1. Resolusi Konflik Rekonsilia Rekonsiliasi si sebagai suatu bentuk resolusi konflik (conflict (conflict resolution) resolution) akhirakhir-akh akhir ir ini menjad menjadii sangat sangat populer populer,, teruta terutama ma sete setela lah h kasu kasus s Af Afri rika ka Selat Selatan an denga dengan n komi komisi si kebe kebenar naran an dan rekonsiliasinya (truth (truth and reconciliation commission), commission), dianggap cukup cukup berhasi berhasil. l. Rekons Rekonsili iliasi asi dapat dapat diangg dianggap ap sebagai sebagai bagian bagian atau atau satu satu cara cara untu untuk k menu menunt ntas aska kan n konf konfli lik, k, dala dalam m hal hal in inii rekonsilasi diperlukan agar persoalan-persoalan pasca konflik dapa dapatt
dittunt di untask askan. an.
peng penger erti tian anny nya a
Reko ekons nsiilias liasii
deng dengan an
upay upaya a
dapa dapatt
juga uga
tran transf sfor orma masi si
dise di sejjajar ajarka kan n konf konfli lik k,
yait yaitu u
bagaimana mengubah konflik menjadi damai. Pada Pada bagian bagian ini akan akan dibahas dibahas teori teori-teo -teori ri resolus resolusii konfl konflik, ik, khususnya teori mengenai rekonsiliasi. Umum Umumny nya, a, para para penel penelit itii dan prak prakti tisi si di bi bidan dang g resol resolus usii konf konfli lik k menga mengangg nggap ap pera peran n masa masa lalu lalu dalam dalam perke perkemb mban angan gan skenario konflik adalah sangat penting. Meskipun sejarah masa lalu
banyak
indi in divi vidu du/k /kol olek ekti tiff
mempengar ngaru uhi terh terhad adap ap
per perseps psii
konf konfli lik, k,
topi topik k
dan inii in
pengal galaman sedi sediki kitt
seka sekali li
dibahas dalam penelitian-penelitian mengenai konflik (Cairns & 41
Roe, Roe, 20 2003 03). ). Seca Secara ra lebi lebih h sp spes esif ifik ik misa misallnya, nya, hany hanya a sedi sediki kitt informasi yang diperoleh tentang bagaimana ingatan kolektif (collec collectiv tive e memory memory ) berp berper eran an dal dalam mempe emperm rmud udah ah atau atau mempersulit tercapainya resolusi konflik. Teori-teori mengenai resolusi konflik umumnya mencakup rentang yang sangat luas dengan akar dan landasan disiplin ilm ilmu
yang yang
berm bermac acam am-m -mac acam am..
Bab Bab
inii in
akan akan
menya enyaji jik kan
perspek perspektif tif teori teori resolusi resolusi konfli konflik, k, teruta terutama ma dalam dalam perspek perspektif tif ilmuu-iilmu
per perilaku
seper perti
psiikologi ps gi,,
dan
lebi bih h
spes pesifik
mengenai isu sejarah (history ) dan ingatan (memory).
2. Teori Negosiasi Teo Teori ri menge mengena naii negosi negosias asii sebaga sebagaii cara cara menye menyele lesa saik ikan an konflik umumnya mengambil setting dan konteks konflik dalam bisn bi snis is dan dan orga organi nisa sasi si (Baz (Bazer erma man n & Neal Neale, e, 19 1992 92;; Bres Bresli lin n & Rubin, 1995; Fisher & Ury, 1991; Fisher & Brown, 1988; Jandt, 1985 19 85;; Lewi Lewick cky, y, Saund Saunder ers s & Minto Minton, n, 19 1999 99). ). Teor Teorii-te teor orii yang yang dike di kem mbang bangka kan n
dalam alam
kont onteks eks
inii in
bias bi asan any ya
memus emusat atka kan n
perha perhati tian anny nya a pada pada tingk tingkat at in indi divi vidu du,, wala walaupu upun n belak belakan anga gan n banyak teknik dan cara-cara negosiasi diaplikasikan juga untuk setting kelompok. Tujuan utama dari negosiasi secara umum adalah tercapainya kesepakatan yang bisa diterima pihak yang 42
bertika bertikai. i. Pada umumny umumnya a peneli penelitia tian-pe n-penel neliti itian an pada pada area area ini bany banyak ak memu memusa satk tkan an perh perhat atiianny annya a pada pada pelb pelbag agai ai maca macam m strategi dan teknik-teknik untuk mencapai kesepakatan. Dalam kelompok literatur mengenai hal ini, isu-isu seperti kekuasaan (power) (Boulding, 1999; Dawson, 1999; Fisher, 1995; Kritek, 1994), 1994), eskala eskalasi si dan de-eska de-eskalas lasii konfli konflik k (Bazer (Bazerman man & Neale, Neale, 199 992; 2; Kri Kriesbe esberg rg,, 199 995; 5; Rubi Rubin, n, Prui uitt & Hi Him m, 199 994) 4) sert serta a peme pemeca caha han n
masa masala lah h
seca secara ra
berk berkol olab abor oras asii
(collaborative
problem solving) (Fisher & Ury, 1981; Gray, 1989; Jandt, 1985) banyak mendapat perhatian. Isu Isu seput seputar ar masa masa lalu lalu,, in ingat gatan an dan dan fakt faktor or sejar sejarah ah masa masa lampau (histo (historic rical al past) past) dala dalam m sken skenar ario io konfl onflik ik bi bias asan anya ya kurang kurang diperhat diperhatika ikan, n, kalau kalau tidak tidak dapat dapat dikata dikatakan kan diabaik diabaikan an sama sama sekali sekali.. Meski Meskipun pun kebany kebanyaka akan n perundi perundingan ngan (negosi (negosiasi asi)) pada kasus-kasus kasus-kasus konflik konflik akhir-akhi akhir-akhirr ini, terutama, misalnya, misalnya, antara Israel dan Palestina, Palestina, Irlandia Utara, memperlihat memperlihatkan kan isu sejarah masa lalu selalu menjadi ganjalan bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan kesep akatan (Tint, 2002). Fisher dan Ury (1981) misalnya, menulis tiga buku yang cuku cukup p
berp berpen enga garu ruh h
dala dalam m
lite litera ratu turr
meng mengen enai ai
nego negosi sias asi. i.
Getting to Yes (1981), Getting Getting Together Together (1988) (1988) dan Getting 43
Past No (1991), yang pada intinya memposisikan konflik terjadi keti ketika ka kein keingi gina nan, n, kepe kepenti ntinga ngan n dan dan kebut kebutuh uhan an kedua kedua bela belah h pihak berada pada posisi yang saling berlawanan satu sama lain. Polarisasi kepentingan ini sering membawa kedua kubu pada posisi zero-sum, zero-sum, kalah atau menang. Strategi negosiasi adal adalah ah baga bagaim iman ana a memba embawa wa kedu kedua a bela belah h pi piha hak k kepad epada a keput eputus usa an
yang
member beri
kemungk ngkinan
untuk ntuk
saling
mengunt menguntungk ungkan, an, atau atau yang yang dikenal dikenal sebagai sebagai ‘solusi menangmenangmenang’ (win-win solution). solution). Dalam Dalam perkemb perkembang angan an selanj selanjutn utnya, ya, karya karya Fisher Fisher dan Ury sedikit membahas isu masa lalu tapi tidak dalam posisi yang beranggapan bahwa masa lalu itu perlu mendapat perhatian. Bagi Bagi Fishe Fisherr dan dan Ury Ury (198 (1981) 1) masa masa lalu lalu adal adalah ah sesuat sesuatu u yang yang haru harus s di diat atasi asi atau atau ditin ditingga ggalk lkan an supay supaya a terca tercapai pai hasil hasil yang yang memu memuas aska kan. n. Hany Hanya a ada ada satu satu pi pili liha han, n, masa masa lalu lalu atau atau masa masa depan, seperti ungkapan mereka: The question “Why?” has two quite diffferent meanings. One Looks backward for cause and treats our behavior as dete determ rmin ined ed by prio priorr even events ts.. The The othe otherr look looks s forw forwar ard d for for a purpos pose and treats our beh behavi avior as su subj bje ect to our free will will…. ….Ei Eith ther er we have have free ree will will ot it is dete determ rmin ined ed that that we behave as if we do. In either case, we make choices. We can choose to look back or to look forward. You will satisfy your interest better if you talk about where you would like to go rath rather er than than abou aboutt wher where e you you have have come come from from.. Inst Instea ead d of arguing with the other side about the past..talk about what you 44
want to have happen in the future. Instead of asking them to jus justi tify fy what what they they di did d yest yester erda day, y, ask, ask, who who sh shou ould ld do what what tommorow? (Fisher & Ury, 1981: 53) Jel Jelas as sek sekali ali
bahw bahwa a
orie orient ntas asiinya nya
adal adalah ah masa asa
depa depan; n;
meliha melihatt ke belaka belakang ng berart berartii merint merintangi angi kemungk kemungkina inan n untuk untuk maju ke masa depan. Faktor masa lalu adalah sesuatu yang bisa dan seharusnya diabaikan atau ditinggalkan di belakang. Di sisi lain, mungkin benar bahwa orientasi ke depan selalu lebi lebih h pent pentin ing g di diba band ndin ingk gkan an deng dengan an meli meliha hatt ke bela belaka kang ng.. Dalam kenyataannya, seperti yang disarankan Fisher dan Ury (1981), soal-soal apa yang sudah pernah terjadi pada masa lalu tidak tidak bi bisa sa di diang anggap gap ni nihi hil. l. Kala Kalaupu upun n tida tidak k bis bisa a di didam damai aika kan n (reconciling the past ), ), paling tidak masa lalu juga sesuatu yang harus harus
dinegos dinegosias iasika ikan n
(the (the
nego negoti tiat ated ed
past past)).
Peng Pengal alam aman an
kelo kelomp mpok ok yang yang berko berkonf nfli lik k dala dalam m jangk jangka a wakt waktu u yang yang cukup cukup panjang memperlihatkan betapa sulitnya pihak yang berkonflik untu untuk k hany hanya a meli meliha hatt ke masa masa depa depan n dan dan fakt faktor or masa masa lalu lalu ‘hanya ditinggal di belakang’ (left behind), behind), karena masih akan menj nja adi
beba beban n
inga ngatan
(mem (memor ory y
burd burden en))
yang
terus
menghantui masa depan.
3. Teori Psikologi Sosial
45
Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini, psikologi sosial memberikan sumbangan yang signifikan dalam kajian resolusi konflik, diawali dengan hasil karya Kurt Lewin (1948). Karyakarya Kurt Lewin dalam bidang konflik sosial, keadilan sosial, dan dengan ‘action resear research’ ch’-nya -nya telah telah membuk membuka a jalan jalan bagi bagi psikolog sosial lainnya untuk memainkan peranan yang lebih banya banyak k dalam dalam bi bida dang ng reso resolu lusi si konf konfli lik, k, di antar antaran anya ya Mort Morton on Deutsch. KaryaKarya-kar karya ya Deutsch Deutsch (1973, (1973, 1985, 1985, 20 2000) 00) mengena mengenaii teori teori konf onflik lik,
koop kooper eras asi, i,
kompe ompeti tisi si
sert serta a
kead keadiilan
dist di stri ribu buti tiff,
menga mengamb mbil il prem premis is utama utama bahwa bahwa konf konfli lik k timb timbul ul akib akibat at pola pola hubungan saling ketergantungan yang bersifat negatif antara pihak-pihak yang bertikai (negative (negative interdependence between parties), parties), dan masing-masing konflik akan mempunyai dimensi kooperatif dan kompetitif sekaligus. Menurut Deutsch, konflik dengan kadar kompetisi yang sangat tinggi cenderung untuk menjad menjadii destru destrukti ktif, f, sementa sementara ra konfli konflik k dalam dalam iklim iklim kooper kooperasi asi yang tinggi justru akan menjadi konstruktif. Menurut teori ini, tujuan utama dari resolusi konflik adalah mengubah dinamika konfli konflik, k, dari dari yang yang kompeti kompetitif tif menjad menjadii yang lebih lebih koopera kooperatif tif.. Namun sekali lagi, soal isu masa lalu juga kurang mendapat 46
temp tempat at dala dalam m pemba pembahas hasan an Deut Deutsc sch. h. Misal Misalnya nya,, teta tetap p akan akan menjadi persoalan, apa yang akan terjadi dalam suatu skenario konf onflik lik
bila bi lam mana ana
meman emang g
terj terjad adii
koop kooper eras asii,
tapi api
kedua edua
kelompok masih menyimpan sejarah pertikaian dan kompetisi yang kuat. Dengan kata lain, dapat disimpulkan disimpulkan bahwa kondisi kondisi koope oopera rattif lebi lebih h
mungk ungkiin
dica di capa paii jika ika
tida tidak k
ada seja sejara rah h
pertikaian pada masa lalu yang masih belum selesai. Wala Walaup upun un
tida tidak k
seca secara ra lang langsu sung ng berb berbic icar ara a
meng mengen enai ai
pentingnya sejarah dan masa lalu, Deutsch (1973) sebenarnya adal adalah ah
psiikol ps kolog
sosi sosial al
pert pertam ama a
yang yang
mul ulai ai
meng mengai aitk tka an
hubungan antara ingatan (memory) dengan identitas kolektif (col (colle lect ctiv ive e
ident identit ity) y)..
Lebih
lanjut
Deutsch
(1973:60)
mengatakan: ”the existence of an historical time perspective, with with a sens sense e of cont contin inui uity ty rela relate tedn dnes ess, s, and and awar awaren enes ess s of share shared d memo memori ries es of past past event events s cont contri ribut butes es to heig height hten ened ed conscio consciousne usness ss of group group identi identity” ty” . Wala Walaupu upun n Deuts Deutsch ch mula mulaii menganggap penting kaitan antara ingatan dan identitas serta impl implik ikas asin inya ya terh terhada adap p perke perkemb mbang angan an dan dan evol evolusi usi resol resolusi usi konflik, namun ia tidak membahas soal ini lebih dalam. Kaitan antara ingatan dan identitas akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan mengenai ingatan. 47
Teori Teori lain yang berakar berakar dalam tradisi psikologi psikologi sosial, yang memberi-kan sumbangan signifikan dalam teori resolusi konflik adal adalah ah teori eori kebut ebutuh uhan an manus anusia ia (hum human need needs s
theor heory y ). ).
Ter Terin insp spir irasi asi dari dari teor teorii Ab Abra raham ham Masl Maslow ow menge mengenai nai hi hier erar arki ki kebutuhan (1954, 1968), beberapa peneliti menggarap isu ini lebi lebih h lanj lanjut ut dan dan meng mengai aitk tkan anny nya a seca secara ra lang langsu sung ng deng dengan an resolu resolusi si konfli konflik k (Burto (Burton, n, 1984, 1984, 1990a, 1990a, 1990b, 1990b, 1991; 1991; Fisher Fisher,, 1990; 1990; Mitchel Mitchell, l, 1990; 1990; Galtun Galtung, g, 1980, 1980, 1990; 1990; Klineb Klineberg erg,, 1980; 1980; Lederer, dkk, 1980). Proposisi utama teori ini adalah kebutuhan dasa dasarr manus anusia ia seba sebaga gaii unsu unsurr mutla utlak k dal dalam pem pemenuh enuhan an kesejahteraan manusia. Kelompok atau individu akan berusaha seku sekuat at tena tenaga ga untuk untuk meme memenuh nuhii kebut kebutuha uhan n in ini. i. Konf Konfli lik k dan dan keke kekera rasan san akan akan timb timbul ul dalam dalam us usaha aha meme memenuh nuhii kebut kebutuh uhan an ters tersebu ebut, t, jika jika satu satu pi piha hak k mera merasa sa terh terhal alan angi gi atau atau tera teranca ncam. m. Dala Dalam m hal hal in ini, i, reso resolu lusi si konf konfli lik k pun pun haru harus s di dipa paha hami mi dala dalam m konteks pemenuhan kebutuhan dasar. Joh John n Burt Burton on (198 (1984, 4, 19 1990 90a, a, 19 1990 90b, b, 19 1991 91), ), adala adalah h toko tokoh h terk terkem emuk uka a dala dalam m kelo kelomp mpok ok teor teorii in ini. i. Hasi Hasill-ha hasi sill kary karyan anya ya banyak diadopsi oleh psikolog sosial yang bekerja di bidang tersebu tersebut. t. Burton Burton membeda membedakan kan ist istila ilah h pertika pertikaian ian (dispute)— yang pengert pengertian iannya nya meruju merujuk k kepada kepada kesenj kesenjanga angan n perebut perebutan an 48
material namun masih dalam taraf yang bisa dinegosiasikan— dengan dengan konfli konflik k (conflict)—k (conflict)—kon ondi disi si di mana mana keku kekura rang ngan an atau atau deprivasi dalam kebutuhan dasar manusia sudah berada dalam tara taraff yang yang tida tidak k bi bisa sa lagi lagi di dineg negos osia iasi sika kan. n. Konf Konfli lik k id ident entit itas as misalnya, menurut Burton berakar pada kebutuhan yang tidak bisa lagi dinegosiasikan, karena kebutuhan akan identitas ini bersifat mendasar. Dengan demikian, jika kita bisa mengaitkan identitas—walaupun
Burton
tidak
secara
eksplisit
mela melaku kuka kanny nnya— a—den dengan gan kesa kesada dara ran n tent tentang ang masa masa lalu lalu,, bi bisa sa dimengerti mengapa konflik identitas yang berakar yang kuat pada masa lalu terkadang sangat sulit untuk didamaikan. Deng Dengan an land landas asan an in inii Burt Burton on in ingi gin n meng mengat atak akan an bahw bahwa a usaha usaha untuk untuk melaku melakuka kan n resolu resolusi si konfli konflik k pertam pertama-t a-tama ama harus harus mengupayakan terciptanya kondisi yang memungkinkan pihakpiha pi hak k
yang yang
kebut ebutuh uha annya nya
ber bertik tikai
untu untuk k
denga ngan
cara
sali saling ng yang
memen emenuh uhii kons nsttrukt uktif,
kebut ebutuh uhan an-sehingga
mengura mengurangi ngi kemungk kemungkina inan n timbuln timbulnya ya kekera kekerasan san dan konfli konflik k terbuka. Burton mengemukakan ‘ provention provention1’ (1990,a) sebagai istila ist ilah h untuk untuk menghi menghilan langka gkan n kondis kondisi-k i-kond ondisi isi yang yang berpote berpotensi nsi 1
Isitilah provention dikemukaka dikemukakan n oleh John Burton Burton (1990) (1990) sebagai sebagai pengganti atau padanan padanan dengan dengan kata berkonotasi pada pembatasa pembatasan n dan pencegahan pencegahan semata, semata, sementara kata prevention, yang menurut dia lebih berkonotasi provention diperkenalkan untuk lebih dari sekadar pencegahan tapi secara lebih jauh menghilangkan sumbersumber konflik, dan secara lebih proaktif dan positif mempromosikan kondisi-kondisi di mana kolaborasi dan hubungan hubungan mendapat mendapat prioritas prioritas utama. utama. (The term prevention has the connotation of containment . The term provention has been introduced to signify taking steps to remove sources of conflict, and more positively to promote conditions in wich collaborative and valued relationships control behaviors).
49
menjadi
penyebab
d an
pencetus
konflik,
sembari
mempromosikan lingkungan yang positif untuk memungkinkan masy masyar arak akat at
meme memenu nuhi hi
kebu kebutu tuha hann-ke kebu butu tuha hann nnya ya
seca secara ra
konstr konstrukt uktif, if, lebih lebih lanjut lanjut jelasn jelasnya, ya, “Onc “Once e we in inttrod roduce uce the notion of provention the total social environtment and sources of conf confli lict ct beco become me rele releva vant nt.. Conf Confli lict ct prov proven enti tion on adre adress sses es pro probl blem ems s of soci social al rela relati tion onshi ships ps and and all all the the condi conditi tion ons s that that affect them” (Burton, them” (Burton, 1990a: 18). Dengan konsep provention tersebut, tersebut, Burton Burton mengatakan mengatakan semu semua a
kondi kondisi si—“ —“al alll
tim timbuln bulnya ya
konf onflik
the the
haru harus s
cond condit itio ions ns”— ”—yang yang memungk memungkink inkan an dihi di hillangk angka an.
Tid idak ak
terl terlal alu u
jelas elas
bagaimana Burton memasukkan segala kondisi yang berakar pada masa lalu tersebut , bisa diatasi untuk mencapai kondisi yang
kondus ndusiif
pada
masa
sek sekarang.
Sepe Seperrtinya nya
Burt urton
menganggap hal itu sebagai sesuatu yang diterima begitu saja (take aken
as
given).
Jelas
bahwa
anal nalisis sis
tersebut ebut
sanga ngat
meme mementi ntingk ngkan an pemen pemenuha uhan n kebu kebutu tuhan han masa masa seka sekara rang ng dan dan masa masa depan depan,, sert serta a memb membaha ahas—k s—kal alau au tida tidak k bi bisa sa di dika kata taka kan n tidak ada—sedikit sekali soal-soal tentang apa yang terjadi di masyara masyaraka katt pada masa masa lalu. lalu. Burton Burton,, misaln misalnya, ya, tidak tidak terlal terlalu u peduli dengan sejarah deprivasi atau sejarah marjinalisasi pada 50
masa masa lalu. lalu. Asal masa sekara sekarang ng beres, beres, soal-s soal-soal oal sejara sejarah h dan ingatan tidaklah terlalu penting. Burton bisa dipandang sebagai sarjana kelompok pertama dal dalam
stud st udii
reso resollus usii
konf onflik lik,
tet tetapi api
teor teorii-teo -teori riny nya a
tel telah
mengilhami banyak pakar lainnya yang menerapkannya pada bida bi dang ng prak prakti tik k.
Sat Satu
pak pakar ps psik ikol olog ogii
sosi osial yang yang pali paling ng
terkemuka adalah Herbert Kelman (1990a, 1990b, 1991, 1996, 1997a,
1997b,
pend pendek ekat atan anny nya a kebut ebutuh uhan an
1998,
1999,
seba sebaga gaii
manus anusiia
suat su atu u
dalam alam
2001)
yang
apl aplikas ikasii
reso resolu lusi si
mendefisikan
dari dari
konf konfli lik k
pend pendek ekat atan an pada pada
tin ingk gkat at
international (an application of human needs perspective to inte in tern rnat atio iona nall
conf confli lict ct
resol resolut utio ion n).
Sela Selama ma
bert bertah ahun un-t -tah ahun un
Kelman Kelman melaku melakukan kan serang serangkai kaian an lokaka lokakarya rya untuk untuk pemecah pemecahan an masalah
( probl problemem-sol solvin ving g
workhs workhsop op )
dalam
dan
antar
kelomp kelompokok-kel kelomp ompok ok yang yang bertik bertikai. ai. Hasil Hasil kerja kerja Kelman Kelman yang yang pal palin ing g
sign signif ifik ikan an
adal adalah ah
seba sebaga gaii
medi ediator ator
dal dalam
usa us aha
perdamaian selama konflik antara Israel dan Palestina (1990b, 1997a, 1999, 2001). Teknik lokakarya pemecahan masalah yang dikembangkan oleh oleh Kelm Kelman an pada ada dasa dasarn rny ya
menga engand ndal alk kan pada pada prose roses s
mediasi nonformal oleh pihak ketiga dengan mempertemukan 51
orang-orang yang berpengaruh pada kelompok-kelompok yang bertikai. Selama proses lokakarya, lokakarya, tujuan utama dari kegiatan inii adal in adalah ah di disk skusi usi untuk untuk sampa sampaii pada pada kese kesepa paham hamam am timb timbal al balik, mengubah persepsi dan sikap terhadap konflik, dan yang tera terakh khir ir dan terut terutam ama a adal adalah ah mengu menguba bah h pola pola hubu hubunga ngan n di antar antara a pi piha hak k yang yang berti bertika kai. i. Pihak Pihak keti ketiga ga dalam dalam hal hal in inii lebi lebih h bany banyak ak
berf berfun ungs gsii
seba sebaga gaii
fasi asilita litattor
ketim etimba bang ng
seba sebaga gaii
inte in terv rven ensi sion onis is,, dan dan pada pada umum umumny nya a bera berasa sall dari dari kala kalang ngan an akad akadem emis is,, buka bukan n dari dari kala kalanga ngan n poli politi tisi si.. Karen Karena a tuju tujuan an dari dari workshop ini tidak terutama pada tercapainya suatu keputusan atau kesepakatan, kesepakatan, namun harapannya lebih kepada terjadinya terjadinya perubahan dalam sikap dan hubungan di antara pihak yang berti bertika kai, i, yang yang pada pada akhi akhirny rnya a akan akan memb membuk uka a jala jalan n ke arah arah peny penyel eles esai aian an konf konfli lik k yang yang lebi lebih h kons konstr truk ukti tif. f. Kelm Kelman an ju juga ga menganggap penting soal kebutuhan, terutama lebih kepada soal kebutuhan kolektif, bukan pada kebutuhan individu dari partisipan. Tidak
seperti
Burton,
Kelman
sudah
lebih
jelas
mempert mempertim imbang bangkan kan sejara sejarah h masa masa lalu lalu sebagai sebagai bagian bagian yang yang harus diperhatikan dalam sesi-sesi workshopnya. workshopnya. Bagi Kelman, Kelman, dinam di namik ika a hubung hubungan an anta antara ra kond kondis isii masa masa sekar sekaran ang g denga dengan n 52
sejarah masa lalu harus diperhatikan supaya hasil workshop dapa dapatt
dima di mant ntap apka kan. n.
Kelm Kelman an
misa misaln lnya ya
memp memper erin inga gatk tkan an,,
“Bah “Bahka kan n di anta antara ra in indi divi vidu du dan dan kelo kelomp mpok ok yang yang tamp tampak aknya nya sudah terbangun rasa percaya dan kerjasama pun, tidak ada jaminan jaminan bahwa kondisi sekarang, sekarang, tingkah laku, ucapan-ucapan ucapan-ucapan sekarang tidak akan membangkitkan serta memicu luka lama.” Oleh karena itu, soal ini harus diperhatikan secara berhati-hati. Kelman Kelman menegas menegaskan kan bahwa bahwa menget mengetahui ahui sejara sejarah h viktim viktimisa isasi si (victimization) atau kekerasan yang pernah dialami satu pihak, penting penting bagi pencapa pencapaian ian hasil hasil dalam dalam lokak lokakary arya a pemecah pemecahan an masalah
(1990b,
1996).
Lebih
lanjut
dinyatakannya,
“Men “Menget getahu ahuii dan mengh menghar argai gai sert serta a empa empati ti deng dengan an seja sejara rah h viktimisasi suatu bangsa akan memungkinkan masing-masing pihak untuk bisa melepaskan diri dari belenggu sejarah masa lalu, yang terus-menerus menjadi alasan bagi mereka untuk berkonflik.” Lebih lanjut Kelman mengatakan: Even Even.. .. Dest Destruc ructi tive ve elem element ents s cann cannot ot be made made to di disa sappe ppear ar overnight in conflict that have pursued for many years – in some cases, for generation – and are marked by accumulated memories that are constantly being revived by new events and expe experi rien ence ces. s. Conf Confllict ict reso resollutio ution n does doesn’ n’tt impl ply y that hat past past grieva grievances nces and his histor torical ical trauma traumas s have been forgot forgotten ten and consistently harmonious relationship has been put in place. It simply implies that a process has been set into motion that addre addresse sses s the the centr central al needs needs and and fear fears s of the the socie societi ties es and and established continuing mechanisms to confront them. 53
(Kelman, 1997b: 197). Bagi agi Kelm Kelman an,, isu isu in inga gata tan n haru harus s di dibe berl rlak akuk ukan an deng dengan an sanga sangatt hati hati-h -hat ati, i, mengi menginga ngatt in inga gata tan n jika jika di diper perba bandi ndingk ngkan an dengan fakta sejarah lebih bersifat lentur dan mudah untuk direkonstruksi sesuai dengan tujuan politik: In most intense protracted conflict..Historical traumas serve as the points of reference for current events. There is no question that ambitious, often ruthless, nationalistic leaders manipulated memories in order to whip up public support for their projects. But the fact remains that these memories – and the associated sense of injustice, abandonment and vulne vulnera rabi bili lity ty – are are part part of the the peopl people’ e’s s consc conscio iousn usnes ess s and available for manipulation. (Kelman, 1997b: 214). Keli Keliha hata tann nnya ya
seme semenj njak ak
Kelm Kelman an,,
mula mulaii
meni mening ngka katk tkan an
perha perhati tian an dari dari para para penel penelit itii untu untuk k memb memberi eri perhat perhatia ian n yang yang lebih
serius
pada
anta antarg rgen ener eras asin inya ya
pada pada
trauma
sejarah
suat su atu u
masy masyar arak akat at..
dan
pengaruh
Namu Namun n
masi masih h
terdapat kesenjangan antara aspek penyembuhan (therapeutic aspects) pada orang-orang yang menderita akibat konflik yang berke berkepan panja janga ngan n pada pada masa masa lalu lalu denga dengan n aspek aspek ‘peme ‘pemeca caha han n masala masalah’ h’ yang yang berada berada pada pada dimensi dimensi masa masa sekara sekarang. ng. Dalam Dalam kebanya kebanyakan kan lit litera eratur tur mengena mengenaii resolus resolusii konfl konflik, ik, tampak tampaknya nya hany hanya a ada ada dua dua pi pili liha han. n. Pert Pertam ama, a, memb membon ongk gkar ar akar akar-a -ak kar kesedi kesedihan, han, trauma trauma,, kemara kemarahan han masa masa lalu lalu dan mencar mencarii cara cara 54
untuk
katarsis,
serta
berharap
akan
berakhir
dengan
pemaafan. Pendekatan lain adalah dengan meninggalkan masa lalu
dan
memulai
hidup
sebagai
komunitas
baru.
