LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK Pemeriksaan Kolestrol Total, HDL Kolestrol, dan Trigeliserid”
”
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Dalam menjalani profesi di bidang kedokteran, seorang dokter dituntut untuk melakukan pekerjaannya secara professional dan menangani pasiennya dengan tepat. Dalam hal ini, segala hal yang berhubungan dengan keluhan serta penyakit yang diderita oleh pasien harus dipahami secara benar untuk memberikan penanganan lebih lanjut terhadap penyakit ataupun persoalan yang terjadi pada pasien. Untuk menganalisa keluhan pasien demi memahami penyakit apa yang diderita berdasarkan gejala-gejala yang ada, seorang dokter perlu melakukan diagnosa penyakit secara tepat dan benar. Dengan dilakukannya diagnosa yang baik, nantinya hal tersebut akan berguna bagi seoang dokter untuk memberikan penanganan lebih lanjut secara tepat. Adapun pekerjaan seorang dokter dalam mendiagnosa penyakit pasien, selain melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, terkadang seorang dokter perlu melakukan pemeriksaan penunjang berupa uji laboraorium terhadap sampel dari tubuh pasien yang kemungkinan berhubungan dengan penyakit tertentu. Misalnya saja seorang dokter melakukan uji klinik, atau uji mikrobiologi, uji biokimia, dan masih banyak lagi jenis pemeriksaan yang menggunakan fasilitas laboratorium. Uji laboratorium secara spesifik akan dapat membantu seorang dokter untuk menegakan diagnosa penyakit pasien secara tepat. Untuk itulah dalam melakukan uji laboratorium, dibutuhkan keterampilan yang baik serta keahlian khusus bagi petugas medik dalam menangani masalah uji laboatorium ini. Adapun pemeriksaan fisik spesifik yang biasa dilakukan untuk mengamati kesehatan jantung ialah pemeriksaan kadar lemak jenuh dan kolestrol didalam tubuh. Pemeriksaan ini sangatlah penting bagi seorang dokter untuk menilai status gizi dari pasiennya terkait dengan kesehatan dari jantung pasien itu sendiri. Banyak sedikitnya kadar kolestrol dan lemak jenuh akan sangat mempengaruhi kesehatan jantung. Orang yang sehat dengan status gizi yang seimbang serta sering berolahraga secara teratur akan memiliki kadar kolestrol yang rendah pada umumnya dan memiliki jantung yang sehat. Sebaliknya pada orang yang tidak pernah mengontrol pola makannya dan sering memakan makanan yang
mengandung kadar lemak tinggi tanpa disertai olahraga yang cukup, hal ini akan membuat kadar lemak didalam tubuhnya menumpuk dan dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Dalam praktikum yang akan dilakukan kali ini, mahasiswa akan mempraktikan prosedur pemeriksaan kolestrol dan lemak jenuh yang didalam perhitungannya akan dikaitkan pula dengan pemeriksaan HDL dan trigeliserid. Tentu saja pemeriksaan semacam ini akan dibutuhkan bagi seorang dokter nantinya untuk mengamati status kesehatan pasien melalui status gizinya. Perlu diketahui sebelumnya bila kadar lemak yang tinggi tidak pasti terjadi pada orang-orang yang gemuk saja. Semua orang baik itu kurus maupun gemuk memiliki potensi memiliki kadar lemak yang tinggi dan tidak sehat. Karena pentingnya pemeriksaan status gizi terhadap kaitannya dengan masalah kesehatan secara klinik inilah maka dilakukan praktikum patologi klinik ini agar mahasiswa mendapat pembekalan yang dapat berguna nantinya di kemudian hari.
Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan status gizi yang berhubungan dengan kesehatan jantung, terkait didalamnya termasuk perhitungan kolestrol total, HDl, serta trigeliserid. 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menganalisa hasil uji praktikum yang terkait dalam perhitungan kolestrol total, HDL, serta trigeliserid.
BAB II LANDASAN TEORI
Metabolisme Lipid Kebanyakan lipid, termasuk triglyceride merupakan molekul non-polar sehingga hal itu menjadikannya sebagai molekul yang sangat hidrofobik. Mereka tidak larut dalam air. Untuk dapat ditransport dalam darah, molekul ini perlu dibuat agar dapat larut didalam air dengan mengombinasikannya dengan protein yang diproduksi di liver dan usus. Kombinasi molekul lipid dan protein akan membentuk lipoprotein, yakni partikel bulat dengan sebuah kulit yang merupakan lapisan dari molekul protein, fosfolipid, dan kolestrol yang mengelilingi molekul inti berupa triglyceride dan lipid lainnya. Pada lipoprotein terdapat pula protein diluar kulit yang disebut dengan apoprotein. (Tortora, 2009: 990) Masing-masing dari beberapa tipe lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda, tapi semua pada dasarnya adalah alat untuk transportasi. Mereka menghantarkan lipid dari sistem sirkulasi ketika tubuh membutuhkannya dan sewaktu-waktu dapat dihapus dari peredaran ketika mereka tidak diperlukan. Lipoprotein dikategorisasikan dan dinamai berdasarkan kepadatannya, yang bervariasi dengan rasio lipid (yang memiliki kepadatan rendah) sampai protein (yang memiliki kepadatan tinggi). Dari terbesar ke terkecil dan teringan dan terberat, empat kelompok utama lipoprotein adalah cylomicrons, very lowdensity lipoproteins (VLDLs), low-density