Uji Antidiare Loperamide dan Diapet dengan Metode Transit Intestinal
MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas nikmat berkah dan hidayahnya serta penyertaan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Uji “Uji Antidiare Loperamide dan Diapet dengan Metode Transit Intestinal” Intestinal” dengan baik. Makalah ini ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama perkuliahan, pengamatan, penyusunan, dan penyelesaian makalah ini, penulis mendapatkan bantuan doa, dukungan, semangat, saran dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Orang tua yang selalu sabar dan mendukung penyusunan makalah 2. Ibu Jatuh Padmi, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang selalu bersedia dengan sabar memberi masukan terhadap mahasiswinya. 3. Serta teman-teman FSM C 2015 yang membantu jalannya pengamatan hewan uji demi tercapainya makalah ini. Penulis sadar bahwa memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuam pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………...i PRAKATA……………………………………………………………………………………….. 2 DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………….. 4 1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………….. 5 1.3 TUJUAN PENELITIAN……………………………………………………………………...5 BAB II DASAR TEORI 2.1 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI DIARE………………………………………………..6 2.2 GOLONGAN OBAT ANTI DIARE…………………………………………………............8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 JENIS RANCANGAN……………………………………………………………………… .11 3.2 VARIABEL PENELITIAN…………………………………………………………………. .11 3.3 ALAT…………………………………………………………………………………............11 3.4 BAHAN……………………………………………………………………………………....11 3.5 TATACARA PENELITIAN………………………………………………………………....11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL 4.1 DOSIS……………………………………………………………………………………….. .13 4.2 TABEL DATA……………………………………………………………………………….14 PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………14 BAB V PENUTUP 2
5.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………17 5.2 SARAN………………………………………………………………………………………17 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………18
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang masih menajdi permasalahan di Indonesia. Edukasi dari segi pencegahan dan penanganan sudah dilakukan oleh pemerintah. Meskipun berbagai upaya penanganan telah dilakukan oleh pihak pemerintah dalam menyikapi hal ini namun, upaya tersebut nampaknya belum dapat memberikan hasil yang memuaskan. Hampir setiap tahun diare masih menduduki peringkat atas, khususnya di daerah pinggiran kota yang belum memadai fasilitas hidup bersih dan sehat (HBS). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia Sementara UNICEF memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Di Indonesia, setiap tahun 100.000 masyarakat meninggal karena diare. Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat untul berperilaku sehat menajdikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang
rawan
akan
penyebaran
penyakit.
Lingkungan
tersebut
menjadi
penyebab
berkembangnya berbagai virus dan bakteri. Begitu pula yang terjadi pada penyakit diare. Selain itu, kelangkaan air bersih menajdi sebab utama pemicu penyakit ini. Pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan atau gangguan yang ringan salah satunya adalah diare.Menurut catatan WHO, sebanyak 801/6 masyarakat yang mengeluh sakit memilih sistem pengobatan sendiri sebelum mencari pertolongan medis.Data di Indonesia menujukkan sekitar 60% dari masyarakat melakukan pengobatan sendiri.Di Indonesia tiap bulan penduduk yang mengeluh sakit selama satu bulan terakhir sebanyak 5.273.041 orang. 3
Loperamid dan diapet adalah salah satu obat antidiare golongan anti motilitas yang bekerja menekan peristaltik usus supaya tidak terlalu banyak volume yang keluar dari tubuh melalui dubur (feses cair). Berkaitan dengan cara kerja loperamide tersebut, dalam penelitian ini dilakukan pengujian obat antidiare dengan metode transit intestinal. Metode transit intestinal dapat digunakan dengan melihat rasio jarak usus yang terkena marker dari keseluruhan panjang usus. Metode ini dipilih karena dinilai efektif dari segi waktu, namun membutuhkan ketelitian yang tinggi.
