6
menggunakan larva Aedes aegypti, sedangkan perbedaan dari penelitian ini terletak pada penggunaan variabel bebas yaitu ekstrak daun jeruk purut, dan pada penelitian selanjutnya digunakan ekstrak buah pare.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori 1.
Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memikiki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri utama adalah ada dua buah garis putih sejajar digaris median dari punggungnya yang berwarana dasar hitam (lyre shaped marking) (Soegijanto,2006). a.
Morfologi Dalam siklus hidupnya Aedes aegypti mengalami empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva, pupa, hidup pada air tawar yang jernih dan tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukan (breeding place) adalah genangan air yang terdapat di dalam suatu wadah, genangan air ditanah. Tempat-tempat yang paling potensial adalah tempat penampungan air (TPA) yang digunakan yang digunakan sehari-hari seperti drum, bak mandi, bak WC, gentong atau tempayan, sedangkan tempat-tempat lainnya yang non TPA adalah vas bunga,
7
8
pot tananman hias, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, serta tempat penampungan yang alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun pisang, dan lubang batu. b. Klasifikasi Menurut Richard dan Davis (1977) (dalam Soegijanto, 2006) kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasinnya sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Bangsa : Diptera Suku
: Culicedae
Marga : Aedes Jenis c.
: Aedes aegypti L
Telur Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-0,8 mm, tidak mempunyai alat pelampung, dan di letakkan satu persatu dari benda- benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan langsung dengan permukaan air, dan dapat juga jatuh kepermukaan air.
9
Gambar. 1 Telur nyamuk Aedes aegypti (Cut dan O’Meara, 2009). d.
Larva Larva Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan Bulu-bulu sederhana yang tersusun secara bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis), dan larva berbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III dan IV. Larva Instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri- duri ( spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong pernafasan ( siphon) belum menghitam. Larva Instar II bertambah besar ukuran 2.5-3.9 mm, dada belum jelas dan corong pernafasan sudah berwarna hitam. Larva Instar III sudah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal ), dada (thorax), dan perut (abdomen). Larva instar IV Pada bagaian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri-duri, dan alatalat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris, pada bagian perut tersusun 8 ruas. Ruas perut ke 8 ada alat yang bernafas yang disebut corong pernafasan. Corong pernafasan tanpa duri-duri, berwarna
10
hitam dan ada seberkas bulu-bulu sikat (brush) dibagian ventral dan gigi-gigi sisir (comb) yang berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam 1 baris. Larva ini tubuhnya langsing, bergerak sangat lincah, dan waktu istirahatnya membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air.
Gambar. 2 Larva Aedes aegypti (Cut dan O’Meara, 2009). e.
Pupa Pupa nyamuk Aedes aegypti tubuhnya berbentuk bengkok dengan bagian kepala dan dada (Cephalotorax) lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada ruas perut ke 8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguana sebagai alat untuk berenang, alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu nomor tujuh pada ruas ke delapan tidak bercabang. Pupa tampak bergerak lebih lincah dibandingkan dengan larva, waktu istirahat pupa sejajar dengan bidang permukaan air
11
Gambar. 3 Pupa nyamuk Aedes aegypti (Cut dan O’Meara, 2009). f.
Dewasa Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut, Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk dan penghisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan dari tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe pilose sedangkan nyamuk jantan tipe plumose. Dada nyamuk Aedes aegypti tersusun darai tiga ruas yaitu potothorax, mesothorax, dan metathorax. Setiap ruas dada ada sepasang kaki yang terdiri dari femur (paha), tibia (betis), dan tarsus (tampak). Pada ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagaian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung (mesontum) ada gambaran garis-garis putih yang dapat digunakan untuk membedakan jenis ini
12
dengan jenis yang lain. Pada punggung nyamuk Aedes aegypti berupa sepasang garis lengkung putih (bentuk : lyre) pada tepinya dan sepasang garis sub median ditengahnya. Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut dapat bintik-bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapi.
Gambar. 4 Nyamuk dewasa Aedes aegypti (Cut dan O’Meara, 2009). g.