lipoproteins (LDLs), dan high-density lipoproteins (HDLs). (Tortora, 2009: 990) Chylomicrons yang dibentuk di sel epitel mukosa dari usus, mentransport lipid dari makanan yang dicerna menuji jaringan adipose untuk disimpan..Molekul ini mengandung 12 % proteins, 85% triglycerides, 7% fosfolipid, dan 6-7% kolestrol, ditambah sejumlah kecil vitamin yang larut dalam lemak. Kilomikron masuk lacteals dari vili usus dan dibawa oleh getah bening ke dalam darah venois dan kemudian ke dalam sirkulasi sistemik. Kehadiran mereka memberikan plasma darah penampilan susu, tetapi mereka tetap dalam darah hanya beberapa menit. Sebagai kilomikron beredar melalui kapiler jaringan adiposa, salah satu apoproteins mereka, apo C-2, mengaktifkan lipase lipoprotein endotel, sebuah enzim yang memindahkan asam lemak dari trigliserida kilomikron dan oleh sel otot untuk produksi ATP. Hepatosit menghilangkan sisa-sisa kilomikron dari dalam darah melalui endositosis
reseptor termediasi, di mana lain apoprotein kilomikron, apo E, adalah protein terkait. (Tortora, 2009: 990) Very low-density lipoproteins (VLDLs) yang dibentuk di sel-sel hati, terutama mengandung lipid endogen (dibuat didalam tubuh). VLDLs mengandung hampir 10% protein, 50% triglycerides, 20% fosfolipid, dan 20% kolestrol. VLDLs mentransport triglycerides yang disintesis di sel-sel hati ke sel-sel adipose untuk disimpan. Seperti chylomicrons, mereka kehilangan trigliserida sebagai apo C-2 mereka dan mengaktifkan mengaktifkan lipoprotein lipase endotel, dan asam lemak yang dihasilkan diambil oleh selsel adipose untuk disimpan dan oleh sel otot untuk produksi ATP. Ketika mereka mendeposit beberapa trigliserida di sel adiposa, VLDLs dikonversi ke LDL. (Tortora, 2009: 991) Low-density lipoproteins (LDLs) mengandung 25% protein, 5% triglycerides, 20% fosfolipid, dan 50% kolestrol. Mereka mengangkut hampir 75% dari total kolestrol didalam darah dan mengantarnya ke sel-sel seluruh tubuh untuk digunakan dalam perbaikan membran sel dan sintesis hormon steroid dan garam empedu. (Tortora, 2009: 991) High-density lipoproteins (HDLs) mengandung 40-45% protein, 5-10% triglycerides, 30% fosfolipid, dan 20% kolestrol, membuang kelebihan kolesterol dari sel-sel tubuh dan darah dan mengangkutnya ke hati untuk penghapusan. Karena HDL mencegah akumulasi kolesterol dalam darah, tingkat HDL yang tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit arteri koroner.Untuk alasan ini, HDL-kolesterol dikenal sebagai kolesterol "baik". (Tortora, 2009: 991)
Pemeriksaan Lipid Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Komponen lipid utama yang dapat dijumpai dalam plasma adalah trigliserida, kolesterol dan fosfolipid. (Riswanto, 2010). Trigliserida merupakan asam lemak yang dibentuk dari esterifikasi tiga molekul asam lemak menjadi satu molekul gliserol. Jaringan adiposa memiliki simpanan trigliserid yang berfungsi sebagai ‘gudang’ lemak yang segera dapat digunakan. Dengan masuk dan keluar
dari molekul trigliserida di jaringan adiposa, asam-asam lemak merupakan bahan untuk
konversi menjadi glukosa (glukoneogenesis) serta untuk pembakaran langsung untuk menghasilkan energi. (Riswanto, 2010). Asam lemak dapat berasal dari makanan, tetapi juga berasal dari kelebihan glukosa yang diubah oleh hati dan jaringan lemak menjadi energi yang dapat disimpan. Lebih dari 95% lemak yang berasal dari makanan adalah trigliserida. Proses pencernaan trigliserida dari asam lemak dalam diet (eksogenus), dan diantarkan ke aliran darah sebagai kilomikron (droplet lemak kecil yang diselubungi protein), yang memberikan tampilan seperti susu atau krim pada serum setelah mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan lemaknya. (Riswanto, 2010). Kolestrol adalah salah satu jenis lemak atau senyawa lipid dalam tubuh. Kolesterol berasal dari makanan dan sintesis endogen di dalam tubuh. Sumber kolesterol dalam makanan seperti kuning telur, susu, daging, lemak (gajih), dan sebaginya terutama dalam keadaan ester. Dalam usus, ester tersebut kemudian dihidrolisis oleh kolesterol esterase yang berasal dari pankreas dan kolesterol bebas yang terbentuk diserap oleh mukosa usus dengan kilomikron sebagai alat transport ke sistem limfatik dan akhirnya ke sirkulasi vena. Kira-kira 70% kolesterol yang diesterifikasi (dikombinasikan dengan asam lemak), serta 30% dalam bentuk bebas. (Riswanto, 2010). Kolesterol disintesis di hati dan usus serta ditemukan dalam eritrosit, membran sel, dan otot. (Riswanto, 2010). Sebagian besar kolesterol yang dibutuhkan tubuh disintesis dari asetil koenzim A melalui betahidroksi-betametil glutamil KoA. Kolesterol penting dalam struktur dinding sel dan dalam bahan yang membuat kulit kedap air. Kolesterol digunakan tubuh untuk membentuk garam empedu sebagai fasilitator untuk pencernaan lemak dan untuk pembentukan hormon steroid (misal kortisol, estrogen, androgen) oleh kalenjar adrenal, ovarium, dan testis. (Riswanto, 2010). Fosfolipid, lesitin, sfingomielin, dan sefalin merupakan komponen utama pada membrane sel dan juga bekerja dalam larutan untuk mengubah tegangan permukaan cairan (misal aktifitas surfaktan cairan di paru). Fosfolipid dalam darah berasal dari hati dan usus, serta dalam jumlah kecil sintesis di berbagai jaringan. Fosfolipid dalam darah dapat ikut serta dalam metabolisme sel dan juga dalam koagulasi darah. (Riswanto, 2010). Karena lipid tidak dapat larut dalam air, maka itu memerlukan suatu ‘pengangkut’