1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian antidiare? 2. Apakah loperamide dan diapet memiliki aktivitas antidiare? 3. Bagaimana prinsip metode transit intestinal pada pengujian loperamide dan diapet? 4. Bagaimana mekanisme obat antidiare pada metode transit intestinal? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1. Memahami pengertian antidiare 2. Memahami dan mengaplikasikan prosedur pengujian obat antidiare
4
BAB II DASAR TEORI
2.1 Etiologi dan patofisiologi diare Teori Tjay dan Rahardja (2008: 540) menyatakan dehidrasi akibat diare merupakan salah satu kematian penting pada anak-anak. Puspitaningrum (2008: 22) menjelaskan neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali.Sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare apabila frekuensinya lebih dari 3 kali. Dalam teori Amirudin (2007:12) etiologi penyakit diare antara lain (a). Infeksi Bakteri, beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menyebabkan diare, contohnya Campylobacter sp., Salmonella sp., Shigella sp.dan Escherichia coli. (b). Infeksi Virus, beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rotavirus, Norwalk virus, cytomegalovirus, virus herpes simplex dan virushepatitis. (c). Intoleransi makanan, contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktosa. (d). Parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan. Contohnya Giardia glamblia, Entamoeba histolytica dan Cryptosporidium sp. (e). Reaksi Obat, contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium. (f). Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.
Jenis- Jenis diare berdasarkan Amirudin (2007:12), terdapat beberapa jenis diare yaitu : 1) Diare akut : merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari dan berlangsung kurang dari 14 hari. 2) Diare bermasalah: merupakan diare yang terjadi karena infeksi virus, bakteri, parasit dan intoleransi laktosa. Bisa disebabkan juga oleh karena peradangan non spesifik (seperti penyakit
5
Crohn, kolitis ulserativa, colitis iskemik), infeksi spesifik (seperti tuberkulosis, AIDS) maupun tumor usus. 3) Diare persisten: merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut. Patofisiologi diare dapat melalui beberapa mekanisme, antara lain: 1. Gangguan osmotik Terjadi akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannnya sehingga terjadi diare. 2. Gangguan sekresi Terjadi akibat rangsangan tertentu (contoh: toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan uji rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya, apabila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. 4. Defek system pertukaran anion atau transport elek trolit aktif di enterosit menyebabkan gangguan absorbs Na+ dan air 5. Eksudasi cairan Adanya elektrolit dan mucus berlebihan sehingga terjadi peradangan dan kerusakan usus. 6. Malabsorbsi asam empedu dan malabsorbsi lemak akibat gangguan pembentukan missal empedu. Penjelasan lebih lanjut mengenai penyebabnya yang dikemukakan oleh Amirudin (2007:14) dapat dibedakan empat jenis diare sebagai berikut: a. Diare akibat virus, misalnya " influenza perut " dan "travellers diarrhea" yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas reabsorpsi, sekresi air, dan elektrolit menurun. 6
b. Diare bakterial (invasif) agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang seiring dengan meningkatnya derajat higine masyarakat. Bakteri-bakteri tertentu, misalnya bahan makanan yang terinfeksi oleh banyak kuman menjadi infasif dan menyerang kedalam mukosa.Bakteri bereplikasi membentuk toksin yang dapat direabsorpsi kedalam darah dan menimbulkan gejala yang hebat seperti demam tinggi, sakit kepala, dan kejang-kejang, disamping itu ditandai dengan adanya feces lunak yang berdarah dan berlendir.Penyebab terkenal dari jenis diare ini adalah bakteri Salmonella sp, Shigella sp,Campylobacter sp, dan jenis coli tertentu. c. Diare parasites seperti protozoa, Entamoeba hiscolytica, Giardia liambia, Cryptosporodium sp, dan Cyclospora sp, diare ini biasanya bercirikanmencret cairan yang intermiten dan bertahan lebih lama lebih dari satuminggu. Gejala lainnya berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea,vomiting dan rasa letih (malaiase). d. Diare akibat enterobakter. Diare ini jarang terjadi, penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk enterotoksin, seperti E.coli, dan VibrioCholerae.Toksin melekat pada sel-sel mukosa dan merusaknya.Diare jenis ini bersifat sembuh dengan sendirinya.
