SEDIAAN TABLET NAMA
NPM
Nor Artikah Jamaluddin
260110093010 260110093010
Norul Adilla Zakaria
260110093011 260110093011
Nur Aini Amanina Mujahid
260110093012 260110093012
Nur Farhanis Asilla Roslan
260110093014 260110093014
Siti Zulaicha Marzuki
260110093022 260110093022
Syaripah Adibah Syed Abdullah
260110093023 260110093023
1. DEFINISI
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (FI edisi III) Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dilakukan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet (FI edisi IV). Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai sebagai tablet atau tablet t ablet kompresi (USP 26, Hal2406).
2. FORMULA UMUM TABLET
1.
Zat Aktif Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam bentuk
tablet
dikelompokkan menjadi :
a. Zat Aktif Tidak Larut Air (Insoluble Drugs) Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran pencernaan (seperti antasida dan adsorben). Oleh karena zat tidak larut air umumnya
dipengaruhi
oleh
fenomena
permukaan,
maka
jika
bekerja
menggunakan zat ini, sangatlah penting memperhatikan kemampuan redispersi bahan obat dari sediaan menghasilkan ukuran partikel yang halus dan luas permukaan yang tinggi. Dengan demikian efek formulasi, granulasi, dan pencetakan terhadap sifat permukaan dari bahan dan kemampuan memperbaiki sifat bahan dalam saluran cerna dengan sifat permukaan optimum merupakan faktor kritis.
b. Zat Aktif Larut Air (Soluble Drugs) Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan terdisolusi dan terabsorpsi pada usus. Dalam hal obat diharapkan dengan memberikan efek sistemik, rancangan bentuk sediaan harus cepat terdisintegrasi dan terlarut. Kemampuan ini dapat menjadi faktor kritis atau tidak, bergantung pada kemampuan terlarutnya di daerah saluran cerna tempat bahan tersebut diabsorpsi.
2. Eksipien (Bahan Pembantu) Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif, membentuk tablet dan mempermudah teknologi pembuatan tablet. Eksipien harus memiliki kriteria sebagai berikut : 1) tidak toksik (memenuhi persyaratan peraturan di setiap negara) 2) tersedia secara komersial dengan mutu yang dapat diterima oleh semua negara 3) tempat produk tersebut dikembangkan 4) harga relatif murah 5) tidak kontraindikasi dalam suatu golongan populasi, inert secara fisiologis, stabil secara fisika dan kimia baik tersendiri maupun dalam kombinasi dengan zat aktif 6) bebas dari kandungan bakteri patogen 7) kompatibel dengan zat warna dan bahan lainnya
8) dan tidak membawa pengaruh yang buruk terhadap ketersediaan hayati dari zat aktif dalam sediaan.
a.
Bahan Pengisi Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan ukuran tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet, memperbaiki daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi, berkisar 5-80 % dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet (campuran massa yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan pengisi. Massa yang dibutuhkan dalam tablet adalah 0,1-0,8 g, sehingga memungkinkan untuk dicetak. Pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan. Bhan pengisi juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memicu aliran. Yang umum digunakan adalah pati dan laktosa (Voight, 1995) Tabel Macam-macam bahan pengisi tablet Tidak larut
Larut
Kalsium sulfat
Laktosa
Kalsium fosfat
Sukrosa
Kalsium karbonat
Dektrosa
Amilum
Mannitol
Modifikasi amilum
Sorbitol
Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut fillerbinders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Filler-binders digunakan dalam kempa langsung.
b.
Pengikat dan Perekat (Binders and Adhesives)
Pengikat atau perekat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai pengikat atau perekat antara lain : polimer alam, contohnya amilum, gom (akasia, tragakan), sorbitol, glukosa, gelatin dan natrium alginat; polimer sintetik, contohnya derivat selulosa seperti metil selulosa, karboksil metil selulosa (CMC), etil selulosa (Ethocel) poli metakrilat, polivinil pirolidon (PVP). Salah satu bahan pengikat yang sering digunakan adalah jenis pati dengan konsentrasi 5%-20%. (Voight, 1995). Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat solution, muchilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut. c.
