Project Based Learning PNEUMONIA
OLEH : ALIF YANUR ABIDIN 105070200111021
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWAT K EPERAWATAN AN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
1
Kasus
An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya. Menurut cerita dari ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 40º C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x, perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke RSSA. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam kondisi sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR: 35x/menit, pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5ºC. Rontgen thorax:gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, mm/jam, terapi: t erapi: IV line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm. SLO PJBL dengan kasus PNEUMONIA yaitu mahasiswa mampu menjelaskan tentang :
A. Definisi Pneumonia Suatu proses peradangan dimana terdapat konsilidasi disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang yang sakit. (Irman ( Irman somantri.2007). Pneumonia adalah infeksi pada kantung udara kecil pada paru-paru (alveoli) dan jaringan di sekitarnya. (Merck ( Merck Manual.2011). Pneumonia adalah infeksi paru-paru biasa yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Pneumonia dan gejalanya dapat bervariasi dari ringan sampai parah. Banyak perawatan untuk pneumonia tersedia. Pengobatan tergantung pada penyebab pneumonia Anda, seberapa parah gejala Anda, dan usia dan kesehatan secara keseluruhan. Kebanyakan Kebanyakan orang sehat bisa sembuh dari pneumonia dalam satu sampai tiga minggu, namun pneumonia bisa mengancam jiwa. Kabar baiknya adalah pneumonia yang dapat dicegah-dengan mendapatkan vaksinasi flu tahunan (sebagai flu sering menyebabkan pneumonia), sering mencuci tangan Anda, dan untuk orang
2
yang berisiko tinggi, mendapatkan mendapatkan vaksin untuk pneumonia pneumonia pneumokokus.( American Lung Association.2011). Association.2011). Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme mikroorganisme (bakteri, (bakteri, virus, jamur, jamur, parasit). Pneumonia Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan Sedangkan peradangan peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. (PDPI.2003). Klasifikasi Pneumonia : 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis community-acquired pneumonia) a. Pneumonia komuniti (community-acquired
b. Pneumonial
nosokomial
( hospital-acquired
pneumonia
/
nosocomial
pneumonia )
c. Pneumonia Pneumonia aspirasi d. Pneumonia Pneumonia pada penderita Immunocompromised 2. Berdasarkan bakteri penyebab a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Bbeberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza b. Pneumonia Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia c. Pneumonia virus d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutma pada penderita dengan daya tahan lemah ( immunocompromised ). 3. Berdasarkan predileksi infeksi a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dihubungkan dengan obstruksi bronkus c. Pneumonia Pneumonia interstisial
3
B. Etiologi Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan kepustakaan pneumonia pneumonia komuniti yang diderita diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif. (PDPI.2003). Bakteri dan virus pneumonia yang sering menyerang pada anak 4 bulan -5 tahun, dari bakteri Streptococcus pneumoniae, Clamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae , sedangkan virus Respiratory syncitial virus, influenza virus, parainfluenza virus, rhinovirus, adenovirus, measles virus. (Retno.2006 ( Retno.2006). ).
C. Epidemiologi Pneumonia adalah salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia. Seringkali, pneumonia merupakan akhir penyakit pada orang yang memiliki lain yang serius, penyakit kronis. Beberapa jenis pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi bakteri yang paling sering meliputi S Pneumonia, H.Influenza, M.Pneumonia, C. Pneumonia, dan M. Catarrharis, influenza merupakan virus yang paling sering
didapat di komuni ko munitas. tas. Di Amerika Serikat, sekitar 2 sampai 3 juta orang mengembangkan pneumonia pneumonia setiap set iap tahun, dan 45.000 dari mereka meninggal. Pneumonia adalah penyebab paling umum keenam kematian secara keseluruhan, dan infeksi fatal yang paling umum diperoleh di rumah sakit. Di negara berkembang, pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian atau kedua setelah dehidrasi akibat diare berat. (Merck Manual.2011).