2.2 Golongan obat antidiare Tujuan dari pemberian obat anti diare adalah untuk menghilangkan gejala, memperbaiki dan meningkatkan fungsi tubuh, dan mencegah penyebaran penyakit. Terapi atau pengobatan yang biasadilakukan adalah: Neal (2006:32) menjelaskankelompok obat yang sering digunakan pada pasien diare adalah : a) Kemoterapeutik Digunakan untuk terapi kausal, yakni memberantas atau membunuh bakteri penyebab diare.Antibiotic
yang
biasa
digunakan
adalah
antibiotik,
sulfonamid,
kunolon,
dan.furazolidon.Antibiotik digunakan hanya pada infeksi spesifik tertentu, misalnya kolera dan disentri basiler berat, yang diterapi dengan tetrasiklin.Siprofloksasin kadangkadang digunakan untuk terapi diare perjalanan atau Travellers dirrhoea dan propilaksis. b) Obstipansia untuk terapi simptomatik, yang dapat menghentikan diare: 1. Zat-zat penekan peristaltik atau antimotilitas.Farmakologi dan indikasi Secara luas digunakan sebagai terapi simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat dan kodein menstimulasi aktifitas reseptor μ pada neuron 7
mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktasi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus. a. Candu, Opioid, Pulvis opii Bekerja melalui otot-otot licin dan menekan peristaltik (gerakan usus).Berguna sebagai obstipan pada pengobatan disentri dan kolera.Opiid tidak boleh digunakan sembarangan, karena daya kerjanya terhadap SSP. b. Loperamid Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada ususkarena tidak mudah menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, Loperamid hanya mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan ketergantungan. Jika dikombinasi dengan antibiotik, loperamide akan mengurangi frekuensi diare dan memperpendek durasi diare (Katzung, 1994). Contoh obat : Alphamido®, Amerol®, Antidia®, Colidium®, Diadium®, Imodium®, Lexadium®, Loremid®, Motilex®, Lomodiumt®, Lodiag®, Lopamid . c. Difenoksilat Difenoksilat dan metabolitnya serta difenoksin digunakan untukdiare.Pada penggunaan oral, obat ini hampir tidak diresorpsi oleh usus dankhasiatnya selektif lokal terhadap syaraf-syaraf di dinding usus denganmengurangi peristaltik, sehingga usus diberi kesempatan untuk menyerapkembali air dari thymus dan diare terhenti.Indikasinya untuk diare yangtidak diketahui penyebabnya. 2. Adstringen: Zat yang dapat meringankan diare dengan menciutkan selaputlendir usus, misalnya asam semak (tanin) dan tannalbumin, garam-garambhismut dan aluminium a. Tanin Bersifat mengendapkan zat putih telur dan berkhasiat sebagaiadstringen, karena merangsang lambung (muntah, mual) maka hanyadigunakan senyawanya yang tidak melarut yakni tannalbumin b. Tannalbumin adalah persenyawaan sukar larut antara tanin dan albumin yangsecara berangsur-angsur melepaskan tanin ke dalam usus. Senyawa inisering kali diberikan pada anak-anak sebagai tambahan dalam pengobatan infeksi usus. 3. Menurut Handman and Limbird (2007:258) adsorbensia misalnya carbo adsorbens, koalin, pektin yang pada permukaannyamenyerap zat-zat beracun yang dihasilkan 8
oleh bakteri. Arang aktifdigunakan pada diare akibat salah makan atau keracunan makanan. Untukefek optimal diminum dengan takaran cukup besar dosis: 2-3x sehari 3-4 tablet (250 mg/tab.),pada diare. Contoh obat : Bekarbong®, Norit®. a. Kaolin
adalah
sejenis
tanah
lempung
yang
mengandung
alumunium
salisilat.Kaolin tidak larut dalam air dan dalam usus berdaya mengikat (adsorpsi)zat-zat beracun, serta memperbesar volume isi usus, sehingga dapatdipakai
untuk
meredakan
mencret,
aman
pada
wanita
hamil
dan
menyusui.Contoh obat : Kaopectat®. b. Attapulgit adalah senyawa komplek dari alumunium-magnesium silikat dengan sifat-sifatyang
sama.