Penghancur (Disintegran) Fungsinya untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan pencernaan. Bahan ini dapat menarik air ke dalam tablet, mengembang, dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian. Bahan ini sangat menentukan kelarutan obat selanjutnya sehingga dapat tercapai bioavailabilitas yang diharapkan. (Lachman, 1994). Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti amylum glikoat, senyawa selulosa, dan bahan-bahan lain yang memperbesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk ke dalam saluran pencernaan. Amilum digunakan dengan konsentrasi 5% umumnya cocok untuk membantu penghancuran. (Ansel, 1989)
d.
Bahan Pelincir (Lubrikan) Lubrikam murni adalah zat yang digunakan untuk mengurangi gesekan antara granul dengan dinding cetakan selama pengempaan dan pengeluaran tablet. Lubrikan dapat bekerja dengan dua mekanisme, yaitu fluid lubrication dan boundary lubrication. Fluid lubrication bekerja dengan memisahkan kedua
permukaan granul dan dinding. Sedangkan boundary lubrication bekerja karena adanya penempelan dari bagian molekular yang mempunyai rantai karbon panjang. Berdasarkan kelarutannya dalam air, lubrikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Lubrikan larut air Lubrikan ini umumnya hanya digunakan jika tablet harus sangat larut air (misalnya tablet effervesen) dan tergantung dari karakter disolusi yang diinginkan. Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai lubrikan larut air antara lain : natrium benzoat, natrium asetat, natrium klorida, natrium oleat, natrium lauril sulfat, magnesium lauril sulfat, asam borat, Karbowax 4000, Karbowax 6000, polietilenglikol. 2. Lubrikan tidak larut air Lubrikan ini lebih efektif daripada yang larut air dan digunakan pada konsentrasi yang lebih rendah. Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai lubrikan tidak larut air antara lain : magnesium stearat, kalsium stearat, natrium stearat, asam stearat, talk. Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang diinginkan, sifat fisika-kimia serbuk atau granul dan biaya. Sebagai bahan pelincir yang sangat menonjol adalah talk karena dapat sekaligus memenuhi ketiga fungsi yaitu sebagai pelincir, anti lengket dan pelicin. Pada umumnya talk ditambahkan sebanyak 2% ke dalam granulat siap pakai.(Voight, 1995) e.
Anti Lengket (Antiadheren) Antiadheren adalah zat yang digunakan untuk mencegah menempelnya massa tablet pada punch dan untuk mengurangi penempelan pada dinding cetakan. Bahan ini sangat diperlukan untuk zat-zat yang mudah menempel, seperti vitamin E. Talk, magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang memiliki sifat antiadheren yang sangat baik. Tabel Antiadheren yang biasa digunakan Jenis Antiadheren
Konsentrasi (%b/b)
f.
Talk
1-5
Magnesium stearat
<1
Amilum jagung
3-10
Colloidal silica
0,1-0,5
DL-Leucine
3-10
Natrium lauril sulfat
<1
Perbaikan Aliran atau Glidan Glidants
ditambahkan
dalam
formulasi
untuk
menaikkan
atau
meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena disamping dapat berfungsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan konsentrasi sampai 10%. Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet. Tablet tipe lubrikan yang biasanya digunakan Glidants
Konsentrasi (%)
Logam stearat
<1
Asam stearat
1-5
Talk
1-5
Amilum
1-10
Natrium benzoate
2-5
Natrium klorida
5-20
Natrium dan magnesium
1-3
lauril sulfat PEG 4000 dan 6000
g.