Mengabungkan kedua pendekatan tersebut dalam menangani konflik-konflik yang mengakar lama tampaknya menjadi suatu hal yang yang sul sulit it dil dilaku akukan kan;; menunt menuntask askan an masa masa lalu, lalu, sekali sekaligus gus menun menunta task skan an kese kesepak pakat atan an dan dan pemec pemecaha ahan n masal masalah ah pada pada masa sekarang (Lumsden & Wolfe, 1996). Beberapa tahun terakhir mulai timbul perhatian yang serius dari para pakar yang bergerak bergerak di bidang penelitian penelitian dan praktik praktik reso resollus usii konf konfli lik k tent tentan ang g pent pentin ingn gnya ya fakt faktor or in inga gata tan n dala dalam m kaitan kaitannya nya dengan dengan konfl konflik ik etnik. etnik. Konsor Konsorsiu sium m psi psikol kolog og dalam dalam area Peace Peace and Conf Confli lict ct Reso Resolu luti tion on yang yang di dike ketu tuai ai Prof Prof.. Ed Cairns, seorang psikolog dari University of Ulster , Irlandia Utara dan dan Dire Direkt ktur ur INCO INCORE RE (Initi Initiat ativ ive e on Conf Confli lict ct Resol Resoluti ution on and and Ethnicity ) tela telah h menga mengada daka kan n bebera beberapa pa kali kali simp simpos osiu ium m dan dan semi semina nar, r, dan dan tela telah h berh berhas asil il meng mengan angk gkat at waca wacana na tent tentan ang g ingat in gatan an dan dan konf konfli lik k etni etnik k menj menjadi adi isu isu yang yang penti penting ng.. Kary Karyaakarya Cairns (1997, 1998, 1999, 2003) dengan kasus Irlandia Utar Utara a cukup cukup berha berhasi sill memp memper erli lihat hatka kan n hubun hubunga gan n yang yang erat erat antara ingatan dan konflik. Penelitiannya mengenai hubungan 55
antara antara ingata ingatan n dan identi identitas tas menjad menjadii sangat sangat penting penting dalam dalam menjelaskan mengapa konflik terus berkepanjangan dan sukar untuk untuk didama didamaika ikan—m n—misal isalnya nya dengan dengan pedekat pedekatan an negosi negosiasi asi— — hanya karena soal faktor identitas yang terkait dengan cara suat su atu u komu komuni nita tas s meng mengar arti tika kan n dan dan mene menemp mpat atka kan n in inga gata tan n sebagai
basis
identitas.
Stu d i
Cairns
(1997)
juga
memperlihatkan kaitan yang erat antara faktor ingatan, dan kesehatan mental serta perpanjangan konflik. Pada ada tahun ahun 199 995, 5, INCO INCOR RE menja enjadi di tuan uan rum rumah untu untuk k pertemu pertemuan an dan workshop mengenai ‘Mem ‘Memor orie ies s and and Ethni Ethnic c Conflict’ .
Para
psikolog
yang
bergerak
dalam
bidang
perdamaian dan konflik ini berkumpul untuk menelaah soal ini. Isu yang paling sering dibahas adalah mengenai ingatan dan identi identitas tas,, transm transmisi isi ingata ingatan n kolekt kolektif if antarg antargene enerasi rasi.. Pengaru Pengaruh h kedu kedua a hal hal ters terseb ebut ut pada pada us usah ahaa-us usah aha a reso resolu lusi si konfl onflik ik dan dan rekonsiliasi. Patrick Devine-Wright (1996, 2003), yang meninjau lite litera ratu turr menge mengena naii in inga gata tan n dan dan konf konfli lik k etni etnik, k, menya menyata taka kan n bahwa masih terlalu sedikit penelitian empirik mengenai topik ini, in i, sehi sehingg ngga a masi masih h di diper perlu luka kan n bany banyak ak penel penelit itia ian n lanj lanjut utan an untuk mengeksplorasi topik ini (Devine-Wright, 2003).
4. Rekonsiliasi 56
Dalam Dalam kebany kebanyaka akan n liter literatu aturr mengena mengenaii rekonsi rekonsilia liasi, si, masa masa lalu lalu ju just stru ru di dipa pand ndang ang sebaga sebagaii komp kompon onen en terp terpen enti ting ng untuk untuk sampai kepada pemaafan (forgiveness) terhadap kekekerasan dan kejahatan-kejahatan pada masa lalu. Walaupun dalam hal ini, pemaafan secara sosial (social forgiveness) dan pemaafan secara individual tidak selalu berjalan paralel (Montiel, 2002). Arti Artinya nya,, bi bisa sa saja saja seseo seseora rang ng mema memaaf afka kan n oran orang g lain lain seca secara ra personal personal,, tapi tapi tidak tidak dalam dalam tatara tataran n kelomp kelompok ok atau atau apa yang yang disebut sebagai pemaafan sosial. Dalam hal pemaafan secara sosial ini, komponen masa lalu dalam bentuk ingatan kolektif— lebih dari sekadar ingatan individual—harus dipertimbangkan supaya proses rekonsiliasi bisa tercapai. Montville (1991, 1993) mengatakan bahwa tahap pertama workshop yang menandai reko rekons nsil ilia iasi si
just ju stru ru
adal adalah ah
memb membic icar arak akan an
seja sejara rah h
konf konfli lik k
tersebut. Healing and reconciliation in violent and ethnic and religious depend on a process of transactional contrition and forgiveness between aggressor and victims which is indispensable to the establishment of a new relationship based on mutual acceptance and reasonable trust. The process depends on joint analysis of the history of the conflict, recognition of injustice and histori historic c wounds wounds,, and accept acceptance ance of moral moral respon responsibi sibilit lity y where due. (Montville, 1993: 112). Montville Montville (1993) (1993) mengemukan mengemukan idenya idenya lebih lanjut lanjut seperti seperti berikut: 57
The purpose of the walk through history is to elicit specific grievances and wounds of the groups or nations in conflcit, which have not been acknowledged by the side responsible for inflicting them. Only the victims know for certain which historic event events s su sust stai ain n the the sense sense of vict victim imho hood od and and these these becom become e cummulatively the agenda for healing. Published histories and official government versions of violent events iniatiated by the aggre aggresso ssors rs very very rarel rarely y convey convey the the unvar unvarni nishe shed d trut truth. h. The The almo almost st univ univer ersa sall tend tenden ency cy in not not to di disc scus uss s or to gl glos oss s or myth mythol olog ogiz ize e an even eventt or mili milita tary ry conc concqu ques estt as a ju just stif ifie ied d def defense ense if not not hero heroic ic adv advance ance for the the nati nation on or perh perhap aps s civilization itself…The need for revising and cleaning up the publ ublished hed hist sto orical cal recor cord of a confl nflict intergroup or international relationship has become widely accpeted as an essential part of a reconciliation process. (Montville, 1993: 115). Litera Literatur tur lain lain mengena mengenaii rekons rekonsili iliasi asi berbica berbicara ra mengena mengenaii cara mendorong proses pemaafan sosial sebagai suatu cara untuk untuk melepas melepaskan kan beban beban masa masa lalu. lalu. Moment Momentum um rekonsi rekonsili liasi asi dipa di pand ndan ang g
seba sebaga gaii
kesem esempa pattan
bagu bagus s
unt untuk
memot emoton ong g
lingkaran masa lalu dengan masa sekarang.
Rekonsiliasi dan Resolusi Konflik Wala Walaup upun un seca secara ra umum umum di dipa paha hami mi seba sebaga gaii cara cara untu untuk k mengakhiri konflik (resolusi konflik), rekonsiliasi sebagai istilah dan konsep tidak diartikan secara sama oleh para ilmuwan dan praktisi. Beberapa definisi, misalnya, mengartikan rekonsiliasi sebag sebagai ai su suat atu u peri perist stiw iwa a (event). event). Sebag Sebagia ian n lagi lagi menya menyata taka kan n reko rekons nsil ilas asii seba sebaga gaii pros proses es dan dan hasi hasill seka sekali ligu gus. s. Bebe Bebera rapa pa 58
peneliti lainnya beranggapan rekonsiliasi lebih tepat dipandang sebagai pemulihan hubungan (misalnya: Kriesberg, 1988, TRC Report, 1996). Umumnya, rekonsiliasi dimaknai sebagai suatu usaha untuk menyelesaikan konflik pada masa lalu sekaligus memperbarui hubu hubung ngan an ke arah arah perd perdam amai aian an dan dan hubu hubung ngan an yang yang lebi lebih h harm harmon onis is pada pada masa masa yang yang akan akan data datang ng,, sepe sepert rtii apa apa yang yang dikatakan oleh Melor & Bretherton (2003: 39), sebagai berikut: .. describe reconciliation as relating to our capacity to restore harmony to that which has been broken, severed and disr di srup uptted, ed, impl implyi ying ng not not onl only that that ther there e is dam damage age to be repaired, but also that there was at some previous stage an harmon harmoniou ious s relati relationsh onship… ip…Our Our analysi analysis s of the reconci reconcilia liatio tion n proce process ss present presents s it as having having three three stages stages:: (1) coming to term terms s with with the the past past ; (2) (2) taki taking ng resp respon onsib sibili ility ty in the the present ; and then (3) working together to make a better future. (cetak tebal: penulis). Pada bagian-b bagian-bagi agian an berikut berikutnya nya,, konsep konsep rekonsi rekonsilia liasi si akan akan dipapar dipaparkan kan secara secara lebih lebih rinci rinci menuru menurutt lima lima aspek. aspek. Pertama, rekonsiliasi berdasarkan model pendekatan teoretik, merujuk kepada salah satu model; rational choice atau game theory , human human need theory theory , dan forgiveness forgiveness model. model. Kedua, Kedua, lingkup lingkup rekonsiliasi (spheres (spheres of reconciliation) reconciliation) merujuk pada pelbagai aspek aspek hubungan hubungan (ident (identita itas, s, sikap, sikap, keyaki keyakinan nan dan perila perilaku) ku).. Ketiga, Ketiga,
kompone onen
rekonsiliasi asi,
merujuk
pad pada
pelbagai 59
kebut kebutuha uhan n sosia sosiall dari dari pi piha hak k yang yang terl terlib ibat at konf konfli lik k (kea (keadi dila lan, n, kebe kebenar naran an,, penye penyemb mbuha uhan n dan dan rasa rasa aman aman), ), dan. dan. Keempat , tingkatan rekonsiliasi, yang merujuk pada tingkatan intervensi rekonsiliasi; apakah pada tingkat interpersonal, komunitas dan nasional. Terakhir, rekonsiliasi dari aspek pendekatan; apakah pendeka pendekatan tan dari dari bawah bawah (bottom-up (bottom-up approach) approach) atauka ataukah h dari dari atas (top-down (top-down approach). approach).
5. Model Teoretik Rekonsiliasi a. Teori Pilihan Rasional (rational choice model) Model rekonsiliasi yang bertolak dari teori pilihan rasional ataupun teori permainan (game theory) berangkat dari asumsi maksimalisasi kegunaan, utility maximalization. maximalization . Dasar teori ini adalah bahwa masyarakat ataupun aktor (atau individu yang bertindak atas nama kolektiva), adalah pelaku yang rasional, yang yang akan akan bert bertin indak dak untuk untuk menca mencapai pai hasil hasil maks maksim imal al yang yang mungkin dari setiap interaksinya. Dalam konteks rekonsiliasi, terutama dalam konteks pertikaian internasional (international ( international disputes), disputes), rekonsiliasi dapat dipahami sebagai tindakan atau keput keputusa usan n terb terbai aik k yang yang mengu mengunt ntung ungka kan n semu semua a pi piha hak k yang yang didapat dari suatu proses perundingan yang rasional.
60
Dalam Dalam pandan pandangan gan teori teori ini, ini, rekons rekonsili iliasi asi dapat dapat dipanda dipandang ng sebaga bagaii
pillihan pi
aktor
politik
yang
mengam ngamb bil
manf anfaat
maks maksim imal al buat buat keunt keuntung ungan an prib pribad adii atas atas nama nama kepe kepent ntin ingan gan publ publik ik..
Asu sum msi
peng pengam ambi bila lan n
keput eputus usa an
seca secara ra
rasi asional onal
(rational (rational decission decission making) making) adalah adalah sebagai sebagai beriku berikut: t: 1) aktor aktor mempuny mempunyai ai tujuan tujuan terten tertentu; tu; 2) tujuan tujuan tesebut tesebut merefl merefleks eksika ikan n kepentingan aktor; 3) individu mempunyai kecederungan yang konsisten konsisten dan stabil; stabil; 4) jika ada pelbagai pelbagai macam pilihan, pilihan, aktor akan akan memili memilih h altern alternati atiff yang yang akan akan memberi memberikan kan keuntu keuntungan ngan maksimal; 5) aktor dengan kepentingan politik adalah pemain terpenting (Long & Brecke, 2003). Menurut model pilihan rasional ini, keputusan untuk perang atau atau reko rekons nsil ilia iasi si sang sangat at di dite tent ntuk ukan an oleh oleh pola pola pert pertuk ukar aran an (trade-off) dan perhitungan perhitungan untung-rugi untung-rugi (estim (estimati ation on of costs costs and benefit benefits) s) (L (Lon ong g & Brec Brecke ke,, 20 2003 03). ). Menu Menuru rutt mode modell in ini, i, pemulihan hubungan baik adalah konsekuensi dari tercapainya pilihan-pilihan rasional dalam suatu negosiasi untuk mencapai suatu suatu penyele penyelesaa saain in konfl konflik ik (conflict (conflict settlement settlement negotiation negotiation)). Karena
model
ini
sangat
mengandaikan
pada
asumsi
rasionalistik, segala sesuatu yang menyangkut kerugian harus bisa ditakar dan direkompensasi secara hitungan yang rasional. 61
Krit Kritik ik terh terhad adap ap pend pendek ekat atan an pi pili liha han n rasi rasion onal al in inii adal adalah ah bahwa bahwa dalam dalam soal soal pemul pemulih ihan an hubun hubungan gan pasca pascako konf nfli lik k atau atau rekonsiliasi, pola pertukaran antara pihak-pihak yang bertikai tidak selamanya bisa diukur secara rasional. Misalnya, sangat sukar untuk menentukan berapa pertukaran yang layak untuk kema kemati tian, an, cacat cacat,, trau trauma ma dan dan kerug kerugia ian-k n-ker erug ugia ian n psi psiko kolo logi gis s lainnya. Keseimbangan rasional juga tidak selalu terjadi atas pili pi liha han n pert pertuk ukar aran an (trade-off) yang yang di diam ambi bil, l, sepe sepert rtii yang yang diasumsikan teori ini. Kritik lain terhadap pendekatan teori pilihan rasional adalah pada ada
pem pemaham hamannya nya
yang
sempit
mengen ngena ai
tinda ndakan
manus manusia ia.. As Asum umsi si-as -asum umsi si psi psiko kolo logi gis s di bali balik k teor teorii in inii adal adalah ah bahwa bahwa manu manusi sia a selal selalu u bi bisa sa mengg mengguna unaka kan n alte alterna rnati tiff pi pili liha han n rasional sebaik mungkin, berpijak pada logika deduktif. Dalam kenyataannya, bahkan secara kognitif, pengambilan keputusan lebi lebih h
bany banyak ak menga engand ndal alka kan n
pada pada cara cara-c -car ara a
yang yang
cep cepat
(heuristic). (heuristic). Persoalan lain adalah, teori ini mengabaikan faktor emosi dalam rekonsiliasi. Daya tarik teori pilihan rasional ini terletak pada kenyataan bahwa bahwa ia memungk memungkink inkan an semua semua pihak pihak untuk untuk merundi merundingk ngkan an aspek aspek pemu pemuas asan an kebu kebutu tuha han-k n-keb ebut utuha uhan n dasar dasar seper seperti ti yang yang 62
diisya dii syarat ratkan kan oleh oleh pendeka pendekatan tan teori teori kebutuh kebutuhan an (human (human need theory) (Burton,1990, Kelman, 1990).
b. Teori Kebutuhan Manusia (human need theory). theory). Model rekonsiliasi ini bertolak dari kenyataan bahwa konflik yang berkepa berkepanjan njangan gan telah telah menimb menimbulk ulkan an kondis kondisii depriv deprivasi asi,, atau paling tidak marginalisasi dalam pemenuhan kebutuhan manusia yang mendasar (Burton, 1990, Kelman, 1990). Oleh karenanya, rekonsiliasi menurut pandangan teori ini baru akan sukses
jika
momen
rekonsiliasi
bisa
menjamin
akan
tercapainya tercapainya pemenuhan pemenuhan kebutuhan-keb kebutuhan-kebutuhan utuhan mendasar mendasar ini. Teori ini terinspirasi oleh teori Maslow mengenai dasar motivasi manusia. Proposisi utama yang disandang oleh teori ini adalah bagaima bagaimana-p na-pun un motiva motivasi si manusia manusia yang yang paling paling hakiki hakiki adalah adalah pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan eksistensi. Dalam hal ini doronga dorongan n pemenuh pemenuhan an kebutu kebutuhan han bis bisa a menjad menjadii dasar dasar moti motiva vasi si untu untuk k mela melaku kuka kan n reko rekonsi nsili lias asi, i, jika jika di diper perse sepsi psika kan n bahwa bahwa reko rekons nsil ilia iasi si bi bisa sa menj menjam amin in terpe terpenu nuhi hinya nya kein keingi gina nan n kelompok untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhannya. Posisi teori ini misalnya sejalan dengan teori sinyal (signal theory), theory),
yang
berhipotesis
momen
rekonsiliasi
adalah
semacam isyarat atau sinyal bahwa perbaikan hubungan akan 63
segera dimulai. Long & Brecke (2003: 18), mengatakan, “The “ The best strategy for breaking a pattern of hostile interactions is by sending signals that provide a measure of commitment to the pursuit of improved relations. Reconciliation events or gestures are are part partiicul cularl arly effe effect ctiive form orms of thi his s type ype of sign signal al.. ...” .” Berk Berkai aita tan n denga dengan n teor teorii kebut kebutuha uhan, n, siny sinyal al in inii haru harus s menj menjadi adi isyarat bagi semua pihak bahwa rekonsiliasi akan menjamin tercapainya pemenuhan kebutuhan manusia. Mengenai
kebutuhan
ini,
Burton
(1990a,
1990b)
memberikan memberikan tiga label untuk soal ini, yaitu kebutuhan (needs ( needs), ), nila ni laii-ni nila laii (values) values) dan dan kepe kepent ntin inga gan n (interests). (interests). Kebut Kebutuha uhan n (needs) needs) dimaksudkan oleh Burton merujuk kepada kebutuhan universal seperti yang dimaksudkan Maslow, yaitu kelompok kebutuhan biologis dan meta needs. needs. Sementara itu nilai-nilai (values) dimaksudkan oleh Burton lebih kepada ide-ide (ideas), (ideas), kebiasaan-kebiasaan
(habits), (habits),
ad at
(customs), (customs),
dan
kepercayaan-kepercayaan (beliefs), (beliefs), yang yang menj menjad adii ciri ciri utam utama a (ide (ident ntit itas as))
suat su atu u
kebu ebudaya dayaan an,,
etni etnik k
atau ataupu pun n
kelo kelom mpok pok.
Berbeda dari kebutuhan yang bersifat universal, biologis, atau bahk bahkan an gene geneti tis, s, ni nila laii-ni nila laii
lebi lebih h
bers bersif ifat at simb simbol olik ik,,
teri terika katt
kont kontek eks s sosi sosial al dan dan buday budaya. a. Kepen Kepenti tinga ngan n di dima maks ksudk udkan an oleh oleh 64
Burton terkait dengan posisi, status dan peran seseorang atau kelo kelomp mpok ok dala dalam m kont kontek eks s peke pekerj rjaa aan, n, ekon ekonom omii dan dan poli politi tik. k. Kepenti Kepentingan ngan bisa dikata dikatakan kan juga juga sebagai sebagai aspiras aspirasii seseora seseorang ng atau atau kelo kelomp mpok ok.. Kepen Kepenti tinga ngann-ke kepe penti ntinga ngan n in inii bi bisa sa terw terwuj ujud ud dal dalam
bent bentuk uk
kekua ekuasa saan an,, strategi gis s
mater ateria iall
peng pengar aruh uh,,
teruta utama
memp mempen enga garu ruhi hi
atau ataupu pun n dlll. dl
dala alam
baga bagaim iman ana a
non non
Kepe Kepent ntiingan ngan konteks suat su atu u
mater ateria iall,
sepe sepert rtii
mempu empuny nyai ai
politik
kepu keputu tusa san n
arti arti
karena
akan
poli politi tik k
akan akan
diambil. Bahkan, misalnya, arena politik bisa dapat dikatakan seba sebaga gaii
aren arena a
di
mana ana
kepen epenttin inga gann-ke kepe pent ntiingan ngan
poli politi tik k
ditandingkan dan dinegosiasikan. Salah satu ciri kepentingan—seperti yang diisyaratkan juga oleh oleh teori teori pil piliha ihan n rasion rasional— al—ial ialah ah bahwa bahwa kepenti kepentingan ngan sangat sangat mudah mudah untuk untuk dipertu dipertukar kar-ka -kan n (trade-off) dan dinegos dinegosias iasika ikan n (negotiable), (negotiable), sedangkan kebutuhan lebih bersifat mutlak dan kada kadang ng-k -kad adan ang g tida tidak k bi bisa sa di dita tawa warr-ta tawa warr lagi lagi.. Begi Begitu tu ju juga ga deng dengan an ni nila laii-ni nila laii yang yang pada pada titi titik k tert terten entu tu tida tidak k bi bisa sa lagi lagi dikompromikan. Kebutuhan yang lebih khusus misalnya, adalah dorongan yang inheren untuk keperluan kelangsungan hidup (survival) dan perkembangan, begitu juga identitas dan rasa hormat (recognition) (Burton, 1990a, 1990b). 65
Proses negosiasi dalam rangka rekonsiliasi menurut Burton (199 (19901 01,, 19 1990 90b) b) adal adalah ah menj menjag aga a kesei keseimb mban angan gan pert pertuk ukar aran an antara antara kebutuh kebutuhan, an, nilainilai-nil nilai ai dan kepent kepenting ingan-k an-kepen epentin tingan. gan. Dalam model rekonsilasi yang lebih terintegrasi, isu mengenai hal
ini
tercakup
dalam
pengertian
kompensasi
dan
rekonstruksi.
c. Model Pemaafan (Forgiveness Model) Model
pemaafan
bertitik
tolak
dari
asumsi
bahwa
rekonsiliasi adalah bagian dari proses pemaafan, atau proses transformasi emosi-emosi tertentu, misalnya marah, dendam, menj menjadi adi kedek kedekat atan an,, hubung hubungan an baik baik serta serta terc tercip ipta tany nya a etos etos berdamai. Dengan adanya proses transformasi ini terbukalah kemu kemung ngki kina nan n untu untuk k memp memper erba baru ruii hubu hubung ngan an yang yang pern pernah ah buruk, dan ini hanya bisa tercapai melalui proses pemaafan (Long & Brecke, 2003). Model pemaafan ini jika dibandingkan deng dengan an
mode modell-mo mode dell
keunggulan,
sebe sebelu lumn mnya ya,,
terutama
pada
memp mempun unya yaii
bebe bebera rapa pa
kemam-puannya
untuk
mempert mempertim imbang bangkan kan faktor faktor emosi emosi dan penala penalaran ran (reasoning) seka sekali ligus gus.. Dala Dalam m model model in ini, i, reko rekonsi nsili lias asii di dipa panda ndang ng sebag sebagai ai proses transformasi etos berkonflik (conflictive ethos) menjadi etos etos berdam berdamai ai (peace (peace ethos) ethos).. Kele Kelema maha han n mode modell in inii terl terlet etak ak 66
pada pada
dipe di perl rluk ukan anny nya a
usah us aha a
yang yang
sung su nggu guhh-su sung nggu guh h
untu untuk k
melaksanakannya, dan terkadang proses pemaafan baru bisa terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Di luar itu harus ada misalnya usaha-usaha untuk mengungkapkan kebenaran, pros proses es peny penyem embu buha han/ n/ pemu pemuli liha han n dan dan pemb pemben enah ahan an fakt faktor or struktural. T Teo eori ri yang yang di dike kemb mbang angka kan n oleh oleh seora seorang ng toko tokoh h ps psik ikol olog ogii polit politik ik terk terkem emuk uka, a, Dani Daniel el BarBar-Ta Tall (200 (2002) 2),, seben sebenar arny nya a bi bisa sa dikategorik dikategorikan an ke dalam kelompok kelompok model ini, walaupun ia tidak perna pernah h seca secara ra eksp ekspli lisi sitt menga mengata taka kan-n n-nya ya.. Menu Menuru rutt BarBar-Ta Tall (2000), proses rekonsiliasi terutama harus menyen-tuh aspek psik ps ikol olog ogis is menurut
yang yang Bar-Tal
terd terdal alam am (2000)
pada pada harus
masy masyar arak akat at..
Reko Rekons nsil ilia iasi si
mensyaratkan
adanya
perubahan-perubahan psikolo-gis yang mendasar, yaitu proses transformasi beliefs dan dan sika sikap p yang yang meny menyok okon ong g hubung hubungan an yang yang dama damaii (peacef (peacefull ull relati relation) on) anta antara ra pi piha hakk-pi pihak hak yang yang bermusuhan. Yang dimaksud oleh Bar-Tal (2000), adalah harus terjadi perubahan etos dari etos berkonflik (conflictive ethos) menjadi etos damai (peace ethos). ethos). Perubahan etos ini hanya bisa terjadi jika adanya perubahan belief dalam belief dalam masyarakat.
67
Proses perubahan etos ini menurut Bar-Tal (2000) bukanlah proses yang mudah karena disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya proses rekonsiliasi terkadang belum tentu menjamin adan adanya ya kese kesemb mbuh uhan an atau atau pemu pemuli liha han n di ting tingka katt in indi divi vidu dual al (individual (individual healing) healing),, healing process terkadang terkadang hanya terjadi terjadi pada pada tingk tingkat at kole kolekt ktif if (collective (collective healing) healing),, atau atau seba sebali likn knya ya.. Ter Terka kadan dang g terj terjad adii prose proses s healing pada pada tingk tingkat at in indi divi vidua dual, l, namun tidak pada tingkat kolektif. Faktor lain adalah sulitnya perubahan pada tingkat struktural. Namun salah satu faktor yang yang menur enurut ut Bar-T ar-Tal al pal paling pent pentiing adal adalah ah baga bagaim iman ana a meng mengub ubah ah
keya keyaki kina nan n
meng mengen enai ai
haki hakika katt
hubu hubung ngan an
anta antarr
kelo kelomp mpok ok (beli belief efs s abou aboutt adve advers rsar ary y grou groups ps,, beli belief efs s abou about t intergroup relation) relation) yang dipenuhi oleh rasa permusuhan dan sudah tercetak dan tertanam dalam ingatan kolektif. Persoalan inii menur in menurut ut BarBar-Ta Tall (200 (2000) 0) sanga sangatt terk terkai aitt denga dengan n penil penilai aian an tentang
masa
lalu.