untukmeningkatkan
Biasanya
daya
diaktivasi
absorbsinya
dengan
jauh
lebih
jalan kuat
pemanasan dari
kaolin.
Digunakansebagai antasida. c. Pektin Contoh obat : Kaopektat® 4. Berdasarkan teori Neal (2006;123) bismuth subsalisilat, obat ini dapat membentuk suatu pelindung untuk menutupi luka-luka pada dinding usus akibat peradangan. Contoh obat : Neo Adiar®, Diaryn® a. Splasmolitikaadalah yangsering
kali
zat-zat
yang
dapat
melepaskan
mengakibatkan
nyeri
perut
pada
kejang-kejang diare
otot
( papaverin
danoksifenonium). b. Obat antidiare kombinasiDari sisi komposisinya relatif banyak variasinya dan relatif banyakmerk dagang yang tersedia di pasaran. Contoh: Obat antidiare kombinasi yang mengandung 5 komponen yaitu Diapet® (ekstrak psidii folim 23.5 %, ekstrak curcuma domesticae rhizoma 12.5 %, ekstrak coix lacrima jobi semen 18 %, ekstrak phellodondri radik 23 %, ekstrak coptidis rhizome 23 %). Dalam pengujian antidiare, metode yang seringkali digunakan adalah metode transit intestinal.Vogel memaparkan teorinya (2012:561-562) metode transit intestinal adalah metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas obat yang dapat memperlambat gerak peristaltic usus dengan mengukur rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya.Penjelasan mengenai loperamide oleh Handman and Limbird (2007:258) merupakan obat antidiare turunan piperidin butiramit yang aktif secara oral.Obat ini meningkatkan waktu
9
transit usus dari mulut ke serum, meningkatkan tonus spingker anal.Selain itu, loperamide juga memiliki aktivitas antisekretori untuk melawan toksin kolera dan beberapa bentuk toksin E.Coli.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Jenis rancangan
Jenis rancangan yang digunakan pada metode ini adalah non eksperimental deskriptif karena pada penelitian ini tidak menggunakan manipulasi subjek uji melainkan berdasarkan data yang diperoleh. 1.2 Variabel Penelitian
a. Variabel bebas: Dosis obat antidiare, dosis diapet b. Variabel tergantung: Rasio jarak usus yang dipengaruhi oleh marker c. Variabel pengacau terkendali: usia dan jenis kelamin hewan uji d. Variabel pengaacau tak terkendali: kondisi patofisiologis hewan uji 1.3 Alat
Alat yang digunakan adalah gunting bedah, jarum suntik per oral, penggaris, beaker glass, jarum, nampan, sarung tangan, masker. 1.4 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Loperamide, Diapet (jamu antidiare), NaCl 0,9%,; Suspensi Gom Arabicum 20% + Norit 5%, serta hewan uji (mencit). 1.5 Tatacara Penelitian
1. Pemuasaan hewan uji Hewan uji mencit dipuasakan, bertujuan agar hewan uji yang digunakan tidak terkontaminasi makanan atau zat yang berasal dari luar tubuh yang dapat menganggu jalannya penelitian 10
2. Penimbangan bobot mencit Hewan uji mencit ditimbang, bertujuan untuk memudahkan pemberian volume obat dan memudahkan dalam penghitungan dosis. 