PROPOSAL TERAPI BERMAIN DONGENG USIA PRA SEKOLAH DI RUANG HEMATOLOGI ANAK BONA 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Disusun oleh :
1. 2. 3. 4. 5.
Muhammad Daud Al Abror, S.Kep Umdatun Watsiqoh, S.Kep Arsyita Hanifa Umayro, S.Kep Ismi Fuatjia Nasifa, S.Kep Maulidatur Roqmah, S.Kep
131713143075 131713143075 131713143077 131713143077 131713143085 131713143085 131713143089 131713143089 131713143092 131713143092
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya waktuny a yang berjudul “Terapi Bermain Dongeng Usia Pra Sekolah di Ruang Hematologi Anak Bona 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya“ Surabaya “. Makalah ini berisikan tentang pre planning terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia pra sekolah. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain dongeng. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Surabaya, 12 Februari 2018 Penulis
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Asuhan keperawatan pada pasien anak, umumnya memerlukan tindakan invasif, seperti injeksi atau pemasangan infus. Anak yang mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri cenderung memperlihatkan reaksi-reaksi perilaku negatif, diantaranya anak menjadi lebih agresif dan tidak kooperatif atau bermusuhan, dan apabila kondisi ini berkelanjut akan mempersulit pelaksanaan prosedur tindakan medis. Coba tanyakan pada anak, tempat apa saja yang takut ia kunjungi. pasti salah satu jawabannya adalah tempat kesehatan. Tenaga kesehatan yang berseragam putih, lengkap dengan masker dan sarung tangan sepertinya menakutkan di mata anak. Meski anda telah berusaha menenangkan dan menjelaskan kepada si kecil tentang yang ia lihat, belum tentu hal itu mampu mengurangi rasa takutnya (Wirawan,2013). Di ruangan kebanyakan anak yang dirawat mengalami kecemasan saat pemberian tindakan medis yang dapat ditunjukkan dengan reaksi mereka yaitu takut, bereaksi agresif, marah, berontak, menangis, dan tidak kooperatif terhadap perawat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara. Ada beberapa jenis terapi bermain, salah satunya adalah terapi bermain teknik bercerita, dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan tertentu pada anak, dalam cerita dapat bermanfaat sebagai obat menyembuhkan sakit (Handayani,2008). Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan ototototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
3
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu terapi bercerita. Salah satu alasan memilih terapi bermain bercerita, berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP H Adam Malik. Perawat anak sangat memperhatikan bagaimana menyapa anak dengan baik dan tidak menggunakan kata-kata kasar. Perawat anak memberikan sugesti pada anak untuk bisa sembuh. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi bermain dengan tehnik bercerita terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada di ruang perawatan anak.
1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain bercerita diharapkan dapat mengurangi dampak stress hospitalisasi pada anak 1.2.2
Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain menyusun kata, diharapkan dapat: 1) Melatih kemampuan kognitif anak. 2) Melatih kemampuan motorik halus anak. 3) Melatih kemampuan sosial personal anak. 4) Melatih kemampuan berbahasa anak.
4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Dongeng
Dongeng ialah cerita yang tidak benar-benar nyata dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal. Pendapat lain mengenai dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh ( KBBI, 2007 : 274). Dongeng merupakan cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi bertujuan untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan juga menghibur. Jadi, dongeng ialah salah satu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar benar terjadi/fiktif (Agus, 2007).
2.2 Pengertian Dongeng
Menurut kamus besar bahasa Indonesia dongeng diartikan sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng adalah suatu kisah fiktif yang bisa juga diambil dari kisah asli atau sejarah kuno yang ibentuk dari unsur teetentu. Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran (Agus, 2008). Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Mendongeng berbeda dengan bercerita atau dalam bahasa Arab Qashash (kisah). Bercerita adalah suatu seni dalam menyampaikan ilmu, pesan, nasihat kepada orang lain baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orangtua. Sedangkan mendongeng lebih banyak disisipi khayalan yang dikembangkan dengan menarik (Mal, 2008). Artinya dongeng sudah pasti cerita dan cerita belumtentu dongeng.
