooled data Tipe data yang dikumpulkan menurut urutan waktu dalam suatu rentang waktu tertentu pada sejumlah individu atau kategori.Model yang digunakan untuk permodelan data tipe ini seperti model data panel, model runtun waktu multivariate.Secara ekuivalen, dikenal juga tipe data longitudinal, dengan frekuensi data tidak harus equidistant, namun analisa fokusnya berbeda dengan model panel.
3.3.2 Jenis pola data Model time series sering kali dapat digunakan dengan muda untuk meramalkan, sedangkan model kausal dapat digunakan dengan keberhasilan yang lebih besar untuk pengambilan keputusan dan kebijakan (Makridakis, 1999). Apabila data yang diperlukan tersedia, suatu hubungan peramalan dapat dihipotesiskan baik sebagai fungsi dari waktu atau sebagai fungsi dari variabel bebas, kemudian diuji.Langkah penting dalam memilih model time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis siklis dan trend.Time series merupakan data yang dikumpulkan, dicatat atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan dengan beberapa periode waktu yakni: tahun, kuartal, bulan, minggu dan pada beberapa kasus hari atau jam. Data time series dianalisis untuk menemukan pola variasi masa lalu yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan nilai untuk masa depan ( forecast ) karena dengan mengamati data runtut waktu akan terlihat empat komponen yang akan mempengaruhi pola data masa lalu dan sekarang yang cenderung berulang di masa mendatang (Makridakis,1999). a. Data Stationer (horizontal ) Pola data ini terjadi jika terdapat data yang berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan.(Makridakis, 1999).Contoh suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis pola ini. b. Data Musiman Pola data ini terjadi jika terdapat suatu deret data yang dipengaruhi oleh faktor musiman (misalkan kuartal tahun tertentu,bulanan atau hari-hari pada minggu tertentu). Contoh penjualan dari produk seperti minuman ringan, es krim dan bahan bakar pemanasan ruang semuanya menunjukkan jenis pola ini. c. Data Siklis Pola data ini terjadi jika terdapat data yang dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.Contoh penjualan produk seperti mobil, baja dan peralatan utama lainnya.
d. Data Trend Pola data ini terjadi jika terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.Contohnya penjualan banyak perusahaan, GNP dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya.
3.3.3 Peramalan Menurut Sofyan (1994) peramalan merupakan model yang digunakan untuk memprediksi masa depan dengan menggunakan data historis. Dengan kata lain, model time series mencoba melihat apa yang terjadi pada suatu kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu untuk memprediksi. Peramalan akan akurat dan bermanfaat jika memperhatikan 2 hal pokok berikut : 1.
Pengumpulan data relevan berupa informasi yang dapat menghasilkan peramalan akurat.
2.
Pemilihan teknik peramalan yang tepat yang akan memanfaatkan informasi data yang diperoleh semaksimal mungkin.
3.3.4 Metode Dekomposisi Musiman Metode dekomposisi atau sering juga disebut time series method adalah salah satu metode peramalan yang didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya apa yang telah terjadi akan terulang atau terjadi kembali dengan pola yang sama. Artinya yang dulu selalu naik, pada waktu yang akan datang biasanya akan naik juga, yang biasanya berkurang akan berkurang juga, yang biasanya berfluktuasi akan berfluktuasi juga dan yang biasanya tidak teratur maka akan tidak teratur juga (Subagyo, 1986). Metode dekomposisi mempunyai asumsi, data tersusun sebagai berikut : Data = pola + galat (error)= f(trend, siklus, musiman) + galat Jadi disamping pola, terdapat pula unsur galat atau kerandoman. Galat tersebutdianggap merupakan perbedaan antara pengaruh gabungan dari ketiga sub-
pola deret tersebut dengan data yang sebenarnya. Konsep dasar dari metode dekomposisi adalah pemisahan empiris yang mula-mula terhadap faktor musiman, lalu trend dan terakhir terhadap siklus. Galat yang dianggap unsur random tidak dapat ditaksir, tetapi diidentifikasikan. Dipandang dari segi statistika, pendekatan dekomposisi ini mempunyai sejumlah kesalahan teoritis, walaupun demikian, para praktisi banyak mengabaikan kelemahan ini dan telah menggunakan ini dengan berhasil. Model umum dari pendekatan dekomposisi adalah sebagai berikut : Yt = f(It, Tt, Ct, Et) .................................................(3.1) dengan : Yt = nilai deret berkala (data aktual) pada periode t It = komponen atau indeks musiman pada periode t Tt = komponen trend pada periode t Ct= komponen siklus pada periode t Et= komponen galat (random) pada periode t Bentuk fungsional yang pasti dari persamaan (3.1) bergantung pada metode dekomposisi yang digunakan. Adapun model yang digunakan dalam metode dekomposisi ini, yaitu : a. Model additif
Jika digunakan model aditif, maka bentuk persamaan (3.1) menjadi : Yt = It + Tt + Ct + E…………..………. (3.2) Langkah-langkah
dalam
menyelesaikan
Model
Aditif
berdasarkan
metode
dekomposisi adalah : 1.
Pada data aktual (Yt) dihitung rata-rata bergerak yang panjangnya (n) sama dengan
musiman,
dengan
tujuan
menghilangkan
unsur
musiman
dan
kerandoman. Agar hasil lebih baik maka dihitung lagi rata-rata bergerak dengan panjang (2) dari hasil rata-rata bergerak pertama untuk (n) genap dan rata-rata bergerak dengan panjang (3) dari hasil rata-rata bergerak pertama untuk (n) ganjil.