3. Pembagian kelompok perlakuan Hewan uji mencit dibagi menajdi tiga kelompok perlakuan.Masing-masing kelompok diberikan larutan fisiologis, loperamide, jamu antidiare (diapet) secara per oral. 4. Perlakuan pada menit yang ditentukan Pada menit ke-0 mencit diberikan NaCl 0,9% (larutan fisiologis) pada kelompok mencit pertama. Pemberian larutan loperamide pada kelompok mencit kedua.Dan pemberian diapet pada kelompok mencit ketiga.Semua perlakuan pada mencit dilakukan secara per oral. Pada menit ke-45 semua kelompok hewan uji diberi larutan norit secara per oral. Pada menit ke-65 semua hewan dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher. 5. Pembedahan usus Hewan uji mencit ditelentangkan pada wadah yang disediakan, pada bagian kaki direnggangkan kemudian dijepit menggunakan jarum.Pembedahan dimulai dari bagian bawah tengah (dekat dengan lubang vagina) hingga ke atas (bawah mulut) mencit. Usus dikeluarkan sampai teregang, dilanjutkan dengan pengukuran panjang usus yang dilalui norit mulai dari pilorus hingga ujung akhir.Demikian juga diukur panjang seluruh usus mulai dari pilorus hingga rektum masing-masing hewan. 6. Penghitungan nilai rasio usus Penghitungan nilai rasio normal jarak dilakukan yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya dan dibandingkan untuk masing-masing kelompok perlakuan.Apabila obat yang diuji mempunyai aktivitas antidiare, maka nilai rasionya akan lebih kecil jika dibandingkan terhadap kelompok kontrol.
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DOSIS
1. Norit: 1 x 38,5 = 0,385 ≋ 0,4 mL 1 1 x 32,7 = 0,327 ≋ 0,3 mL b. Diapet: 1 1 x 39,3 = 0,393 ≋ 0,4 mL c. Loperamide: 1
a. Kontrol:
2. NaCl V kontrol =
1 x 38,5 = 0,385 1
3. Loperamide x 0,0026 = 5,2 x 10-3 ⁄20
D
x BB =
C
5,2 x 10-3 x 32,7 = 0,04
x
V
⁄ . V
20 V = 0,21 mL 4. Diapet 1 x 0,0026 = 3,12
D
x
BB =
C
x
V
,1 x 20 = C x 0,75mL
C = 4,16
⁄ 20 gram mencit 12
,16 ⁄ = ,
X = 8,1744
⁄ ≋ 8,2 ⁄ ,
a.
6, Vdiapet 1 = = = 0,68 mL 8,
≋ 0,7 mL
b. Vdiapet 2 = 0,75 mL
4.2 TABEL DATA
KONTROL Panjang
Panjang
N
usus
usus
O
dilalui
normal
norit
LOPERAMIDE
Rasio
Panjan g usus dilalui norit (cm)
(cm)
DIAPET
Panjan
Panjan
Panjan
g usus
g usus
g usus
normal
Rasio dilalui norit
(cm)
(cm)
normal
Rasio
(cm
(cm)
1
27,5
51,0
0,54
27,0
57,0
0,47
25,0
54,5
0,46
2
21,5
62,0
0,35
33,0
54,5
0,61
18,5
60,0
0,31
3
57,0
60,0
0,95
27,5
48,3
0,57
46,0
57,5
0,80
4
38,5
48,5
0,79
15,5
57,5
0,34
55,0
62,5
0,88
5
52,0
54,5
0,95
26,0
55,0
0,47
42,5
54,0
0,79
Σ
3,58
Σ
Rata-rata
0,716
Rata-rata
Σ
2,46 0,492
3,24
Rata-rata
0,648
PEMBAHASAN
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit
yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing,
atau keracunan
makanan.Gejala-gejala diare diantaranya adalah muntah, lesu, panas, tidak nafsu makan, feses berdarah, dapat pula feses berlendir atau encer.Dehidrasi adalah salah satu akibat dari diare, hal ini dapat terjadi karena banyaknya cairan tubuh dan elektrolit tubuh yang hilang.Oleh karena itu, teraopi diare yang pertama kali diberikan pada pasien adalah pemberian oralit.Fungsi dari oralit 13
adalah untuk mengembalikan cairanm tubuh dan elektroloit yang hilang akibat defekasi dari diare. Penyebab diare dibagi menjadi 2, yakni diare sekresi disebabkan oleh infeksi virus, bakteri pathogen dan non pathogen, kumperistaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misal: keracunan makanan, konsumsi makanan pedas dan makanan terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan atau gugup), gangguan saraf, hawa dingin, dan defisiensi imun terutama SIGA (Secretory Imuno Globulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flora usus karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Dalam