Siklus hidup Telur nyamuk Aedes aegypti di dalam air dengan suhu 2040 ˚C akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Kecepatan pertumbuh dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperature, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat perindukan.Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan perkembangan telur, larva, pupa, sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari (soegijanto, 2006)
13
Gambar. 5 Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti (Cut dan O’Meara, 2009). 2. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga insektisida yang baik mempunyai sifat sebagai berikut: a. Mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat serta tida berbahaya bagi binatang vertebrata termasuk manusia dan ternak. b. Murah harganya dan mudah didapat dalam jumlah yang besar. c. Memiliki susunan kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar d. Berbau yang menyenangkan dan tidak berwarna Insektisida mempunyai beberapa istilah diantaranya: 1. Ovisida merupakan insektisida yang membunuh stadium telur 2. Larvasida merupakn insektisida yang membunuh stadium larva atau nimfa 3. Adultisida merupakan insektisida yang membunuh stadium nyamuk dewasa
14
4. Akarisida (mitisida) merupakan insektisida untuk membunuh tungau 5. Pedikulisida (iousisida) merupakan insektisida untuk membunuh kutu Insektisida untuk membunuh serangga tergantung cara masuknya kedalam badan serangga dipengaruhi bahan kimia yang digunakan, konsentrasi dan jumlah dosis insektisida. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya membunuh serangga dengan insektisida ialah mengetahui spesies serangga yang akan dikendalikan, ukurannya, susunan badannya, stadiumnya, sistim pernafasannya dan bentuk mulutnya (Zulhasril, 2008). Menurut Hoedojo (2008) cara masuknya insektisida kedalam badan serangga dibagi dalam: a)
Racun kontak (contact poisons) Insektisida masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan perantara tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang mengandung insektisida. Insektisida digunakan untuk membunuh serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap.
b) perut (stomach poisons) Insektisida
masuk
kedalam
badan
serangga
melalui
mulut,biasanya serangga yanag dibunuh dengan insektisida ini mempunyai mulut untuk menggigit dan menghisap. c)
Racun pernafasan (fumignats)
15
Insektisida masuk melalui sistim pernafasan (spirakel) dan juga melalui permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat digunakan untuk memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan struktur tubuhnya. 3. Pestisida
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Jenis hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya berperan sebagai vector penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya mealui vector antara lain malaria, filariasis, demam berdarah. Insektisida membantu mengendalikan penularan penyakit penyakit ini. Pestisida juga telah dikembangkan untuk mengendalikan hama lain mialnya jamur (fungisida) dan hewan pengerat (rondentisida). Beberapa produk pestisida rumah tangga yang juga tersedia untuk mengendalikan hama penganggu di rumah tangga juga tersedia untuk mengendaliakan hama penggangu dirumah misalnya lalat dan nyamuk (Raini, 2004) Pestisida sintetis masih bermanfaat untuk membunuh vector penyakit yang besumber dari serangga, namun demikian perlu disadari dari dampak negatif yang ditimbulkan. Sehubungan dari dampak negatif yang ditimbulakan cukup besar, sudah saatnya pemerintah Indonesia memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang pestisida nabati yang ramah lingkungan. Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang
16
bahannya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif lebih mudah di buat dengan kemampuan dan lebih ramah lingkungan (Al-Qodar, 2008) Pestisida nabati selain ramah lingkungan, pestisida nabati ini merupakan pestisida yang relatif aman dalam penggunaannya dan ekonomis. Tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun pepaya tua yang masih berwarna hijau. Daun pepaya banyak mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin dan berbagai macam lainnya seperti enzim papain. Senyawa yang digunakan sebagai pestisida nabati yang mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (Juliantara, 2010). 4. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan yang didapat dari simplisia tumbuhan melalui proses ekstraksi. Ekstrak adalah suatu pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengestraksi substrasi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstrasi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan ke dalam pelarutnya.faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: a. Tipe persiapan sampel b. Waktu ekstraksi c. Kualitas pelarut d. Suhu pelarut
17
e. Tipe pelarut Ekstrak dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi panas dan ekstraksi dingin. Ekstraksi panas yaitu ekstraksi yang melibatkan panas dalam prosesnya. Metode ekstraksi secara panas meliputi: 1)
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut tertentu dengan pendingin baik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada residu pertama sehingga termasuk ekstraksi secara sempurna
2)
Ekstraksi dengan alat soxhlet
3)
Digesti adalah meserasi kinetik yang dilakukan pada suhu yang tinggi dari suhu ruangan.