Lebih
lanjut
Bar-Tal
(2000:
359)
mengatakan: “The “The new new belie belieff about about the the rela relati tion on sh shou ould ld also also conce concern rn the the past, the period of intractable conflict. The reconstruction of the the past ast is an impo import rtan antt part part of reco reconc nciiliati iatio on, beca becaus use e collective memory (cetak tebal, penulis) of the past underlies much much of the the anim animos osit ity, y, hatr hatred ed,, and and mist mistru rust st betw betwee een n the the parties. The collective memory of each party views the past sele select ctiv ivel ely y in oneone-si side ded d manne anner, r, focus ocusiing most ostly on the 68
misd misdee eeds ds of the the othe otherr grou group p and and its its resp respon onsi sibi bili lity ty for for the the conflict, and on the glorification and victimhood of the ingroup. Proses
perubahan
etos
ini
juga
harus
menyangkut
mengenai belief atau atau konsep konsepsi si dan harapan harapan tentan tentang g tujuan tujuan-tujuan masyarakat pada masa datang (beliefs about societal goals), goals), dan belief menge mengenai nai pros prospek pek perd perdam amai aian an di masa masa mendatang (belief about peace). peace). Dengan demikian, jelas bagi Bar-Tal proses pemaafan tidak terjadi begitu saja, tapi lewat proses transformasi kesadaran. Long Long dan dan Brec Brecke ke (200 (2003) 3) mengg menggam amba bark rkan an pros proses es mode modell pemaafan ini ke dalam empat fase, seperti gambar di bawah ini:
Pengungkapan kebenaran
Redefinisi identitas sosial
Keadilan parsial
Kesediaan membangun hubungan baru
Rekonsiliasi yang berhasil
Gambar 3.1 Proses rekonsiliasi dengan model pemaafan (Sumber; Long & Brecke (2003: 31) Pada fase pertama, kelompok yang berkonflik harus mau dan rela rela meny menyada adari ri apa yang yang tela telah h terj terjadi adi pada pada masa masa lalu lalu.. Seti etiap
kelompok yang bertikai harus
menyadari
kesalahan
di
masa
lalu.
mau
dan dan
mampu
Idealnya
proses 69
pengu engung ngk kapan
kebe ebenar naran
harus
terbuka uka
untuk ntuk
pub publik,
misalnya melalui investigasi resmi, laporan di media massa, dll. Memang harus disadari konsekuensi psikologik dari proses ini. Pelbaga Pelbagaii macam macam reaksi reaksi bis bisa a muncul muncul dari dari proses proses ini; ini; merasa merasa malu, bersalah, dan perilaku agresif. Seperti yang diungkapkan oleh oleh Fitzg Fitzgib ibbo bons ns (199 (1998) 8),, cara cara coping yang yang pali paling ng mung mungki kin n munc muncul ul,, bi bisa sa dala dalam m bent bentuk uk pengi pengingk ngkar aran an,, agre agresi sivi vita tas s akti aktif f (marah) atau pasif (dendam) atau bisa juga pemaafan. Pilihan untuk
memaafkan
mengharuskan
semua
pihak
untuk
menyadari terlebih dulu (bukan mengikari) apa-apa yang telah terjadi, mengapa terjadi, siapa yang melakukan, mengapa ia melakukan, apa kesalahannya. Seperti yang dikatakan North (199 (1998: 8: 17), 7),
memaa emaaffkan
buk bukan bera berart rtii
melup elupak akan an,,
“ The
forgiveness option requires recognition. Forgiveness does not remove
the
fact
or
event
of
wrongdoing
having
been
committed in order for the process of forgiveness to be made possible. One does not forget, one remembers and forgives.” Pada fase kedua, persis sama seperti yang dikatakan Bar Tal sebelumnya, rekonsiliasi menghendaki kesediaan kelompok menguba mengubah h sudut sudut pandan pandangnya gnya mengena mengenaii posisi posisi dan identi identitas tas kelo kelomp mpok ok send sendir iri, i, posi posisi si dan dan
iden id enti tita tas s
kelo kelomp mpok ok lain lainny nya a 70
(beli belief efs s abou aboutt adve advers rsar ary y grou groups ps,, beli belief efs s abou aboutt in inte terg rgro roup up relation). relation). Redef Redefeni enisi si atau atau reframing hubungan pascakonfli pascakonflik k melibatkan sekaligus faktor kognitif dan emosi. Seperti yang dikatakan Long & Brecke (2003: 30), Reframing the other, seperating the wrongdoer from the wrong wich has been committed… Reframing does not do away with the wrong itself, nor does it deny the wrongdoer’s responsibility for it, but it allows us to regard the wrongdoer in a more complete, more detailed, more rounded way..The other par party ty is reco recogn gniz ized ed as sepa separa rate te from from the the in inju jury ry he or sh she e inflicted, and the humanity of that person is acknowledge by those who have suffered. Ketiga Ketiga,, kelomp kelompokok-kel kelomp ompok ok yang yang dirugik dirugikan an sungguhp sungguhpun un berhak untuk mendapat keadilan yang setimpal dengan apa yang telah sebe sebelu lum mnya nya,
dipe di perrbuat uat atau ataupu pun n
oleh
piha pi hak k perpetrator kepadanya
mempu empuny nyai ai
kesem esempa pata tan n
untu untuk k
membalas dendam, hendaknya bisa menyadari bahwa keadilan tidak tidak akan akan bi bisa sa ditega ditegakk kkan an sepenu sepenuhny hnya. a. Menur Menurut ut Long Long dan dan Brecke, apa yang bisa dicapai dalam soal keadilan ini, hanya sebatas pada yang disebut sebagai ‘partial justice’ . Penegakan dan pencarian keadilan dalam pengertian setuntas-tuntasnya tidak akan pernah didapat, yang penting dalam hal ini adalah adanya perhatian pada pemenuhan ‘rasa keadilan’ saja. Keem eempat pat,
pros proses es
rekon ekonsi silliasi iasi
haru harus s
diak di akhi hiri ri
deng dengan an
kein keingi gina nan n untu untuk k memb membua uatt kont kontak ak lebi lebih h in inte tens ns,, jika jika perl perlu u 71
diser di serta taii denga dengan n pema pemaaf afan an secar secara a publ publik ik atau atau secar secara a sosia sosiall (social forgiveness), menawarkan hubungan yang lebih bagus, paling tidak hidup berdampingan secara damai (coexistence) (coexistence),, saling menghormati, dan saling toleran. Pros Proses es reko rekons nsil ilia iasi si menu menuru rutt mode modell pema pemaaf afan an in inii pada pada umumny umumnya a terjad terjadii menurut menurut fase-f fase-fase ase di atas, atas, walaupu walaupun n tidak tidak sela selalu lu berj berjal alan an berur berurut utan an seca secara ra satu satu arah arah (linear). Kadangkada adang
fase ase-fa -fase
tersebut ebut
ber berjalan
seca ecara
ber berurutan,
terkadang justru berlangsung secara simultan dalam saat yang bers bersam amaa aan. n. Pros Proses es dari dari keem keempa patt fase fase seba sebaga gaii fung fungsi si dari dari waktu dan intensitas dalam digambarkan dalam bagan berikut:
intensitas
72
waktu keterangan : pengungkapan kebenaran (truth (truth telling) keadilan parsial ( partial partial justice) kesediaan membangun hubungan baru (call for new relationship) redefinisi
identitas
(redefini nittion
of
identities) Gambar 3.2 Sekuens Model Pemaafan (Sumber: Long & Brecke, 2003: 31)
Lingkup Rekonsiliasi Rekonsi Rekonsilia liasi si pada intiny intinya a memperb memperbaik aikii hubungan hubungan antara antara kelo kelomp mpok ok-ke -kelo lomp mpok ok yang yang terpe terpeca cah h kare karena na konf konfli lik. k. Dala Dalam m tingk tingkat at komu komuni nita tas s dan dan nasi nasion onal al,, reko rekons nsil ilia iasi si bi bisa sa di diang anggap gap sebagai suatu gerakan untuk mencapai hubungan yang lebih kooper kooperati atif. f. gerak gerakan an
Empat Empat
hal utama utama selayak selayaknya nya menjad menjadii inti inti dari dari
reko rekons nsil ilia iasi si..
Pertama,
menge mengemb mbal alik ikan an
haki hakika katt
kemanusiaan semua kelompok, bahkan perpetrator sekalipun. Dengan kata lain, harus ada kesediaan untuk menata kembali identi identitas tas dan pendef pendefini inisian sian ulang ulang hubungan hubungan antark antarkelo elompo mpok. k. Dala Dalam m hal hal in inii hak hak asasi asasi dan dan kema kemanus nusia iaan an harus harus menda mendapa patt prioritas pertama. Kedua, Kedua, rekonsiliasi harus dipahami sebagai penataan ulang tatanan moral baru, yang bertitik tolak dari adan adany ya
konse onsesu sus s
menge engena naii
nilai ilai-n -niilai lai
yang yang
meny enyoko okong 73
kerjasama. Ketiga, Ketiga, pent pentin ingn gnya ya peru peruba baha han n sika sikap p (attitudinal aspect ) dan dan keya keyaki kina nan n (belief). belief). Peru Peruba bahan han sika sikap p dan belief adalah penting supaya seseorang bisa mengatasi (cope) rasa ketaku ketakutan tan,, rasa rasa marah, marah, dan dendam dendam yang yang membuat membuat konfl konflik ik berkepanjangan. Keempat , pola pola in inte tera raks ksii denga dengan n kelo kelomp mpok ok musu musuh h haru harus s di dire reor orie ient ntasi asi ul ulan ang g ke arah arah hubung hubungan an sali saling ng terg tergan antu tung ng yang yang mengu mengunt ntung ungka kan. n. Kelo Kelomp mpok ok haru harus s bera berani ni mengam mengambil bil risik risiko o untuk untuk memula memulaii kontak kontak baru baru supaya supaya mulai mulai timbul rasa percaya satu sama lain (Merwe, 1999). Berd Berdas asar arka kan n
empa empatt
dime di mens nsii
atau atau
ling lingku kup p
reko rekons nsil ilia iasi si
seper seperti ti yang yang dis diseb ebut utka kan n di atas atas,, empat empat di dime mensi nsi hubung hubungan an dapat dapat dii diident dentifi ifikas kasii sebagai sebagai:: dimensi dimensi identi identitas tas,, dimensi dimensi nilainilainilai nilai yang yang mengar mengarahk ahkan an intera interaksi ksi,, dimensi dimensi sikapsikap-sik sikap, ap, dan dimensi pola-pola interaksi. Dengan mempergunakan kerangka kose kosept ptua uall
dari dari Duga Dugan n
(199 (1996) 6),,
dime di mens nsii
reko rekons nsil ilia iasi si dapa dapatt
digam di gamba bark rkan an ke dala dalam m mode modell lingk lingkar aran an kons konsen entr tris is sebag sebagai ai berikut:
74
PERILAKU
SIKAP
NILAI IDENTITA S
Gambar 3.3. Dimensi Rekonsiliasi (Sumber; Merwe (1999: 41) Lingkaran terluar adalah dimensi tingkah laku atau dalam konteks rekonsiliasi adalah pola-pola interaksi. Pada dimensi ini diper di perli lihat hatka kan n apak apakah ah pola pola in inte tera raks ksin inya ya cende cenderu rung ng ke arah arah koop kooper erat atif if,, atau atau ju just stru ru masi masih h bern bernua uansa nsa konf konfli lik. k. Lingk Lingkar aran an kedua adalah aspek sikap, yang menyangkut keyakinan dan sikap terhadap bekas musuhnya; apakah masih negatif atau sudah bergeser menjadi positif. Lingkaran ketiga menyangkut sist sistem em ni nillai yang yang menda endas sari ari dan dan mene menent ntuk ukan an sik sikap dan dan peril perilak aku— u—me menya nyangk ngkut ut
konse konsepsi psi
tent tentan ang g
kead keadil ilan an,,
prin prinsi sipp-
prinsip dasar kemanusiaan, dsb. Perubahan dalam dimensi ini 75
diya di yaki kini ni
aka akan
Kom Kompone ponen n
dapa dapatt
keem eempat, pat,
mempe empeng ngar aruh uhii yang yang
terp terpen enttin ing g
sikap ikap
dan
yai yaitu
peri perila lak ku.
menya enyang ngku kutt
identi identitas tas (baik (baik kelomp kelompok ok sendiri sendiri dan kelomp kelompok ok musuh) musuh).. Jika Jika kelomp kelompokok-kel kelomp ompok ok dapat dapat merepo mereposis sisii diri diri sendiri sendiri (kelom (kelompok pok sendi sendiri ri)) dan dan kelo kelomp mpok ok lain lain dala dalam m kont kontek eks s konf konfli lik k dan dan yang yang lebih terpenting redefinisi diri pascarekonsiliasi. Pendefinisian identitas dengan cara ‘saya benar - dan yang itu penindas, mus usu uh’
bis bi sa
ber berges gesar
kepada pada
kesadar daran
bahwa
semu emua
kelompok mungkin bisa bersalah. Kalau transformasi identitas dapat dilakukan, besar kemungkinan rekonsilasi pada dimensi lain akan tercapai pula. Secara detail, masing-masing dimensi akan dibahas di bawah ini.
Rekonsiliasi dan Pola Interaksi Dimensi rekonsiliasi yang paling tampak adalah pada aspek peri perila laku ku,, yait yaitu u baga bagaim iman ana a pola pola in inte tera raks ksii anta antarr kelo kelomp mpok ok sela selama ma,, saat saat dan setel setelah ah proses proses reko rekonsi nsili liasi asi.. Pola Pola in inte tera raks ksii yang dikehen dikehendak dakii adalah adalah yang yang tidak tidak lagi lagi menunj menunjukk ukkan an pola pola berkonflik berkonflik (seperti eskalasi eskalasi kekerasan, kekerasan, saling saling curiga), curiga), namun lebi lebih h ke arah arah pol pola in inte tera raks ksii yang yang koope oopera rati tiff. Haru Harus s ada ada peningkatan kualitas komunikasi yang lebih baik, mulai adanya
76
pertu pertuka kara ran n bara barang ng dan dan jasa jasa anta antark rkel elom ompo pok k misa misaln lnya ya,, bi bisa sa menjadi indikator mulai tumbuhnya pola interaksi in teraksi yang positif. Pola tingkah laku dan sikap akan saling terkait untuk satu kelo kelomp mpok ok
deng dengan an
kelo kelomp mpok ok
lain lainny nya. a.
Jara Jarang ngny nya a
inte in tera raks ksii
misalnya, akan memperkuat sikap berprasangka dan timbulnya stereotip.
Rasa
saling
tidak
per percaya
(mistrust)
sangat
bergantung pada apakah pola interaksi masih terisolasi satu sama lain, dan tidak adanya komunikasi yang terbuka. Tingkah laku laku nega negati tiff yang yang di dita tamp mpil ilka kan n oleh oleh sala salah h satu satu pi piha hak k akan akan memperkuat sikap negatif pada kelompok lainnya, dan sikap negatif ini akan memicu pola interaksi yang negatif. Sebaliknya pola pola intera interaksi ksi yang yang positif positif akan akan mening meningkat katkan kan rasa rasa percaya percaya kelompok untuk berinteraksi dan berani mengambil risiko yang lebih lebih dari dari hubunga hubungan n antar antar kelomp kelompok. ok. Pola Pola hubungan hubungan timba timballbalik (reciprocal) yang yang posi positi tiff pada pada akhi akhirn rnya ya adal adalah ah modal modal utama untuk membangun rasa saling percaya (trust (trust building) building) di kemudian hari.
Rekonsiliasi dan Sikap Satu Satu indik indikat ator or dari dari kesu kesuks ksesa esan n reko rekons nsil ilia iasi si di diuk ukur ur dari dari terj terjad adin inya ya peru peruba baha han n
sika sikap p
dar dari
membe embenc nci, i, takut akut,,
tida tidak k
77
perca percaya ya,, kein keingi ginan nan untuk untuk memb membal alas as denda dendam m menuj menuju u sika sikap p saling menghormati, percaya dan memaafkan (Merwe, 1999). Mitchell (1981), mengklasifikasikan sikap ini menjadi dua kategori besar: 1) berorientasi emosional, seperti perasaan marah, tidak percaya, dendam, memandang rendah (scorn), (scorn), curiga; 2) proses-proses kognitif, seperti stereotip, belief . Proses Proses perubaha perubahan n sikap sikap ini biasany biasanya a menjad menjadii salah salah satu satu teknik intervensi dalam usaha membangun kedamaian (peace building). building). Teknik pelatihan seperti ‘cultural ‘ cultural sensivity training’ bias bi asa anya nya
memfo emfok kus usk kan
perh perha atian tianny nya a
pada pada
asp spek ek
sika sikap p
antarkelompok. Kraybill (1996) mengatakan lebih detail seperti berikut: Trust takes time and effort to build, and the only way to build it is through taking risk. In the beginning, trust may be low, so risk may that are taken are low too. But as trust grows, bigger risks are taken, leading to increased trust. Where people live in a state of shalom, risk and trust expand in an on-going cycle, and the relationship moves to an ever deepening plane. (Kraybill, 1996: 19)
Rekonsiliasi dan nilai Reko Rekons nsiilias liasii
pada pada hake hakeka katn tnya ya adal adalah ah pena penata taan an ul ulan ang g
tatanan moral baru, tatanan nilai atau semacam kontrak sosial yang baru. baru. Brumm Brummer er (1994) (1994) misal misalnya nya mengide mengidenti ntifik fikasi asi tiga tiga 78
kemungkinan kemungk kemungkina inan n
jenis
nilai-nilai
tercap tercapainy ainya a
dan
rekons rekonsili iliasi asi..
kaitannya
dengan
Pertama, Pertama,
nila ni laii-ni nila laii
manipu-latif. Jika nilai ini yang dikedepankan, rekonsiliasi tidak akan akan bis bisa a menda-t menda-tangk angkan an hubunga hubungan n yang yang harmon harmonis, is, karena karena bertola bertolak k belaka belakang ng dari dari nilainilai-nil nilai ai perdam perdamaia aian. n. Kemungk Kemungkina inan n kedua adal adalah ah munc muncul ul dala dalam m bentuk bentuk ni nila laii-ni nila laii kont kontra rakt ktual ual,, dalam dalam hal ini rekonsi rekonsilia liasi si tercapa tercapaii dengan dengan mendasa mendasarka rkan n diri diri pada kontrak sosial, masing-masing pihak terikat pada hak dan kewa kewaji jiba ban n
masi masing ng-m -mas asin ing. g.
tum tumbuhn buhnya ya
nillai-n ni ai-nil ilai ai
Kemu Kemung ngki kina nan n
pers persau auda darraan, aan,
ketiga
pers persah ahab abat atan an
adalah atau atau
dinamakan oleh Brummer (1994) sebagai fellowship. fellowship. Dengan nila ni laii
inii in
piha pi hak k-p -piihak hak
tida tidak k
hany hanya a
sek sekadar adar
menda endasa sark rka an
hubungan hubungan pada pada sejeni sejenis s kontr kontrak ak sosial sosial,, tetapi tetapi lebih lebih terutam terutama a pada pada peng pengha harg rgaa aan n dan dan empa empati ti,, ju juga ga pada pada kebu kebutu tuha han n dan dan kepentingan pihak lain, sama seperti ia menghargai kebutuhan dan
kepentingan
berpe berpend ndapa apatt
kelompok
nila ni laii-ni nila laii
sendiri.
fellowship
ini
Brummer
(1994)
penting
u n t uk
mengukuhkan identitas baru dalam proses rekonsiliasi. Memper Memperbai baiki ki hubunga hubungan n dan mencip menciptak takan an tatana tatanan n moral moral yang baru, kalau perlu harus dilakukan dengan mengintrodusir nilai-nilai baru, ketim-bang sekadar mengubah kerangka nilai79
nilai yang sudah ada. Bahkan kalau perlu tatanan sosial, politik dan kultural yang baru perlu diintrodusir menyertai penataan nilai-nilai baru. Seperti yang dikatakan oleh Zalaquett (1994: 910): Building or reconstructing a morally just order entails building political culture and setting in place values, institutions and policies that will guard against the
Rekonsiliasi dan Identitas Pada dasarnya, perubahan dalam dimensi identitas dalam suatu hubungan adalah pendefinisian ulang batas-batas yang membed bedaka akan
dan
kelomp kelompok ok lainnya lainnya..
mencir cirikan
suat uatu
kelo elompok pok
deng denga an
Membang Membangun un suatu identit identitas as baru, baru, ketika ketika
pencirian dan pembedaan identitas tidak lagi dalam kategori ‘salah’ atau ‘benar’, ‘kita’ dan ‘musuh’ . Dalam hal ini misalnya citra (image) yang yang di dika kait itka kan n deng dengan an posi posisi si seja sejara rah h masa masa lam lampau pau iden id enttita itas
adal adalah ah pent pentin ing g kelom elompo pok k.
Isu Isu
untu untuk k
pend pendef efin inis isia ian n
inga in gata tan n
misal salnya nya
ulan ul ang g
adal adala ah
suat su atu u dal dalam
kaitannya dengan soal identitas ini pula. Bahkan, rekonsiliasi menurut Correa (1992) adalah ‘reconciling ‘ reconciling people with their history’ , lebih lanjut menurut dia: Men and women not only to reconcile with each other, but also need need to reco reconc nciile them themse selv lves es as a peop peoplle. They hey need need to reconcile their own history as a nation. History is their mirror, 80
in order to reconcile themselves, they first need to recognize themselves in that mirror. Correa (1992: 493) Citr Citra a dan dan id iden enti tita tas s di diri ri send sendir irii dan dan oran orang g lain lain (mus (musuh uh)) selama
konfl nflik
disi di simp mpli lifi fika kasi si
bias bi asa anya nya
sede sedemi miki kian an
teruss-m mene enerus rupa rupa,,
sehi sehing ngga ga
didi di dist sto orsi pent pentin ing g
dan
kira kirany nya a
momen rekonsiliasi dimanfaatkan untuk meluruskan citra dan identitas ini. Masalah citra dan identitas ini perlu di reevaluasi dengan mengkonfrontasikannya dengan fakta-fakta masa lalu sehingg sehingga a posisi posisi masingmasing-mas masing ing identi identitas tas kelomp kelompok ok menjad menjadii jelas, tidak lagi terdistorsi.
Dimensi-dimensi Rekonsiliasi Dari Dari pemb pembah ahas asan an di atas atas terl terlih ihat atla lah h di dime mens nsii kunci kunci dari dari rekonsilias rekonsiliasii yang perlu diperhatikan diperhatikan adalah menyangkut ruang lingkup lingkup (spheres) spheres) yang perlu diubah (identitas, nilai-nilai, sikap dan
perilaku).
Dua
dimensi
lainnya
yang
juga
perlu
dipe di perh rhat atik ikan an dan dan di diba baha has s lebi lebih h deta detail il adal adalah ah komp kompon onen en-kompone komponen n substant substantif if dari dari rekons rekonsili iliasi asi (keadi (keadilan lan,, kebena kebenaran ran,, peny penyem embu buha han, n, dan dan rasa rasa aman aman), ), dan dan pada pada ting tingk katan atan mana mana interv intervensi ensi diperl diperluka ukan n (indiv (individu idual, al, kelomp kelompok/ ok/kom komuni unitas tas atau atau nasional).
81
Seca Secara ra sing singka kat, t, dapa dapatt di dika kata taka kan n bahw bahwa a di dime mens nsii ruan ruang g lingkup memperlihatkan tingkat kedalaman perubahan di mana rekons rekonsili iliasi asi dapat dapat dil dilak akuka ukan. n. Apakah Apakah hanya hanya pada perubah perubahan an sikap, nilai atau perilaku atau sudah sampai pada perubahan iden id enttita itas.
Rekon ekonsi sili lias asii
menye nyentuh tra trans nsfform ormasi asi
per perubahan han kesad esadar aran an
yan yang
supe su perf rfis isia iall
sikap dan dan
dan
misal salnya nya
per perilaku,
ident dentit itas as
hany hanya a
sement entara
ant antara ara
kelom elompo pok k-
kelompok belum tercapai. Dimensi kedua dalam rekonsiliasi adalah komponen atau unsur-unsur substantif yang perlu diperhatikan dalam proses reko rekons nsil ilia iasi si.. Unsu Unsurr su subs bsta tant ntif if in inii berk berkai aita tan n deng dengan an mode modell kebutuh kebutuhan an manusia manusia (hum (human an needs needs theo theory ry)). Arti Artiny nya, a, unsur unsur-unsur kebutuhan berikut harus dijadikan agenda (addressed) dal dalam
pros proses es
reko rekons nsiilias liasii.
Unsu Unsurr-u uns nsur ur
itu itu
menya enyang ngku kutt;
kebenaran (truth), (truth), keadilan (justice), (justice), penyembuhan/pemulihan (healing) dan rasa aman (security). (security). Dimensi berikutnya menyangkut pada tingkat sosial tempat rekons rekonsili iliasi asi akan akan dil dilaku akukan kan;; apakah apakah pada pada tingka tingkatt indivi individual dual,, komunitas atau nasional. Isu penting seputar dimensi ini adalah pada perdebatan di seputar pertanyaan: pada tingkat manakah rekons rekonsili iliasi asi harus harus dil dilaku akukan kan? ? Apakah Apakah rekons rekonsili iliasi asi pada suatu suatu 82
tingk tingkat atan an tert terten entu tu memp mempeng engar aruhi uhi atau atau menj menjadi adi pres presend enden en untuk tingkat lainnya? Apakah terjadi kesejajaran (paralel) atau kontradiksi antara masing-masing tingkatan? Persoalan tingkat ini juga jadi sangat relevan jika dikaitkan dengan strategi dan ideolo ideologi gi rekons rekonsili iliasi asi,, apakah apakah dimula dimulaii dari dari bawah bawah (bottom-up strategy) atau atauka kah h dari dari atas atas ke bawa bawah h (top-down (top-down strategy) strategy).. Stra Strate tegi gi reko rekons nsil ilia iasi si dari dari atas atas ke bawa bawah h memu memula laii pros proses es reko rekons nsil ilia iasi si dari dari ting tingka katt nasi nasion onal al deng dengan an targ target et elit elite e dan dan pemimpin politik terlebih dahulu, baru kemudian pada tingkat komu komuni nita tas s dan dan in indi divi vidu dual al.. Seme Sement ntar ara a st stra rate tegi gi dari dari bawa bawah h memilih
mul ula ai
rekons nsiiliasi
dari
tingk ngkat
komuni unitas
dan
interpersonal terlebih dahulu baru kemudian meningkat pada level nasional. Seca Secara ra di diag agra ram m keti ketiga ga di dime mens nsii in inii dapa dapatt di diga gamb mbar arka kan n sebagai berikut:
PERILAKU
SIKAP
NILAI IDENTITAS
83
Gambar 3.4. Lingkup rekonsiliasi (Sumber; Merwe (1999: 41) Rekonsi Rekonsilia liasi si dapat dapat juga digamb digambark arkan an berdas berdasark arkan an unsur unsur atau atau kompo ompo-n -nen en su subs bsta tant ntif ifny nya a deng dengan an di diag agra ram m ling lingka kara ran n sebagai berikut:
KEADILAN
KEBENARAN
PEMULIHAN
KEAMANAN
Gambar 3.5 Komponen rekonsiliasi (Sumber; Merwe (1999: 51) Dua gambar gambar beriku berikutt dapat dapat digabun digabung g menjadi menjadi model dua Perilaku
dimensi sebagai berikut KEADILAN : Sikap Nilai
PEMULIHAN
Identitas
KEBENARAN KEBENARAN 84
KEAMANAN
Gambar 3.6 Lingkup dan komponen rekonsiliasi (Sumber; Merwe (1999: 51)
Dime Dimensi nsi keti ketiga ga dalam dalam reko rekonsi nsili lias asii adal adalah ah dalam dalam tingk tingkat at rekonsiliasi yang dapat digambarkan ke dalam diagram vertikal sebagai berikut:
NASIONAL
KOMUNITAS
ANTAR PERSONAL
Gambar 3.7. Tingkat rekonsiliasi (Sumber; Merwe (1999: 52) 85
Keti Ketiga ga gamb gambar ar di diat atas as dapat dapat di dira rangk ngkum um ke dalam dalam mode modell rekonsiliasi tiga dimensi sebagai berikut:
Nasional
Komunitas
Interpersonal
Gambar 3.8. Model rekonsiliasi tiga dimensi (Sumber; Merwe (1999: 53)
Komponen Rekonsiliasi: Kebutuhan-kebut Kebutuhan-kebutuhan uhan Sosial Empat unsur penting sering disebut dalam banyak literatur menj enjadi adi
kompo ompone nen n
terp terpen enti ting ng
dal dalam
rek rekonsi onsili lias asii,
yait aitu
kebenaran (truth), (truth), keadilan (justice), (justice), penyembuhan/pemulihan (healing), (healing),
dan
keban ebanya yak kan
rasa
sarj sarjan ana a
aman dan dan
(security). (security).
prakt raktiisi
di
Pada
bida bi dang ng
umumnya reko rekons nsiilias liasii
menyebutkan menyebutkan empat unsur tersebut tersebut secara umum, namun ada 86
beberap beberapa a sarjan sarjana a yang yang mengem mengemuka ukakan kan dengan dengan cara cara sedikit sedikit berb berbed eda. a. Lede Ledera rach ch (199 (1994) 4) meli meliha hatt reko rekons nsil ilia iasi si dala dalam m tiga tiga perspek perspektif tif.. Pertam Pertama, a, rekons rekonsili iliasi asi sebagai sebagai hubunga hubungan. n. Kedua, Kedua, reko rekons nsil ilia iasi si seba sebagai gai ‘pergu ‘pergula lata tan’ n’
(encounter ),
dan
ketiga, ga,
rekonsiliasi sebagai suatu ‘ruang sosial’ (social (social space). space). Yang dimaksud oleh Lederach sebagai ‘ruang sosial’ adalah tempat di mana mana kons konsepep-ko kons nsep ep yang yang lazi lazim m di diseb sebut ut sebag sebagai ai konse konsep p keadilan (justice), (justice), kedamaian (peace), pengampunan (mercy) dan kebenar kebenaran an (truth) saling saling berint berintera eraksi ksi.. Secara Secara diagra diagram, m, lingkaran konsep Lederach dapat digambarkan sebagai berikut: KEADILAN
PERDAMAIAN
REKONSILIASI
PENGAMPUNAN
KEBENARAN
Gambar 3.9. Komponen rekonsiliasi dari Lederach. Bagi agi
Lede Ledera rach ch,,
kead keadiilan lan
(justice)
menc mencak akup up
ide-i de-ide de
mengenai persamaan hak (equality); (equality); bagaimana hak-hak asasi diwuj uju udka dkan
dan dan
dih di hormati,
bagai gaimana
rest stiitusi
dapat
dilakukan. Sementara itu aspek kebenaran (truth) mencakup 87
penghargaan, kejujuran, pengungkapan dan kejelasan (clarity). (clarity). Pengampunan (mercy) meruj merujuk uk kepa kepada da soal soal pener peneri-m i-maa aan, n, rahmat (grace), (grace), bela belas s kasi kasiha han n (compassion), (compassion), penyemb penyembuha uhan, n, dan
pem pemulihan
(healing). (healing).
Dan
kedamaian
mencakup
pengert pengertian ian;; harmon harmoni, i, kesatu kesatuan, an, keseja kesejahter hteraan aan (well well bein being g), rasa
aman
(security ),
d an
rasa
hormat
(respect ).