4
D. Patofisiologi Jamur, bakteri, bakteri , prot ozoa ozoa Resti terhadap penyebaran infeksi Masuk alveoli Peningkatan suhu ttubuh ubuh
Kongestif ( 4-12 jam ) Eksudat dan seruos masuk
Hepatisasi merah (48 jam) Paru-paru tampak merah dan bergranula karena SDM dan
Hepatisasi kelabu (3-8 hari) Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami
PMN
Berkeringat
Resti kekurangan volume cairan
Metabolisme meningkat
Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Konsolidasi jaringan paru
Nyeri pleuritik
Penumpukan cairan dalam alveoli
Resolusi 7-11 hari
Gangguan pertukaran gas
Compliance paru menurun
Gangguan pola nafas
Suplay O2 menurun
Sputum kental
Intoleransi aktivitas
Mual, muntah
Gangguan bersihan jalan nafas 5
E. Manifestasi klinis
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan a. Nyeri pleuritik b. Nafas dangkal dan mendengkur c. Takipnea 2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi a. Mengecil, kemudian menjadi hilang b. Krekels, ronki, egofoni 2. Gerakan dada tidak simetris 3. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium 4. Diaforesis 5. Anoreksia 6. Malaise 7. Batuk kental, kental, produktif produktif
: Sputum kuning kehijauan kemudian berubah berubah menjadi menjadi
kemerahan atau berkarat 8. Gelisah 9. Cyanosis a. Area sirkumoral b. Dasar kuku kebiruan 10. Masalah-masalah psikososial psikososial : disorientasi d isorientasi,, ansietas, takut mati
F. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi :
Efusi pleura.
Empiema.
Abses Paru.
Pneumotoraks.
Piopneumotoraks
Pneumatosel
Gagal napas.
Sepsis
Ileus paralitk fungsional 6
G. Pemeriksaan diagnostik a. Anamnesis Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40º C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
b. Pemeriksaan Pemeriksaa n fisik Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit sakit tertinggal waktu waktu bernapas, bernapas,
pasa palpasi palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
c. Gambaran Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pe meriksaan penunjang utama untuk menegakkan menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", broncogram", penyebab penyebab bronkogenik dan interstisial interstisial serta gambaran gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis d iagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabk d isebabkan an oleh o leh Steptococcus pneumoniae, pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
d. Pemeriksaan labolatorium Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang kadang-kada ng mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
7
Menurut Doenges, 2000: 1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat,
empiema(stapilococcus);
infiltrasi
menyebar
atau
terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. 2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. 3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. 4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial. 5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin. 6. LED : meningkat 7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia. 8. Elektrolit : natrium dan klorida klor ida mungkin rendah 9. Bilirubin : mungkin meningkat 10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV)
H. Penatalaksanaan 1. Kemoterapi Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989). 2. Pengobatan Umum 8
1. Terapi Oksigen 2. Hidrasi Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara secara parenteral 3. Fisioterapi Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari menghindari pneumonia hipografik, kelemahan ke lemahan dan dekubitus. Asuhan keperawatan
Pengkajian
A. Identitas Klien Nama
: An. S
Usia
: 2 tahun
Jenis Kelamin
:-
B. Status kesehatan saat ini 1. Keluhan utama
: batuk pilek, muntah 3x dan diare sebanyak 4x, tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil.
2. Lama keluhan
: sejak 5 hari yang lalu
3. Kualitas Kualitas keluhan
: berat
4. Faktor pencetus
:
5. Faktor pemberat pemberat
: sekret tidak bisa dikeluarkan
6. Upaya yang telah dilakukan : di bawa k UGD RSSA 7. Diagnosa medis
: Pneumonia
C. Riwayat kesehatan saat saat ini Pasien datang ke UGD dengan keluhan batuk pilek, tidak mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 40º C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x, perut tampak distended. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam kondisi sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR:
9
35x/menit, pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5ºC. Rontgen thorax:gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm.
