Latar Belakang
Kejahatan atau kekerasan kekerasan adalah suatu fenomena yang yang sering kita dengar dan lihat, baik di media massa maupun realitas yang ada di sekitar lingkungan dan masyarakat kita. Kabar terbaru dan yang hangat dibicarakan, khalayak serta media massa dan elektronik yaitu terorisme. Terorisme selalu identik dengan teror, kekerasan, ekstrimnitas dan intimidasi sehingga seringkali menimbulkan konsekuensi negatif menjatuhkan korban yang banyak
munculnya radikalisme ,ekstrem dan terorisme internasional dalam percaturan politik internasional atau dalam hubungan internasional telah ada sebagai fenomena yang eksistensinya muncul pada era 1960-an ketika aktivitas terorisme telah banyak terjadi di berbagai belahan dunia Kelompok-kelompok yang bermotivasi untuk menentang status quo politik dengan jalan kekerasan dan mengorganisis upaya mereka secara transnasional, melampaui batas-batas wilayah Negara. Akan tetapi, posisi dari terorisme internasional sekali lagi ditegaskan sebagai non-state actor layaknya MNC, TNC, lembagalembaga internasional non-pemerintah, lembaga keuangan maupun organisasi-organisasi pada level internasional lainnya. Dikatakan sebagai aktor bukan Negara pada level internasional, karena pada dasarnya yang terlibat di dalamnya baik anggota, jaringan dan tujuan dari aksinya berada pada skala internasional. terorisme radikalisme dan ekstrim muncul sebagai bagian dari fenomena yang dihasilkan oleh sistem internasional. Ketidakpuasan terhadap keputusan-keputusan organisasi internasional, seperti halnya PBB yang dalam sudut pandang kelompok teroris lebih cenderung sebagai representasi kepentingan Negara-negara barat telah membuat mereka tidak percaya dan frustasi terhadap efektifitas dari lembaga-lembaga tersebut dalam mengatasi isu-isu global.
Paham
Radikalisme
,ekstrim dan terorisme merupakan salah satu ancaman nyata terhadap kehidupan dunia global. Dampak dari gerakan radikal dan teroris dapat berimplikasi terhadap dinamika ekonomi dan politik yang dapat mengalami guncangan yang tidak kecil, sehingga mampu menciptakan rasa tidak aman pada masyarakat luas. Kekerasan yang mengatasnamakan agama/keyakinan sering sering dikaitkan ke dalam ranah radikalisme dan terorisme, semenjak dicetuskannya program Global War on Terror (GWoT) oleh Amerika Serikat setelah peristiwa 11 September 2001. Label kekerasan dan ekstrim yang melekat menciptakan pandangan/asumsi bahwa antara radikalisme dan terorisme (khususnya yang mengatasnamakan agama) memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.Maka dari
itu kelompok kami akan membahas mengenai fenomena paham radikalisme,ekstrim dan terorisme di domestic dan dunia . 1.2 Rumusan masalah
1.
jelaskan pengertian,ciri dan tujuan paham radikalisme,ekstrim dan terorisme?
2.
jelaskan sejarah dan latar belakang munculnya paham tersebut?
3.
bagaimana kasus paham radikasime ekstrim dan terorisme ?
4.
berikan mahasiswa menanggapi mengenai paham tersebut?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “politik internasional ”yang diberikan kepada Penulis serta agar mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dapat melihat bagaimana kenyataan dari politik internasional pada pada saat ini. 1.4 Manfaat
1. Memberikan suatu gambaran bagaimana fenomena politik internasional mengenai paham radikalisme,ekstrim dan terorisme 2.
Menaruh minat dan mendorong pembaca terutama mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap politik internasional
BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian 1.Pengertian Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme 1.1 Pengertian Paham Radikalisme
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara c ara kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu Radikalisme Menurut Wikipedia adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Namun bila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham / aliran tersebut
itu kelompok kami akan membahas mengenai fenomena paham radikalisme,ekstrim dan terorisme di domestic dan dunia . 1.2 Rumusan masalah
1.
jelaskan pengertian,ciri dan tujuan paham radikalisme,ekstrim dan terorisme?
2.
jelaskan sejarah dan latar belakang munculnya paham tersebut?
3.
bagaimana kasus paham radikasime ekstrim dan terorisme ?
4.
berikan mahasiswa menanggapi mengenai paham tersebut?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “politik internasional ”yang diberikan kepada Penulis serta agar mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dapat melihat bagaimana kenyataan dari politik internasional pada pada saat ini. 1.4 Manfaat
1. Memberikan suatu gambaran bagaimana fenomena politik internasional mengenai paham radikalisme,ekstrim dan terorisme 2.
Menaruh minat dan mendorong pembaca terutama mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap politik internasional
BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian 1.Pengertian Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme 1.1 Pengertian Paham Radikalisme
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara c ara kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu Radikalisme Menurut Wikipedia adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Namun bila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham / aliran tersebut
menggunakan
kekerasan
kepada
orang
yang
berbeda
paham
/
aliran
untuk
mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya untuk diterima secara paksa Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan agama kedamaian. Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik. Dawinsha mengemukakan defenisi radikalisme menyamakannya dengan teroris.Tapi ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antara keduanya. Radikalisme adalah kebijakan dan terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut. defenisi Dawinsha lebih nyata bahwa radiklisme itu mengandung sikap jiwa yang membawa kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan menggantinya dengan gagasan baru.Makna yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagai pemahaman negatif dan bahkan bisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri atau kanan. 1.2 Pengertian Paham Ekstrim
Ekstremisme adalah paham atau keyakinan yang sangat kuat terhadap suatu pandangan yang melampaui batas kewajaran dan bertentangan dengan hukum yang berlaku. Paham ekstremisme sering menggunakan cara atau gerakan yang bersifat keras dan fanatic dalam mencapai tujuan. Ekstremisme mengakibatkan pertentangan-pertentangan antara satu dengan yang lain, menimbulkan perasaan saling mencurigai, sehingga mengakibatkan perpecahan antara satu dengan yang lain, menimbulkan perasaan saling sali ng mencurigai, sehingga mengakibatkan perpecahan. Ekstrimisme adalah bentuk penyalahgunaan kegiatan berpolitik yang memanfaatkan kelompok atau organisasi minoritas.sementara itu Istilah Ekstremisme adalah untuk menggambarkan sebuah doktrin atau sikap baik politik maupun agama dalam menyerukan aksi dengan segala cara untuk mencapai tujuannya. Ekstremisme adalah berlebih-lebihan dalam beragama, tepatnya menerapkan agama secara kaku dan keras hingga melewati batas kewajaran. yang artinya
Kata ekstrimisme diterjemahkan kedalam bahasa arab dengan pendirian yang yang radikal, melebihi batas, sedangkan kata
maknanya dengan kata
berlebihan, ketidak wajaran
Sedangkan
dipadankan ekstrimisme
dengan pengertian yang lebih luas mencakup : 1. Kepanatikan (ta’ashub) pada satu pendapat dan tak mengakui pendapat yang lainnya dan Tidak bisa meme\bedakan nilai-nilai agama dan cenderung bersikap keras dan kasar. 2. Cenderung buruk sangka dan mudah mengkafirkan orang yang berbedadengan pahamnya.
-
Ekstrimisme Kanan (Fundamentalis Agama) Ekstrimisme kanan adalah istilah yang mengacu kepada segmen spektrum politik yang biasanya dihubungkan dengan konservatisme, liberalisme klasik, kelompok kanan agama.
-
Ekstrimisme Kiri (Komunis) Kelompok yang biasanya dihubungkan dengan aliran sosialis atau demokrasi sosial.
1.3 Pengertian Paham Terorisme
Menurut Mark Juergensmeyer, terorisme berasal dari bahasa latin, Terrere yang berarti menimbulkan rasa gemetar dan rasa cemas. Sedang dalam bahasa Inggris to terrorize berarti menakuti-nakuti. Terrorist berarti teroris, pelaku teroris. Terrorism berarti membuat ketakutan, membuat gentar. Terror berarti ketakutan atau kecemasan. Teror secara etimologi berarti menciptakan ketakutan yang dikalukan oleh orang atau golongan tertentu. Sementara terorisme adalah paham yang menggunakan kekerasan untuk menciptakan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan Terorisme dapat dipandang dari berbagai sudut ilmu: Sosiologi, kriminologi, politik, psikiatri, hubung-an internasional dan hukum, oleh karena itu sulit merumuskan suatu definisi yang mampu mencakup seluruh aspek dan dimensi berbagai disiplin ilmu tersebut. Ancaman atau penggunaan kekerasan secara ilegal yang dilakukan oleh aktor nonnegara baik berupa perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan politis, ekonomi, religius, atau sosial dengan menyebarkan ketakutan, paksaan, atau intimidasi menjelaskan definisi dari terorisme . Terorisme didasarkan pada kekerasan sistematis dan purposif, yang dirancang untuk mempengaruhi pilihan politik tiap individu/aktor, lebih dari sekedar untuk menimbulkan korban atau kerusakan material. Untuk mencapai pengaruh politik, terorisme tergantung pada kekuatan untuk membangkitkan emosi publik, kelompok netral, pendukung, dan kontra Menurut Konvensi PBB tahun 1937, Terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas. US Department of Defense tahun 1990. Terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau tindakan yang mengan-dung ancaman dengan kekerasan atau paksaan terhadap individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan tujuan politik, agama atau idiologi. Terorisme sesungguhnya terkait dengan beberapa masalah mendasar, antara lain, pertama, adanya wawasan keagamaan yang keliru. Kedua, penyalahgunaan simbol agama. Ketiga, lingkungan yang tidak kondusif yang terkait dengan kemakmuran dan keadilan.
