1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Provinsi Riau merupakan salah satu sentral produksi sawit di Indonesia.
Salah satu perusahaan yang mengelola kelapa sawit di daerah ini adalah PTPN V. PT. Perkebunan Nusantara V merupakan BUMN yang difokuskan dalam usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta perkebunan karet di Riau. PT. Perkebunan Nusantara V merupakan penggabungan tiga PTP yaitu PTP II, IV, dan V. PTPN V didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1996, tanggal 11 Maret 1996, dan berkantor pusat di Pekanbaru. Pada tahun 2006, PT.Perkebunan Nusantara V telah memiliki 12 pabrik kelapa sawit (PKS). PKS yang ada di bawah PTPN V adalah Sei. Pagar, Sei. Galuh, Sei. garo, Tandan Putih, Lubuk dalam, Sei. Buatan, Tanjung Medan, Sei. Rokan, Sei. Tapung, Tarantam, Tandun, dan Sei. Intan. PKS Sei Galuh berlokasi di Kabupaten Kampar, Kecamatan Tapung, Desa Pantai Cermin, Propinsi Riau di bangun pada tahun 1990, dengan kapasitas 45 TBS/jam yang mengolah buah sawit dari kebun seluas 2.658 Ha. Lokasi PKS Sei Galuh berjarak ± 22 Km dari Pekanbaru. Tandan Buah Segar (TBS) sebagai bahan baku PKS Sei Galuh berasal dari Kebun inti, plasma dan dari pihak ketiga. Produk dihasilkan oleh PKS Sei Galuh adalah Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (Kernel). Kelapa
sawit
merupakan
tanaman
pekebunan
yang
mengalami
pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2012), produksi kelapa sawit Indonesia sebesar 17,54 juta ton pada tahun 2008 menjadi 23,52 juta ton pada tahun 2012, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,7 % per tahun pada periode 2008-2012.
2
1.2
Tujuan Kerja Praktek Tujuan pelaksanaan kerja praktek adalah sebagai berikut : 1. Memahami proses yang terjadi selama pengolahan kelapa sawit dan prinsip kerja alat yang digunakan. 2. Memahami penerapan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah secara langsung di lapangan. 3. Menjalin hubungan baik antara Fakultas Teknik UNRI dengan PT. Perkebunan Nusantara V. 4. Memenuhi persyaratan kurikulum Teknik Kimia yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa.
1.3
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja praktek ini dilaksanakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh, PTP
Nusantara V. Kerja praktek ini berlangsung dari tanggal 1 Maret 2017 sampai 31 Maret 2017.
1.4
Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan pada kerja praktek ini yaitu : 1. Cara langsung Pengamatan dilakukan langsung di lapangan serta diskusi dengan pembimbing kerja praktek ataupun pihak-pihak lain yang berpengalaman di lapangan. 2. Cara tidak langsung Mencari informasi dari literatur yang berhubungan dan mengumpulkan data-data yang aktual.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (elaeis guineensis) merupakan tumbuhan yang
digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi CPO dan inti sawit. Kelapa sawit termasuk tanaman tahunan golongan palmae yang tumbuh didaerah tropis (Naibaho, 1998). Tanaman ini berkembang biak dengan biji, tumbuh pada ketinggian 0- 500 m di atas permukaan laut dan daerah yang memiliki kelembaban yang tinggi dengan curah hujan yang tinggi yaitu sekitar 2000- 2500 mm setahun (Baharan, 2005). Kelapa sawit mulai berbuah pada umur 3- 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5- 6 bulan setelah penyerbukan. Masaknya buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari warna hijau menjadi merah jingga. Pada saat buah berwarna merah jingga buah disebut telah matang dan kandungan minyaknya telah maksimal. Jika buah terlalu matang maka buah akan terlepas dari tandannya dan hal ini dikenal dengan istilah membrondol. Secara anatomi, bagian-bagian buah kelapa sawit dari luar ke dalam adalah sebagai berikut : 1. Perikarpium, terdiri dari: a. Epikarpium, yaitu kulit buah yang keras dan licin b. Mesokarpium, yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi 2. Biji, mempunyai bagian: a. Endokarpium (kulit biji/cangkang), berwarna hitam dan keras b. Endosperma (kernel/daging biji), berwarna putih dan dari bagian ini akan dihasilkan minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi.
4
Bagian-bagian buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
Endokarpium/Cangkang
Epikarpium
Mesokarpium
Endosperma/Kernell
Gambar 2.1. Bagian-bagian buah kelapa sawit Berdasarkan perbedaan penampang irisan buah kelapa sawit dibedakan atas 3 jenis : 1. Dura - Tempurung tebal (2-8 mm) - Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung. - Daging buah relative tipis, yaitu 35-50 % terhadap buah - Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah - Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina
2. Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada - Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura - Daging biji sangat tipis - Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan
3. Tenera - Hasil dari persilangan Dura dengan Pisifera - Tempurung tipis (0,5- 4 mm)
5
- Terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung - Daging buah sangat tebal (60- 96 % dari buah) - Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relative lebih kecil Karakteristik buah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Karakteristik Tipe Buah Kelapa Sawit Karakteristik Tipe
Cangkang, mm
Mesokarp/ buah,%
Inti/buah,%
Dura (D)
2-5
20-65
4-20
Tenera (T)
1-2.5
60-90
3-15
92-97
3-8
Psifera (P) Tidak ada Sumber: Darnoko,dkk (2003)
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietes kelapa sawit yang banyak digunakanpara petani dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia diantaranya Dura, Psifera, Tenera ( Fauzi Y, 2008). Tanaman kelapa sawit mulai produktif pada umur 24- 30 bulan. Buah pertama yang dihasilkan masih dinyatakan dengan buah pasir dalam artian belum dapat diolah karena mengandung minyak yang rendah. Dalam satu tanaman kelapa sawit dijumpai bunga betina dan bunga jantan, sehingga terjadinya penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar ( Darnoko,2003). Sifat tanaman dan pengaruh lingkungan seperti penyinaran matahari, pemupukan dan perlakuan lainnya merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah bunga betina dan jantan. Umumnya buah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung setelah terjadinya penyerbukan. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan dan berhenti setelah 180 hari. Minyak yang pada awalnya terbentuk adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh. Sedangkan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh baru terbentuk setelah buah mendekati pematangan buah. Jika pembentukan minyak tidak terjadi lagi dalam buah, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam
6
lemak bebas dan gliserol. Minyak akan berakhir pembentukannya jika dalam buah telah memberondol secara normal (Naibaho, 1998). 2.2.
Komposisi Minyak Sawit Bagian terbesar dari minyak sawit adalah trigliserida, dengan komposisi
asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Selain itu minyak sawit juga mengandung asam lemak bebas. Hasil ekstraksi TBS terdiri dari campuran trigliserida dan komponen minor. Komponen minor ini memiliki jumlah yang relatif kecil tetapi memegang peranan dalam menentukan mutu minyak sawit (Ketaren, 1986). 2.2.1. Komponen Gliserida Gliserida merupakan campuran dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak akan terikat pada gliserol, jika jumlah asam lemak yang terikat satu disebut monogliserida, jika asam lemak yang terikat dua disebut digliserida sedangkan jika asam lemak yang terikat tiga disebut trigliserida. A.
Monogliserida dan Digliserida Komponen gliserida yang terkandung dalam minyak sawit adalah
monogliserida dan digliserida dan Trigliserida. Trigliserida merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Komposisi penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Trigliserida dapat berwujud padat atau cair pada suhu kamar, hal ini dipengaruhi oleh asam lemak penyusunnya. Minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang disebabkan komposisi asam lemak yang bervariasi sehingga titik lelehnya juga bervariasi (Ketaren, 1986). Struktur monogliserida, digliserida dan trigliserida dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:
Gambar 2.2 struktur molekul monogliserida, digliserida dan trigliserida
7
Komposisi asam lemak penyusun minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Klasifikasi
Rumus
CPO (Crude Palm
PKO (Palm Kernel
Asam Lemak
Molekul
Oil) (%)
Oil) (%)
Asam Kaproat
C5H11COOH
-
3-7
Asam Kaprilat
C7H15COOH
-
3-4
Asam Laurat
C11H23COOH
-
46-52
Asam Miristat
C13H27COOH
1,1-2,5
14-17
Asam Palmitat
C15H31COOH
40-46
6,5-9
Asam Stearat
C17H35COOH
3,6-4,7
1-2,5
Asam Oleat
C17H33COOH
39-45
15-19
Asam Linoleat
C17H31COOH
7-11
1,5-2
Sumber: Ketaren (1986) Asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari : 1.
Asam lemak jenuh Asam lemak jenuh adalah asam yang berikatan tunggal yaitu semua atom
karbonnya tidak mempunyai ikatan rangkap dan sedikitnya berikatan dengan dua atom hidrogen. Dengan adanya asam lemak jenuh ini akan menyebabkan minyak berbentuk padat pada suhu kamar, semakin panjang rantai karbonnya maka titik leleh semakin tinggi. Contoh asam lemak jenuh pada minyak sawit seperti asam kaproat, kaprilat, laurat, miristat, palmitat, stearat. Asam lemak jenuh dapat digambarkan sebagai berikut:
R
H
H H
C
C
H
H H
C
OOH
Gambar 2.3 Asam lemak jenuh
8
2.
Asam lemak tidak jenuh Asam lemak tidak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap baik dua maupun tiga ikatan. Derajat ketidakjenuhan tergantung jumlah ikatan rangkapnya dan senyawa ini mempengaruhi bentuk fisiknya. Dengan kandungan asam lemak tidak jenuh pada minyak sawit akan menyebabkan minyak sawit berbentuk cair pada suhu kamar dengan titik cair yang lebih rendah, semakin banyak ikatan rangkap maka makin besar ketidakjenuhannya dan makin rendah titik leleh asam tersebut. Asam lemak tidak jenuh pada minyak sawit terdiri dari asam oleat dan asam linolenat.
Gambar 2.4 Asam lemak tidak jenuh Tingkat jenuh atau tidak suatu asam lemak ditentukan oleh bilangan iodine. Bilangan iodine adalah angka yang menunjukkan jumlah asam lemak tak jenuh dalam minyak atau lemak. Semakin tinggi bilangan iodine menunjukkan asam lemak tak jenuh semakin banyak.