D. Riwayat kesehatan terdahulu terda hulu E. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum : batuk pilek
Kesadaran : sadar penuh
TTV
:
- TD
: - mmHg
- Suhu
- Nadi : 110 x/menit 2. Kepala
- RR
:
39,5
C
: 35 x/menit
dan
Leher
mulut : sianosis sianosis sekitar mulut, mulut, dan hidung hidung : pernafasan cuping hidung 3. Thorak & dada Paru Inspeksi
: nafas cepat dan dangkal
Palpasi :
terdapat penggunaan penggunaan otot
bantu bantu pernafasan retraksi otot
area area
supraklavikular, supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleidomastoideus sternocleidomastoideus Auskultasi : bronkial, ronki basah halus, bronkofoni Kulit & kuku Kulit : Kuku : -
F. Hasil pemeriksaan pemer iksaan penunjang
Rontgen thorax:gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan. kanan.
Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam
G. Terapi
10
IV line NaCl 0,9%:10 tts/meni tt s/menit, t, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm.
H. Kesimpulan Pasien mengalami tanda dan gejala Pneumonia. Analisa Data
Etiologi
DO : RR = 35 x/menit suara nafas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni Sianosis pd mukosa bibir Batuk produktif Gelisah / rewel DS : nafas cepat
Virus Bakteri Jamur Aspirasi ↓
Saluran nafas bagian bawah ↓
Masalah Keperawatan Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Bronchiolus ↓
Alveolus ↓
Peningkatan produksi sekret ↓
Akumulasi sekret ↓
Obstruksi jalan nafas ↓
Bersihan jalan nafas tidak efektif DO : RR = 35 x/ menit N = 110x/menit Pernafasan cuping
Virus Bakteri Jamur Aspirasi
Gangguan pertukaran gas
↓
11
hidung Gelisah Sianosis pada mukosa bibir DS : nafas cepat
Saluran nafas bagian bawah ↓
Bronchiolus ↓
Alveolus ↓
Reaksi radang pada bronchus dan alveolus ↓
Atelektasis ↓
Gangguan difusi ↓
Gangguan pertukaran gas DO : muntah 3x dan diare sebanyak 4x DS : sianosis sekitar mulut, dan hidung
Virus Bakteri Jamur Aspirasi
Defisit volume cairan
↓
Saluran nafas bagian bawah ↓
Bronchiolus ↓
Alveolus ↓
Stimulasi (hemoreseptor) ↓
Sel point bertambah
12
↓
Respon menggigil ↓
Reaksi peningkatan panas tubuh ↓
Hipertermia ↓
Evaporasi ↓
Cairan tubuh berkurang
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih. 2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada bronkus. 3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat,
demam.
Intervensi 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien menunjukan Respiratory status : Ventilation,Airway patency
Kriteria Hasil : Pasien dapat suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
13
Intervensi : a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, misal mengi, krekel, rhonki. R : Mengkaji kemungkinan spasme bronkus yang menyebabkan obstruksi jalan nafas dan dapat menimbulkan adanya bunyi nafas. b. Kaji/pantau
frekuensi
pernafasan.
Catat
rasio
inspirasi/ekspirasi.
R : Takipnea biasanya menunjukkan adanya tanda infeksi akut. c. Kaji
pasien
untuk
posisi
nyaman.
R : Posisi yang nyaman dapat mempermudah dalam pernapasan. d. Dorong/
bantu
latihan
nafas
abdomen
atau
bibir.
R : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea. e. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. R : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma. f. Kolaborasi : memberikan obat sesuai indikasi (bronkodilator, steroid, antitusif, ekspektoran). R : obat yang sesuai indikasi membantu mengefektifkan kembali bersihan jalan nafas.
2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada bronkus. Tujuan : dalam 3 x 24 jam gangguan pertukaran gas pasien teratasi. KH
: - frekuensi nafas normal (16-20 x/menit) - Melaporkan penurunan dipsnea - Menunjukkan perbaikan perbaikan dalam laju aliran a liran eskspirasi
Intervensi a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir. R : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan/atau kronisnya proses penyakit b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas. R : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas unttuk menurunkan kolaps jalan nafas, dipsnea dan kerja nafas.
