MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Gestasional
KELOMPOK IV PROGRAM ALIH JENIS 2 Zita Triwika
131611123071
Ramona Irfan Kadji
131611123072
Yoga Trilintang Pamungkas
131611123073
Yoga Hadi Narendra
131611123074
Bayu Triantoro
131611123075
Clara Agustina
131611123076
Yhunika Nur Mastiyas
131611123077
Antonia Andasari
131611123078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologis dan normal. Namun tidak jarang ada kehamilan yang disertai penyulit. Diabetes adalah penyulit medis tersering pada kehamilan (Cunningham et all, 2010). Diabetes melitus pada kehamilan atau diabetes melitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (diabates melitus), terjadi atau pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap diabetes melitus (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita diabetes melitus akibat hamil. Diabetes kehamilan terjadi ketika kadar glukosa tinggi terlihat selama kehamilan. Gejala-gejala kemungkinan mereda dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Namun separuh dari perempuan mengidap diabetes melitus akan menjadi akut dalam waktu 5 tahun setelah melahirkan. Diabetes mellitus gestasional berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin (Osgood et al, 2011). Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita diabetes melitus gestasional adalah ibu berisiko tinggi terjadi penambahan berat badan berlebih, terjadinya preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi kardiovaskuler hingga kematian ibu. Setelah persalinan terjadi, maka penderita berisiko berlanjut terkena diabetes tipe 2 atau terjadi diabetes gestasional yang berulang pada 3 masa yang akan datang. Sedangkan bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes gestasional berisiko tinggi untuk terkena makrosomia, trauma kelahiran. Selain itu, bayi berisiko tinggi untuk terkena hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindrom gangguan pernafasan, polistemia, obesitas dan diabetes melitus tipe 2 (Perkins et al, 2007). Diabetes melitus gestasional terjadi sekitar 4% dari semua kehamilan di Amerika Serikat, dan 3-5% di Inggris (ADA, 2004 dalam Ifan dkk, 2013). Prevalensi diabetes melitus gestasional di Eropa sebesar 2-6% (Buckley et al,
2
2001 dalam Ifan dkk, 2013). Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10% sedangkan prevalensi diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-3,6% pada kehamilan umumnya (Soewardono dan Pramono, 2011 dalam Ifan dkk, 2013). Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1% (Maryunani, 2008 dalam Ifan dkk, 2013). Angka ini lebih rendah dari pada prevalensi di Negara Ingris dan Amerika Serikat. Meskipun demikian, masalah diabetes gestasional di Indonesia masih membutuhkan penanganan yang serius melihat jumlah penderita yang cukup banyak serta dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan janin (Ifan dkk, 2013). Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman bagi kita perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada kasus diabetes melitus gestasional ini.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabates melitus gestasional secara komprehensif.
1.2.2
Tujuan Khusus Mahasiswa mampu : 1. Memahami konsep teori yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, serta komplikasi diabetes melitus gestasional. 2. Memahami proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, dan intervensi pada pasien dengan diabetes gestasional.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Menurut Erna Setiyaningrum (2013), diabetes melitus pada kehamilan (gestasional)
adalah
intoleransi
karbohidrat
ringan
(toleransi
glukosa
terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil. Sedangkan menurut dr. Raehanul Bahren, dkk (2014), diabetes gestasional merupakan salah satu dari beberapa tipe diabetes, yang khusus dialami oleh ibu hamil, yang sebelumnya tidak menderita diabetes. Pelacakan terhadap diabetes gestasional biasanya dimulai saat memasuki trimester kedua, yakni antara minggu ke 24-28, karena umumnya peningkatan kadar gula darah yang signifikan terdeteksi pada minggu – minggu tersebut. Namun pada sebagian kecil kasus, diabetes gestasional dapat terjadi lebih awal, dan berkorelasi erat dengan dampak yang berat pada janin, seperti keguguran atau cacat berat pada organ utama janin, seperti otak dan jantung. Yang membedakan diabetes gestasional dengan diabetes pada pada umumnya yang bersifat kronis, diabetes gestasional umumnya akan membaik dan kadar gula darah penderita akan kembali normal segera setelah persalinan.
