Serat Wol
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada dewasa ini pakaian menjadi kebutuhan primer bagi manusia.Tekstil sebagai bahan sandang ( pakaian ) maupun sebagai bahan industri merupakan benda yang sangat penting bagi kita. Bahan tekstil berupa pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer manusia.Tanpa kita sadari, semua manusia memerlukan me merlukan bahan tekstil dalam kehidupan seharihari,mulai saat manusia lahir ke dunia sebagai seorang bayi mungil yang lucu, bertambah usianya menjadi anak-anak, tumbuh menjadi remaja hingga dewasa akhirnya menjadi tua dan meninggal. Semua tahapan dalam hidup manusia memerlukan bahan tekstil untuk kebutuhannya, melindungi tubuh dengan pakaian, kebutuhan akan gaya hidup dan mode serta kenyamanan hidup sehari-hari. Bila memperhatikan kehidupan kita sehari-hari, maka banyak bahan-bahan tekstil yang digunakan, misalnya : kemeja lengan panjang atau pendek, celana panjang, celana pendek, t-shirt, jacket, jean , jas pria, dasi, kaus kaki, kaus tangan, sapu tangan, selendang, celana dalam, bra, pakaian wanita, rok pendek, pakaian tidur, stocking, tas, sprei, selimut, handuk, bantal, guling, tirai jendela, alas meja, serbet, topi, tenda, parasut, jok mobil, interior mobil, bendera, spanduk, dan banyak lagi jenisnya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui bahan-bahan dan dasar-dasar pembuatan pakaian tersebut. Di dalam isi makalah ini i ni akan dibahas tentang te ntang serat alami yaitu serat wol yang merupakan salah satu bahan untuk pakaian yang berasal dari hewan.
B. Ruang Lingkup
Kata tekstil dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris textile, meskipun kata textile itu sendiri diketahui berasal dari kata bahasa Latin, texere yang berarti lembaran. Istilah bahasa Indonesia lama untuk kain adalah sesuatu yang dipakai atau pakaian dan menjadi kata kat a kain, sedangkan untuk tekstil dalam pengertian umum disebut cita, tetapi kata tersebut sudah jarang dipakai, sehingga dalam bahasa Indonesia dewasa ini istilah 1
Serat Wol
kain atau cita disebut disebut tekstil, meskipun ada perbedaan arti antara dua istilah ini, ini, yaitu tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang bisa digunakan atau dipakai. Sejarah pakaian dimulai sejak kehadiran manusia di muka bumi yang merasa berbeda dengan binatang yang umumnya berbulu, maka manusia menutupi tubuhnya tubuhnya dengan pakaian. Di beberapa wilayah manusia memakai pakaian bahkan dari kulit khewan berbulu yang ternyata dapat menjadi penghangat badan di udara dingin, di wilayah panas pakaian manusia purba dari kulit kayu dan dari tumbuhan merambat atau rumput-rumputan dibuat berbagai barang untuk keperluan seharihari seperti tikar, gendongan barang, penutup kepala dan sebagainya, sampai akhirnya dikenal beberapa jenis serat yang dapat dijadikan benang untuk akhirnya ditenun menjadi semacam tekatil yang kita kenal. Awal manusia mulai membuat tekstil, tidak diketahui secara pasti, tapi diduga dimulai oleh manusia di daratan Asia, pada saat yang sama manusia di daratan Eropa masih berpakaian dari kulit khewan berbulu. Dalam pengertian sekarang tekstil adalah material lembaran yang fleksibel terbuat dari benang dari hasil pemintalan serat pendek (stapel) atau serat berkesinambungan (filamen) yang kemudian ditenun,dirajut atau dengan cara penyatuan serat berbentuk lembaran menggunakan atau tanpa bahan perekat yang dipres (disebut non-woven fabrics). Motif dan penggunaan tekstil
sebagai busana
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan,
pengikatan, dan lain sebagainya. Tekstil sudah menjadi barang umum sehari-hari, meskipun demikian keberadaan tekstil dalam sejarah selalu bersinggungan dengan budaya, kekuasaan, politik, penaklukan dan tidak jarang dengan peperangan atau menggambarkan suasana damai dan kemakmuran masyarakatnya. Demikian juga pembuatan benang dari serat dimulai kapan dan oleh siapa tidak diketahui secara jelas, tapi bukti sejarah menunjukan antara lain pertenunan telah dikenal sejak sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi di Mesir, penanaman tumbuhan flax (sejenis serat alam) di Eropa telah ada sebelum Masehi dan sebuah mural di Eropa dari abad kedua Masehi menggambarkan seorang Madonna tengah merajut. Temuan sejarah dari sekitar 3.000 3.000 tahun sebelum Masehi terdapat motif tenunan kapas pada suatu bejana perak di Pakistan. Cina berabad-abad merahasiakan keberadaan ulat sutera sebagai penghasil filamen sutera, sampai suatu saat seorang Italia pada abad
2
Serat Wol
kain atau cita disebut disebut tekstil, meskipun ada perbedaan arti antara dua istilah ini, ini, yaitu tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang bisa digunakan atau dipakai. Sejarah pakaian dimulai sejak kehadiran manusia di muka bumi yang merasa berbeda dengan binatang yang umumnya berbulu, maka manusia menutupi tubuhnya tubuhnya dengan pakaian. Di beberapa wilayah manusia memakai pakaian bahkan dari kulit khewan berbulu yang ternyata dapat menjadi penghangat badan di udara dingin, di wilayah panas pakaian manusia purba dari kulit kayu dan dari tumbuhan merambat atau rumput-rumputan dibuat berbagai barang untuk keperluan seharihari seperti tikar, gendongan barang, penutup kepala dan sebagainya, sampai akhirnya dikenal beberapa jenis serat yang dapat dijadikan benang untuk akhirnya ditenun menjadi semacam tekatil yang kita kenal. Awal manusia mulai membuat tekstil, tidak diketahui secara pasti, tapi diduga dimulai oleh manusia di daratan Asia, pada saat yang sama manusia di daratan Eropa masih berpakaian dari kulit khewan berbulu. Dalam pengertian sekarang tekstil adalah material lembaran yang fleksibel terbuat dari benang dari hasil pemintalan serat pendek (stapel) atau serat berkesinambungan (filamen) yang kemudian ditenun,dirajut atau dengan cara penyatuan serat berbentuk lembaran menggunakan atau tanpa bahan perekat yang dipres (disebut non-woven fabrics). Motif dan penggunaan tekstil
sebagai busana
dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan,
pengikatan, dan lain sebagainya. Tekstil sudah menjadi barang umum sehari-hari, meskipun demikian keberadaan tekstil dalam sejarah selalu bersinggungan dengan budaya, kekuasaan, politik, penaklukan dan tidak jarang dengan peperangan atau menggambarkan suasana damai dan kemakmuran masyarakatnya. Demikian juga pembuatan benang dari serat dimulai kapan dan oleh siapa tidak diketahui secara jelas, tapi bukti sejarah menunjukan antara lain pertenunan telah dikenal sejak sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi di Mesir, penanaman tumbuhan flax (sejenis serat alam) di Eropa telah ada sebelum Masehi dan sebuah mural di Eropa dari abad kedua Masehi menggambarkan seorang Madonna tengah merajut. Temuan sejarah dari sekitar 3.000 3.000 tahun sebelum Masehi terdapat motif tenunan kapas pada suatu bejana perak di Pakistan. Cina berabad-abad merahasiakan keberadaan ulat sutera sebagai penghasil filamen sutera, sampai suatu saat seorang Italia pada abad