Kempat, faktor eksternal yaitu adanya perlakuan tidak adil yang dilakukan satu kelompok atau negara terhadap sebuah komunitas. Akibatnya, komunitas yang merasa diperlakukan tidak adil bereaksi.
1.4 Perbedaan Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme
Perbedaan radikalisme ekstrim dan terorisme. Radikalisme adalah kebija- kan
dan
terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut defenisi Dawinsha lebih nyata bahwa radiklisme itu mengandung sikap jiwa yang membawa kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan menggantinya dengan gagasan baru. Radikalisme adalah memegang teguh suatu prinsip dan berusaha merubah sesuatu berdasarkan prinsipnya tersebut (biarpun harus menggunakan kekerasan). dia tidak setuju dengan sesuatu yang berbeda/bertentangan dengan prinsipnya tersebut,sedangkan terosisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Gerakan radikal adalah gerakan perubahan yang mengakar atau mendasar, contohnya adalah
keinginan
sekelompok
orang
yang
ingin
mengubah
idiologi
Negara.
perkembangannya pemikiran radikal sering dibarengi oleh oknum-oknum anarkis dan Vandalisme (kegiatan kriminal yang menghancurkan,
merusak).
Faktanya
Terorisme
lebih mendekati Vandalisme, daripada Radikalisme. Aksi para teroris bukan merupakan gerakan radikal yang sesungguhnya. Karena terorisme hanya menyebar rasa takut, bukan merupakan sebuah perubahan yang radikal. 2.Ciri Ciri Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme 2.1 Ciri Ciri Paham Radikalisme
Syaikh Yusuf Qordawi mengungkapkan bahwa kelompok fundamentalis radikal yang fanatik dapat dicirikan oleh beberapa karakter, sebagai berikut: 1. Acapkali mengklaim kebenaran tunggal. Sehingga mereka dengan mudahnya menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat dengannya. Mereka memposisikan diri seolah-olah "nabi" yang diutus oleh Tuhan untuk meluruskan kembali manusia yang tak sepaham dengannya. 2. Cenderung mempersulit agama dengan menganggap ibadah mubah atau sunnah seakan-akan wajib dan hal yang makruh seakan-akan haram. Sebagai contoh ialah fenomena memanjangkan jenggot dan meninggikan celana di atas mata kaki. Bagi mereka ini adalah hal yang wajib.. Jadi mereka lebih cenderung fokus terhadap kulit daripada isi.
3. Mereka kebanyakkan mengalami overdosis agama yang tidak pada tempatnya. Misalnya, dalam berdakwah mereka mengesampingkan metode gradual, "step by step", yang digunakan oleh Nabi dan Walisanga. Sehingga bagi orang awam, mereka cenderung kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional dalam menyampaikan. Tetapi bagi mereka sikap itu adalah sebagi wujud ketegasan, ke-konsistenan dalam berdakwah, dan menjunjung misi "amar ma'aruf nahi munkar". Sungguh suatu sikap yang kontra produktif bagi perkembangan dakwah Islam ke depannya. 4. Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat. Mereka mudah berburuk sangka kepada orang lain yang tak sepaham dengan pemikiran serta tindakkannya. Mereka cenderung memandang dunia ini hanya dengan dua warna saj a, yaitu hitam dan putih. 5.
Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan, pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/publik.
2.2. ciri ciri paham ekstrim
Dr. Yusuf Qardhawi menjelaskan ciri-Ciri Islam ekstrim, diantaranya adalah: 1.
Fanatik pada suatu pendapat dengan fanatisme yang keterlaluan, sehingga tidak mau mengakui keberadaan pendapat lain,
2.
Kebanyakan orang mewajibkan atas manusia sesuatu yang tidak diwajibkan Allah atas mereka,
3.
Memperberat yang tidak pada tempatnya,
4.
Sikap kasar dan keras, dan Buruk sangka terhadap manusia.
2.3 ciri ciri paham terorisme
Menurut beberapa literatur dan referensi termasuk surat kabar dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri terorisme adalah : a.
Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant
b.
Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai tujuan.
c.
Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti a gama, hukum dan HAM.
d.
Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa takut dan mendapatkan publikasi yang luas.
e.
Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan,
penyanderaan,
pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/public
ciri-ciri kepribadian dari para terorisme tersebut:
1. Sangat Fanatik kelompok 2. Berasal dari kampung atau desa/Berpendidikan rendah 3. Berpegang teguh makna lahiriyah (tekstual) soal jihad; 4. Ketat dalam beribadah,Terdiri dari pemuda-pemuda Sangat berani mati 5. Menentang kekuasaan pemerintah yang ada 6. Suka membawa Al-Qur’an 7. Keras dan beringas/Kuat solidaritas sesame 8. Slogan-slogan keimanan: ”Allahu Akbar”; dan Fanatisme buta. • Ciri-ciri pemikiran politik dan teologi mereka: a.
Setiap muslim harus mengikuti cara dan gaya hidup mereka;
b.
Harus menghindar dari pemerintah
c.
Khalifah dipilih secara bebas
d.
Orang yang bersekutu dengan AS, Inggeris, Australia adalah kafir
e.
AS, Inggeris, dan Australia adalah kafir yang harus dibasmi
f.
Memutarbalikan nash, dan data keagamaan
g.
Pemimpin Negara haruslah Khalifah bukan Presiden, dan
h.
Demontrasi, penculikan, intimidasi, anarkisme, peledakan, dan teror fisik dan pemikiran.
3.Tujuan Paham radikalisme,ekstrim dan terorisme 3.1 Tujuan Paham Radikalisme
Tujuan radikal adalah mengadakan perubahan sampai keakarnya dan untuk ini selalu menggunakan metode kekerasan serta menentang struktur masyarakat yang ada. Mempunyai program yang cermat dan memiliki landasan filsafat unutk membenarkan adanya rasa ketidakpuasan dan mengintrodusir inovasi-inovasi. Radikalisme erat sekali hubungannya dengan revolusi.
3.2 tujuan paham ekstrim
Tujuan Ekstremisme adalah paham atau keyakinan yang sangat kuat terhadap suatu pandangan yang melampaui batas kewajaran dan bertentangan dengan hukum yang berlaku. Paham ekstremisme sering menggunakan cara atau gerakan yang bersifat keras dan fanatic
dalam mencapai tujuan. Ekstremisme mengakibatkan pertentangan-pertentangan antara satu dengan yang lain, menimbulkan perasaan saling mencurigai, sehingga mengakibatkan perpecahan antara satu dengan yang lain, menimbulkan perasaan saling mencurigai, sehingga mengakibatkan perpecahan.
3.3 tujuan paham terorisme
Tujuan Jangka Pendek, meliputi a.
Memperoleh pengakuan dari masyarakat lokal, nasional, regional maupun dunia internasional atas perjuangannya.
b.
Memicu reaksi pemerintah, over reaksi dan tindakan represif yang dapat mengakibatkan keresahan di masyarakat.
c.
Mengganggu, melemahkan dan mempermalukan pemerintah, militer atau aparat keamanan lainnya.
d.
Menunjukkan ketidak mampuan pemerintah dalam melindungi dan mengamankan rakyatnya. Memperoleh uang atau perlengkapan. Tujuan Jangka Panjang, meliputi :
1.
Menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang saudara atau perang antar negara.
2.
Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya.
3.
Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pihak teroris selama perang gerilya.
4.
Mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal, nasional, regional atau internasional.
5.
Memperoleh pengakuan politis sebagai badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa atau kelompok nasional, misalnya PLO. tujuan dari aksi terorisme yang dilakukan, antara lain adalah:
1.
Terorisme Negara, yaitu aksi teror yang dilakukan oleh penguasa daerah atau negara, guna mengontrol penduduknya demi kekuasaannya tersebut. Contohnya adalah pemerintahan yang diktator, seperti Revolusi Prancis (1793).
2.
Terorisme Keagamaan, yaitu aksi teror yang dilandasi oleh ideologi agama, pelaku sangat fanatis akan ideologinya hingga rela untuk mengorbankan nyawanya demi tercapainya suatu tujuan, misalnya bom bunuh diri klompok Al-Qaida.