agar bisa masuk dalam sirkulasi darah. Pengangkut itu adalah suatu protein yang dinamakan
lipoprotein. Lipoprotein dalam sirkulasi terdiri dari partikel berbagai ukuran yang juga mengandung kolesterol, trigliserida, fosfolipid, protein dalam jumlah berbeda sehingga masing-masing lipoprotein memiliki karakteristik densitas yang berbeda. Lipoprotein terbesar dan paling rendah densitasnya adalah kilomikron, diikuti oleh lipoprotein densitas sangat rendah (very low density lipoprotein, VLDL), lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein, LDL), lipoprotein densitas sedang (intermediate density lipoprotein, IDL), dan lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein, HDL). (Riswanto, 2010). Sebagian besar trigliserida pada plasma tidak dalam keadaan puasa terdapat dalam bentuk kilomikron, sedangkan pada sampel plasma puasa, trigliserida terutama terdapat dalam bentuk VLDL. Sebagian kolesterol plasma terkandung dalam LDL. Sebagian kecil (1525%) kolesterol berada dalam HDL. (Riswanto, 2010). Jalur eksogen atau makanan pengangkutan lemak melibatkan penyerapan trigliserida dan kolesterol melalui usus, disertai pembentukan dan pembebasan kilomikron ke dalam limfe dank e aliran darah melalui duktur torasikus. Kilomikron membebaskan trigliserida ke jaringan adiposa sewaktu beredar dalam sirkulasi. Selain itu, juga mengaktifkan lipoprotein lipase yang dapat melepaskan asam lemak bebas dari trigliserida sehingga ukuran kilomikron berkurang menjadi sisa yang akhirnya diserap oleh hati. Asamasam lemak yang dikeluarkan pada gilirannya diserap oleh sel otot dan adiposa. (Riswanto, 2010). VLDL terutama dibentuk oleh sel hati, sebagian oleh usus. VLDL terutama terdiri dari trigliserid endogen yang dibentuk oleh sel hati dari karbohidrat. Ia bertugas membawa kolesterol yang dikeluarkan dari hati ke jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi. (Riswanto, 2010). LDL berasal dari katabolisme VLDL, bertugas mengangkut kolesterol dalam plasma darah ke jaringan perifer untuk keperluan pertukaran zat. LDL mengandung 45% kolesterol. LDL ini mudah sekali menempel pada dinding pembuluh koroner sehingga menimbulkan kerak kolesterol (plak). Itu sebabnya LDL sering disebut sebagai “kolesterol jahat”.
(Riswanto, 2010). HDL dibentuk oleh sel hati dan usus, bertugas menyedot timbunan kolesterol di jaringan tersebut, lalu mengangkutnya ke hati dan selanjutnya membuangnya ke dalam empedu. Karena itu maka HDL disebut sebagai “kolesterol baik”. Bila HDL rendah, maka
kolesterol akan dideposit pada jaringan arteri. (Riswanto, 2010).
Pengukuran Lipid Penetapan lipid biasanya dilakukan dengan serum, tetapi dapat juga menggunakan plasma EDTA atau plasma heparin. Baik serum maupun plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah dan jika tidak segera diperiksa, harus disimpan dalam lemari es supaya distribusi kolesterol tidak berubah dan enzim-enzim tidak sempat mengubah proporsi lipoprotein. Sampel darah harus diperoleh setelah klien berpuasa 10 – 12 jam sebelum pengambilan. (Riswanto, 2010). Pengukuran lipid serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL. Pengukuran lipid dapat dilakukan dengan metode kimiawi kolorimetrik. (Riswanto, 2010). Pengukuran kolesterol total dapat menggunakan enzim kolesterol oksidase. Trigliserida diukur melalui pengeluaran asam lemak secara hidrolisis diikuti oleh kuantifikasi gliserol yang dibebaskan. Pengukuran kolesterol HDL menggunakan pengendapan semua lipoprotein selain HDL, kemudian kolesterol HDL yang tersisa dalam larutan diukur. Sedangkan kolesterol LDL diukur dari pengukuran trigliserida, kolesterol total, dan kolesterol HDL dengan pendekatan Friedewald sebagai berikut :
Kolesterol LDL = Kolesterol total – kolesterol HDL – (trigliserida/5)
Kalkulasi ini masih sahih untuk kadar trigliserida sampai sekitar 400 mg/dL. (Riswanto, 2010). Sekarang pengukuran kolesterol LDL dapat dilakukan langsung dengan tehnik imunopresipitasi selektif fraksi lipoprotein lain. (Riswanto, 2010).
Nilai Rujukan
Trigliserida (Riswanto, 2010).
DEWASA : Usia 12-29 tahun : 10 – 140 mg/dl. Usia 30 – 39 tahun : 20 – 150 mg/dl. Usia 4049
tahun :
30
–
160
mg/dl. Usia
>
50
tahun :
ANAK : Bayi : 5 40 mg/dl. Usia 5-11 tahun : 10 135 mg/dl.
40
–
190
mg/dl.
Kolesterol total (Riswanto, 2010).
DEWASA. Nilai ideal :
Risiko sedang
:
200 – 240
mg/dl. Risiko tinggi :
>
240
mg/dl. Kehamilan : kadar berisiko tinggi, tetapi akan kembali normal seperti sebelum kehamilan 1 bulan setelah kelahiran.
ANAK. Bayi : 90 – 130 mg/dl. Anak usia 2 – 19 tahun : nilai ideal 130 – 170 mg/dl, risiko sedang 171 – 184 mg/dl, risiko tinggi > 185 mg/dl.
Kolesterol HDL (Riswanto, 2010).