2.2
Etiologi dan faktor resiko
Faktor resiko diabetes gestasional mencakup : a. Obesitas Wanita
yang
gemuk
(berat
badan
melebihi
90
kg)
mempunyai
kecenderungan yang lebih besar untuk menjadi diabetes dikemudian hari ketimbang wanita yang tidak gemuk.
4
b. Usia ibu lebih dari 30 tahun Hamil di usia 30 tahun ke atas meningkatkan resiko terjadinya diabetes gestasional. Hal ini karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin untuk melawan hormon kehamilan pada usia tersebut. Untuk menghindarinya kontrol penuh pada konsumsi gula dan rutin melakukan aktivitas fisik sangat penting dilakukan oleh para calon ibu yang berusia lebih dari 30 tahun. c. Bayi sebelumnya yang berukuran besar (lebih dari 4000 g) Dalam suatu studi yang dilaporkan oleh Pederson (1997) wanita yang melahirkan bayi dengan berat 4,5 kg atau lebih 20 tahun sebelumnya tanpa suatu riwayat keluarga, mempunyai insidens diabetes sebesar 17% jika mereka mempunyai berat badan yang normal dan insidens 46% jika mereka gemuk. Wanita yang melahirkan bayi besar yang gemuk dan mempunyai riwayat keluarga yang positif mempunyai insidens diabetes sebesar 84%. d. GDM atau intoleransi glukosa (IGT) pada kehamilan sebelumnya Tindak lanjut jangka panjang dari wanita dengan diabetes kehamilan dipelajari oleh Grant dan rekan (1986), yang menguji 447 wanita yang mengalami diabetes kehamilan selama 1-12 tahun setelah diagnosis; 49 (115) ditemukan diabetes dan 35 (7,85) mengalami IGT. Obesitas, suatu gangguan GTT pada nifas dan kekambuhan dari diabetes kehamilan pada kehamilan selanjutnya merupakan faktor yang penting dalam perkembangan lanjutan diabetes atau IGT. Farrel dan rekan (1986) menemukan frekuensi kelainan toleransi glukosa yang lebih tinggi pada diabetes kehamilan yang diuji hingga 12 bulan setelah persalinan; 14 dari 42 (33,3%) pasien GDM mempunyai kelainan GTT, 10 (265) jelas menderita diabetes. e. Riwayat diabetes dalam keluarga Faktor genetik berpengaruh dalam perkembangan diabetes. Sekitar 1% dari semua anak dari orang tua diabetes sendiri kemungkinan mengalami penyakit ini dalam 30 tahun pertama kehidupan, suatu insidens antara 5 dan 10 kali lebih besar dibandingkan anak dari orang tua yang bukan diabetes. Jika kedua orang tuanya diabetes , insiden diabetes pada anak-anaknya
5
meningkat, tergantung pada umur kapan orang tua menjadi diabetes. Resiko terbesar bagi anak-anak untuk mengalami diabetes terjadi jika salah satu atau kedua orang tua mengalami penyakit ini sebelum umur 40 tahun. f. Hidramnion sebelumnya Insiden hidramnion akan meningkat pada pasien diabetes tidak terkontrol. Hal ini disebabkan oleh plasenta yang besar, adanya malformasi kongenital, dan poliuria janin akibat hiperglikemia. g. Perubahan hormon selama kehamilan
Perubahan hormon selama kehamilan diyakini bertanggung jawab terhadap penurunan sensitivitas insulin terutama yang berasal dari hormon plasenta ( Human Chorionic Somatomammotropin atau HCS - Human Placetal Lactogen), kortisol, progesteron, dan prolaktin. Beberapa jenis hormon yang berperan dalam kejadian diabetes melitus gestasional sebagai berikut: - Hormon Laktogen Plasenta
Hormon laktogen plasenta biasanya muncul pada minggu keenam, terutama disekresi pada sirkulasi ibu (sedikit pada darah tali pusat) dengan konsentrasi yang terus meningkat selama kehamilan. Hormon laktogen
plasenta
berperan
untuk
meningkatkan
proses
lipolisis
(pemecahan lemak menjadi asam lemak) sehingga mampu meningkatkan kadar
asam
lemak
bebas
dalam
sirkulasi
darah,
memengaruhi
penimbunan asam lemak dalam jaringan yang berpengaruh pada berkurangnya
jumlah
reseptor
6
insulin
pada
jaringan
sehingga
menurunkan kemampuan insulin dalam memasukkan gula ke dalam sel jaringan (resistensi insulin). - Hormon kortisol