Ba g i
Lederach, rekonsiliasi dalam hal ini lebih dilihat dari hasil akhir terpenuhinya unsur-unsur ini. Agak gak
lain ain
dari dari pend pendap apat at sebe sebelu lum mnya, nya, Shri Shrive verr
mengembangkan
suatu
mene meneka kank nkan an pada pada aspe aspek k
model
rekonsiliasi
kead keadil ilan an (justice),
(198 985) 5)
yang
lebih
inga in gata tan n
dan dan
harapan untuk komunitas pada masa datang. Shriver (1985) mengatakan: No ‘new integration’ will ever possible between enemies in a struggle over social justice without mutual achievement of a new memory of the past, a new justice in the present, and a new hope for community in the still-to-be achived future. (Shriver, 1995: 217). Model Shriver dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Keadilan
Ingatan
Harapan terhadap masa depan komunitas
Rekonsiliasi
88
Gambar 3.10. Komponen rekonsiliasi menurut Shriver Sepe Sepert rtii terl terlih ihat at dari dari gamba gambarr di atas atas,, agak agak berbe berbeda da dari dari yang terdahulu dalam memandang proses rekonsiliasi, Shriver sangat sangat mementi mementingka ngkan n faktor faktor ingatan ingatan dalam dalam modeln modelnya. ya. Bagi Shriver,
proses
mengintegrasikan
rekonsiliasi ketiga
hanya
komponen
tercapai
dengan
tersebut
secara
menyeluruh. Rekonsiliasi adalah harapan baru untuk komunitas pada masa depan sekaligus penyelesaian persoalan-persoalan masa lampau. Baik Baik mode modell Shri Shrive verr maup maupun un Lede Ledera rach ch,, masi masing ng-m -mas asin ing g komponennya hampir mirip dan saling melengkapi satu sama lain. Model terintegrasi yang dikembangkan oleh Merwe (1999) mencakupnya ke dalam satu model terintegrasi seperti yang bisa dilihat pada gambar 3.8. Dalam model tiga dimensi ini masing-masing masing-masing tingkat tingkat kedalaman kedalaman rekonsilia rekonsiliasi si (identitas (identitas,, nilainilainila ni lai, i, sika sikap p dan dan peri perila laku ku)) akan akan teru terus s berg berger erak ak ke ling lingka kara ran n terdalam (identitas) jika masing-masing komponen rekonsilasi 89
(kea (keadi dillan, an, kebe kebena nara ran, n, peng pengam ampu puna nan n dan dan rasa rasa aman aman)) bi bisa sa terpenuhi selama proses rekonsiliasi berlangsung. Rekonsiliasi mungkin bisa dipandang sebagai penjumlah unsur-unsur yang menduk mendukungn ungnya, ya, tapi tapi tidak tidak dalam dalam pengert pengertian ian masing masing-ma -masin sing g komponen saling lepas satu sama lainnya. Misalnya, keadilan lebi lebih h
mungk ungkiin
dira di rasa sak kan
kal kalau
keben ebenar aran an
diun di ungk gkap apka kan. n.
Penyembuhan dan pemulihan akan mudah tercapai kalau ada keadil keadilan an dan kebena kebenaran. ran. Begit Begitu u juga dalam dalam soal soal kedala kedalaman man intervens nsii,
perubah bahan
tingka gkah
laku
akan
memu emudah dahkan
perub perubah ahan an sika sikap. p. Tran Transf sfor orma masi si kesad kesadar aran an (ide (ident ntit itas as)) lebi lebih h muda mudah h terc tercapa apaii kala kalau u di didah dahul ului ui oleh oleh perub perubaha ahan n ni nila laii-ni nila lai, i, sikap dan perilaku. Dengan begitu dapat dikatakan, rekonsiliasi adalah suatu pros proses es peru peruba baha han n
pada pada empa empatt
kom kompone ponen n
pent pentin ing g
yang ang
berkaitan dengan kebutuhan sosial pihak-pihak yang terkait. Pert Pertam ama, a, pi pihak hak terk terkai aitt harus harus mera merasa saka kan n adanya adanya kead keadil ilan an.. Keadil Keadilan an pascar pascareko ekonsi nsilia liasi si harus harus diupaya diupayakan kan untuk untuk dipenuhi dipenuhi,, sementara itu ketidakadilan harus dikoreksi. Kedua, diperlukan kesadaran bahwa kebenaran pada masa lalu harus diungkap dan dij dijela elaska skan n secara secara terbuk terbuka. a. Ketiga Ketiga,, kerent kerentanan anan kelomp kelompok ok untuk untuk memu memula laii lagi lagi konf konfli lik k kare karena na tida tidak k adany adanya a rasa rasa aman aman 90
haru harus s di diku kura rang ngi. i. Dala Dalam m hal hal in ini, i, kelo kelomp mpok ok-k -kel elom ompo pok k perl perlu u mendapatkan jaminan keamanan, bahwa eskalasi tidak akan terj terjad adii
lagi lagi..
menya enyada dari ri
Keem Keempa patt,
bahw bahwa a
kelom elompo pok k-kel -kelom ompo pok k
pros proses es
peny penyem embu buha han n
terk terkai aitt
dan dan
perl perlu u
pem pemul ulih ihan an
(healing) hanya hanya bis bisa a berlan berlangsun gsung g kalau kalau ada kemauan kemauan untuk untuk mengh enghar arga gaii vik viktim timisas isasii
pera peras saan aan, kelo kelom mpok pok
lukauka-lluka, uka,
lainn ainnya ya..
traum rauma a
Pem Pemul ulih ihan an
sert serta a harg harga a
seja sejara rah h diri di ri
dan dan
manajemen trauma diperlukan dalam rangka pemulihan ini. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, proses rekonsiliasi idealnya mencoba memenuhi semua komponen dan dimensi rekonsiliasi, walapun prioritas bisa saja berbeda-beda antara satu satu buday budaya, a, bangs bangsa, a, dan dan komu komuni nita tas s tert tertent entu. u. Maks Maksudn udnya ya negara tertentu misalnya mungkin lebih memprioritaskan isu kebe ebenar naran
dul dulu,
negar gara
dan
kelompok pok
lain
misalny alnya a
memprioritaskan keadilan terlebih dahulu. Mode Modell teri terint nteg egra rasi si meng mengen enai ai reko rekons nsil ilia iasi si sepe sepert rtii yang yang terlihat dalam gambar 3.8 mengisyaratkan bahwa pemenuhan komponen yang menjadi kebutuhan sosial kelompok/komunitas perlu perlu menda mendapat pat perhat perhatia ian. n. Beri Beriku kutt pemba pembaha hasan san menge mengenai nai komponen tersebut secara lebih detail.
91
Rekonsiliasi dan Keadilan Betapapun beragamnya definisi dan pengertian ‘keadilan’ seba sebaga gaii su suat atu u ist stil ilah ah ilm ilmiah, ah, sem semua ahli ahli sep sepakat akat bahwa ahwa pemenuh pemenuhan an rasa rasa keadil keadilan an bersif bersifat at univer universal sal dan merupa merupakan kan satu satu kebu kebutu tuhan han dasa dasarr manu manusi sia a di muka muka bumi bumi in ini. i. Mungk Mungkin in terd terdap apat at pelb pelbag agai ai maca macam m vari varias asii dan dan eksp ekspre resi si meng mengen enai ai keadilan, namun secara umum masyarakat bisa mengerti dan merasakan apakah keadilan sudah tercapai atau belum. Studi-studi dari ahli psikologi dan antropologi (Lerner, 1986; Nade Naderr & Surso Sursock ck,, 19 1986 86)) meny menyim impul pulka kan n bahw bahwa a moti motiff untuk untuk kead keadil ilan an mung mungki kin n sama sama mend mendas asar arny nya a deng dengan an kebu kebutu tuha han n biologis lainnya. Kaitan mengenai motif untuk keadilan (justice motive) dengan rekonsiliasinya oleh Zehr, dikatakan sebagai berikut : The experience of justice is a basic human need. Without such an experience, healing and reconciliation are difficult or even impossible. Justice is a precondition for closure. A full sense of justice may, of course, be rare. However, even ‘approximate justice’ can help (Zehr, 1990: 188) Dala Dalam m konf konfli lik k yang yang bera beratt dan dan seri serius us mema memang ng must mustahi ahill menda ndapat patkan
keadi dillan,
jus usttru
ketidakadi adilan
biasanya
merupak merupakan an salah salah sumber sumber pecahny pecahnya a konfl konflik. ik. Perlak Perlakuan uan tidak tidak
92
adil dalam pelbagai macam bentuk, penindasan, pengusiran, penguci pengucilan, lan, dis diskri krimin minasi asi dan sebagai sebagainya nya menim menimbulk bulkan an ‘luka’ ‘luka’ yang yang menda mendala lam m buat buat kelo kelomp mpok ok lain lainnya nya.. Kare Karenan nanya ya pros proses es rekonsiliasi
harus
keti ketida daka kadi dila lan n
pada pada
bisa
mengkoreksi
masa masa lalu lalu lewa lewatt
praktik-praktik
perb perbai aika kan n
stru st rutu tura ral, l,
pemerataan kesempatan, penegakan hukum dan sebagainya. Perb Perbai aika kan n hubun hubunga gan n yang yang meru merupak pakan an tujua tujuan n utam utama a reko rekonnsili siliasi asi akan akan must mustah ahil il terc tercapa apaii jika jika pelan pelangg ggara aran n huku hukum m dan praktik praktik ketida ketidak-a k-adil dilan an dibiar dibiarkan kan terus-m terus-mener enerus us terjad terjadii tanpa tanpa ada usaha yang serius untuk memperbaikinya. Kedua belah pihak secara bersama-sama harus mempunyai kesep esepaa-ha ham man
tent tentan ang g
baga bagaiimana ana
kead keadiilan lan
pada pada
masa asa
mendatang dapat diwujudkan. Keadilan menurut Merwe (1999) adalah proses interaktif yang menghendaki partisipasi aktif dari kedua belah pihak. Misalnya, soal retribusi, soal rekonstruksi masa lalu, soal pengampunan dan pemaafan, harus dirasakan adil oleh kedua belah pihak. Kedua
belah
pihak
harus
mempunyai kesepahaman bagaimana proses yang adil dalam menangani masalah-masalah ini. Dalam alam duk dukunga ungan n
masa asa dan dan
trans ransiisi mekan ekanis ism me
(mis (misal alny nya a inst in stit itui uisi si
pasc pascak ako onfli nflik) k) untu untuk k
ketik etika a
mewuj ewujud udka kan n 93
keadil keadilan an sering sering kali kali tidak tidak dapat dapat ditera diterapka pkan, n, yang yang kemudi kemudian an mengemuka justru persepsi satu dimensi mengenai keadilan (salah – benar). Hal ini malah akan bersifat kontra-produktif. Dala Dalam m hal hal in inii bany banyak ak sarj sarjan ana a berp berpen enda dapa patt bahw bahwa a kons konsep ep kead keadil ilan an
trans transis isii
(trans (transiti itional onal
justic jus tice) e)
lebi bih h
layak
untuk
dikedepankan.
Rekonsiliasi, Kebenaran dan Ingatan Satu kata kunci untuk mencapai rekonsiliasi terletak pada cara bagaimana menyikapi soal kebenaran di masa lalu, yang pada akhirn akhirnya ya akan akan berkai berkaitan tan dengan dengan persol persolan an sejara sejarah h dan ingatan ingatan.. Maksud Maksudnya nya adalah adalah bahwa bahwa rekons rekonsili iliasi asi memerl memerluka ukan n kese esepak pakatan
di
anta ntara
kelompok-kel -kelo ompok pok
menge ngenai nai
baga bagaim iman ana a masa masa lalu lalu haru harus s di dipa pand ndan ang. g. Deng Dengan an kata kata lain lain,, harus harus ada kesepak kesepakata atan n antara antara kelomp kelompokok-kel kelomp ompok ok tentang tentang aspek ‘kebenaran’ (truth) yang terjadi di masa lalu tersebut. Namu Namun n pers persoa oala lanny nnya a tida tidakl klah ah sesed seseder erha hana na itu, itu, mengi menging ngat at beber beberap apa a perso persoal alan an kemu kemudi dian an akan akan menge mengemu muka ka.. Pert Pertam ama, a, karena
biasanya
antara
pihak
yang
bertikai
terdapat
perbe perbeda daan an tent tentan ang g versi versi keben kebenar aran an yang yang mere mereka ka pegan pegang. g. Pertany anyaanny annya a;
versi
kebena benarran
siapak pakah
yang
harus
dipegang? Kalau terdapat perbedaan versi, bagaimana mereka 94
haru harus s menc mencar arii titi titik k teng tengah ah anta antara ra pelb pelbag agai ai maca macam m vers versii tersebu tersebut? t? Kedua, Kedua, bagaim bagaimanak anakah ah carany caranya a kebenar kebenaran an itu itu bis bisa a diun di ungk gkap ap? ? Meka Mekani nism sme e dan dan in inst stru rume men n apak apakah ah yang yang dapa dapatt diandalkan untuk mengungkap kebenaran tersebut? Pada titik inilah kaitan antara masa lalu, kebenaran, aspek sejarah dan ingatan akan saling berkaitan satu sama lain. Kejadian-kejadian yang telah terjadi pada masa lalu akan selalu menjadi bagian dari ingatan orang-orang dan komunitas komunitas yang menyaksikannya, sebagian lagi akan menjadi fakta-fakta seja sejara rah. h. Denga Dengan n begit begitu u jela jelasl slah ah,, bahwa bahwa keben kebenar aran an tent tentang ang masa masa lalu lalu sebagi sebagian an akan akan sang sangat at terg tergan antu tung ng kepa kepada da fakt faktor or ingat gatan,
sebag bagian
lagi
aka akan
sangat ngat
tergant gantun ung g
kepa epada
‘kecanggihan’ sejarah sebagai mekanisme perekam kejadiankejadian faktual. Persoalannya akan menjadi rumit manakala seja sejara rah h ju juga ga tida tidak k akan akan sepe sepenu nuhn hnya ya bi bisa sa sera seratu tus s pers persen en objektif, sahih dan terandalkan dalam merekam fakta sejarah. Kebena enaran kesah esahiihan han
seja ejarah dan dan
dal dalam
ukuran
keter eteran anda dallanny annya a
obye byektivitas,
seri serin ng
juga uga
tingka gkat
dira di ragu guk kan. an.
Kekura Kekurangan ngan ini biasan biasanya ya ditutu ditutupi pi oleh oleh faktor faktor ingata ingatan, n, yakni yakni seber seberap apa a jauh jauh masy masyar arak akat at bi bisa sa mengg mengguna unaka kan n meka mekani nism sme e ingatannya untuk mengatasi kekurangan dalam fakta sejarah 95
tersebut. Persoalanya justru kemudian menjadi lebih rumit lagi, mengingat ingatan sebagai suatu proses kognitif dan sebagai suatu proses konstruksi sosial justru sangat rentan terhadap distorsi
dan
pengelabuan.
Dengan
demikian,
jika
meng mengan anda dalk lkan an kebe kebena nara ran n tent tentan ang g masa masa lalu lalu pada pada fakt faktor or ingatan, kemungkinkan timbulnya konflik ingatan dibandingkan dengan konflik sejarah lebih mungkin terjadi. Persoalan yang kemudian
menjadi
pelik
adalah
bagaimana
caranya
mereko merekonsi nsilia liasi si sejara sejarah h sekali sekaligus gus ingata ingatan n tentang tentang masa masa lalu lalu tersebut. Mengenai hal ini terdapat pelbagai macam solusi. Pertama, soal soal-s -soa oall menge engena naii aspe aspek k keben ebenar aran an di masa asa lal lalu yang yang menjadi pelik karena lemahnya faktor kebenaran sejarah dan tentu saja soal ingatan, akan dicoba diatasi dengan memakai wasi wasitt atau atau haki hakim m (arbitrase atau atau pendek pendekata atan n hukum) hukum) untuk untuk menentukan mana yang paling benar. Dalam hal ini tentu saja mekanisme hukum akan menjadi andalannya. Beberapa orang misalnya menyakini bahwa pencarian aspek kebenaran melalui jal jalur ur huku hukum m in inii lebi lebih h memu memung ngki kink nkan an terp terpen enuh uhin inya ya aspe aspek k kead keadil ilan an bagi bagi semua semua pi piha hak. k. Namu Namun n seba sebagia gian n yang yang lain lainny nya a justru
memanda andan ng
proses
pen pencar carian
keben benaran
lewat 96
pengadi pengadilan lan misaln misalnya ya hanya hanya akan akan menghas menghasilk ilkan an ‘pihak ‘pihak yang yang menang’ dan ‘pihak yang kalah’, yang justru di kemudian hari berpo-tensi meninggalkan luka dan dendam baru, yang pada satu saat akan berpotensi menimbulkan konflik baru. Pendekatan kedua, kedua, menco mencoba ba menye menyele lesa saik ikan an perbed perbedaa aan n mengenai
masa
lalu
memperbincangkannya,
ini
mencari
dengan makna
mencoba baru,
serta
merundi merundingka ngkan n di antara antara pihak-p pihak-piha ihak k yang yang terkai terkait. t. Apa yang diingi dii nginka nkan n adalah adalah bukan bukan sekada sekadarr mencari mencari kebena kebenaran ran hukum hukum atas atas masa masa lalu lalu,, namu namun n yang yang lebi lebih h pent pentin ing g adal adalah ah adan adanya ya pemaknaan baru dan kesepakatan baru tentang apa yang telah terjadi di masa lalu. Pendekatan
ketiga
mengg enggab abun ungk gkan an kedu kedua a
adalah
dengan
mencoba
pend pendek ekat atan an di atas atas..
Ada prose roses s
pengu pengungk ngkap apan an keben kebenar aran an denga dengan n pende pendeka kata tan n huku hukum m dan dan seka sekali ligus gus us usaha aha untuk untuk mere mereko kons nsil ilia iasi si dan mene menego gosi siasi asika kan n persoalan masa lalu tersebut. Pola ini adalah yang paing ideal untuk sebuah gerakan rekonsiliasi. Berdamai atau melakukan rekons rekonsili iliasi asi,, yang intiny intinya a memaaf memaafkan kan kesala kesalahan han pihak pihak lain, lain, tidak tidak bera berart rtii bahw bahwa a kesa kesala lahan han di masa masa lalu lalu di dilu lupa paka kan n dan dan kebe kebenar naran an tent tentan ang g hal itu itu tida tidak k di diun ungk gkapk apkan an.. Semua Semua pi piha hak k 97
perlu mendapat kejelasan tentang apa sebenarnya yang terjadi pada masa lalu. Kekaburan pengertian tentang kejadian pada masa lalu akan terus-menerus menimbulkan perasaan saling tidak percaya (mistrust), atau paling tidak akan menjadi beban ingatan (memory burden) mengenai kejadian tersebut. Hal ini di kemudian hari akan menjadi rintangan untuk mewujudkan rekonsiliasi. Beck Becker er (199 (1990) 0) menga mengait itka kan n isu isu kebe kebenar naran an,, kead keadil ilan an dan dan transformasi sosial dalam rangka rekonsiliasi sebagai berikut: To advance the process of social cial reparation, it will be nece necess ssar ary y to publ public icly ly est establi ablish sh the the trut truth h of the the victi ictim ms’ experience. Truth, in this case, means the end of denial and silence. It means facing pain, loss, and conflict that have been inte in tent ntiional onally ly avoid voided ed in the the beli belief ef that that if thi things ngs are are not mentioned they cease to exist and that wounds not reopened will will allow allow social social peace. peace. Establ Establish ishing ing the truth truth is necessa necessaril rily y linked to demands for justice, but the process cannot and must not end there. Clarifying responsibilities for what happened is a necessary but not a sufficient condition for obtaining truth. At both the individual individual and collective collective levels, the capacity for being moved ethically and emotionally must be recovered. (Becker, 1990: 133) Negara yang punya pengalaman dalam mengungkap aspek kebenar kebenar-an, -an, keadil keadilan an dan rekonsi rekonsilia liasi si adalah adalah Afrika Afrika Selata Selatan. n. De p u t y
chairperson
TRC
commission,
Alex
Boraine,
mengungkapkan pengalaman Afrika Selatan sebagai berikut:
98
To seek truth is not necessity an act of revenge, nor does it need to deteriorate into a witch-hunt. To know the truth is to counter the deceit, the cover-ups, which characterize much of oppression in South Africa. In this sense, truth is the beginning of reco reconc ncil ilia iati tion on.. To perp perpet etua uate te the the livi living ng of a lie lie make makes s reconciliation impossible. (Boraine, 1994: x) Bagi Shriver isu kebenaran dan pemaafan adalah elemen terpenting dalam rekonsiliasi. Bagi dia rekonsiliasi tidak akan tercapai kalau dua hal ini tidak dibicarakan sungguh-sungguh oleh para pihak yang bertikai. Lebih lanjut ia mengatakan: Begins with a remembering and a moral judgment of wrong, inju in just stic ice, e, and and in injjury… ury… Ab Abse sent nt a prel prelim imiinary nary agre agreem emen ent t between two or more parties that there is something from the past to be forgiven, forgiveness stalls in the starting gate. (Shriver, 1995: 7) Jel Jelas asla lah h keli keliha hata tan, n, bahwa bahwa aspek aspek keben kebenar aran an tidak tidak dapat dapat dilepask askan
dari
Mengingat
dalam
dire di reko kons nsil ilia iasi sika kan n
per persoal oalan suatu
meme memerl rluk ukan an
mengi ging nga at masya-rakat adan adanya ya
(remembrance). (remembrance). yang
pert pertau auta tan n
akan inga in gata tan n
denga dengan n masa masa lalu lalu.. Dala Dalam m penge pengert rtia ian n in ini, i, masy masyar arak akat at teta tetap p perlu perlu mengi menginga ngatt keja kejadi dian an-k -kej ejadi adian an ters tersebu ebutt tanpa tanpa di dise sert rtai ai dengan dengan perasa perasaan an dendam, dendam, melain melainkan kan meneri meneriman manya ya dengan dengan ikhl ikhlas as seba sebaga gaii bagi bagian an dari dari masa masa lalu lalu.. Kehi Kehila lang ngan an ingat ngatan an terh terhad adap ap masa masa lalu lalu adal adalah ah kehi kehila langa ngan n jati jati di diri ri masy masyar arak akat at seca secara ra
kese keselu luru ruha han. n.
Masy Masyar arak akat at
meme memerl rluk ukan an
kesa kesama maan an 99
pengetahuan mengenai ingatan kolektif tentang masa lalu, dan dengan begitu identitas yang sama dapat ditegakkan. Tidak ad a
lagi
perpecahan
yang
disebabkan
karena
adanya
perbedaan dalam faktor ingatan kolektif. Where common memory is lacking, where men do not share in the same past there can be no real community, and where community is to be formed common memory must be created… The measure of our distance from each other in our nations and our groups can be taken by noting the divergence, the separateness and leack of sympathy in our social memories. Conversely the measure of our unity is the extent of our common memory. (Niebuhr, 1941: 9). A society cannot reconcile itself on the grounds of a divided memo memory ry.. Si Sinc nce e memo memory ry is id iden enti tity ty,, this this woul would d resu result lt in a divided identity. It would thus be important to reveal the truth and so build a moral order. (Zalaquett, 1994: 13). Sehubun Sehubungan gan dengan dengan persoal persoalan an ingata ingatan n ini, ini, memang memang ada keengganan dan resistansi yang besar untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada masa lalu. Mengingat begitu banyak banyak kekera kekerasan san-ke -keker kerasa asan n dan pelangg pelanggara aran-pe n-pelan langgar ggaran an hak hak asas asasii manus anusia ia yang yang tela telah h terj terjad adii di masa asa lalu, alu, yang ang notab notabene ene bany banyak ak mengi mengingg nggal alka kan n peras perasaa aan n trau trauma mati tik. k. Bagi Bagi para pelaku ( perpetrator perpetrator ), ), jika pelanggaran ini diungkap maka akan berisiko kepada posisi politik mereka di saat sekarang, atau kemungkinan untuk mendapatkan hukuman jika terbukti 100
bers bersal alah ah.. Bagi Bagi para para korb korban an,, peng pengun ungk gkap apan an in inii ju juga ga tida tidak k mudah karena akan berisiko pada pembangkitan kembali lukaluka lu ka lama lama yang yang sebe sebenar narny nya a in ingi gin n mere mereka ka lu lupak pakan. an. Namu Namun n menurut Jelin (1994), walaupun pahit hal ini selayaknya tetap harus diungkap. Karena, walau bagaimanapun, ingatan tidak akan pernah bisa diabaikan dan dilupakan begitu saja, bahkan demi dalih untuk ke masa depan sekalipun. [The] human rights movement is an ‘entrepreneur’ attempting to promote a certain kind of memory. Its adversaries belong to two political streams with alternative ideological projects: there are those who want to glorify the behavior of the military as hero heroes es…, …, and and ther there e are are thos those e who who seek seeks s to heal heal soci societ ety’ y’s s wounds and conflicts through forgetfulness and ‘reconciliation’, concen concentr trat atin ing g their their effo effort rts s on the (eco (econom nomic ic and and polit politic ical al)) urge urgenc ncie ies s of the the prese resent nts s and and tryi trying ng to ‘look look towa toward rd the the future’…[The goal of the human rights movement] is a political and ideological task that stems from identifying remembrance with the construction of political culture and identity. (Jellin, 1994: 50) Lebih lanjut, Jellin mengatakan : Only when the incorporation of historical events becomes an active and dynamic process can it feed into the construction of a democratic culture and collective identity. In this sense, there is a doubl double e hi hist stor oric ical al dange danger: r: obli oblivi vion on and void void fost foster ered ed by pol polit itiics and and its its compl omplem emen ent, t, rit rituali ualize zed d repe repeti tittion ion of the the traumatic and sinister story, of tragedy reappearing constantly without the chance for new subjectivities to emerge. (Jellin, 1994: 53) Ter Terle lepa pas s dari dari pola pola mana ana yang yang akan akan di dite tem mpuh puh dala dalam m pene enegak gakan
keber beraran,
harus
diinga ngat
bahw ahwa
pen pencar carian 101
keben ebenar ara an
pada pada masa asa
lalu alu
haru harus s
menj enjamin amin terca ercapa paiinya nya
reko rekons nsil ilia iasi si,, bukan bukan mala malah h sebal sebalik iknya nya meni menimb mbulk ulkan an konf konfli lik k baru. Proses rekonsiliasi seharusnya menjadi sarana yang tepat untuk merekonsiliasi ingatan terhadap masa lalu.
Rekonsiliasi dan Rasa Aman / Pemberdayaan Rekonsil siliasi hubu ubunga ngan
pada ada
inti ntinya
antarkelompok
ke
adal dalah arah
per perubahan han
hubu ubungan gan
baru
dala alam yang ang
diland dil andasi asi oleh oleh tingka tingkatt keperca kepercayaa yaan n (trust) tertent tertentu. u. Karena Karena proses membangun saling percaya (trust building) ini adalah mutl mutlak ak—da —dan n selam selama a dala dalam m prose prosesny snya a masi masih h akan akan terd terdap apat at risiko pola kekerasan bisa muncul kembali—makanya selama proses ini tingkat rasa aman (security) antarkelompok harus bisa bis a dij dijami amin. n. Harus Harus ada jamina jaminan n bahwa bahwa eskala eskalasi si kekera kekerasan, san, atau ataupu pun n peny penyal alah ahgu guna naan an keku kekuas asaa aan n sepe sepert rtii yang yang pern pernah ah dilakukan pada masa lalu, tidak akan terulang lagi. Di tempat-tempat di mana konflik sering ditandai dengan pelanggaran berat hak asasi manusia serta eskalasi kekerasan, diperlukan perlindungan bagi kelompok-kelompok untuk tidak terkena eskalasi kekerasan. Kalau perlu, diciptakan semacam zona
damai
di
mana
kelompok
bisa
merasa
aman. 102
Perl Perlin indu dung ngan an rasa rasa aman aman ju juga ga di dibu butu tuhk hkan an kelom elompo pok k dari dari kemung-kinan untuk terancam tidak hanya dalam pengertian fisi fisik, k, tapi tapi ju juga ga kete ketera ranc ncam aman an seca secara ra verb verbal al,, oleh oleh pros proses es ‘labeling’ labeling’ dan lain-lainnya.
Rekonsiliasi dan Pemulihan Satu pertanyaan penting dalam proses rekonsiliasi adalah apakah
rekonsiliasi
pem pemul uliihan han
baik baik
pada pada
menghasilkan tingka ngkatt
penyembuhan
indi in divi vidu dual al,,
kom komunit unitas as
dan dan dan
nasional? Terkadang kita berhadapan dengan lingkaran setan rekonsiliasi-pemulihan. Rekonsiliasi diasumsikan memerlu-kan tingkat pemulihan tertentu untuk bisa terwujud; pulih dulu baru rekons rekonsili iliasi asi.. Di lain lain pihak, pihak, kalau kalau rekonsi rekonsilia liasi si tercapa tercapai, i, maka maka pemulihan adalah hasil akhir dari proses rekonsiliasi tersebut. Ter Terle lepa pas s
dari dari su suka karn rnya ya mena menari rik k bata batas s
dala dalam m peng penger erti tian an
anteseden-konsekuen dari pemulihan atau penyembuhan dan rekonsiliasi, yang terpenting adalah proses rekonsiliasi harus seca secara ra
bers bersun ungg gguh uh-s -sun ungg gguh uh
meng mengup upay ayak akan an
terc tercap apai ainy nya a
proses penyembuhan (pemulihan) baik pada tingkat individual, komu komuni nita tas s dan dan masy masyar arak akat at (Win (Winsl slow ow,, 19 1997 97,, Merw Merwe, e, 19 1999 99), ), seperti yang dikatakan Desmond Tutu sebagai chairperson TRC di Afrika Selatan: 103
Our nation needs healing. Victims and survivors need healing. Perpetrator are, in their own way, victims of apartheid system and they, too, need healing (Tutu, 2000: ). Sama
dengan
komponen
rekonsiliasi
lainnya,
penyembuhan atau pemulihan (healing) lebih tepat dipandang dipandang seba sebaga gaii pras prasya yarrat dan dan sek sekali aligus gus hasi hasill akhi akhirr dari dari pros proses es reko rekons nsil ilia iasi si.. Maks Maksud udnya nya,, tingk tingkat at pemul pemulih ihan an tert tertent entu u dalam dalam indi div vidu
dan
kelompok
dip di perlukan
supay paya
mereka
bis bi sa
melangkah ke proses rekonsiliasi dalam skala yang lebih besar. Sebalik Sebaliknya nya kalau kalau rekonsi rekonsili liasi asi tercapa tercapai, i, proses proses penyemb penyembuhan uhan atau pemulihan baik pada tingkat individu, kelompok ataupun bang bangsa sa bi bisa sa di dipe perc rcep epat at,, seba sebaga gaim iman ana a di dika kata taka kan n Mont Montvi vile le (1989 & 1983).