2.2.2. Komponen Minor Beberapa komponen minor yang terkandung dalam minyak sawit adalah sebagai berikut: A.
Sterol dan Alkohol Sterol adalah alkohol siklik sederhana yang jumlahnya sedikit dalam
minyak sawit sedangkan alkohol merupakan senyawa karbon yang mudah menguap.
9
B.
Trace Logam Logam yang terdapat dalam minyak sawit adalah Cu dan Fe, terdapat
dalam jumlah sedikit dan dapat mempercepat proses oksidasi sehingga perlu dihilangkan dengan absorbsi. C.
Karoten Senyawa yang menimbulkan warna merah pada minyak sawit (CPO)
adalah karoten. Fraksi karoten yang paling banyak terdapat pada minyak sawit adalah β-karoten, dimana pada proses absorbsi senyawa ini dapat dihilangkan dengan bantuan pemucat bleaching earth (tanah pemucat). D.
Tokoferol Tokoferol atau vitamin E dalam minyak dikenal sebagai antioksidan alami
sehingga senyawa ini dijaga tetap ada dalam minyak.
2.3. Sifat Fisika dan Kimia Minyak Sawit 2.3.1. Sifat Fisika Minyak Sawit A.
Titik Leleh (Melting Point) Titik leleh adalah suatu keadaan dimana suatu asam lemak meleleh dan
menjadi cairan berwarna bening. Titik leleh asam lemak akan bertambah besar dengan bertambah panjangnya rantai karbon. B.
Titik Didih (Boiling Point) Titik didih minyak akan meningkat dengan bertambah panjangnya rantai
karbon asam lemak. C.
Viskositas Viskositas minyak akan naik dengan naiknya berat molekul dan turun
dengan peningkatan ketidak jenuhan serta kenaikan temperatur. D.
Kelarutan Sifat kelarutan dari minyak sawit digunakan sebagai dasar untuk
mengekstraksi minyak dari bahan yang mengandung minyak. Umumnya minyak sawit larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Asam- asam lemak tidak jenuh lebih mudah larut dalam pelarut organik dibandingkan dengan asamasam lemak jenuh.
10
2.3.2. Sifat Kimia Minyak Sawit Sifat kimia yang mempengaruhi mutu CPO adalah sebagai berikut: A.
Hidrolisa Hidrolisa merupakan suatu reaksi kimia yang kecepatan reaksinya
dipengaruhi oleh kadar air dalam minyak. Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan dirubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas dalam minyak menimbulkan bau tengik sehingga berpengaruh terhadap kualitas minyak tersebut. Reaksi hidrolisa minyak sawit adalah sebagai berikut: H2C
O
CO2R1
HC
O
CO2R2 + 3 HOH
H2C
O
CO2R3
Trigliserida
Air
3 RCOOH
+
Asam Lemak Bebas
H2C
OH
HC
OH
H2C
OH
Gliserol
Gambar 2.5 Reaksi Hidrolisis Trigliserida Untuk Membentuk ALB
B.
Oksidasi Kecepatan reaksi oksidasi dipengaruhi oleh aerasi, metal, peroksida lain
dan suhu. Proses oksidasi akan terjadi bila minyak atau lemak dikontakkan dengan oksigen. Terjadinya reaksi ini dapat menyebabkan minyak menjadi tengik.
Gambar 2.6 Reaksi Oksidasi Minyak Sawit
11
C.
Safonifikasi Minyak sawit dapat bereaksi dengan larutan basa seperti NaOH dan KOH
menghasilkan sabun dan gliserol. Reaksi safonifikasi minyak sawit adalah sebagai berikut: H2C
O
CO2R
HC
O
CO2R + 3 KOH
H2C
O
CO2R
Trigliserida
Basa
3 RCOOK
+
Sabun
H2C
OH
HC
OH
H2C
OH
Gliserol
Gambar 2.7 Reaksi Safonikasi Minyak Sawit
2.4.
Kualitas Minyak Sawit Minyak sawit dan minyak inti sawit harus memiliki standar mutu, hal ini
diperlukan agar dapat mengetahui seberapa jauh mutu dari minyak sawit yang dikelola. Selain itu dengan adanya standar mutu akan lebih mudah menentukan harga dan nilai komoditasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi standar mutu/kualitas minyak sawit: 1.
Kadar Air Kadar air pada minyak sawit tergantung pada efektifitas pengolahan
minyak tersebut dan juga tingkat kematangan buah yang dipanen. Buah yang terlalu matang mengandung jumlah air yang tinggi. Kadar air berperan dalam proses oksidasi maupun hidrolisis minyak yang akirnya dapat menyebabkan ketengikan. Semakin tinggi kadar air, minyak akan semakin cepat mengalami tengik. 2.
Asam Lemak Bebas (ALB) Kualitas minyak sawit ditentukan oleh kandungan asam lemak bebas yang
ada. Asam lemak bebas dengan konsentrasi tinggi pada minyak sawit akan mengakibatkan rendemen turun, hal ini disebabkan oleh adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa adalah gliserol dan asam lemak bebas. Beberapa Faktor yang menyebabkan meningkatnya ALB sebagai berikut : -
Pemanasan buah kelapa sawit yang terlalu lama
-
Terjadinya proses hidrolisa yang tinggi selama pengolahan
12
-
Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah serta penumpukan buah yang terlalu lama.
3.
Warna Warna minyak ditentukan oleh kandungan karoten yang larut dalam
minyak. Karoten akan menyebabkan warna merah dan kuning pada minyak sawit. Oleh karena itu pada minyak sawit akan dilakukan pemucatan jika digunakan sebagai bahan baku untuk produk pangan. 4.
DOBI (Deterioration of Bleachability Index) DOBI merupakan angka indeks hasil bagi absorben 446 nm dengan 269
nm yang merupakan angka petunjuk kerusakan minyak atau lemak yang juga menggambarkan daya pemucatan minyak atau lemak. 2.5.
Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit dan Limbah
2.5.1. Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit A.
Minyak Sawit untuk Industri Pangan Minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan
minyak goreng, krimer, es krim dan lain sebagainya. Penggunaan minyak sawit sebagai minyak goreng cukup menguntungkan, karena minyak sawit mempunyai kandungan asam linoleat dan linolenat yang rendah sehingga tidak mudah teroksidasi. Selain itu minyak sawit mengandung kolesterol yang rendah ( Penebar Swadaya, 1996). B.
Minyak Sawit untuk Industri Non-Pangan Minyak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi dan
bahan baku oleokimia seperti asam lemak, metil ester, lemak alkohol, lemak amina, gliserin dan sabun. 2.5.2. Pemanfaatan Limbah A.
Sebagai Makanan Ternak Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk bahan makanan ternak
adalah bungkil inti
sawit. Bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
campuran pakan ternak karena didalamnya masih mengandung zat- zat makanan yang masih berguna.
13
B.
Sebagai Bahan Bakar dan Industri a. Cangkang (tempurung), dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Baik secara langsung (bahan bakar boiler) atau diolah lebih lanjut menjadi karbon aktif maupun asap cair. b. Serat (fibre), sebagai bahan bakar. c. Tandan kosong, dimanfaatkan sebagai pupuk. d. Limbah cair dimanfaatkan sebagai pupuk, biogas dan biodiesel.
14
BAB III DESKRIPSI PROSES 3.1.
Deskripsi Proses Perlakuan terhadap tandan buah segar (TBS), mulai di lapangan,
transportasi dan proses pengolahan di pabrik sangat menentukan kualitas minyak yang dihasilkan. Target yang harus dicapai pada proses pengolahan adalah mengolah bahan baku TBS dengan kriteria matang panen yang baik, sehingga memperoleh hasil produksi CPO dan inti sawit yang memenuhi persyaratan mutu sesuai keinginan pasar dengan harga jual yang tinggi dan biaya pengolahan seminimal mungkin serta mengendalikan limbah sebagai produk samping. Pengolahan TBS menjadi CPO dan kernel melalui beberapa stasiun pengolahan (Aliran proses pengolahan TBS menjadi CPO dan kernel terdapat pada lampiran A), meliputi: 1.
Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)
2.
Stasiun Penimbunan Sementara (Loading Ramp)
3.
Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)
4.
Stasiun Penebahan (Threshing Station)
5.
Stasiun Pengempaan (Press Station)
6.
Stasiun Pemurnian (Clarification Station)
7.
Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant Station)
8.
Stasiun Penyimpanan (Storage Station)
9.
Stasiun Perlakuan Air (Water Treatment)
10.
Stasiun Pembangkit Listrik (Power Plant)
15
Blok diagram pengolahan tandan buah segar menjadi kernel dapat dilihat pada Gambar 3.1. TBS Weight Bridge LoadingRamp Lori Sterilizer Thresser
Tankos
Incenerator
Digester Screw Press
Oil
Nut + Fiber
Sand Trap Tank
Cake Breaker Conveyor
Vibro Double Deck
Depericarper
Crude Oil Tank Polishing Drum
Fiber Cyclone
Nut Hopper
Fiber Cyclone Conveyor
CST Oil
Sludge
Oil Tank
Sludge Tank
Ripple Mill
Oil Purifier
Vibro Single Deck
LTDS I
Float Tank
Sand Cyclone
LTDS II
Vacuum Drier
Buffer Tank
Hydrocyclone
Storage Tank
Sludge Separator
Kernel Silo
Boiler
Sludge Drain Tank (Reclaimed Oil Tank)
Shell Hopper
Kernel Storage
Bak Penampungan Kotoran
Fat Fit Unit Pengolahan Limbah
Gambar 3.1 Diagram Blok Pengolahan TBS Menjadi CPO dan Kernel
16
3.1.1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station) Stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat penerimaan TBS dari kebun. Pada stasiun ini dapat diketahui jumlah produksi TBS setiap harinya. Mutu TBS harus benar-benar diperhatikan sebelum TBS diolah pada tahapan berikutnya untuk menghasilkan minyak dengan rendemen dan kualitas yang diinginkan. Sumber buah sawit Sei Galuh saat ini berasal dari: 1. Kebun inti (Afdeling inti). 2. Kebun plasma (Afdeling plasma) Sei Galuh. Stasiun penerimaan buah meliputi : A.