3.
Terorisme Sayap Kanan, yaitu aksi teror yang bertujuan memerangi pemerintah liberal dan melestarikan tatanan sosial tradisonal, contohnya adalah Klu Klux Klan dan Neo-Fasis (Akhmad Jenggis P, 2012: 137).
4.
Terorisme Sayap Kiri, adalah usaha menggulingkan demokrasi kapitalis dan membangun pemerintahan komunis, seperti Partai Front Pembebasan Rakyat Revolusioner di Turki, Organisasi Revolusioner 17 November di Yunani, dan Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (FARC) di kolombia (Adi Sulistyo, 2014: 06).
5.
Terorisme Patologis, aksi teror individu yang tidak jelas motifnya,yaitu seperti aksi penembakan pada beberapa sekolah di Amerika dan Eropa. 6.
6.
Terorisme Berorientasi Isu, adalah aksi teror yang bertujuan untuk memajukan isu tertentu, biasanya terkait dengan masalah sosial seperti Pemboman gedung atau kapal penangkap paus. 7.
7.
Terorisme Separatis, aksi teror kaum minoritas dalam suatu negara yang menginginkan kemerdekaan sendiri,seperti klompok Kurdish PKK di Turki, Quebec Liberation Front (QLF) di Canada, dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Indonesia. 8.
8.
Narko-terorisme, adalah aksi teror yang dilakukan bertujuan untuk mempermudah penjualan narkoba, contonya adalah Kartel di Negara Meksiko,Narcoteroris di Myanmar yang dikenal dengan sebutan United War State dan Yakuza di negri Sakura.
4.Latar Belakang Paham Radikalisme ,Ekstrim,Terorisme 4.1 Latar Belakang Paham Radikalisme
Sepuluh tahun terkhir dunia (Islam), termasuk Indonesia, terus diguncang berbagai tindakan terorisme, anarkisme, dan radikalisme beragama. Realitas ini jelas bukan sesuatu yang lumrah dan tidak menyenangkan bahkan justru dapatmenghancurkan citra Islam. Hal itu secara otomatis telah menjadi tugas bagi paraulama dan pemimpin Islam dunia dengan bersama-sama merapatkan barisan, berpegangan tangan untuk maju bersama dalam membangun dan mengembalikan peran dan posisi Islam sebagai agama yang ´rahmatan Lil alamin. Sehingga kita mulai bertanya mengapa radikalisme agama itu bisa terjadi? Mengapa agama dijadikan kendaraan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai hakiki dari agama itu sendiri? Menurut Horace M.Kallen (1972), radikalisme ditandai tiga kecenderungan umum. yang sedang
Pertama, radi- kalisme merupakan respons terhadap kondisi
berlangsung. Respons ini muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan
perlawanan. Masalah yang ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yangdapat
bertanggung
jawab
terhadap
kelangsungan
keadaan
yang
ditolak.
Kedua,radikalisme tak berhenti berhenti pada upaya penolakan, melainkan terus berupaya mengganti tatanan lain. Ciri ini menunjukkan dalam radikalisme terkandung pandangan
tersendiri. Kaum radikalis berupaya kuat menjadikan tatanan tersebutganti dari tatanan yang sudah ada. Prof. Dr. H. Afif Muhammad, MA(2004:25) menyatakan bahwa munculnya kelompokkelompok radikal (dalamIslam) akibat perkembangan sosio-politik yang membuat termarginalisasi, danselanjutnya mengalami kekecewaan, tetapi perkembangan sosial-politik tersebut bukan satu-satunya faktor. Di samping faktor tersebut, masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan kelompok-kelompok radikal, misalnya kesenjangan ekonomi dan ketidak-mampuan sebagian anggota masyarakat untuk memahami perubahan yang demikian cepat terjadi.Selain karena faktor tersebut, radikalisme terjadi karena beberapa faktor lain,yaitu: a) Faktor Pemikiran: Merebaknya dua trend paham yang ada dalam masyarakat Islam, yang pertamamenganggap bahwa agama merupakan penyebab kemunduran ummat Islam.Sehingga jika umat ingin unggul dalam mengejar ketertinggalannya maka ia harusmelepaskan baju agama yang ia miliki saat ini. Pemikiran ini merupakan produk sekularisme yang secara pilosofi anti terhadap agama.Sedang pemikiran yangkedua adalah mereflesikan penentangannya terhadap alam relaitas yangdianggapnya sudah tidak dapat ditolerir lagi, dunia saat ini dipandanganya tidak lagi akan mendatangkan keberkahan dari Allah Swt, penuh dengan kenistaan,sehingga satu-satunya jalan selamat hanyalah kembali kepada agama. Namun jalan menuju kepada agama itu dilakukan dengan cara-cara yang sempit, keras,kaku dan memusuhi segala hal yang berbau modernitas.Pemikiran ini merupakananak kandung dari pada paham fundamentalisme. b) Faktor Ekonomi : Stabilitas politik yang diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan bagi rakyat adalah cita-cita semua Negara. Kehadiran para pemimpin yang adil, berpihak pada rakyat, tidak semata hobi bertengkar dan menjamin kebebasan danhak-hak rakyat, tentu akan melahirkan kebanggaan dari ada anak negeri untuk selalu membela dan memperjuangkan negaranya. Mereka akan sayang dan menjaga kehormatan negaranya baik dari dalam maupun dar luar.
Namunsebaliknya jika politik yang dijalankan adalah politik kotor, politik
yang hanya berpihak pada pemilik modal, kekuatan-kekuatan asing, bahkan politik pembodohan rakyat, maka kondisi ini lambat laun akan melahirkan tindakanskeptis masyarakat. Akan mudah muncul kelompok-kelompok atas nama yang berbeda baik politik, agama ataupun sosial yang mudah saling menghancurc) Faktor Sosial:
kan satu sama lainnya.
Diantara faktor munculnya pemahaman yang menyimpang adalah adanya kondisikonflik yang sering terjadi di dalam masyarakat. Banyaknya perkara-perkara yangmenyedot perhatian massa yang berhujung pada tindakan-tindakan anarkis, padaakhirnya melahirkan antipati sekelompok orang untuk bersikap bercerai denganmasyarakat. Pada awalnya sikap berpisah dengan masyarakat ini diniatkan untuk menghindari kekacauan yang terjai.Namun lama kelamaan sikap ini berubahmenjadi sikap antipati dan memusuhi masyarakat itu sendiri. Terdapat kesalahpahaman di tengah sebagian masyarakat dalam menyikapi tindakan radikalisme, dimana mereka berasumsi bahwa tindakan radikal hanya dilakukan oleh orang yang fanatik dalam beragama. Terdapat sebagian pihak yang memanfaat isu radikalisme untuk menghambat laju perjalanan dakwah sunnah di bumi nusantra ini. Dan menyebarkan informasi yang menyesatkan di media masa bahwa radikalisme disebabkan oleh kepanatikan terhadap ajaran Islam.
4.2 Latar Belakang Paham Ekstrim
Seseorang dikatakan ekstrimis bila : •
Sangat antusias dan sangat berlebihan dalam tindakan yang tidak tepat, karena terlalu memfokuskan diri pada interpretasi pribadi yang berlebihan dalam melihat dunia ini.
•
Hanya memperhatikan logika berpikir dari perilaku mereka sendiri, pemikiran pihak lain lewat, dan cenderung close mind.
•
Tidak berempati terhadap pihak lain dan cenderung tidak manusiawi terhadap korban2 mereka Ada kerancuan dalam melihat kecenderungan esktremisme selama ini. Biasanya pihak pihak yang memiliki perhatian (concern) terhadap hal ini lebih terfokus kepada akibat yang ditimbulkan oleh ekstrimisme dan tidak peduli dengan penyebab atar akar dari tumbuhnya ekstremisme itu sendiri.. ada beberapa faktor ektrimisme, khususnya ekstrimisme agama, antara lain: 1.Ketidak tahuan (ignorant) Pengalaman mengajarkan bahwa tumbuhnya kebencian, baik di dalam hubungan antar agama maupun intra agama, seringkali disebabkan oleh paham ekstrim yang terbangun di atas asas ketidak tahuan. Orang-orang Islam misalnya membenci orang lain, pada umumnya tidak pernah belajar tentang mereka atau bahkan memang tidak tahu meraka sama sekali. Namun demikian di atas ketidak tahuan itu mereka membangun berbagai hipotesis atau ausmsi-asumsi yang tidak pernah dan tidak mau diklarifikasi.