Dengan demikian diperoleh diperoleh dugaan faktor trend (Tt) dan siklus (Ct) dalam bentuk persamaan : 2.
Mt = Tt + Ct……………………………… (3.3)
Untuk memperoleh pengaruh musiman (It), dapat dilakukan dengan cara mengambil selisih antara persamaan (3.2) dengan persamaan (3.3) sehingga diperoleh :
3.
Yt – Mt = It + Et ..............................................(3.4)
Identifikasi bentuk trend yang tepat (linear, eksponensial, kuadratik dan lainlain) dengan menggunakan metode kuadrat terkecil seperti pada model regresi sehingga diperoleh persamaan untuk trend (Tt)
4.
Untuk mendapatkan faktor musiman (Ct) dapat dilakukan dengan mengambil selisih persamaan (3.3) dengan Tt sehingga diperoleh persamaan berikut : Mt – Tt = Ct……………………………………….. (3.5)
5.
Menggunakan ketiga faktor yang telah dipisahkan tersebut untuk keperluan peramalan kedepan, yaitu :Ŷt = It + Tt + Ct…………………………… (3.6)
b. Model Multiplikatif
Model multiplikatif ini mengasumsikan Yt sebagai hasil multiplikatif (perkalian) dari faktor musiman, siklus, trend dan unsur kerandoman sehingga dari persamaan (3.1) didapat :
Yt = It x Tt x Ct x Et………………………………… (3.7)
Langkah-langkah dalam penyelesaian Model multiplikatif yaitu : 1.
Pada data aktual (Yt), dihitung rata-rata bergerak dengan panjang (n) sama dengan panjang musiman, tujuannya yaitu menghilangkan unsur kerandoman. Agar hasilnya lebih baik maka kembali dihitung rata-rata bergerak dengan panjang (2) dari hasil rata-rata bergerak pertama dengan panjang (n) untuk n genap dan dihitung rata-rata bergerak dengan panjang (3) untuk n ganjil. Dengan demikian diperoleh dugaan faktor siklus dan trend dalam bentuk persamaan :Mt = Tt x Ct…………………………… (3.8)
2.
Untuk memperoleh pengaruh musiman (It), persamaan (3.7) dibagi dengan persamaan (3.8) sehingga diperoleh :
3.
Yt Mt
It Et
…………… (3.9)
Identifikasi bentuk trend yang tepat (linear, eksponensial, atau lainnya) dengan menggunakan metode kuadrat terkecil seperti pada regresi linear sederhana sehingga diperoleh persamaan untuk trend (Tt)
4.
Untuk mendapatkan faktor musiman (Ct) maka persamaan (3.8) dibagi dengan Tt, sehingga diperoleh :
5.
Mt Tt
Ct
………………………… (3.10)
Dari ketiga faktor yang telah diperoleh, dapat dilakukan peramalan untuk beberapa periode kedepan, yaitu : Ŷt = It x Tt x Ct……………… (3.11)
3.3.5 Pengukuran Kesalahan Peramalan Menurut Subagyo (1986) menghitung kesalahan forecasting atau menghitung ketepatan pengukuran dalam prakteknya dapat menggunakan alat ukur kesalahan rata-rata kuadrat atau Mean Squared Error (MSE) untuk mengevaluasi suatu teknik peramalan, dimana setiap kesalahan atau residual dikuadratkan yang biasanya menghasilkan kesalahan yang lebih kecil tetapi kadang-kadang menghasilkan yang sangat besar dengan rumus: =
=1(Yt −Ŷt)2
Dimana : Yt : data actual pada periode t
Ŷt : nilai peramalan pada periode t n : jumlah data Pendekatan ini sangat berguna jika ukuran variabel peramalan merupakan faktor penting dalam mengevaluasi akurasi peramalan tersebut.
3.3.6 Statistika deskriptif Statistika
deskriptif
adalah
metode-metode
yang
berkaitan
dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.Pengklasifikasian menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensi dilakukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Kumpulan data yang diperoleh data statistika deskriptif akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kesimpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data (Walpole and Raymond, 1995)
BAB IV STUDI KASUS
4.1 Sumber Data
Dalam Laporan Kerja Praktek ini menggunakan data sampel curah hujan dari 12 pos pada kabupaten Bantul yang diambil dari Stasiun Klimatologi dan Geofisika Yogyakartaberupa data sekunder dar i bulan Januari 2010 s.d bulan Desember 2015.
4.2 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam Laporan Kerja Praktek ini adalah analisis deskriptif dan analisis dekomposisi musiman multiplikatif menggunakan program Microsoft excel .