Islah Sebagai sebuah istilah, islah diartikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia
penye penyele lesa saia ian n
(KBBI)
sebagai
‘perdamaian
atau
suat su atu u pert pertik ikai aian an’. ’. Menu Menurut rut Muba Mubaro rok k (200 (2001) 1),,
istilah islah berasal dari kosa kata bahasa Arab yang berarti kurang lebih sama dengan rekonsiliasi. Lebih lanjut Mubarok (2001) mengatakan: In Arabic Language, reconciliation called as “ishlah” which is from the world of “Shalaha” “ Shalaha”.. “Shalaha” Shalaha” defines as an opposite 104
meaning of damage, that is good, proper, suitable and peaceful reconciliation and compromise… Furthermore, the term of ishlah in the Quran means to improve ourselves ourselves toward toward other person, person, family family,, or even society. society. In the surah surah of as-Syur as-Syura/4 a/42:4 2:40, 0, Ishlah Ishlah is recomm recommende ended d for people people who are suffering suffering from a despotic despotic government. government. In this context, context, they are encouraged to forgive and to treat people who made despotic action nicely, though they are able to make revenge. (Mubarok, 2001: 65-66) Dari Dari defi defini nisi si ters terseb ebut ut,, jela jelas s bahw bahwa a isti istila lah h isla islah h adal adalah ah pengertian umum yang mencakup rekonsiliasi, resolusi konflik dan perda perdama maia ian. n. Land Landasa asan n utam utama a dari dari isla islah h adala adalah h adany adanya a kese esedi dia aan
dari
korban ban
untuk
tidak
membala alas
den dendam,
sungguhpun ia diperbolehkan untuk dan bisa melakukannya. Nila Nilaii keut keutam amaa aan n dari dari isla islah h terl terlet etak ak pada pada kema kemamp mpua uan n dan dan kemaua kemauan n untuk untuk member memberika ikan n maaf maaf kepada kepada pihak pihak yang yang telah telah menyeb menyebabk abkan an penderi penderitaa taan n (berbuat (berbuat zalim) zalim) terhada terhadap p korban. korban. Dalam perspektif Al Qur’an lebih lanjut dikatakan bahwa islah diangga dianggap p sebagai sebagai suatu suatu bentuk bentuk penyele penyelesai saian an konfl konflik ik secara secara bijaksana.
105
Ingatan (Memory (Memory ) Bagaimana Bagaimana manusia mengingat mengingat masa lalunya lalunya adalah adalah salah satu pertanyaan utama yang menjadi perhatian banyak sarjana dan penel penelit itii dari dari pelb pelbaga agaii macam macam di disi sipl plin in ilmu ilmu,, mula mulaii dari dari biolog biologi, i, psi psikol kologi ogi,, fil filsaf safat, at, antrop antropolo ologi gi hingga hingga sosiolo sosiologi. gi. Jalan Jalan panja panjang ng dala dalam m rangk rangka a menja menjawa wab b perta pertanya nyaan an di atas atas tela telah h mengha nghas silkan
bany banyak ak
temu emuan
dan
teori.
Studi
tent entang
meng mengin inga gatt (remembering) remembering) dan tentang ingatan (memory ) dala dalam m pers perspe pekt ktif if ingat ngatan an in indi divi vidu dual al (indivi individual dual memory memory )— )— terutama dalam model kognitif atau yang sering juga disebut deng denga an
model odel peng pengol olah ahan an in infform ormasi asi
(human human inform informati ation on
processing)—p processing)—pada ada umumny umumnya a mendom mendomina inasi si liter literatu atur-l r-lite iterat ratur ur psikologi mengenai ingatan. Disertasi ini tidak akan membahas ingatan dalam pengertian dan perspektif ini, namun difokuskan kepada ingatan dalam pengertian ‘shared ‘shared memory’ atau yang lebih
sering
disebut
seba ebagai gai
ingat gatan
kolekt ektif
(collective
memory ). ). Pembaca Pembaca yang ingin mempelajari mempelajari literatur literatur mengenai mengenai studi st udi in inga gata tan n dalam dalam persp perspek ekti tiff in indiv dividu idual al dan dan kogni kogniti tiff bi bisa sa meli melihat hat pada pada Badde Baddele ley, y, 19 1983 83;; Bole Boles, s, 19 1988 88,, Neis Neisser ser,, 19 1982 82,, Neisser & Winograd, 1988; Parkin, 1987; Ross, 1991, Tulving & Craik, 2000. 106
Pembaha Pembahasan san beriku berikutt akan akan mengura menguraik ikan an lebih lebih lanjut lanjut soal soal ingatan kolektif ini, dan terutama kaitannnya dengan konflik dan rekonsiliasi.
Ingatan Kolektif (Collective (Collective Memory ) Who are the keeper of collective memories? In the final analysis, we all are. (Neal, 1998: 213) Kebanyakan riset dan teori dalam psikologi pada umumnya difo di foku kuss-ka kan n
pada pada
pros proses es
peny penyim impa pana nan n
dan dan
pema pemang nggi gila lan n
kembali (recall) in info form rmasi asi yang yang su suda dah h di disi simp mpan an dalam dalam di diri ri indi in divi vidu. du. Pros Proses es-pr -prose oses s kogni kogniti tiff yang yang menda mendapa patt perha perhati tian an utama
adal dalah
seper perti
prose oses
jejak
ingatan
(mnemonic),
penyimpanan dan pemanggilan (storage (storage and retrieval), akurasi ingatan (accur (accuracy acy of recoll recollect ection ion)). Dala Dalam m bi bida dang ng psi psiko kolo logi gi,, studi st udi menge mengena naii in ingat gatan an secar secara a tradi tradisi siona onall di dise sera rahk hkan an pada pada psikolog eksperimental atau psikolog kognitif. Akhir-akhir ini, bidang psikologi sosial mulai menggeser pusat studinya kepada psikol psi kologi ogi sosial sosial yang yang lebih lebih berori berorient entasi asi pada analis analisis is tingka tingkatt kelo kelomp mpok ok sosi sosial al (grou group p leve levell of anal analys ysis is)) ketimbang ketimbang hanya sekadar invidual. Kesadaran ini misalnya mulai dilontarkan oleh Steph Stephan an & Steph Stephan an (198 (1985) 5) dalam dalam bukuny bukunya a The The Two Two Soci Social al 107
Psychol Psy chologi ogies: es: An integr integrate ated d Approa Approach. ch. Menu Menuru rutt Step Stepha han n & Step Stepha han n (198 (1985) 5),, ting tingk kah laku aku sosi sosial al manus anusia ia hany hanya a bi bisa sa dije di jela lask skan an deng dengan an lebi lebih h memu memuas aska kan n jika jika penj penjel elas asan an pada pada ting tingka katt in indi divi vidu du (indivi individual dual level level)) berj berjal alan an para parale lell deng dengan an penjela penjelasan san pada pada tingka tingkatt kelomp kelompok ok (group group leve levell of analy analysi sis s). Kons Konsep ep in inga gata tan n kole kolekt ktif if,, collec collectiv tive e memory memory— —in ingat gatan an yang yang dipunyai oleh kelompok sosial—menjadi subjek penelitian dari banyak psikolog sosial akhir-akhir ini (Pennebaker, dkk, 1997), dan menjadi konstruk yang signifikan dalam kaitannya dengan konf konfli lik k
etni etnik k
(Cai (Cairn rns s
&
Roe, Roe,
2003 20 03). ).
Pene Peneli liti tian an-p -pen enel elit itia ian n
meng mengen enai ai in inga gata tan n kole kolekt ktif if,, tamp tampak akny nya a adal adalah ah sala salah h satu satu respon terhadap buku Stephan & Stephan tadi. Akar pemikiran mengenai ingatan kolektif dapat ditelusuri pada Durkhe Durkheim im (1912) (1912) seorang seorang pemiki pemikirr sosiol sosiologi ogi terkem terkemuka uka.. Konsep
Durkheim
mengenai
‘collect collective ive
represe representa ntatio tions’ ns’
misalnya dimaksudkan sebagai bagaimana suatu masyarakat atau kelompok mengembangkan sistem kepercayaan mereka sendiri, dan pada akhirnya hidup dalam representasi itu serta kemudi kemudian an menjad menjadii ciri ciri dan identi identitas tas mereka mereka.. Bartle Bartlett tt (1923, (1923, 1932 19 32)) seor seoran ang g psi psiko kolo log g sosi sosial al ekspe eksperi rime menta ntall dala dalam m kary karya a monum monument ental alny nya a yang yang berj berjudu udull Rem Remembe emberi ring ng:: A Stud Study y in 108
Experimental and Social Psychology, meletakkan batu pertama dalam studi ingatan ke arah ingatan kolektif. Penjelasan Bartlet (193 (1932) 2),, tenta tentang ng penti pentingn ngnya ya repr repres esent entas asii sosi sosial al dan dan pros proses es rekonstruksi
sosial
dalam
proses
mengingat
telah
memp memper erli lihat hatka kan n kele kelema mahan han pend pendek ekat atan an kogni kogniti tiff in indi divi vidua duall semata dalam menjelaskan bagaimana ingatan dibagi (shared ( shared ). ). Salah satu temuan Bartlett adalah, bahwa konstruksi sosial dan buda budaya ya akan akan memb member erik ikan an sema semaca cam m ‘ske ‘skema ma sosi sosial al’’ yang yang membuat hasil recall dalam studi ingatan menjadi bias. Hasil eksper eksperime imentas ntasii sosial sosial Bartle Bartlett tt menyim menyimpul pulkan kan bahwa bahwa ketika ketika pros proses es mengi menging ngat at di dile leta takk kkan an dala dalam m kont kontek eks s sosia sosial, l, prose proses s rekonstruksi sosial lebih memungkinkan terjadi daripada hanya sekadar mekanisme kognitif, recalling. recalling. Ide Ide
tenta entang ng
inga in gata tan n
kolek olekttif (colle (collecti ctive ve
memory) memory)
ini
kemudian menjadi sangat terkenal setelah dikembangkan oleh Maur Mauriice
Halbw albwac achs hs
(195 (1950/ 0/
1980 19 80;;
198 982) 2),,
seor seoran ang g
muri urid
Durkheim, yang banyak belajar dan mengajar psikologi sosial (Coser (Coser,, 1992) 1992).. Sejak Sejak Mauric Maurice e Halbwa Halbwach ch mempelo mempelopor porii konsep konsep collective memory , sejumlah sarjana dan peneliti dari pelbagai latar belakang disiplin ilmu mulai mengeksplorasi konsep ini deng dengan an pelb pelbag agai ai vari varias asii pers perspe pekt ktif if teor teorii dan dan meto metodo dolo logi gi,, 109
misalnya: Connerton, 1989; Fentres & Wickham, 1992; Huton, 1993; Middleton & Edwards, 1990b; Neiser, 1982; Neisser & Winograd, 1988; Pennebaker & Banasik, 1997; Schwartz, 1982, Cairns & Roe, 2003, untuk menyebut beberapa di antaranya. Menu Menuru rutt Halb Halbwac wachs hs dan pengi pengiku kutt-pe pengi ngiku kutn tnya ya,, in ingat gatan an adalah suatu konstruk yang tidak bisa dipisahkan dari domain sosial tempat orang tinggal. Posisi Halbwachs ini juga didukung oleh oleh ps psik ikol olog og Rusi Rusia a Lev Vy Vygo gots tsky ky (Wer (Werts tsch, ch,19 1985 85). ). Masi Masingngmasi masing ng mere mereka ka memp memper erta tany nyak akan an anggap anggapan an bahwa bahwa in inga gata tan n hanya hanya ada pada pada individ individu. u. Halbwac Halbwachs hs (1922) (1922) berarg berargume umentas ntasii bah bahwa pada pada haki hakika katn tnya ya ham hampi pirr sem semua ingat ngatan an manus anusiia dibentuk dan diorganisir dalam konteks kolektif. Hampir semua keja kejadi dian an,,
peng pengal alam aman an,,
dibe di bent ntuk uk
lewa lewatt
inte in tera raks ksii
indi in divi vidu du
dengan orang lain. Karenanya masyarakat akan memberikan bingkai (framework) pada keyakinan-key keyakinan-keyakinan akinan,, pengetahuan, pengetahuan, tingkah tingkah laku dan proses-proses proses-proses rekoleksinya. rekoleksinya. Asumsi Vygotsky hampir sama Halbwachs, dengan mengatakan bahwa ingatan oran orang g dewa dewasa sa sang sangat at terg tergan anttung ung pada pada masya asyara raka katt atau atau komu komuni nita tas. s. Mek Mekanis anisme me sosi sosial al yang yang meng mengar arah ahka kan n in inga gata tan n adalah bahasa dan wacana (discourse). (discourse). Bahasa dan wacana merupak merupakan an simbol simbol utama utama yang yang akan akan mendef mendefini inisik sikan an bingkai bingkai 110
ingatan ingatan manusi manusia, a, yang yang dalam dalam hal ini sangat sangat terika terikatt kontek konteks s sosial (Bakhursts, 1990). Halbwach lebih lanjut mengatakan bahwa kelompok sosial atau
kelo elompok pok
kul ulttural
menye nyediakan
dasar sar-d -da asar sar
bagi bagi
pembentukan ingatan, dan yang akan menentukan apa yang akan diingat dan bagaimana manusia mengingatnya. Halbwach berbicara mengenai lokalisasi ingatan (localization of memory) deng denga an
ber berargu argum men
bah bahwa
ingat ngata an
(memory )
tersebut but
‘berada ‘berada’’ di dalam dalam kelomp kelompok ok-kel -kelomp ompok ok terseb tersebut, ut, dan secara secara bersamaan ada juga ‘di dalam’ individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. What makes recent memories hang together is not that they are contiguous in time: it is rather that they are part of a totality of thoughts common to a group, the group of people with whom we have a relationship at this moment, or with whom we have had a relation on the preceding day or days. To recall them it is hence sufficient sufficient that we place ourselves in the perspective of this group, that we adopt its interests and follow the slant of its reflections. Exactly the same process occurs when we attempt to localize older memories. We have to place them within a totality of memories common to other groups.. (Halbwach, 1992: 52). Salah satu premis utama dari teori Halbwach terletak pada argu argume men-t n-tasi asiny nya a bahwa bahwa pros proses es wacan wacana a dan dan baha bahasa sa adal adalah ah elem elemen en utam utama a dala dalam m in inga gata tan. n. Seseo Seseora rang ng dalam dalam mengi menginga ngatt atau atau memb membua uatt kait kaitan an denga dengan n masa masa lalu laluny nya a adala adalah h denga dengan n 111
cara membicarakannya dengan orang lain. Menurut Halbwach (1952) (1952),, sebagai sebagai makhlu makhluk k sosial, sosial, proses proses menging mengingat at manusia manusia sangat dipengaru dipengaruhi hi oleh interaksi interaksi kita kita dengan orang orang lain, lain, dan pengaruh
dari
interaksi
inilah
yang
pada
akhirnya
mempeng mempengaru aruhi hi proses proses intern internal al kognit kognitif if seseor seseorang ang.. Premi Premis s ini misalnya ditegaskan lagi oleh Neal (1998) sebagai berikut: We usually think of memory as reflected in the retrieval of information that is stored in the brains of individuals. However, in the final analysis, memory is a collective phenomenon. The human human brai brain n is cert certai ainl nly y centr central al to what what we asso associ ciat ate e with with being human. After all, it is the complexity and sophistication of the human brain that sets us apart from all other animals. In the final analysis, however, the contents of the human brain are are prim primar aril ily y soci social al in char charac acte ter. r. It is thro throug ugh h the the us use e of language and other symbols, and through our interactions with others, that we construct the possibilities and the limits of the worl world d arou around nd us us.. Imag Images es of ours oursel elve ves s and and of our our exte extern rnal al environment are shaped by memories that are passed on by legions of men and women we have never known and shall never meet. (Neal, 1998 : 202) Neal eal (199 (1998) 8) ber berpend pendap apat at,, bahw bahwa a hanya anya den dengan gan cara cara mengko mengkonsep nsep-tua -tualis lisasi asikan kan ingata ingatan n dengan dengan cara cara seperti seperti inilah inilah kita kita puny punya a cara cara untu untuk k memu memula laii di dime mens nsii baru baru dala dalam m st stud udii menge engena naii in inga gata tan, n, dan dan
yang yang akan akan mengh enghub ubun ungk gkan an kita ita
dengan masa lalu. Dalam hal ini ingatan individual tidak lagi dipisah dipisahkan kan dengan dengan kontek konteks s sosial sosialnya nya.. Apa yang yang dii diingat ngat dan
112
bagaimana cara kita mengingat dalam suatu konteks sejarah, politik, sosial, dan budaya menjadi sangat penting. Ingata Ingatan n kolekt kolektif if (collective (collective memory) memory) sering sering dis disama amarka rkan n peng penger erttianny annya a
deng dengan an
ingat ngata an
sosi sosial al
(soc (s ocia iall
memo memory ry)).
Beber Beberap apa a ahli ahli mema memang ng mengmeng-an angga ggap p penge pengert rtia iann nnya ya sama sama saja, di antaranya Swindler & Arditi (dalam Pennebaker, 1997). Seme Sement ntar ara a itu, itu, Paez Paez & Basa Basabe be (199 (1997, 7, dal dalam Penn Penneb ebak aker er,, 1997), membedakan konsep ini. Menurut mereka, “Collective “ Collective memory
as k
how
social
groups
remember,
forget,
or
reappropriate the knowledge of the social past” atau seperti yang dikatakan oleh Wegner sebagai ingatan kolektif adalah: Collective memory is the memory of the society”. Collective memory, on the other hand, can be considered as distributed process of memory or transactive memory. (Wegn (Wegner er ,1 ,199 998, 8, dala dalam m Paez Paez,, Basa Basabe be & Gonz Gonzal alez ez,, 19 1997 97:: 147) Sementara itu, ingatan sosial dianggap sebagai pengaruhpeng pengar aruh uh
fakt faktor or-f -fak akto torr
sosi sosial al
tert terten entu tu
terh terhad adap ap
inga in gata tan n
invidi invididu du atau atau pengaru pengaruhny hnya a terhad terhadap ap ingata ingatan-i n-ingat ngatan an dalam dalam masyarakat (soc social memory can be conc onceiv eived of as the infl in flue uence nce that that cert certai ain n soci social al fact factor ors s have have on the the in indi divi vidu dual al memory or the memory in society ). Terl Terliihat hat di disi sini ni ada ada
113
penajam penajaman an konsep. konsep. Pertam Pertama a dibedak dibedakan an antara antara ‘ingat ‘ingatan’ an’ itu sendi sendiri ri,, apa yang yang di dina nama ma-k -kan an sebag sebagai ai in inga gata tan n yang yang di dibag bagii (shared )oleh )oleh sebagian besar masyarakat atau ingatan kolektif (collec collectiv tive e
memory memory ).
Kedua dua,
yaitu
ingat gatan
sosi osial
(social
memory), memory), atau bagaimana faktor-faktor sosial membingkai dan memp mempee-ng ngar aruh uhii
inga in gata tan n
tadi tadi..
Pada Pada
keny kenyat ataa aann nnya ya
dala dalam m
pelbagai riset perbedaan yang tajam antara social memory dan memory dan colle collect ctiv ive e
memo memory ry tida tidakl klah ah
terl terlal alu u
dipe di pers rsoa oalk lkan an..
Dala Dalam m
memahami ingatan kolektif, kedua hal ini sukar dilepaskan satu sama sama lain. lain. Dari Dari pelbagai pelbagai sumber, sumber, secara secara ringka ringkas s pengert pengertian ian collective memory dapat memory dapat diringkas sebagai berikut : Collective memories are widely shared images and knowledge of a past event that has not been personally experienced, is collectively created and shared, and has social functions. (Schuman & Scott, 1989) Collec Collectiv tive e memori memories: es: those those sociall socially y and cultur culturall ally y influen influenced ced memories that are shared by individuals within different groups of society, and whose main characteristic include : a) These memories have a discursive nature and are based on comm commun unic icat atio ion. n. They They are are cons constr truc ucte ted, d, tran transm smit itte ted, d, and and modified through talk. b). b). Collective rememberring is a dynamic process by which images of the past are influenced by discourses in the present and reinterpreted to the context in wich they are articulated and by reference to their future implications for a nations’s self-understanding and political priorities. c).C c).Col olle lect ctiv ive e memo memori ries es are are cont contes este ted: d: Grou Groups ps batt battle le for for the the acce accept ptan ance ce of thei heir di diff ffer eren entt vers versio ions ns of the past past and and a 114
soci societ ety y’s memor emoriies are are nego negottiate iated d and and def defin ined ed wit withi hin n a context of debate, sometimes fierce and sustained . d). Memory is spatial. Nora (1989:9) notes that memory “takes root in the concrete, in spaces, gestures, images, and objects”. (Burke (Burke,, 1989; 1989; Fentri Fentriss ss & Wickham Wickham,, 1992; 1992; Halbwa Halbwachs, chs, 1980, 1980, 1982; Huyssen, 1995; Middleton & Edwards, 1990; Nora, 1989; 1996; Pennebaker, dkk, 1997; Sturken, 1997; Zelizer, 1995). Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik suatu pengertian dan defenisi yang mencakup keseluruhan pengertian tentang ingatan kolektif (collective (collective memory ) sebagai berikut: Ingat Ingatan an kole kolekt ktif if adala adalah: h: in inga gata tan, n, gamba gambara ran, n, penget pengetah ahua uan n tentang masa lalu alu yang dikenang nang sec secara bersama oleh individu-individu yang ada dalam kelompok. Ingatan tersebut sifatn sif atnya ya dibagi dibagi (shared), (shared), ditrans ditransmis misika ikan, n, dan dil dilangg anggengk engkan an bersama bersama lewat lewat proses proses dis diskur kursif sif (komun (komunika ikasi, si, bahasa, bahasa, tulisa tulisan, n, percakapan, dialog, diskusi, dll) atau juga lewat tindakan nyata (bod (bodil ily y prac practtices ices)) seperti: perayaan d an upacara (commemoration), (commemoration), pergerakan sosial (social movement). movement). Dalam hal ini, ini, antara antara ingata ingatan n individ individual ual dan ingata ingatan n kolekt kolektif if saling saling mele melengk ngkapi api satu satu sama sama lain lain,, dala dalam m arti arti kata kata pros proses es berba berbagi gi bersama bersama secara secara sosial sosial (social (social sharing) sharing) akan membingkai membingkaikan kan dan dan menga engara rahk hkan an pers persep epsi si dan dan ingat ngatan an masi asing-m ng-mas asiing individu tentang masa lalu, dan semacam narasi tentang hal h al itu akan timbul dalam kelompok. Isu dalam ingatan kolektif bukan seka sekadar dar apa apa yang yang di diin inga gat, t, teta tetapi pi mala malah h menga mengapa pa itu itu yang yang diingat dan bagaimana mengingatnya.
115
Ingatan Kolektif dan Ingatan Individual. While the collective memory endures and draws strenght from its base in coherent body of people, it is individuals as group members who remember. (Halbwachs, 1950: 48) Walaupun
maksud
dan
tujuan
disertasi
ini
ingin
mengeksplorasi lebih lanjut isu ingatan kolektif, sejumlah riset tradisional mengenai ingatan dalam psikologi kiranya relevan juga juga untuk untuk di diur urai aika kan, n, terut terutam ama a yang yang berk berkai aita tan n sanga sangatt erat erat dengan kolektif ingatan. Kiranya relevan untuk menguraikan dimensi dari ingatan indi in divi vidua duall yang yang dapat dapat di dite tera rapk pkan an dalam dalam kont kontek eks s sosia sosiall dan dan lebi lebih h jauh jauh baga bagaim iman ana a hubu hubun ngan gan tim timbal bal bali balik knya nya deng dengan an ingatan ingatan kolekt kolektif if.. Seperti Seperti yang yang dikata dikatakan kan Halbwac Halbwachs hs (1950 (1950), ), seti setiap ap kelo kelomp mpok ok past pastil ilah ah terd terdir irii dari dari in indi divi vidu du-i -indi ndivi vidu du yang yang menj menjadi adi anggo anggota tany nya, a, namu namun n sepe sepert rtii ju juga ga prin prinsi sip p Ps Psik ikol ologi ogi Gestalt , keseluruhan tidak sama dengan penjumlahan bagianbagiannya. Ingatan kelompok tidak sama dengan penjumlahan inga in gattan terbentu ntuk
anggo nggota ta-a -ang nggo gotta buk bukan
karena
kelom elompo pok k. penj penjum umllahan han
Ing Ingatan atan elemen
kelom elompo pok k ingat gatan
indi in divi vidua dual, l, namu namun n in ingat gatan an kelo kelomp mpok ok timb timbul ul kare karena na pros proses es 116
pertuka pertukaran ran atau atau proses proses diskurs diskursif if lewat lewat proses proses social sharing sharing yang terjad terjadii antar antar anggota anggota dalam dalam kelomp kelompok ok.. Dalam Dalam bahasa bahasa kelo elompok pok
teor eori
represen sentasi
sosial
(Moscovi ovici,
2000),
penger pengerti tian an in ingat gatan an kole kolekt ktif if in inii bi bisa sa kita kita anal analog ogka kan n sebag sebagai ai representasi
sosial
kelompok
atas
masa
lalu
(social
representation of the past ). ). Studi Studi-s -stu tudi di in inga gata tan n dala dalam m penge pengert rtia ian n psi psiko kolo logi gi kogn kognit itif if indi in divi vidua dual, l,
memb member erik ikan an
isti istila lah h
autobi autobiogr ographi aphical cal
memory memory
(Conway, dkk, 1992; Kotre, 1995; Neisser & Fivush, 1994; Ross, 199 991; 1; Rubi Rubin, n, 19 1986 86,,
199 996) 6) unt untuk menun enunjjuk
baga bagaim iman ana a
sesorang mengingat aspek personal dari masa lalunya. Studistudi
dalam
membah bahas
bida bi dan ng
isu su-i -is su
autobi autobiogr ographi aphical cal
seper perti:
seber berapa
memory memory misalnya jauh
indi div vidu
bisa
mengin mengingat gat kehidup kehidupan an masa masa lampaun lampaunya, ya, bagaim bagaimana ana akuras akurasii dari dari in inga gata tann nnya ya,, meng mengap apa a in indi divi vidu du hany hanya a meng mengin inga gatt hal hal tert terten enttu dan dan melup elupak aka an hal hal tert terte entu ntu lai lainnya nnya.. Kala Kalau u kita ita menempatkan menempatkan posisi autobiograhi autobiograhical cal memory memory dalam konteks ingat in gatan an kole kolekt ktif if,, hal hal itu itu akan akan menam menambah bah dan memp memper erka kaya ya dina di nam mika
dari dari
menga engang ngga gap p
inga in gata tan n
kole kolek ktif. tif.
Hutto utton n
hubu hubung ngan an
antar ntara a
ingat ngatan an
(19 1993 93))
misal isalny nya, a,
indi ndividu vidu
deng dengan an
ingatan ingatan kelomp kelompok ok adalah adalah penting penting,, dalam dalam pengert pengertian ian ingatan ingatan 117
kolektif adalah sarana bagi ingatan individual untuk menempati signifikansi sosial: .. memor emory y is only only able able to endu endure re wit withi hin n su sust stai aini ning ng soci social al contexts. Individual images of the past are provisional. They are are ‘rem ‘remem embe bere red’ d’ only only when when they they are are loca locate ted d with withiin the the concep conceptu tual al st stru ruct cture ures s that that are are defin defined ed by comm communi uniti ties es at large. Without the life-support system of group confirmation, individ individual ual memori memories es wither wither away…e away…even ven indivi individua duall memori memories es have have thei theirr socia sociall di dime mensi nsion on,, for for they they are are in fact fact compos composit ite e imag images es in whic which h perso personal nal remi remini nisce scence nces s are are wove woven n in into to an understanding of the past that is socially acquired. (Hutton, 1993 : 6) Memisahkan dan menganggap yang satu (antara ingatan kolektif kolektif dan ingatan ingatan individu) individu) lebih penting penting dari yang lain akan membawa kita pada pemahaman parsial, dan akan kehilangan dinamika dalam memahami hakikat ingatan manusia (human memory). memory). Inga Ingata tan n kole kolekt ktif if misa misaln lnya ya munc muncul ul seba sebaga gaii hasi hasill interaksi dan proses diskursif dari anggota-anggota yang saling berkomu berkomunik nikasi asi satu satu sama sama lain. lain. Kalaupu Kalaupun n terjadi terjadi kontra kontradik diksi si antara ingatan individual dan ingatan kolektif, proses ini tidak bisa bi sa di dika kata taka kan n sebag sebagai ai peni peniada adaan an satu satu sama sama lain lain.. Wagne Wagnerr (1987) misalnya lebih setuju untuk menggunakan istilah sistem ingatan transaktif (transactive (transactive memory system) untuk merujuk pada proses timbal balik antara ingatan individual dan ingatan kolekt kolektif if.. Menuru Menurutt Wagner Wagner (1997) (1997),, fenome fenomena na ingata ingatan n kolekt kolektif if tidaklah tepat jika diletakkan semata-mata dalam pengertian 118
tempat ber’da’nya (reside (reside); ); apakah berada di dalam individu atau di dalam kelompok, namun di antara keduanya, bahkan mungkin dalam interaksi dan transaksi di antara dan di dalam kelompok
tersebut
(Wagner,
1997).
