PROPOSAL PENELITIAN ARSITEKTUR
KAJIAN PENERAPAN KONSEP GREEN CONSTRUCTION ATAU KONSTRUKSI HIJAU PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS INDONESIA (Studi pada perpustakaan Universitas Indonesia)
PROPOSAL PENELITIAN Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Penelitian Arsitektur Disusun oleh:
FAKULTAS SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015 1
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Wacana green construction perlahan tapi pasti mulai berhembus di dunia konstruksi Indonesia. Namun masih banyak orang bertanya kenapa wacana hijau begitu penting untuk melekat pada dunia konstruksi, kemudian apakah yang dimaksud dengan green construction yang bila diterjemahkan secara bebas adalah konstruksi hijau, implementasinya dan payung hukum yang menyertainya. Sebuah data yang menarik muncul dari paper yang disampaikan oleh Rosemary A. Colliver, bahwa dunia konstruksi pada negara maju seperti Amerika Serikat menghasilkan limbah konstruksi sebesar 31.5 juta ton setiap tahunnya, sedangkan operasional bangunan menyerap 40-45% tenaga listrik dunia, dimana sebuah studi yang lain memperlihatkan 70% tenaga listrik diserap oleh operasional bangunan di seluruh dunia, sungguh persentase yang cukup besar bukan? Selain itu fakta yang lain menunjukkan konstruksi menggunakan dalam jumlah besar kayu, asphalt, beton, baja, kaca, berbagai jenis metal dan banyak material lain yang diambil dari alam yang limbahnya memberikan sumbangan yang tidak sedikit pada pemanasan global dan perubahan iklim dunia dalam bentuk emisi gas kaca. Operasional produk konstruksi ternyata juga memberikan pengaruh besar pada perubahan keseimbangan ekosistem lingkungan yang ditandai dengan berkurangnya area hijau, hilangnya daerah rambah satwa liar dan tergerusnya populasi berbagai jenis tanaman. Perubahan-perubahan merugikan tersebut masih ditambah dengan berubahnya siklus udara dan hidrologi yang dipengaruhi oleh hilangnya area resapan air, dan area hijau. Sejumlah fakta tersebut menunjukkan betapa pentingnya dunia konstruksi perlu meningkatkan kepeduliannya pada wacana lingkungan hidup yang ditunjukkan lewat kampanye green construction.
3
Green construction atau konstruksi hijau adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Gerakan konstruksi hijau ini juga identik dengan sustainbilitas yang mengedepankan keseimbangan antara keuntungan jangka pendek terhadap resiko jangka panjang, dengan bentuk usaha saat ini yang tidak merusak kesehatan, keamanan dan kesejahteraan masa depan. Perencanaan konstruksi hijau ini menghasilkan desain sistem bangunan yang effisien dalam menggunakan energi, menggunakan material yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dan digunakan kembali serta mendukung konsep efisiensi energy. Pemilihan material yang dapat diperbaharui, di daur ulang dan digunakan kembali diharapkan dapat meninggalkan jejak yang sesedikit mungkin pada lingkungan. Semua konsep keberpihakan terhadap lingkungan tersebut juga mempertimbangkan efektivitas biaya dan kemudahan pemeliharaan, sehingga memberikan keuntungan bagi para stake holder proses konstruksi tersebut. Aplikasi dari konstruksi hijau pada tahap perencanaan terlihat pada beberapa desain konstruksi yang memperoleh award sebagai desain bangunan yang hemat energy, dimana system bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan tata udara. Selain itu berbagai terobosan baru dalam dunia konstruksi juga memperkenalkan berbagai material struktur yang saat ini menggunakan limbah sebagai salah satu komponennya, seperti pemakaian fly ash, silica fume pada beton siap pakai dan beton pra cetak. Selain itu terobosan sistem pelaksanaan konstruksi juga memperkenalkan material yang mengurangi ketergantungan dunia konstruksi pada pemakaian material kayu sebagai perancah. Contoh bangunan hijau yang ada di Indonesia, masih sangat terbatas. sebagai salah satu contoh yang paling spektakuler akhir - akhir ini adalah gedung perpustakaan Universitas Indonesia. Gedung perpustakaan ini dirancang dengan konsepsustainable building, menggunakan sumber energi terbarukan berupa
4
energi matahari, dan anti penggunaan plastik dalam gedung. Area baru ini ditetapkan bebas asap rokok, hijau, dan hemat listrik, air dan kertas.