4.3 Hasil dan Pembahasan Berikut ini adalah data pos-pos hujan di kabupaten Bantul dari tahun 2010-
2015 perbulannya yang diperoleh dari BMKG. Datanya sebagai berikut : Tabel 4.1. Data pos-pos curah hujan kabupaten Bantul No
Pos Hujan
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Barongan Bpp. Bantul Bpp. Sedayu Dlingo Gandok Gedongan Ngestiharjo Ngetal Nyemengan Piyungan Pundong Ringinharjo
Kec. Jetis Kec. Bantul Kec. Sedayu Kec. Dlingo Kec. Sewon Kec. Pandak Kec. Kasihan Kec. Sandrakan Kec. Kasihan Kec. Piyungan Kec. Pundong Kec. Bantul
Posisi 07o 07o 07o 07o 07o 07o 07o 07o 07o 07o 07o 07o
55' 53' 50' 54' 52' 57' 49' 55' 51' 49' 58' 53'
36.0" 15.9" 06.0" 30.9" 32.2" 14.5" 37.0" 12.5" 37.9" 29.3" 36.0" 27.6"
LS -110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o LS - 110o
22' 21' 15' 29' 23' 16' 20' 23' 21' 30' 20' 21'
12.0" BT 40.7" BT 03.6" BT 32.3" BT 31.9" BT 04.5" BT 06.8" BT 06.9" BT 45.3" BT 32.0" BT 24.0" BT 31.2" BT
Berdasarkan data pos-pos curah hujan diatas, disajikan grafik data setiap pos
curah hujan pada setiap kecamatan sebagai berikut :
Gambar 4.1Grafik curah hujan pos Barongan
Grafik curah hujan pos Barongan diatas menunjukan bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010 jatuh pada bulan April, berbeda halnya pada tahun 2011 yang jatuh pada bulan November, dan tahun 2012 jatuh pada bulan Desember, sama halnya dengan tahun 2012 curah hujan tertinggi tahun 2013 juga jatuh pada bulan Desember, dan tahun 2014 curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Januari kemudian hal yang sama juga terjadi pada tahun 2015 yang curah hujan tertingginya jatuh pada bulan Januari. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan juli, berbeda halnya pada tahun 2011 yang curah hujan terendahnya lebih panjang yaitu bulan juni, juli, agustus, september, tahun 2012 juga curah hujan terendahnya jatuh pada bulan yang sama di tahun
2011, kemudian tahun 2013 curah hujan
terendah hanya terjadi pada bulan agustus, dan tahun 2014 curah hujan terendah terjadi pada bulan agustus, september, dan curah hujan terendah jatuh lebih lama pada tahun 2015 yaitu pada bulan Juli,agustus, September, Oktober, November, Desember. Grafik diatas mengindikasikan bahwa curah hujan selama enam bulan pertama pada setiap tahun relatif mengalami peningkatan dan pe nurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2010 bulan April kenaikan curah hujan drastis hingga mencapai 682mm. Memasuki bulan Juni sampai bulan Oktober nilai curah hujan mulai mengalami penurunan yang drastis, dimana data curah hujan yang terhimpun kurang dari 100 mm. Penurunan curah hujan ini menandai masuknya musim kemarau pada
pertengahan tahun. Sedangkan peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya, namun pada pos Barongan tahun 2015 terjadi perubahan pola, biasanya pada tahun-tahun sebelum curah hujan meningkat pada akhir tahun akan tetapi yang terjadi hingga bulan Desember curah hujan yang terhimpun kurang dari 0 mm.Menurut Badan PBB Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan fenomena ini terjadi akibat kekuatan
El Nino yang terjadi hingga akhir tahun
2015mengakibatkan pola cuaca di seluruh dunia berubah.
Gambar 4.2Grafik curah hujan pos BPP Bantul
Grafik curah hujan pada pos BPP Bantul diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010, 2011, 2014 jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Desember, tahun 2012, 2013, 2015 curah hujan tertinggi jatuh pada bulan yang sama yaitu Januari. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Agustus, pada tahun 2011 curah hujan terendahnya jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Juli, Agustus, September, sedangkan di tahun 2012 curah hujan terendah hanya jatuh pada dua bulan yaitu bulan Juli, September, berbeda dengan tahun sebelumnya, di tahun 2013 curah hujan hanya terjadi pada bulan Agustus, sama halnya dengan tahun 2011 curah hujan terendah tahun 2014 jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober, dan tahun 2015 curah hujan terendah jatuh lebih panjang dari tahun-tahun sebelumnya yaitu empat bulan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober dan pada bulan November tahun 2015 tidak turun hujan.
Grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun, nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2015 bulan April nilai curah hujan naik drastis mencapai 820 mm dan tahun 2010 bulan Mei dan September nilai curah hujannya juga mengalami peningkatan berturut-turut sebesar 578 mm dan 559 mm. Penurunan curah hujan ini menandai
masuknya
musim
kemarau
pada
pertengahan
tahun.
Sedangkan
peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun pada tahun 2015 terjadi perubahan pola, biasanya pada tahun-tahun sebelum curah hujan meningkat pada akhir tahunnya,akan tetapi yang terjadi pada bulan November Kecamatan Bantul tidak terjadi hujan. MenurutBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hal ini terjadi karena fenomena El Nino yang cukup panjang dengan kisaran intensitas kuat dengan nilai indeks 2,31 naik menjadi 2,42 sehingga mengakibatkan musim kemarau yang berkepanjangan.