Hormon kortisol merupakan hormon steroid yang dihasilkan secara alami di dalam tubuh. Kadar kortisol akan meningkat selama kehamilan dan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan fetus (janin). Kortisol berfungsi untuk menstimulasi proses glukoneogenesis (pembentukan glukosa) di dalam hati dan menghambat pengambilan glukosa di dalam sel perifer. Hormon kortisol bisa juga menstimulasi lipolisis (pemecahan lemak), pemecahan protein sel perifer, dan pembentukan plasma protein dalam hati (Silbernagi S dan Lang F, 2000). Dengan kata lain, kortisol secara tidak langsung memengaruhi peningkatan jumlah glukosa darah dan meningkatkan jumlah hormon insulin di dalam darah. - Hormon Progesteron
Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum sepanjang kehamilan, khususnya selama enam minggu pertama. Hormon ini mampu mengurangi kemampuan hormon insulin dalam menekan produksi endogen. - Hormon Prolaktin
Hormon prolaktin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis bagian interior (depan). Hormon ini diproduksi juga oleh plasenta. Peningkatan sekresi hormon prolaktin salah satunya dalam keadaan hipoglikemia. Dengan kata lain, hormon prolaktin memiliki sifat antagonis terhadap insulin.
2.3
Patofisiologi
Dalam
kehamilan
terjadi
perubahan
metabolisme
endokrin
dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah
7
ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi
kadar
pada
janin.
Pengendalian
kadar
gula
terutama
dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Diabetes kehamilan sama dengan diabetes Tipe II. Perubahan hormon selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin. Pada kehamilan dini (sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif terhadap insulin dan kadar glukosa di dalam darah kemungkinan akan lebih rendah dibanding biasanya. Hal ini juga yang menjadi alasan beberapa wanita hamil mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan selama kurun waktu yang lama, misalnya sepanjang malam. Pada diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa untuk melewati membran sel. Tingginya kadar glukosa darah menyebabkan ginjal harus mengsekesikannya melalui urine dan bekerja keras sehingga ginjal tidak dapat menanggulanginya sebab peningkatan laju filter glomerulus dan penurunan kemampuan tubulus renalif profesional/renalis untuk mereabsorbsi glukosa. Penyakit diabetes dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Peningkatan produksi hormon kehamilan terutama HPL ( Human Placenta Lactogen) akan meingkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes. Efek puncak HPL terjadi pada umur kehamilan sekitar 26 sampai 28 minggu. Waktu tersebut merupakan saat yang tepat melakukan penapisan. Hiperglikemi menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan. Angka aborsi spontan dan lahir mati juga meningkat. Kematian pembuluh
8
darah ke uterus dan plesenta sehingga meningkatkan insufisiensi uteroplasma, yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek lain. Pada sejumlah besar wanita juga ditemukan hipertensi dan preeklamsi. Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui plasenta. Janin memang tidak menderita dibetes, tetapi harus meningkatkan produksi insulinnya guna metabolisme glukosa yang ada. Akibat peningkatan kadar insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar (makrosomia). Makrosomia disebabkan oleh hiperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran sel bayi. Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi janin dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanakkanak dan dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes dikemudian hari.