5
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas, maka topik Green Construction atau Konstruksi Hijau menjadi menarik untuk dikaji, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun perawatan dari bangunan yang telah menerapkan konsep Green Construction atau Konstruksi Hijau, terutama perpustakaan Universitas Indonesia. Dengan demikian, dalam penelitian ini secara sistematis penulis dapat merumuskan sebagai berikut:
Bagaimana penerapan faktor berwujud (Tangible) dari konsep Green
Construction atau Konstruksi Hijau perpustakaan Universitas Indonesia? Bagaimana pengaruh faktor keandalan (Realibility) terhadap perilaku manusia di dalam bangunan yang menerapkan konsep Green Construction
atau Konstruksi Hijau, terutama pada perpustakaan Universitas Indonesia? Bagaimana pengaruh faktor ketanggapan (Responsiveness) dari konsep Green Construction atau Konstruksi Hijau perpustakaan terhadap lingkungan sekitar perpustakaan Universitas Indonesia?
1.1
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian arsitektur ini mengacu pada rumusan masalah dan
adalah:
Untuk mengetetahui dan membuktikan secara empiris penerapan faktor berwujud (tangible) dari konsep Green Construction atau Konstruksi
Hijau perpustakaan Universitas Indonesia. Untuk mengetetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh faktor keandalan (Realibility) terhadap kepuasan penumpang kereta api yang menyangkut tapak, sirkulasi, dan fasilitas lu terhadap perilaku manusia di dalam bangunan yang menerapkan konsep Green Construction atau Konstruksi Hijau, terutama pada perpustakaan Universitas Indonesia.
6
Untuk mengetetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh faktor ketanggapan (Responsiveness) dari konsep Green Construction atau Konstruksi Hijau perpustakaan terhadap lingkungan sekitar perpustakaan Universitas Indonesia.
1.4 MANFAAT PENELITIAN Kegunaan dari penelitian ini dapat diuraiakan sebagai berikut: -
Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan konsep dan penerapan Green Construction atau Konstruksi Hijau, terutama pada perpustakaan Universitas Indonesia .
-
Bagi seluruh pelaku konstruksi di Indonesia berguna untuk pertimbangan secara ilmiah yang dapat dimanfaatkan para manajemen untuk menerapkan konsep Green Construction atau Konstruksi Hijau yang bermanfaat dari segi lingkungan, ekonomi, kekuatan, maupun estetika konstruksi.
-
Bagi masyarakat khususnya masyarakat luas, hasil penelitian ini sangat berguna sebagai wacana dalam memberikan masukan, saran dan pandangan kepada seluruh pelaku konstruksi di Indonesia yang belum menerapkan konsep Green Construction atau Konstruksi Hijau
1.1.1
SISTEMATIKA PENULISAN
Berikut adalah sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
BAB I
:
Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat yang didapat dari penelitian untuk pihak-pihak terkait serta sistematika penulisan.
7
BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini berisi landasan teori dan konsep apa yang akan digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian, penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam pembentukan hipotesis, kerangka pemikiran yang akan menjelaskan mengenai garis besar penelitian ini, dan pengembangan hipotesis yang digunakan di penelitian ini.
BAB III :
Metode Penelitian
Bab ini berisi variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel dalam penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data yang digunakan di penelitian.
BAB IV :
Hasil dan Analisis
Bab ini berisi penggambaran objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian.