Sebagai contoh ekstrim ambillah misalnya hubungan Muslim-Yahdui. Sejak pertama kali Rasulullah SAW tiba di Madinah, interaksi positif antara Rasulullah SAW dan komunitas cukup harmonis. Rasulullah SAW membangun relasi dengan mereka secara baik, baik pada tataran individu maupun sosial. Rasulullah SAW secara pribadi dalam sejarah diketahi pernah meminjam uang dari seorang Yahudi. 2.Penyesatan media Beberapa tahun lalu ada 4 orang Muslim keturunan Gayana dan Trinidad yang ditangkap di kota New York. Tuduhannya karena mereka akan membom dua buah sinagog Yahudi di derah Riverdale, New York. Untuk menangkis tumbuhnya kesalah pahaman dan ketakutan kepada masyarakat Muslim saya mencoba meredam (damage control) dengan mengundang seorang Rabbi Yahudi ke masjid dan melakukan konferensi bersama mengutuk rencana jahat itu.Singkat cerita, konferensi pers itu memang dimuat oleh beberapa media, termasuk CBS. Tapi disayangkan hanya sekilas dan tidak menjadi “break in news” atau front page news di surat-surat kabar. Sebaliknya, dua hari setelah acara konferensi per situ ada seorang Imam masjid kecil di Peshawar, Pakistan memberikan ceramah dan mendukung rencana pemboman itu. Serentak semua media memberitakan bahwa Imam dan komunitas Muslim mendukung recana pemboman sinagog Yahudi di kota New York. Ketidak seimbangan berita tersebut menjadikan banyak juga orang-orang Amerika yang termakan, khususnya di kota New York. Diakui atau tidak, menaiknya sentiment anti Islam atau Islamophobia memang seringkali dipicu oleh pemberitaan media yang tidak imbang itu. 3.Generalisasi sejarah ketika Islam masuk ke Andalusia terjadi dengan peperangan dahsyat. Lalu padahal Islam masuk ke Indonesia tanpa peperangan dan kekerasan. Dan hingga kini Indonesia menjadi saksi hidup sebagai negara Muslim terbesar di dunia.Generalisasi sejarah ini seringkali menyulut kebencian, atau minimal kecurigaan yang besar terhadap orang lain. Sekaligus menumbuhkan paham dan sikap ekstrim sebagai akibat dari kecurigaan itu. Mungkin contoh terdekat adalah serangan 9/11 yang oleh sebagian kecil orang-orang Amerika dijadikan sejarah umum bahwa kejadian itu menjadikan mereka harus berhati-hati dengan orang Islam. 4.Terabaikannya keadilan Irak misalnya, bertahun-tahun hidup dalam kegemilangan perekonomian sebagai produsen minyak terbesar kedua setelah Saudi Arabia. Tetapi Saddam Husain yang diberikan kesempatan tersebut justeru dipakai untuk membangun kezaliman-kezaliman terhadap mereka yang dianggap lawan-lawan politiknya. Akhirnya kita menyaksikan apa yang terjadi.Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa ekstrimisme tidak dapat dilepaskan dari
hilangnya rasa keadilan dalam masyakarat. Keadilan adalah kehidupan dan kehidupan tidak dapat dibeli dengan uang. Ada penguasa yang mencoba meredam kebebasan rakyatnya dengan memberikan kompensasi keuangan yang cukup besar. Tapi sekali lagi keadilan tidak dapat sekedar diukur dengan uang atau ekonomi. 5.Kemiskinan Melihat kepada kejadian-kejadian ekstrim dan terror, pada umumnya terjadi atau tepatnya dilakukan oleh orang-orang yang secara ekonomi terbelakang. Ambillah misalnya bom Bali. Pelakunya adalah anak-anak desa yang memang dikenal secara ekonomi sangat terbelakang. 6.Politisasi agama Ketika masyarakat Muslim New York akan mendirikan Islamic Center dua blok dari Ground
Zero.
Proyek
tersebut
dimulai
Desember
2009
dan
tidak
ada
yang
mempermasalahkan. Tapi ketika aka nada pemilihan gubernur New York, salah seorang calon dari Republikan menjadikannya sebagai alat kampanye. Dikampanyekan bahwa Islamic Center tersebut akan menjadi simbol kemenangan Islam atas Amerika. Tujuannya adalah membakar sentiment masyarakat New York agar marah kepada komunitas Muslim dengan harapan dia akan dilihat sebagai pahlawan. 7.Interpretasi teks-teks agama Pemahaman teks-teks agama memang seringkali dan sebenarnya boleh jadi faktor yang paling berbahaya dalam menumbuh suburkan ektrimisme. Bahayanya adalah karena pemahaman ini terkadang dianggap ‘absolut’ sehingga apapun akan dibela bahkan dengan tetesan darah. Sebaliknya menjadi sangat mudah menuduh mereka yang berseberangan sebagai “keluar” dari rumah Islam atau kafir karena berbeda pendapat.
4.3 Latar Belakang Paham Terorisme
islam dan teroris merupakan dua kata yang berlawanan dan tidak bisa disamakan. Islam merupakan agama monoteis yang menuntut kepatuhan total kepada Tuhan. Islam adalah berarti kedamaian (salam), kebaikan, dan keselamatan.. Sedangkan terorisme, meski memiliki banyak definisi, merupakan tindakan kekerasan terencana dan bermotivasi politik yang dilakukan terhadap orang-orang tak bersenjata atau penduduk sipil. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang kadang tidak dipahami oleh orang tertentu cukup dijadikan alasan untuk melakukan teror. Berikut ini adalah potensi-potensi terorisme tersebut :
Terorisme yang dilakukan oleh negara lain di daerah perbatasan Indonesia. Beberapa kali negara lain melakukan pelanggaran masuk ke wilayah Indonesia dengan menggunakan alatalat perang sebenarnya adalah bentuk terorisme. Lebih berbahaya lagi seandainya negara di tetangga sebelah melakukan terorisme dengan memanfaatkan warga Indonesia yang tinggal di perbatasan dan kurang diperhatikan oleh negera. Nasionalisme yang kurang dan tuntutan kebutuhan ekonomi bisa dengan mudah orang diatur untuk melakukan teror . Terorisme yang dilakukan oleh warga negara yang tidak puas atas kebijakan negara. Misalnya bentuk-bentuk teror di Papua yang dilakukan oleh OPM. Tuntutan merdeka mereka ditarbelakangi keinginan untuk mengelola wilayah sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Perhatian pemerintah yang dianggap kurang menjadi alasan bahwa kemerdekaan harus mereka capai demi kesejahteraan masyarakat. Terorisme jenis ini juga berbahaya, dan secara khusus teror dilakukan kepada aparat keamanan. Terorisme yang dilakukan oleh organisasi dengan dogma dan ideologi tertentu. Pemikiran sempit dan pendek bahwa ideologi dan dogma yang berbeda perlu ditumpas menjadi latar belakang terorisme. Bom bunuh diri, atau aksi kekerasan yang terjadi di Jakarta sudah membuktikan bahwa ideologi dapat dipertentangkan secara brutal. Pelaku terorisme ini biasanya menjadikan orang asing dan pemeluk agama lain sebagai sasaran. Teror yang dilakukan oleh masyarakat kepada dunia usaha, beberapa demonstrasi oleh masyarakat yang ditunggangi oleh provokator terjadi secara anarkis dan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan. Terlepas dari siapa yang salah, tetapi budaya kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat adalah suatu bentuk teror yang mereka pelajari dari kejadian-kejadian yang sudah terjadi. Adapun faktor-faktor yang mendorong terbentuknya terorisme: 1.
Faktor ekonomi Kita dapat menarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi merupakan motif utama bagi para
terorisme dalam menjalankan misi mereka. Keadaan yang semakin tidak menentu dan kehidupan sehari-hari yang membikin resah orang untuk melakukan apa saja. Dengan seperti ini pemerintah harus bekerja keras untuk merumuskan rehabilitasi masyarakatnya. Kemiskinan membuat orang gerah untuk berbuat yang tidak selayaknya diperbuat seperti; membunuh, mengancam orang, bunuh diri, dan sebagainya. 2. Faktor sosial Orang-orang yang mempunyai pikiran keras di mana di situ terdapat suatu kelompok garis keras yang bersatu mendirikan Tanzim al-Qaidah Aceh. Dalam keseharian hidup yang kita jalani terdapat pranata social yang membentuk pribadi kita menjadi sama. Situasi ini
sangat menentukan kepribadian seseorang dalam melakukan setiap kegiatan yang dilakukan. Sistem social yang dibentuk oleh kelompok radikal atau garis keras membuat semua orang yang mempunyai tujuan sama dengannya bisa mudah berkomunikasi dan bergabung dalam garis keras atau radikal. 3. Faktor Ideologi Faktor ini yang menjadikan seseorang yakin dengan apa yang diperbuatnya. Perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan dengan apa yang sudah disepakati dari awal dalam perjanjiannya. Dalam setiap kelompok mempunyai misi dan visi masing-masing yang tidak terlepas dengan ideologinya. Dalam hal ini terorisme yang ada di Indonesia dengan keyakinannya yang berdasarkan Jihad yang mereka miliki.
5.