2
Serat Wol
pertengahan bernama Marcopolo berhasil menyelundupkan kokon ulat sutera di dalam tongkatnya yang kemudian membudidayakan ulat tersebut di negerinya. Dalam budaya Nusantara, ternyata penenun di tatar Sunda menempati kedudukan terhormat, misal pada legenda Sangkuriang di Jawa Barat terdapat nama penenun Dayang Sumbi yang berarti wanita keturunan dewi atau dahyang, sedang sumbi berarti bagian alat tenun yang digunakan sebagai pembatas anyaman motif tenun, juga dikenal ceritera Nenek Anteh seorang pembuat benang (anteh berarti mengantih atau memilin benang kapas) konon bayangannya nampak di di bulan saat purnama. Dalam naskah lama, misal dalam serat Pararaton ditulis, bahwa raja Majapahit pertama yang bergelar Prabu Kertarajasa menganugerahkan kain gringsing sebagai tanda panglimanya untuk berperang dan patung Prabu Kertarajasa sendiri memakai batik bermotif kawung yang nampak halus. Di berbagai suku di Indonesia kain tradisional jadi prestise seseorang dan kain tersebut diwariskan turun temurun. Dari fakta dan ceritera sejarah tersebut, nampak penting untuk mempelajari pengetahuan tekstil, supaya berbagai hal dapat diketahui. Demikian juga halnya untuk mempersiapkan masa depan, tekstil memiliki peran yang lebih penting di masa datang, antara lain tekstil telah jadi bagian dari gaya hidup dan teknologi, karena tekstil tidak hanya menjadi busana, tapi juga untuk tekstil di industri, keperluan medis, sebagai geo-textile yaitu tekstil untuk penyangga struktur tanah, untuk pakaian ruang angkasa, pembalap mobil, tekstil militer dan berbagai aspek kehidupan dan budaya di masa mendatang. Berdasarkan asal bahan serat tekstil yang digunakan untuk bahan busana berasal dari berbagai jenis, yaitu serat s erat yang langsung diperoleh dari alam dikenal sebagai serat alam dan serat yang memerlukan proses industri lebih dahulu untuk pembuatannya dikenal sebagai serat sintetik. Serat sintetik sendiri ada yang dari bahan alam disebut serat setengah buatan (half synthetics) dan dari bahan hasil pengolahan residu minyak bumi disebut serat sepenuhnya buatan (full synthetics). Secara sederhana klasifikasi serat tekstil, yaitu serat alam dan serat sintetik. Masing-masing serat memiliki sifat berbeda yang harus diketahui sebelumnya, karena sifat serat tekstil yang digunakan akan mempengaruhi proses pengolahannya dan juga akan sangat menentukan sifat dari bahan tekstil jadinya. Serat alam yaitu serat yang langsung diperoleh dari alam, yaitu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, dari khewan dan dari bahan mineral. 3
Serat Wol
Serat tekstil dari tumbuh-tumbuhan umumnya berbasis selulosa berbentuk staple atau serat pendek dapat berasal dari : 1. Biji, misal serat kapas dan kapok. 2. Batang, misal serat jute, flax (linen), henep, kenaf, dan rami. 3. Buah, misal serat sabut kelapa. 4. Daun, misal serat abaca (Manilla), rosela, henequen dan sisal. Serat tekstil dari hewan umumnya berbasis protein yang juga berbentuk stapel kecuali serat sutera berbentuk filamen. Serat tekstil dari hewan dapat berasal dari : 1. Rambut, misal dari khewan Alpaca, Unta, Cashmere, Llama, dan Mohair 2. Bulu, umpamanya wol yang berasal dari bulu domba, juga bulu kelinci, angora atau vicuna 3. Filamen sutera dari kokon ulat yang akan bermetamorfosa menjadi kupu-kupu. Serat tekstil dari mineral tidak secara khusus untuk busana tapi banyak digunakan di mesin industri antara lain serat asbes yang bersifat isolator, banyak digunakan untuk pelindung panas dari mesin. Serat tekstil sintetik dari bahan alam (half synthetics), yaitu hasil pengolahan secara teknologi dari bahan yang terdapat di alam, berdasarkan asal bahannya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan,yaitu : 1. Dari bahan selulosa, umpama serat rayon viskosa, rayon asetat, rayon kuproamonium. 2. Dari bahan proteina, umpama serat Caseine dan Zein. 3. Dari bahan mineral, umpama serat logam, gelas, s ilikat dan serat karbon. Sedangkan serat tekstil sintetik dengan bahan dari hasil olahan residu minyak bumi (full synthetics) berdasarkan proses polimerisasi digolongkan kedalam jenis berikut ini : 1. Polimer kondensasi, antara lain serat poliamida dengan nama dagang Nylon, serat poliester dengan nama dagang Tetoron (Jepang), Dacron (USA), Ter ylene (Inggris), poliakrilat dengan nama dagang Acrilan 4
Serat Wol
2. Polimer adisi, antara lain polipropilena bahan untuk karung pupuk, beras atau kemasan lainnya, polivinilklorida (pvc) bahan seperti plastik untuk lenan rumah tangga (upholstry). Sesuai pembahasan singkat di atas dapat diketahui bahwa begitu banyak macam-macam serat baik yang berasal dari alam dan serat buatan atau serat sintetis. Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam tentang serat alam yaitu serat wol.
C. Maksud dan Tujuan
Makalah ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang salah satu serat alam yang berasal dari hewan yaitu serat wol. Dengan adanya makalah ini diharapkan bisa memberikan sedikit informasi mengenai serat wol. Pada makalah ini akan dibahas apa itu serat wol, macam-macam serat wol, proses pengambilan wol dari biri-biri, sifat-sifat serat wol, dan sebagainya.
5
Serat Wol
BAB II ISI
A. Pengertian Serat Wol
Wol adalah serat bulu yang berasal biri-biri atau domba.Berdasarkan sejarah wol berasal dari Asia Tengah yang menyebar melalui Babilonia ke Eropa dan melalui Cina ke Asia Timur sampai akhirnya wol dikenal di dunia. Tapi kemudian Inggris dan Spanyol yang lebih mengembangkannya. Serat wol yang terbuat dari bulu domba ini, mulai dikenal pada jaman Perunggu (2500-1000SM). Kain yang dihasilkan dapat memberikan kehangatan bagi pemakai, khususnya di daerah dingin. Mengapa? Hal ini karena serat wol memili ki kelenturan yang tinggi. Daya regangnya dapat mencapai 35% dari panjang semula. Seratnya bersisik dan keriting. Untuk mendapatkan jenis serat yang memiliki keunggulan khusus, peternak mengawinsilangkan beberapa jenis domba untuk memperoleh serat seperti yang diharapkan. Hasil kawin silang domba Tarantin (Spanyol) dengan Laodisia (Asia Kecil) menurunkan nenek moyang domba Merino yang memiliki bulu yang halus. Selain domba, bulu juga diambil dari hewan lainnya seperti kambing dan kelinci Angora, unta Bactrian dari Asia, serta bulu Lama dari Amerika Latin.
6
Serat Wol
Serat-serat rambut lain yang berasal dari kambing, unta, llama tercantum pada tabel berikut ini.
