A. Pertumbuhan Rahang Dan Bagian-Bagian Mulut 1. Pertumbuhan Rahang a. Mandibula (rahang bawah) Mandibula terdiri dari 2 tulang yang simetris yang berfusi pada midline di area simfisis. Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat penting k arena terlibat dalam fungsi-fungsi vital antara lain : pengunyahan, pemeliharaan jalan udara, berbicara dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondral dan aposisi periosteal (osifikasi intramembranous ) dan padanya melekat otot-otot dan gigi. Menurut Proffit dan Fields (2007), pertumbuhan mandibula ada dua macam : 1) Pola pertama, bagian posterior po sterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara dagu bergerak ke bawah dan depan. 2) Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid dan kondilus mandibula. (Yhow M.S., 2010). Setelah umur 2-4 tahun, korpus mandibula bertambah panjang terutama dalam arah posterior bersama dengan terjadinya resorpsi sepanjang ramus yang membesar. Hal ini menyebabkan tersedianya ruangan untuk erupsi molar (Trasti, 2007). b. Maksila (rahang atas) Terbentuk pada pertengahan masa kehamilan akan menunjukan semua elemen dewasa, berbeda dalam berbagai aspek dengan tulang dewasa. Perbedaan utama terletak pada ukuran proc. alveolaris yang kecil, kurangnya kedalaman sinus maksilaris. Proc. alveolaris mandibula dan maksila berkembang di sekitar benih gigi yg sedang tumbuh semasa fetus. Bila pembentukan gigi terganggu dan gigi gagal bererupsi, processus alveolaris tidak dapat berkembang. Bersama dengan erupsi gigi geligi, alveolus dan cryptus tempat berkembangn ya gigi di dalam processus alveolaris akan digantikan dengan socket. Perubahan tinggi vertikal mandibula, maksila dan tinggi wajah secara keseluruhan terutama disebabkan karena pertumbuhan proc. alveolaris yang berlangsung setelah usia 3 tahun dan hampir seluruhnya merupakan
hasil dari proses tersebut setelah dekade pertama kehidupan. Pertumbuhan selanjutnya dari cavum oris umumnya disebabkan deposisi tulang disepanjang regio alveolaris, pada permukaan bawah palatum dan pada fasies facialis mandibula serta maksila. Fasies lingualis proc. alveolaris umumnya teresorpsi dalam batasan tertentu tetapi penambahan lebar palatum biasanya diakibatkan karena pertumbuhan proc. alveolaris ke arah bawah dan keluar. Setelah bayi lahir proc alveolaris dan rangka wajah pendukung akan tumbuh dengan cepat dan pada saat gigi geligi susu sudah tumbuh sempurna, lingua tentunya sudah mempunyai ruangan yang cukup di dalam arcus dentalis. Gigi geligi dan gingiva Gigi geligi atas dan bawah, didukung oleh proc. alveolaris tempat terletaknya soket gigi, umumnya membentuk arcus yang sesuai dgn bentuk lengkung. Tiap gigi terbentuk dari jaringan kalsifikasi, enamel, dentin, cementum dan cavum pulpa yg terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah, dan saraf. Tiap gigi melekat pada proc. alveolaris melalui ligamentum periodontal (Yhow M.S., 2010). 1. Pertumbuhan Bagian-Bagian Mulut (Labium oris) Menurut penelitian dari Frazer, labium oris terbentuk seluruhnya dari proc.maksilaris. Mesoderma maksilaris tampak meluas ke bagian bawah proc. frontonasalis sampai kedua perluasan dari setiap sisi saling bertemu pada garis median. Pipi terbentuk dari jaringan yang berasal baik dari proc. mandibularis maupun proc. maksilaris. Pada kedua sisi cavum oris pada regio pipi terlihat adanya kantung kecil dari cavum oris yang meluas keluar, terletak tidak terlalu jauh antara proc. maksilaris di bagian atas dan proc. mandibularis di bagian bawah. Batas luar dari kantung tersebut terletak pada epitelium cavum o ris, meluas dari proc maksilaris ke proc. mandibularis dan mengelilingi permukaan dalam pipi. Lingua yang terlihat pada cavum oris adalah permukaan atas atau dorsum lingua, terutama bagian duapertiga anterior dan facies ventral atau inferior. Selama masa kehidupan fetus dan tahun pertama kelahiran, lingua umumnya relatif besar dalam cavum oris dan sering meluas di antara gingiva, terutama di bagian depan sehingga berkontak dengan labium oris dan pipi. Lingua berperan penting dalam
proses pengunyahan, menelan, mengisap dan bicara. Pada keadaan istirahat d an ketika cavum oris tertutup, lingua akan mengisi cavum oris, terletak bersandar terhadap permukaan lingual gigi geligi di balik permukaan inferior palatum molle dan palatum durum. Ujung lingua biasanya berkontak dengan palatum durum di balik incisivus atas. Ginggiva membentuk region membrana mukosa cavum oris dan pada tepi bebasnya membentuk penggabungan an tara epitel cavum oris dgn epitel yang menutupi sebagian enamel gigi yang tidak terlihat dalam cavum oris. Gingiva melekat erat pada leher masing - masing gigi. Perlekatan gusi ini mempunyai sifat ganda : Epithelial-attachment, terdiri dari penggabungan epitelium gingiva dan epitelium enamel dari mahkota gigi. Berperan penting dalam proses pembentukan penyakit – penyakit ginggiva. Subepithelial attachment, di bawah epitelium gingiva terdapat serabut kolagen yang melintas dari ceme ntum gigi di dekat pertemuan enamel – cementum dan dari proc. alveolaris ke gusi , membentuk mucoperiosteum yang melekat erat di sekitar leher gigi (Yhow M.S., 2010). A. Akibat Kebiasaan Buruk Pada Anak Yang Berkaitan Dengan Pertumbuhan Rahang Menurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktifitas oral dan sekitarnya yang bersifat kontinyu, yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi (Trasti, 2007). Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial (Susanto C., 2010). 1. Klasifikasi Maloklusi a. Protrusi Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap bibir bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta bernafas melalui mulut. b. Intrusi dan Ekstrusi Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang ok lusal. Pergerakan intrusi
membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi mendekati bidang oklusal. c. Crossbite Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja. Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu: 1) Crossbite anterior Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual d ari gigi anterior mandibula. 2) Crossbite posterior Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula. a. Deep bite Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi. b. Open bite Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya adalah : 1) Anterior open bite Klas I Angle anterior open bite terjadi karena raha ng atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan. 2) Posterior open bite pada regio premolar dan molar 3) Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior, posterior, dapat unilateral atau bilateral.
a. Crowded Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar d ari mahkota gigi geligi. Derajat keparahan gigi crowded: 1) Crowded ringan Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi d epan mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak memerlukan perawatan. 2) Crowded berat Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan hygiene oral yang jelek. g) Diastema Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu : 1) Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek, dan persistensi. 2) Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis. Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta estetik. Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p dan b. Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf s, z, t, dan n. (Susanto C., 2010). 1. Klasifikasi Maloklusi Berdasarkan Engle a. Klas 1 Maloklusi klas 1 terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposterior antara
maksila dan mandibula. Ciri-cirinya : 1) Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang 2) Ujung caninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal caninus bawah. 3) Tonjolan mesiobukal dari M1 atas beroklusi den gan alur (groove) bukal dari M1 bawah. 4) Jika insisif berada pada inklimasi yang tepat, ov erjet insisal adalah +3mm. a. Klas II Terdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila. Ditandai dengan lengkung gigi bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas, serta profil skeletal cembung. Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognasi mandibula, protrusi maksila atau keduanya. Maloklu si kelas II dapat disebut juga sebagai “hubungan postnatal”. Maloklusi klas II dikelompokkan menjadi 3 devisi: 1) Devisi 1 Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial) 2) Devisi 2 Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar, sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proglinasi atau retroklinasi. 3) Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahang. a. Klas III Lengkung gigi bawah lebih terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi atas. Dibagi menjadi dua yaitu : 1) Klas 3 postural Gerak menutup translokasi ke arah depan dari mandibula menuju ke kelas 3. 2) Klas 3 sejati Rahang bawah berpindah dari posisi istirahat ke oklusi kelas berpindah dari posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat penutupan normal. (Trasti, 2007). Klasifikasi kebiasaan buruk oral pada anak menurut Viken S. (1971) sebagai berikut :
1. Bernafas melalui mulut (mouth breathing) Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga sebagai be rikut : a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup udara melalui saluran hidung (nasal passage). b. Habitual : Disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah dihilangkan. c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas-bawah pendek sehingga tidak dapat mengatup sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnya. Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit, gigi anterior atas maju ke arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas. Karena kurangnya stimulasi muscular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada caninus dan daerah molar oleh otot orbicularis oris dan bucinator, maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal tinggi. Sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memilki wajah yang panjang (long faced) dan sempit.Bila hal ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas baas mrongos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite). 1. Kebiasaan menghisap ibu jari Menghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak. Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Menurut Profit (2000), karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi dan bibir. Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan tekanan yang tertinggi, Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi otot buccinators selama mengisap pada saat yang sama.sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V. 2. Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting) Menurut Straub (1960), kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan karena bottle feeding yang tidak tepat dan biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika kebiasaan ini
terus berlanjut akan menyebabkan open bite dan incomplete coverbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal. 3. Kebiasaan menggigit benda Terdiri dari : a. Menggigit kuku (nail biting) Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi gigi insisif atas dan bawah mengalami penekanan gigi pada bagian kuku tersebut. Meurut Finn (1971), kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap. Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990), etiologi menggigit kuku disebabkan karena stres, imitasi terhadap anggota keluarga, herediter, transfer dari kebiasaan menghisap jari, dan kuku jari yang tidak rapi. Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah. b. Menggigit jari Kebiasaan mengisap jari pada anak-anak timbul pada usia 1-2 tahun. Jika dibiarkan terus menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat kelainan pada posisi gigi. Jari akan menekan gigi rahang atas ke depan dan gigi rahang bawah ke dalam, sehingga gigi tampak merongos (protusif).