Contoh paham radikalisme ,ekstrim dan terorisme internasional dan domestik 5.1 contoh paham radikalisme
Internasional
ISIS disebut sebagai gerakan atau kelompok ekstremis radikal karena tindakan yang dilakukannya sangat sadis, salah satunya dengan memenggal kepala korbannya. ISIS mengikuti ekstrem anti-Barat, mempromosikan kekerasan agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya sebagai kafir dan murtad Oleh karena cara yang dilakukannya radikal dan biadab, ISIS menjadi perhatian khusus masyarakat internasional. Bukan hanya karena jumlah korbannya telah mencapai ribuan, namun juga karena kelompok tersebut terus melakukan ekspansi dan menduduki wilayah-wilayah di Irak dan Suriah. Serta, menimbulkan teror bagi masyarakat internasional karena korban yang dipenggal acap kali ditampilkan lewat media sosial. Mereka tidak peduli siapa pun korbannya, baik warga sipil, anak-anak dan perempuan, militer serta jurnalis. September 2014 sekitar 9.347 warga sipil tewas di tangan ISIS. Berdasarkan data PBB, pada Juni 2014 ISIS juga membantai sekitar 1.500 tentara Irak dan petugas keamanan dari bekas markas militer AS (Reuters.com 2014). ISIS juga menjadikan ratusan gadis sebagai budak seks, merekrut anak-anak sebagai pasukan, melakukan penculikan dan pemerkosaan, penjarahan, perusakan fasilitas publik, serta berbagai bentuk kekerasan dan tindakan radikal. Beberapa negara, termasuk PBB, kemudian menyebutnya sebagai organisasi teroris yang mengancam keamanan dunia.
Atas dasar itu, pada 15 September 2014, sebanyak 40 negara, termasuk sepuluh negaranegara Arab, bertemu di Paris untuk membahas strategi melumpuhkan ISIS yang dipandang telah melakukan kejahatan kemanusiaan dan mengancam dunia internasional. Hasilnya, pasukan koalisi internasional yang dipimpin AS bersama beberapa negara kemudian melancarkan serangan militer terhadap ISIS. Begitu juga PBB, menjadikan ISIS sebagai pembahasan di Sidang Umum maupun Sidang Dewan Keamanan PBB, yang melahirkan misalnya resolusi terkait ISIS sebagai organisasi teroris dan resolusi pejuang asing.
Domestic
a. Jamaah Salafi (Bandung) Di Bandung, Abu Haedar adalah tokoh utama salafi, Gerakan salafi dipengaruhi oleh gerakan Wahabi di Saudi Arabia. Muhammad Bin Abdul Wahab adalah pendiri Wahabi yang berusaha mengubah wajah Islam sebelumnya agar sesuai dengan yang dipraktekkan oleh Nabi. salafi berusaha melakukan purifikasi, karena Islam yang ada dianggap terkotori oleh pengaruh atau praktek dan pemikiran yang tidak berasal dari sahabat Nabi. Karena itulah, mereka dalam hal ini selalu menolak pemikiran-pemikiran baru yang datang dari ulama atau intelektual Islam lain selain kelompok mereka.misalnya, berbeda pendapat dengan apa yang dilakukan oleh kelompok Islam lain yang menghancurkan beberapa tempat yang dianggap maksiat.
b.Front Pemuda Islam Surakarta (FPIS) Di Surakarta, gerakan radikal Islam pernah muncul di zaman Orde Baru.
tokoh utama
gerakan tersebut adalah Abu Bakar Basyir yang harus menyingkir ke negara tetangga. Konflik Ambon tahun 1999 merupakan faktor pendorong munculnya gerakan ini karena terjadinya pembantaian umat Islam oleh kalangan Kristiani di Ambon. Dengan prinsipnya untuk amar ma'ruf nahi munkar, FPIS telah tampil sebagai kelompk yang lebih "berani" dibandingkan dengan organisasi lain yang ada di Surakarta, tampilan FPIS dengan kegiatannya untuk melawan kemaksiatan telah memberi kesan bahwa organisasi ini radikal. Pandangan awam seperti ini terdukung oleh penampilan keseharian FPIS yang biasa menggunakan baju putih dengan sorban dan jidat berwarna hitam serta jenggot bergelajut di wajah mereka, suatu stereotip yang biasanya melekat pada kaum fundamentalis garis keras.Kalangan pemimpin maupun pendukung FPIS, misalnya, merespon dan bahkan mengecam Abdurahman Wahid, sebagai presiden RI yang dinilai "anti" formalisasi syariat Islam seperti dia perlihatkan melalui ketidaksetujannya terhadap Piagam Jakarta. Dukungan FPIS terhadap Piagam Jakarta karena dalam piagam tersebut
c.
Front Pembela Islam (FPI) Kelahiran FPI secara resmi dideklarasikan pada tanggal 17 agustus 1998 di Pondok Pesantren Al Umm, Cempaka Putih, Ciputat. Organisasi ini sejak pertama kali dideklarasikan hingga saat ini dipimpin oleh seorang habieb yang masih cukup muda, yaitu Habieb Muhammad Rizieq Shihab. Dasar berdirinya FPI sendiri menurut Habieb Rizieq lebih dilatari oleh keprihatinan terhadap semakin maraknya tindak kemaksiatan dan pornografi. Sementara aparat keamanan yang semestinya memberantas berbagai macam kemaksiatan tersebut seperti tidak berdaya dan bahkan membiarkan begitu saja.
e.
Majelis Mujahidin Indonesia Lahir pada masa transisi politik, dan kemudian banyak menyita perhatian. MMI ini di deklarasikan melalui sebuah kongres yang cukup meriah pada tanggal 5-6 agustus 2002 di Yogyakarta. Yang melatar belakangi diadakanya kongres ini adalah diilhami sebuah semangat untuk mendzahirkan syariah ilahi dan dilatari oleh kesadaran akan pentingnya menyelaraskan langkah perjuangan utnuk menuntaskan persoalan krisis dan krusial keumatan maupun kemanusiaan, yaitu tegaknya syariah Islam. Konsolidasi
yang
dilakukan
para
aktivis
kelompok
radikal
yang
mempelopori
terselenggaranya Kongres Mujahidin itu sendiri sebenarnya dalam prosesnya telah berlangsung cukup lama. Para aktivis MMI, terutama beberapa kelompok mudanya, telah merintis beberapa langkah konsolidasi untuk menyatukan beberapa elemen Islam, terutama mereka yang berasal dari kubu Darul Islam semenjak tahun 1993. Seiring saat keluarnya beberapa tahanan politik Darul Islam. Kelompok pemuda bekas tahanan inilah yang menggagas betemunya para tokoh Islam radikal di Jogjakarta tersebut.
f.
Hizbut Tahrir Indonesia Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik Islam yang didirikan oleh Taqiyuddin An-Nabhany di Al-Quds, Palestina pada tahun 1952. Kegiatan utama partai ini adalah politik dan berideologi Islam. Hizbut Tahrir bercita-cita membangun tatanan masyarakat dan sistem politik berdasarkan akidah Islam. Islam harus menjadi tata aturan kemasyarakatan dan menjadi dasar konstitusi dan undang-undang. Hizbut Tahrir juga berniat membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di seluruh dunia melalui ini Hizbut Tahrir berkeyakinan bahwa hukum Islam dapat di berlakukan.
5.2 contoh paham ekstrim
internasional
1. Kelompok Teroris di Amerika Serikat
·
Kelompok Patriot/ neo Nazi (berjumlah 5 -12 juta orang) : yang terlalu bangga dengan ras kulit putih, memandang kelompok miskin sebagai akibat dari adanya imigran dan ras kulit hitam. Mereka mengkambing-hitamkan imigran dan ras kulit hitam sebagai penyebab kemiskinannya.
·
Kelompok Identitas Kristen: yang menganggap Kristen sebagai agama yang paling benar.
2. Kasus ekstrimisme di Australia One Nation Party (kulit putih) Musuh utamanya lebih cenderung imigran (Asia) daripada kulit hitam, karena kulit hitam di Australia relative sedikit.
domestic
Pemberontakan di Aceh berada dalam GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang didirikan tahun 1976 oleh Hasan Tiro. Aspirasi rakyat Aceh yang dinilai tidak terwadahi dalam pembentukan NKRI, menjadi dasar gerakan ini untuk memisahkan diri dari Indonesia. GAM pernah mendapat represi langsung dari pemerintah NKRI yang dipimpin oleh presiden Soeharto pada saat itu, yang membuat Aceh menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Hal ini semakin menambah simpati kelompok-kelompok internasional terhadap GAM. Libya pernah menjadi trainer dan disinyalir mempunyai relasi yang kuat dengan kelompok-kelompok pemberontak Asia Tenggara lainnya. Malaysia pernah disebut-sebut turut mendanai gerakan ini, namun hal ini disangkal oleh pemerintah malaysia. Namun jelas diketahui bahwa kelompok di Thailand Selatan membantu pendanaannya lewat pasar gelap dengan Kamboja. Karakteristik gerakan GAM berfokus pada organisasi seperti negara yang dilengkapi dengan angkatan bersenjata. Setelah peristiwa 11 September, GAM kembali menekankan bahwa konfrontasi yang dilakukannya adalah dengan negara indonesia, bukan perang agama. Namun hal ini telah mempunyai titik terang, dengan dilakukannya penandatanganan gencatan senjata antara pemerintah Indonesia dan GAM pada tahun 2000 di Helsinkin Finlandia.