Usia 20-24 tahun : 30 – 79 mg/dl. Usia 25-29 tahun : 31 – 83 mg/dl. Usia 30-34 tahun : 28 –
77 mg/dl. Usia 35-39 tahun : 36 – 62 mg/dl. Usia 40-44 tahun : 34 – 67 mg/dl. Usia 45-49 tahun : 30 – 87 mg/dl. Usia 50-54 tahun : 28 – 92 mg/dl.
Kolesterol LDL (Riswanto, 2010).
Yang dianjurkan : Risiko sedang : 130 – 159 mg/dl. Risiko tinggi : >= 160 mg/dl.
Sedangkan menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun 2004, kadar lipid serum yang dianggap optimal dan yang abnormal dapat dilihat pada tabel berikut (Riswanto, 2010).:
Kolesterol total (mg/dl) 200 atau kurang
Yang diinginkan
200 – 239
Batas tinggi
240 atau lebih
Tinggi
Kolesterol LDL (mg/dl) 100 atau kurang
Optimal
100 – 129
Mendekati optimal
160 – 189
Tinggi
190 atau lebih
Sangat Tinggi
Kolesterol HDL (mg/dl) 40 atau kurang
Rendah (kurang baik)
60 atau lebih
Tinggi (baik)
Trigliserida (mg/dl) 150 atau kurang
Normal
150 – 199
Batas tinggi
200 – 499
Batas tinggi
500 atau lebih
Sangat tinggi
Masalah Klinis Peningkatan kadar lemak darah dapat menimbulkan risiko penyakit arteri koronaria atau
penyakit
kardiovaskuler.
Peningkatan
kadar
kolesterol
(hiperkolesterolemia)
menyebabkan penumpukan kerak lemak di arteri koroner (arteriosklerosis) dan risiko penyakit jantung (infark miokardial). Kadar kolesterol serum tinggi dapat berhubungan dengan kecenderungan genetik (herediter), obstruksi bilier, dan/atau asupan diet. Peningkatan trigliserid dalam waktu yang lama akan menjadi gajih di bawah kulit dan menyebabkan obesitas. Gajih yang berlebih akan diubah juga menjadi kolesterol LDL. Kolesterol LDL yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah merupakan risiko penyakit aterosklerosis. Sebaliknya, kolesterol LDL yang rendah dan kolesterol HDL tinggi dapat menurunkan risiko penyakit arteri koronaria. (Riswanto, 2010). Peningkatan kadar kolesterol dapat dijumpai pada : infak miokardial (MCI) akut, aterosklerosis, hiperkolesterolemia keluarga, hiperlipoproteinemia tipe II, III dan V, diet tinggi kolesterol (lemak hewani). Selain itu juga dijumpai pada : hipotiroidisme, obstruksi
bilier, sirosis bilier, miksedema, hepatitis infeksiosa, DM yang tidak terkontrol, sindrom nefrotik, pankreatektomi, kehamilan trimester III, periode stress berat. Pengaruh obat : aspirin, kostikosteroid, steroid (agens anabolic dan androgen), kontrasepsi oral, epinefrin dan norepinefrin, bromide, fenotiazin (klorpromazin [Thorazine], trifluoperazin [Stelazine]), Vitamin A dan D, sulfonamide, fenitoin (Dilantin). (Riswanto, 2010). Peningkatan kadar trigliserida dapat dijumpai pada : hiperlipoproteinemia, infark miokardial akut, hipertensi, thrombosis serebral, arteriosklerosis, diet tinggi karbohidrat. Juga dapat dijumpai pada : hipotiroidisme, sindrom nefrotik, sirosis Laennec atau alkoholik, DM tak terkontrol, pancreatitis, sindrom Down, stress, kehamilan. Pengaruh obat : Estrogen, kontrasepsi oral. (Riswanto, 2010). Peningkatan lemak darah umumnya dipengaruhi oleh faktor makanan. Konsumsi makanan tinggi kalori dalam jangka waktu lama terutama yang banyak mengandung lemak, menyebabkan peningkatan persisten trigliserida yang terutama berada dalam partikel VLDL. Asupan karbohidrat yang tinggi menyebabkan peningkatan cepat trigliserida dan VLDL. Kolesterol dalam makanan meningkatkan kandungan kolesterol LDL, demikian juga asupan asam lemak jenuh melalui makanan; konsumsi asam lemak tak jenuh mungkin menurunkan kolesterol total. Alkohol meningkatkan konsentrasi trigliserida, terutama mempengaruhi VLDL dan kadang-kadang kilomikron. (Riswanto, 2010).
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium (Riswanto, 2010). :
Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan kadar kolesterol serum,
Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol serum,
Hipoksia berat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum,
Hemolisis pada sampel darah dapat menyebabkan hasil uji kolesterol serum meningkat,
Diet tinggi karbohidrat dan alcohol dapat meningkatkan kadar trigliserida serum.
Spektrofotometer
Gambar 1. Spektrophotometer Spektrofotometer merupakan
alat
yang
digunakan
untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. (Anonim. 2010)
Metode Pemeriksaan a.
Pemeriksaan Kolestrol Total (metode CHOD-PAP) Kolestrol total dan bentuk esternya dibebaskan dari lipoprotein. Bentuk ester dari kolestrol dihidrolisis oleh kolestrol esterase. Kolestrol dioksidasi oleh kolestrol oksidase sehingga terbentuk peroksid. Bentuk peroksid, dengan bantuan katalase peroksidase
mengubah
4-aminoantipirin
dan
fenol
menjadi
quinonimine.
Quinonimine merupakan produk berwarna, intensitasnya diukur secara fotometrik.
b.