Serat
Binatang
Lokasi
Wol
Biri - Biri
Tersebar luas
Mohair
Kambing Anggora
Cashmere
Kambing Kasmir
Cina
Rambut Unta
Unta Bactrian
Mongolia, Cina
Alpaca
Llama glama pacus
Peru
Vicuna
Llama vicuna
Peru
Asia kecil, Afrika Selatan, Amerika Serikat
B. Penggolongan Serat Wol
Jenis biri-biri akan menentukan sifat wol yang dihasilkan, terutama diameter dan panjang seratnya, juga akan berpengaruh terhadap sifat kekuatan, kilau, keriting, warna dan banyaknya kotoran pada serat wol. Panjang serat wol yang diperoleh dari biri-biri bervariasi dari 2,5 cm hingga 35 cm dengan diameter 10 sampai 70 mikron (1 mikron = 0,001 mm) dan serat wol dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Wol halus, serat nya halus, lembut, kuat, elastic dan keriting, sehingga dapat dibuat menjadi benang yang halus (Ne 3 60 keatas). Dihasilkan oleh biri-biri Merino Sepanyol, Merino Jerman, Merino Perancis (Rambouilet). Merino Australia, Merino Afrika Selatan, Merino Amerika Serikat dan Merino Amerika Selatan. a. Merino Spanyol Spanyol merupakan pelopor penghasil wol merino. Peternakan merino Spanyol merupakan dasar pengetahuan yang berharga dalam perkembangan peternakan jenis merino di Negara-negara lain dan memberikan pengaruh yang besar pada jenis-jenis merino di dunia. Tetapi selama 150 tahun terakhir mutu merino Spanyol menurun, sehingga sekarang tidak lagi merupakan Negara penghasil wol halus.
7
Serat Wol
b. Merino Jerman (Jenis Saxony dan Silensia) Pemberian biri-biri merino dari raja Spanyol dalam jumlah banyak pertamatama adalah ke Saxony pada tahun 1765. Dari biri-biri tersebut, Jerman berhasil mengenmbangkan biri-biri yang dapat menghasilkan wol yang paling halus pada saat itu. Tetapi merino Saxony tidak berkembang dengan cepat, sehingga pengaruhnya tidak sebesar merino Spanyol. Meskipun demikian, merino Saxony memberikan peranan yang berharga dalam pengembangan biri-biri di Australia, Amerika, dan Negara-negara lain. c. Merino Perancis (Ramboillet) Biri-biri merino dimasukkan ke Perancis dari Spanyol pada kira-kira tahun 1786 dan diternakkan di Ramboillet, suatu peternakan percobaan milik pemerintah. Peternakan ini lebih ditujukan untuk diambil dagingnya. Merino jenis ini ternyata sesuai untuk pengembangan biri-biri di Australia, Afrika Selatan, dan Amerika. d. Merino Australia Biri-biri merino Spanyol yang pertama kali tiba di Australia pada tahun 1797, dibeli di Afrika Selatan.Merino Spanyol selanjutnya diimpor bersama-sama merino Saxony dan Ramboillet. Penyilangan dan pemilihan yang dilakukan selama bertahuntahun menghasilkan domba merino yang sekarang merupakan 80% biri-biri di Australia. Dibanding dengan merino asli, merino Australia sekarang mempunyai tubuh yang lebih besar dengan berat bulu tiga kali lebih besar. e. Merino Afrika Selatan (Cape merino) Peternakan Afrika Selatan dimulai pada tahun 1724 oleh Pemerintah Belanda yang saat itu menguasai daerah tersebut dengan mengimpor beberapa biri-biri merino. Tetapi usaha tersebut tidak berhasil. Setelah daerah tersebut dikuasai Inggris, peternakan merino lebih digiatkan lagi di daerah sekitar Port Elizabeth, Durban, dan Transvaal. Sejak tahun 1920 dihasilkan biri-biri yang baik dengan jalan mengimpor biri biri merino dari Australia. Saat ini merino afrika Selatan merupakan penghasil wol dengan mutu yang paling baik. f. Merino Amerika Serikat Pada waktu kira-kira bersamaan dengan masuknya merino pertama kali ke Australia, biri-biri merino diperkenalkan pula di Amerika Serikat. Jenis biri-biri yang
8
Serat Wol
diternakkan di Amerika Serikat berasal dari merino Spanyol, Saxony dan Ramboillet. Dan yang paling berhasil adalah dari jenis Ramboillet. Dari jenis Ramboillet, telah dikembangkan jenis Delainee yang sekarang merupakan merino penghasil wol yang terpenting dan terbaik di Amerika Serikat. Jenis ini mempunyai kulit yang halus dengan wol yang lebih halus dari Ramboillet aslinya. Jenis Vermont yang dikembangkan dari merino Saxony mempunyai wol yang halus dan jumlah bulu yang sangat banyak. Tetapi karena terdapat banyak lipatan pada kulitnya yang menyukarkan pencukurannya, maka jenis ini makin lama makin berkurang. g. Merino Amerika Selatan Merino Spanyol diimpor dari Argentina dan Uruguay pada akhir abad ke-18 dan disilangkan dengan merino Perancis dan Jerman, sehingga menghasilkan biri-biri yang baik sesuai dengan kondisi setempat. Pada permulaan abad ini, mutu biri-biri Amerika Selatan diperbaiki dengan jalan mengimpor merino Australia. Tetapi jumlah merino saat ini di Amerika Selatan, kira-kira hanya 15% dari seluruh biri-biri penghasil wol di Amerika Selatan.
2. Wol sedang, dihasilkan oleh biri-biri yang berasal dari Inggris. Dibandingkan dengan wol halus, serat wol sedang lebih kasar, lebih panjang dan lebih berkilau. Wol Inggris Saat ini Inggris mempunyai 30 jenis biri-biri golongan ini. Biri-biri Inggris dapat digolongkan menurut berbagai cara, tetapi penggolongan yang paling umum adalah sebagai berikut.
a. Wol Luster Serat golongan ini biasanya panjang, kuat, dan berkilau, dan dipintal menjadi benang dengan nomer Ne 3 38-48. Termasuk golongan ini adalah biri-biri jenis Lincoln, Leicester, Border Leicester (persilangan Leicester Cheviot), Cheviot, dan Romey Marsh. Wol Luster terutama digunakan untuk membuat kain yang memerlukan kekuatan dan tahan gosok. Serat-serat yang lebih halus dapat digunakan untuk kain lapis pakaian, kain lapis tempat duduk, dan kain-kain yang agak tebal.
