LAPORAN PENDAHULUAN CHEPALGIA
Dosen Pembimbing : Ns. Faried Rahman Hidayat, S.Kep.,M.kep
Disusun Oleh : Erma Safitri, S. Kep 16.113082.5.0431
PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Cephalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik
( neurologi atau penyakit lain), respon stress,
vasodilatasi
(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart) Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap. Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit gigi atau mata, disfungdi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya. Walaupun lesi structural jarang ditemukan pada kebanyakan pasien yang mengalami cephalgia, keberadaan lesi tersebut tetap penting untuk diwaspadai. Sekitar satu pertiga pasien tumor otak, sebagai contoh, datang dengan keluhan utama sakit kepala. Intensitas, kualitas, dan lokasi nyeri – terutama durasi dari cephalgia dan keberadaan gejala neurologik terkait- dapat memberikan tanda penyebab. Migraine atau nyeri kepala tipe tegang biasanya dijelaskan sebagai sensasi berdenyut; sensasi tekanan juga umum terdapat pada nyeri kepala tipe tegang. Nyeri seperti tertusuk-tusuk menandakan penyebab neuritik; nyeri okuler dan periorbital menandakan terjadinya migraine atau nyeri kepala kluster, dan nyeri kepala persisten merupakan gejala tipikal dari massa intracranial. Nyeri okuler dan periokuler menandakan gangguan ophtalmologik, nyeri dengan sensasi terikat umum pada nyeri kepala tipe tegang. Pada pasien dengan sinusitis, mungkin didapatkan rasa nyeri pada kulit dan tulang sekitar. Cephalgia menandakan aktivasi dari serat afferent primer yang menginnervasi pembuluh darah cephalic, terutama pembuluh darah meningeal atau cerebral.Kebanakan serat nosiseptif yang menginnervasi struktur ini berasal dari neuron pseudounipolar yang
terletak dalam ganglia trigerminal (divisi pertama), walaupun beberapa lainna berasal dari dalam ganglia servikal bagian atas. Rangsangan yang mengaktivasi serat ini cukup bervariabel, mulai dari traksi mekanikal langsung akibat tumor sampai iritasi kimia yang disebabkan oleh infeksi SSP atau perdarahan subarachnoid. Pada pasien dengan gangguan cephalgia sekunder, sakit kepala berasal dari sumber struktur atau peradangan yang dapat teridentifikasi. Penanganan terhadap abnormalitas primer tersebut dapat mengakibatkan penyembuhan sakit kepala. Akan tetapi kebanyakan pasien dengan sakit kepala yang kronik memiliki gangguan cephalgia primer seperti migraine atau nyeri kepala tipe tegang, dimana pada keadaan ini pemeriksaan fisik dan laboratorium biasanya normal. Teori vasogenik yang mengatakan bahwa vasokonstriksi intracranial berperan terhadap terjadinya gejala aura migraine dan cephalgia terjadi akibat dilatasi “rebound” atau distensi pembuluh cranial dan aktivasi dari akson nosiseptif perivaskuler. Teori ini berdasarkan pengamatan dari adanya (1) Pelebaran pembuluh ekstrakranial dan denyut selama serangan migraine terjadi pada kebanyakan pasien, sehingga menandakan kemungkinan peranan penting dari pembuluh cranial; (2) Rangsangan pembuluh intracranial pada pasien yang terjada mengakibatkan sakit kepala ipsilateral; dan (3) Zat yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, seperti ergot alkaloid, ergot alkaloids, meringankan sakit kepala, sedangkan vasodilator seperti nitrat, dapat memicu serangan.2 Hipotesis lainnya yaitu teori neurogenik, yaitu mengidentifikasi otak sebagai pusat migraine dan menyatakan bahwa kemugkinan serangan migrain menandakan ambang nyeri intrinsic otak untuk tiap individu; perubahan vaskuler yang terjadi saat migraine merupakan akibat bukan penyebab dari serangan migraine. Dukungan dari hipotesis ini berdasar pada serangan migraine biasanya diikuti dengan beragam gejala fokal (pada aura) dan vegetatif (pada prodromal) yang tidak dapat dijelaskan secara sederhana dari terjadinya vasokonstriksi dalam distribusi tunggal neurovaskuler. Sepertinya elemen dari kedua teori ini telah dapat menjelaskan beberapa patofisiologi dasar dari migraine dan gangguan cephalgia primer lainnya. Pencitraan (i.e., magnetic resonance imaging [MRI] dan positron emission tomography [PET]) dan pemeriksaan
genetic yang mengkonfirmasi bahwa migraine dan cephalgia terkait merupakan gangguan dari neurovaskuler.
2. Klasifikasi
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut: a. Migren (dengan atau tanpa aura) b. Sakit kepala tegang c. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal d. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural. e. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala. f.
Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
g. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak) h. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat. i.
Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefali k.
j.
Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
k. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau
struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
l. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
3. Patofisiologi
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges
yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri. Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.