Pemeriksaan HDL (metode CHOD-PAP) Chylomicrons, VLDL dan LDL yang diendapkan dengan menambahkan asam phospotungistic dan ion magnesium dengan menambahkan asam phospotungistic dan ion magnesium untuk sampel. Sentrifugasi meninggalkan hanya HDL dalam supernatan. Isi kolesterol mereka ditentukan secara enzimatis menggunakan DiaSys kolesterol FS
c.
Pemeriksaan Trigeliserid (metode GPO) Penentuan trigliserida setelah membelah secara enzimatic dengan lipase lipoprotein.
Indikatornya
adalah quinonimine
yang
dihasilkan
dari
4-
aminoantipyrine dan 4-klorofenol oleh peroksida hidrogen di bawah aksi katalitik peroksidase
BAB III METODOLOGI
A. Kolesterol Total 1. Alat dan Bahan
Serum 30 µL
Air 30 µL
Reagen 9 mL
Larutan Standard 30 µL
Tabung reaksi
Mikro pipet
Spekofotometrik
Rak tabung
Alat sentrifuge
2. Cara Kerja
Siapkan 3 tabung, masing – masing tabung diberi label
Tabung I (Blanko) 30 µL air + 3 mL reagen
Tabung II (Standard) 30 µL larutan standard + 3 mL reagen
Tabung III ( Sampel) 30 µL sampel + 3 mL reagen
Inkubasi pada suhu kamar selama 20 menit
Dibaca pada alat fotometrik
B. HDL Precipitant 1.
Alat dan Bahan
Serum 200 µL
Larutan standard 200 µL
Precipitant 1000 µL
Larutan supernatan
Tabung reaksi
Spektofotometrik
Mikro pipet Alat sentrifuge
2.
Rak tabung
Cara kerja
Siapkan 4 tabung, kemudian berikan label pada masing – masing tabung
Tabung I (Sampel) 200 µL sampel + 500 µL reagen precipitant kemudian dicampurkan dan di unkubasi selama 15 menit pada suhu kamar, kemudian di sentrfuge selama 20 menit
Dari tabung I tadi ada endapan dan supernatant sebanyak 300µL, lalu larutan supernatannya diambil akan di masukkan ke tabung III
Tabung II (Standar) 200 µL larutan standar + 500 µL reagen precipitant kemudian dicampurkan dan di unkubasi selama 15 menit pada suhu kamar, kemudian di sentrfuge selama 20 menit
Dari tabung II diambil larutan sebanyak 300µL, lalu di masukkan ke tabung IV.
Tabung III ( supernatan ), 300 µL larutan supernatan dari tabung ke I + 3000 µL reagen kolesterol. Dicampurkan dan di inkubasi pada suhu kamar selama 10 menit. Kemudian dibaca hasilnya pada alat fotometrik.
Tabung IV ( standar 2 ), 300 µL larutan standar II + 3000 µL reagen kolesterol. Dicampurkan dan di inkubasi pada suhu kamar selama 10 menit. Kemudian dibaca hasilnya pada alat fotometrik.
Tabung V (blangko), ambilah reagen kolesterol sebanyak 3000 µL. Lalu hasilnya dibaca pada alat fotometrik.
C. Triglisedrida 1. Alat dan Bahan
Serum
Reagen trigliserid
Air 120 µL
Larutan standard
Tabung reaksi
Spektofotometrik
Mikro pipet
Rak tabung
Alat sentrifuge
2. Cara Kerja
Siapkan 3 tabung
Di masing – masing tabung berikan label
Tabung I (Blanko) 30 µL air + 3 mL reagen. Dihomogenkan kemudian di inkubasi selama 20 menit pada suhu kamar.
Tabung II (Standard) 30 µL larutan standard + 3 mL reagen. Dihomogenkan kemudian di inkubasi selama 20 menit pada suhu kamar.
Tabung III (sampel) 30 µL sampel + 3 mL reagen.Dihomogenkan kemudian di inkubasi selama 20 menit pada suhu kamar.
Baca pada alat spektofotometrik.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL 1. Kolestrol Total Standart : λ = 33,5 0,482 (OD) Sampel
: λ = 53
0,276 (OD)
Perhitungan konsentrasi Kolestrol total
Koletrol
Jadi Kolestrol
2. HDL Standart
:λ = 16 0,796 (OD)
Sampel
:λ = 75 → 0,125 (OD)
Perhitungan konsentrasi HDL
HDL
HDL
Jadi
3. Trigeliserid Standart
: λ = 60 0,222 (OD)
Sampel
: λ = 61 → 0,215 (OD)
Perhitungan konsentrasi Kolestrol total
Koletrol
Jadi Kolestrol
4. Penghitungan Kadar LDL Penghitungan LDL ditetapkan melalui rumus Perhitungan: LDL
Jadi: LDL
B.
( ) mg/dl
PEMBAHASAN Dalam praktikum yang dilakukan kali ini, dilakukan pemeriksaan terhadap kadar
HDL, kolestrol total, serta triglyserid dalam plasma probandus. Dari hasil pemeriksaan ketiganya, maka akan didapatkan pula nilai kadar LDL yang hasilnya merupakan hasil penggunaan rumus yang melibatkan kadar kolestrol total, HDL, serta triglyserid itu sendiri
(akan dibahas nanti pada pemeriksaan LDL). Adapun pemeriksaan terhadap probandus, digunakan serum yang berasal dari darah probandus. Pengambilan serum dilakukan dengan pemusingan terhadap darah probandus selama 20 menit menggunakan alat sentrifuge (lihat langkah kerja mengenai pengambilan serum probandus). Karena cairan darah yang diambil kemudian tidak dicampur dengan antikoagulan, maka lebih tepat apabila cairan yang diambil disebut sebagai serum, bukan plasma (untuk menghindari kesalahpahaman mengenai penulisan “serum atau plasma” seperti yang telah tertulis p ada langkah kerja).