Gambar 4.3Grafik curah hujan pos BPP Sedayu
Grafik curah hujan pada pos BPP Sedayu diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010, 2014 jatuh pada bulan Desember, tahun 2011,2012 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan yang sama yaitu bulan Februari, sedangkan di tahun 2013 dan2015 terjadi curah hujan tertinggi yang jatuh pada bulan Januari. Keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Juli, tahun berikutnya di tahun 2011 curah hujan terendah jatuh lebih panjang dari tahun-tahun yang lain yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, tahun 2012 curah hujan terendah jatuh lebih
panjang kurang satu bulan dari tahun 2011 yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, tahun 2013 curah hujan terendah hanya jatuh pada dua bulan yaitu bulan Agustus, September, tahun 2014 curah hujan terendah hanya jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober, dan tahun 2015 curah hujan terendah jatuh sama panjangnya dengan tahun 2012 yaitu bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama disetiap tahunnya nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2010 bulan September nilai curah hujan mengalami peningkatan drastis dari tahun-tahun yang lain sebesar 278 mm. Penurunan curah hujan ini menandai
masuknya
musim
kemarau
pada
pertengahan
tahun.
Sedangkan
peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun tahun 2015 terjadi perubahan pola, pada pos curah hujan BPP Sedayu bulan Juni hingga bulan Oktober terjadinya penurunan curah hujan mencapai 0 mm sehingga membuat musim kemarau berkepanjangan. Menurut kepala Seksi Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang, Saiful Hadi, mengungkapkan hasil pantauan dan foto satelit udara menunjukkan bahwa Fenomena El Nino itu akan menguat mencapai puncak pada September dan Oktober 2015. Sehingga musim kemarau tahun 2015 akan lebih panjang dibandingkan tahun 2014, mengakibatkan beberapa daerah bagian Timur dan daerahdaerah yang terletak di Lintang Selatan Indonesia mengalami dampaknya. serta menyebabkan awal musim hujan mengalami kemunduran.
Gambar 4.4Grafik curah hujan pos Dlingo
Grafik curah hujan pada pos Dlingo diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi, tahun 2010 jatuh pada bulan Mei, tahun 2011, 2012 curah hujan tertingginya sama-sama jatuh pada bulan Februari, tahun 2013 curah hujan tertinggi jatuh pada awal bulan yaitu bulan Januari, tahun 2014 curah hujan tertinggi jatuh pada akhir bulan yaitu bulan Desember, dan tahun 2015 curah hujan tertinggi jatuh pada pertengahan tahun yaitu bulan Maret. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Agustus, tahun 2011 curah hujan terendah jatuh lebih panjang yaitu empat bulan pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, sama halnya dengan tahun 2015 curah hujan jatuh lebih panjang yaitu bulan Juli, Agustus, September dan Oktober, tahun 2012 curah hujan terendah hanya jatuh pada bulan Juli, Agustus, September, begitupun dengan tahun 2014 curah hujan jatuh pada bulan Agustus, September, Oktober, dan tahun 2013 curah hujan hanya jatuh pada dua bulan yaitu bulan Agustus, September. Grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada awal tahun 2013 curah hujan yang terhimpun sebesar 694 mm. Penurunan curah hujan menandai masuknya musim kemarau pada pertengahan tahun. Sedangkan peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun tahun 2011 dan 2015 terjadi perubahan pola,pada pos curah hujan Dlingo tahun 2015 bulan Juni sampai Oktober curah hujan mengalami penurunan
mencapai
0
mm
sehingga
mengakibatkan
musim
kemarau
berkepanjangan. Sedangkan pada tahun 2010 curah hujan terus terjadi tiada henti sehingga membuat musim hujan berkepanjangan dan curah hujan yang terhimpun lebih dari 100 mm. Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di berbagai daerah menunjukkan bahwa curah hujan sepanjang bulan Juli hingga Agustus 2010 di atas 50 mm per hari.Hal ini akibat dari meningkatnya suhu
muka laut perairan Indonesia yang dipengaruhi kondisi cuaca di atmosfir dan akibat dampak dari La Nina.Seharusnya sebagian besar wilayah Indonesia memasuki musim kemarau pada bulan juli, namun kenyataannya hujan deras masih tetap saja mengguyur berbagai daerah hingga maret 2011.Kondisi netral baru terjadi pada bulan April 2011.
Gambar 4.5Grafik curah hujan pos Gandok
Dari grafik curah hujan pada pos Gandok diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi, tahun 2010 jatuh pada bulan Maret, tahun 2011, 2014 curah hujan sama-sama jatuh pada bulan Desember, 3 tahun berturut-turut 2012, 2013 dan 2015 curah hujan tertinggi jatuh diawal bulan berturut-turut yaitu bulan Januari, Februari, Maret. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Januari dan November, tahun 2011, 2012 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, tahun 2013 curah hujan terendah jatuh pada dua bulan yaitu bulan Agustus, September, di penghujung tahun 2014 curah hujan terendah jatuh pada akhir bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober, dan tahun 2015 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Dari grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2010 bulan Maret, Mei dan September nilai curah hujan mengalami peningkatan secara drastis berturut-turut sebesar 728, 522,
515.Curah hujan dalamsatu tahun cenderung berulang setiap tahunnya sehingga pada pos Gandok musim kemarau setiap tahunnya jatuh pada pertengahan bulan yaitu bulan Juli sampai Oktober, namun pada tahun 2010 curah hujan terus terjadi tiada henti sehingga membuat musim hujan berkepanjangan dan curah hujan yang terhimpun lebih dari 100 mm. Penurunan curah hujan menandai masuknya musim kemarau pada pertengahan tahun. Sedangkan peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan.