2.4
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah merupakan deteksi dini umum yang biasa dilakukan terhadap suspect penderita diabetes, terutama bila mengalami 9 gejala-gejala dibawah ini (Suryo J, 2009): 1. Sering buang air kecil di malam hari 2. Sering merasa haus 3. Sering merasa lapar 4. Makan dalam porsi besar 5. Penglihatan kabur 6. Tubuh lesu dan lemah 7. Penurunan berat badan 8. Luka sulit sembuh 9. Mati rasa (terutama di kaki) Kemungkinan terjadi komplikasi : 1. Hidramniosis (peningkatan volume air ketuban). 2. Pra-eklamsia/eklamsia tercatat lebih sering pada diabetes saat kehamilan. 3. Asidosis berlebih dengan kemungkinan koma dan kematian janin dan ibu. Hasil Tes
9
1. Hasil urin menunjukkan glicosuria dan kemungkinan acetonuria. 2. Tes toleransi glukosa 1 jam selama 24 hingga 28 minggu menunjukkan peningkatan level glukosa. 3. Tes toleransi glukosa 3 jam setelah berpuasa menunjukkan peningkatan level glukosa. Kehamilan
awal
menunjukkan
penurunan
glukosa
darah
terkait
meningkatnya daya respons jaringan terhadap insulin, sementara jaringan kehamilan akhir resisten terhadap insulin menunjukkan tingginya tingkat glukosa pada darah. 2.5
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan tes gula pada urine. Dengan dugaan penyakit gula, maka selanjutnya petugas kesehatan dapat melakukan konsultasi dengan dokter, puskesmas atau rumah sakit. 2. Tes Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar 200 ml/dl). Biasanya tes ini dianjurkan kepada pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress. 3. Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal. 4. ESSEL hemoglobin glikosat diatas rentang normal. Tes ini mengukur presentase glukosa yang merekat pada hemoglobin selama hidup sel darah merah. Rentan normal adalah 5-6 %. 5. Urinalisa positif terhadap glukosa dan keton. 6. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat, yang menandakan tidak adanya kekuatan kontrol glikemikdan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
2.6
Penatalaksanaan
a) Pengaturan diet selama kehamilan dan kontrol diabetes : Penderita diabetes mellitus dengan berat badan rata-rata cukup, diberi diet yang mengandung 1200-1800 kalori sehari selama berlangsungnya kehamilan. Pemeriksaan darah dan urine berkala perlu dilakukan sebagai pertimbangan untuk mengubah dietnya.
10
Pada trimester pertama konsumsi kalori yang dianjurkan adalah 30-40 kalori per kg BB. Konsumsi garam perlu dikurangi untuk mengantisipasi kecenderungan akan retensi air dan oedema. Diet yang dianjurkan adalah sebagai berikut : karbohidrat 40%, protein 2 gr / kg BB, dan lemak 45-60 gr. Pada trimester yang kedua, metabolisme hidrat arang dalam tubuh berubah, ibu memerlukan lebih banyak bahan makanan terutama kalori dan protein. Ibu hamil dengan diabetes mellitus pada trimester kedua dan ketiga perlu diobati dengan insulin. Pemeriksaan gula darah perlu diperiksa ulang secara berkala. b) Pengobatan Insulin Penderita diabetes melitus dalam kehamilan, daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan. Perubahan-perubahan kehamilan disatu pihak memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis, akan tetapi dipihak lain dapat menimbulkan eaksi hipoglikemia. Perubahan perubahan dosis harus dilakukan dengan hati-hati. Diperlukan glukosa darah secara ketat dengan insulin :
Gunakan dosis rendah di trimester pertama terkait meningkatnya sensitivitas jaringan dan level antagonis insulin pada human placental lactogen (hPL).
Gunakan dosis tinggi pada trimester terakhir karena level hPL tinggi seiring kematangan plasenta dan insulin menjadi kurang efektif.
Insulin dosis tinggi kemungkinan dibutuhkan selama persalinan untuk menyeimbangkan glukosa.
Insulin dosis rendah kemungkinan dibutuhkan terkait keluarnya plasenta dan rendahnya level hPL.
Insulin tidak diperlukan selama periode paska melahirkan.
c) Pemantauan kondisi janin Monitor dengan cermat perkembangan janin dengan mengantisipasi besarnya janin dibanding usia kehamilan dan komplikasi yang dialami jika glukosa tidak dikontrol dengan baik.