Seperti yang tertulis pada langkah kerja, dimana pada pemeriksaan kadar senyawa lipid (kolestrol total, HDL, serta triglyserid) digunakan 3 buah tabung reaksi yang berbeda dimana pada pemeriksaan masing-masing, ketiga tabung ini berfungsi sebagai; 1. Tabung reaksi yang berisi blanko yang merupakan reagen (pada praktikum ini digunakan 1000 μml)
2. Tabung reaksi yang berisi larutan standar (pada praktikum ini digunakan 100 μml) 3. Tabung reaksi yang berisi larutan sample yang merupakan serum darah tanpa antikoagulan. (khusus untuk HDL menggunakan filtrat hasil presipitasi). Pada praktikum digunakan 100 μml sample.
Perlu diperhatikan bila pada hasil pemeriksaan, dicantumkan dua buah sampel yang berasal dari serum probandus yang berbeda. Dalam hal ini, percobaan masing-masing dilakukan satu persatu (dilakukan oleh kelompok yang berbeda) dengan tetap menggunakan tiga buah tabung reaksi, serta menggunakan prinsip kerja yang sama seperti yang telah tertulis dalam landasan teori maupun pada langkah kerja. Adapun larutan hasil yang didapat setelah dilakukan penyampuran untuk mendapat reaksi kimia atas ketiga percobaan (lihat landasan teori mengenai prinsip kerja; untuk keterangan lebih lanjut mengenai prinsip pemeriksaan, akan dibahas kemudian), maka hasil yang diperoleh diukur intensitasnya melalui alat spektrofotometer. Untuk melakukan pengukuran melalui spektrofotometer, maka untuk masing-masing percobaan, larutan hasil yang terdapat pada ketiga tabung reaksi harus dipindahkan ke dalam kuvet (lihat langkah kerja mengenai pengukuran dengan spektrofotometri). Alasan pemindahan dilakukan ialah karena pada dasarnya kuvet merupakan tabung pemeriksaan bening dan bersih yang
memang digunakan untuk pemeriksaan spektrofotometri. Kebersihan dan ketidak keruhan dari kuvet diperlukan dalam pemeriksaan intensitas warna, agar cahaya yang lewat benarbenar murni dibiaskan langsung dari larutan yang akan diteliti intensitasnya. Seperti
yang
tertera
pada
langkah
kerja,
dimana
sebelum
penggunaan
spektrofotometer, jarum spektrofotometer harus diposisikan dulu pada posisis nol (0). Setelah dinolkan, kuvet yang berisi blanko (reagen) dimasukkan, maka jarum akan bergerak. Dalam hal ini, jarum dibuat bergerak menuju angka 100. Setelah dilakukan pembacaan terhadap kuvet blanko, dilakukan pembacaan terhadap kuvet yang berisi larutan standar , dan kemudian dilakukan pembacaan nilai yang tertera. Setelah dilakukan penguruan terhadap kuvet berisi larutan standar, dilakukan pula pemeriksaan spektrofotometri terhadap kuvet yang berisi dengan sample. Adapun hasil pembacaan yang didapat, hasilnya kemudian dicocokan dengan tabel yang telah tersedia untuk mengetahui nilai OD (tabel yang ada merupakan tabel hasil perumusan dan perhitungan terkait bidang fisika mengenai intensitas cahaya, dan dalam laporan kali ini tidak akan dibahas secara detail mengenai prinsip pemeriksaan spektrofotometri). Nilai OD yang didapat nantinya akan digunakan untuk mengetahui kadar masing-masing lipid yang diperiksa dan akan dikaitkan dengan rumus yang ada (lihat pada hasil kerja)
1.
Pemeriksaan Kolestrol Total Pada praktikum menghitung kadar kolestrol total, dilakukan penghitungan kadar kolestrol dari plasma darah probandus yang telah dipusingkan. Penghitungan kadar kolestrol dilakukan dengan metode CHOD PAP. Prinsip pemeriksaan dan pengukuran kadar kolestrol ini ialah mengukur nilai kolestrol yang didapat dari lipoprotein yang telah melalui proses oksidasi dan hidrolisis enzimatik (lihat landasan teori mengenai prinsip pemeriksaan kolestrol). Dari proses ini akan terbentuk indikator kuinonimin dari hydrogen peroksida dan 3aminofenanzon yang berasal dari fenol dan peroksidase. Apabila reaksi ini
dituliskan dalam persamaan reaksi kimianya, maka akan dipoleh persamaan reaksi sebagai berikut:
Dari persamaan reaksi tersebut, dapat dilihat apabila hasil akhir dari proses enzimatik dan hidrolisis dari kolestrol plasma, akan menghasilkan produk akhir berupa senyawa quinonimine yang merupakan sebuah indikator atau produk berwarna pink, dimana dari produk inilah dapat dilakukan pengukuran intensitas warna menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar kolestrol total dalam larutan. Adapun hasil yang diperoleh mengenai kadar kolestrol total setelah dilakukan perhitungan rumus untuk masing-masing probandus yakni:
-
Yyn didapat nilai kadar kolestrol yang tertera ialah 115, 9 mg/dl
-
Ant didapat nilai kadar kolestrol yang tertera ialah 194, 2 mg/dl
Apabila hasil ini dibandingkan dengan nilai profil lipid yang ada (lihat pada landasan teori mengenai profil lipid), yakni: Kolesterol total (mg/dl) 200 atau kurang
Yang diinginkan
200 – 240
Batas tinggi
240 atau lebih
Tinggi
(digunakan standar profil yang dikeluarkan oleh PERKENI tahun 2004 )