5
Dongeng biasanya disampaikan kepada anak-anak yang masih kecil oleh ayah, ibu, nenek dan kakek. Biasanya dongeng disampaikan sebelum tidur kepada anak hingga anak tertidur pulas. Biarpun terlihat begitu sederhana, namun anak-anak biasa sangat senang dan serius untuk mendengarkan dongeng jika dongeng itu dianggap menarik. Jadi dongeng yang disampaikan harus bersifat positif agar baik untuk perkembangan mental anak. Dongeng dapat digunakan sebagai media mendidik serta membentuk karakter positif pada anak oleh orang tua maupun guru. Dalam dongeng ditanamkan nila-nilai yang baik bagi anak melalui penghayatan terhadap maksud dari dongeng. Oleh karena itu dari pengertian dongeng sendiri, melatih kognisi, afeksi secara iamjinati f. Anak akan lebih kreatif, selain itu melalui dongeng anak akan terlatih komunikasi dengan mendengarkan kosa kata dari pendongeng. Lewat pesan dongeng yang disampaikan dengan tema-tema tertentu, anak menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya baik itru tema, orangtua dan guru.
2.3 Macam Dongeng
1. Mite Mite menurut Poerwadarminto (1985) adalah “cerita yang berhubungan dengan
kepercayaan
masyarakat
yang
tidak
dapat
dibuktikan
kebenarannya”. Sedangkan menurut Sarikata Bahasa Indonesia (2007). Mite
didefinisikan
sebagai:
“dongeng
yang
berhubungan
dengan
kepercayaan masyarakat”. Jadi mite merupakan cerita tentang kepercayaan suatu masyarakat yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak dapat dibuktikan kebenarannya 2. Dongeng Futuristik (modern) Dongeng Futuristik (modern) disebut juga dongeng fantasi. Dongeng ini biasanya bercerita tentang sesuatu yang fantastik atau tentang masa depan. Seperti Aladin, Cinderella dan lain sebagainya. 3. Fabel Fabel merupakan dongeng tentang binatang yang digambarkan seperti manusia (perilaku kehidupan hewan yang menyindir tentang kehidupan
6
manusia). Binatang-binatang dalam cerita ini dapat berbicara dan berakal budi pekerti seperti manusia (Mal, 2008). 4. Dongeng Sejarah Dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah. Dongeng ini banyak yang bertema tentang kepahlawanan. Seperti kisah Rasulullah SAW, perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dan sebagainya. Dongeng sejarah disebut juga sebagaisage. Menurut sari kata Bahasa Indonesia 2007sage yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah.Sage menurut Poerwadarminto (1985)adalah “Cerita yang mendasar peristiwa sejarah yang telah bercampur dengan fantasi rakyat”, 5. Dongeng Terapi (Traumatic Healing) Dongeng ini ditujukan pada anak-anak yang telah mengalami bencana atau anak-anak yang sedang sakit. Dngeng ini membuat rileks saraf-saraf otak dan menenangkan hati mereka.