BAB V :
Penutup
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, kelemahan di dalam penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
LANDASAN TEORI
2.1.1
TEORI ECO GREEN / GREEN DESIGN Green design atau eco design adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang
mencita-citakan terciptanya perancangan dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian material yang ramah lingkungan serta penggunaan energi dan sumber daya yang efektif dan efisien. Beberapa tahun belakangan ini, orang-orang mulai mengusung tema Eco Design dalam perancangan bangunan ataupun perumahan. Hal ini dikarenakan efek Global warming yang semakin parah dan sangat berdampak bagi kelangsungan hidup manusia. Pembangunan yang terus berjalan juga berdampak negatif bagi lingkungan, karena dalam proses pembangunan, energi dan material yang digunakan habis dalam jumlah besar. Hal ini sangat berbahaya dan dapat berdampak negatif bagi generasi-generasi yang akan datang. Pembangunan rumah tinggal yang semakin pesat karena jumlah penduduk yang semakin bertambah banyak memberikan pengaruh besar tehadap keseimbangan ekosistem lingkungan yang ditandai dengan berkurangnya area hijau. Karena itulah diperlukannya gerakan suistanable design, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu secara terus menerus agar sumber daya yang ada selalu tersedia dan diusahakan untuk tidak rusak atau habis. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan bagaimana cara memelihara dan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan memiliki kemampuan untuk menjaga ekosistem. Dapat dikatakan bahwa saat ini, sangatlah diperlukan sebuah desain yang sustainable, yaitu desain yang memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsinya secara terus menerus, meningkatkan taraf hidup pemakainya dan environmental friendly. Environmental friendly berarti tidak menggangu ekosistem, dapat didaur ulang. 9
2.1.2
TEORI BANGUNAN HIJAU Bangunan hijau (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan
berkelanjutan) mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik dalam hal ekonomi, utilitas, durabilitas, dan kenyamanan. Meski teknologi baru terus dikembangkan untuk melengkapi praktik penciptaan struktur hijau saat ini, tujuan utamanya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan bangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alami dengan:
Menggunakan energi, air, dan sumber daya lain secara efisien
Melindungi
kesehatan
penghuni
dan
meningkatkan
produktivitas
karyawan
Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
Ada konsep sejenis bernama bangunan alami yang biasanya berukuran lebih kecil dan cenderung fokus pada penggunaanbahan alami yang tersedia di daerah sekitarnya. Konsep yang lain yaitu desain berkelanjutan dan arsitektur hijau. Keberlanjutan dapat diartikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhan mereka. Bangunan hijau tidak secara khusus menangani masalah pembaharuan rumah yang sudah ada. Laporan U.S. General Services Administration tahun 2009 menemukan 12 bangunan yang dirancang secara berkelanjutan membutuhkan biaya yang lebih sedikit untuk beroperasi dan memiliki performa energi yang sangat baik. Selain itu, penghuni lebih puas dengan keseluruhan bangunan ini dibandingkan dengan di bangunan komersial biasa. 10
2.1.3
TEORI SUSTAINABLE BUILDING Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,
bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa
mengorbankan
kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. (oman) Banyak laporan PBB, yang terakhir adalah laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat. Untuk sebagian orang, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam. Namun untuk sebagian orang lain, konsep "pertumbuhan ekonomi" itu sendiri bermasalah, karena sumberdaya bumi itu sendiri terbatas. Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Dokumen-dokumen PBB, terutama dokumen hasil World Summit 2005menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.
11
Skema pengembangan pembangunan berkelanjutan. Skema pembangunan berkelanjutan:pada titik temu tiga pilar tersebut, Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa "...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam". Dengan demikian "pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, namun juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual". dalam pandangan ini, keragaman budaya merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan, dimana pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan teknologi pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas. Beberapa riset memulai dari definisi ini untuk berargumen bahwa lingkungan merupakan kombinasi dari alam dan budaya. Network of Excellence "Sustainable 12
Development in a Diverse World" SUS.DIV, sponsored by the European Union, bekerja pada jalur ini. Mereka mengintegrasikan kapasitas multidisiplin dan menerjemahkan keragaman budaya sebagai kunci pokok strategi baru bagi pembangunan berkelanjutan. Beberapa peneliti lain melihat tantangan sosial dan lingkungan sebagai kesempatan bagi kegiatan pembangunan. Hal ini nyata di dalam konsep keberlanjutan usaha yang mengkerangkai kebutuhan global ini sebagai kesempatan bagi perusahaan privat untuk menyediakan solusi inovatif dan kewirausahaan. Pandangan ini sekarang diajarkan pada beberapa sekolah bisnis yang salah satunya dilakukan di Center for Sustainable Global Enterprise at Cornell University.
13