Maka hasil yang diperoleh untuk kedua probandus termasuk dalam batas kadar kolestrol total yang diinginkan (ideal atau normal). Apabila seseorang memiliki nilai kolestrol yang tinggi, maka apabila hal ini dikaitkan dengan masalah klinis yang terjadi (lihat pada landasan teori mengenai masalah klinis pada profil lipid), tingginya angka kolestrol akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koronaria atau penyakit kardiovaskuler. Peningkatan kadar kolesterol (hiperkolesterolemia) menyebabkan penumpukan kerak lemak di arteri koroner (arteriosklerosis) dan risiko penyakit jantung (infark miokardial). Kadar kolesterol serum tinggi dapat berhubungan dengan kecenderungan genetik (herediter), obstruksi bilier, dan/atau asupan diet. Seperti yang telah dijelaskan pada landasan teori bila peningkatan kadar kolesterol dapat dijumpai pada keadaan-keadaan seperti infak miokardial (MCI) akut, aterosklerosis, hiperkolesterolemia keluarga, hiperlipoproteinemia tipe II, III dan V, diet tinggi kolesterol (lemak hewani). Selain itu juga dijumpai pada hipotiroidisme, obstruksi bilier, sirosis bilier, miksedema, hepatitis infeksiosa, DM yang tidak terkontrol, sindrom nefrotik, pankreatektomi, kehamilan trimester III, periode stress berat. Banyaknya keadaan yang biasa terjadi apabila tingginya angka kolestrol, dapat dijadikan faktor resiko penyakit yang mungkin dapat terjadi apabila seseorang memiliki kadar kolestrol yang tinggi. Untuk itulah penentuan kadar kolestrol akan sangat berguna dalam membantu diagnosa suatu penyakit pada pasien, baik sebagai faktor resiko penyakit yang dapat terjadi, maupun sebagai penyakit yang sudah terjadi. Untuk itulah bagi seseorang yang memiliki kadar kolestrol tinggi perlu berhati-hati terhadap resiko-resiko penyakit yang mungkin saja dapat terjadi. Selain resiko penyakit yang mungkin terjadi pada seseorang dengan kadar kolestrol tinggi, perlu diperhatikan pula apabila peningkatan kadar kolesterol juga dijumpai karena pengaruh obat-obatan seperti aspirin, kortikosteroid, dan hidantoin (lihat landasan teori mengenai pengaruh obat pada kadar kolestrol total). Untuk itulah seorang dokter dalam mendiagnosa kemungkinan penyakit
perlu berhati-hati terhadap hasil pemeriksaan ketika pasien telah mengonsumsi obat ini sebelumnya.
2.
Pemeriksaan HDL Pada praktikum menghitung kadar HDL, dilakukan penghitungan kadar kolestrol dari serum darah probandus yang telah dipusingkan. Khusus untuk pemeriksaan HDL digunakan serum yang dicampurkan dengan reagen presipitasi dan dipusingkan lagi selama 20 menit sehingga didapatkan filtrat HDL (lihat pada langkah kerja). Penghitungan kadar HDL semacam ini merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan dengan metode CHOD PAP.
Adapun hasil yang didapat pada praktikum kali ini ialah pada masing-masing probandus didapat nilai HDL sebesar:
-
Yyn didapat nilai kadar HDL yang tertera sebesar 20, 4 mg/dl
-
Ant didapat nilai kadar HDL yang tertera sebesar 18, 4 mg/dl
Apabila hasil ini dibandingkan dengan nilai profil lipid yang ada (lihat pada landasan teori mengenai profil lipid), yakni: Kolesterol HDL (mg/dl) ≥ 35
Tinggi (baik)
Maka hasil yang diperoleh untuk kedua probandus termasuk dalam kategori kurang baik karena HDL probandus kurang dari 40 (golongan rendah). Jumlah HDL yang rendah merupakan inidikasi yang cukup kuat dimana resiko seseorang terkena penyakit jantung koroner cukup besar, sedangkan jumlah HDL yang tinggi memberikan efek protektif terhadap perkembangan atherosklerosis (lihat pula pada landasan teori mengenai masalah klinis pada profil lipid).
Kadar HDL yang tinggi lebih baik daripada kadar HDL yang rendah sebab HDL berperan dalam “reverse cholesterol transport” yang merupakan kebalikan dari
LDL, yaitu mengangkut kelebihan kolesterol pada jaringan dan diangkut ke hati. Di hati kelebihan kolesterol akan diubah menjadi empedu atau diubah menjadi steroid. HDl juga berperan dalam perbaikan dinding endotel pembuluh darah dan menurunkan terjadinya trombosis. Jumlah HDL bisa ditingkatkan dengan olah raga, penurunan berat badan, konsumsi minyak ikan dan penggunaan alkohol. Peningkatan juga bisa dilakukan dengan obat-obatan seperti statin, niacin dan fibrates.
3.
Pemeriksaan Triglyserid Pada praktikum menghitung kadar triglyserid, dilakukan penghitungan kadar kolestrol dari plasma darah probandus yang telah dipusingkan. Penghitungan kadar kolestrol dilakukan dengan metode CHOD PAP. Adapun hasil yang diperoleh mengenai kadar triglyserid setelah dilakukan perhitungan rumus untuk masing-masing probandus yakni (lihat pula pada hasil praktikum):
-
Yyn didapat nilai kadar triglyserid yang tertera yakni 60, 7 mg/dl
-
Ant didapat nilai kadar triglyserid yang tertera yakni 142, 3 mg/dl
Apabila hasil ini dibandingkan dengan nilai profil lipid yang ada (lihat pada landasan teori mengenai profil lipid), yakni: Trigliserida (mg/dl) < 200
Normal
200 – 400
Batas tinggi
> 400
Tinggi
(digunakan standar profil yang dikeluarkan oleh PERKENI tahun 2004 ) Maka hasil yang diperoleh untuk kedua probandus termasuk dalam batas kadar triglyserid yang diinginkan (ideal atau normal).