9
Serat Wol
b. Wol Down Wol ini lebih pendek, lebih halus, dan kurang berkilau dibandingkan dengan wol Luster dan dapat dibuat menjadi benang nomer Ne 3 48-56. Biri-biri golongan ini adalah Southdown, Shropshire, Suffolk, Dorset Horn, dan Hampshire. Wol jenis ini terutama digunakan untuk kain-kain yang halus, kain rajut, dan selimut. c. Mountain Breeds Wol jenis ini seratnya panjang dan kasar, dapat dibuat menjadi benang nomer Ne3 28-40 dan hampir seluruhnya digunakan untuk permadani. Wol ini sebetulnya harus dimasukkan kedalam golongan wol kasar. Biri-biri jenis ini terutama adalah Scottish Blackface dan Welsh Mountain. d. Wol Crossbred Biri-biri Crossbred adalah hasil persilangan antara biri-biri merino atau Ramboillet dengan biri-biri yang menghasilkan wol panjang. Biri-biri ini diternakkan terutama untuk produksi daging tetapi disamping itu juga menghasilkan wol dengan mutu wol sedang tetapi seratnya sedikit lebih panjang. Biri-biri jenis Crossbred yang terutama adalah Corriedale dan Polwarth. 1) Corriedale Biri-biri Corriedale dikembangkan di Selandia Baru pada kirakira tahun 1880 dengan menyilangkan merino betina dengan Lincoln dan Leicester jantan. Hasil wolnya merupakan kombinasi antara kehalusan dan kerapatan merino dengan panjang dan berat Lincoln, dan rata-rata dapat dipintal sampai nomer Ne3 56.sekarang biri-biri ini merupakan jenis crossbred yang terpenting di dunia dan merupakan urutan kedua setelah merino. Biri-biri ini dapat hidup dengan baik dalam bermacam-macam kondisi cuaca dan merupakan biri-biri yang terpenting di Selandia Baru, Argentina, dan Uruguay. 2) Polwarth Jenis Polwarth dikembangkan di Australia dan merupakan hasil persilangan antara merino jantan dan Lincoln betina, kemudian biri biri betina hasil persilangan tersebut disilangkan lagi dengan merino
10
Serat Wol
jantan. Wol jenis ini rata-rata dapat dipintal sampai nomer Ne3 5860, dan biasanya dikenal sebagai wol “come back”.
3. Wol kasar (wol permadani), dihasilkan oleh biri-biri Asia yang dipelihara dalam kondisi alam dan cuaca kurang menunjang untuk menghasilkan serat wol yang baik, misal di India dan Pakistan. Warna wol kasar bervariasi dari putih, coklat, hitam. Biasanya terdiri dari bulu yang panjang di bagian luar, sedangkan bagian dalam lebih pendek tapi lebih halus.
Wol panjang dan pendek di Pusat Penelitian Pertanian Keluarga South Central di Boonesville, Arkansas, AS
Selain penggolongan tersebut diatas, maka didasarkan atas cara mendapatkannya, serat wol dibedakan antara wol cukur (fleece wool) dan wol cabut (pulled wol). Wol cukur diperoleh dari pencukuran bulu biri-biri.Pencukuran biri-biri merupakan pekerjaan musiman, yang biasanya dimulai pada permulaan musim semi. Pencukuran dapat dilakukan dengan alat cukur tangan atau mesin. Pencukuran dengan mesin biasanya lebih cepat dan bulu-bulu yang dicukur lebih halus dan lebih rapat ke kulit. Bagian wol yang baik pada umumnya dibagian belakang dekat kepala domba. Hasil pencukuran biri-biri pertahun tergantung pada jenis biri birinya dan kondisi peternakannya. Dalam kondisi yang baik, biri-biri merino menghasilkan 7-15 kg wol mentah, biri-biri medium 5-15 kg, sedangkan biri-biri Crossbred 5-12 kg. biri-biri betina menghasilkan wol kira-kira 60-70% dari biri-biri jantan. Wol cabut diperoleh dari pencabutan dari kulit biri-biri yang telah disembelih/mati, kemudian kulit domba yang berbulu dipisahkan, industri wol cabut merupakan bagian dari industri daging dan wol.
11
Serat Wol
Pemisahan serat dari kulit pada wol cabut dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut : 1. Perendaman kulit domba dalam air sampai 3 hari untuk menghilangkan kotoran, 2. Untuk menghilangkan
kotoran berupa padatan dilakukan secara mekanis, yaitu
melewatkan kulit biri-biri pada rol beralur dan berputar, pada saat yang sama disemprotkan air pada kulit agar kotorannya terlepas. 3. Pelunakan akar, dapat dilakukan dengan cara menggantungkan kulit biri-biri selama 4-8 hari dalam ruangan yang suhu dan kelembaban diatur atau dengan cara dioleskan natrium sulfida dalam larutan kapur pada bagian dalam kulit. 4. Pencabutan, dilakukan dengan tangan atau dengan bantuan pisau dan kemudian dilakukan pemasakan dengan cara yang sama seperti pada wol mentah dari wol cukur.
C. Sifat-Sifat Serat Wol
Serat wol memiliki sifat keriting alami yang berdimensi tiga. Keriting tersebut ditimbulkan karena berkembangan sel-sel kortikel yang tidak sama dan bervariasi dengan kehalusan serat. Serat yang halus mempunyai keriting sekitar 75 tiap cm, sedangkan wol kasar keritingnya lebih sedikit. Wol adalah serat bi-komponen yang terjadi dari dua komponen yang berdampingan.Kedua komponen tersebut memiliki daya gelembung yang berbeda apabila basah.Pada waktu basah pengeritingan lebih sedikit dibanding pada waktu kering. Keriting tersebut memberikan daya kohesi yang baik dengan daya lenting dan pegangan yang nyaman (good handling). Sifat serat wol yang penting, antara lain isolator panas, good handling, higroskopis dan lenting. Wol adalah bahan isolator panas, panas dari tubuh akan tertahan oleh serat wol, faktor penyebab bahan wol terasa hangat karena ada udara disela-sela serat pada benang atau kain. Benang atau kain wol tidak dapat memadat karena ada keriting alam dan ada sisik pada permukaan serat wol. Hal ini penyebabnya wol memiliki pori-pori yang dapat diisi udara, sehingga wol berpegangan terasa empuk.
12
Serat Wol
Wol juga bersifat higroskopis, tetapi serat tersebut juga melepaskan uap air secara perlahan-lahan. Sewaktu wol menyerap uap air akan timbul panas. Pada musim dingin orang keluar dari dalam rumah dalam udara dingin yang kering, tapi pemakai wol masih tetap akan merasa hangat karena wol tersebut menyerap uap air yang akibatnya akan menimbulkan panas. Penyerapan uap berhubungan erat dengan sifat hangatnya. Serat tidak menyerap air dengan cepat tapi air akan tersimpan di permukaan s erat yang bersisik, bagian dalam serat wol akan menyerap uap air dari badan atau udara sekitarnya sampai 30 % dari berat serat tanpa terasa basah. Para pelaut di Eropa Utara mengenakan baju wol saat menangkap ikan paus sampai ke perairan dekat kutub, tapi tidak akan kedinginan walau bajunya basah, hal ini karena sifat isolator panas yang baik serat dari wol. Kelentingan wol sangat tinggi terutama dalam keadaan kering, jika kain wol diremas akan memadat dan kusut tapi segera kembali kebentuk semula setelah peremasan dihentikan. Sifat kembali dari kekusutan tersebut sangat penting bagi konsumen sifat ini dapat meringankan dalam penyeterikaan. Sebaliknya wol bersifat dapat menahan lipatan penyetrikaan, apabila lipatan tersebut dimantapkan dengan tekanan, panas dan uap air. Sewaktu diseterika molekul serat wol menempatkan diri pada kedudukan baru dengan cara membentuk ikatan silang baru, tapi lipatan tersebut tidak permanen karena dapat dihilangkan dengan uap air atau setelah wol tersebut basah pada saat dicuci. Kekuatan wol termasuk rendah hanya berkisar antara 1,2 – 1,27 gram per denier, hal ini disebabkan karena bagian amorf serat sangat besar. Karena memiliki bagian amorf yang besar, maka daya serap air sangat besar dan mudah mengembang apabila basah, tapi se rat wol saat basah kekuatannya turun. Kain wol bersifat awet karena daya mulurnya besar, daya tekuknya baik dan tahan terhadap gesekan. Apabila serat diregangkan, maka serat wol akan melurus dari kekeritingan, peregangan lebih lanjut menyebabkan serat akan mulur hingga 30% dari panjang semula. Serat wol juga sangat lentur, tidak patah meski dibengkokkan sampai 20.000 kali dan karena serat wol bersisik maka tahan gesekan.