2.4 Manfaat Dongeng
Dongeng memberikan beberapa manfaat bagi anak antar lain untuk mengembangkan kosa kata, memberi teladan, pesan moreal, dan problem solving. Dengan demikian, diharapkan anak dapat menerapkan apa yang sudah mereka dengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa manfaat lain dari dongeng bagi anak. 1. Media Menanamkan Nilai dan Etika Dongeng merupakan media yang sangat efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, termasuk menimbulkan rasa empati dan simpati anak. Nilai-nilai yang bisa dipetik dari dongeng adalah nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, dan lain sebagainya. 2. Memperkenalkan Bentuk Emosi Dari dongeng yang diberika, pastinya memiliki karakter dan tokoh yang berbeda-beda. Sebagai orang tua, Anda harus memahami makna daro dingeng tersebut, sehingga Anda bisa memberikan penekanan tertentu pada dialog dan ekspresi. Selain itu, Anda juga bisa menceritakan emosi para tokoh seperti emosi negatif dan positif. Hal ini akan membantu anak dengan
7
masalah agresifitas dan mengajarkan untuk berempati pada sesama temannya. 3. Mempererat Ikatan Batin Bagi orang tua yang memiliki kesibukan yang padat, mendongeng adalah salah satu trik untuk mendekatkan diri pada anak Anda. Kesibukan Anda membuat Anda tidak dapat bermain dengan si kecil setiap saat. Oleh karena itu, pergunakan waktu senggang Anda dirumah untuk memberikan cerita atau dongeng pada anak Anda. 4. Memperluas Kosa Kata Semakin banyak membaca, semakin banyak tahu. Orang tua bisa menggunakan dongeng sebagai media untuk memperkenalkan kosa kata asing pada anak yang pastinya akan berguna disekolahan nantinya. 5. Merangsang Daya Imaginasi Selain membacakan cerita atau dongeng dari buku, Anda bisa membuat cerita singkat tanpa panduan buku. Kemudian, pandulah anak Anda untuk melanjutkan cerita tersebut berdasarkan imaginasi mereka sendiri. Ajukan juga beberapa pertanyaan untuk memancing daya imaginasinya.
Puspita (2009) menyatakan terdapat empat manfaat dari dongeng, yaitu: 1. Dongeng dapat mengasah imajinasi dan daya pikir anak. Ketika berhadapan dengan dongeng, anak akan memvisualisasikan cerita tersebut sesuai dengan imajinasinya. 2. Dongeng dapat mempererat ikatan komunikasi antara pendongeng dan audiens. 3. Dongeng merupakan media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika. 4. Dongeng dapat membantu menambah perbendaharaan kata pada anak. 2.5 Jenis Dongeng
Ada 3 jenis dongeng yaitu : 1. Dongeng binatang atau fabel yaitu sebuah dongeng yang di dalamnya menceritakan tentang perbuatan baik atau buruknya binatang, di dalam f able tokoh binatang berpeerilaku seperti manusia. Hal tersebut menggambarkan 8
watak dan budi pekerti manusia, seperti buaya dan kancil merupakan slah satu contoh dongeng binatang atau fable dan mereka di gambarkan sebagai hewan licik, dan cerdik. 2. Dongeng biasa yaitu dongeng yang menceritakan tentang tokoh baik suka maupun duka, seperti dongeng bawang merah dan bawang putih. 3. Dongeng lelucon yaitu dongeng yang berisikan cerita lucu tentang tokoh tertentu, misalnya si Kabayan dari jawa barat, Lebai malang, pak Pandir, pak Belalang. 2.6 Manfaat Metode Bercerita
Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran di PAUD mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan PAUD antara lain: 1. Untuk
menanamkan
kejujuran,
keberanian,
kesetiaan,
keramahan,
ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. 2. Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan. 3. Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. 4. Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak. 5. Untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan. 6. Dapat membantu anak membangun bermacam kemungkinan propesi yang dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat. 7. Kegiatan bercerita dalam kaitan kehidupan sosial anak dapat dipergunakan guru untuk menuturkan bermacam pekerjaan yang ada dalam masyarakat yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan sikap pada diri anak yang dapat menghargai bermacam-macam pekerjaan. 9
8. Melatih daya serap anak, artinya anak usia dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan. 9. Melatih daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami proses cerita, mempelajari hubungan sebab akibatnya termasuk hubunganhubungan dalam cerita. 10. Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita. 11. Melatih daya imajinasi anak. 12. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif. Menurut Tadkiroatun Musfiroh, (2005:95) ditinjau dari beberapa aspek, manfaat metode bercerita sebagai berikut: 1. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak, 2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, 3. Memacu kemampuan verbal anak, 4. Merangsang minat menulis anak, 5. Merangsang minat baca anak, 6. Membuka cakrawala pengetahuan anak Sedangkan menurut Bachri (2005: 11), manfaat bercerita adalah “dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya”.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode bercerita (Dhieni, 2006 : 6.9) antara lain : 1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak, 2. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien, 3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana, 4. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah, 5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya, 6. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru,
10
7. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapatnya, 8. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan mas ih lemah sehingga sukar dipahami tujuan pokok isi cerita, 9. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.