5.3 Contoh Paham Terorisme
Internasional
1.Kelompok Al Qaeda pada 11 September 2011 meluncurkan serangan teroris terdahsyatnya pada Amerika Serikat (AS) yang menewaskan sekira 2.996 jiwa. Sejak peristiwa runtuhnya menara kembar World Trade Centre di AS, muncul serangkaian aksi teror lainnya yang memakan jumlah korban tewas yang luar biasa. 2.Serangan Bom di Istanbul
Pada 15 November hingga 20 November 2003, sebanyak empat truk bom meledak di sekitar Kota Istanbul, Turki. Serangan itu menewaskan total 57 orang dan 700 lainnya mengalami luka serius. Pemerintah Turki meyakini militan Al Qaeda berada dibalik serangan itu. 3.Penyanderaan Murid dan Guru di Beslan Sebuah kelompok bersenjata separatis Islam dilaporkan menyandera 777 anak sekolah di Beslan, Rusia. 4.Bom di London Pada 7 Juli 2005, Kota London, Inggris, digemparkan oleh aksi bom bunuh diri yang terjadi di jaringan transportasi umum di London. Korban jiwa dilaporkan mencapai 56 orang, dan 700 orang lainnya mengalami luka serius. 5.Bom di Karachi Pada 18 Oktober 2007, 139 orang terbunuh dalam serangan bom mobil di Kota Karachi, Pakistan. Militan Al Qaeda dan Taliban diyakini bertanggung jawab atas serangan itu. 6.Serangan di Mumbai, India Pada 26 November 2008, serangkaian serangan teroris terkoordinasi terjadi serentak di sejumlah tempat di sekitar Kota Mumbai, India. Sedikitnya 188 orang dilaporkan tewas dalam serangkaian aksi peledakan, penembakan, dan penyanderaan oleh sebuah kelompok yang menamakan dirinya ‘Lashkar e Taiba’. 7.Serangan Boko Haram di Nigeria Lebih dari 5.000 orang telah terbunuh akibat serangan teror yang diluncurkan pejuang Boko Haram sejak 2009 hingga saat ini. 8.Pembunuhan Masal di Sekolah Peshawar Pada 16 Desember 2014, lebih dari 145 orang, termasuk 132 anak sekolah berusia antara delapan sampai 18 tahun, dan beberapa orang karyawan di sekolah, dibunuh secara masal di sebuah sekolah di Kota Peshawar, Pakistan. Serangan itu dilakukan tujuh pria bersenjata yang diyakini merupakan militan Taliban Pakistan. 9.Pembunuhan di Assam Pada 23 Desember 2014, lebih dari 85 orang, termasuk 20 anak, dibunuh di wilayah Assam, India, dalam serangkaian serangan teroris di distrik Kokrajhar, Sonitpur, dan Chirang. Serangan itu diduga dilakukan oleh militan Front Demokrasi Nasional Bodoland. 10.Serangan ISIS Kelompok militan ISIS telah membunuh ribuan orang menggunakan banyak serangan bom saat berupaya menguasai seluruh wilayah Suriah dan Irak. Bahkan kelompok ekstremis ini
telah melebarkan sayapnya dengan mencoba menguasai banyak wilayah seperti Mesir, Libya, Nigeria, dan Somalia
Domestic
Aksi-aksi terorisme di Indonesia yang paling menonjol : 2. 1981
Teroris menyamar sebagai penumpang dan membajak pesawat DC-9 Woyla milik maskapai Garuda Indonesia pada 28 Maret 2081. Teroris bersenjata senapan mesin, granat dan mengaku sebagai Komando Jihad.
2. 2000
Bom meledak di lantai parker P2 gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), pada 13 September 2000. Sebanyak 10 orang tewas, 90 lainnya luka-luka dan 104 mobil rusak berat.
Serangkaian ledakan pada malan Natal, 24 Desember 2000 di beberapa kota Indonesia. Sebanyak 16 orang tewas.
3. 2001
Bom meledak di Gereja Santa Anna dan HKBP kawasan Kalimalang, Jakarta Timur pada 22 Juli 2001. Korban 5 orang tewas.
Bom meledak di Plaza Atrium, Senen, Jakarta pada 23 September 2001. Korban 6 orang luka-luka.
4. 2002
Dua ledakan bom terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Secara bersamaan bom juga meledak di Konsulat Amerika Serikat. Aksi tersebut kemudian dikenal sebagai Bom Bali I yang menewaskan 202 orang dan melukai ratusan orang lainnya. Korban sebagian besar warga negara asing
5. 2003
Ledakan dahsyat mengguncang hotel JW Marriott Jakarta pada 5 Agustus 2003. Sebanyak 11 orang tewas dan 152 lainnya luka-luka.
6. 2004
Ledakan bom yang disimpan di dalam sebuah mobil box menghancurkan sebagian kantor Kedubes Australia di Jakarta pada 9 September 2004. Korban 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
7. 2005
Bom meledak di pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah pada 28 Mei 2005. Aksi tersebut menewaskan sedikitnya 20 orang.
Bom kembali meledak di Bali pada 5 Oktober 2005. Terjadi di kawasan Kuta dan Jimbaran yang mengakibatkan korban 22 orang tewas. Aksi tersebut kemudian dikenal dengan Bom Bali II.
8. 2009
Dua ledakan bom mengguncang hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta pada 17 Juli 2009. Ledakan menewaskan 9 orang dan melukai lebih dari 50 orang. Dikenal sebagai Bom Mega Kuningan 2009.
9. 2010
Terjadi sejumlah penembakan warga sipil di Aceh. Jaringan teroris pimpinan Abu Tholud melakukan pelatihan militer di pegunungan Janto Aceh Besar.
Terjadi perampokan bank CIMB Niaga Medan pada September 2010, pelaku adalah kelompok jaringan Medan.
10. 2011
Ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon pada 11 April 2011. Bom menewaskan M. Syarif pelaku bom bunuh diri dan melukai 25 orang lainnya termasuk Kapolresta Cirebon.
Bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah menewaskan pelaku Ahmad Hayat dan melukai 22 orang lainnya.
11. 2012
Pelemparan granat dan penembakan terjadi di sejumlah pos polisi pengamanan Lebaran di solo pada 17, 19 dan 30 September 2012. Korban 1 polisi tewas dan dua polisi luka-luka. Pelaku teror adalah kelompok Farhan.
Pada 31 September 2012 malam penyergapan dilakukan di Jalan Veteran menewaskan teroris Muchsin dan Farhan. Dalam penyergapan itu satu anggota Densus 88 Polri tewas.
Tiga anggota Brimob Polda Sulteng ditembak kelompok bersenjata di kawasan Tambarana, Poso pada 20 Desember 2012. Sebelumnya pada Oktober 2012 dua anggota Polres Poso ditemukan tewas dibunuh di hutan Tamanjeka, Poso.
12. 2013
Polisi melakukan serangkaian penangkapan teroris, mulai dari Jakarta, Depok, Bandung, Kendal dan Kebumen. Kelompok yang berhasil dibongkar jaringannya adalah kelompok Thoriq, Farhan, Hasmi, Abu Roban (Mujahidin Indonesia Barat) serta sejumlah perampokan bank dan toko emas di berbagai tempat di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah yang terkait
juga kelompok Santoso (Mujahidin Indonesia Timur) di Poso. Sejumlah teroris tewas dan berhasil ditahan.
Polisi berhasil menembak mati 7 teroris dan menangkap13 teroris lainnya dalam penyergapan di Jakarta, Bandung, Kendal dan Kebumen yang berlangsung selama dua hari tanggal 8-9 Mei 2013.
Polisi melakukan penyergapan yang menewaskan 6 teroris kelompok Dayat di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada 31 Desember 2013.
