RANGKUMAN MATA KULIAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN “
Dimensi Keperilakuan pada Pajak Penghasilan
OLEH: TITIS WIDARI NASTITI (F1312111)
S1 AKUNTANSI SWADANA TRANSFER FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013
“
AKUMULASI EARNING TAX
Akumulasi dari masalah pendapatan:
1. Perusahaan dapat membayar dividen. 2. Perusahaan dapat mencoba untuk membenarkan posisi dari pendapatan yang terakumulasi untuk memuaskan kebutuhan bisnis yang b eralasan. 3. Perusahaan dapat tidak melakukan sesuatu. PENGGUNAAN HUKUM PERPAJAKAN UNTUK MEMPENGARUHI PERILAKU Tax decision dibuat secara individual. Bagaimanapun, di dalam lingkungan perusahaan, individu yang membuat keputusan terkadang menghambat pembuatan keputusan individu lain yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Sebagai contoh, ketetapan pajak yang baik mungkin tidak digunakan karena dampak yang tidak baik terhadap income yang dilaporkan kepada shareholder atau pemangku kepentingan. Di beberapa kasus, jika ketetapan digunakan untuk tujuan pajak, hal ini harus juga digunakan untuk tujuan laporan keuangan.
TEORI PSIKOLOGI DARI KEKUATAN MOTIVASIONAL
Begitu banyak ketetapan dalam hukum pajak yang diharapkan untuk mempengaruhi keperilakuan. Kesuksesan dari ketetapan ini tergantung dari derajat kekutan motivasional yang ada pada pembayar pajak. Secara seungguh-sungguh, kongres harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi kekuatan motivasional jika hukum/peraturan pajak sesuai dengan tujuannya. Dalam lingkungan perusahaan, hal ini juga sangat penting untung memahami bagaimana hukum/peraturan pajak mempengaruhi kekuatan motivasional dari mereka yang membuat keputusan bisnis dengan implikasi pajak. Sebagai contoh, suatu tax penalty mungkin tidak dibuat di level yang sama terkait dengan kekuatan motivasional untuk para karyawan.
TEORI ATKINSON DARI KEKUATAN MOTIVASIONAL
Atkinson memiliki teori mengenai kekuatan motivasional untuk menunjukkan beberapa tugas yang menghasilkan tiga faktor di antaranya: motif, pengharapan, dan insentif.
MOTIF (KEBUTUHAN UNTUK PENCAPAIAN) 1. Definisi Konsep
Kata “motif” dalam formula kekuatan motivasional diperuntukkan kepada individu yang membutuhkan prestasi. Sesuai dengan teori bahwa individu bervariasi di dalam suatu derajat, mereka mencari prestasi demi mendapatkan penghargaan. Kebutuhan untuk berprestasi ini terlihat telah diakuisisi oleh individu yang lebih muda dan relatif stabil. 2. Faktor yang Mempengaruhi
Banyak penelitian yang telah menguji hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi atau level aspirasi dan status sosioekonomi. Salah satu penelitian menemukan bahwa di kelas yang lebih rendah menunjukkan secara signifikan mengenai kebutuhan untuk berprestasi lebih rendah dibandingkan dengan kelas menengah atau kelas yang lebih tinggi. 3. Dampak atas Keputusan Pajak
Individu yang membuat tax decision mungkin harus memilih alternatif yang berbeda karena motif mereka yang berbeda pula. Sebagai contoh, beberapa individu memerlukan prestasi yang lebih besar dibandingkan dengan ketakutan mereka akan suatu kegagalan. Individu ini akan lebih memilih alternatif yang menyertakan level menengah terkait hal perpajakan dan risiko yang menengah pula. Secara alternatif, individu yang memiliki ketakutan akan kegagalan akan memilih posisi yang aman dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk berprestasi.
DIAGNOSTIC REVIEW – MOTIF
George Long memilih opsi yang menyertakan jumlah risiko menengah. Dirinya juga mengusulkan rumusan rencana perusahaan untuk ekspansi daam usaha untuk membenarkan akumulasi dari pendapatan. Dirinya juga memiliki pilihan dalam risiko menengah karena kebutuhan akan berprestasi lebih besar dibandingkan dengan ketakutan akan kegagalan.
PENGHARAPAN (KEMUNGKINAN UNTUK SUKSES) 1. Dampak dari Kekuatan Motivasional
Kata “pengharapan” dalam formula kekuatan motivasional diperuntukkan bagi kemungkinan untuk sukses. Dampaknya adalah, kemungkinan untuk sukses yang lebih besar berbanding dengan kekuatan motivasional yang lebih besar pula. Hal ini relatif sederhana namun dianggap sebagai variabel yang penting. 2. Diagnostic Review – Pengharapan
Dalam area perpajakan, kongres dan IRS seharusnya secara serius mempertimbangkan dampak dari pengharapan dalam kekuatan motivasional dari pembayar pajak. Hukum/peraturan pajak yang memiliki usaha untuk mempengaruhi perilaku manusia akan dapat lebih efektif hanya jika mereka tanamkan kepada pembayar pajak dengan kekuatan motivasional yang memiliki level tinggi. Kegagalan untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi yang telah dibuat oleh peraturan pajak akan menghasilkan keadaan yang under circumstance.
INSENTIF 1. Insentif Instrinsik vs Ekstrinsik
Teori Atkinson hanya mempertimbangkan nilai instrinsik dari penghargaan dan secara penuh mengabaikan nilai ekstrinsik seperti uang. Hal ini yang dapat menjadi pertimbangan atas kelemahan dari teori ini, sejak itu pulan mulai ditekankan mengenai arti penting dari extrinsic rewards. Kedua nilai antara instrinsik dan ekstrinsik adalah penting dalam menentukan kekuatan motivasional individu. 2. Insentif Ekstrinsik
Kebanyakan dari teori psikologi mengakui bahwa manusi memiliki kebutuhan yang pasti. Sebagai misal, extrinsic reward menjadi salah satu nilai bagi individual, hal ini seharusnya memuaskan beberapa kebutuhan manusia. Menurut Maslow, terdapat suatu hierarki dari kebutuhan psikologi sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam teori ini, kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang paling penting. 3. Dampak atas Kebijakan Pajak
Kongres membatasi jenis dari insentif ekstrinsik yang dapat ditawarkan untuk meningkatkan kekuatan motivasional pembayar pajak. Kongres harus memutuskan biaya yang diinginkan untuk membuat suatu prestasi terkait dengan keinginan perilaku pembayar pajak. Dalam kasus ini insentif ekstrinsik yang dapat diambil contoh bentuk penalty atau kewajiban pajak tambahan, hal ini tidak terdapat biaya financial kepada pemerintah terkait tax revenues, tetapi secara normal terdapat biaya asosiasi dengan mengesankan hal tersebut merupakan penalty. 4. Diagnostic Review – Insentif
Dalam kasus Perusahaan Bradford Lockbox, akumulasi pendapatan pajak merepresentasikan suatu insentif ekstrinsik. Bagaimanapun, kebanyakan dari keputusan utama dari berbagai jenis adalah multidimensional. Hal ini adalah lebih dari satu insentif ekstrinsik. Secara frekuensi insentif ini merupakan suatu konflik.