14
c. Kaji
secara
rutin
kulit
dan
warna
membran
mukosa.
R : sianosis dapat digunakan untuk mengevaluasi beratnya hipoksia. d. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan. R : Adanya bunyi nafas mengindikasikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret. e. Kolaborasi
:
Berikan
oksigen
tambahan
yang
sesuai
dengan
indikasi.
R : Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.
3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, demam. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x 24 jam, status keseimbangan cairan pasien normal
Kriteria hasil : -
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
-
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
-
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi : a. Timbang popok/pempers jika diperlukan R: Mengetahui intake dan output b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat R: Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh pasien c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), R: Menjaga pasien dalam keadaan batas normal d. jika diperlukan Monitor vital sign R: Menjaga agar kondisi passien tetap stabil dan mengetahui jika terjadi perubahan status pasien e. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian R: Menjaga pasien dalam pemenuhan nutrisi
15
f. Lakukan terapi IV R: Mengantikan cairan yang kurang g. Berikan cairan IV pada suhu ruangan R: Cairan yang diberikan supaya menurunkan suhu tubuh pasien h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan R: Pemenuhan nutrisi dan cairan melalui makanan
Evaluasi.
1.
Ketidakefektifa Ketidakefek tifan n bersihan bersiha n jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih - Pasien mengatakan tidak sesak - Pada saat batuk produksi sputum berkurang - Frekuensi nafas normal (16-20 x/menit)
2.
Gangguan pertukaran pert ukaran gas bd perubahan peruba han membran alveolar. - Tidak dipsnea - Tidak ada sianosis - Frekuensi nafas normal
3.
Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Defisit Volume cairan cairan b/d intake intake oral tidak adekuat, adekuat, demam. -
Fluid balance
-
Hydration
-
Nutritional Status : Food and Fluid Intake Int ake
16
Daftar pustaka :
Asih retno.2006.Continuing education: Ilmu Kesehatan Anak XXXVI.Surabaya: Kapita selekta ilmu kesehatan anak VI Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC. Somantri,irman.2007.Keperawatan Somantri,irman.2007.Keperawatan medikal bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta: Salemba medika The Indonesia society of respirology.2003.Perhimpuan Dokter Paru Indonesia: Pneumonia Komuniti.http://www.klikpdpi.com/konsensus/kons Komuniti.http://www.klikpdpi.c om/konsensus/konsensusensusneumoniakom/pneumonia%20 neumoniakom/pneumonia%20 komuniti.html .Diakses 2 Maret 2012 Pukul 13.35
17
SATUAN ACARA PENYULUHAN PNEUMONIA DAN UPAYA PENCEGAHANYA
Oleh : Alif Yanur Abidin NIM.105070200111021
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Pneumonia
Sasaran
: klien dan keluarga
Tempat
: Balai Desa Ngadireso
Hari/tanggal
: 28 Februari 2012
Alokasi waktu
: 50 menit
Metode
: Ceramah, Tanya jawab, diskusi
Pertemuan Pertemu an ke
: 1 ( Pertama )
Pengajar
: Alif Yanur
A. Tujuan T ujuan lnstruksional lnstruksional a. Umum
:
setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta mengerti dan memahami tentang Pneumonia dan upaya pencegahanya. b. Khusus
:
1. klien dan keluarga memahami tentang pengerti pen gertian an Pneumonia Pneumonia 2. klien dan keluarga mengerti penyebab Pneumonia 3. klien dan keluarga keluarga memahami bagaimana b agaimana gejala Pneumonia Pneumonia 4. klien dan keluarga keluarga mengerti serta memahami upaya upaya penanganan Pneumonia 5. klien dan keluarga keluarga mengerti serta memahami upaya upaya pencegahan Pneumonia