11
2.7
Komplikasi
Menurut Gery Morgan & Carole Hamilton (2009), komplikasi yang bisa terjadi setelah mengalami diabetes melitus gestasional ini, yakni : a. Ibu 1. Polihidramnion biasa terjadi tanpa sebab yang tidak diketahui; keadaan ini dapat berkembang menjadi ketuban pecah dini (KPD), kegawatan napas. 2. Kemungkinan terjadi preeklamsia meningkat empat kali. 3. Infeksi lebih sering terjadi dan mungkin menjadi lebih berat. 4. Seksio sesaria lebih umum terjadi karena makrosomia janin, kegawatan janin, dan kondisi yang memburuk pada minggu terkahir kehamilan. 5. Lebih sering terjadi perdarahan pasca partum. 6. Komplikasi
vaskuler
(mis.
retinopati
proliferasi
dan
nefropati),
khususnya individu yang sudah lama menderita diabetes. b. Janin 1. Kematian janin intrauterus: Insidens 3-12%. 2. Morbiditas neonatus a) Insidens 4-7% b) Penyebab 1) Hiperbilirubinemia: Kemungkinan akibat prematuritas. 2) Makrosomia: Dapat menyebabkan cedera lahir bila pelahiran per vagina. 3) Hipoglikemia: Akibat putus hubungan yang tiba-tiba dari ibu hiperglikemia. 4) Hipokalsemia: Akibat asfiksia, prematuritas, atau berbagai macam kemungkinan lain. 5) Gawat napas idiopati 3. Morbiditas janin: Sebesar 5-10% janin pada diabetes gestasional mengalami malformasi kongenital dari 3% lainnya normal; kelainan yang umum terjadi adalah defek septum ventrikel dan gangguan saraf.
12
WOC DIABETES MELITUS GESTASIONAL
Faktor Predisposisi : - Usia Tua saat hamil - Multiparitas - Obesitas - Riwayat Melahirkan dg BB Bayi >4kg - Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya - Meningkatnya hormone anti insulin - Obat-obatan - Riwayat Keluarga diabetes
Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula darah ibu mempengaruhi kadar gula darah janin
Hormon Diabetogenik (Pencetus Diabetes)
Peningkatan jumlah hormon tersebut saat hamil
Mempengaruhi reseptor insulin pada sel
Terjadi penurunan jumlah reseptor insulin Lambatnya resorbsi makanan Kondisi yang kebal terhadap insulin insulin resitance
Hiperglikemia
Menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
13
Fungsi pankreas tidak cukup untuk mengatasi resitensi insulin
Hiperglikemia maternal
MK : Resiko Sindrom Kematian Bayi
Hepar merespon dengan melakukan glukoneogenesis
Pemecahan glikogen otot secara terus menerus
Sel otak kekurangan nutrisi
Kerusakan jaringan pembuluh darah retina
Gangguan metabolisme protein
Peningkatan pengeluaran Glukosa dalam urine
Reabsorbsi cairan di tubulus ginjal terganggu
Inadekuat perfusi jaringan Massa otot menurun
Penurunan berat badan
Pertumbuhan jaringan terhambat
Diuresis osmotik Penurunan visus penglihatan Poliuri
Luka sukar sembuh MK : Resiko Tinggi Cidera
MK : Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
MK : Resiko Infeksi
Dehidrasi ekstra sel
MK : Kekurangan volume cairan dan elektronik
14
BAB III PROSES KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
1. Sirkulasi - Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstremitas mungkin menurun atau
melambat pada diabetes durasi lama. - Edema, peningkatan TD.
2. Eliminasi - Dapat mengalami riwayat pielonefritis, infeksi saluran perkemihan
berulang (ISK) , nefropati. - Poliuria.
3. Makanan/cairan - Polidipsia, polifagia. - Mual dan muntah. - Obesitas; penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat (klien
dengan DMG biasanya gemuk; klien dengan IDDM biasanya tidak gemuk sebelum kehamilan). - Nyeri tekan abdomen. - Dapat mengeluh mengalami hipoglikemia, glikosuria.