Gambar 4.6Grafik curah hujan pos Gedongan
Grafik curah hujan pada pos Gedongan diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010 jatuh pada bulan Mei, tahun 2011, 2015 curah hujan tertinggi untuk dua tahun ini jatuh pada bulan Desember, di tahun selenjutnya yakni 2012,2013 dan2014 curah hujan tertinggi sama-sama jatuh pada bulan Januari. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Juli, tahun 2011,2012 curah hujan terendah sama-sama jatuh pada bulan Juli,
Agustus,
September, tahun 2013 curah hujan hanya jatuh pada bulan Agustus, tahun 2014 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober, November dan tahun 2015 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Dari grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2013 bulan November nilai curah hujan mengalami
peningkatan secara drastis sebesar 702 mm dan pada tahun 2015 di bulan Maret juga mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 802. menandai
masuknya
musim
kemarau
pada
Penurunan curah hujan ini
pertengahan
tahun.
Sedangkan
peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun tahun 2013 bulan Juli harusnya sudah memasuki musim kemarau akan tetapi pada tahun 2013 ini masih terjadi hujan yang terhimpun sebesar 274 mm sehingga membuat musim kemarau jatuh terlambat.
Gambar 4.7Grafik curah hujan pos Ngestiharjo
Grafik curah hujan pada pos Ngestiharjo diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010, 2014 jatuh pada bulan Desember, tahun 2011 curah hujan tertinggi jatuh pada awal bulan Februari, tahun 2012, 2013 curah hujan tertinggi sama-sama jatuh pada bulan November dan tahun 2015 curah hujan tertinggi jatuh pada awal bulan Maret. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Juli, tahun 2011 curah hujan terendah jatuh pada lima bulan yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, kurang 1 bulan di tahun di tahun berikutnya yakni tahun 2012 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, tahun 2013 curah hujan terendah hanya jatuh pada dua bulan yaitu bulan Agustus, September, tahun 2014 curah hujan terendah jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober dan tahun 2015 curah hujan terendah
jatuh pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober dan pada bulan Desember di tahun 2015 tidak turun hujan. Grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2011 bulan Februari curah hujan yang terhimpun mengalami peningkatan yang drastis sebesar 637 mm dan hal yang sama juga terjadi pada tahun 2015 bulan Maret curah hujan mengalami peningkatan sebesar 485 mm. Penurunan curah hujan ini menandai masuknya musim kemarau pada pertengahan tahun. Sedangkan peningkatan curah hujan di setiap akhir dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun tahun 2010 dan 2015 terjadi perubahan pola, pada pos Ngestiharjo tahun 2010 curah hujan yang terhimpun lebih dari 70 mm pada setiap bulannya sehingga mengakibatkan musim hujan berkepanjangan. Sedangkan pada tahun 2015 bulan Desember tidak terjadi hujan sehingga mengakibatkan musim kemarau berkepanjangan.
Gambar 4.8Grafik curah hujan pos Ngetal
Grafik curah hujan pada pos Ngetal diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010, 2011, 2013,2014 sama-sama jatuh pada bulan Desember dan tahun 2012, 2015 curah hujan tertinggi juga sama-sama jatuh pada bulan Januari. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Juni, tahun
2011, 2015 curah hujan terendah sama-sama jatuh pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, di tahun 2012 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, lain halnya pada tahun 2013 curah hujan terendah hanya jatuh pada dua bulan yaitu bulan Agustus, September dan tahun 2014 curah hujan terendah jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober. Dari grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2010 pada bulan Mei dan September curah hujan mengalami peningkatan secara drastis, nilai curah hujan yang terhimpun berturutturut sebesar 362 mm dan 276. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2011 bulan Februari curah hujan mengalami peningkatan sebesar 376 mm. Dan tahun 2015 bulan Maret dan April curah hujan mengalami Peningkatan,nilai curah hujan terhimpun secara berturut-turut sebesar 431 mm dan 411 mm. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun tahun 2013 terjadi perubahan pola, pada pos Ngetal terjadi penurunan curah hujan, yang seharusnya bulan maret masih termasuk dalam musim penghujan tetapi yang terjadi justru musim kemarau karena curah yang terhimpun dari bulan Maret sampai bulan Oktober kurang dari 100 mm sehingga mengakibatkan musim kemarau yang berkepanjangan.
Gambar 4.9Grafik curah hujan pos Nyemengan
Grafik curah hujan pada pos Nyemengan diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010, 2014 jatuh pada bulan Desember, di tahun 2011 dan 2012
curah hujan tertinggi sama-sama jatuh pada bulan Februari,di tahun selanjutnya 2013, 2015 curah hujan tertinggi juga sama-sama jatuh pada bulan Januari. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Agustus,tahun selanjutnya 2011 dan 2012 curah hujan terendah jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, tahun 2013 curah hujan terendah jatuh pada dua bulan yaitu bulan Agustus, Sepertember, dan tahun 2014 curah hujan terkecil jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober di tahun 2015 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juli, Agustus, September, Oktober dan pada bulan Februari tahun 2015 tidak turun hujan. Grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2010 bulan Sepember curah hujan mengalami peningkatan mencapai 224 mm. hal yang sama juga terjadi pada tahun 2012 bulan Februari curah hujan yang terhimpun mengalami peningkatan sebesar 430 dan tahun 2015 bulan Maret curah hujan mengalami peningkatan drastis sebesar 469 mm. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun pada tahun 2015 terjadi perubahan pola, pada pos Nyemengan bulan Februari tahun 2015 tidak terjadi hujan yang seharusnya pada awal bulan masuk dalam musim penghujan. Sedangkan pada bulan Maret curah hujan mengalami peningkatan sebesar 469 mm.