penelitian ini digunakan metode transit intestinal. Prinsip dari metode transit intestinal adalah melihat pengaruh antidiare berdasarkan rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam percobaan.Metode ini digunakan untuk mengetahui efektivitas obat antidiare tanpa hewan percobaan diberi rangsangan diare. Obat antidiare akan memperkecil rasio, sedangkan obat laksansia dan obat anti spasmodik akan memperbesar rasio. Selain itu, alasan metode ini digunakan karena digunakan untuk mengevaluasi obat yang memiliki mekanisme kerja terhadap motilitas seperti loperamide HCl. Untuk obat yang
bekerja mempengaruhi
osmotic, sekretorik, eksudatif, dan invasive bakteri maka tidak dapat digunakan untuk metode transit intestinal. Hewan yang digunakan adalah mencit karena memiliki keuntungan mudah ditangani, mudah dikembangbiakan kembali, siklus hidup sempit, terdapat sifat anatomi, serta fisiologis dan suhu normal badan yang menyerupai manusia (37,4⁰C). Selain itu, efek dosis yang diberikan kepada mencit yang memilki bobot 20 gram, dengan factor konversi ke manusia bobot 70kg sebesar 387,9 maka dapat ditentukan dengan mudah evaluasi dosis penggunaan obat antidiare. Loperamide digunakan dalam pengujian antidiare ini karena termasuk dalam obat golongan antimotilitas dan sekresi usus golongan opiate.Obat ini merupakan turunan difenoksilat yang memilki khasiat berupa obstipasi. Meskipun loperamide terdaftar dalam golongan opiate, namun tidak menimbulkan kecanduan karena mekanismenya yang tidak dapat menyeberangi sawar darah otak dibandingkan opiat lain. Selain loperamide HCl, bahan kedua yang digunakan adalah norit berfungsi sebagai marker. Norit dipilih karena bahan tersebut mudah diperoleh di pasaran, harga terjangkau, stabil, tidak toksik, tidak dapat diserap dinding usus,serta dapat memberi warna gelap pada dinding usus. Adanya bahan ini pada lumen mencit yang sebelumnya sudah diberi obat antidiare menyebabkan kecepatan aliran marker melewati usus akan terhambat. Penyebab terhambatnya yaitu disebabkan karena pemberian loperamide 14
yang memiliki mekanisme mengurangi moti usus mencit dibandingkan normal.Bahan ketiga yang digunakan adalah NaCl atau larutan fisiologis yang digunakan sebagai control.Bahan keempat yang digunakan adalah diapet jamu.Digunakan diapet jamu sebagai obat antidiare golongan absorben, sedangkan loperamide HCl sebagai golongan antimotilitas.Diapet merupakan obat diare golongan kombinasi antara ekstrak psidii folim 23.5 %, ekstrak curcuma domesticae rhizoma 12.5 %, ekstrak coix lacrima jobi semen 18 %, ekstrak phellodondri radik 23 %, ekstrak coptidis rhizome 23 %. Penggunaan metode transit intestinal yang merupakan metode pengujian aktivitas antidiare yang merupakan metode terbatas untuk obat yang memiliki cara kerja terbatas pada aktivitas memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses dengan cara pengujiannya yaitu dengan membandingkan jarak usus yang ditempuh marker terhadap panjang usus keseluruhan, dengan cara penghitungan yang dilakukan dengan membandingkan nilai rasio jarak usus yang ditempuh oleh marker. Pada percobaan ini diperoleh hasil yaitu control dengan rasio Loperamide HCl
Σ = 3,58 serta rata-rata 0,716;