Jembatan Timbang (Weight Bridge) Weight bridge (jembatan timbang) berfungsi untuk menimbang berapa
banyak TBS yang masuk ke dalam pabrik. Setiap truk yang membawa TBS terlebih dahulu harus ditimbang pada jembatan timbang. Setelah itu, truk kosong yang keluar dari lokasi pabrik harus ditimbang kembali sehingga jumlah TBS yang masuk ke pabrik dapat diketahui beratnya. Selain itu, jembatan timbang juga berfungsi untuk menimbang minyak kelapa sawit (CPO), inti sawit, dan cangkang yang dipasarkan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Jembatan Timbang B.
Sortasi Sortasi dilakukan untuk mengontrol mutu TBS yang akan diolah dan
mengetahui sejauh mana kualitas buah dari TBS yang dihasilkan oleh pihak kebun. Adapun kriteria sortasi adalah sebagai berikut:
17
Tabel 3.1. Spesifikasi Sortasi TBS di PTPN V Sei Galuh Fraksi
Buah Luar
Warna
Derajat
Komposisi
Membrondol (%)
Buah
Kematangan
(%)
00
0
Hitam
Sangat Mentah
0
0
1-12,5
Merah Jingga
Mentah
0
1
12,5-25
Merah Hati
Kurang Matang
15
2
25-50
Merah Hati
Matang
3
50-75
Merah Hati
Matang
4
75-100
Merah Hati
Sangat Matang
10
5
Buah Dalam Telah
Merah Hati
Lewat Matang
5
Merah Hati
Mulai Busuk
70
Mambrondol 6
Semua Lapisan Dalam
0
Membrondol Sumber: SPED No.01 SPED/05.D1/05.01/IX/2001 3.1.2. Stasiun Penimbunan Sementara (Loading Ramp) Loading ramp merupakan tempat penimbunan TBS sementara sebelum TBS masuk ke tangki perebusan. Loading ramp dilengkapi dengan peron sebagai tempat pemindahan TBS ke dalam lori rebusan, dapat dilihat pada Gambar 3.3. TBS yang datang sebaiknya langsung diolah agar kualitas minyak yang dihasilkan terjaga. Lori merupakan wadah untuk meletakkan TBS yang akan direbus di tangki sterilizer. Lori diisi penuh dengan kapasitas 2,5 ton sebanyak 10 lori dalam satu sterilizer.. Lori berbentuk tabung horizontal dengan bagian atas terbuka yang berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air kondensat yang terdapat diantara buah. Pengisian lori yang berlebihan akan mengakibatkan jatuhnya buah dalam sterilizer. Jika pengisian lori tidak penuh akan menurunkan kapasitas olah pabrik.
18
Gambar 3.3 Stasiun Loading Ramp 3.1.3. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station) TBS yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam lori, dengan bantuan capstand ditarik dan dimasukkan kedalam sterilizer. Sterilizer merupakan bejana uap dengan perebusan TBS pada suhu 130-135 ℃ dan bertekanan antara 2,8 sampai 3,0 kg/cm2 selama 90-100 menit yang dilengkapi dengan pipa uap masuk (inlet pipe), pipa uap keluar (exhaust pipe), pipa kondensat, plat pembagi uap (weir plate), dan safety valve. PKS Sei Galuh memiliki 4 (empat) unit sterilizer. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan steam dari back pressure vessel (BPV) ke inletpipe. Sistem perebusan yang dilakukan adalah sistem perebusan tiga puncak (SPTP). Hal ini dilakukan agar buah sawit yang berada pada tandan bagian dalam dapat terpipil dengan sempurna. A.
Proses Sterilisasi meliputi :
1.
Lori yang berisi TBS dimasukkan ke dalam bejana rebusan dan pintu ditutup rapat. Satu unit sterilizer dapat memuat 10 (sepuluh) lori.
2.
Steam dimasukan melalui inlet pipe.
3.
Perebusan menggunakan sistem 3 puncak (triple peak) selama ± 95 menit dengan tahapan sebagai berikut : a. Steam dimasukkan dengan tekanan 1,5 kg/cm2, lalu steam dibuang habis sampai mencapai tekanan nol. b. Steam dimasukkan kembali sampai mencapai 2 kg/cm2. Steam dibuang kembali melalui pipa kondensat /blow up sampai nol . c. Steam dimasukkan kembali sampai tekanan mencapai 2,8-3 kg/cm2 dan ditahan selama ± 40-45 menit. Setelah masak inlet pipe ditutup dan buang air melalui pipa kondensat.
19
B.
Tujuan dari sterilisasi buah sawit adalah :
1.
Inaktivasi enzim Di dalam buah yang telah dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase yang
dapat mempengaruhi kenaikan asam lemak bebas. Enzim-enzim tersebut tetap bekerja pada buah sebelum dinonaktifkan aktifitasnya, yaitu dengan pemanasan pada temperatur 55 oC karena pada temperatur ini enzim tersebut tidak aktif. 2.
Menurunkan kadar air Pemanasan buah dapat menurunkan kadar air buah dan inti dengan cara
penguapan pada saat perebusan. Penurunan kadar air pada buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada mesocarp yang akan memudahkan proses pengempaan. Air yang terkandung pada inti akan menguap sehingga kernel akan susut dan proses pemisahan buah akan mudah. 3.
Melepaskan serat dari biji Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan serat
mesocarp dan biji yang dipercepat oleh proses hidrolisis. 4.
Membantu proses pelepasan inti dari cangkang Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air hingga 12%, sehingga
akan menyebabkan inti susut, sedang tempurung tetap, maka terjadilah inti yang lepas dari cangkang. 5.
Melunakkan daging buah Perebusan akan menyebabkan daging buah melunak sehingga akan
mempermudah dalam proses di digester. 6.
Melepaskan buah dari tandan Dengan adanya pemanasan maka buah akan terlepas dari tandan. Tetapi
tidak semua buah terlepas sehingga harus dilanjutkan dengan proses penebahan (threshing).
20
Gambar 3.4 Stasiun Perebusan Pada Gambar 3.4 unit sterilizer yang digunakan berupa sterilizer horizontal dengan keuntungan sebagai berikut : 1. Kapasitas rebusan untuk 1 sterilizer adalah 10 lori dengan total berat 2,5 ton 2. Pengoperasian alat mudah dan praktis. 3. Buah tidak bersinggungan langsung dengan dinding sterilizer. 4. Pengisian uap masuk dan pembuangan kondensat lebih mudah dilakukan, karena letak atau susunan pipa dan kran relatif lebih sederhana. 3.1.4. Stasiun Penebahan (Threshing Station) Stasiun penebahan merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahkan brondolan buah dari tandan. Adapun peralatan yang digunakan pada Stasiun Penebah, yaitu: A.
Hoisting Crane Sebelum lori diangkat, lori berisi buah masak ditarik dari sterilizer dan
ditempatkan di bawah jalur hoisting crane menggunakan capstand. Housting crane adalah alat yang digunakan untuk memindahkan lori berisi buah masak dari lantai bawah ke hopper dengan mengangkat lori dan menuangkan ke dalam hopper, kemudian lori diturunkan ke posisi semula. B.
Auto Feeder Untuk menuangkan buah masak ke dalam stripper drum secara perlahan-
lahan yang dapat diatur secara otomatis digunakan auto feeder. C.
Thresher Thresher pada PKS Sei Galuh ada 3 unit. Thresher bisa menampung 2,5- 3
ton/jam tandan buah rebus (TBR). Thresher merupakan alat yang digunakan untuk
21
memisahkan brondolan buah dari tandannya. Thresher bekerja dengan cara berputar-putar dengan putaran 23- 24 rpm yang menyebabkan tandan buah rebus (TBR) terbanting pada dinding thresher. Gambar thresher dapat dilihat pada gambar 3.6. Buah yang telah lepas jatuh ke fruit under thresher conveyor dan diangkut dengan fruit elevator untuk selanjutnya diolah di digester. Sedangkan tandan kosongnya diangkut dengan empty bunch conveyor yang dikirim ke tempat penumpukan tandan kosong untuk digunakan sebagai pupuk kompos.
Gambar 3.5 Thresher
D.
Conveyor Buah yang telah membrondol jatuh diantara batangan-batangan ke
conveyor under thressing, kemudian brondolan dikirim ke digester menggunakan fruit elevator dan distributing conveyor. Untuk brondolan yang tidak tertampung di digester, brondolan dikirim kembali ke fruit elevator menggunakan recycling conveyor yang berbentuk ulir. Sedangkan tandan kosong yang keluar/jatuh dari stripper drum terdiri dari dua arah yaitu ada 50% dikirim ke incenerator untuk proses pembakaran melalui inclined empty bunch conveyor dan dikirim ke afdelling yang digunakan sebagai pupuk dan yang 50% tandan kosong sawit langsung digunakan untuk pupuk. 3.1.5. Stasiun Pengempaan (Pressing Station) Berondolan yang terpisah dari tandan selanjutnya akan diproses pada stasiun pengempaan (pressing station). Tujuan utama proses pengempaan adalah untuk mengeluarkan minyak dari buah. Alat utama yang digunakan pada stasiun ini meliputi:
22
A.
Digester Digester merupakan alat berbentuk bejana vertikal yang dilengkapi dengan
pisau-pisau pengaduk yang berputar untuk melumatkan buah sehingga terpisah dari biji. Di dalam digester buah akan dirajang dan diaduk sehingga lumat, bertujuan untuk mempermudah proses pengempaan dalam screw press. Untuk mempermudah pelumatan, diinjeksikan steam agar suhu berkisar 90-95oC dan tidak boleh > 100
o
C untuk menghindari terjadinya emulsi yang dapat
menyulitkan pemisahan pada klarifikasi. B.