6.Sejarah Perkembangan Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme 6.1.Sejarah perkembangan paham radikalisme
Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan tantangan baru bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalismeIslam ini sebenarnya sudah lama mencuat di permukaan wacanainternasional. Radikalisme Islam sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia6. Banyak label label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk menyebut gerakan Islam radikal, dari sebutan kelompok garis keras, ekstrimis, militan, Islam kanan, fundamentalisme sampai terrorisme. Bahkan di negara-negara Barat pasca hancurnya ideology komunisme (pasca perang dingin) memandang Islam sebagai sebuah gerakan dari peradaban yang menakutkan. Tidak ada gejolak politik yang lebih ditakuti melebihi bangkitnya gerakan Islam yang diberinya label sebagai radikalisme Islam. Tuduhan-tudujan dan propaganda Barat atas Islam sebagai agama yang menopang gerakan radikalisme telah menjadi retorika internasional. Label radikalisme bagi gerakan Islam yang menentang Barat dan sekutu-sekutunya dengan sengaja dijadikan komoditi politik. Gerakan perlawanan rakyat Palestina, Revolusi Islam Iran, Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang dipertunjukkan Mu’ammar Ghadafi ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam di Mindanao Selatan, gerakan masyarakat Muslim Sudan yang anti-AS, merebaknya solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara yang tertindas dan sebagainya, adalah fenomena yang dijadikan media Barat dalam mengkapanyekan label radikalisme Islam.Tetapi memang tidak bisa dibantah bahwa dalam perjalanan sejarahnya terdapat kelompok-kelompok Islam tertentu yang menggunakan jalan
kekerasan untuk mencapai tujuan politis atau mempertahankan paham keagamaannya secara kaku yang dalam bahasa peradaban global sering disebut kaum radikalisme Islam. Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Ahmad Bagja, radikalisme muncul karena ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat. Kondisi tersebut bisa saja disebabkan oleh negara maupun kelompok lain yang berbeda paham, juga keyakinan. Pihak yang merasa diperlakukan secara tidak adil, lalu melakukan perlawanan. Radikalisme tak jarang menjadi pilihan bagi sebagian kalangan umat Islam untuk merespons sebuah keadaan. Bagi mereka, radikalisme merupakan sebuah pilihan untuk menyelesaikan masalah. Namun sebagian kalangan lainnya, menentang radikalisme dalam bentuk apapun. Sebab mereka meyakini radikalisme justru tak menyelesaikan apapun. Bahkan akan melahirkan masalah lain yang memiliki dampak berkepanjangan. Lebih jauh lagi, radikalisme justru akan menjadikan citra Islam sebagai agama yang tidak toleran dan sarat kekerasan. Cendekiawan Muslim, Nazaruddin Umar, mengatakan radikalisme sebenarnya tak ada dalam sejarah Islam. Sebab selama ini Islam tak menggunakan radikalisme untuk berinteraksi dengan dunia lain. ‘’Dalam sejarahnya, Nabi selalu mengajarkan umatnya untuk bersikap lemah lembut,’’ tegasnya. Ini berarti, jelas Nazaruddin, bahwa penyebaran ajaran Islam yang diemban oleh Nabi Muhammad dilakukan dengan cara yang santun dan lemah lembut. Nabi mengajarkan untuk memberikan penghormatan kepada orang lain meski mereka adalah orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Nazaruddin menambahkan bahwa ajaran Islam yang masuk ke Indonesia juga dibawa dengan cara yang sangat damai. Pun penyebaran Islam yang terjadi di Negara lainnya. Ini sangat berbeda dengan negara-negara lain, terutama imperialis. 6.2 sejarah perkembangan pahan ekstrim
Paham ekstrem. Pertama, aliran ekstrim. Di antara tokoh adalah Jahm bin Shofwan dengan pendaptnya adalah bahwa manusia tidak mempu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih dikenal dibandingkan dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga dan nerka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah. Sedangkan iman dalam pengertianya adalah ma'rifat atau membenarkan dengan hati, dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan oleh kaum Murjiah. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat, dan
Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan indera mata di akherat kelak. aAliran ini dikenal juga dengan nama al-Jahmiyyah atau Jabariyah Khalisah. Ja'ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokok dari Jabariyah adalah Alquran adalah makhluk dan sesuatu yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada Allah. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat dan mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal Dengan demikian ajaran Jabariyah yang ekstrim mengatakan bahwa manusia lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimilki oleh paham Qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari scenario dan kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah. Selanjutnya ada aliran terorisme.
6.3 sejarah perkembangan paham terorisme
Terorisme berkembang sejak berabad lampau, ditandai dengan bentuk kejahatan murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk fanatisme aliran kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang dilakukan secara perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap penguasa yang dianggap sebagai tiran. Pembunuhan terhadap individu ini sudah dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari Terorisme dengan mengacu pada sejarah Terorisme modern.Meski istilahTerordan Terorismebaru mulai populer abad ke-18, namun fenomena yang ditujukannya bukanlah baru. Menurut Grant Wardlaw dalam buku Political Terrorism (1982), manifestasi Terorisme sistematis muncul sebelum Revolusi Perancis, tetapi baru mencolok sejak paruh kedua abad ke-19. Dalam suplemen kamus yang dikeluarkan Akademi Perancis tahun 1798, terorisme lebih diartikan sebagai sistem rezim teror. Kata Terorisme berasal dari Bahasa Perancis le terreuryang semula dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata Terorisme dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata Terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut
tindakan
kekerasan
oleh
pemerintah
maupun
kegiatan
yang
anti
pemerintah.Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan dunia.Pada pertengahan abad ke-19, Terorisme mulai banyak dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme
adalah cara yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial, dengan cara membunuh orang-orang yang berpengaruh.Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi terorisme Armeniamelawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi Terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi.Bentuk pertama Terorisme, terjadi sebelum Perang Dunia II, Terorisme dilakukan dengan cara pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah. Bentuk kedua Terorisme dimulai di Aljazair pada tahun 50an, dilakukan oleh FLN yang memopulerkan “serangan yang bersifat acak” terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan apa yang disebut sebagai Terorisme negara oleh Algerian Nationalist. Pembunuhan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan. Bentuk ketiga Terorisme muncul pada tahun 60an dan terkenal dengan istilah “Terorisme Media”, berupa serangan acak terhadap siapa saja untuk tujuan publisitas.
7. Sikap Mahasiswa Terhadap Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme Cara kita menghadapi aliran-aliran ini yaitu Perlu diadakan pembinaan yang baik melalui pendidikan untuk mengantisipasi masuknya pahan radikalisme. Banyak penduduk Indonesia yang berusia muda dan bila tidak dilakukkan pembinaan yang positf bisa membahayakan. Faktor yang bisa menimbulkan radikalisme yaitu emosi keagamaan atau solidaritas keagamaan dan berbahaya bila melekat pada orang yang pengetahuan agamanya minim. Radikalisme bisa melibatkan semua agama, namun selama ini yang dikenal sebagai radikal adalah umat Islam. Waspadai setiap ada ajaran dan ajakan yang mencurigakan seperti umbroh gratis, berjihad, janji-janji kehidupaan yang lebih baik, ajakan yang mengharuskan menggunakan cadar. Cara merekrut anggota mendekati kelompok atau organisasi yang se-aliran dan ekonomi pas-pasan, mencari orang dikampung yang militan dan mengisahkan perjuangan dan mengiming imingi jihad. Untuk itu, mengharapkan adanya kebersamaan semua elemen masyarakat khususnya para tokoh agama untuk bersatu Apabila ada organisasi mengganggu ketertiban umum, memecah belah umat dan NKRI, bertentangan dengan ideologi Pancasila, maka Pemerintah harus campur tangan. Pemerintah untuk tidak sekadar berwacana dalam menangkal perkembangan ISIS di Indonesia, namun harus berupa tindakan reaktif cepat dan tepat sasaran. Pemerintah agar menegakan undang-undang terorisme secara maksimal sehingga terorisme tidak berkembang di Indonesia. Ada 3 komponen yang berperan penting terhadap situasi suatu negara, yaitu
agama, ekonomi dan politik. ISIS kegiatannya dapat dikategorikan sebagai terorisme dimana terdapat suatu ancaman, kekerasan dan mengambil hak asasi manusia. Untuk itu, bangsa Indonesia harus bekerjasama menentang dan melawan untuk meminimalisir dampak dari ISIS serta mendorong pemerintah untuk mencoba mengurai potret kemunculan ISIS dengan mencoba membatasi potensi-potensi perkembangan ISIS dari luar, yakni dengan cara membentengi rumah tangga dari paham-paham yang tidak dibenarkan oleh agama. Salah satunya bentengi rumah tangga dengan pemahaman sesuai ajaran Islam melalui pengajian, melalui pendekatan anak dengan orangtua, dan melalui diskusi-diskusi. Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran penting dalam mencegah radikalisme. Yang tidak kurang kalah penting adalah revitalisasi lembaga, badan, dan organisasi kemahasiswaan intra maupun ekstra kampus. Organisasi-organisasi yang ada di kampus memegang peranan penting untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme ini melalui pemahaman keagamaan dan kebangsaan yang komprehensif dan kaya makna. Disini peran mahasiswa dalam mencegah paham radikal berkembang. Keanggotaan dan aktivisme organisasi merupakan faktor penting untuk mencegah terjerumusnya seseorang ke dalam gerakan radikal yang ekstrem. Sebaliknya terdapat gejala kuat para mahasiswa yang non aktivis dan kutu buku sangat mudah terkesima sehingga segera dapat mengalami cuci otak dan indoktrinasi pemikiran radikal dan ekstrem. Mereka cenderung naïf dan polos karena tidak terbiasa berpikir analitis, kritis, seperti lazimnya dalam kehidupan dunia aktivis. Menggalakkan propaganda anti radikalisme seharusnya menjadi salah satu agenda utama untuk memerangi gerakan radikalisme dari dalam kampus. Peran itu menjadi semakin penting karena organisasi mempunyai banyak jaringan dan pengikut sehingga akan memudahkan propaganda-propaganda kepada kader-kadernya. Jika ini dilaksanakan dengan konsisten, maka pelan tapi pasti gerakan radikalisme bisa dicegah tanpa harus menggunakan tindakan represif yang akan banyak memakan korban dan biaya. Perlu langkah strategis, inovatif, terpadu, sistematis, serius, dan komprehensif. Yang diperlukan bukan hanya pendekatan keamanan dan ideologi, tetapi juga memerhatikan jaringan, modus operandi, dan raison d’entre gerakan ini. Perlu perpaduan langkah ideologis, program deradikalisasi melalui masyarakat sipil, serta pendekatan ekonomi dan sosial. Ini guna mencegah para mantan aktivis gerakan radikal dan teroris agar tak kembali pada komunitas lamanya. Program ”memanusiakan” ini, juga jadi salah salah satu prasyarat mencegah meluasnya aksi radikalisme dan terorisme (Noorhaidi Hasan, 2010).