Pathway Trauma
Non trauma
Tumpul
Tajam
Ekstra kranial
Beban pikiran
Intra kranial
Stress psikologis
Jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)
Terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan -Perdarahan
↑hormon kortisol
-Perubahan outoregulasi
Gangguan suplai darah
Kejang
Penekanan jaringan
Vasokonstriksi pembuluh
Ketidakadekuatan suplai
darah otak
darah O2 ke otak
Perubahan sirkulasi CSS Hipoksia
Ketidakseimbangan
Gangguan pola
erfusi arin an
Peningkatan TIK
tidur
Ketidakseimbang
Mual – muntah, Papilodema, Pandangan kabur ,Penurunan fungsi
Girus medialis lobus
Nekrosis Jar. Otak Mesesenfalon
an nutrisi kurang dari kebutuhan
Resiko Jatuh
Kerusakan syaraf motorik Disfungsi batang otak
GgnFungsi Otak
Nyeri kepala (CHEPALGIA)
Gangg. kesadaran
4. Manifestasi Klinis a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase , yaitu:
4. Manifestasi Klinis a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga. Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase , yaitu:
1. Fase aura. Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing. Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO 2. 2. Fase sakit kepala Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
3. Fase pemulihan Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang. b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya. Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin. c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
5. Diagnostik
1.
CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2.
MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
3.
Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
7. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut b.d agen cidera neurologis b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan memasukkan / mencerna dan mengabsorbsi makanan c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasan kognitif. Diagnosa Keperawatan
Tujuan
1. Nyeri akut
NOC : Kontrol nyeri Setelah NIC : Manajemen nyeri
berhubungan
dengan
agen cidera fisik
Intervensi
dilakukan
tindakan
Aktifitas :
keperawatan selama 3 x 24
1.Monitor vital sign
jam nyeri pasien berkurang
2.Lakukan observasi terhadap
dengan indikator : - Klien
menyatakan
nyeri nyeri
berkurang/ hilang dengan skala 0
skala,
karakteristik, durasi, intensitas serta faktor pencetus nyeri. 3.Observasi respon non verbal
- Menggunakan teknik non farmakologi
klien 4.Berikan
- Menggunakan skala nyeri untuk
meliputi
lingkungan
yang
nyaman
mengidentifikasi
tingkat nyeri 2. Resiko
Setelah dilakukan tindakan Nutrition management
ketidakseimbangan
keperawatan selama 3x24 jam
nutrisi kurang dari
diharapkan
kebutuhan
meningkatkan
tubuh
berhubungan dengan
nutrisinya
ketidakmampuan
hasil:
memasukkan
pasien
dengan
/ Nutrition status
dapat status kriteria
1. Kaji
adanya
alergi
pada
makanan pada pasien . 2. Beri tambahan pemsukan zat hidrat
arang,protein
dan
vitamin c. 3. Pastikan
pemasukan
mencerna
dan
Intake
nutrisi
baik
mengabsorbsi
dngan proporsi yang
makanan
seimbang
Tingkat energi pasien
Nafsu
tinggi
untuk mencegah konstipasi.
cerah,bersih dan lembut. 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
makan
bertambah .
berserat
4. Beri makanan yang berwarna
meningkat
makanan
untuk menentukan jumlah kalori
Intake makanan dan
dan
nutrisi
yang
dibutuhkan klien.
cairan bertambah.
Tidak
terjadi
penurunan
berat
badan. 3. Gangguan Pola tidur b/d Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selam
…x24
Sleep enchanment(1850)
Monitor / laporkan pola
jam, diharapkan pasien dapat
tdur pasien dan jumlah
meningkatkan kualitas tidur
waktu tidur.
dengan criteria hasil :
Sleep (0004)
Berikan
kenyamanan
seperti
pijatan,
Pasien tidur 7-8 jam
pergantian
sehari
sentuhan afektif.
Pasien
dapat
tidur
dengan nyenyak(tidak
posisi
dan
Pain management(1400)
Kaji secara komprehensif
terbangun saat tidur)
tentang
Pasien merasa lebih
lokasi,
segar
kualitas berat nyeri dan
Pasien tidur teratur
faktor prespitasi.
Pasien bangun tidur
pada waktunya
Tanda-tanda
nyeri
meliputi
karakteristik,
Berikan analgetik sesuai anjuran.
vital Analgetic administrator(2210)
dalam rentang normal
Cek
instruksi
dokter
tentang jenis obat dosis dan frekuenzi.
Cek
adanya
riwayat
alergi obat.
Berikan analgesic tepat waktu
terutama
saat
nyeri hebat. 4. Kurang pengetahuan b/d
keterbatasan
paparan informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24
Anxiety reduction(5820)
jam diharapkan pola koping pasien efektif dengan kreteria
Gunakan
ketenangan
untuk mendekati pasien
Lengkapi
informasi
hasil:
denganharapan – harapan
Coping(1302)
yang
Sensasi verbal pasien menampakkan
nyeri
Pasien mencari sehubungan penyakit
Pasien
Bantu
pasien
mengantisipasi mampu informasi
perubahan yang terjadi
dengan
mampu gaya
hidupnya
sesuai
pasien
untuk
menyelesaikan masalah
merubah
Bantu
menentukan bagaimana
dan
pengobatan
sesuai
yang dilakukan pasien
berkurang
realistis
Instruksikan untuk
pasien penggunaan
teknik relaksasi.
Bantu
pasien
kebutuhannya saat ini.
mengidentifikasi situasi
Pasien
mampu
yang
beradaptasi
dengan
kecemasan.
perubahan
Ciptakan
menimbulkan
sebuah
perkembangannya
atmosphere
Pasien
memfasilitasi
mampu
menggunakan
kepercayaan
dukungan sosial yang ersedia
Pasien
melaporkan tanda
fisik stress Pasien
melaporkan
berkurangnya pikiran negative
Pasien
melaporkan
peningkatan kenyamanan psikologis
Temani
pasien
untuk
meningkatkan keamanan
berkurangnya
yang
dan ketakutan.
mengurangi