2-5
Pembasah (Surfaktan) Beberapa zat berkhasiat memiliki sifat hidrofob, yaitu sifat yang susah untuk dibasahi. Zat berkhasiat yang demikian akan menimbulkan masalah dalam
waktu hancurnya, oleh karena itu diperlukan suatu zat pembasah. Zat pembasah membantu mempercepat penetrasi cairan ke dalam tablet sehingga dapat terjadi kontak antara bahan cairan dengan zat penghancur yang lebih cepat.
h.
Penyerapan Cairan (Adsorben) Adsorben adalah zat yang digunakan untuk menyerap sejumlah besar cairan seperti minyak, ekstrak cair, dan lelehan eutektik yang dapat terinkoporasi dalam tablet tanpa perubahan zat tersebut menjadi basah. Beberapa contoh zat yang dapat digolongkan menjadi adsorben antara lain : siloid, aerosol, tanah liat, kaolin, magnesium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida, amilum.
i.
Zat Tambahan (Adjuvant) Adjuvan adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang ditambahkan dalam jumlah kecil untuk maksud pemberian warna, penawar bau, dan rasa. Contohnya :
Colors dan Pigments Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapeutik, dan tidak dapat meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan ke dalam sediaan tablet berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik. akan tetapi penggunaan pewarna yang tidak tepat akan mempengaruhi mutu produk. Pewarna yang digunakan haruslah pewarna yang diperbolehkan oleh Undang-undang untuk digunakan sebagai pewarna untuk sediaan obat. bahan pewarna ada yang larut dalam air dan ada yang tidak larut dalam air. Pewarna ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi dalam granulasi basah, tergantung apakah pewarna tersebut larut atau tidak. Penggunaan pewarna yang larut kemungkinan dapat terjadi migrasi zat warna selama proses pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak meratanya warna. Penggunaan pewarna ynag tidak larut dapat mengurangi resiko interaksi yang kemungkinan terjadi dengan zat aktif dan bahan tambahan lain. Terhadap tablet yang telah diberi pewarna, sangat penting untuk dilakukan
pengukuran keseragaman warna pengkilapan, serta perubahan warna karena pengaruh cahaya pada permukaan tablet. Tabel Jenis pewarna (sintetik yang biasa digunakan)
Pewarna
Nama umum
Red 3
Erytrosine
Red 40
Allura red AC
Yellow 5
Tartrazine
Yellow 6
Sunset Yellow
Blue 1
Brilliant Blue
Sweetners dan Flavor Penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang dimaksudkan untuk hancur atau larut di mulut. Tabel beberapa pemanis yang biasa digunakan Pemanis Alami
Pemanis Sintetis atau Buatan
Mannitol
Sakarin
Lactosa
Siklamat
Sukrosa
Aspartame
3. EKSIPIEN YANG DIGUNAKAN DALAM SEDIAAN Zat nonaktif (Eksipien)
Penambahan eksipien adalah untuk menghasilkan pelepasan zat aktif yang memuaskan, setelah sifat-sifat zat aktif telah diketahui untuk mencapai sifat-sifat fisik dan mekanik yang dapat diterima dan memudahkan proses pembuatan. Eksipien merupakan zat inert secara fisik, kimia, dan farmakologi yang ditambahkan ke dalam formulasi sediaan tablet untuk membantu memenuhi persyaratan secara langsung maupun tidak langsung. Eksipien biasanya digolongkan sesuai dengan fungsi utama yang dilakukannya dalam tablet. Banyak eksipien yang juga sering mempunyai fungsi
sekunder, yang dapat atau tidak dapat menguntungkan dalam desain bentuk sediaan tablet yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan sifat-sifat eksipien dan cara bahan ini mempengaruhi sifat-sifat formulasi secara menyeluruh merupakan hal yang perlu diberikan perhatian dalam pemilihannya. Adapun penggolongan eksipien tablet pada umumnya adalah pengisi (pengencer), pengikat dan adhesif, disintegran, lubrikan, antiadheren, glidan, pewarna, penyedap rasa dan aroma, dan adsorben. Kriteria eksipien tablet Semua eksipien tablet harus memenuhi kriteria tertentu dalam formulasi. Eksipien harus
Tidak toksik
Tersedia secara komersial dalam tingkat kualitas yang dapat diterima
Tersedia dengan biaya rendah yang dapat diterima
Tidak terkontraindikasi oleh bahan itu sendiri atau komponennya
Inert secara fisiologis
Stabil secara fisik dan kimia, baik tunggal dan/atau dalam kombinasi dengan zat aktif dan komponen tablet lainnya.