Gambar 4.10Grafik curah hujan pos Piyungan
Dari grafik curah hujan pada pos Piyungan diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010, 2012, 2014 jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Desember, tahun 2011, 2013 curah hujan tertinggi jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Februari dan tahun 2015 curah hujan tertinggi jatuh pada awal bulan Maret. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan November, tahun 2011,2012 curah hujan terendah jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, dan tahun 2013 curah hujan terendah jatuh pada dua bulan yaitu bulan Agustus, Sepertember, selanjutnya di tahun 2014 curah hujan terendah jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober dan tahun 2015 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juli, Agustus, September, Oktober. Dari grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada 2010 bulan Agustus, September, Oktober nilai curah hujan mengalami peningkatan secara perlahan dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain nilanya berurut sebesar 88 mm, 156 mm, 178 mm. Pada tahun 2011 bulan Februari mengalami peningkatan secara drastis sebesar 481 mm. Penurunan curah hujan ini menandai masukknya musim kemarau pada pertengahan tahun. Sedangkan peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan.
Gambar 4.11Grafik curah hujan pos Pundong
Grafik curah hujan pada pos Pundong diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan
tertinggi tahun 2010 jatuh pada bulan Mei, di tahun 2011 dan 2012 curah hujan tertinggi jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Desember, tahun 2013 hingga 2014 curah hujan tertinggi jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Januari dan tahun 2015curah hujan tertinggi jatuh pada bulan April. Sedangkan keadaan curah hujan terendah tahun 2010 jatuh pada bulan Juli, tahun 2011 curah hujan terendah jatuh pada lima bulan yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober. Tahun 2012 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, September, tahun curah hujan terendah jatuh pada dua bulan yaitu bulan Agustus, Sepertember, tahun 2014 curah hujan terendah jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober dan tahun 2015 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juni Juli, Agustus, September dan pada bulan Oktober, November dan Desember tahun 2015 tidak turun hujan. Grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2010 bulan September curah hujan mengalami peningkatan sebesar 318 mm dibandingkan bulan September pada tahun-tahun yang lainnya. Pada tahun 2013 musim kemarau mengalami kemunduran seharusnya dibulan Juni sudah masuk musim kemarau tetapi yang terjadi curah hujan masih turun hingga bulan Juli sebesar 143 mm sehingga mengakibatkan musim hujan yang berkepanjangan. Penurunan curah hujan ini menandai masuknya musim kemarau pada pertengahan tahun. Sedangkan peningkatan curah hujan di setiap akhir dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun tahun 2015 terjadi perubahan pola, pada pos Pundong tidak turun hujan pada tiga bulan yaitu bulan Oktober, November dan Desember sehingga musim kemarau terjadi berkepanjangan pada tahun 2015 mulai dari bulan Mei sampai akhir bulan Desember.
Gambar 4.12Grafik curah hujan pos Ringinharjo
Grafik curah hujan pada pos Ringinharjo diatas terlihat bahwa keadaan curah hujan tertinggi tahun 2010 jatuh pada bulan Mei, tahun 2011, 2014 curah hujan tertinggi jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Desember dan berturut-turut di tahun 2012, 2013, 2015 curah hujan tertinggi jatuh pada bulan yang sama yaitu bulan Januari. Sedangkan keadaan curah hujan terendah
tahun 2010 jatuh pada bulan
Desember, tahun 2011 curah hujan terendah jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Juli, Agustus, September, pada tahun 2012 curah hujan terendah jatuh pada dua bulan yaitu bulan Juli, September, tahun 2013 curah hujan terendah jatuh pada satu bulan yaitu bulan Agustus, tahun 2014 curah hujan terendah jatuh pada tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, Oktober dan tahun 2015 curah hujan terendah jatuh pada empat bulan yaitu bulan Juli, Agustus, September, Oktober. Grafik mengindikasikan bahwa selama enam bulan pertama pada setiap tahun nilai curah hujan relatif mengalami peningkatan dan penurunan secara perlahan, akan tetapi pada tahun 2010 bulan Mei dan September mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain dengan nilai curah hujan yang tertampung berurut sebesar 578 mm dan 559 mm. hal yang sama juga terjadi pada tahun 2015 bulan April mengalami peningkatan yang drastis dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain dibulan yang sama sebesar 820. Penurunan curah hujan ini menandai
masuknya
musim
kemarau
pada
pertengahan
tahun.