Screw Press Screw press berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari
fibre dan nut (biji). Screw press terdiri dari silinder yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang bergerak berlawanan arah. Tekanan pengempaan diatur oleh dua buah cone yang berada di ujung pengempaan yang dapat digerakkan maju mundur. Untuk mencegah banyaknya nut yang pecah, tekanan diset sekitar 38 kg/cm2. Apabila tekanan tidak cukup akan menyebabkan proses ekstraksi kurang sempurna sehingga losses pada ampas press tinggi. Untuk membantu proses ekstraksi, ditambahkan air panas dengan suhu 90-95oC sebanyak 7% (maksimal) dari banyaknya TBS olah. Minyak kasar (crude oil) hasil pengempaan akan jatuh melalui lubanglubang silinder screw dan ditampung ke dalam crude oil pipe. Dan secara gravitasi minyak dialirkan kedalam sand trap tank (STT), sedangkan ampas dan biji akan keluar melalui depan press cake dan jatuh di cake breaker conveyor. Screw press dapat dilihat pada gambar 3.7 berikut.
Gambar 3.6 Screw Press
23
3.1.6. Stasiun Klarifikasi (Clarification Station) Stasiun klarifikasi merupakan stasiun terakhir pengolahan minyak. Di stasiun ini minyak kasar dipisahkan dari zat-zat pengotornya. Proses pemisahan dilakukan dengan cara pengendapan, sentrifugasi dan penguapan. Beberapa peralatan utama yang dipergunakan pada unit pemurnian adalah: A.
Sand Trap Tank (STT) Sand trap tank berfungsi untuk menampung minyak yang keluar dari
digester dan screwpress yang bertujuan untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan ke ayakan getar. Hal ini dilakukan agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan. B.
Vibro Double Deck Vibro double deck adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan NOS
yang berukuran besar, yang tidak dapat mengendap dalam sand trap tank. Vibro double deck merupakan ayakan dua tingkat dengan ukuran masing-masing 20 dan 30 mesh. Minyak hasil saringan dialirkan ke crude oil tank (COT). C.
Crude Oil Tank (COT) Crude oil tank merupakan tempat pengendapan partikel-partikel yang
lebih halus dan lolos pada ayakan getar.Dalam crude oil tank ditambahkan steam untuk mempertahankan suhu pada kisaran 90- 95oC. Perbandingan kadar minyak, air dan kotoran (NOS) dalam tangki ini 40:40:20, dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.7 Crude Oil Tank
24
D.
Vertical Continious Tank (VCT) Minyak yang berada di lapisan atas crude oil tank dipompakan ke vertical
continious tank. Tangki ini untuk mengendapkan kotoran yang masih terdapat dalam minyak. Pada Gambar 3.9, dapat dilihat Vertical Continious Tank, yang mana proses pengendapan diikuti sentrifusi dan pengadukan. Temperatur tangki dipertahankan pada 90-95oC. Proses
pemisahan
dibantu
dengan
pengadukan
3-5
rpm
untuk
mempermudah naiknya emulsi minyak dalam sludge didasar tangki. Kecepatan pengadukan tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan turbulensi sehingga mempersulit proses pemisahan.
Gambar 3.8 Vertical Continious Tank (VCT) Pada bagian atas dari vertical continious tank terdapat minyak yang jika overflow melalui skimmer akan mengalir ke oil tank, sedangkan bagian bawahnya yang merupakan sludge dialirkan menuju sludge separator. E.
Oil Tank Oil tank adalah tempat penampungan minyak yang berasal dari vertical
continious tank. Pada tangki ini dilakukan pemanasan dengan dialirkan steam untuk mempertahankan suhu 90-95 oC.
25
Gambar 3.9 Oil Tank F.
Float Thank Minyak yang dihasilkan dari oil thank masuk ke float tank secara kontinu.
Fungsi tangki ini adalah mengatur jumlah minyak yang dialirkan ke tahap proses berikutnya yaitu vacuum dryer agar merata dan konstan G.
Vacuum Dryer Minyak yang keluar dari float tank masih mengandung air, maka perlu
dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standard hingga 0,15%. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injector atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak hingga 600-700 mmHg. Pengisian minyak kedalam alat ini tidak dapat dilakukan dengan bantuan pompa, akan tetapi masuknya minyak didasarkan pada kevacuuman alat pengering. Oleh sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan tekanan uap memerlukan perhatian yang serius dalam pengaturan kapasitas dan mutu minyak produksi. H.
Storage Tank Storage tank adalah tempat penimbunan sementara sebelum dikirim ke
konsumen. Temperatur storage tank dijaga sekitar 45- 55 oC dengan pemanasan system coil supaya minyak tidak membeku. I.
Vibro Single Deck Sludge dari vertical continous tank yang masih mengandung 8- 14%
minyak dialirkan ke vibro single deck dengan ukuran saringan 30 mesh. Minyak hasil saringan dialirkan kebuffer tank, kemudian dipompakan ke sludge separator.
26
J.
Buffer Tank Buffer tank merupakan tempat penampungan sementara minyak dari vibro
single deck sebelum dialirkan ke sludge separator. Pada alat ini diberikan pemanasan dengan sistem injeksi steam langsung, dengan suhu sekitar 90-95 oC dan tekanan 3 kg/cm2. K.
Sludge Separator Sludge separator berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih
terkandung dalam sludge secara sentrifugasi. Sludge separator terdiri dari bowl disc yang berputar dengan kecepatan sekitar 5000-6000 rpm, maka terpisahlah minyak dengan lumpur, dimana minyak akan mendekati titik pusat dan keluar melalui sudut-sudut kemudian dialirkan ke crude oil tank. Selanjutnya minyak diproses kembali kedalam VCT. Lumpur dan kotoran lainnya yang memiliki berat jenis yang lebih besar dari minyak terdorong ke dinding bowl dan keluar melalui nozzle dibuang. L.
Recovery Tank Alat ini berfungsi untuk menampung sisa-sisa kondensat perebusan. Disini
terjadi pemisahan secara gravitasi. Untuk mempermudah pemisahan diinjeksikan steam agar suhu tetap 90-95oC kemudian Minyak dikembalikan ke fat fit.
Gambar 3.10 Recovery Tank M.
Fat Pit Fat Pit berfungsi sebagai tempat pengutipan minyak terakhir yang
berbentuk tangki bersekat. Campuran dalam fat pit dipanaskan dengan menggunakan injeksi uap bertekanan 3 kg/cm2. Pengutipan minyak berasal dari
27
fat pit dilakukan berdasarkan system over flow (aliran limpah) yang mengalir pada suatu tempat kemudian dipompakan kembali ke VCT. Kotoran dialirkan ke bak kondensat yang kemudian dipompakan ke unit pengolahan limbah. 3.1.7. Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Station) Unit ini bertujuan untuk memisahkan campuran antara cangkang, fiber dan inti sawit yang keluar dari screw press. Selain itu tujuan stasiun kernel adalah: 1. Tujuan utamanya adalah mengekstrasikan inti (kernel) dari nut. 2. Sasaran yang harus dicapai adalah sebagai berikut : a. Kehilangan/losses yang minimum pada semua tingkatan pemisahan. b. Kualitas kernel yang dapat diterima di pasar. c. Kapasitas stasiun yang dapat dicapai. d. Minimum biaya pengolahan. e. Pengoperasian yang fleksibel dan perawatan, serta kontrol yang mudah dilakukan. f. Kebutuhan daya yang lebih rendah. g. Pemakaian air dan produksi limbah yang minimal. h. Kebersihan lingkungan kerja. Campuran ampas (fibre) dan biji (nut) yang keluar dari screw press diproses kembali di stasiun kernel. Adapun mesin/alat yang digunakan di stasiun pengolahan biji adalah: 1.
Cake Breaker Conveyor (CBC) Ampas kempa (cake) dari stasiun press akan langsung jatuh ke cake breaker
conveyor yang berfungsi untuk memecahkan gumpalan cake dari pressan agar mudah dalam pemisahan fibre dan nut. Fibre akan terhisap oleh depericarper untuk selanjutnya di bawa ke fibre hopper sebagai bahan bakar boiler. Sedangkan nut akan jatuh menuju nut polishing drum. PKS Sei Galuh memiliki 2 unit cake breaker conveyor. Cake Breaker Conveyor yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh dapat dilihat pada Gambar 3.12 dibawah ini:
28
Gambar 3.11 Cake Breaker Conveyor 2.
Depericarper Depericarper adalah alat yang terdiri dari separatingcoulum, nut polishing
drum, dan fibre cyclone a.