4. Keamanan - Integritas/sensasi kulit lengan, paha, bokong dan abdomen dapat berubah
karena injeksi insulin yang sering. - Kerusakan penglihatan/retinopati mungkin ada. - Riwayat gejala-gejala infeksi dan/atau budaya positif terhadap infeksi,
khususnya perkemihan atau vagina. 5. Seksualitas - Tinggi fundus mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap usia gestasi (hidramnion, ketidaktepatan pertumbuhan janin). - Riwayat neonatus besar terhadap usia gestasi (LGA), hidramnion,
anomali kongenital, lahir mati tidak jelas. 15
6. Interaksi Sosial - Masalah/faktor sosioekonomi dapat meningkatkan risiko komplikasi. - Ketidakadekuatan atau kurangnya sistem pendukung yang bertanggung
jawab (dapat secara negatif mempengaruhi kontrol diabetik). 7. Penyuluhan/pembelajaran - Berat badan klien saat lahir kemungkinan 4 kg atau lebih. - Dapat mengeluh masalah/perubahan baru pada stabilitas diabetes. - Riwayat keluarga diabetes, diabetes gestasional, hipertensi karena
kehamilan, masalah infertilitas; kematian neonatus, anomali kongenital, makrosomia (lebih besar dari 4000 g).
3.2
Diagnosis Keperawatan
1. Domain 2 : Nutrisi Kelas 5 : Hidrasi Diagnosa : Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan (00027). 2. Domain 2 : Nutrisi Kelas 1 : Proses Pencernaan Diagnosa : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan asupan diet (00002). 3. Domain 4 : Aktivitas/istirahat Kelas 3 : Keseimbangan energi Diagnosa : Keletihan berhubungan dengan kondisi psikologis (Kehamilan) (00093). 4. Domain 11: Keamanan/perlindungan Kelas 1 : Infeksi Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan mal nutrisi (hiperglikemi) (00004). 5. Domain 11: Keamanan/perlindungan Kelas 2: Cedera Fisik
16
Diagnosa : Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus penglihatan (00035). 6. Domain 11: Keamanan/perlindungan Kelas 2: Cedera Fisik Diagnosa: Resiko sindrom kematian bayi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi (00156).
3.3
Intervensi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan (00027). NOC Setelah
dilakukan
NIC tindakan
Fluid management (4120)
keperawatan selama 2 x 24 jam tidak 1) Kaji dan dokumentasikan turgor terjadi ganguan kekurangan volume
kulit, kondisi membran mukosa,
cairan, dengan kriteria hasil :
TTV.
1) Domain II, Kelas K
2) Timbang BB setiap hari dengan
Nutritional Status (1004)
menggunakan alat yang sama.
a. Intake nutrisi
3) Catat intake dan output secara
b. Intake makanan
adekuat.
c. Intake cairan
4) Jika
klien
mampu,
anjurkan
d. Energi
untuk mengkonsumsi cairan per
e. IMT
oral
f. Hidrasi
tingkatkan jumlah cairan sesuai
dengan
perlahan,
dan
order. 5) Tes
urine
terhadap
aseton,
albumin dan glukosa. 6) Monitoring status nutrisi. 7) Kolaborasikan
dengan
dokter
untuk pemberian cairan intravena sesuai order yang terdiri dari elektrolit, glukosa dan vitamin..
17
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan diet (00002). NOC Selama
dilakukan
NIC tindakan Nutrition management (1100)
keperawatan nutrisi klien terpenuhi, 1) Kaji masukan kalori dan pola dengan kriteria hasil :
makan dalam 24 jam.