Lebih
lanjut
ia
mengatakan: This unique quality of transactive memory brings with it the realization that we are speaking of a constructed system, a mode mode of grou group p oper operat atio ion n that that is buil build d up over over time time by its its individ individual ual consti constitue tuents nts.. Once Once in place, place, then then the transa transacti ctive ve memory system can have an impact on what the group as a whole can remember, and, as a result, on what individuals in the group remember and regard as correct even outside the group. In short, transactive memory derives from individuals to form a group information processing system that eventually may return to have a profound influence upon its individual participants. (Wagner, 1987: 191) Feno Fenome mena na sist sistem em in inga gata tan n tran transa sakt ktif if in inii misa misaln lnya ya bi bisa sa dite di tera rapk pkan an untu untuk k menj menjel elask askan an geja gejala la ‘roupthink ’ dari ari Jan Janis (1983),
yang
menga ngatakan
pik pi kiran
kelo elompok pok
kerap
kali
mengambil alih dan lebih berkuasa dari pikiran individual. Ia adal adalah ah
kesa kesada darran
send senden ensi si
piki pi kira ran n
dan dan dan dan
piki pi kira ran n
kelom elompo pok k
kesa kesada dara ran n
yang yang
angg anggot otan anya ya,,
ment entranran-
the
whol whole e
becomes greater than the sum of its parts. parts .
Proses-proses Ingatan
119
Teori Teori-teo -teori ri psi psikol kologi ogi kongnit kongnitif if atau atau pengola pengolahan han inform informasi asi (huma human n
info in form rmat atio ion n
proc proces essi sing ng))
bias bi asa anya nya
memf emfokus okusk kan
perha perhati tian anny nya a pada pada prose proses s bagai bagaima mana na in indi divi vidu du meny menyim impa pan n (store) dan memangg memanggil il kembal kembalii (recall) recall) inform informasi asi (Baddel (Baddeley, ey, 1989 19 89;; Si Siege egel, l, 19 1999 99;; Tulv Tulvin ing g & Crai Craik, k, 20 2000 00;; Wegne Wegner, r, 19 1987 87). ). Walaupun seperti dikatakan Bolles (1998), proses mengingat adalah seni berimajinasi, bahkan tidak ada ‘lokasi’ dalam otak yang yang jela jelass-je jela las s menu menunj njuk ukka kan n di mana mana soal soal masa masa lalu alu itu itu disimpan, “remembering is as act of imagination. There is no stor st oreho ehouse use of in info form rmat atio ion n about about the the past past anyw anywhe here re in our our brain” (Bolles, brain” (Bolles, 1998: xi). Pros Proses es-p -pro rose ses s
inga in gata tan n
dala dalam m
mode modell
psik ps ikol olog ogii
kogn kognit itif if
umumnya dibagi kedalam empat tahap: -
Sens Sensin ing g and and perc percep epti tion on:: yait yaitu u cara cara bagai bagaima mana na
infform in ormasi asi
sampa ampaii
ke
manus anusiia,
dan dan
baga bagaiimana ana
manus anusiia
menyerap informasi tersebut. -
Encoding: proses saat kita memilah-milah, memberi
arti arti dan dan memb member erik ikan an kode kode tert terten entu tu terh terhad adap ap pesa pesan n atau atau informasi -
Storage: sistem dan cara penyimpanan informasi.
-
Retrieval :
proses
yang
memungkinkan
kita
mengambil kembali informasi yang disimpan.
120
Tahapan dan proses ini kalau kita kaitkan dengan ingatan kolekt kolektif if serta serta implik implikasi asinya nya terhada terhadap p resolus resolusii konfli konflik k adalah: adalah: pada tahapan mana saja dalam proses ingatan tersebut yang rentan terhadap pemalsuan dan pengelabuan. Tahapa Tahapan n awal awal dalam dalam proses proses ingata ingatan, n, persepsi persepsi,, misal misalnya nya adala adalah h akar akar dari dari konf konfli lik. k. Keba Kebanya nyaka kan n prem premis is utam utama a dala dalam m literatur mengenai resolusi konflik adalah bahwa persepsi yang berbeda berbeda-bed -beda a terhad terhadap ap suatu suatu hal adalah adalah kerap kerap kali kali menjadi menjadi penyebab penyebab utama utama dari dari konfl konflik ik (Folge (Folgerr & Poole, Poole, 1984; 1984; Singer Singer,, 1998 19 98a, a, 19 1998 98b) b).. Pers Perseps epsii acap acapka kali li sanga sangatt su subj bjek ekti tif, f, muda mudah h berub berubah ah,, bahk bahkan an acapk acapkal alii keli keliru ru yang yang pada pada akhi akhirn rnya ya akan akan makin mempertajam konflik. Walaupun demikian, bukan berarti pada pada tahap tahapan an-t -tah ahapa apan n lain lainny nya a kemu kemungk ngkin inan an untu untuk k timb timbul ul distorsi dan subjektifitas tidak tinggi. Dalam beberapa studi di antaranya; Bartlett (1932); Baddeley (1989); Conway (1996), Rubi Rubin, n,
(199 996) 6),,
jus usttru
menun enunju jukk kkan an
kemb kembal alii (retrieval) retrieval) sepert sepertin inya ya adal adalah ah
pros proses es
pem pemangg anggiilan lan
taha tahapan pan yang yang pali paling ng
rent rentan an terh terhad adap ap bi bias as.. Ingat Ingatan an pada pada keny kenyat ataan aanny nya a tida tidakl klah ah diberi diberi kode, kode, dis disim impan, pan, dan dipanggi dipanggill seperti seperti bagaim bagaimana ana kita kita memahami dalam pengertian ‘mesin’ yang sempurna, namun dalam prosesnya hal-hal seperti subjektivitas, emosi, khayalan, 121
narasi narasi akan akan mewarn mewarnai ai proses proses coding, coding, storage storage dan retrieval (Rubin, 1996). Adany Ad anya a kesal kesalah ahan an dala dalam m prose proses s recalling tidak tidak hanya hanya menyangkut soal akurasi, tapi terkadang juga bahkan orang bisa bi sa mengi enging ngat at dan dan
menge engelu luar ark kan lagi agi
ingat ngatan an tent tenta ang
kejadian-kejadian yang tidak pernah dialaminya sama sekali. Gejala ini sering disebut sebagai: sindroma ingatan palsu, False Memory Syndrom (Loftus, 1979). Bias, subjektifitas dan kesalahan-kesalahan dalam proses ingatan ini ternyata tidak hanya murni gejala individual, tapi diju di jump mpai ai ju juga ga pada pada in inga gata tan n kole kolekt ktif if.. Hamp Hampir ir sama sama denga dengan n gejala gejala pada pada ingata ingatan n indivi individual dual,, fenome fenomena na bias bias pada ingata ingatan n kole kolekt ktif if juga uga ada ada pada pada taha tahap p pers persep epsi si,, encodin encoding, g, storage storage,, terutama
pada
tahap
retrieval. retrieval.
Halbwachs
misalnya
menegaskan menegaskan bahwa: ”even at the moment of reproducing the pas pastt our our imag imagin inat atio ion n rema remain ins s unde underr the the in infl flue uenc nce e of the the present social milieu” milieu” (Halbwach, 1992 : 49). Distorsi atas ingatan kolektif ini kadang-kadang memang disengaja disengaja untuk kepentingan kepentingan politik politik tertentu. tertentu. Dalam kaitannya kaitannya denga dengan n reso resolu lusi si konf konfli lik k dan reko rekons nsil ilia iasi si,, pengel pengelabu abuan an dan dan pendistorsian ingatan kolektif ini bisa merintangi jalan ke arah 122
reko rekon nsili silias asii.
Atau At au
bisa bi sa
juga uga
bisa bi sa
seba seballikny iknya a,
terj terjad adiinya nya
perubaha perubahan n pemaha pemahaman man kita kita atas atas masa masa lalu lalu suatu suatu kelomp kelompok ok yang negatif dan dalam kaitannya dengan identitas kelompok di masa sekarang akan mempermudah jalan ke arah pemaafan dan rekonsiliasi.
Ingatan Kolektif dalam Perspektif Waktu The simple passage of time reshape memory. (Schudson, 1995 : 348) Satu Satu pert pertan anya yaan an pent pentin ing g dala dalam m st stud udii in inga gata tan n adal adalah ah:: apakah apakah ada korela korelasi si antara antara lama lama berjal berjalann annya ya waktu waktu dengan dengan akur akurasi asi in ingat gatan an? ? Studi Studi-st -stud udii klas klasik ik dala dalam m bi bidan dang g psi psiko kolo logi gi kogni kogniti tiff tenta tentang ng in inga gata tan, n, misa misaln lnya ya tent tentang ang kurv kurva a lu lupa pa dari dari Ebbinghaus (Baddeley, 1982) memang memperli-hatkan bahwa ingatan
akan
cenderung
memburuk
sejalan
dengan
berjalannya waktu. Artinya ingatan kita tentang suatu hal dari waktu ke waktu cenderung akan berkurang, yang pada suatu titik
lebih
tepat
dikatakan
sebagai
suatu
bentuk
lupa
(forgetting). forgetting). Prinsip-prinsip dalam ingatan individual ini akan berl berlak aku u ju juga ga pada pada in inga gata tan n kole kolek ktif tif, nam namun tida tidak k dala dalam m penger pengerti tian an yang yang linear sepe sepert rtii
dala dalam m
pers perspe pekt ktif if in inga gata tan n
individual. 123
Schu Schuds dso on
(1995)
menga engattaka akan
bahw ahwa
isu
menge ngenai
ketidak ketidakaku akurat ratan an ingata ingatan n kolekt kolektif if seirin seiring g dengan dengan berjal berjalanny annya a waktu bisa jadi tidak terlalu relevan, dalam pengertian bahwa memang pada kenyataannya dengan berlalunya waktu ingatan kolekt kolektif if pasti pasti sedikit sedikit banyak banyak akan akan berubah berubah.. Paling Paling tidak tidak dua aspe aspek k dari dari in inga gata tan n kolek olekti tiff akan akan beru beruba bah h seja sejala lan n deng dengan an proses berjalannya waktu. Pertama, Pertama, detail tertentu akan mulai berkura berkurang ng dan mungki mungkin n hilang. hilang. Ingatan Ingatan lama-k lama-kela elamaa maan n bis bisa a menjadi lebih kabur (vague (vague). ). Kedua, Kedua, intensionalitas emosi dan perh perhat atia ian n
menge engena naii
hal hal
terse ersebu butt
akan akan terus erus berk berkur uran ang g.
Dengan demikian arti pentingnya ingatan tersebut baik bagi individu, kelompok ataupun bangsa akan menjadi berkurang. Dengan begitu lama-kelamaan suatu ingatan bisa menghilang (fade away ). ). Namun sebegitu jauh tidak ada hukum yang pasti dalam jangka waktu berapa lama suatu ingatan kolektif akan tetap bertahan, dan dalam jangka waktu berapa lama suatu ingat in gatan an kole kolekt ktif if akan akan mengh menghil ilan ang g di dite tela lan n wakt waktu. u. Beber Beberap apa a variabe variabell misal misalnya nya bis bisa a diangga dianggap p sebagai sebagai variab variabel el modera moderator tor terh terhad adap ap peng pengar aruh uh dari dari wakt waktu u terh terhad adap ap in inga gata tan n kole kolekt ktif if.. Pertama, Pertama, akan akan sang sangat at terga tergant ntung ung kepa kepada da seber seberap apa a penti penting ng suat su atu u
inga in gata tan n
dala dalam m
kaitan itanny nya a
den dengan gan
suat su atu u
ident dentit itas as,,
124
teru teruta tama ma id ident entit itas as poli politi tik. k. Semak Semakin in pent pentin ing g su suat atu u in ingat gatan an untuk keberlangsunga keberlangsungan n identitas, identitas, semakin semakin besar kemungkinan ingatan tersebut dilestarikan. Dalam hal ini kepentingan politik, kekuasa kekuasaan, an, faktor faktor kultur kultural al akan akan menent menentuka ukan n seberapa seberapa jauh ingatan kolektif tersebut akan terus ditransmisikan ke generasi berikutnya, termasuk juga seberapa jauh ingatan tersebut akan diubah, dimodifikasi, direkonstruksi ulang, dan atau diciptakan ingatan baru. Dengan tidak terelakkannya dimensi waktu dalam ingatan kolektif, dengan cara yang sama pula faktor waktu sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai suatu sarana untuk mendistorsi ingat in gatan an kole kolekt ktif if.. Schud Schudso son n (199 (1995) 5) misal misalnya nya menye menyebu butk tkan an bahwa strategi ‘distanciation ‘distanciation’’ (membiarkan untuk waktu yang lam lama, sehi sehing ngga ga terci ercipt pta a jara jarak k wak waktu yang yang lama ama deng dengan an peristiwa), adalah lazim dipakai misalnya dalam konteks politik ingatan ingatan.. Misal Misalnya nya,, apa yang yang sebelum sebelumnya nya dikata dikatakan kan sebagai sebagai stra st rate tegi gi pend pendia iama man n in inga gata tan n (the the sile silent nt memo memory ry ). ). Stra Strate tegi gi pendi pendiam aman an in inii bi bias asan anya ya di dipa paduk dukan an denga dengan n kont kontro roll repr represi esi negara untuk tidak mengingat suatu peristiwa. Stra Strate tegi gi ‘distanciation’ distanciation’
yang ang
tidak
dipad paduka ukan
dengan gan
kontrol represif, asal bersifat alamiah dan sukarela sebenarnya 125
tidak tidak selama selamanya nya bersifa bersifatt merugi merugikan kan,, bahkan bahkan seperti seperti prinsi prinsip p umum yang berlaku, time heals all the wounds. wounds. Sedikitnya ada dua dua keun keuntu tung ngan an yang yang di dida dapa patt deng dengan an berl berlal alun unya ya wakt waktu. u. Pertama, Pertama, kemungk kemungkina inan n terjad terjadiny inya a perubaha perubahan n sudut sudut pandang pandang (perspektif). Dengan berjalannya waktu, ada kesempatan untuk mema memann-da dang ng pers persoa oallan pada pada masa masa lalu lalu seca secara ra lain lain,, tida tidak k hanya dari perspektif yang selama ini mereka yakini. Kedua, Kedua, soal peredaan kadar emosi. Dengan berjalannya waktu emosiemosi negatif yang menyertai ingatan kolektif dapat berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
Transmisi Ingatan Kolektif The structure of memory is quite complex and sensitive to both external and internal factors as it i t constructs the past, the present and the future. (Siegel, 1999: 23-23) Satu pertanyaan penting adalah, jika ingatan kolektif tidak harus harus suatu suatu ingata ingatan n yang yang dialam dialamii langsu langsung ng oleh oleh seseora seseorang, ng, lant lantas as dari dari mana mana asal asal us usul ul dan dan data datangn ngnya ya in inga gata tan n itu, itu, dan dan bagaimana ia ditransmisikan. Penelitian dalam bidang ingatan kole kolekt ktif if memp memper erli liha hatk tkan an pelba pelbaga gaii macam macam cara cara masy masyar arak akat at belaja belajarr tentan tentang g masa masa lalu lalu mereka mereka.. Ada ins instit titusiusi-ins instus tusii yang yang akan akan bert bertin inda dak k seba sebaga gaii pena penamp mpun ung g yang yang kons konsis iste ten n bagi bagi 126
penciptaan dan pelanggengan ingatan-ingatan tersebut dalam suatu kelompok atau masyarakat. Dalam kebanyakan literatur, dapat dapat ditelu ditelusuri suri tiga tiga macam macam sumber sumber ingatan ingatan kolek kolektif tif,, yaitu: yaitu: keluarga dan kelompok (Fivush, 1991; Halbwachs, 1992; Hirst & Manier, 1996; Neisser, 1994), pendidikan (Apple & ChristianSmit Smith, h, 19 1991 91;; Fire Firer, r, 19 1998 98;; Frat Fratcz czak ak,, 19 1981 81)) dan dan media media (Far (Farr, r, 1990; Neal, 1998; Nerone & Wartella, 1989; Wegner, 1987). Dalam kebanyakan penelitian, keluarga sering diidentifikasi sebagai institusi awal tempat seseorang mewariskan ingatan kolektifnya. Seperti yang dikatakan Halbwachs: It is true that all sort of ideas can call to mind recollections of our family. In fact, from the moment that family is the group with within in we pass pass the the majo majorr part part of our our life life,, fami family ly thou though ghts ts become ingredients of most of our thoughts. (Halbwachs, 1992: 61) Pewarisan ingatan kolektif ini misalnya dapat ditelusuri dari cerita-cerita dan narasi-narasi dalam keluarga lewat transmisi oral (oral oral transtrans-mis missio sion n). Lewa Lewatt cara cara tran transm smiisi oral ral in inil ilah ah ingatan kolektif ditransmisikan dari satu generasi ke generasi lain lainnya nya.. Oleh Oleh kare karena na itu itu tidak tidak hany hanya a in inga gata tan n pers persona onall atau atau dalam dimensi personal yang ditransmisikan, namun ingatan tentang
peri erist stiiwa
sosial,
pol politik
dan dan
kultural
juga uga
ikut
ditran ditransmi smisik sikan. an. Karenan Karenanya ya beberapa beberapa isu isu-is -isu u kultur kultural, al, politi politik, k, 127
sosial sangat mudah terselip-kan dalam cerita-cerita keluarga. Oleh Oleh kare karena na itu, itu, kelu keluar arga ga dan dan kelo kelomp mpok ok terd terdek ekat at mema memang ng merupakan sumber ingatan politik dan ingatan kultural yang paling signifikan (Fivush, 1991). Pendidikan adalah sumber lainnya di mana ingatan kolektif ditanamkan
dan dan
ditransmi smisik sikan.
Beberap erapa a
penel nelitian
memperlihatkan bahwa konstruksi sosial atas buku teks dan kuri kuriku kulu lum m sekol sekolah ah memp mempuny unyai ai penga pengaruh ruh yang yang besa besarr dala dalam m penc penciiptaa ptaan n
dan dan
pela pelang ngge geng ngan an ingat ngata an
kolek olekttif (Ap Appl ple e
&
Chistina-Smith, 1991; 1991; Lerner, Nagai, & Rothman, 1995). 1995). Dalam soal soal in ini, i, misal misalny nya a penga pengaru ruh h poli politi tik k dala dalam m bent bentuk uk keku kekuat atan an untu untuk k meng mengon ontr trol ol in info form rmas asii menj menjad adii fakt faktor or pene penent ntu u yang yang signifikan, bahkan walaupun dalam bentuk kontrol yang tidak langsung sekalipun. Media massa juga mempunyai pengaruh pengaruh yang besar dalam ment mentra rans nsmi misi sika kan n
inga in gata tann-in inga gata tan n
tert terten entu tu..
Kora Koran, n,
radi radio, o,
tele televi visi si puny punya a peng pengar aruh uh dala dalam m mene menent ntuk ukan an dan dan memi memili lih h hanya untuk menyiarkan peristiwa tertentu dan tidak peristiwa lainnya. Para pelaku media juga bisa memasukkan opini dan ideologi tertentu dalam pemberitaannya. Menurut Neal (1998), masyara masyaraka katt tidak tidak hanya hanya merespo merespon n inform informasi asi yang yang dis disiar iarkan kan 128
oleh oleh medi media a tapi tapi ju juga ga kepa kepada da in inte terp rpre reta tasi si,, makn makna a dan dan opin opinii yang yang di diba bawak wakan an beri berita ta ters tersebu ebut. t. Seper Seperti ti halny halnya a ju juga ga dala dalam m area pendidikan, kontrol politik dalam hal ini sangat berkaitan dengan kontribusi media terhadap ingatan kolektif. Sebe Sebegi gitu tu jau jauh
kit kita
tel telah melih elihat at peng pengar aruh uh kelua eluarrga, ga,
pendidikan dan media dalam memahami bagaimana (why) dan di mana (where) ingata ingatan n kolekt kolektif if ditanam ditanamkan kan.. Namun Namun faktor faktor terp terpent entin ing g lain lainny nya a adal adalah ah pada pada saat saat kapa kapan n (when) ingatan kolektif menjadi sangat penting dan menonjol (salient). (salient). Memang Memang pada pada kenyat kenyataann aannya ya ingata ingatan n kolekt kolektif if bertum bertumbuh buh dan berevolusi sepanjang masa dalam kehidupan individu dan masyarakat. Ada saat-saat tertentu dalam kesadaran kolektif kita yang mudah sekali menerima pengaruh. Rise Risett-ri rise sett dala dalam m bi bida dang ng in inga gata tan n kolek olekti tiff (Nea (Neal, l, 19 1998 98;; Schuman & Scott, 1989) memperlihatkan bahwa orang-orang cenderu cenderung ng mengin mengingat gat dan tidak tidak mudah mudah lupa lupa pada kejadi kejadianankejadian yang terjadi ketika mereka berada pada usia remaja sampai dewasa awal, masa-masa yang disebut sebagai masa pembentukan pembentukan identitas identitas (the (the forma formatin ting g years) years).. Feno Fenome mena na ini dike di kena nall seba sebaga gaii ‘generational generational effects’ effects’ dalam dalam st studi udi in inga gata tan n kolektif. Selama periode ini, satu generasi dalam masa (cohort) 129
inii akan in akan terk terken ena a peng pengaru aruh h yang yang sama sama dan dan akan akan mengi menginga ngatt secar secara a
bers bersam ama-s a-sam ama a
(col (colle lect ctiv ive e
reme rememb mber erin ing) g)
semua
peristiwa budaya, politik, sosial yang ada di sekitar mereka. Ingatan dari satu generasi mungkin berbeda dengan ingatan di satu generasi lainnya, mungkin bisa jadi terjadi kesenjangan (gap), (gap), bi bia a jadi terj erjadi konfl nflik (conflicting conflicting memories memories), ), atau atau pelanggengan ingatan (perpetu-ating memories). memories). Dalam hal ini kemungkinan mana yang akan terjadi akan sanga sangatt di dite tent ntuk ukan an oleh oleh bagai bagaima mana na pola pola trans transmi misi si in ingat gatan an kolektif itu. Kuatnya penanaman dan pewarisan ingatan kolektif oleh ketiga institusi tadi; keluarga, pendidikan dan media boleh jadi akan melanggengkan ingatan kolektif suatu komunitas. Sementara itu, sejarah menurut Pennebaker (1997) besar kemu kemungng-ki kina nan n akan akan bers bersum umber ber dari dari in inga gata tan n kole kolekt ktif if orang orang-orang pada masa itu yang punya kekuatan sosial dan politik untuk menuliskannya, seperti yang ia katakan: Members of a given cohort who have been affected by largescale events will be the very people who subsequently write the event’s history and influence the collective memories for succeding generations (Pennebaker, 1997: viii)
Ingatan Kolektif sebagai Konstruksi Sosial
130
Memory is where social constructionism developmental psychology meet
and
(Neisser, 1994 : 11) Tid Tidak ak di dira raguk gukan an lagi lagi seme semenj njak ak dari dari era era Bart Bartle lett tt (193 (1932) 2) sampai pada teori dan penelitian penelitian mutakhir mutakhir dalam era psikologi psikologi kognit kognitif— if—ter teruta utama ma pada eranya eranya Urich Urich Neisser Neisser—sa —satu tu premis premis dasar dasar dari dari psi psikol kologi ogi kognit kognitif if yang yang tidak tidak terban terbantah tahkan kan adalah adalah bahwa
manusia
akan
meng mengin inte terp rpre reta tasi sika kan n pelba elbag gai uni niv versal:
macam
secara
duni dunia a
teori
prose oses-pro proses
kepe kepent ntin inga gann-ke kepe pent ntin inga gan n
selektif
seke sekeli lili ling ng
yang ada, da, kogni gnitif dan dan
memproses
mere mereka ka..
terdapa dapatt aka akan
Di
anta antara ra
satu atu
asu sum msi
diara arahkan
tuju tujuan an-t -tuj ujua uan n
dan
dari dari
oleh
indi in divi vidu du
(Robinson, 1996). Prinsip ini konsisten dengan pandangan teori kons konstr truk uksi si sosia sosiall (Ber (Berger ger & Lu Luck ckma man, n, 19 1966 66:: Gerg Gergen, en, 19 1985 85)) yang yang meny menyat atak akan an bahw bahwa a real realit itas as adal adalah ah su subje bjekt ktif if,, cair cair dan suatu entitas yang mempunyai tujuan sendiri sesuai dengan kepentingan dan ideologi yang merekonstuksinya. Prin Prinsi sip p dan dan pers perspek pekti tiff konst konstru ruks ksii sosi sosial al sebaga sebagaim iman ana a ia berlaku
pula
menj enjelas elask kan
pada baga bagaim iman ana a
fenomena masa asa
ingatan seka sekara rang ng
kolektif
akan
mempe empeng ngar aruh uhii
‘realitas’ masa lalu, dan bagaimana individu dan masyarakat secara selektif mengenang dan mengingat masa lalu berdasar131
kan kan kebut kebutuha uhan, n, id ideo eolo logi gi,, dan dan tuju tujuan an-t -tuj ujua uan n masa masa sekar sekaran ang g (Eber & Neal, 2001; Ross & McFarland, 1988; Schwartz, 1982; Shotter, 1990). Relevansi-nya pada disertasi ini adalah terletak pada pada prins prinsip ip bahw bahwa a in inga gata tan n kole kolekt ktif if bukanl bukanlah ah prose proses s yang yang pasif, sebagai sekadar recalling, recalling, tapi sesuatu yang lebih aktif, suat su atu u pros proses es konst onstru ruks ksii sosi sosial al di mana mana kepe kepent ntiingan ngan turu turutt bermain. Berangkat dari pemahaman ingatan kolektif sebagai suatu bentuk
konstruksi konstruksi sosial sosial dapatla dapatlah h dimengerti dimengerti bahwa bahwa ingatan ingatan
kole kolekt ktif if dala dalam m prak prakti tikk-ny nya a tida tidakl klah ah dapa dapatt di dile lepa pask skan an dari dari kepe kepent nting ingan an polit politik ik su suat atu u kelo kelomp mpok ok,, komu komuni nita tas s atau atau su suat atu u bangsa. Dalam hal ini proposisi bahwa posisi masa sekarang adalah sebagaimana ia dipengaruhi oleh masa lalu, mungkin tidaklah sesederhana itu, tapi bahkan juga mungkin sebaliknya, seb aliknya, hakikat
dan
realitas
masa
lalu
akan
ditentukan
oleh
kepentingan, kebutuhan dan tujuan masa sekarang. Posisi ini misaln misalnya ya ditegas ditegaskan kan oleh oleh Melor Melor & Brethe Bretherto rton n (2003) (2003) dalam dalam studi tentang ingatan kolektif antara kulit putih dan aborigin dalam konteks Australia: An examination of the literature on memory suggest that a chronological chronological account, where past memories generate present stances it too simplistic to be useful basis for understanding reconciliation process. In reality, present stances influence 132
what what is reme rememb mber ered ed and and what what is fo forg rgot otte ten n in both both individuals and groups. Therefore, an alternative analysis of memory is required. (Melor & Bretherton, 2003: 39).
Ingatan Kolektif sebagai Alat Kepentingan Memory dies unless it’s given a use. (Michaels, 1966: 193) Berangk Berangkat at dari dari pemaham pemahaman an bahwa bahwa ingata ingatan n kolekt kolektif if lebih lebih muda udah
dipa di pah hami ami
dalam
pers erspek pektif
kons onstruks uksi
sos sosial,
pertanyaan berikutnya adalah untuk kepentingan siapa ingatan kole kolekt ktif if di dibu buat at,, di ditr tran ansm smis isik ikan an dan di dila langg nggeng engka kan? n? Dala Dalam m perspektif invidual, ingatan akan menentukan siapa kita, “we “we are
what
pers erspekt ektif
we
remember” (Cum Cummin ins, s,
kolektif,
ingata atan
kolekt ektif
199 995: 5:
59). 9).