Separating Coulum Alat ini berfungsi untuk menghisap fibre dengan nut. Pemisahan dilakukan
dengan hisapan dari fibre cyclone dengan pengaturan dari air lock. Penghisapan dilakukan dengan prinsip perbedaan berat jenis dimana berat jenis paling ringan fibre (serabut) akan terhisap ke air lock. Serabut yang terhisap langsung dibawa menuju fibre cyclone sebagai tempat penampungan fibre sementara sebelum dibawa oleh conveyor menjadi bahan bakar boiler. Nut dengan berat jenis yang berat akan jatuh ke bawah dan akan langsung masuk ke polishing drum. Di PKS Sei Galuh memiliki 2 unit separating coulum. Separating Coulum yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh dapat dilihat pada Gambar 3.13 dibawah ini:
29
Gambar 3.12 Separating Coulum b. Nut Polishing Drum Nut polishing drum berfungsi untuk membersihkan nut dari kotoran dan fibre yang masih terikut. Nut polishing drum berputar 23 rpm. Dalam nut polishing drum terdapat sudu-sudu yang bersudut 20o yang digunakan untuk membawa nut berjalan ke ujung dari nut polishing drum. Di ujung nut polishing drum terdapat lubang-lubang yang berfungsi sebagai tempat masuknya nut yang sudah dipisahkan dengan kotoran dan fibre. Di PKS Sei Galuh memiliki 2 unit nut polishing drum. Nut Polishing Drum yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh dapat dilihat pada Gambar 3.14 dibawah ini:
Gambar 3.13 Nut Polishing Drum
30
c. Fibre Cyclone Fibre
cyclone
adalah
alat
berbentuk
cyclone
sebagai
tempat
menghisap/menampung fibre yang terpisah dari biji akibat hisapan blower/fan di separating coulum. Dilengkapi dengan air lock. Di PKS Sei Galuh memiliki 2 unit fibre cyclone seperti terlihat pada Gambar 3.15 dibawah ini:
Gambar 3.14 Fibre Cyclone 3. Nut Transport Nut yang telah diproses di polishing drum akan dihisap oleh nut transport dengan sistem berat jenis sehingga nut akan terhisap masuk ke nut hopper sementara benda-benda yang lebih berat daripada nut akan jatuh ke bawah. Di PKS Sei Galuh memiliki 1 unit nut transport seperti terlihat pada Gambar 3.16 dibawah ini:
Gambar 3.15 Nut Transport
31
4. Nut Hopper Nut hasil polishing drum dibawa melalui nut transport menuju nut hopper yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dan sebagai tempat pengaturan nut umpan menuju ke ripple mill agar nut yang terolah sesuai dengan aturan FIFO. Di PKS Sei Galuh memiliki 1 unit nut hopper seperti ditunjukkan pada Gambar 3.17 dibawah ini:
Gambar 3.16 Nut Hopper
5. Ripple Mill Ripple mill berfungsi untuk memecah nut. Nut dari hopper akan masuk ke ripplemill dengan cara rotor yang berputar sehingga nut akan terpecah menjadi cangkang, inti bulat, inti pecah, dan cangkang halus. Pengukuran jarak rotorbar dalam ripple mill dilakukan berdasarkan bahan baku yang akan diolah dengan tujuan nut dapat dipecah dengan sempurna (secara keseluruhan) dan akan diputar oleh rotorbar terhadap ripple plate. PKS Sei Galuh memiliki 2 unit ripple mill. Ripple Mill yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh ditunjukkan pada Gambar 3.18 dibawah ini:
32
Gambar 3.17 Ripple Mill 6. Light Tenera Dust Separator I (LTDS I) LTDS I berfungsi untuk menghisap cangkang halus dan debu yang akan dibawa ke shell hopper yang selanjutnya untuk bahan bakar boiler.Hisapan LTDS dihasilkan oleh air lock yang bekerja dengan blower. Di PKS Sei Galuh memiliki 1 unit LTDS I seperti ditunjukkan pada Gambar 3.19 dibawah ini:
Gambar 3.18 Light Tenera Dust Separator I (LTDS I) 7. Light Tenera Dust Separator II (LTDS II) LTDS II berfungsi untuk memisahkan inti dan cangkang yang tidak terpisah di LTDS I. Inti utuh jatuh ke bawah dan diteruskan ke kernel silo. Sedangkan inti kecil, inti pecah dan cangkang masuk melalui corong air lock ke hydrocyclone. Di PKS Sei Galuh memiliki 1 unit LTDS II. LTDS II yang digunakan pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh dapat dilihat pada Gambar 3.20 dibawah ini:
33
Gambar 3.19 Light Tenera Dust Separator II (LTDS II) 8. Hydrocyclone Hydrocyclone adalah alat untuk memisahkan kembali inti yang terikut cangkang dengan sistem basah yaitu dengan bantuan media air. Inti dan cangkang dari LTDS I akan masuk ke hydrocyclone melalui corong dari air lock. Cara kerja alat ini adalah dimana inti dan cangkang masuk melalui rumah cone yang didalamnya sudah dipompakan air. Air akan dihembuskan dari sisi pipa dan akan membuat air berputar. Inti dan cangkang akan masuk akibat putaran tersebut terjadi pemisahan dengan perbedaan berat jenis. Di PKS Sei Galuh memiliki 1 unit hydrocyclone.
Gambar 3.20 hydrocyclone.
9. Kernel Silo Kernel dari hydrocyclone dan LTDS masuk ke distribution conveyor yang membawa/membagi kernel ke kernel silo I, II, III, dan IV. Kapasitas setiap kernel silo 15 ton/unit. Kernel silo dipanaskan dengan menggunakan uap bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan kernel. Pada kernel silo terdapat heater fan yang
34
berfungsi supaya panas dapat merata di kernel silo. Retentiontime kernel silo sekitar 5-8 jam. Kernel akan masuk ke kernel silo dan dibawa ke bulk silo menggunakan wet kernel elevator. Temperatur dalam kernel silo terbagi 3 tingkatan yaitu bagian atas 60OC, tengah 70OC, dan bawah 50OC. PKS Sei Galuh menggunakan 4 unit kernel silo.
Gambar 3.21 kernel silo 10. Bulk Silo Bulk silo adalah tempat penampungan inti produksi sebelum dikirim. Inti dari kernel silo diangkut ke bulk silo menggunakan screw conveyor dan pneumatic conveyor.Di PKS Sei Galuh memiliki 2 unit bulk silo. Bulk Silo yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh ditunjukkan pada Gambar 3.23 dibawah ini:
Gambar 3.22 Bulk Silo
35
3.1.8. Stasiun Perlakuan Air ( Water Treatment) Water treatment station pada pabrik minyak kelapa sawit merupakan stasiun proses perlakuan air untuk menghilangkan sebagian atau semua zat-zat yang tidak diperlukan yang terdapat dalam air sesuai dengan mutu dan kondisi yang diinginkan. Adapun tahapan pengolahan air sebagai berikut : 1.
Clarifier Tank Clarifier tank merupakan tangki yang berbentuk silinder atau kerucut, yang
digunakan sebagai tempat penampungan air yang dipompakan dari waduk. Clarifier Tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang tidak larut seperti Lumpur. Alat ini bekerja memisahkan partikel berat dengan aliran berputar. Partikel dengan berat jenis < 1 akan bergerak menuju permukaan air sedangkan partikel dengan berat jenis > 1 akan mengendap kedasar clarifier. Sebelum masuk ke clarifier tank, air terlebih dahulu diinjeksi tawas (Al2(SO4)318H2O) dan soda ash (Na2CO3) dengan menggunakan pompa bahan kimia, yang bertujuan untuk menjernihkan dan menaikkan pH air. 2.
Sediment Tank Sediment tank adalah tempat penampungan air dari clarifier tank. Sediment
tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang masih terbawa dari clarifier tank. Pengendapan kotoran terjadi secara gravitasi. 3.
Sand Filter Sand filter merupakan saringan yang digunakan untuk memisahkan padatan
yang tersuspensi yang terdapat pada air dengan melewati media penyaring berupa pasir. Proses penyaringan terjadi karena adanya tekanan pada saringan. Selama operasi zat-zat yang tersuspensi tertahan didalam medium penyaring. Lama kelamaan
tekanan
akan
semakin
tinggi,
sehingga
akan
menyebabkan
penyumbatan pada penyaring. Oleh karena itu harus dilakukan back wash untuk membersihkan sand filter. Air hasil saringan yang bebas dari padatan selanjutnya dialirkan ke water tower dengan bantuan water treated pump. 4.
Water Tower Water tower merupakan tangki persediaan air untuk keperluan boiler,
pengolahan, pendingin mesin dan kebutuhan domestik. Khusus untuk boiler, air harus mendapatkan pengolahan lebih lanjut.
36
3.1.9
Stasiun Pembangkit Listrik (Power Plant) Stasiun ini bertujuan menghasilkan steam yang digunakan untuk
membangkitkan panas dan tenaga listrik yang dibutuhkan pada proses pengolahan, utilitas dan penerangan. Dimana unit penghasil uap dan tenaga listrik ini terdiri dari: A.
Boiler Boiler merupakan serangkaian alat yang berfungsi menghasilkan steam.
Steam yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin uap sebagai pembangkit tenaga listrik di pabrik. Tekanan yang dihasilkan 20 kg/cm2 dengan suhu 290-295 oC. Bahan bakar boiler adalah cangkang dan fiber berasal dari shellcyclone dan fibre cyclone. B.
Turbin Uap (Steam Turbine) Pada Gambar 4.1, dapat dilihat salah satu alat penghasil tenaga listrik yang
utama di pabrik yaitu turbin. Turbin uap adalah suatu alat yang berfungsi merubah energi uap menjadi energi listrik dan kemudian menjadi energi mekanik (energi gerak) dimana turbin memanfaatkan uap sebagai fluida kerja. Energi mekanik yang digunakan menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik. Tekanan dijaga 3,2 kg/cm3 C.
Diesel Genset Diesel genset merupakan alat yang digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik selain turbin. Alat ini menggunakan solar atau biodiesel sebagai bahan bakar sehingga diesel hanya digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik alternatif jika turbin tidak beroperasi. D.
BPV (Back Pressure Vessel) Alat ini berfungsi pengumpulan uap dari turbin dan juga untuk membagikan
uap pada setiap peralatan proses yang sesuai kebutuhan seperti pada stasiun perebusan. Alat ini dilengkapi dengan katup pengaman (safety valve) dan katup pembagi steam. Tekanan di BPV dijaga 3,2 kg/cm2 dan temperatur 145oC.
37
BAB IV SISTEM UTILITAS Untuk membantu pelaksanaan dan operasi pabrik kelapa sawit maka harus dilengkapi dengan unit pendukung yaitu unit utilitas. Unit utilitas pabrik kelapa sawit meliputi: 1. Unit Pengolahan Air (Water Treatment) 2. Unit Pengolahan Air Umpan Boiler 3. Unit Penghasil Uap (steam) dan Tenaga Listrik 4. Unit Pengolahan Limbah
4.1.
Unit Pengolahan Air (Water Treatment) Pada pabrik pengolahan kelapa sawit, air merupakan kebutuhan yang
sangat penting, antara lain digunakan untuk: a. Penyediaan air untuk kebutuhan ketel uap (boiler). b. Pengolahan dan pengenceran pada stasiun press dan klarifikasi. c. Pendingin mesin-mesin. d. Membersihkan pabrik dan kebutuhan domestik. Pada umumnya air yang digunakan berasal dari sungai. Untuk PKS Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara V, air yang digunakan diperoleh dari waduk. Tetapi air tersebut belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Untuk itu dibutuhkan suatu stasiun pengolahan air (water treatment station). Water treatment station pada pabrik minyak kelapa sawit merupakan stasiun proses perlakuan air untuk menghilangkan sebagian atau semua zat-zat yang tidak diperlukan yang terdapat dalam air sesuai dengan mutu dan kondisi yang diinginkan. Adapun tahapan pengolahan air sebagai berikut : 1.