1) Domain II, Kelas K
2) Tinjau ulang pentingnya makan
Nutritional Status (1004)
kudapan
a. Fluid intake
menggunakan insulin.
b. Intake nutrisi
3) Bila
yang
terjadi
teratur
bila
hipoglikemia
c. Intake makanan
asimptomatik,
atasi
dengan
d. Intake cairan
segelas susu sebanyak 8 oz dan
e. Energi
ulangi tiap 15 menit bila kadar
f. IMT
glukosa serum tetap dibawah 70
g. Hidrasi
mg/dl. 4) Meningkatkan lingkungan yang nyaman saat pasien makan. 5) Diskusikan dosis, jadwal dan tipe insulin. 6) Sesuaikan pemberian
diet
atau
insulin
cara untuk
memenuhi kebutuhan individu. 7) Rujuk pada ahli diet dan konseling pertanyaan mengenai diet yang dianjurkan. 8) Memberikan
informasi
kebutuhan nutrisi.
18
tentang
3. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik (0180). NOC Setelah
NIC
dilakukan
tindakan
Energy Management (1400)
keperawatan pasien tidak mengalami 1) Diskusikan keletihan, dengan kriteria hasil :
dengan
pasien
kebutuhan akan aktivitas.
1) Domain II, Kelas AA
2) Berikan
aktivitas
alternatif
Blood Glucose level (2300)
dengan periode istirahat yang
a. Gula darah normal
cukup.
2) Domain I, Kelas A
3) Pantau nadi frekuensi pernapasan
Activity Tolerance (0005)
dan tekanan darah sebelum atau
a. Pemenuhan ADL
sesudah melakukan aktivitas.
b. Kemampuan
melakukan 4) Tingkatkan
aktivitas fisik.
partisipasi
pasien
dalam melakukan aktivitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi (hiperglikemi) (00004). NOC Setelah
dilakukan
NIC tindakan Nutrition management (1100)
keperawatan selama 2 x 24 jam 1) Instruksikan pasien
tidak
mengalami
infeksi,
kepada
mengenai nutrisi yang dibutuhkan.
dengan kriteria hasil :
2) Diet sesuai kebutuhan.
1) Domain II, Kelas K
3) Instruksikan
Nutritional Status (1004)
klien
klien
untuk
diet
modifikasi jika diperlukan.
a. Intake nutrisi
4) Monitoring
b. Intake makanan
kalori
dan
jumlah
makanan yang masuk.
c. Intake cairan
5) Berikan perawatan yang teratur
d. Hidrasi
dan sungguh-sungguh.
2) Domain II Kelas K Nutritional status : energy (1007) Nutrition Monitoring (1160) a. Resisten terhadap infeksi
1) Monitoring BB
19
2) Monitoring
jenis
dan
jumlah
sesuai kebutuhan. 3) Jelaskan pola makan yang sesuai anjuran.
5. Resiko cedera berhubungan dengan visus penglihatan (00035). NOC Setelah
dilakukan
NIC tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam resiko
cedera
berkurang,
Enviromental management : safety (6486)
dengan 1) Identifikasi bahaya atau ancaman
kriteria hasil :
yang dapat membahayakan klien
1) Domain II, Kelas Y
(seperti kimia, biologi dan fisik).
Sensory Function (2405)
2) Jauhkan bahaya dari lingkungan
a. Body position perception
klien.
b. Visual acuity
3) Monitoring perubahan lingkungan
2) Domain II, Kelas Y
dalam status kesehatan.
Sensory Function : vision (2404)
4) Kolaborasikan
dengan
tenaga
a. Central visual acuity left
medis atau rekan kerja lainnya
b. Central visual acuity right
untuk
c. Central visual field left
lingkungan.
mendukung
keamanan
d. Central visual field right
Comunication enhancement : visual
e. Response to visual stimuli
deficit (4978) 1) Lakukan atau susun pengkajian pada kemampuan daya lihat klien secara rutin. 2) Pastikan kontak
kacamata lensa
yang
klien
atau
digunakan
klien sudah sesuai. 3) Jelaskan
kondisi
kepada klien.
20
lingkungan
6. Resiko sindrom kematian bayi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi (00156). NOC Setelah
dilakukan
keperawatan
selama
NIC tindakan
Health Screening (5880)
sindrom 1) Tentukan
klasifikasi
kematian bayi berkurang, dengan
terhadap
kriteria hasil :
klasifikasi serta makna pada ibu
1) Domain VI, Kelas Z
dan pasangan.