Sedangkan
peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai mulainya musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun tahun 2010 terjadi perubahan pola, pada akhir tahun bulan Desember terjadi penurunan curah hujan mencapai 0 mm. Selanjutnya akan dilakukan peramalan data rata-rata curah hujan dari setiap pos pada Kabupaten Bantul dengan metode dekomposisi. Hasil plot data curah hujan adalah sebagai berikut:
Gambar 4.13 Grafik datarata-rata curah hujan kabupaten bantul
Gambar diatas menunjukanbahwa selama enam bulan pertama pada tahun 2010, nilai curah hujan Kabupaten Bantul relatif mengalami peningkatan , kemudian memasuki bulan Juni nilai curah hujan mulai mengalami penurunan secara perlahan. Penurunan
curah
hujan
ini
menandai
musim
kemarau
pada
pertengahan
tahun.Sedangkan peningkatan curah hujan di setiap akhir tahun dan memasuki awal tahun menandai musim hujan. Penurunan dan peningkatan curah hujan dalam satu tahun cenderung berulang setiap tahunnya. Namun sejak tahun 2014 terjadi perubahan pola, sebelum mencapai pertengahan tahun yaitu bulan Maret curah hujan cenderung menurun dan kembali meningkat pada bulan April. Terjadinya peningkatan curah hujan mendekati musim kemarau membuat pola musim kemarau bergeser di mulai pada bulan Agustus hingga
bulan September. Curah hujan terendah mencapai 0 mm pada tahun 2011 dibulan Juli, Agustus dan September, tahun 2012 dibulan Juli dan September, tahun 2014 dibulan Agustus dan September dan tahun 2015 dibulan Juli, Agustus September dan Oktober. Curah hujan rendah biasanya terjadi pada pertengahan tahun atau bulan JuniSeptember. Kemudian curah hujan kembali tinggi pada awal dan akhir tahun. Sehingga diketahui dengan pola data musiman dengan sedikit siklis namun penambahan
datanya
bersifat
konstan
sehingga
bersifat multiplikatif .Maka
berdasarkan visual pola tersebut digunakan metode peramalan dekomposisi multiplikatif . Berdasarkan perhitungannya, perubahan pada data tersebut biasanya mempunyai pola yang kompleks misalnya ada unsur kenaikan, berfluktuasi, dan tidak teratur. Jika data dengan karakteristik tersebut dimodelkan secara sekaligus maka akan sangat sulit, sehingga diadakan pemecahan kedalam 4 komponen pola perubahan yaitu: trend (T), fluktuasi musiman (S), fluktuasi siklis (C), dan perubahan-perubahan yang bersifat random (I). Masing-masing pola perubahan akan dicari satu persatu, setelah ditemukan akan digabungkan lagi menjadi nilai, taksiran, atau ramalan (Subagyo,1986). Berikut perhitungan pola masing-masing dari setiap perubahan yang akan menghasilkan peramalan dengan model multiplikatif sebagai berikut : 1. Tahap Pertama Dari data curah hujan Kabupaten Bantul bulan Januari tahun 2010 sampai Desember 2015
dicari nilai rata-rata bergerak 12 periode dengan tujuan untuk
menghilangkan unsur musiman dan kerandoman, yaitu dengan cara sebagai berikut :
dan seterusnya sampai dengan M67. Tabel 4.2Dugaan faktor siklus dan trend
2. Tahap Kedua Pada tahap ini akan dilihat pengaruh musiman (It) dengan cara membagi nilai data aktual (Yt) dengan nilai Mt (dimulai dari t = 7 sampai t =67), dan diperoleh nilai
musiman yang masih dipengaruhi oleh galat, yaitu :
Yt
= It + Et
Mt
Tabel 4.3Nilai musiman yang masih mengandung galat (It +Et)
Dimana kolom kedua merupakan data aktual yang masih mengandung unsur musiman, trend, sikus, dan galat. Kolom ketiga merupakan nilai rata-rata bergerak 12 periode (Mt) yang merupakan dugaan faktor siklus dan faktor trend. Untuk kolom keempat merupakan data musiman yang masih mengandung galat.
3. Tahap Ketiga Pada tahap ketiga, unsur galat (Et) yang terkandung dalam pengaruh musiman (It) yang diperoleh dari tahap kedua akan dihilangkan, yaitu dengan cara menghitung rata-rata dari nilai It + Et untuk masing-masing bulan (Januari-Desember). Kemudian dihitung indeks musiman untuk masing-masing bulan dengan mengkali rata-rata medial bulan ke-i dengan faktor koreksi (k). Dimana faktor koreksi (k) merupakan nilai penyesuaian sehingga nilai total indeks musimannya adalah satu. Nilai faktor koreksi (k) diperoleh dari jumlah keseluruhan bulan dibagi dengan 12 periode. Untuk keseluruhan tahap ketiga dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.4Menghitung nilai musiman yang tidak mengandung galat
Keterangan : Indeks Musiman = Rata-rata bulananx Faktor koreksi (k) dengan Faktor koreksi (k)
= 12.006/12 = 1.000569
4. Tahap Keempat Pada tahap empat, akan ditentukan pengaruh trend (Tt) sesuai dengan pola data aktual. Untuk menghitung nilai trend (Tt) terlebih dahulu lakukan analisis regresi dengan bantuan program excel sehingga didapatkan model Yt= a+bx. Kemudian dihutung nilai trend (Tt) untuk masing-masing bulan dengan cara nilai model a ditambah b dikali periode (t), begitu seterusnya hingga trend ke 84. Diperoleh hasil perhitungan nilai trend (Tt)seperti taber berikut ini : Tabel 4.5Menghitung nilai trend (Tt)