Clarifier Tank Clarifier tank merupakan tangki yang berbentuk silinder atau kerucut,
yang digunakan sebagai tempat penampungan air yang dipompakan dari waduk. Clarifier Tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang tidak larut seperti Lumpur. Alat ini bekerja memisahkan partikel berat dengan aliran berputar. Partikel dengan berat jenis < 1 akan bergerak menuju permukaan air sedangkan partikel dengan berat jenis > 1 akan mengendap kedasar clarifier.
38
Sebelum masuk ke clarifier tank, air terlebih dahulu diinjeksi tawas (Al2(SO4)318H2O) dan soda ash (Na2CO3) dengan menggunakan pompa bahan kimia, yang bertujuan untuk menjernihkan dan menaikkan pH air. 2.
Sediment Tank Sediment tank adalah tempat penampungan air dari clarifier tank. Sediment
tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang masih terbawa dari clarifier tank. Pengendapan kotoran terjadi secara gravitasi. 3.
Sand Filter Sand filter merupakan saringan yang digunakan untuk memisahkan padatan
yang tersuspensi yang terdapat pada air dengan melewati media penyaring berupa pasir. Proses penyaringan terjadi karena adanya tekanan pada saringan. Selama operasi zat-zat yang tersuspensi tertahan didalam medium penyaring. Lama kelamaan tekanan akan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan penyumbatan pada penyaring. Oleh karena itu harus dilakukan back wash untuk membersihkan sand filter. Air hasil saringan yang bebas dari padatan selanjutnya dialirkan ke water tower dengan bantuan water treated pump. 4.
Water Tower Water tower merupakan tangki persediaan air untuk keperluan boiler,
pengolahan, pendingin mesin dan kebutuhan domestik. Khusus untuk boiler, air harus mendapatkan pengolahan lebih lanjut.
4.2.
Unit Pengolahan Air Umpan Boiler Air hasil unit pengolahan air tidak secara langsung dipergunakan sebagai
air umpan boiler dan harus adanya proses lain yang harus dilakukan agar air tersebut dapat digunakan pada boiler. Hal ini dikarenakan air tersebut masih mengandung zat-zat terlarut yang dapat menyebabkan kerusakan pada pipa. Adapun proses pengolahan air umpan boiler terdiri dari: A.
Demint Plant Demint plant merupakan pertukaran kation dan anion yang banyak
digunakan pada sumber air yang tidak memenuhi baku mutu air industri. Demint plant terdiri dari dua jenis yaitu:
39
a. Anion Exchange Alat ini berfungsi untuk menukar anion yang terdapat didalam air. Bahan dasarnya adalah resin sebagai tempat pertukaran ion seperti R-NH3+, R-NH2-R+ dan R-H+ dengan reaksi sebagai berikut : R-H+ + Cl-
RH-Cl
RNH3+ + SiO3=
RH3-SiO3-NH3R
Apabila resin telah jenuh, maka perlu dilakukan regenerasi dengan penambahan Na++ sehingga resin aktif kembali sebagai penukar ion. Regenerasi hendak dilakukan secara teratur dengan regenerant yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat. Suatu hal yang perlu diperhatikan yaitu pemberian regenerant yang terlalu tinggi konsentrasinya dapat menyebabkan kerusakan resin, terutama dari kehomogenannya. Pencucian secara terjadwal hendak dilakukan dengan baik agar aktifitas resin tetap optimum, karena lumpur yang masuk kedalam tabung akan menyebabkan permukaan resin (active site) tidak berfungsi. b. Cation Exchange Unit penukar kation mengandung asamkuat dan basa lemah yang terikat dengan resin sebagai bahan dasar, seperti: R-SO3-, R-PO3- dan R-C6H5O-. perlakuan regenerasi dan pencucian ulang tidak berbeda dengan perlakuan pada penukar anion. B.
Feed Tank Feed tank merupakan tangki persediaan air yang telah dilunakkan di
softener untuk air suplai ke boiler. Pada tangki ini telah dilakukan pemanasan awal dengan suhu 60-80 oC. Pemanasan awal bertujuan untuk mengurangi beban pemanasan pada deaerator. C.
Deaerator Deaerator berfungsi untuk mengurangi oksigen dan CO2 pada air yang
akan dapat mengakibatkan terjadinya korosi pada pipa boiler. Suhu pada deaerator dipertahankan pada 85-95 oC, hal ini dilakukan agar mempercepat proses pembentukan uap pada boiler.
40
Komposisi air umpan pada boiler yang ditunjukkan pada tabel 5.1. merupakan syarat-syarat air yang akan masuk pada boiler. Jika keadaan air yang akan masuk memiliki nilai yang berada dibawah atau diatas nilai yang telah ditentukan maka steam yang dihasilkan dari boiler tidak optimal dan efektif. Jika hal ini terjadi akan menyebabkan injeksi steam untuk setiap stasiun tidak maksimum dan akan mempengaruhi mutu dari CPO yang akan dihasilkan. Tabel 4.1. Komposisi Air Boiler No.
Parameter
Nilai
1.
pH
10,5-11,5
2.
Total dissolved solids
<2500 ppm
3.
Sulphite
30-80 ppm
4.
Caustic alkalinity
5.
Total hardness
6.
Phosphate
20-60 ppm
7.
Silica
<120 ppm
8.
Iron
300-600 ppm Trace
<5 ppm
Sumber: Laboratorium PKS Sei Galuh
4.3.
Unit Penghasil Uap (Steam) dan Tenaga Listrik Unit
ini
bertujuan
menghasilkan
steam
yang
digunakan
untuk
membangkitkanpanas dan tenaga listrik yang dibutuhkan pada proses pengolahan, utilitas dan penerangan. Dimana unit penghasil uap dan tenaga listrik ini terdiri dari: A.
Boiler Boiler merupakan serangkaian alat yang berfungsi menghasilkan steam.
Steam yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin uap sebagai pembangkit tenaga listrik di pabrik. Tekanan yang dihasilkan 20 kg/cm2 dengan
41
suhu 290-295 oC. Bahan bakar boiler adalah cangkang dan fiber berasal dari shellcyclone dan fibrecyclone. B.
Turbin Uap (Steam Turbine) Pada Gambar 4.1, dapat dilihat salah satu alat penghasil tenaga listrik yang
utama di pabrik yaitu turbin. Turbin uap adalah suatu alat yang berfungsi merubah energi uap menjadi energi listrik dan kemudian menjadi energi mekanik (energi gerak) dimana turbin memanfaatkan uap sebagai fluida kerja. Energi mekanik yang digunakan menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik. Tekanan dijaga 3,2 kg/cm3
Gambar 4.1 Kamar Mesin
C.
Diesel Genset Diesel genset merupakan alat yang digunakan untuk pembangkit tenaga
listrik selain turbin. Alat ini menggunakan solar atau biodiesel sebagai bahan bakar sehingga diesel hanya digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik alternatif jika turbin tidak beroperasi. D.
BPV (Back Pressure Vessel) Alat ini berfungsi pengumpulan uap dari turbin dan juga untuk membagikan
uap pada setiap peralatan proses yang sesuai kebutuhan seperti pada stasiun perebusan. Alat ini dilengkapi dengan katup pengaman (safety valve) dan katup pembagi steam. Tekanan di BPV dijaga 3,2 kg/cm2 dan temperatur 145oC.
42
4.4.
Unit Pengolahan Limbah Dalam setiap proses pengolahan dari bahan baku menjadi produk pada
suatu pabrik selain menghasilkan produk yang bernilai jual, terdapat juga produk samping yang berupa limbah baik padat, cair maupun udara. Limbah-limbah ini jika tidak dilakukan proses penetralisasi akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang sangat berbahaya. 4.4.1. Pengolahan Limbah Cair Limbah cair PKS Sei Galuh PTP. Nusantara V bersumber dari 4 (empat) bagian pengolahan yaitu : a. Air buangan kondensat dari stasiun perebusan b. Air buangan dari stasiun klarifikasi c. Air buangan hydrocyclone dari stasiun pengolahan inti d. Air buangan pencucian. Parameter yang dijadikan indikator dalam penilaian mutu limbah cair adalah pH, BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TDS (Total Disolved Solid), temperatur, minyak dan lemak. PKS Sei Galuh PTP. Nusantara V menggunakan sistem land application untuk memanfaatkan limbah cair yang dihasilkan. Tabel 4.2 Parameter Limbah Cair Parameter
Batas
Input 70⁰C Temperatur 5000-7000mg/l Kadar Minyak 4-5 pH Output 100 mg/l BOD 350 mg/l COD 245 mg/l TSS 50 mg/l NH3N 6-9 pH 6,5 mg/l Minyak dan Lemak 3 6 m /ton produk Debit Limbah Sumber: Laboratorium PKS Sei Galuh (2003)
43
Pengolahan limbah cair pada PKS Sei Galuh dilakukan dengan cara: A.
Primary Anaerobic Pond Pada kolam ini terjadi reaksi mikrobiologis yang bertujuan untuk
merombak senyawa bahan organik yang komplek menjadi senyawa asam organik yang lebih sederhana yang mudah menguap. Proses ini ditandai dengan adanya gelembug gas metana dan CO2 sebagai hasil dari proses fermentasi secara anaerob. BOD air limbah yang diharapkan setelah proses ini adalah < 5000 ppm. Pada PKS Sei. Galuh terdapat 2 kolam anaerobic primer. B.
Secondary Anaerobic Pond Kolam ini berfungsi menguraikan senyawa-senyawa sederhana menjadi
senyawa terlarut. Pada proses ini gelembung gas metana dan CO2 sudah berkurang. Kedalaman kolam ini 6,5 m. PKS Sei. Galuh juga mempunyai 2 kolam anaerobic sekunder. C.
Aeration Pond Proses aerasi yaitu penambahan oksigen terlarut kedalam air limbah,
sehingga BOD diharapkan turun menjadi <100 ppm. Kolam aerasi dilengkapi dengan aerator yang dapat meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air, dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksidasi dengan baik. Pada PKS Sei.Galuh juga terdapat 2 kolam aerasi. D.