Maternal Status (2510)
diabetes,
White Jelaskan
) Kaji kontrol diabetik sebelum
a. Tekanan darah normal
konsepsi.
b. Gula darah normal
) Kaji gerakan janin dan DJJ setiap
c. Visual acuity
kunjungan Anjurkan
sesuai untuk
indikasi. mencatatnya
mulai usia gestasi 18 minggu dan setiap hari mulai minggu ke 34. ) Pantau tanda hipertensi dalam kehamilan
(edema,
proteinuri,
dan peningkatan TD). 5) Berikan informasi tentang efek diabetes
yang
mungkin
pada
pertumbuhan dan perkembangan janin. ) Kaji HbAlc setiap 2 sampai 4 minggu sesuai indikasi. 7) Siapkan untuk USG pada usia kehamilan 8, 12, 18, 28, 36 sampai
38
minggu
sesuai
indikasi. ) Lakukan NST dan OCT/CST dengan tepat.
21
Risk Identification (6610) 1) Tinjau
ulang
mengenai
status
kesehatan dan riwayat terdahulu sebagai bukti medis dan diagnosa keperawatan. 2) Identifikasi
faktor-faktor
yang
dapat menurunkan faktor resiko. 3) Tentukan
pemenuhan
dan
treatment medis yang sesuai. 4) Instruksikan
untuk
mengenali
faktor resiko serta bagaimana untuk
menghindari
atau
menurunkan faktor-faktor resiko tersebut.
22
BAB IV PENUTUP 4.1
Kesimpulan
Diabetes melitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (diabetes melitus), terjadi atau pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap diabetes melitus (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita diabetes melitus akibat hamil. Diabetes kehamilan terjadi ketika kadar glukosa tinggi terlihat selama kehamilan. Faktor resiko diabetes melitus gestasional ini adalah pada ibu hamil dengan obesitas, usia lebih dari 30 tahun, bayi sebelumnya lebih dari 4 gram, diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya, riwayat diabetes, hidramnion sebelumnya, dan perubahan hormon kehamilan. Diabetes melitus gestasional berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin. Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu diantaranyaadalah polihidramnion, pre eklamsi, infeksi, kemungkinan sectio secaria, dan perdarahan post partum. Sedangkan pada janin beresiko terjadi hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindrom gangguan pernafasan, polistemia, obesitas dan diabetes melitus tipe 2, serta makrosemia. Adapun penatalaksanaanya dengan diet dan kontrol diabetes, pengobatan insulin, serta pemantauan kondisi janin. Masalah keperawatan yang muncul pada diabetes melitus gestasional ini diantaranya adalah : kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi, keletihan, resiko infeksi, resiko cidera, dan resiko sindrom kematian bayi. 4.2
Saran
a. Kepada ibu hamil dengan resiko terjadi diabetes melitus gestasional, agar meningkatkan frekuensi pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan yang kompeten. b. Kepada tenaga kesehatan, khususnya perawat, agar bisa melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif dan sesuai teori yang dipelajari pada pasien ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional sehingga dapat memperbaiki keadaan umum pasien dan mencegah komplikasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 5. Amerika: Mosby. Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC.Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances., 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi. Jakarta : EGC Green, Carol J., Judith M.W. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan : Maternal dan Bayi Baru Lahir . Jakarta : EGC Herdman, T. Heather., Shigemi, K. 2015. Nanda International Inc Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 . Jakarta : EGC Johnson, Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Rapha Publishing Ladewig, Patricia W., Marcia, L.L., Sally, B.O. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir Ed 5. Jakarta : EGC Morgan, Geri., Carole, H. 2009. Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktik . Jakarta : EGC Moorhead, S., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5. St. Louis, MO: Elsevier Raehanul, Bahren., et al. 2014. Majalah Kesehatan Muslim: Diabetes Mellitus Ed 9. Yogyakarta: Pustaka Muslim Solikhah, Umi. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika Setiyaningrum, Erna. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan Kebidanan Patologi). Jakarta : In Media Saifuddin, Abdul Bari., et al. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
24
25