Σ = 2,46 serta rata-rata 0,492; Diapet dengan rasio Σ = 3,24 serta rata-rata
0,648. Secara teoritis apabila obat yang diuji mempunyai aktivitas antidiare, maka nilai rasionya akan lebih kecil dibandingkan kelompok control. Namun, sebaliknya apabila nilai rasio akan lebih besar apabila obat uji memilki aktivitas sebagai laksansia atau antispasmodik. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dikatakan sesuai dengan teori Handman and Limbird (2007:260), yakni loperamide dan diapet mempunyai efek antidiare. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rasio loperamide HCl Σ = 2,46 lebih kecil dibandingkan dengan nilai rasio control Σ = 3,58; dan nilai rasio diapet Σ = 3,24 lebih kecil dibandingkan dengan nilai rasio control
Σ=
3,58. Dapat disimpulkan pada metode transit intestinal ini sudah benar dalam pengujian aktivitas antidiare dari masing-masing obat antidiare yang digunakan, yang mana metode ini merupakan metode pengujian yang terbatas untuk obat yang cara kerjanya juga terbatas pada aktivitasnya untuk memperlambat peristaltic usus, dengan cara membandingkan tiap rasio.
15
BAB V PENUTUP 1.1 KESIMPULAN
1. Diare adalah suatu keadaan ketika frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal dengan konsistensi feses yang encer. 2. Loperamide dan diapet memiliki aktivitas antidiare, dapat dibuktikan dengan nilai rasio loperamide HCl Σ = 2,46 lebih kecil dibandingkan dengan nilai rasio control Σ = 3,58. 3. Pengujian aktivitas antidiare yang dilakukan adalah metode transit intestinal. Prinsip metode transit intestinal adalah metode pengujian aktivitas antidiare yang merupakan metode terbatas untuk obat yang memiliki cara kerja terbatas pada aktivitas memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses dengan cara pengujiannya yaitu dengan membandingkan jarak usus yang ditempuh marker terhadap panjang usus keseluruhan, dengan cara penghitungan yang dilakukan dengan membandingkan nilai rasio jarak usus yang ditempuh oleh marker. 4. Mekanisme Loperamide HCl yang digunakan dalam pengujian antidiare ini karena termasuk dalam obat golongan antimotilitas dan sekresi usus golongan opiat. 1.2 SARAN
Pengujian aktivitas obat antidiare dapat dilanjutkan dengan menggunakan turunan opiat lain agar dapat saling membandingkan aktivitas antar obat antidiare meskipun dalam satu golongan obat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, 2007, Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare), Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Epidemiologi Universitas Hasanuddin Press, hal. 12-14. Handman, J.G., and Limbird, L.E., 2007, Goodman & Gilman’s The Pharmacologycal Basis of Therapeutics, Mc-Graw Hill, USA, pp. 257-260. Puspitaningrum, 2008, Perbedaan Frekuensi Diare Antara Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dengan Bayi yang Diberi Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas, Jakarta: EGC, hal. 22. Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Jakarta: Gelora Akasara Pratama, hal. 32, 123. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2008, Obat-obat penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo, hal. 540-561. Vogel, H.G., 2012, Drug Discovery and Evaluation Pharmacological Assays, Springerverlag Berlin Heidelberg, Jerman, pp. 561-562.
17