Sedimentation Pond Sedimentationpond
berfungsi
sebagai
pembersih
limbah
secara
keseluruhan dengan cara mengendapkan lumpur. Kolam ini adalah kolam yang terakhir dan air limbah telah dapat dialirkan ke land application ke Afdeling II. 4.4.2. Pengolahan Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan TBS dapat diolah lagi sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai jual. Adapun limbah padat dan kegunaannya adalah sebagai berikut:
Tandan kosong
44
Tandan kosong yang dihasilkan sekitar 23-25% dari TBS yang diolah, sehingga jumlahnya sangat besar. Ada tiga cara dalam memanfaatkan tandan kosong: -
Digunakan sebagai mulsa, diserakkan di gawangan mati dengan rotasi sekali setahun dan dosis 35 ton/ha.
-
Tandan kosong dibakar di incenerator, abu hasil pembakaran digunakan sabagai pengganti pupuk.
-
Membuat areal pengomposan seluas 16 ha untuk satu pabrik dengan bahan baku tandan kosong, solid, dan disiram dengan limbah cair.
Cangkang dan serabut dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler. Serabut biasanya terbakar habis, sementara cangkang tidak. Sebagian cangkang digunakan sebagai pengeras jalan.
4.4.3. Pengolahan Limbah Udara Limbah yang berupa gas dari PKS Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara V hanya berasal dari pembakaran tandan kosong di incenerator, asap genset dan pembakaran cangkang serta serabut pada boiler. Untuk mengurangi polusi udara, chimney (cerobong) boiler dan insenerator dibuat lebih dari 18 m tingginya dan chimney boiler dilengkapi dengan cyclone sebagai penangkap debu. Emisi asap boiler, genset dan incenerator diukur setiap 6 bulan oleh Sucofindo dan masih dalam batas standar yang telah ditentukan. Ambien ruangan bersumber dari kegiatan gudang bahan kimia, gudang BBM oli, gudang limbah B3. Gudang tersebut harus dirancang kedap air, berventilasi, ada penerangan, ada peralatan tanggap darurat dan sebagainya. Karyawan yang bekerja disini diwajibkan memakai alat pelindung diri, seperti masker, kaca mata pelindung, sarung tangan. Kebauan bersumber dari pengolahan limbah cair (IPAL) dan land application. Kebisingan bersumber dari kegiatan stasiun genset dan stasiun lainnya. Getaran bersumber dari kegiatan stasiun press di pabrik. Beroperasinya unit-unit mesin pabrik mempengaruhi temperatur di dalam pabrik.
45
BAB V ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1.
Struktur Organisasi Struktur organisasi yang baik pada suatu perusahaan diperlukan untuk
mencapai efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Struktur ini dapat menentukan kelancaran aktivitas perusahaan sehari-hari dalam mencapai keuntungan yang maksimal, dapat berproduksi secara kontinu dan berkembang pesat. Struktur organisasi perusahaan menggambarkan hubungan antar unit dalam perusahaan tersebut, pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing unit. Struktur organisasi yang dipakai pada PKS Sei Galuh PT. Perkebunan Nusantara V adalah struktur organisasi garis dan staf. Pimpinan tertinggi dipegang oleh seorang Manager yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi. Dalam tugasnya manager dibantu oleh staf-stafnya yaitu Asisten Teknik, Asisten Pengolahan, Asisten Administrasi Pabrik, Asisten Pengendalian Mutu dan Perwira Pengaman yang masing-masing dibantu oleh Karyawan Pelaksana dibawahnya. Untuk menjalankan semua kegiatan baik itu di kantor maupun di bagian pengolahan secara optimal maka PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh menetapkan beberapa karyawan sebagai berikut : a.
Karyawan Pimpinan
Manager
: 1 orang
Asisten Pengendalian Mutu
: 1 orang
Asisten Pengolahan
: 2 orang
Asisten Teknik
: 1 orang
Asisten Administrasi
: 1 orang
b.
Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana meliputi bagian administrasi, laboratorium, bengkel,
dan pengolahan
46
Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit dapat dilihat pada Gambar 5.1 : MANAGER PKS
Eisyen Firdausman . ST
ASISTEN PENGOLAHAN
ASISTEN TEKNIK
ASISTEN
SHIFT I DAN II
PABRIK
PENGENDALIAN
Khairil Azmi. ST Richard Rp. Sinaga. ST
Melki Harmine Harahap. ST
MUTU
Riduan Saputra. ST
PA.PAM
ASISTEN ADMI/UMUM
Richa Susilawati
( KEBUN SEI GALUH )
Peltu Surahmad
SINAGA
Gambar 5.1. Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit Sei Galuh
KHAIRUL AZMI
5.2
Sistem Kerja Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara V Sei Galuh membuat suatu peraturan kerja
agar terjadinya disiplin kerja. Peraturan yang berlaku antara lain tentang hari dan jam kerja yang disesuaikan dengan peraturan dari Departemen Tenaga Kerja. Peraturan mengenai hari kerja yaitu, untuk karyawan dengan enam hari kerja dalam satu minggu serta tujuh jam dalam satu hari. Tetapi pada waktu-waktu tertentu hari dan jam kerja dapat ditambah apabila ada pekerjaan yang sangat penting demi kelancaran perusahaan. Penambahan hari dan jam kerja pada waktu tertentu tersebut akan diberikan upah lembur yang sesuai. Perusahaan membagi karyawan dalam dua kelompok yaitu kelompok shift dan non shift. Kelompok karyawan non shift memiliki hari dan jam kerja mulai dari senin sampai sabtu dari pukul 07.00 s.d 16.00 WIB dengan dua kali istirahat pada pukul 09.00 s.d 09.30 WIB dan 12.00 s.d 14.00 WIB. Karyawan non shift ini terdiri dari karyawan kantor, timbangan, gudang dan bengkel. Sedangkan karyawan shift terdiri dari karyawan pada bagian proses pengolahan, laboratorium dan keamanan.
47
Pembagian waktu shift untuk karyawan bagian proses pengolahan dan laboratorium :
Shift Pagi : 07.00 s.d 18.00 WIB
Shift Malam: 18.00 s.d 07.00 WIB
5.3
Sistem Penggajian Karyawan Sistem penggajian diberikan sesuai dengan jabatan dalam struktur
organisasi perusahaan. Pembayaran upah kerja (gaji) karyawan terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap, premi dan upah lembur. Terdapat juga tunjangan untuk anak dan istri yang berupa beras dengan ketentuan sebagai berikut : 1.
Untuk karyawan atau karyawati
: 15 Kg/bulan
2.
Untuk Istri karyawan
: 9 Kg/bulan
3.
Untuk setiap anak karyawan (maksimal 3 orang)
: 7,5 Kg/bulan
5.4
Sistem Keselamatan dan Kesejahteraan Karyawan
5.4.1
Sistem Keselamatan Karyawan Sistem keselamatan yang ditetapkan pada PT. Perkebunan Nusantara V
pada karyawan-karyawan sebagai berikut : a.
Perusahaan memiliki SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang melindungi keselamatan karyawan pada saat bekerja.
b.
Setiap karyawan diwajibkan memakai alat perlindungan diri selama bekerja.
c.
Perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawan dalam program jaminan sosial tenaga kerja yang meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua.
5.4.2
Sistem Kesejahteraan Karyawan Kesejahteraan merupakan salah satu faktor yang terpenting untuk
mencapai hasil kerja yang optimum. Fasilitas-fasilitas yang diberikan PT. Perkebunan Nusantara V kepada karyawan antara lain: a.
Perusahaan menyediakan perumahan untuk karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana yang terletak disekitar lokasi pabrik.
48
b.
Tersedia poliklinik yang memberikan pelayanan seperti pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan kerja, fasilitas keluarga berencana serta pengobatan.
c.
Terdapat rumah ibadah seperti mesjid dan mushola yang berada disekitar perumahan karyawan.
Tersedia sekolah yang didirikan perusahaan seperti TK dan peminjaman lahan untuk pembangunan SD yang berada disekitar perumahaan karyawan.
49
BAB VI TUGAS KHUSUS ANALISA OIL LOSSES PADA UNIT STERILIZER DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V PKS SEI GALUH 6.1.
Latar Belakang Sterilizer adalah salah satu alat yang digunakan untuk merebus buah sawit.
Sterilizer merupakan jantung pada stasiun perebusan. Pada proses perebusan menggunanakan uap dan air untuk merebusnya. Uap yang digunakan berasal dari boiler. Pada unit sterilizer terdapat oil losses yang terbawa pada air rebusan. Oil losses pada unit sterilizer dapat mempengaruhi mutu minyak sawit yang dihasilkan. Kehilangan minyak (oil losses) selalu terjadi dalam setiap proses produksi CPO dan merupakan hal yang biasa jika oil losses tersebut masih dalam batas standart yang ditentukan pabrik. Salah satu stasiun yang mengalami kehilangan minyak adalah stasiun perebusan yaitu pada air rebusan. Dimana oil losses pada stasiun ini teradi pada air rebusan yang dikeluarkan dari unit sterilizer selama proses perebusan buah sawit. Persentase oil losses adalah perbandingan antara minyak yang didapat dari hasil ekstraksi (% minyak yang didapat) dengan berat sampel basah (air rebusan yang diambil dan dikeringkan dengan oven). PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Galuh mempunyai 4 unit sterilizer, tetapi hanya 3 unit yang digunakan. Oil losses yang boleh terdapat didalam air rebusan adalah sebesar 0,8%. Persamaan yang digunakan dalam menghitung Oil losses adalah sebagai berikut : Oil Losses =
6.2.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑋100% ……………………………………...……6.1-1
Tinjauan Pustaka TBS yang telah diisi kedalam lori kemudian dimasukkan dan dibawa
kedalam sterilizer untuk direbus. Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). Keberhasilan proses pengolahan disebabkan oleh 70% diproses rebusan.