4)
Infusa merupakan proses ekstraksi dengan sampel pada suhu 90 0C
Ekstraksi dingin artinya tida ada proses pemanasan sela ma proses ekstraksi berlangsung. Tujuan untuk menghindari rusanya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasan. Metode ekstraksi secra dingin yaitu meserasi, Meserasi merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan (Hamdani,2012). 5. Buah pare
Pare ( Momordica charantia) merupakan tanaman tropis dan subtropics, dari family Cucurbitaceae. Buahnya yang pahit dikonsumsi seabagai pelezat makanan, dalam bahasa inggris dikenal sebagai bitter melon, dicina dikenal dengan nama pinyindan di hindu dikenal dengan
18
nama karela. Banyak ditemukan di Asia Selatan, Asia Tenggara, China, Afrika, dan Karibea. Buah pare didaerah Indonesia dijadikan campuran hidangan makan, digoreng, diberi santan atau diuapkan di atas nasi. Buah pare dikenal dengan warna hijau, hijau keputihan dengan permukaan yang berbenjol-benjol, dan mempunyai panjang 20-30 cm, buah pare hidup menjalar atau merambat dengan sulur berbentuk spiral, daunnya tunggal, berbulu, berbentuk lekukan tangan dan bertangkai sepanjang 10 cm, bunganya berwarna kuning muda, batangnya masif, mempunyai rusuk lima, berbulu agak kasar ketika masih muda, namun setelah tua menjadi gundul dan berwarna hijau. Buahnya bulat memanjang, warna hijau, kuning sampai jingga, dan rasanya pahit. Biji keras dan berwarna kekuningan (Agoes,2010).
Gambar. 6 Buah Pare ( Momordica charantia)( Sunarjono,2015 ) a) Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyte (tumbuhan berbiji)
Division (pembagian)
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
19
Clasis (kelas)
: Magnoliopsida (tumbuhan berkeping dua atau dikotil)
Kelas
: Dellieniidae
Ordo (bangsa)
: Violales
Family (suku)
: Curcurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus (marga)
: Momordica
Spesies
: Momordica carantiae L (Sunarjono,2015)
b) Kandungan kimiawi
Zat pahit pada buah pare berasal dari momordicin yang berkasiat mengaktifkan enzim usus. Kandungan nutrisi per 100 gram terdiri atas energi 20 kkal: karbohidrat 4, 32 gram, lemak 0,18 gram, protein 0,84 gram, air 93,95 gram, dan kaya akan vitamin
kompleks dan unsur
mikro lainnya. Pare dari akar, daun, buah dan biji mengandung Albiminoid,
Karbohidrat,
zat
warna,
momordisina,
momordina
karantina, resin, dan minyak lemak, momordial, asam oleanolat, saponin, alkaloid, titerprenoid, dan asam momordial (Agoes,2010).