Apabila seseorang memiliki nilai triglyserid yang tinggi, maka apabila hal ini dikaitkan dengan masalah klinis yang terjadi (lihat pada landasan teori mengenai masalah klinis pada profil lipid), tingginya angka triglyserid akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit atau pada keadaan hiperlipoproteinemia, infark miokardial akut, hipertensi, thrombosis serebral, arteriosklerosis, diet tinggi karbohidrat. Kadar yang tinggi ini juga dapat dijumpai pada hipotiroidisme, sindrom nefrotik, sirosis Laennec atau alkoholik, DM tak terkontrol, pancreatitis, sindrom Down, stress, kehamilan. Beberapa keadaan penyakit yang biasa ditandai dengan adanya kadar triglyserid yang tinggi dapat menjadikan pemeriksaan trygliserid sebagai penanda seseorang memiliki resiko penyakit seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Namun perlu diperhatikan pula bila kadar triglyserid j uga dapat dipengaruhi oleh pengaruh obat seperti estrogen, dan obat kontrasepsi oral. (lihat pada landasan teori mengenai pengaruh obat-obatan terhadap kadar triglyserid). Untuk itulah seorang dokter dalam mendiagnosa kemungkinan penyakit perlu berhati-hati terhadap hasil pemeriksaan ketika pasien telah mengonsumsi obat ini sebelumnya.
4.
Pemeriksaan LDL Pada pemeriksaan LDL, kadar LDL didapat dari hasil nilai kolestrol total dikurang kadar HDL dikurang lagi 1/5 dari kadar triglyserid (lihat pada hasil pembahasan pada perhitungan LDL). Dari praktikum yang dilakukan, didapat kadar LDL dari masing-masing probandus, yakni:
-
Yyn didapat nilai kadar LDL yang tertera yakni 83 mg/dl
-
Ant didapat nilai kadar LDL yang tertera yakni 148 mg/dl
Apabila hasil ini dibandingkan dengan nilai profil lipid yang ada (lihat pada landasan teori mengenai profil lipid), yakni: Kolesterol LDL (mg/dl) 100 atau kurang
Optimal
100 – 129
Mendekati optimal
130 – 159
Batas tinggi
160 – 189
Tinggi
190 atau lebih
Sangat Tinggi
(digunakan standar profil yang dikeluarkan oleh PERKENI tahun 2004) Maka hasil yang diperoleh untuk probandus berinisial Yyn termasuk dalam batas kadar LDL yang optimal/baik, sedangkan untuk probandus berinisial Ant, kadar LDLnya termasuk batas tinggi. Apabila seseorang memiliki nilai LDL yang tinggi, maka apabila hal ini dikaitkan dengan masalah klinis yang terjadi (lihat pada landasan teori mengenai masalah klinis pada profil lipid), tingginya angka LDL akan meningkatkan resiko terjadinya atherosklerosis. Konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak serta faktor predisposisi genetik akan mengakibatkan akumulasi LDL pada serum sehingga mengakibatkan tingginya level LDL pada aliran darah. Jika level LDL pada darah tinggi maka akan lebih beresiko terjadinya atherosklerosis karena pathogenesis atherosklerosis terjadi karena oksidasi LDL, migrasi LDL pada dinding pembuluh darah dan fagositosis LDL oleh makrofag. Semakin tinggi LDL dalam darah makin tinggi juga resiko terjadinya ketiga hal tersebut. LDL juga menyebabkan injury/perlukaan pada dinding pembuluh darah, inflamasi dan respon sistem imun yang sangat penting dalam atherogenesis (lihat pula pada landasan teori pada masalah klinis profil lipid mengenai resiko peningkatan kadar LDL dalam tubuh).
Adapun kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi ataupun keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi dalam praktikum kali ini y akni:
-
Pembacaan spektrofotometer yang tidak benar
-
Kesalahan kerja dalam melaksanakan praktikum seperti kurang tepatnya penuangan volume larutan yang diperlukan
-
Kuvet yang digunakan keruh sehingga mempengaruhi pembacaan hasil spektrofotometer
Faktor yang lain dapat mempengaruhi temuan laboratorium (lihat landasan teori pada profil lipid):
Obat aspirin dan kortison dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan kadar kolesterol serum,
Diet tinggi kolesterol yang dikonsumsi sebelum pemeriksaan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol serum,
Hipoksia berat dapat meningkatkan kadar kolesterol serum,
Hemolisis pada sampel darah dapat menyebabkan hasil uji kolesterol serum meningkat,
Diet tinggi karbohidrat dan alcohol dapat meningkatkan kadar trigliserida serum.
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan Kesimpulan yang diambil dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan yaitu : 1. Penghitungan kadar lipid dapat digunakan sebagai alat bantu penegakan diagnosa ketika seorang dokter melakukan pemeriksaan terhadap penyakit yang dikeluhkan pasiennya. 2. Keadaan abnormal lipid dalam plasma seseorang dapat digunakan sebagai penentu atau indikator seseorang memiliki resiko penyakit jantung atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA [Anonim].2010.
Spektrofotometer.
http://id.wikipedia.org/wiki/Spektrofotometer. [12
Agustus 2010]
*Felicia, Amelia CP+. 2010. Praktikum Biokimia: “Penentuan Kadar Kolesterol Dengan Metode
CHOD
PAP”.
http://www.scribd.com/doc/32769631/PENENTUAN-KADAR-
KOLESTEROL-DENGAN-METODE-CHOD-PAP. [16 Noveber 2010]
th
J., Gerard Tortora. 2009. Principles of Anatomy and Physiology, 12 edition. Printed in Asia by Wiley.
[Riswanto]. 2010. Pemeriksaan Lipid. http://labkesehatan.blogspot.com/2010/02/pemeriksaan-lipid.html. [4 Februari 2010]