13
Serat Wol
Sifat mengumpal (felting) serat wol, adalah suatu istilah untuk pemengkeretan kain dan penaikan kerapatan serat. Wol dan serat yang sejenis merupakan serat alam yang dapat mengumpal. Peristiwa felting waktu serat wol diberi uap air dan gesekan. Agar serat dapat mengumpal harus mempunyai permukaan yang bersisik, mudah diregangkan dan
mempunyai
daya
kembali
dari
perubahan
bentuk.
Sifat
menggumpal
dapat
menguntungkan jika serat wol dimafaatkan untuk membuat kain langsung dari serat-serat dengan tidak usah dipintal atau ditenun (non woven fabrics) tapi dapat merugikan jika sudah jadi pakaian terjadi felting, maka pakaian tersenut akan tidak dapat dipakai lagi. Berikut sifat-sifat fisika dan kimia wol secara singkat. Sifat fisika: a) Serat wol dapat menyerap uap air yang tinggi dari udara. Besar kecilnya kadar uap air yang diserap bergantung pada kelembaban udara. b) Berat jenis wol kering 1,304. c) Kilau serat berbeda-beda tergantung dari susunan permukaan serat, ukuran serat, serat gelombang atau keriting. d) Kilau wol tidak tampak pada satu serat, tetapi tampak pada sekelompok benang atau kain. e) Kekuatan serat dalam keadaan basah berkisar antara 1,2 – 1,7 gram per denier dengan mulur 30 – 40%. f) Di dalam air dingin wol mempunyai elastis sempurna. g) Daya pegasnya besar sehingga kain wol tidak dapat kusut, kalau kain diremas dan dilepaskan maka akan kembali pada bentuk semula. h) Panjang serat wol 4 – 35. i) Wol tidak tahan ngengat. Sifat kimia: a) Di dalam air serat wol menggelembung, tetapi setelah kering akan kembali ke bentuk semula. b) Wol dapat bereaksi dengan asam kuat atau lemah, tetapi tidak larut. c) Wol mudah rusak dalam alkali.
14
Serat Wol
d) Wol tahan terhadap jamur dan bakteri, tetapi bila wol telah dirusak oleh zat kimia, terutama alkali maka wol mudah diserang serangga dan jamur, yaitu kekuatan menurun, warna berubah, dan serat dimakan serangga. e) Finising wol dengan formaldehida bertujuan melindungi serat terhadap alkali, kaustik soda, dan sterilisasi. f) Wol dapat dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom.
D. Bentuk Penampang Serat Wol
Bentuk penampang melintang serat wol bervariasi dari bulat sampai lonjong. Penyimpangan dari bentuk bulat biasanya dinyatakan dengan perbandingan antara sumbu panjang dengan sumbu pendek. Perbandingan tersebut untuk macam – macam harga wol mempunyai harga tetap. Harga rata-rata untuk wol dengan mutu Ne 3 64 sampai Ne3 36 kira-kira 1.22 tetapi untuk wol halus harganya lebih rendah.
Gambar penampang melintang dan membujur serat wol.
15
Serat Wol
E. Pembuatan Benang Wol
1. Sistem Pembuatan Benang Wol Garu (Woolen Spinning)
Sistem pemintalan Woolen berbeda dengan system pemintalan lainnya dan mempunyai ciri-ciri yang khusu spula, antara lain : - Benangnya kasar dan empuk - Letak untaian serat-serat yang membentuk benang tidak teratur - Mengkeret besar dan elastisitas rendah - Bahan baku serat wol rendah berasal dari macam-macam limbah serat, limbah benang atau limbah kain yang kemudian digaru dan kadang dicampur dengan serat-serat kain (misalnya serat sintetis). Urutan proses pemintalan benang wol garu :
Bahan Baku Serat Wol Penyortiran Pembukaan & Pembersihan (Opening & Cleaning) Pencucian
(Washing)
Pengeringan (Drying)
Karbonisasi
(Carbonization)
Penggarukan/Penguraian (Tearing into Fiber) Pencampuran & Peminyakan (Mixing & Oiling) Ring Spinning
Keterangan :
Sortir Bertujuan untuk memisahkan setiap jenis bahan menurut klasifikasi tertentu agar mendapatkan kwalitas bahan yang sama.
Opening dan Cleaning Bertujuan untuk : -pembukaan setelah pencelupan -pembukaan persiapan sebelum pencampuran -pembukaan bahan sebelum pencucian -pembersihan carbon setelah proses carbonization -pembersihan kotoran-kotoran
Washing Bertujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran serta minyak-minyak yang menempel pada serat wol dan dikerjakan pada larutan sabun atau soda pada suhu 40° C selama ± 6 jam.
16
Serat Wol
Drying Proses yang dilakukan pada : - pengeringan yang dilakukan terhadap bahan yang telah mengalami proses pencucian dan karbonisasi sehingga kadar airnya tinggal ± 20 %. - Pengeringan persiapan karbonisasi. Pengeringan ini hanya dilakukan pada bahan benang wol garu.
Carbonization Bertujuan untuk : -Memisahkan hasil oil, limbah benang dan serat-serat lain yang mungkin tercampur, seperti serat kapas, serat sintetis. -Memisahkan kotoran-kotoran yang menempel pada serat wol antara lain kulit, biji, ranting yang berasal dari senyawa selulosa. Proses karbonisasi dapat menggunakan larutan asam sulfat (wol carbonization).
Tearing into Fiber Bertujuan untuk menguraikan serat-serat menjadi bentuk yang dapat dipintal yang berasal dari bahan baku yang berupa limbah benang maupun limbah kain. Agar tidak terlalu banyak serat yang putus putus, biasanya terlebih dahulu diadakan peminyakan terhadap bahan baku yang akan disiapkan. Jenis mesin yang digunakan adalah : Rag Machine
Dalam proses ini bahanyang berasal dari limbahkain diuraikan dalam bentukserat-serat tanpa banyak mengalami kerusakan serat yang cukup berarti sehingga memudahkan dalam proses berikutnya. Garnett Machine
Proses ini bertujuan agar limbah benang atau bahan yang berasal dari mesin Rag dapat dibuka dan diuraikan. Opening Card
Bagian bahan yang belum sempurna terbuka dan terurai pada proses mesin garnett atau bahan sebelum pencelupan dapat lebih terbuka dan terurai dengan dikerjakan pada mesin Carding.
Mixing dan Oiling Bertujuan untuk : - mendapatkan campuran yang homogen dan setiap jenis kwalitas bahan baku yang akan diolah. - mendapatkan jumlah kandungan minyak yang merata dalam bahan. - mendapatkan harga pokok bahan baku yang rendah. 17
Serat Wol
Carding Bertujuan untuk : - menguraikan gumpalan-gumpalan serat menjadiserat-serat individu. - mencampur setiap jenisbahan dengan baik. - mendapatkan sliver yang rata.
Ring Spinning Wolen Spinning dikenaldengan dua cara, yaitu : - Intermitten SpinningMachine - Continous Spinning Machine yang pertama adalah Mulespinning, sedangkan yang kedua adalah Ring Spinning.