Dal Dalam
adal dalah
alat
untuk
memperkokoh kohesivitas sosial, identitas, dan alat justifikasi kepentingan dan tujuan-tujuan tertentu, seperti yang dikatakan oleh Halbwach: Specifically, the function of socially shared images of the past (col (colle lect ctiv ive e memo memory ry)) is to allo allow w the the grou group p to fost foster er soci social al cohession, to develop and defend social identification, and to justify current attitudes and needs. (Halbwachs dalam Paez, Basabe & Gonzalez, 1997: 147) Oleh Oleh kare karena na itu itu in inga gata tan n kole kolekt ktif if sanga sangatt memu memungk ngkin inka kan n untuk dipolitisir, atau apa yang disebut sebagai politik ingatan 133
(the politics of memory). memory) . Karena itu besar kemungkinan bagi ingatan ingatan kolektif kolektif untuk dimodifik dimodifikasi, asi, direkayasa, direkayasa, dimanipulas dimanipulasii atau ataupu pun n
didi di dist stor orsi si su supa pay ya
coco cocok k
den dengan gan
kebu kebutu tuha han n
dan dan
kepentingan politik saat sekarang ini (Baumeister & Hastings, 1997 19 97;; Eber Eber & Neal Neal,, 20 2001 01;; Gask Gaskel el & Wrig Wright ht,, 19 1997 97;; Lusti Lustige gerr Tha Thale ler, r, 19 1996 96;; Mid Middl dlet eton on & Edwa Edward rds, s, 19 1990 90,, Neal Neale, e, 19 1998 98;; Pennebaker, 1997). Karena Karena masala masalahnya hnya adalah adalah lebih lebih kepada kepada konstr konstruks uksii atau atau tafsir tafsir sosial sosial atas atas masa masa lalu, lalu, ingatan ingatan kolekt kolektif if memungk memungkink inkan an kelomp kelompokok-kel kelomp ompok ok untuk untuk membuat membuat pelbaga pelbagaii macam macam tafsir tafsir atas atas ingata ingatan n kolekt kolektif. if. Bahkan, Bahkan, sangat sangat memungk memungkink inkan an antara antara satu satu kelomp kelompok ok dengan dengan kelomp kelompok ok lain lain akan akan saling saling berkonf berkonflik lik dalam soal ingatan kolektif ini. Dengan begitu menjadi jelas bahwa bahwa ingata ingatan n kolekt kolektif if bis bisa a merupak merupakan an sumber sumber konfli konflik k atau atau dijadikan alat legitimasi untuk memperpanjang konflik. Seperti yang
dikatakan
oleh
Penneba nebak ker
(1997:
vii):
“powefull
collective collective memories memories – wether real or concocted concocted – can be at the roots roots of war, war, prejud prejudice ice,, nationa nationali lism, sm, and cultur cultural al identit identities ies” ” . Posi Posisi si seba seballikny iknya a ju juga ga bi bisa sa terj terjad adi; i; kemau emauan an pol politik itik dan dan kebut kebutuha uhan n sosi sosial al kelo kelomp mpok ok saat saat in ini— i—ka kata taka kanl nlah ah misa misaln lnya ya unt untuk
resol esolus usii
konf konfllik
dan dan
rekon ekonsi silliasi iasi—m —men engh gha arusk ruskan an 134
kelo kelomp mpok ok untuk untuk memb membuat uat tafs tafsir ir baru baru atas atas in ingat gatan an kole kolekt ktif if mereka. Satu tujuan khusus dari penanaman, pentransmisian dan pelestarian ingatan kolektif adalah dalam rangka memperkuat dan meneg meneguhk uhkan an rasa rasa nasi nasion onal alis isme me atau atau id ident entit itas as kult kultura urall tertentu
(Balibar,
1995;
Conwa nway,
1997;
Kelman,
2001;
Zerubavel, 1995). Ingatan kolektif ini kemudian akan diperkuat dengan dengan perayaa perayaan-pe n-peray rayaan aan atau atau diroma diromanti ntisir sir dalam dalam bentuk bentuk mitos. Mitos adalah contoh paling jelas dari bagaimana sejarah dan in inga gata tan n kole kolekt ktif if di diar arahk ahkan an untuk untuk kepen kepenti tinga ngan n poli politi tik, k, betapa betapapu pun n terk terkad adan ang g di disa sadar darii bahw bahwa a mito mitos-m s-mit itos os ters tersebu ebutt akan terasa ‘janggal’ ketika diselipkan dalam sejarah, bahkan teka tekadan dang g
bersi bersifa fatt
kontr kontrad adik ikti tiff
(LeG (L eGof off, f,
sebagai
Alat
1992 19 92;;
Yerus Yerushal halmi mi,,
1982).
Ingatan
Kolektif
Penyembuhan/
untuk
Mencapai
Pemulihan
Collective memory can be an effective tool for reconciliation and healing for individuals and local communities. (Chirwa, 1997: 482) Ingatan kolektif timbul, direkonstruksi, dipertahankan, dan diwa di wari risk skan an sela selallu dala dalam m su suat atu u kont kontek eks s sosi sosial al dan dan poli politi tik k tertentu. Ingatan kolektif dalam hal ini selalu dipahami sebagai 135
suatu suatu hasi hasill dari dari prose proses s menga mengala lami mi keja kejadi dian an-k -kej ejadi adian an yang yang memp mempuny unyai ai makn makna a sosia sosiall yang yang cuku cukup p signi signifi fika kan, n, misal misalnya nya kejad ejadiian poli politi tik k
traum raumat atik ik..
Pada ada
umum umumny nya a
lebi lebih h
bany banyak ak
kejadi kejadian-k an-keja ejadia dian n trauma traumatik tik kolek kolektif tif yang yang kemudi kemudian an menjad menjadii ingat in gatan an kole kolekt ktif if masya masyara raka kat. t. Pers Persoa oala lan n kemu kemudi dian an menj menjad adii dile di lema mati tis s keti ketika ka peri perist stiw iwa a terse tersebut but akan akan di diin inga gat, t, baik baik pada pada tingkat individu, kelompok dan terutama pada tingkat kolektif yang yang meny menyan angk gkut ut:: apaka apakah h kita kita akan akan melu melupak pakan an peris peristi tiwa wa tersebut? Apakah tetap akan mengingat seperti ‘apa adanya’, secara objektif, lengkap dengan data dan fakta yang objektif? Atau akan mengingat dengan ‘cara yang lain’? Dalam konteks inilah pertanyaan krusial yang ingin dijawab baik pada tingkat teoretis
dan
praktis
adalah
menyangkut
hubungan
peng pengun ungk gkap apan an kebe kebena nara ran n (ant (antar ara a kebe kebena nara ran n seja sejara rah h dan dan ingatan ingatan kolektif) kolektif),, dengan proses penyembuhan penyembuhan dan pemulihan pemulihan serta rekonsiliasi. Dala Dalam m hal in ini, i, panda pandang ngan an bahwa bahwa in ingat gatan an kole kolekt ktif if akan akan memainkan
fungsinya
sebagai
alat
untuk
mencapai
kesemb kesembuhan uhan dan pemuli pemulihan han pasca pasca peristi peristiwa wa trauma traumatik tik akan akan sanga sangatt masuk masuk akal akal.. Bera Berangk ngkat at dari dari asum asumsi si bahw bahwa a langk langkah ah pertama untuk mencapai rekonsiliasi adalah dengan cara peng136
ungkapan kebenaran (Edelstein, 1994). Pertanyaan selanjutnya adal adalah ah:: vers versii keben ebenar aran an siap siapa a yan yang mesti esti di dide deng ngar ar dan dan diungka diungkapkan pkan? ? Bagaim Bagaimana ana jika jika timbul timbul berbaga berbagaii macam macam versi versi kebenaran? Bisakah dicapai ‘kesepakatan’ jika terjadi berbagai macam versi kebenaran? Di beberapa negara, pengungkapan kebenaran disponsori oleh negara (Afrika Selatan, Rwanda), pada beberapa negara lain, proses ini disponsori oleh lembaga bukan negara (gereja, LSM) seperti kasus Guatemala. Hasil yang ingin dicapai oleh adany adanya a komi komisi si kebe kebenar naran an (bai (baik k itu itu di dispo sponso nsori ri negar negara a atau atau lembaga
bukan
negara)
adalah
untuk
menghasil-kan
‘kesepa ‘kesepakat katan’ an’ yang yang terdok terdokume umentas ntasii tentang tentang suatu suatu perist peristiwa iwa traumatik. Hasil kerja komisi ini kemudian yang akan menjadi proy proyek ek seja sejara rah h
(histo (historic rical al projec project) t) yang yang di dila lapo pork rkan an pada pada
negar negara, a, yang yang kemu kemudia dian n akan akan menj menjadi adi pi pija jaka kan n bagi bagi bangs bangsa, a, komunitas, dan individu untuk pulih dan melangkah ke arah rekonsil siliasi.
Dalam
kerangka gka
proyek
rekons nsiiliasi
yang
dispons dis ponsori ori oleh oleh lembaga lembaga formal formal,, strate strategi gi dan politi politik k ingata ingatan n suatu negara akan menjadi pijakan formal (hukum dan politik) bagi bagi su suat atu u komu komuni nita tas s untuk untuk mengu mengusah sahak akan an pemu pemuli lihan han dan dan rekons rekonsili iliasi asi.. Dalam Dalam ketiada ketiadaan an kerangk kerangka a ini, ini, komunit komunitas as akan akan 137
menc mencar arii cara cara mere mereka ka send sendir irii untu untuk k puli pulih h dan dan mela melaku kuka kan n rekonsiliasi. Dalam kondisi seperti ini, peranan ingatan kolektif sebag sebagai ai alat alat untuk untuk menca mencapa paii penye penyemb mbuh uhan an dan pemul pemulih ihan an akan sangat masuk akal. Satu Satu cont contoh oh dari dari us usah aha a kelo kelomp mpok ok dan dan kole kolekt ktiv iva a untu untuk k memunculkan ingatan kolektif mereka sendiri adalah apa yang dilakukan oleh gerakan Madres de la Plaza de mayo – mothers of di dis sappeared ared chi child pasc pascad adik ikta tato tori rial al
yang yang
- , kel kelompo ompok k ibu-i bu-ibu bu di Arge Argent ntin ina a meng mengin ingi gink nkan an
‘keb ‘keben enar aran an’’
tent tentan ang g
penghilangan penghilangan dan penculikan penculikan anak-anak anak-anak mereka mereka diungkapkan. diungkapkan. Dalam hal ini ingatan kolektif versi mereka hendak ditampilkan seba sebaga gaii bahw bahwa a
kebe kebena nara ran n tela telah h
seja sejara rah. h.
terj terjad adii
Mere Mereka ka
keja kejaha hata tan n
memi memint nta a
peng pengak akua uan n
(pen (pencu culi lika kan, n, pemb pembun unuh uhan an))
secara secara sis sistem temati atis s oleh oleh negara negara terhada terhadap p anak-ana anak-anak k mereka mereka.. Pengakuan terhadap ingatan kolektif ini yang mereka tuntut, bukan kompensasi dalam bentuk uang. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa ingatan kolektif akan
dengan
sendirinya
dimunculkan,
diciptakan,
didokumentasikan, dan diabadikan demi dan untuk mencapai proses penyembuhan dan pemulihan terhadap masa lalu yang meny menyak akit itka kan. n. Ap Apa a yang yang di dica capa paii oleh oleh gera geraka kan n sosi sosial al yang yang 138
bernama ‘Khulumani’ (sp spea eak k out out grou group p) di Af Afri rika ka Sela Selata tan, n, kelo kelomp mpok ok-ke -kelo lomp mpok ok temp tempat at oran orang g berb berbic icar ara a dan dan bers bersak aksi si,, adala adalah h seba sebagai gai satu satu st stra rate tegi gi untuk untuk memb membic icar arak akan an,, pros proses es berbagi dan proses katarsis setelah peristiwa politik traumatis. Apa yang ingin dicapai adalah adanya dukungan emosional dan pros proses es peny penyem embu buha han n
lewa lewatt
katar atarsi sis s
bica bi cara ra,,
atau atau analo nalog g
dengan apa yang dikatakan Freud sebagai ‘talking cure’ . Persoa Persoalann lannya ya adalah, adalah, ingata ingatan n kolekt kolektif if seperti seperti yang yang telah telah dikemukaka dikemukakan n sebelumnya sebelumnya bersifat bersifat dikonstruk dikonstruksi si secara sosial, sosial, lentur, sarat kepentingan, mudah mengalami distorsi, subjektif. Padahal posisinya sebagai alat untuk sebagai titik berangkat (start (starting ing point) point) bagi bagi pros proses es peny penyem embu buha han n dan dan pemu pemuli liha han n dalam dalam rangka rangka rekons rekonsili iliasi asi menjad menjadii amat amat strate strategis gis.. Walaupu Walaupun n kait kaitan an anta antara ra in inga gata tan n kole kolekt ktif if deng dengan an pros proses es pemu pemuli liha han, n, reko rekons nstr truk uksi si dan reko rekons nsil ilia iasi si seca secara ra teor teoret etis is masi masih h belu belum m konklusif, namun Chirwa (1997) berani menyimpulkan bahwa: It is for this reason that collective memory becomes part of the process of healing, reconciliation, and reconstruction at both the individual and communal levels. (Chirwa, 1997: 482)
Commemoration
139
Satu Satu cara cara masy masyar arak akat at memb membuat uat in ingat gatan an kole kolekt ktif if teru terus s hidup hidup dalam dalam komunit komunitasn asnya ya adalah adalah lewat lewat perayaa perayaan-pe n-peray rayaan aan (commemoration), (commemoration), atau atau prose proses s saat saat komu komuni nita tas s menge mengenan nang, g, memberi penghormatan dan melakukan semacam ‘napak tilas’ terh terhad adap ap keja kejadi dian an-k -kej ejad adia ian n pada pada masa masa lalu lalu.. Dist Distor orsi si dan dan pengg pengguna unaan an in inga gata tan n kole kolekt ktif if seper seperti ti yang yang di diur urai aika kan n di atas atas sang sangat at di ditu tunj njan ang g oleh oleh pros proses es commemoration in ini. i. Sesu Sesuai ai deng dengan an pend pendap apat at Halb Halbwa wach ch sepe sepert rtii di diku kuti tip p Hutt Hutton on (199 (1993) 3) berikut ini: Halbwach’s theory was particularly appealing to the historians of the politics of commemoration because of his insistence on the way which collective memory is continually revised to suit present purposes. Because we continually reinvent the past in our living memories, they are highly unreliable as a guide to what actually transpired, and their imagery must be interpreted for hidden agendas (Hutton, 1993: 7) Conne Connert rton on (198 (1989) 9) menga mengata taka kan n commemoration adalah semaca acam
praktik
meng mengin inga gat. t.
ritual ual
Seme Sement ntar ara a
commemoration mende mendefi fini nisi sika kan n
adalah
den dengan Frij Frijda da
cara
(199 (1997) 7)
proses
posi posisi si in indi divi vidu du
mana ana
meng mengat atak akan an
tingkah dala dalam m
masyarakat
laku
bahw bahwa a
yang
kont kontin inui uita tas s
akan
seja sejara rah. h.
Beberapa penelitian lain melihat bahwa commemoration dan pengaruhnya masyarakat
terhadap menempati
ingatan posisi
kolektif penting
dalam dalam
suatu wacana 140
mengenai sejarah (Hutton, 1993; Neal, 1998; Schwartz, 1982; Zerubavel, 1985). Collective memory is substantiated through multiple forms of commem commemora ora-ti -tion: on: the celebra celebrati tion on of commun communal al festiv festival, al, the reading of a tale, the participation in a memorial service, or the obse observ rvan ance ce of a holi holida day. y. Thro Throug ugh h thes these e comm commem emor orat ativ ive e ritu ritual als, s, grou group p creat create, e, arti articul culat ate e and negot negotia iate te thei theirr share shared d memories of particular events (Zerubavel, 1995: 5) Peristiwa-peristiwa yang sering diperingati biasanya adalah peris peristi tiwa wa yang yang memp mempuny unyai ai penga pengaru ruh h dan dan peruba perubaha han n besar besar dalam kehidupan individu dan masyarakat. Satu bentuk lain dari
commeration
adal dalah
pros proses es
pen pengkis gkisah ahan an
kemba emballi
(storytelling). storytelling). Pelbagai gai macam bentuk ceri erita, narasi dan sejarah
lisan
mempuny unyai
kontribus usii
yang
bes besar
dal dalam
pembentukan ingatan kolektif (Fentress & Wickham, Freeman, 1993: 1992; Gergen & Gergen, 1997; Middleton & Edwards, 1990; Miller, 1994; Neisser, 1994; Pennebaker & Banasik, 1997; Ross Ross,, 19 1991 91). ). Pent Pentin ingn gny ya soa soal nara narasi si dan dan waca wacan na dala dalam m pembentukan ingatan kolektif terletak pada kenyataan bahwa ‘reali ‘realitas tas baru’ baru’ akan akan terbent terbentuk uk dengan dengan cara cara membaw membawa a masa masa lalu lalu ke masa masa sekara sekarang. ng. Bellah Bellah,, dkk. dkk. (1985) (1985) menyat menyataka akannya nnya sebagai komunitas ingatan di mana masyarakat mengabadikan masa lalunya, “a community of memory is “one that does not 141
forget its past”. In order not to forget the past, a community is involved in retelling its story, its constitutive narrative” (Bellah, dkk , 1985: 153). Kecen ecende deru rung ngan an
unt untuk
membu embuat at
peng pengis isah aha an
kemba embali li
(storytelling) sebenarnya adalah kecenderungan manusia yang paling lumrah, sebagai-mana juga anak kecil terpesona dengan kisah-kisah kisah-kisah yang dituturkan dituturkan oleh kakek-nenekn kakek-neneknya. ya. Adalah juga lumr lu mrah ah dala dalam m pros proses es pengi pengisa saha han n kemb kembal alii beber beberap apa a bagia bagian n hilang, kebenaran dan makna mungkin berubah selama proses transmisi informasi. With With the the pass passin ing g of time time,, the the boun bounda dari ries es arou around nd sp spec ecif ific ic events weaken as they are placed within the general fabric of social life. In telling and retelling the stories of our past, the even eventts in ques questtion ion beco becom me st ste ereot reotyp yped ed and and sele select ctiv ivel ely y distorted as they become embedded in our collective memories (Neal, 1998: 201) Bany Banyak ak cara cara yang yang di dila laku kuk kan tiap tiap-t -tia iap p gene genera rasi si untu untuk k membuat
narasinya
sendiri.
Narasi
bukan
sekadar
memperingati (commemorate) dan dan meng mengen enan ang g masa masa lalu lalu,, bahkan terkadang ia mengkonstruksikannya. Terkadang jalinan kekuasa kekuasan n ikut ikut pula menent menentuka ukan n apa yang yang harus harus ditutu dituturka rkan. n. Bahkan terkadang apa yang dituturkan dalam sebuah narasi tidak terlalu penting dibandingkan siapa yang menuturkan dan 142
bagaimana ia di ditu tutu turk rkan an (Sar (Sarup, up, 19 1996 96). ). Juga Juga kepad kepada a siapa siapa narasi
tadi
akan
ditutu uturkan,
akan
sangat ngat
menentu ntukan
keberlangsungan ingatan kolektif. Dari uraian-uraian sebelumnya mengenai dinamika ingatan kolektif sebagai suatu konstruksi sosial, kelihatannya masalah ini lebih tepat didekati lewat lewat metode penelitian (method ( method of in inqui quiry ry)) dengan dengan paradi paradigma gma kualit kualitati atiff seperti seperti groundend theory methodology methodology , social construction constructionism ism,, anal analis isis is waca wacana na (discourse analysis) analysis) dan narasi (narrative approach). approach).
3.3.9. Ingatan Kolektif dan Sejarah Sebegitu jauh telah dibahas mengenai ingatan kolektif dan dina di nam mika-n ka-nya ya..
Soal Soal yang ang
bel belum jela jelas s
adal dalah baga bagaiimana ana
sebenarnya kaitan antara ingatan kolektif dan sejarah? Teo Teori ri-t -teo eori ri terutama
psik ps ikol olog ogii
dalam
proses
trad tradiisona sonall mengingat
menge engena naii kembali
ingat ngatan an— — (recall)—
membedakan dua macam ingatan; pertama ingatan episodik (episodic memory), yaitu ketika seseorang mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang dialami secara personal, dan ingatan semantik (semantic (semantic memory), mengingat kembali fakta-fakta umum umum atau atau yang yang su suda dah h menj menjadi adi sejar sejarah ah (Bad (Baddel deley ey,, 19 1989 89;; Buttle Buttler, r, 1989; 1989; Siegel Siegel,, 1999; 1999; Tulvin Tulving, g, 1972; 1972; Tulvin Tulving g & Craik Craik,, 143
2000). Sebagai contoh misalnya, seseorang seorang ikut dalam demo emonst strrasi
12
Mei 1998,
deng denga an
sega egala
epi pis sode
dan
pengalaman personal dia selama ikut demonstrasi. Semantic memory dari dari peris peristi tiwa wa yang yang sama sama akan akan meli meliput putii misa misalny lnya a pengetahuan bahwa tanggal 12 Mei dua mahasiswa tertembak mati,
tangga nggall
itu
demo emonst strrasi asi
dipus usa atkan
di
Jembat batan
Semangg Semanggi, i, mahasi mahasiswa swa yang yang mening meninggal gal itu kemudia kemudian n dikenal dikenal sebagai pahlawan reformasi, dan sebagainya. Masalahnya
kemu emudi dia an,
den dengan gan
ber berjalanny nnya
waktu,
kesulitan dan kebingungan kerap kali muncul saat orang-orang mulai mencampur-adukkan kedua jenis ingatan ini. Misalnya, seseorang menganggap ingatan episodik sebagai fakta sejarah. Soal Soal in inii mema memang ng menj menjad adii prob proble lema mati tika ka,, keti ketika ka misa misaln lnya ya penulisan sejarah harus didasarkan pada fakta yang didapat lewat sejarah tuturan (oral history). history). Dalam hal ini kemungkinan munc uncul uln nya banyaknya
pelbag bagai
macam
kelompok,
vers ersi
ataupun
fakta pelaku
sesu esuai sejarah
dengan yang
menutu menuturka rkan n cerita ceritanya nya berdasa berdasarka rkan n intera interaksi ksi antara antara ingatan ingatan episodik dan ingatan semantik menjadi sangat besar. Baddeley (1989) (1989) misal misalnya nya mengata mengatakan kan bahwa bahwa apa yang didefi didefinisi nisi-ka -kan n sebag sebagai ai in inga gata tan n sema semant ntik ik serin seringk gkal alii adal adalah ah akum akumul ulas asii dari dari 144
seran serangk gkai aian an ingat ingatan an episo episodi dik, k, yait yaitu u keti ketika ka beber beberap apa a oran orang g meyaki meyakini ni masing masing-ma -masing sing ingata ingatan n episodi episodikny knya a sebagai sebagai suatu suatu ingatan semantik. Dala Dalam m bebe bebera rapa pa hal, hal, pemb pembed edaa aan n anta antara ra epis episod odik ik dan dan inga in gata tan n
sema semant ntik ik
inii in
memp mempun unya yaii
kese keseja jaja jara ran n
peng penger erti tian an
deng denga an pem pembeda bedaan an ant antara ara seja sejara rah h dan dan in inga gattan kol kolekti ektif. f. Sejara Sejarah h lebih lebih menyer menyerupai upai hakika hakikatt ingata ingatan n semant semantik, ik, proses proses-pros proses es yang yang fakt faktua ual, l, seme sement ntar ara a itu itu in inga gata tan n kolek olekti tiff lebi lebih h menyerupai
prinsip
ingatan
episodik.
Karena
sejarah
mengk mengkla laim im fakt faktual ualit itas as,, namun namun dala dalam m keny kenyat ataa aany nya a sejar sejarah ah sebag sebagai ai ilmu ilmu yang yang in inte terpr rpret etif if ju juga ga tidak tidak bi bisa sa menge mengela lak k dari dari persoalan penafsiran. Pembatasan yang tegas antara ingatan dan sejara sejarah h menjadi menjadi suatu suatu soal soal yang yang proble problemat matik. ik. Polari Polarisas sasii ataupun konflik antara sejarah resmi (formal ( formal history ) dengan ingatan membawa kesukaran tersendiri dalam proses resolusi konflik dan rekonsiliasi. Proses pembuatan sejarah sering kali berhadapan berhadapan dengan kenyataan tidak sesuainya antara ingatan ingatan kole kolekt ktif if terh terhada adap p peris peristi tiwa wa sejar sejarah ah yang yang sama sama anta antara ra satu satu kelompok kelompok dengan kelompok kelompok lainnya. lainnya. Pertanyaanny Pertanyaannya: a: sejarah sejarah menur menurut ut vers versii siap siapa? a? Pert Pertem empur puran an tidak tidak hanya hanya anta antara ra satu satu ingatan kolektif dengan ingatan kolektif lainnya, tapi mungkin 145
jug juga a
pert pertem empu pura ran n
dala dalam m
kelo kelomp mpok ok
send sendir iri, i,
pert pertem empu pura ran n
‘inga ‘ingata tan n mela melawa wan n lu lupa pa’, ’, seper seperti ti yang yang di dika kata taka kan n oleh oleh kary karya a satra Milan Kundera dalam bukunya The Book of Lauhgter and Forgetting (Kundera, 1978). Sejarah Sejarah sebagai disiplin disiplin akademik akademik sebenarnya juga sedang berg bergul ulat at deng dengan an pers persoa oala lan n keil keilmu muann annya ya..
obje objekt ktiv ivit itas as dala dalam m
Pers Persoa oala lan-p n-per erso soal alan; an; obje objekt ktiv ivit itas as,,
para paradi digm gma a bukti bukti,,
dan dan
pengukuran seperti yang dituntut oleh pendekatan positivisme tampaknya makin menjauh dari studi sejarah. Sementara itu, lebih lebih banyak banyak para para sarjan sarjana a lebih lebih leluasa leluasa menemp menempatk atkan an studi studi sejarah sejarah sebagai studi interpretif interpretif di mana batas antara ingatan, ingatan, narasi, dan proses-proses konstruksi sosial lainnya tidak terlalu dipe di pers rsoa oalk lkan an.. mencari
Kare Karena na-n -nya ya
kejelasan
kaitan
bany banyak ak antara
pene peneli liti ti sejarah
yang yang dan
menc mencob oba a ingatan
(Hal (Halbw bwac achs hs,, 19 1950 50/1 /198 980; 0; Hutt Hutton on,, 19 1993 93;; LeGo LeGoff ff,, 19 1992 92;; Neal Neal,, 1998; Nora, 1989; Schwartz, 1982; Yerushalmi, 1982) menemui kesulitan tersendiri untuk menjawab pertanyaan ini. Sebegitu jauh, jauh, tidak tidak terdapa terdapatt kesesu kesesuaia aian n temuan temuan antara antara para para peneli peneliti ti terhadap persoalan ingatan dan sejarah ini. Halbwa Halbwachs chs (1950/ (1950/198 1980) 0) memberi memberikan kan defini definisi si konsept konseptual ual yang yang memb membe-d e-dak akan an antar antara a pros proses es in inga gata tan n kole kolekt ktif if denga dengan n 146
ingatan sejarah (historical memory). memory). Bagi Halbwachs batas dan pembeda pembedaan an antara antara keduany keduanya a sangat sangat jelas, jelas, keduany keduanya a malah malah bera berad da
dala dalam m kutub utub yang ang
berl berlaw awan anan an..
Sej Sejarah arah menur enurut ut
Halbwachs, adalah melulu investigasi dan pencarian fakta-fakta objektif tentang masa lalu, eksplorasi terhadap fakta, data, dan catata catatan-ca n-catat tatan an tanpa tanpa ada kaitann kaitannya ya atau atau dipenga dipengaruhi ruhi oleh oleh kepe kepent ntin inga gan n
masa masa
seka sekara rang ng..
Seme Sement ntar ara a
inga in gata tan, n,
adal adalah ah
proses proses mengin mengingat gat kembali kembali (recalling) secara secara subjekt subjektif if masa masa lalu, lalu, yang yang dasar-da dasar-dasar sarnya nya ditent ditentuka ukan n oleh oleh kebutu kebutuhan han masa masa sekarang yang terus berubah. Ingatan dan sejarah dalam posisi pembedaan yang berhadap-hadapan dapat dikatakan sebagai beri erikut:
ketika
inga ngatan
sangat
kuat uat
ia
akan
cende nderung
mengabu mengaburka rkan n sejara sejarah, h, sebali sebalikny knya a ketika ketika ingata ingatan n melema melemah, h, seja sejara rah h aka akan
menga engam mbi bill ali alihnya hnya seba sebaga gaii su sum mber ber utam utama a
peng penget etah ahua uan n terh terhad adap ap masa asa lalu lalu.. Deng Dengan an car cara pand pandan ang g sepe sepert rtii in inii bi bisa sa di dika kata taka kan n seja sejara rah h berc bercir iri: i: st stat atis is,, obje objekt ktif if,, seran serangk gkai aian an fakt fakta a tent tentang ang keja kejadi dian an-k -kej ejad adia ian n di masa masa lalu lalu.. Inga Ingata tan n di sisi sisi lain lain bers bersif ifat at cair cair,, lebi lebih h di dina nami mis s dan dan terk terkai aitt dengan fenomena dan kebutuhan pada masa sekarang. Dengan penjelasan tersebut, terlihat bahwa sejarah (formal history) dan ingatan kolektif (dalam bentuk diskursif, interaksi, 147
social sharing, sharing, bahasa, narasi, monumen, perayaan-perayaan, peringatan-peringatan)
keduanya
akan
hidup
dalam
masyarakat dan individual dengan pola hubungan yang bisa linear , tran transak sakti tif, f, atau ataupun pun kont kontra radik dikti tiff dan dan konf konfli likt ktual ual satu satu sama sama lain lainny nya. a. Pert Pertan anya yaan annya nya adala adalah: h: apaka apakah h seja sejara rah h dan ingatan bisa dipisahkan secara jelas? Bisakah seorang peneliti meneliti sejarah tanpa melihat pengaruh subjektif dari ingatan? Bisa Bisaka kah h seor seoran ang g seja sejara rawa wan n memp mempel elaj ajar arii masa masa lalu lalu tanp tanpa a pert pertim imba bang ngan an peng pengar aruh uh masa masa seka sekara rang ng? ?