Untuk menjalankan langkah itu, pemerintah harus berdiri di garda depan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap keamanan warga negaranya. Ketegasan dan keseriusan negara dalam melindungi warganya, menciptakan rasa aman, serta mencegah aksi kekerasan akibat radikalisme keagamaan ini menjadi amanah konstitusi yang mendesak dilakukan. Dalam hal ini, pemahaman kembali Pancasila sebagai pilar bangsa dan pilihan terhadap paham keagamaan yang toleran dan moderat harus menjadi agenda yang dipertimbangkan. Ketegasan negara dan dukungan masyarakat tentu akan jadi kekuatan strategis guna membendung proliferasi radikalisme keagamaan ini. Agar kita terhindar dari terorisme yang mengatas namakan organisasi keagamaan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan seperti : 1. pertama, jangan mudah percaya pada sembarang organisasi keagamaan, banyaklah bertanya tentang identitas organisasi keagamaan tersebut. 2. Kedua, organisasi haruslah tersebut cukup terbuka, dalam artian organisasi tersebut tidak menutup-nutupi diri dari masyarakat. 3. Yang ketiga, jangan mau jika organisasi tersebut meminta kita melakukan sesuatu yang terkesan aneh seperti meminta uang dalam jumlah besar, mengganti nama kita, atau memutus hubungan dengan keluarga. 4. Selanjutnya jangan tertipu penampilan yang alim atau kalem, karena belum tentu ajaranya benar. Biasanya organisasi keagamaan yang menyeleweng akan langsung membahas hal-hal yang berat seperti seperti permasalahan Negara atau tentang kekafiran. Namun kita juga tidak harus terlalu anti atau menghindari organisasi keagamaan, karena tidak semua organisasi keagamaan itu nyeleneh, banyak juga organisasi keagamaaan yang sangat bermanfaat.
8.Peran Mahasiswa Dalam Menghadapi Paham Radikalisme,Ekstrim Dan Terorisme
a. Gerakan mahasiswa berbasis wirausaha Banyak cara mengatasi persoalan ini, misalnya menyuburkan tradisi wirausaha. Menggalakkan seminar, workshop, dan diskusi wirausaha dapat menjadi alternatif gerakan perekonomian. Sehingga membantu percepatan mengatasi masalah ekonomi dan kesenjangan sosial artinya cara ini merupakan salah satu pencegahan adanya pemuda ikut dalam jaringan terorisme. Munculnya aktivitas mahasiswa berbasiskan wirausaha berpotensi membantu mengurangi angka pengangguran kaum intelektual dan pemikiran mahasiswa karena kurangnya pekerjaan sehingga dapat melarikan dia atau masuk dalam jaringan teroris.
Sehingga pascakampus, tidak hanya dilahirkan mahasiswa pengangguran.melainkan mahasiswa yang betul menjadi mahasiswa intelektual dan khususnya dapat memerangi masalah terorisme. b. Merubah pemikiran mahasiswa Mahasiswa harus memahami kembali hakikat dirinya bisa menjadi mahasiswa. Dilihat dari bentukan katanya, mahasiswa berasal dari dua kata, yaitu “maha” yang berati besar, dan “siswa” yang berarti orang yang belajar. Jadi, mahasiswa adalah pelajar yang mempunyai derajat paling tinggi dibandingkan dengan pelajar-pelajar lainnya. Oleh sebab itu, mahasiswa harus menggunakan akal dan hati nuraninya, dalam setiap mengatasi masalah yang ada. Sudah diketahui, bahwasannya mahasiswa adalah agent of social change, yaitu agen perubahan sosial. Mahasiswa sudah seharusnya menjadi pengawal perubahan tatanan masyarakat dalam kehidupan bernegara. Sehingga, tujuan untuk menciptakan mas yarakat adil dan makmur akan tercapai serta bebas dari aksi teror yang dilakukan oleh pemuda. Merubah pemikiran mahasiswa tidak segampang yang kita pikirkan. Maka dari itu kami hanya menunjukkan bagaimana mahasiswa memahami kembali hakikat dirinya. c. Mengadakan Komunitas belajar muslim (KBM) Terkhusus untuk mahasiswa muslim. Peran dalam pemberantasan terorisme ini bisa dilakukan dengan cara mengadakan komunitas belajar muslim sebut saja tarbiyah. Karena Banyaknya pelajar dan mahasiswa yang terjebak aliran sesat karena guru-guru agama lebih mementingkan pengetahua agama dari pada pendidikan agama yang membentuk prilaku anak didik. Tokoh pendidikan Dr. Arif Rahman, mengingatkan akibat pendidikan agama yang hanya sekedar memberi pengetahuan agama terhadap anak didik menyebabkan mereka rentan dengan ajaran yang bertentangan denga ajaran agama termasuk aliran sesat. “Ketika orang menemui banyak masalah, maka masalah yang dihadapinya itu tidak bisa dijawab oleh agamanya. Hal itu terjadi karena pendidikan agama yang diperolehnya hanya untuk mengetahui tentang agama, tidak membiasak an agama sebagai pemecah masalah,” ujarnya. Penyebab lain orang rentan tersusupi ajaran sesat karena tidak semua orang mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan kesulitan yang diahadapi. Karena itu, ketika dia menemui kesulitan dalam hidupnya, dia mencari jalan keluar pada hal-hal yang di luar aturan agama seperti masuk dalam jaringan terorisme padahal mereka tidak mengetahui ia akan masuk dalam jaringan itu, hal itu yang dilakukan para terorisme untuk mencari jaringannya. Mereka melakukannya secara bertahap mulai dari pengenalan hingga keakraban mereka sehingga banyak pemuda yang masuk dalam jaringan tersebut dan ditambah lagi pemikiran mahasiswa yang masih labil. Maka dari itu dengan adanya kelompok ini dapat
menggambarkan Islam dengan jelas. Tarbiyah memberikan gambaran Islam dengan benar (shahih) menyeluruh (syamil), sehingga menjadi Islam sebagai pedoman hidup (minhajul hayah)Islam benar dan menyeluruh pada semua aspek kehidupan, tidka hanya ritual, Islam tidak hanya mengatur akidah dan ibadah, mencakupp juga ideology, politik, ekonomi, budaya, dan masyarakat. Alloh SWT menciptakan manusia dengan aturan yang lengkap dan jelas. Karena itu Islam dijadikan pedoman hidup
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan Jadi dapat di simpulkan bahwa paham radikalisme, ekstrim dan terorisme sudah berkembang secara luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ketiga paham tersebut muncul di karenakan ketidak percayaan dan kepuasan terhadap kebijakan-kebikan yang di buat oleh pemerintah baik di dalam negeri maupun di luar negeri. paham ini menganganggap bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah tindakan yang benar padahal tindakan yang di lakukan oleh sekelompok yang menganut paham tersebut merupakan tindakan kekerasan yang sangat merugikan bagi warga sipil dan Negara. Adapun
usaha
atau
upaya
untuk
mengatasi
terjadinya
paham
radikalisme,ekstrim dan terorisme dengan diadakan pembinaan yang baik melalui pendidikan untuk mengantisipasi masuknya paham tersebut 3.2 Saran Seharusnya pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan dapat di sesuaikan dengan kondisi masyarakat serta dapat mengaplikasikan kebijakan dengan tepat sehingga dapat di percaya oleh masyarakat dan tidak menimbulkan munculnya paham radikalisme, ekstrim dan terorisme. Selain itu adapaun
upaya preventif yang tepat saat ini adalah dengan
merevitalisasi pendidikan agama dan akhlak disekolah, keluarga, maupun masyarakat.