Model :Ŷt= a+bx
Ŷt = 225.466 + (-0.94313) x (t)
Gambar 4.14 Grafik datarata-rata dan trend curah hujan kabupaten B antul
Garfik diatas menunjukan bahwa pola data aktual untuk curah hujan kabupaten bantul mempunyai pola trend kuadrat. 5. Tahap Kelima Pada tahap ini, akan dicari pengaruh siklus (Ct) dengan cara membagi nilai Mt yang diperoleh pada tahap pertama dengan nilai trend (Tt), dari t = 7 sampai t = 67 dan diperoleh hasil seperti dalam tabel berikut : Tabel 4.6 tahap kelima menghitung pengaruh siklus (Ct)
Dari nilai Ct yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa nilainya berada disekitar satu, hal ini menunjukkan adanya faktor siklus yang lebih tinggi dari nilai rataratanya (>1) atau lebih kecil dari nilai rata-ratanya (<1). 6. Tahap Keenam Setelah diperoleh nilai-nilai pengaruh siklus, musiman, dan trend maka hitung nilai peramalan untuk satu tahun kedepan untuk bulan Januari sampai Desember 2016 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Ŷt = Itx Ttx Ct
Namun dengan keterbatasan data maka sangat sulit untuk memperkirakan faktor siklus (Ct) sebab faktor siklus sering berulang dalam jangka waktu yang lama dan lamanya berbeda antara siklus yang satu kesiklus yang lain. Oleh karena itu dalam kasus ini faktor siklus dinggap konstan dengan nilai satu (Ct = 1). Sehingga persamaan ramalannya menjadi :
Ŷt = Itx Tt
t = 73, ..., 84
dan diperoleh hasil ramalan seperti tersaji dalam tabel berikut : Tabel 4.7 Melakukan peramalan untuk bulan Januari sampai Desember 2016 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember MSE
t 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 8822.21
It 2.23409 1.73236 1.47358 1.34837 0.61699 0.28277 0.18723 0.06064 0.25586 0.35393 1.33729 2.13056
Tt Ramalan 156.617 349.897 155.674 269.684 154.731 228.009 153.788 207.363 152.845 94.3043 151.902 42.9526 150.959 28.2646 150.015 9.09664 149.072 38.1413 148.129 52.4268 147.186 196.83 146.243 311.579
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Curah hujan di kabupaten Bantul cenderung berulang setiap tahunnya.
Pada tahun 2010 curah hujan turun setiap bulan sehingga mengakibatkan musim hujan berkepanjangan hal ini akibat dari meningkatnya suhu muka laut perairan Indonesia yang dipengaruhi kondisi cuaca di atmosfir dan akibat dampak dari La Nina. Pada tahun 2011, 2012, 2013, 2014 curah hujan turun normal. Pada tahun 2015 curah hujan mengalami perubahan pola, biasanya pada tahun-tahun sebelum curah hujan meningkat pada akhir tahunnya, akan tetapi pada tahun 2015 tidak terjadi hujan hal ini terjadi karena fenomena El Nino yang cukup panjang. 2. Hasil peramalan curah hujan di Kabupaten Bantul pada bulan Januari
sampel dengan bulan Desember berturut-turut adalah
349,897 mm,
269,684 mm, 228,009 mm, 207,363 mm, 94,3043 mm, 42,9526 mm, 28,2646 mm, 9,09664 mm, 38,1413 mm, 52,4268mm, 196,83 mm, 311,579 mm.
5.2 Saran Saran yang bisa diberikan setelah mendapatkan kesimpulan seperti adalah : 1. Mempertimbangkan hasil peramalan yang dilakukan peneliti untuk dijadikan masukan yang berarti untuk perkembangan pertanian dan kegiatan lainnya yang sangat dipengaruhi musim. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut guna menemukan motode prakiraan
yang lebih baik lagi dengan menggunakan data lebih panjang (30 tahun). 3. Alat pemantau curah hujan sebaiknya dicek secara berkala agar tidak
terjadi kerusakan sehingga menyebabkan kekosongan data.
DAFTAR PUSTAKA Antara News. 2016. Hujan deras sebabkan pohon tumbang di Bantul. http://www. antaranews.com/berita/552612/hujan-deras-sebabkan-pohon-tumbang-di-bantul. (diakses tanggal 19 April 2016 pukul 10:00 WIB). Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi tanah dan air. Bogor : IPB Press. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.2016. Informasi Iklim, Prakiraan Musim.Jakarta: BMKG . Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2016. Prakiraan Musim Kemarau 2016 Di Indonesia.Jakarta : BMKG. Dinas Perairan Bantul. 2013. Stasiun Pemantau Curah Hujan Kab Bantul.kabupaten Bantul:Litbang. Jogja Prov. 2010. Kondisi Geografis. http://jogjaprov.go.id/pem%20erintahan/situstautan/view/kondisi-geografis. (diakses tanggal 19 April 2016 pukul 10:00 WIB). Kedaulatan Rakyat Yogya. 2016. Hujan Lebat dan Petir Ancam DIY. http://www. krjogja.com/web/news/read/295438/hujan_lebat_dan_petir_ancam_diy(diakses tanggal 4 April 2016 pukul 20:00 WIB). Makridakis, Spyros, Wheelwirght, C, Steven, Mc Gree, E, Victor. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan.Jakarta : PT.Erlangga. Pemerintahan Daerah Bantul. 2013. Kondisi Umum Kabupaten Bantul.kabupaten Bantul: Litbang. Rasimunandar. 1984. Air Fungsi dan Kegunaannya Bagi Pertanian. Yogyakarta: Sinar Baru Bandung.