20
B. Kerangka Teori
Insektisida Sintetik
Pengendalian serangga 1. Pestisida 2. Insektisida
Pestisida
Ekstrak Buah Pare
Senyawa kimia 1. Saponin 2. Alkaloid
Gambar. 7 Krangka Teori
21
C. Kerangka Konsep
Vareabel kontrol: Umur larva, kualitas air, tempat hidup larva, kepadatan larva
Vareabel bebas : Konsentrasi ekstarak buah pare( Momordica charantia) dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%,2%,2,5%,3%,3,5%,4%,4 5% 5%
Vareabel terikat: kematian larva nyamuk Aedes aegypti
Vareabel penganggu: Suhu dan kelembaban
Gambar 8 Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian quasi exsperimental, karena peneliti memberikan intervensi dan penelitian dilakukan di laboratorium. Peneliti penggunakan sampel yang diambil secara random. 2. Rancangan Penelitian Larva Aedes aegypti
Beaker glass
Kontrol
Perlakuan
Air sumur + larva Aedes aegypti
Larva Aedes aegypti dengan ekstrak buah pare dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%
,2%,2,5%,3%,3,5%,4%,4,5
Jumlah kematian larva Aedes aegypti
22
23
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi Populasi penelitian ini adalah sejumlah larva Aedes aegypti yang yang telah di budidayakan oleh petugas Laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Analis Kesehatan. 2. Sampel Sampel penelitian yang digunakan adalah larva instar III Aedes aegypti yang berumur 5-7 hari sebelum digunakan C. Lokasi Dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan dalam pembuatan ekstrak buah pare, persiapan larva, dan penelitian dilakukan di Laboratorium Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Analis Kesehatan b. Waktu penelitian Waktu penelitian akan dilakukan pada 26-27 Januari 2017 di Laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Analis Kesehatan D. Instrumen Pengumpulan Data
1) Alat penelitian a. Blender b. Kain putih tipis c. Beaker glass 100 ml d. Pipet ukur 10 ml e. Batang pengaduk
24
f.
Sefty pipet
2) Bahan penelitian a. Buah pare b. Larva instar III Aedes aegypti c. Air sumur 3) Tahap pengambilan larva Aedes aegypti Larva nyamuk Aedes aegypti diperoleh dari Laboratorium Parasitologi Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Analis Kesehatan 4) Tahapan pembuatan ekstrak buah pare 1. Buah pare ditimbang sebanyak 2000 gram 2. Buah pare dicuci bersih dengan air mengalir 3. Buah pare yang sudah dicuci dipotong-potong kecil
kemudian
Blender buah pare 4. Hasil blenderan diperas dengan menggunakan kain tipis dan menghasilkan cairan kental 3) Tahap pembuatan 100ml buah pare ( Momordica Charantia) dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%,2%,2,5%,3%,3,5%,4%,4,5%, 5%. digunakan wadah beaker glass 100ml a. Konsentrasi 0,5% Ekstrak buah pare sebanyak 0,5ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. b. Konsentrasi 1%
25
Ekstrak buah pare sebanyak 1ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. c. Konsentrasi 1,5% Ekstrak buah pare sebanayak 1,5ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. d. Konsentrasi 2 % Ekstrak buah pare sebanyak 2ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. e. Konsentrasi 2,5% Ekstrak buah pare sebanyak 2,5ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. f. Konsentrasi 3% Ekstrak buah pare sebanyak 3ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. g. Konsentrasi 3,5% Ekstrak buah pare sebanyak 3,5ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. h. Konsentrasi 4% Ekstrak buah pare sebanyak 4ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. i. Konsentrasi 4,5% Ekstrak buah pare sebanyak 4,5ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml.
26
j. Konsentrasi 5% Ekstrak buah pare sebanyak 5ml ditambah air kran sampai volume larutan 100ml. 4) Tahapan pengujian a. Konsentrasi ekstrak buah pare dan air kran yang telah dibuat didiamkan selama 5 menit b. Dau puluh ekor larva instar III Aedes aegypti dimasukkan kedalam beaker glass 100 ml c. Larva Aedes aegypti yang mati dihitung setelah 24 jam Penelitian dilakukan sebanayak 3 kali pengulangan. Jumlah pengulangan diperoleh berdasarkan perhitungan pengulangan federer sebagai berikut: (t-1) (n-1)
≥ 15
(11-1) (11n-1) ≥ 15 10n-10 ≥ 15 10n ≥ 25 n = 2,5(3) E. Vareabel Penelitian
1. Variabel bebas: konsentrasi ekstrak buah pare (Momordica Charantia). 2. Variabel terikat: Jumlah kematian larva Aedes aegypti pada masing-masing konsentrasi setelah perlakuan. 3. Variabel
kontrol:
umur
larva Aedes
aegypti
dikendalikan dengan
menyamakan usianya yaitu larva instar III yang berumur 5-7 setelah menetas.