2.8 Media Metode Bercerita
Menurut Hi,Titi Surtiati dan Sri Rejeki,1991:1 Media Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang sengaja diusahakan\diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan PAUD dalam rangka dan tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah alat peragaan atau alat bermain. Untuk alat atau benda langsung memperhatikan kebersihan, keamanan dan kemudahan bagi guru maupun untuk anak saat mempergunakan.Untuk media tiruan gambar atau benda harus memiliki nilai seni gambar untuk anak usia PAUD.
2.9 Bentuk Bercerita
Bentuk-bentuk metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu: 1. Bercerita tanpa alat peraga. 2. Bercerita dengan alat peraga. Bentuk bercerita dengan alat peragaan terbagi dua yaitu: a. Bercerita dengan alat peragaan langsung. b. Bercerita dengan alat peraga tak langsung\benda tiruan.
2.10 Teknik Pelaksanaan Metode Bercerita
Petunjuk teknis pelaksanaan yang jelas bagi guru agar pesan moral atau pesan pengetahuan yang disampaikan melalui cerita dapat diterima oleh anak didik PAUD. Teknik pelaksanaan bercerita tanpa alat dan dengan alat akan bersama-sama ada pelajari dengan bentuk-bentuk bercerita.
11
2.11 Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain. 1. Bermain aktif a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play) Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut.
Anak
memperhatikan
alat
permainan,
mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar. b. Bermain konstruksi (construction play) Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. Dll. c. Bermain drama (dramatik play) Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya d. Bermain bola, tali, dan sebagainya 2. Bermain pasif Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contohnya: a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah b. Mendengarkan cerita atau music c. Menonton televisi
2.12 Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
12
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. 4. Jangan
memaksa
anak
bermain,
bila
anak
sedang
tidak
ingin bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
2.13 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 – 12 bulan Tujuannya adalah : a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam. b. Melatih kerjasama mata dan tangan. c. Melatih kerjasama mata dan telinga. d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan. e. Melatih mengenal sumber asal suara. f.
Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang. Alat permainan yang dianjurkan : a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang. b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka. c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang. d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara. e. Alat permainan berupa selimut dan boneka. 2.
Usia 13 – 24 bulan Tujuannya adalah : a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara. b. Memperkenalkan sumber suara. c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik. d.
Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik Alat permainan yang dianjurkan:
13
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya. b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik. c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna. 3. Usia 25 – 36 bulan Tujuannya adalah : a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak. b. Mengembangkan keterampilan berbahasa. c. Melatih motorik halus dan kasar. d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna). e. Melatih kerjasama mata dan tangan. f.
Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Alat permainan yang dianjurkan : a. Alat-alat untuk menggambar. b. Lilin yang dapat dibentuk c. Pasel (puzzel) sederhana. d. Manik-manik ukuran besar. e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda. f.
Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan Tujuannya adalah : a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan. b. Mengembangkan kemampuan berbahasa. c. Mengembangkan
pengertian
mengurangi.
14
tentang
berhitung,
menambah,
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura pura (sandiwara). e. Membedakan benda dengan permukaan. f.
Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri h. Mengembangkan kreativitas. i.
Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j.
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya. l.
Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong. Alat permainan yang dianjurkan : a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anakanak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll. b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
2.14 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan 2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu 3. Jenis kelamin 4. Lingkungan, lokasi, negara, kultur 5. Alat permainan senang dapat menggunakan 6. Intelegensia dan status sosial ekonomi
2.15 Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
15
b. Tahap permainan Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan c. Tahap bermain sungguhan Anak sudah ikut dalam permainan d. Tahap melamun e. Merupakan
tahapan
terakhir
anak
membayangkan
permainan
berikutnya.
2.16 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana 2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis 3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien 4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien 5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak 6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
2.17 Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia 2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan 3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.
2.18 Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama 2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain 3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan 4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan 5. Kolaborasi jadwal
kegiatan
kesehatan lainnya.
16
pemeriksaan
pasien
dengan
tenaga
BAB III SAP TERAPI BERMAIN
Pokok Bahasan
: Terapi Bermain Dongeng Usia Pra Sekolah di Ruang Hematologi Anak Bona 2 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-5 tahun Tujuan
: Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Tanggal / Jam
: Kamis / 15 Februari 2018 Pukul. 10.00 sd selesai
Tempat Bermain
: Ruang Hemato
Peserta
: Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang anak yang memenuhi kriteria : -
Anak usia 3 – 5 tahun
-
Tidak mempunyai keterbatasan fisik
-
Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
-
Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari : -
Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang didampingi keluarga
Target : 4 orang
3.1 Sarana dan Media
Sarana: 1. Ruangan tempat bermain 2. Kursi untuk duduk Media: 1. Boneka 2. Gambar
3.2 Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang observer dengan susunan sebagai berikut: 17
Co leader
: Umdatun Watsiqoh, S.Kep
Leader
: Maulidatur Roqmah, S.Kep
Observer
: Arsyita Hanifa Umayro, S.Kep
Fasilitator
: M. Daud Al Abror, S.Kep Ismi Fuatjia Nasifa, S.Kep
3.3 Pembagian Tugas
1. Peran Leader a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan 2. Peran Co Leader a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan dating d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya 3. Peran Fasilitator a. Mempertahankan kehadiran peserta b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok 4. Peran Observer a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therap b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
18
d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
3.4 Setting Tempat
Keterangan :
: Moderator
: Pemateri
: Observer
: Fasilitator
: Peserta Penyuluhan
3.5 Susunan Kegiatan No
1
Waktu
5 menit
Terapy
Anak
Pembukaan : Co-Leader
membuka
dan
mengucapkan salam
Menjawab salam Mendengarkan
Memperkenalkan diri terap Memperkenalkan pembimbing
Mendengarkan
Memperkenalkan anak satu persatu
Mendengarkan dan saling
dan anak saling berkenalan dengan berkenalan temannya
19
Kontrak waktu dengan anak Mempersilahkan Leader 2
20 menit
Mendengarkan Mendengarkan
Kegiatan bermain : Leader menjelaskan cara permainan Menanyakan pada anak, anak mau
Mendengarkan Menjawabpertanyaan
bermain atau tidak Menbagikan permainan Leader ,co-leader, dan Fasilitator
Menerima permainan
memotivasi anak Fasilitator mengobservasi anak Menanyakan perasaan anak
Bermain Bermain Mengungkapkan perasaan
3
5 menit
Penutup : Leader Menghentikan permainan Menanyakan perasaan anak
Selesai bermain Mengungkapkan perasaan
Menyampaikan hasil permainan Memberikan hadiah pada anak yang
Mendengarkan
cepat menyelesaikan gambarnya dan
Senang
bagus Membagikan
souvenir/kenang-
Senang
kenangan pada semua anak yang bermain
Mengungkapkan perasaan
Menanyakan perasaan anak Co-leader menutup acara Mengucapkan salam
Mendengarkan Menjawab salam
3.5 Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan a. Alat-alat yang digunakan lengkap
20
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan a. Terapi dapat berjalan dengan lancar b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya 3.