2. Pembuatan Benang Wol Sisir
Prinsip dasar pemintalan system ini sama dengan system pemintalan kapas dan sutera. Bahan baku serat wol mengalami pengaliran untuk menghilangkan kotoran-kotoran, pensejajaran dan pelurusan serta pemintalan serat pendek sehingga diperoleh benang yang berkilau dan rata permukaannya. Umumnya diperlukan serat yang panjang serta kehalusan sama. Perbedaan utama terhadapsistem pemintalan kapas adalah urutan prosesnya. Dalam hal ini serat wol terlebih dahulu mengalami proses pengerjaan secara kimiawi dengan jalan pemasakan untuk menghilangkan bekas-bekas keringat dan kotoran lain. Selain dari pada itu jumlah susunan dan jenis urutan mesin lebih banyak sistem pemintalan worsted, menurut sifat bahan bakunya dapat dibagi dalam dua cara, yaitu : - Cara pemintalan Worsted Inggris (Bradford) - Cara pemintalan WorstedPerancis (Continental) Umumnya untuk serat wol panjang digunakan cara Inggris dan untuk serat wol pendek digunakan cara Perancis.
18
Serat Wol
Gambar 5.12
Gambar 5.13
Pengelompokan Serat Wol
Pengelompokan Serat Wol
Berdasarkan 3 Kelas
Berdasarkan 4 Kelas
Keterangan :
Keterangan :
A. untuk 64’s
A. untuk 50’s
B. untuk 60’s
B. untuk 56’s
C. untuk pieces
C. untuk 46’sD.untuk pieces
Urutan proses pemintalan benang wol sisir : Sortir Pemisahan atau pengelompokkan yang bertujuan untuk mendapatkan kwalitas hasil
benang yang sesuai tujuannya. Pengelompokkan ini didasarkan atas kehalusan, panjang, kekuatan, keriting(crimp), warna serat dsb. Dan setiap lembaran yang berasal sari seekor biri-biri dikelompokkan menjadi 3 – 4 kelas (lihat gambar diatas). Washing
Bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran serta lemak-lemak yang melekat pada serat wol. Pencucian dilakukan dengan menggunakan alkali dan sabun. Drying Serat wol yang telah mengalami pencucian kemudian dikeringkan agar satu sama lain
saling membuka. Oiling
Bertujuan agar serat-serat yang telah mengalami pengeringan tidak mudah patah/rusak (getas) pada serat proses caring dan juga menghidari listrik statik dan serat-serat lebih lentur dan mempunyai sifat lenting yang baik. Persentase peminyakan biasanya berkisar antara 2 – 3 % dari berat kering.
19
Serat Wol
Carding
Bertujuan untuk : - menguraikan gumpalans erat-serat wol yang telah megalami pencucian dan pengeringan menjadi serat-serat individu. - memisahkan serat-serat pendek dan yang panjang serta menghilangkan kotoran-kotoran. - meluruskan serta mensejajarkan serat. - Membuat sliver atau lap. Jenis mesin Carding yang digunakan adalah Roller Card berbeda dengan mesin Carding yang digunakan untuk proses kapas. Hasil akhir mesin Carding yang berupa sliver langsung ditampung dalam can, digulung dalam bentuk ball atau gulungan (ball). Hasil perangkapan web dari 8 – 10 buah mesin Carding. Combing
Bertujuan untuk : - memperbaiki kerataan panjang serat. - memisahkan serat-serat pendek dan kotoran yang masih melekat dengan jalan penyisiran. - mensejajarkan serta meluruskan serat-serat. Sliver yang dihasilkan dari proses pada mesin Combing ini lebih rata dan biasanya disebut “TOP”. Proses Combing ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : Cara Inggris dan Cara Perancis. Cara Perancis biasanya digunakan untuk proses seratwol merino, sedangkan cara Inggris adalah untuk serat wol Inggris. Sebelum proses dilanjutkan, topyang dihasilkan dari proses Combing terlebih dahulu mengalami proses pencucian pada mesin Back Washing. Tujuan pencucian ini adalah sebagai berikut : - menghilangkan kotoran-kotoran serat minyak yang melekat agar didapatkan hasil celupan yang baik. - menjaga kemungkinan terjadinya perubahan warna, karena adanya reaksi kimia dari sisa kotoran minyak bila terjadi penyimpanan yang lama. - Top sebagai bahan setengah jadi yang juga diperjualbelikan maka sedikit banyaknya harus lebih baik kwalitasnya maupun kenampakkannya. Drawing
Bertujuan untuk : - meluruskan serta lebih mensejajarkan letak serat-serat kearah sumbu sliver. - mengurangi ketidak rataan sliver dengan jalan perangkapan. Untuk melakukan proses drawing tersebut, biasanya dilakukan pada mesin Gil Box.
20
Serat Wol
Sesuai dengan sifat bahan bakudan hasil benang yang diinginkan proses drawing ini dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu : -
Fench drawing French drawing digunakan untuk memproses dry top yang berasal dari serat wol merino yang halus dan pendek.
-
English drawing (disebut juga Brag Ford System) English drawing digunakan untuk memproses oil Top.
-
Anglo-Continental drawing Anglo-Continental drawingdapat digunakan untukmemproses dry top maupun oiltop.
-
American drawing American drawing susunannya sangat sederhana.
-
New English System atau Raper System drawing New English System menggunakan auto leveler sehingga menghasikan sliver yang rata dan merupakan suatu system yang terbaru.
Tujuan susunan mesin drawing serta besar nilai regangan dan jumlah rangkapan tergantung pada cara yang digunakan serta sifat serat wol yang diolah. Hal ini biasa digunakan pada cara Inggris dan Perancis untuk bahan serat wol yang halus dan putih yang terdiri dari 9 susunan. Untuk serat-serat wol medium terdiri dari 7 susunan, sedangkan untuk serat-serat wol panjang, mohair dan lain sebagainya terdiri dari 6 susunan mesin drawing. Hasil akhir dari mesin drawing ini merupakan Roving. Sebelum dilakukan proses drawing pertama-tama diadakan pemilihan top. Pemilihan itu didasarkan pada kualitas dan harga top serta kualitas benang yang akan dihasilkan. Ring Spinning
Sama halnya dalam proses pembuatan benang kapas, pada proses di mesin Ring Spinning ini bertujuan untuk melaksanakan peregangan (drafting),
penggintiran (twisting) dan
penggulungan (winding) terhadap roving untuk mendapatkan benang yang rata. Karena roving dalam system worsted spinning ada yang berasal dari cara drawing Inggris (yang mempunyai antihan) dan cara drawing Perancis (yang tidak mempunyai antihan), maka mesin Ring spinning pun disesuaikan dengan jenis roving yang diolah.
21
Serat Wol
Jenismesin Ring spinning terdiridari : -
Mesin Spinning Flyer (Flyer Spinning Frame)
-
Mesin Spinning Cap (Cap Spinning Frame)
-
Mesin Ring Spinning (Ring Spinning Frame)
-
Mesin Mule Spinning (Mule Spinning Frame) Mesin Spinning Flyer, mesin spinning Cap dan mesin Ring Spinnng digunakan untuk mengolah roving yang berasal dari cara drawing Inggris dan menghasikan benang yang berkilau. Mesin Ring Spinning dan mesin Mule Spinning digunakan untuk mengolah roving yang berasal dari cara drawing Perancis yang tidak mempunyai antihan dan menghasilkan benang yang empuk.