50
Fungsi dari perebusan ini adalah : a. Menonaktifkan enzim b. Menurunkan kadar air c. Pemecahan emulsi d. Melunakkan daging buah sehingga mudah lepas dari biji dalam digester. e. Memudahkan melepaskan inti dari cangkang. f. Memudahkan melepaskan brondolan dari tandan
Prinsip kerja stasiun rebusan adalah menggunakan triple peak system (sistem tiga puncak). Dengan waktu perebusan sekitar 90-95 menit. Target yang harus dicapai waktu merebus (masa tahan) adalah harus mampu mendapatkan tekanan 2,8-3,0 kg/cm2 dengan suhu 130-135°C. Dengan losses minyak pada air kondensat sebesar 0,8%. Setiap siklus perebusan proses yang terjadi ditampilkan pada tabel 6.1 berikut ini : Tabel 6.1 Siklus Perebusan dengan Sistem Triple Peak Step
Waktu
Tekanan
In
I
5
0
II
6
III
Valve
Keterangan
Cond
Exst
B
B
T
Buang udara
1,5
B
T
T
Puncak pertama
2
0
T
B
B
IV
9
2,0
B
T
T
V
2
0
T
B
B
VI
12
3,0
B
T
T
Puncak ketiga
VII
45
3
T
T
T
Masa tahan
VIII
4
2,0
T
B
T
Buang kondensat
IX
5
0
T
B
B
Buang steam
Ket : B : Buka T : Tutup
Menurunkan
tekanan
puncak pertama Puncak kedua Menurunkan puncak kedua
tekanan
51
Untuk mendapatkan hasil yang bagus, prosedur perebusan harus dijalankan dengan baik tanpa melanggar norma yang telah ditetapkan, beberapa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses perebusan seperti berikut ini : 1. Pembuangan Udara (Deaerasi) Udara adalah penghantar panas yang buruk sehingga akan menurunkan tekanan dan menghambat steam masuk kedalam buah. 2. Pembuangan Air Kondensat Uap air terkondensasi berada di dasar bejana rebusan merupakan penghambat dalam proses perebusan dan mengakibatkan jumlah air bertambah namun tidak diimbangi dengan pengeluaran sehingga memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak. 3. Pembuangan uap (Exhaust) Uap dibuang melalui pipa exhaust dan cerobong atas. Pembuangan uap sebelum akhir perebusan pada triple peak dilakukan bersamaan dengan pembuangan air kondensat, dengan maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung dengan cepat. 4. Waktu perebusan Apabila waktu perebusan terlalu lama maka akan membuat buah menjadi lembek dan lewat matang, minyak akan keluar dari buah dan terikut oleh kondensat (losses). Waktu perebusan yang efektif adalah 90-95 menit.
6.3.
Prosedur Tugas Khusus Dalam melakukan penelitian ini dapat diperoleh berdasarkan percobaan
yang dilakukan di laboratorium PTPN V PKS Sei Galuh. Pengambilan sampel dilakukan oleh petugas laboratorium dan penulis, yaitu langsung dari stasiun perebusan. Pengambilan sampel dilakukan pada saat proses produksi sedang berlangsung pada bak penampungan air rebusan dengan menggunakan wadah kecil sebagai tempat sampel.
52
6.3.1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan: 1. Timbangan Analitik 2. Labu didih 3. Soklet 4. Cawan Porselin 5. Oven 6. Kapas dan Timbel 7. Gelas kimia Bahan yang digunakan : 1. Normal Heksan 2. Sampel dari air rebusan.
6.3.2
Prosedur Perhitungan Oil Losses pada unit sterilizer 1. Sampel diambil dari bak penampung sementara menggunakan gayung kecil yang telah disediakan. 2. Timbang cawan porselin kosong serta diberi tanda. 3. Sampel dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah diberi tanda. 4. Sampel dimasukkan sebanyak 20 gram pada masing-masing cawan porselin. 5. Sampel dipanaskan kedalam oven pada suhu 105°C selama 1,5 jam untuk menguapkan air yang terkandung pada sampel. 6. Sampel yang telah kering didinginkan pada udara terbuka dan ditimbang beratnya. 7. Sampel dikeluarkan dari cawan porselin dan dibalut dengan kapas kemudian dimasukkan ke dalam timbel. 8. Sampel tersebut dimasukkan kedalam alat ekstraksi. 9. Kemudian sampel diekstraksi selama 2 jam untuk mengekstrak minyak dengan menggunakan pelarut heksan. 10. Hasil dari ekstraksi selanjutnya didestilasi untuk menguapkan pelarut heksan dan mendapatkan minyak murni. 11. Minyak hasil destilasi kemudian ditimbang.
53
6.4
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan selama 5 hari berturut-turut
dan dilakukan perhitungan terhadap data-data tersebut menggunakan persamaan 6.1-1 maka didapatkan data yang disajikan pada tabel 6.2 berikut ini : Tabel 6.2 Data hasil Perhitungan oil losses pada air rebusan No.
Hari/tanggal
1.
Senin/15 mei 2017
2.
Selasa/16 mei 2017
3.
Kamis/18 mei 2017
4.
Sabtu/20 mei 2017
5.
Senin/22 mei 2017
6.
Rabu/24 mei 2017
7.
Jumat/26 mei 2017
Shift
Oil Losses (%)
I
0,65
II
0,79
I
0,67
II
0,54
I
0,54
II
0,52
I
0.53
II
-
I
0,72
II
0,70
I
0,79
II
-
I
0,78
II
0,72
Berdasarkan data pada tabel 6.2 diatas dapat dilihat bahwa kehilangan minyak pada unit sterilizer masih berada dibawah batas maksimal pada setiap harinya. PKS Sei Galuh memberi batas maksimal oil losses pada air rebusan adalah sebesar 0,8%. Berdasakan data pada tabel 6.2 tersebut dapat dilhat bahwa oil losses tertingi terjadi pada tanggal 10 Maret 2017 yaitu sebesar 0,68%. Tingginya oil losses dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tekanan dan waktu perebusan. Jika saat perebusan tekanan yang digunakan terlalu tinggi mengakibatkan tandan buah segar terlalu lunak dan akan banyak minyak yang terbawa pada air rebusan. Waktu perebusan yang terlalu lama menyebabkan peningkatan oil losses
54
pada air rebusan unit sterilizer. Apabila waktu perebusan terlalu singkat maka akan menyulitkan kerja pada unit theresing sehingga rendemen minyak yang didapat akan berkurang. Selain itu tingkat kematangan buah juga menyebabkan oil losses menjadi tinggi serta perlakuan saat sortasi buah. Saat melakukan penurunan buah dari truk ke loading ramp buah mengalami kerusakan. Hal ini juga menjadi penyebab kenaikan oil losses pada air rebusan.
55
No
Tgl
shift
Berat sampel (gr)
Berat minyak (gr)
1
15/5
2
16/5
3
17/5
4
18/5
5
19/5
6
20/5
7
21/5
8
22/5
9
23/5
10
24/5
11
25/5
12
26/5
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
20,2160 20,5720 20,2130 20,6710 20,2160 20,7710 20,9010 15,7770 20,2107 20,4010 20,7310 20,2108
0,1314 0,1625 0,1354 0,1115 0,1092 0,1080 0,1108 0,1135 0,1415 0,1620 0,1620 0,1455
No.
Hari/tanggal
1.
Jumat/10 maret 2017
2.
Senin/13 maret 2017
3.
Selasa/14 maret 2017
4.
Rabu/15 maret 2017
Analisa Kadar Oil losses NOS (%) (%) 4,02 3,40 3,08 3,32 3,74 3,67 3,02 4,65 4,47 3,06 4,00 3,91
0,65 0,79 0,67 0,54 0,54 0,52 0,53 0,72 0,7 0,79 0,78 0,72
Shif
Oil Losses (%)
I
0,56
II
0,68
I
0,57
II
0,60
I
0,54
II
0,62
I
-
II
0,65
Kadar air (%) 95,33 95,81 95,35 96,14 95,72 95,81 96,45 94,63 94,83 96,14 95,22 95,37
56
5.
Kamis/16 maret 2017
I
0,56
II
0,60
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa : 1. PKS Sei Galuh mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO menggunakan 3 unit sterilizer dalam 1 unit sterilizer dapat menampung 10 lori dan setiap lori menampung sekitar 2,5 ton TBS sehingga pabrik memiliki kapasitas produksi 45 ton TBS/jam. 2. Oil losses pada unit sterilizer terbesar adalah 0,68% tidak melebihi norma yang ditetapkan yaitu sebesar 0,8%.. 3. Tingginya oil losses disebabkan karena tekanan yang tinggi, waktu perebusan yang lama, tingkat kematangan buah dan kerusakan buah pada proses sortasi.
7.2.
Saran 1. Untuk mengurangi oil losses pada unit sterilizer lakukan sistem FIFO (firts in first out), minimalkan penggunaan loader untuk memindahakan buah dan penurunan buah secara lanngsung menuju ram. 2. Operator yang menangani unit sterilizer harus lebih memperhatikan kondisi proses seperti kenaikan tekanan yang berlebih dan waktu perebusan sesuai dengan kondisi buah yang akan di proses. 3. Lakukan pengecekan dan pembersihan alat secara berkala.
57
DAFTAR PUSTAKA
Baharan,
A,.
S.
2005.
BeritaSawit.http://www.bharian.com.my/m/Bharian/
Saturday/BeritaSawit/20050506161040/article/html, 1 februari 2017. Darnoko, dkk., 2003, “ Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit Dan Produk Turunannya”, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Fauzi, Yan., 2008, Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Limbah Analisa Usaha Dan Pemasaran, Penebar Swadaya, Jakarta. Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia, Jakarta. Laboratorium Sei Galuh. 2013. Laporan Dafar Penilikan Pabrik, PTP.Nusantara VSei Galuh. Jambi Lukman, 2005, Tempurung Kelapa Sawit, Jurnal Info Ristek, Vol. 3, No. 1, Hal 1. Naibaho, P., 1998, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Penebar Swadaya, 1996, Kelapa Sawit, Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran , Penebar Swadaya , Jakarta. Sumadi., 2009, Pengendalian TBS untuk Memperoleh Hasil Produksi yang Optimal baik Kualitas maupun Kuantitas, Pekanbaru. Suwono, A., 2003, “Indonesia’s Potential Contribution of Biomass in Sustainable Energy
Development”,
Thermodynamics
Laboratory.
IURC
for
Engineering Sciences, Bandung Institute of Tecnology, Bandung, Indonesia.