Evaluasi hasil yang diharapkan a. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik b. Anak merasa senang c. Anak tidak takut lagi dengan perawat d. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai e. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
21
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial anak tersebut, salah satunya adalah dengan dongeng, dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindirian. (agus, 2008).
Berdasarkan pengertian tentang dongeng, maka dapat disimpulkan bahwa media dongeng bermanfaat buat anak untuk menghidupkan imajinasi anak, mengajarkan nilai kehidupan, menanamkan akar budaya kepada anak, meningkatkan kemampuan verbal anak, mengembangkan kemampuan mendengar, meningkatkan kreativitas, menajamkan pikiran, meningkakan kecerdasan emosional anak, memperkenalkan anak pada rasa empati, membangun minat baca anak, mempererat ikatan dengan orang tua, melatih daya ingat anak, mempermudah pendidikan anak, memperbaiki kemampuan berkomunikasi, dan mengajarkan anak menghadapi berbagai situasi.
4.2 Saran 1. Orang tua Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih buku cerita bagi anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan buku cerita yang tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat bacaan tersebut. 2. Rumah sakit Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan, seperti membaca buku. 3. Mahasiswa Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampat hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melajutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
22
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan, made. 2013. Kesehatan bayi dan anak. Jakarta; Noura Books Handayani, Puspitasari. 2008. Jurnal kesehatan. Yogyakarta; surya medika Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Suryaning, Eka. 2009. Pengaruh terapi bercerita terhadap kecemasan pada anak. Yogyakarta ; Surya medika
23
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
NO Aspek yang Dinilai I Struktur Terapi Bermain 1. Persiapan media terapi bermain 1. Gambar 2. Boneka 2 Kelengkapan jumlah mahasiswa: a. Leader (1) b. Co-leader (1) c. Fasilitator (2) d. Observer (1) II Proses Terapi Bermain 1. Pembukaan, Leader : a. Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan salam b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta menyebutkan nama c. Menjelaskan kontrak waktu d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan tujuan terapi bermain e. Memberikan contoh kepada peserta cara bermain kata f. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai akhir 2. Pelaksanaan Co-leader : a. Membantu Leader menjelaskan cara bermain kepada peserta b. Membantu Leader memberikan contoh kepada peserta cara bermain kata c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut memulai permainan d. Mengatur waktu permainan Fasilitator : a. Mengarahkan peserta untuk bermain b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar fokus pada jalannya permainan Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu
3.
Evaluasi : observer a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi kemajuan peserta b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
24
Ya
Tidak
4.
III 1.
Terminasi : a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh leader, dan fasilitator b. Memberikan trik penyelesaian tugas dalam permainan kata c. Leader mengucapkan terima kasih Hasil Terapi Bermain Peserta Terapi Bermain : a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan terapi bermain b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan selesai. c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun semua kepingan pada tahap sulit, dan mampu menyusun setidak separo kepingan ringan dan sedang dalam waktu yang telah ditentukan
25
LEMBAR EVALUASI KEMAJUAN
Kategori kemampuan anak Penilaian Kognitif - Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan yang terkandung dalam permainan - Anak mampu menyelesaikan tugas dalam permainan dalam berbagai tahapan: Total a) Tahap ringan Kriteria b) Tahap sedang c) Tahap sulit Sosial - Anak mau memperkenalkan diri di depan teman sepermainan - Anak mampu berkomunikasi baik dengan temanTotal sepermainan Kriteria - Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat
An...
An...
An...
An...
Afektif - Anak dapat mematuhi peraturan permainan Total Kriteria Jumlah akhir Keterangan skor: 0 : Tidak dapat melakukan 1 : Dapat melakukan dengan bantuan 2 : Dapat melakukan dengan motivasi 3 : Melakukan dengan mandiri
Baik Cukup Kurang
26
Kriteria tiap kategori: : jumlah skor 17-24 : jumlah skor 9-16 : jumlah skor 0-8
An...
An...
An...
An...
27