Bany Banyak ak pene peneli liti ti
kontemporer di bidang ini memberikan jawaban: tidak! Seperti yang ditegaskan Zerubavel: Histor Hist oric ical al writ writin ing g is in inev evit itab ably ly limi limite ted d by its its in inte terp rpre reti tive ve per persp spec ecti tive ve,, the the choi choice ce and and orde orderi ring ng of in info form rmat atio ion, n, and and narr narrat atol olog ogic ical al cons constr trai aint nts. s. Hi Hist stor oria ians ns may may in indee deed d st stri rive ve to become detached analysis, analysis, but they are also members of their own societies, and, as such, they often respond to prevalent social ideas about the past.. Collective memory continuously negotia negotiates tes between between availa available ble his histor torica icall record records s and current current social political agendas. (Zerubavel, 1995: 5) Sarjan Sarjana a yang yang pertam pertama a kali kali mengula mengulas s masala masalah h ini adalah adalah seorang sarjana Perancis, Piere Nora (1989). Dalam studinya tentang ingatan kolektif dan kaitannya dengan sejarah, Norra menyebut istilah ‘lieux ‘lieux de memoire’ (sites of memory ), ), untuk menga engata taka kan n
inga in gata tan n
akan akan
ter terus
bert berta ahan han
dal dalam
dala dalam m 148
masy masyara araka kat, t, ada ada ataup ataupun un tidak tidak ada ada sejar sejarah ah resm resmi, i, apal apalagi agi dala alam
ketiadaan aan
sej sejara arah.
Ia
menga ngatakan
masyaraka akat
memerlukann memerlukannya ya untuk menciptakan menciptakan tempat untuk mengenang kembali (commemoration). (commemoration). Tanpa Tanpa ‘lok ‘lokas asi’ i’ seper seperti ti itu itu in ingat gatan an tentang masa lalu akan hilang. Nora membedakan ingatan dan sejarah sebagai berikut: Memory and history, far from being synonymous, appear now to be in fundamental opposition. Memory is life, borne by living soci societ etie ies s found ounded ed in its nam name. It rem remains ains in perm perman anen ent t evolut evolution ion,, open open to dialec dialectic tic of rememb rememberi ering ng and forget forgettin ting. g. Unco Unconsc nscio ious us of its its succe successi ssive ve defo deform rmat atio ions ns,, vuln vulner erab able le to mani manipul pulat atio ion n and appr approp opri riat atio ion, n, su susce scept ptib ible le to being being long long dormant and periodically revived. History, on the other hand, is the reconstruction, always problematic and incomplete of what is no longer. Memory is a perpetually actual phenomenon, a bond tying us to the eternal present; history is a representation of the past. History is perpetually suspicious of memory, and its true mission is to suppress and destroy de stroy it. (Nora, 1989: 9) Seor Seoran ang g ahli ahli lain lain Nade Nadell, sepe sepert rtii di diku kuti tip p LeGo LeGoff ff (199 (1992 2) mengatakan ada dua jenis sejarah. Pertama, sejarah yang bisa dian di angga ggap p sebag sebagai ai ‘obj ‘objek ekti tif’ f’,, pengum pengumpul pulan an rang rangka kaia ian n fakt faktaafakta
sejarah,
dan
yang
kedua
sejarah
dalam
bentuk
‘ideological’ , di mana mana fakt faktaa-fa fakt kta a di dior orga gani nisi sirr sesua sesuaii denga dengan n trad tradis isi, i,
keya keyaki kina nan, n,
kebu kebutu tuha han n
dan dan
nila ni laii-ni nila laii
masy masyar arak akat at..
Pendapat ini masih sejalan dengan pembedaan sebelumnya, dan juga sejalan dengan pembe-daan antara konstruk ingatan 149
semanti semantik k dan ingata ingatan n episodi episodik. k. Sebagai Sebagai penyim penyimpula pulan n dapat dapat dika di kata taka kan n seja sejara rah h dan in ingat gatan an kole kolekt ktif if pada pada tara taraff tert tertent entu u memu memungk ngkin inan an untuk untuk di dibe bedak dakan an,, namun namun dalam dalam prak prakti tik k dan implik implikasi asinya nya terhada terhadap p perilak perilaku u kolekt kolektif, if, perbeda perbedaan an di antara antara keduanya menjadi sangat cair dan tipis. Hal terpenting ingin dicap di capai ai oleh oleh st stud udii in inii (ter (terle lepas pas dari dari apak apakah ah itu itu seja sejara rah h atau atau ingat gatan
kolektif)
adal dalah:
bagai gaimana
masy asyarakat
bis bi sa
menyelesaikan masa lalunya dan membuat rekonsiliasi antara masa lalu, masa sekarang dan masa mendatang. Tesis yang ingi in gin n di dite tega gakk kkan an dala dalam m st stud udii in inii adal adalah ah,, masy masyar arak akat at dan dan indi in divi vidua duall perl perlu u mena menata ta ul ulang ang masa masa lalu laluny nya a su supay paya a pros proses es rekonsilasi tercapai.
3. 3.10. Ingatan Kolektif dan Emosi Pene Peneli liti tian an-p -pen enel elit itia ian n
dala dalam m
inga in gata tan n
memp memper erli liha hatk tkan an
pentingnya pengaruh faktor emosi dalam proses recall. recall. Banyak hasi hasill
pene penellitia itian n
yang yang
menun enunju jukk kkan an
bahw bahwa a
peng pengal alam aman an--
pengalaman yang bermuatan emosional yang tinggi cenderung lebih banyak diingat-kembali (recall) dibandingkan pengalaman yang tidak bermuatan emosional (Buttler, 1989; Christianson & Safe Safer, r, 19 1996 96;; Si Sieg egel el,, 19 1995 95,, 19 1999 99). ). Peng Pengec ecua uali lian an terh terhad adap ap kece kecende nderun rungan gan in inii adal adalah ah jika jika peris peristi tiwa wa ters tersebu ebutt tida tidak k saja saja 150
mengandung muatan emosi, tapi sudah merupakan peristiwa trauma traumatis tis.. Apa yang lumrah lumrah terjad terjadiny inya a adalah adalah kebali kebalikan kannya nya,, recall bany banyak ak gaga gagall kare karena na oran orang g cend cender erun ung g mela melaku kuka kan n repr repres esii
terh terhad adap ap
Ter Terha hadap dap
ingat ngatan an
mere merek ka
peri perist stiw iwaa-per peris isti tiwa wa
yang yang
(mem (memor ory y bermu bermuat atan an
repr repres essi sion on)). emos emosio ional nal,,
teru teruta tama ma bers bersif ifat at negat negatif if,, kecen kecendede-ru runga nganny nnya a adal adalah ah akan akan diinga dii ngatt secara secara tidak tidak akurat akurat (Badde (Baddeley ley,, 1989; 1989; Christ Christian ianson son & Safer, 1996; Loftus, 1979). Oleh karena itu, ingatan terhadap peristi peristiwawa-peri peristi stiwa wa negatif negatif yang yang bermua bermuatan tan emosio emosional nal yang yang tinggi akan lebih mudah untuk didistorsi. Walaupun ada juga sebag sebagia ian n ahli ahli yang yang meny menyat atak akan an bahw bahwa a peri perist stiw iwaa-pe peri rist stiw iwa a yang mempunyai muatan emosi akan diingat-kembali (recall (recall)) deng dengan an lebi lebih h akur akurat at (Boh (Bohan anno non n & Symo Symons ns,, 19 1992 92;; Heue Heuerr & Reisber Reisberg, g, 1990). 1990). Namun Namun terlep terlepas as dari dari soal soal mana mana yang yang lebih lebih akurat, dalam konteks disertasi ini, hal tersebut bukan tujuan dar dari pene peneli liti tian an.. Sua Suatu yang ang prin prinsi sip p yang ang mungk ungkin in perl perlu u dikemukakan adalah bahwa faktor emosi memainkan peranan penting penting dalam dalam ingatan ingatan kolekt kolektif. if. Masyar Masyaraka akatt cenderu cenderung ng akan akan lebi lebih h
memp memper erha hati tika kan n
dan dan
meng mengin inga gatt
kemb kembal alii
peri perist stiiwawa-
perisitiwa yang mempunyai muatan emosi tinggi.
151
Faktor emosi sebagaimana ia juga dialami secara kolektif, akan akan memp mempeng engar aruh uhii kole kolekt ktiv ivit itas as dalam dalam penge pengert rtia ian n bahwa bahwa transmisi ingatan kolektif tidak hanya mewariskan informasi, tapi juga sekaligus emosi dan trauma. Seperti yang dikatakan Neal (1998): The The tra traumas umas of the past past bec become ome ingr ngraine ained d in coll collec ecti tive ve memories and provide reference points to draw upon when the need arises. Hearing or reading about an event does not have the same implications as experiencing event directly. However, as parts of the social heritage, events from the past become selectively embedded in collective memories. Neal (1998: 7) Bukan hanya kandungan emosi yang ditansmisikan kepada generasi berikutnya, tetapi juga pada tingkat mana masyarakat masih larut dengan trauma tersebut. Masyarakat yang masih trau trauma ma deng dengan an masa masa lalu lalu mena menand ndak akan an masy masyar arak akat at yang yang belum pulih dan sembuh dari luka-luka lama. Banyak penelitian memperlihatkan bahwa peristiwa yang mengan-dung muatan emosi emosi yang yang tingg tinggii akan akan cender cenderun ung g di diba bagi gi (shared) dengan orang orang lain. lain. Seperti Seperti yang dikata dikatakan kan Penneba Pennebaker ker dan Banasi Banasik k (1997), Rime dan Christophe (1997), semakin kuat emosi di sekeliling kejadian tersebut, semakin sering orang-orang akan membicarakannya satu sama lain, maka semakin kental narasi dan dan waca wacana na di seki sekita tarr peri perist stiw iwa a ters terseb ebut ut.. Seba Seballikny iknya a jika jika 152
inte in tens nsit itas as
emos emosio iona nall
masy masyar arak akat at
mula mulaii
berk berkur uran ang, g,
maka maka
wacana dan proses social sharing juga sharing juga akan berkurang. Peneli Penelitia tian n di Spanyol Spanyol dan Amerik Amerika a latin latin pascake pascakeker kerasa asan n politi politik k memperl memperlihat ihatkan kan proses proses-pro -proses ses sosial sosial dan emosi emosi yang yang bera berag gam. am. Pasc Pasca a keker ekeras asan an pol politik tik di bawa bawah h rez rezim yang ang represif, represif, memperliha memperlihatkan tkan adanya kecenderungan kecenderungan untuk tidak meng mengin inga gatt-in inga gatt
dan dan
memb membic icar arak akan an
peri perist stiw iwa a
trau trauma mati tik k
tersebut (inhibition of talking past traumatic events). events) . Namun kecende kecenderun rungan gan ini dii diikut kutii secara secara paradok paradoksal sal dengan dengan proses proses rumina ruminasi si mental mental (ment (mental al rumina ruminatio tion) n) yang yang terj terjad adii seca secara ra spon sp onta tan n sete setela lah h sebe sebelu lumn mnya ya mele melewa wati ti fase fase peng pengin ingk gkar aran an (denial), (denial), serta serta pengh penghind indar aran an (avoidance) (P (Pae aez, z, Basa Basabe be & Gonzalez, 1997). Apa yang ingin dikatakan oleh hasil penelitian tersebut but
adal dalah:
proses-p -prroses ses
emosi osi
dan
sos sosial
akan
berinteraksi dalam menentukan apakah kelompok sosial akan cenderu cenderung ng menging mengingat at atau atau akan akan melupak melupakan an suatu suatu peristi peristiwa wa trau trauma mati tik k pada pada masa masa lalu lalu.. Hasi Hasill pene peneli liti tian an dala dalam m kont kontek eks s Amerika
latin
dan
Spanyol
pascaperang
saudara,
memperlihatkan bahwa mengingat masa lalu yang traumatik akan akan meni mening ngka katk tkan an pros proses es berb berbag agii seca secara ra sosi sosial al (social sharing) di antara antara indivi individu du dalam dalam komuni komunitas tas.. Proses Proses-pr -proses oses 153
emos emosii yang yang meny menyer erta taii pros proses es sosi sosial al in inii di anta antara rany nya a yang yang menon menonjo joll adal adalah ah rumi ruminas nasii ment mental al (mental rumination rumination)) dan inhibisi mental (mental (mental inhibition). inhibition). Adanya usaha-usaha untuk pemaknaan ulang (reappraisal) dan proses asimilasi terhadap masa asa lalu alu deng dengan an kepen epenttin inga gan n di masa asa sek sekarang rang.. Hasi Hasill penelitian di beberapa negara Amerika Latin tidak sepenuhnya mendukung anggapan kaum Neo-Freudian yang mengatakan adanya proses repressed memory setelah peristiwa traumatik, untuk selamanya melupakan peristiwa tersebut. Memang ada keinginan yang kuat untuk melupakan, tapi juga ada proses mental dan emosi secara voluntary untuk mengingat kembali peris peristi tiwa wa ters tersebu ebutt secar secara a otom otomat atis is,, atau atau apa apa yang yang di diseb sebut ut sebag sebagai ai rumi rumina nasi si menta mentall (mental (mental ruminat rumination ion)). Yang lebih penti penting ng dalam dalam kont kontek eks s in inii adala adalah h pros proseses-pr pros oses es sosia sosiall dan proses regulasi emosi serta proses coping terhadap terhadap peristiwa peristiwa traumatik tersebut akan menentukan apakah suatu komunitas akan akan teta tetap p terb terbel elen engg ggu u atau atau terb terbeb ebas as dari dari beba beban n in inga gata tan n (memor (memory y burden) burden) masa masa lalu lalu.. Secar Secara a alam alamia iah, h, indiv individ idu u dan dan komu komuni nita tas s akan akan beru berusa saha ha seca secara ra su sung nggu guhh-su sung nggu guh h untu untuk k keluar dari beban ingatan di masa lalu.
154
Pengal ngala aman pem pemapar aparan an
Afrika
peri periss-ti tiw wa
Sel Selata atan yang yang
memperlihatkan
menga engand ndun ung g
muat uatan
bahwa hwa emos emosii
kepada kepada publik publik (publi (public c dis disclo closure sure)) lewa lewatt prose proses s storytelling misa misaln lnya ya,, seba sebagi gian an besar besar akan akan bi bisa sa mele melepas paska kan n (release) teganga tegangan n emosio emosional nal dalam dalam masyar masyaraka akat, t, dan mendor mendorong ong ke arah arah pemaa pemaafa fan n sosi sosial al (social (social forgiveness) forgiveness) dan rekons rekonsili iliasi asi.. Namun proses ini tidak menjamin adanya penyembuhan dan pemul pemulih ihan an (healin healing g procese procesess ss)) di tin ingk gkat at indi ndividu vidual al dan dan di tingkat antar personal. Neal (1998) mengatakan, bagaimanapun masyarakat perlu pulih pulih dari dari in ingat gatan an kole kolekt ktif if yang yang masi masih h menga mengandu ndung ng beban beban emosi emosiona onall yang yang tingg tinggi, i, su supa paya ya masy masyar arak akat at bi bisa sa lepas lepas dari dari beban ingatan masa lalu (burden of memory). memory).
3.3.11. Ingatan Kolektif dan Identitas Seperti yang dikatakan Halbwachs (1950/1990) salah satu kegunaan ingatan kolektif adalah untuk pengukuhan identitas kelompok: Specifically, the function of socially shared images of the past (col (colle lect ctiv ive e memo memory ry)) is to allo allow w the the grou group p to fost foster er soci social al cohession, to develop and defend social identification, and to justify current attitudes and needs. (Halbwach dalam Paez, Basabe & Gonzalez, 1997: 147)
155
Ident Identit itas as denga dengan n demik demikia ian n adal adalah ah konst konstruk ruk terpe terpent ntin ing g dala dalam m kait kaitan anny nya a deng dengan an ingat ngatan an,, baik baik id iden enti tita tas s in indi divi vidu du maupun maupun identi identitas tas sosial sosial atau atau kolekt kolektif. if. Tajfel Tajfel (1978; (1978; Tajfel Tajfel & Tur Turne ner, r,
1986 19 86))
pelo pelopo porr
teor eori
ident dentiitas tas
sosi osial
menga engang ngap ap
inde in dent ntit itas as in indi divi vidu du bahk bahkan an tida tidak k bi bisa sa lagi lagi di dile lepa pask skan an dari dari identitas sosial. Seperti yang diaktakan oleh Tajfel (1978: 63); “that part of individual’s self concept which derives from his knowledge of his member-ship of a social group (or groups) together with the value and emotional significance attached to that that members memberships hips”. ”. Oleh leh kare karena na itu itu kel kelompo ompok k di dipa pand ndan ang g seba sebaga gaii
pira pi rant ntii
utam utama a
temp tempat at
indi in divi vidu du
meng mengem emba bang ngka kan n
identi identitas tasnya nya (Ross, (Ross, 1993) 1993).. Jika Jika identit identitas as orang-o orang-oran rang g sangat sangat terk terkai aitt deng dengan an afil afilia iasi siny nya a pada pada kelo kelomp mpok ok,, dan dan kesa kesada dara ran n berkelompok
sangat
berhubung-an
dengan
ingatan,
konk konklu lusi siny nya a adal adalah ah bahw bahwa a hubu hubung ngan an anta antara ra in inga gata tan n dan dan identi ntitas
ada adalah
sanga ngat
kuat uat.
Seperti
yang
dikata atakan
Pennebaker: Families, neighborhoods, cities, regions and entire cultures are bou bound toge togetther her by a share hared d of bel belief iefs, expe experi rien ence ces s, and and memories. The shared histories cement individual’s identities with the groups to which they belong” (Pennebaker, 1997: vii).
156
Deng Dengan an demi demiki kian an,, seper seperti ti haln halnya ya in ingat gatan an kole kolekt ktif if yang yang bersi bersifa fatt su subj bjek ekti tif, f, di diko kont ntru ruks ksii secar secara a sosi sosial al,, demik demikia ian n ju juga ga kirany kiranya a dengan dengan identi identitas tas (Brune (Bruner, r, 1994; 1994; Deaux, Deaux, 19 1993; 93; Rose, Rose, 1996 19 96;; Saru Sarup, p, 19 1996 96). ). Diri Diri dan dan id iden enti tita tas s adal adalah ah ceri cerita ta yang yang ditu di tuli lis, s, nara narasi si yang yang di dike kemb mbang angka kan, n, seper seperti ti yang yang di dika kata taka kan n Bruner (1994: 53); “Self is a perpetually rewritten story. What we remember from the past is what is necessary to keep that story satisfactorily well formed…the self is a remembered self, the remembering reaches far back beyond our own birth back to the cultura culturall and language language forms forms that specify specify the definin defining g pro prope pert rtie ies s of a self self” ” . Dimensi Dimensi konstr konstrukt uktif if dari dari identi identitas tas dan kait kaitan anny nya a deng dengan an masa masa lalu alu berl berlak aku u ju juga ga pada pada id iden enti tita tas s kolek olekti tiff.
Pend Pendap apat at in inii
juga ju ga di didu duk kung ung
Halba albawa wach chs s
(199 992: 2:
47);”We 47);”We preserve memories of each epoch in our lives, and thes these e are are cont contin inua uall lly y repr reprod oduc uced ed:: thro throug ugh h them them,, as by a continual relationship, a sense of our identity is prepetuated” . Sebagaimana dikatakan oleh Erickson (198, 1978), dalam perkem-bangan identitasnya, individu pernah mengalami krisis identitas, demikian juga dengan identitas kelompok. Kejadiankejadian besar seperti perang, tragedi nasional yang traumatis berpe berpeng ngaru aruh h terh terhad adap ap in inden denti tita tas s kelo kelomp mpok ok (Bal (Balib ibar ar,, 19 1995 95:: 157
Neal, 1998), atau misalnya apa saja yang baru dialami Amerika Serikat Serikat dengan dengan tragedi tragedi 11 Septemb September. er. Kejadia Kejadian-k n-keja ejadia dian n ini bisa bi sa memp memper erku kuat at atau atau memp memper erle lema mah h id ident entit itas as kelo kelomp mpok ok,, terg tergan antu tung ng
baga bagaim imaa-na na
dam dampak paknya nya
ter terhada hadap p
iden id enttitas itas
kelo kelomp mpok ok.. Sepe Sepert rtii yang yang di dika kata taka kan n Neal Neal (199 (1998: 8: 31 31): ):” ” All colle collect ctiv ive e trau trauma mas s have have some some bear bearin ing g on natio national nal id ident entit ity. y. While in some cases national trauma results in enhancing a sense of unity within a society, there are other cases in wich collective traumas have fragmenting effects” . Soal Soal penguat penguatan an dan pelemah pelemahan an identi identitas tas ada kaitann kaitannya ya juga antara persoalan hubungan antara ingatan dan sejarah, seperti yang dikatakan Nora berikut ini: The passage from memory to history has required required every social social group to redefine its identity through the revitalization of its own history. The task of remembering makes everyone his own historian. The demand for history has thus largely overflowed the circle of professional historians. Those who have long been marginalized in traditional history are not only ones haunted by the need to recover their buried pasts. Following the example of ethnic groups and social minorities, every established group, intellectual or not, learned or not, has felt the need to go in search of its own origins and identity. (Nora, 1989: 15). Berkaitan juga dengan soal perayaan-perayaan dan usaha penge-nangan kembali (commemoration), (commemoration), proses narasi adalah sangat penting dalam usaha membangun identitas kelompok. 158
Seperti halnya juga narasi kehidupan adalah salah satu cara indi in div vid idu u
mende endeffin inis isik ikan an
diri di riny nya a
(Neis Neisse ser, r,
199 994) 4),,
nara narasi si
kelomp kelompok ok menjad menjadii forum forum tempat tempat masyar masyaraka akatt mengem mengembang bang-kan dan membang membangun un identit identitasny asnya a (Conway (Conway,, 1997; 1997; Deutsch Deutsch,, 1973; Rose, 1996). Narasi, kata Zerubael (1995) adalah satu cara terpenting dimana masyarakat mengembangkan identitas nasional nasional dan kultur kulturaln alnya. ya. Sekali Sekali lagi, lagi, terlih terlihat at bahwa bahwa adanya adanya keseja kesejajar jaran an antara antara teori teori identi identitas tas indivi individu du dengan dengan identi identitas tas kelomp kelompok, ok, di mana mana identi identitas tas besar besar kemungk kemungkina inan n akan akan terus terus ditanamkan dan ditancapkan pada periode krisis. Dalam kaitanya dengan konflik, teori identitas sosial dari Tajfel
(1978)
signi niffikan,
member berikan
dal dalam
artian
sumbang banga an
bah bahwa
pemikiran
ident entitas
individu
yang akan
mengent mengental al dalam dalam kontek konteks s identit identitas as kelomp kelompok. ok. Konflik Konflik sosial sosial seri sering ngka kali li adal adalah ah konf konfli lik k dengan dengan dasar dasar id ident entit itas as (Hof (Hofma man, n, 1988 19 88;; 19 1997 97), ), id ident entit itas as misal misalnya nya akan akan sema semaki kin n menge mengent ntal al dal dalam
suas su asan ana a
konf konfllik
di
mana ana
terd terda apat pat
ket keteran eranca cam man
(Burto (Burton, n, 1990b; 1990b; Kelman Kelman,, 2001; 2001; Volkan Volkan,, 1988, 1988, 1990) 1990).. Dapat Dapat dimengerti misalnya pada periode konflik, kepentingan politik akan akan teru terus s memp memper erku kuat at id iden enta tas s kel kelompo ompok k lewa lewatt pelb pelbag agai ai
159
macam macam cara commemoration untuk memperkuat memperkuat kohesivitas kohesivitas kelompok, dan ingatan kolektif adalah satu instrumennya.
160
3.4.
Ringkasan
Dari penelusuran terhadap banyak ragam literatur dalam kelompok teori resolusi konflik terlihat jelas bahwa tidak ada kese kesepak pakat atan an tent tentan ang g cara cara mene menemp mpat atka kan n fakt faktor or masa masa lalu lalu dalam dalam pros proses es-pr -prose oses s in inte terv rven ensi si.. Kelo Kelomp mpok ok teor teorii negos negosia iasi si mengabaikan faktor masa lalu, atau paling tidak beranggapan bahwa masa lalu adalah sesuatu yang harus ditinggalkan jika kita ingin melangkah ke masa depan. Kelompok teori dalam payung psikologi sosial mencoba menelaah isu ini lebih lanjut dengan mencoba memberi tempat terhadap pentingnya masa lalu. Tetapi masih terlalu sedikit elaborasi dan penelitian lebih lanjut mengenai soal-soal ini. Kelompok teori rekonsiliasi justru banyak memfokuskan perhatiannya pada masa lalu. Walaupun terdapat pelbagai macam sudut pandang teoretik terhadap isu rekonsiliasi, di antaranya pandangan teori pilihan rasional, teori kebut kebutuha uhan n manus manusia ia,, dan dan kelo kelomp mpok ok teori teori pemaa pemaafa fan, n, namun namun semua semua kelomp kelompok ok teori teori terseb tersebut ut sepaka sepakatt bahwa bahwa penangan penanganan an terh terhad adap ap isu isu masa masa lalu lalu,, fakt faktor or pema pemaaf afan an,, peng pengun ungk gkap apan an keben ebenar ara an, elem elemen en
pros proses es
pent pentin ing g
peny penyem embu buha han n
dal dalam
dan dan
rek rekons onsili iliasi asi.
pem pemul ulih ihan an Walau alaup pun
adal adalah ah terd terdap apat at
pelbagai macam definisi tentang rekonsiliasi, namun dalam hal 161
ini rekonsiliasi dapat dipandang sebagai suatu peristiwa, suatu proses dan sekaligus suatu hasil dari suatu proses perbaikan hubu hubung ngan an ke arah arah yang yang lebi lebih h kons konstr truk ukti tiff di masa masa depa depan. n. Perbaikan
hubu ubunga ngan
terse erseb but
mensyarat-ka -kan
per perlunya
perubahan dalam aspek identitas, nilai-nilai, n ilai-nilai, sikap dan perilaku. Reko Rekonsi nsili lias asii di dido doro rong ng oleh oleh adany adanya a usaha usaha untu untuk k meme memenuh nuhii kebutuhan-kebutuhan sosial dari pihak yang bertikai. Beberapa kebut kebutuha uhan n yang yang subst substan ansi sial al ters tersebu ebutt menca mencaku kup; p; kead keadil ilan an,, keamanan, penyembuhan dan pemulihan dan pengungkapan kebenar kebenaran. an. Rekonsi Rekonsilia liasi si dapat dapat dicapai dicapai bil bila a ada usaha usaha untuk untuk mengage mengagendak ndakan an isu isu-is -isu u terseb tersebut ut serta serta adanya adanya usaha usaha untuk untuk melakukan negosiasi yang dilandasi oleh rasa saling percaya dan rasa saling membutuhkan. Rekonsiliasi bisa dimulai dari ranah antarpersonal, antarkelompok (bottom-up (bottom-up approach) approach) dan atau dimulai dari tingkat nasional (top-do ( top-down wn approach approach). ). Fokus dari disertasi ini adalah pada peranan masa lalu sebagaimana yang terekam dalam ingatan kolektif kelompok-kelompok yang pernah bertikai di masa lalu. Sepintas diungkap-kan bagaimana pentingnya unsur masa lalu dalam usaha rekonsiliasi, namun masih sangat sedikit elaborasi dan eksplorasi bagaimana masa
162
lalu dimaknai ulang, diubah, direkonstruksi, dan dipertahankan untuk keperlu-an rekonsiliasi. Literatur-literatur dalam bidang psikologi mengenai ingatan selama selama ini masih masih didomi didominasi nasi oleh oleh pendeka pendekatan tan kognit kognitif if yang yang memandang manusia semata-mata sebagai ‘mesin’ pengolah informasi. Pendekatan ini menempatkan ingatan semata-mata sebagai hasil dari proses kognitif seperti: sensing, perception, perception, encodin encoding, g, storag storage e dan
retrieval. retrieval.
Penel enelaa aaha han n
lebih ebih lanj lanjut ut
mengenai usaha manusia untuk mengingat kejadian-kejadian seha sehari ri-h -har arii
dan dan
keja kejadi dian an-k -kej ejad adia ian n
kele kelema maha han n
pend pendek ekat atan an ps psik ikol olog ogii
sosi sosial al
memp memper erli liha hatk tkan an
kogn kognit itif if..
Terl Terlih ihat at bahw bahwa a
ingatan dalam pengertiannya lebih sering bersifat kolektif dan sosial, di mana proses-proses sosial lebih sering terlibat dalam menen menentuk tukan an in inga gata tan, n, term termasu asuk k mula mulaii dari dari prose proses s sensing, perceiving, perceiving, encoding, encoding, dan retrieval. retrieval. Ing Ingatan dal dalam hal ini sangat bersifat konstruksi sosial di mana faktor subjektivitas, kepen epenttin inga gan, n,
buda budaya ya,,
kelom elompo pok k
dan dan
masya asyarrakat akat
sal saling
berinteraksi dalam mempengaruhi hakikat ingatan. Konstruksi ingat in gatan an seba sebagai gai su suat atu u yang yang sosi sosial al meli meliba batk tkan an ju juga ga pros proses es-proses emosi, proses pembentukan dan perubahan identitas yang yang tida tidak k dapa dapatt tere terela lakk kkan an seca secara ra bers bersam amaa-sa sama ma sali saling ng 163
membentuk pengalaman dan ingatan kolektif yang terkadang di luar batas-batas batas-batas kejadian kejadian yang terjadi secara faktual. faktual. Dalam hal ini sejarah sejarah sebagai usaha rekonstruks rekonstruksii faktor-fak faktor-faktor tor faktual faktual dari dari masa masa lalu lalu mend mendap apat at tant tantan anga gan n dari dari pros proses es in inga gata tan. n. Bagai Bagaima mana na feno fenome mena na in inga gata tan n kole kolekt ktif if di dite temp mpat atka kan n dala dalam m konteks rekonsiliasi, bagaimana peranan yang dimainkannya, serta bagaimana ingatan bisa mempersuli mempersulitt atau mempercepat mempercepat usaha rekonsiliasi adalah inti dari penulisan disertasi ini.
164