F. Produksi Wol
Jumlah produksi wol mentah di dunia sekitar 2.720.000 ton per tahun, atau kira-kira 1.590.000 ton serat bersih.Dari jumlah tersebut, kira-kira 2.050.000 ton wol mentah digunakan untuk tekstil pakaian. Negara-negara penghasil wol adalah :
Australia
: 30 persen
Rusia
: 14 persen
Selandia Baru
: 11 persen
Argentina
: 7.1 persen
Afrika Selatan
: 5.7 persen
Amerika Serikat
: 5.0 persen
Uruguay
: 3.5 persen
Eropa Timur
: 3.0 persen
Inggris
: 2.0 persen
Dari negara-negara tersebut, Rusia dan Eropa Timur tidak mengekspor wol. Australia, Selandia Baru, Argentina, Afrika Selatan, dan Uruguay merupakan negara-negara utama pengekspor wol, dan kira-kira mencakup 85 persen wol yang diekspor.
22
Serat Wol
Berdasarkan jenisnya, produksi wol dunia dapat digolongkan sebagai berikut :
Merino
: 37 persen
Crossbred
: 40 persen
Lain-lain
: 23 persen
Australia dan Afrika Selatan kebanyakan menghasilkan wol merino, sedankan Selandia Baru, Argentina, dan Uruguay hasil utamanya adalah jenis Crossbred.
Komposisi bulu crossbred
Bulu biri-biri selain terdiri dari wol masih mengandung zat-zat lain terdiri dari : 1. Uap air Bulu mengandung uap air dalam bentuk regain yang jumlahnya bergantung pada kondisi atmosfir. 2. Lilin Merupakan zat seperti lemak, tidak larut dalam air dan dikeluarkan oleh kelenjar sebaceous. 3. Keringat Merupakan zat yang larut dalam air dan dikeluarkan oleh kelenjar keringat. 4. Kotoran tumbuh-tumbuhan Berupa biji-biji, ranting-ranting, daun-daun, dan bagian-bagian tanaman yang melekat pada bulu. 5. Pasir, debu dan lain-lain yang juga menempel pada bulu. Di daerah yang banyak angin biasanya menghasilkan wol yang mengandung pasir at au debu banyak. 6. Cat, tir, atau cairan-cairan untuk memberi tanda yang dituliskan pada biri-biri. Jumlah zat-zat sangat bebeda pada tiap-tiap bulu, bergantung pada jenis dan kondisi sekelilingnya seperti letak geografis, iklim dan makanan. Perkiraan jumlah zat-zat lain merupakan bagian yang penting dalam pembelian wol. Jumlah zat-zat lain berkisar antara 40-65 persen.
23
Serat Wol
Sebagai gambaran, berikut ini ditunjukkan komposisi zat-zat lain pada wol Australia.
Debu dan Berat kering Jenis
Wol (%)
Air
Lilin
Keringat
(%)
(%)
(%)
kotoran tumbuhtumbuhan (%)
Merino
49
10
16
6
19
Crossbred
61
12
11
8
8
Wol cabut
63
9
16
1
11
Sebelum pengerjaan, wol mentah pertama-tama harus dibebaskan dari zat-zat lain. Penghilangan zat-zat lain tersebut dapat dilakukan dengan pemasakan didalam larutan deterjen atau dengan pencucian menggunakan pelarut-pelarut organik. Lilin wol yang dihilangkan, dapat diambil kembali untuk berbagai penggunaan, misalnya dimurnikan untuk diambil lanolinnya. Kotoran-kotoran
tumbuh-tumbuhan
yang
tidak
dapat
dihilangkan
dengan
pemasakan harus dikarbonkan. Jumlah kotoran-kotoran yang dihilangkan dalam pemurnian wol mentah disebut shrinkage value.
Faktor - faktor yang mempengaruhi dalam produksi wol antara lain. a. Bobot Hidup (BH) dan Umur Umur biri-biri yang akan dicukur bulunya harus diperhatikan umurnya. Biasanya biri-biri yang berusia 11-12 bulan karena pada usia itu belum mengalami pencukuran bulu. b. Panjang Serat Panjang serat sangat mempengaruhi kualitas dan panjang benang yang dihasilkan. Panjang serat diukur mulai dari permukaan kulit sampai ujung serat. Panjang serat wol menunjukkan kemampuan produksi wol dari seekor domba. Panjang serat wol dijadikan dasar dalam klasifikasi dan seleksi ternak domba penghasil wol (ENSMINGER, 1991).
24
Serat Wol
c. Diameter Serat Diameter serat dapat dihubungkan dengankehalusan wol, semakin kecil diameter serat maka wolsemakin halus (HARMSWORTH dan SHARP, 1970). Diameter serat digunakan dalam menyeleksi domba penghasil wol dan digunakan pula dalam klasifikasi wol (ENSMINGER, 1991). d. Penyusutan selama proses pengolahan Selama proses pengolahan wol menjadi benang, wolakan selalu mengalami penyusutan. Penyusutan initerjadi pada tahap-tahap awal proses pengolahan. Besar kecilnya penyusutan tidak sama untuk setiap tahapnya.Proses pembuatan benang meliputi pemisahan, penyisiran dan pemintalan. Proses pemisahan sendirimeliputi pencucian, penjemuran (pengeringan) dan penyortiran.
G. Pewarnaan Wol
Macam-macam pewarna yang dapat digunakan pada wol : a) Acid dyes adalah zat pewarna anionik yang larut dalam air dan digunakan untuk serat seperti sutra, wol, nilon.Lampiran serat tersebut diberikan sedikit acid dyes untuk pembentukan garam antar kelompok anionik dalam dyes dan kelompok kationik dalam serat. Acid dyes tidak substantif untuk serat selulosa. Kebanyakan pewarna makanan sintetis masuk dalam kategori ini. b) Basic dyes adalah pewarna kationik larut dalam air yang terutama diaplikasikan pada serat akrilik, tetapi juga dapat digunakan dibeberapa jenis wol dan sutera. Biasanya asam asetat ditambahkan ke dye bath untuk membantu pewarnaandyes ke serat. Basic dyes juga dapat digunakan dalam pewarnaan kertas. c) Mordant dyes adalah dyes yang memiliki ketahanan terhadap luntur, sehingga dyes ini dapat tahan terhadap air, cahaya dan keringat. Sebagian besar natural dyes adalah mordant dyes. Mordant dyes yang paling banyak digunakan adalah synthetic mordant dyes (Chrome dyes) yang biasa digunakan untuk pewarna wol, sekitar 30% dari pewarna wol yang digunakan saat ini menggunakan synthetic mordant dyes, terutama untuk warna hitam dan biru tua.Penting untuk dicatat bahwa banyak mordant dyes termasuk dalam kategori logam berat yang dapat berbahaya bagi kesehatan dan harus diawasi didalam penggunaannya. 25
Serat Wol
H. Kegunaan Wol
Wol dipergunakan untuk bahan pakaian pria dan wanita serta pakaian anak-anak. Untuk keperluan alat-alat rumah tangga seperti karpet kursi, tirai, selimut, dan lain-lain. Untuk keperluan-keperluan industri seperti untuk piano, isolasi, sumbu lampu, dan lain-lain.
I.