27
4. Variabel pengganggu a. Suhu b. Kelembaban F.
Definisi Operasional
1. Ekstrak buah pare (Momordica Charantia) Pada penelitian yang akan dilakukan dipakai ekstrak buah pare (Momordica Charantia) yang diperoleh dari pasar Condong Catur Sleman, Buah pare (Momordica Charantia) dibuat ekstrak secara sederhana atau secara meserasi. Konsentrasi yang diperoleh dari ekstrak awal dianggap 100%. Kemudian dilakukan pengenceran agar diperoleh konsentrasi yang diinginkan. Konsentrasi pada penelitian yang akan dilakukan ini adalah 0,5%, 1%, 1,5%,2%,2,5%,3%,3,5%,4%,4,5%, 5%. 2. Kematian larva Aedes aegypti Jumlah kematian larva Aedes aegypti adalah banyaknya larva instar III Aedes aegypti yang mati dalam 24 jam setelah pemberian perlakuan. Larva dianggap mati apabila: a. Larva disentuh dengan batang pengaduk tidak ada respon gerak b. Bentuk badannya menyusut dan berwarna kehitaman c. Posisi larva tenggelam d. Larva diberi rangsangan gerakan air tidak ada respon gerak Larva dianggap hidup apabila: 1) Larva disentuh dengana batang pengaduk ada respon gerak 2) Larva masih aktif bergerak
28
3) Larva diberi rangsangan air ada respon 3. Daya larvasida adalah pengaruh pemberian ekstrak buah pare dengan konsentrasi tertentu terhadap jumlah kematin larva Aedes aegypti G. Rencana Jalannya Penelitian
1. Tahap perijianan Melakukan perijinan penggunaan Laboratorium Parasitilogi Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Analis Kesehatan sebagai tempat penelitian 2. Tahap pesiapan alat Persiapan alat meliputi belender, kain putih tipis, beaker glass 100 ml, pipet ukur 5 ml, batang pengaduk, sefty pipet. 3. Tahap persiapan bahan Persiapan bahan meliputi buah pare (Momordica Charantina), larva Aedes aegypti instar III dan air sumur digunakan sebagai pengencer 4. Tahap pembuatan ekstrak buah pare (Momordica Charantina) Buah pare sebanyak 2000 gram dicuci bersih dengan air mengalir. Buah pare (Momordica Charantina) dipotong kecil-kecil kemudian diblender, buah pare (Momordica Charantina) diperas dengan menggunakan kain tipis yang menghasilkan cairan kental 5. Tahap perhitungan konsentrasi Rumus N1 . V1 = N2 . V2
N1: Normalitas awal V1: Volume awal
29
N2: Normalitas akhir V2: Volume akhir
6. Tahap persiapan pembuatan konsentrasi ekstrak buah pare (Momordica Charantiae) a. 11 beaker glass 100 ml disiapkan b. Ke empat beaker glass diisi dengan ekstrak buah pare (Momordica Charantiae) sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan. Konsentrasi 0,5 ml, 1ml, 2ml, 2,5ml, 3ml, 3,5ml, 4ml, 4,5ml, 5ml c. Beaker glass selanjutnya ditambah dengan air kran samapai volume 100 ml d. Konsentrasi yang sudah jadi didiamkan selama 5 menit 7. Tahap persiapan sampel Sampel larva Aedes aegypti dibagi menjaadi kelompok masing-masing kelompok 20 ekor larva instar III Aedes aegypti, dimana satu kelompok tidak ditambahkan ekstrak buah pare ( Momordica Charantia), sedangkan 10 kelompok ditambahkan ekstrak buah pare ( Momordica Charantia) sebanyak 0,5ml/100ml, 1ml/100ml,1,5ml/100ml, 2ml/100ml,2,5ml/100ml, 3ml/100, 3,5ml/100ml, 4ml/100ml, 4,5ml/100ml, 5ml/100ml. 8. Tahap persiapan perhitungan kematian larva Aedes aegypti Larva dianggap mati apabila: a. Larva disentuh dengan batang pengaduk tidak ada respon gerak b. Bentuk badannya menyusut dan berwarna kehitaman
30