B. Sub Pokok Bahasan Bahasan a. Pengertian Pneumonia Pneumonia b. Penyebab Pneumonia c. Gejala Pneumonia d. Upaya pengobata pen gobatan n Pneumonia e. Upaya pencegahan Pneumonia
C. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap
Waktu
Kegiatan Kegiatan perawat
Kegiatan perserta
Metode
Media &
kegiatan
Pembukaan
alat
(5 menit)
1.Salam pembukaan
1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan
2. Mendengarkan
diri
keterangan
3. Menjelaskan Menjelaskan
Penyaji
Ceramah
Microphone
maksud dan tujuan 4. Membagika Memb agikan n leaflet
Penyajian Penyajian
( 15 menit)
1.Menyampaikan 1.Menyampaikan
Memperhatikan dan
Ceramah
Leaflet,
materi
mendengarkan
Diskusi
Flipehart,
keterangan penyaji
Penutup
(5menit)
ppt
1.Melakukan 1.Melakukan Tanya
Mendengarkan
Ceramah,
Leaflet
jawab
dan bertanya
diskusi,
,Flipehart,
2.Menutup
serta menjawab
Tanya
Ppt
pertemuan
pertanyaan
Jawab
3.Menyampaikan kesimpulan
D. Evaluasi 1. Evaluasi Proses : a. perserta mengikuti kegiatan pengajaran dengan b aik b. perserta terlibat aktif dalam pembelajaran c. perserta aktif b ertanya
2. Evaluasi hasil
:
a. perserta mampu memahami tentang penyakit penyakit Pneumonia b. perserta mampu memahami upaya pencegahan penyakit penyakit Pneumonia c. peserta mampu menjawab pertanyaan pertanyaan penyaji p enyaji
E. Materi (terlampir)
F. Daftar Pustaka
Asih retno.2006.Continuing education: Ilmu Kesehatan Anak XXXVI.Surabaya: Kapita selekta ilmu kesehatan anak VI Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC. Somantri,irman.2007.Keperawatan medikal bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Gangguan Sistem Pernaf P ernafasan.Jakar asan.Jakarta: ta: Salemba medika The Indonesia society of respirology.2003.Perhimpuan Dokter Paru Indonesia: Pneumonia Komuniti.http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-neumoniakom/pneumonia%20 komuniti.html .Diakses 2 Maret 2012 Pukul 13.35
1.Definisi PNEUMONIA Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme mikroorganis me (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia Pneumoni a yang disebabkan oleh Mycobacterium Mycobacterium tuberculosis tuberculosis tidak termasuk. termasuk. Sedangkan Sedangkan peradangan peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan dan lain-lain) disebut pneumonitis. (PDPI.2003). (PDPI.2003).
2. Penyebab PNEUMONIA Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur dan protozoa. protozoa . Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif. (PDPI.2003). 3. Gejala PNEUMONIA 1.
Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan a. Nyeri pleuritik b. Nafas dangkal dan mendengkur c. Takipnea 2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi a. Mengecil, kemudian menjadi hilang b. Krekels, ronki, egofoni 3. Gerakan dada tidak simetris 4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium 5. Diaforesis 6. Anoreksia 7. Malaise 8. Batuk kental, produktif produktif : Sputum kuning kehijauan kehijauan kemudian berubah berubah menjadi kemerahan atau berkarat berkarat 9. Gelisah 10. Cyanosis a. Area sirkumoral b. Dasar kuku kebiruan 11. Masalah-masalah Masalah-masalah psikososial : disorientasi, diso rientasi, ansietas, takut mati 4. Upaya pengobata pen gobatan n PNEUMONIA P NEUMONIA 1. Kemoterapi Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan kemungkinan penggunaan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, (Harasawa, 1989). 2. Pengobatan Pengobatan Umum U mum 1. Terapi Oksigen
2. Hidrasi Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral 3. Fisioterapi Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, hipografik, kelemahan dan dekubi de kubitus. tus.
5.Upaya pencegahan Pneumonia
Berhenti merokok.
Menghindari Menghindari dekat dengan orang yang sedang s edang merokok.
Memakan makanan yang bergizi.
Menjaga lingkungan tetap bersih.
Menggunakan masker ketika diperjalanan.
Membiasakan diri berolah raga.
Vaksinasi