Perawatan Kain Wol
Perawatan kain wol sederhana karena bahan wol tidak mudah dikotori, apabila kotor dapat disikat akan bersih kembali. Sikat yang lembut dan kuat tidak hanya menghilangkan debu-debu tetapi juga akan menegakkan bulu-bulu
wol sehingga permukaan kain akan
tampak rapih, kecuali kain atau pakaian yang masih lembab harus dibiarkan kering dahulu sebelum disikat. Penyimpanan baju wol diatas air panas, didiamkan beberapa waktu, maka bentuk pakaian akan pulih dan tidak kusut. Apabila menyimpan bahan wol, bahan tersebut harus sudah bersih dan bebas dari noda, kemudian dibungkus dengan kertas dan ujung-ujung kertas tersebut dirapatkan. Pada saat pencucian
wol harus hati-hati, karena bahan wol tidak tahan terhadap
pencucian keras seperti bahan kapas. Hendaklah digunakan air hangat, zat deterjen yang lemah dan diaduk lembut. Bahan wol tidak boleh digosok-gosok dan diremas waktu mencucinya karena itu serat wol tidak tahan alkali, maka pencucian dengan sabun harus dihindarkan dan sewaktu pembilasan harus dikerjakan berkali-kali hingga semua bersih betul.Sering dilakukan untuk membersihkan baju wol cukup disikat dengan sikat halus atau dibersihkan dengan dry-cleaning.
26
Serat Wol
BAB III PENUTUP
B.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan Bab II penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Wol adalah serat alami yang berasal dari hewan yaitu bulu yang berasal biri-biri atau domba. Berdasarkan sejarah wol berasal dari Asia Tengah yang menyebar melalui Babilonia ke Eropa dan melalui Cina ke Asia Timur sampai akhirnya wol dikenal di dunia. Tapi kemudian Inggris dan Spanyol yang lebih mengembangkannya. Serat wol yang terbuat dari bulu domba ini, mulai dikenal pada jaman Perunggu (25001000SM). Kain yang dihasilkan dapat memberikan kehangatan bagi pemakai, khususnya di daerah dingin. Mengapa? Hal ini karena serat wol memiliki kelenturan yang tinggi. Daya regangnya dapat mencapai 35% dari panjang semula. Seratnya bersisik dan keriting. Untuk mendapatkan jenis serat yang memiliki keunggulan khusus, peternak mengawinsilangkan beberapa jenis domba untuk memperoleh serat seperti yang diharapkan. Hasil kawin silang domba Tarantin (Spanyol) dengan Laodisia (Asia Kecil) menurunkan nenek moyang domba Merino yang memiliki bulu yang halus. Selain domba, bulu juga diambil dari hewan lainnya seperti kambing dan kelinci Angora, unta Bactrian dari Asia, serta bulu Lama dari Amerika Latin. 2. Serat wol dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : a) Wol halus, serat nya halus, lembut, kuat, elastic dan keriting, sehingga dapat dibuat menjadi benang yang halus (Ne 3 60 keatas). Dihasilkan oleh biri-biri Merino Sepanyol, Merino Jerman, Merino Perancis (Rambouilet). Merino Australia, Merino Afrika Selatan, Merino Amerika Serikat dan Merino Amerika Selat an. b) Wol sedang, dihasilkan oleh biri-biri yang berasal dari Inggris. Dibandingkan dengan wol halus, serat wol sedang lebih kasar, lebih panjang dan lebih berkilau. c) Wol kasar (wol permadani), dihasilkan oleh biri-biri Asia yang dipelihara dalam kondisi alam dan cuaca kurang menunjang untuk menghasilkan serat wol yang baik, misal di India dan Pakistan. Warna wol kasar bervariasi dari putih, coklat,
27
Serat Wol
hitam. Biasanya terdiri dari bulu yang panjang di bagian luar, sedangkan bagian dalam lebih pendek tapi lebih halus. 3. Berikut sifat-sifat fisika dan kimia wol secara singkat. Sifat fisika: a) Serat wol dapat menyerap uap air yang tinggi dari udara. Besar kecilnya kadar uap air yang diserap bergantung pada kelembaban udara. b) Berat jenis wol kering 1,304. c) Kilau serat berbeda-beda tergantung dari susunan permukaan serat, ukuran serat, serat gelombang atau keriting. d) Kilau wol tidak tampak pada satu serat, tetapi tampak pada sekelompok benang atau kain. e) Kekuatan serat dalam keadaan basah berkisar antara 1,2 – 1,7 gram per denier dengan mulur 30 – 40%. f) Di dalam air dingin wol mempunyai elastis sempurna. g) Daya pegasnya besar sehingga kain wol tidak dapat kusut, kalau kain diremas dan dilepaskan maka akan kembali pada bentuk semula. h) Panjang serat wol 4 – 35. i) Wol tidak tahan ngengat. Sifat kimia: a) Di dalam air serat wol menggelembung, tetapi setelah kering akan kembali ke bentuk semula. b) Wol dapat bereaksi dengan asam kuat atau lemah, tetapi tidak larut. c) Wol mudah rusak dalam alkali. d) Wol tahan terhadap jamur dan bakteri, tetapi bila wol telah dirusak oleh zat kimia, terutama alkali maka wol mudah diserang serangga dan jamur, yaitu kekuatan menurun, warna berubah, dan serat dimakan serangga. e) Finising wol dengan formaldehida bertujuan melindungi serat terhadap alkali, kaustik soda, dan sterilisasi. f) Wol dapat dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom.
28
Serat Wol
4. Bentuk penampang melintang serat wol bervariasi dari bulat sampai lonjong. Penyimpangan dari bentuk bulat biasanya dinyatakan dengan perbandingan antara sumbu panjang dengan sumbu pendek. Perbandingan tersebut untuk macam – macam harga wol mempunyai harga tetap. 5. Pembuatan benang wol terdiri dari dua : 1) Sistem Pembuatan Benang Wol Garu (Woolen Spinning) 2) Pembuatan Benang Wol Sisir 6. Faktor - faktor yang mempengaruhi dalam produksi wol antara lain. 1) Bobot Hidup (BH) dan Umur 2) Panjang Serat 3) Diameter Serat 4) Penyusutan selama proses pengolahan 7. Macam-macam pewarna yang dapat digunakan pada wol antara lain. 1) Acid dyes 2) Basic dyes 3) Mordant dyes 8. Wol dipergunakan untuk bahan pakaian pria dan wanita serta pakaian anak-anak. Untuk keperluan alat-alat rumah tangga seperti karpet kursi, tirai, selimut, dan lainlain. Untuk keperluan-keperluan industri seperti untuk piano, isolasi, sumbu lampu, dan lain-lain. 9. Perawatan wol : 1) Perawatan
kain
wol sederhana karena bahan wol tidak mudah dikotori,
apabila kotor dapat disikat akan bersih kembali. 2) Pada saat pencucian
wol harus hati-hati, karena bahan wol tidak tahan
terhadap pencucian keras seperti bahan kapas. Hendaklah digunakan air hangat, zat deterjen yang lemah dan diaduk lembut.
29
Serat Wol
C.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Pengenalan dan pembahasan terhadap macam-macam serat seharusnya lebih diperdalam kembali karena serat baik serat alam maupun serat sintetik merupakan bahan utama dan bahan dasar dari pembuatan bahan sandang yang merupakan kebutuhan primer bagi manusia pada dewasa ini serta digunakan untuk bahan-bahan lainnya juga yang tentu bermanfaat bagi kehidupan manusia. 2. Pembudidayaan domba yang dapat menghasilkan wol sebaiknya lebih diperhatikan oleh pemerintah karena Indonesia juga sebenarnya memiliki potensi sebagai negara penghasil wol yang baik asalkan pengolahannya ditata sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk yang baik pula. Saat ini di Indonesia sudah ada beberapa jenis domba yang bulunya dapat dimanfaatkan menjadi wol, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan lebih baik.
30