c. Posisi larva tenggelam d. Larva diberi rangsangan gerakan air tidak ada respon gerak Larva dianggap hidup apabila: 1) Larva disentuh dengana batang pengaduk ada res pon gerak 2) Larva masih aktif bergerak 3) Larva diberi rangsangan air ada respon H. Pengolahan Dan Penelitian Data
Data Penelitian yang didapatkan kemudian di analisis secraa deskriptif dengan menggunakan program statistic program for social scrence (SPSS) versi 17. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi
31
I. Rencana Jadwal Penelitian Tabel 1 Rencana Jadwal Penelitian Pengaruh ekstrak buah pare t erhadap jumlah kematian larva Aedes aegypti
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kegiatan Penyusunan proposal KTI Seminar proposal KTI Revisi proposal KTI Perijinan KTI Pelaksanaan penelitian Pengolahan data Penyelesaian KTI Ujian KTI Revisi laporan KTI akhir
Okt 2016
Nov 2016
Bulan Des Jan 2016 2017
Feb 2017
Mar 2017
32
J. Rencana biaya penelitian
Tabel 2.Rencana Anggaran Penelitian No 1
2 3 4
5
Kegiatan Penyusunan proposal KTI a. Naskah proposal untuk bimbingan b. Penjilidan naskah proposal untuk ujian proposal KTI (rangkap 4) c. Revisi proposal KTI d. Ujian proposal Perijinan penelitian Pelaksanaan penelitian
Penyelesaian KTI a. Naskah KTI untuk bimbingan b. Penjilidan naskah KTI untuk siding KTI (Rangkap 4) c. Revisi KTI d. Sidang KTI
Biaya
50.000 80.000 60.000 60.000 50.000 700.00
80.000 240.000 50.000 50.000
Biaya tak terduga TOTAL
80.000 1.500.000
33
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, 2010, Tanaman Obat Indonesia, Balai Penerbit Samlemba Medika, jakarta Al-Qodar,2008, Pengaruh air perasan daun papaya (carica papaya L) terhadap hama bayam cabut ( Amarantus tricolor ) http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1298/jurnal%20pen elitian%20Nechiyana.pdf?sequence=1 Diakses 28 Oktober 2016 Anonim,1990(dalam soegijanto,2006), Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue, Dit. Jen .PPM dan PLP, Depkes Jakarta Cutwa dan O’Meara, 2009, Photographic Guide To Common Mosquitoes Of Florida, University Of Florida, Florida Medical Entomologi Departemen Kesehatan, 2014 http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-di-11 provinsi.html diakses 14 Oktober 2016 Yogyakarta Hoedojo R, 2008, Insektisida dan Resistensi Parasitologi Kedokteran Edisi IV , Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia James MT and Harwood RF, 1969 (Dalam soegijanto 2006), Herm’s Medical Entomology, Sixth Edition. The Macmillan Company Juliantara, K. 2010. Informansi Tanaman Hias Indonesia. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Sebagai Pestisida Alami Yang Lingkungan. http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1298/jurnal%20pen elitian%20Nechiyana.pdf?sequence=1 Diakses 28 Oktober 2016 Nisa.dkk., 2015,Uji Efektifitas Ekstrak Biji Dan Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Sebagai Larvasida Aedes SP.SEL Vol.2 No.2 November 2015:43-48 Raini,2004, pengaruh istirahat terhadap aktivitas kolinesterase petani penyemprot pestisida organofosfat di kecamatan pecel-jawa barat . Bulletin peneliti kesehatan Soegijanto, 2006, demam berdarah dengue, Surabaya, Unair Sunarjono,2015, Bertanam 30 Jenis Sayuran, Depok, penebar swadaya Syam,dkk, 2015 , Efetifitas Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia),jurnal kesehatan masyarakat andalas, vol.10,No.1, Hal. 19-23 Utami ,2013 ,Daya Larvasida Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix D.C ) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti,yogyakarta, stikes guna bangsa Yogyakarta