Bebas dari kandungan mikrobiologis
Kompatibel dengan zat warna
Tidak mempunyai pengaruh buruk pada ketersediaan hayati zat aktif dalam tablet. 1. Zat Pengisi/ Pengencer Zat pengisi atau pengencer adalah suatu zat inert bertujuan untuk penyesuaian bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Biasanya tablet didesain agar ukuran tablet terkecil dapat dikempa dan di bentuk dengan baik. Jika dosis tablet dalam jumlah yang kecil, diperlukan pengisi dalam jumlah yang besar. Jika jumlah dosisnya besar, diperlukan sedikit atau tidak perlu pengisi, dan penambahan eksipien lain perlu dijaga dalam jumlah minimal untuk menghindarkan terjadinya tablet yang lebih besar daripada ukuran yang dapat diterima. Zat pengisi yang biasa digunakan adalah
Laktosa
Pati
Starch 1500 : 5 – 10%
Laktosa semprot kering (LSK) : 40 – 50% dari bobot tablet
Avecil PH 101,102 : 10 – 25%
Kalsium karbonat
Kalsium fosfat
Manitol 2. Zat pengikat dan adhesif Zat ini ditambah bertujuan untuk menambah kohesitivas serbuk sehingga member ikatan yang penting untuk membentuk granul yang di bawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif dan kompak.
Musilago amili : 5 – 10% (panas)
Starch 1500 : 5 – 10% larutan air
Gom arab : 5 – 20% larutan air
Metilselulosa : 2 – 10% larutan air
Etilselulosa : 2 – 15% larutan alcohol
Polietilen glikol 6000 : 10 – 30% larutan air,alcohol atau hidroalkohol 3. Disintegran Zat yang ditambahkan pada granulasi tablet yang bertujuan menyebabkan tablet yang dikempa pecah jika ditempatkan dalam lingkunagn berair. Konsentrasi disintegran yang memastikan suatu matriks kontinu dari disintegrasi di seluruh tablet yang dikehendaki adalah 5 sampai 20 %.
Amilum : 5 – 20% b/b
Starch 1500 : 5 – 15% b/b
Avicel PH 101,102 : 10 – 20% b/b
Natrium alginat : 2.5 – 10% b/b 4. Lubrikan Fungsi utama lubrikan tablet adalah untuk mengurangi gesekan yang timbul pada antarpermukaan tablet dan dinding lubang kempa selama pengempaan dan
pengeluaran tablet dari lubang kempa. Lubrikan yang tidak larut dalam air pada umumnya lebih efektif daripada lubrikan larut dalam air dan digunakan pada konsentrasi yang lebih rendah. Lubrikan tidak larut air;
Stearat( Mg,Ca, Na) : 0.25 – 2%
Asam stearat : 1 – 5%
Sterotex : 0.25 – 2%
Talk : 1 – 5%
Malam : 1 – 5%
Sterowet : 1 – 5% Lubrikan larut air;
Asam borat : 1%
Na benzoat+ Na asetat : 1 – 5%
NaCl : 5%
DL-Leusin : 1 – 5%
Carbowax 4000, 6000 : 1 – 5%
Na oleat : 1 – 5%
Na benzoat : 5%
Na asetat : 5%
Na lauril sulfat : 1 – 5%
Mg lauril sulfat : 1 – 2%
5. Glidan Glidan adalah zat yang memperbaiki karakteristik aliran granulasi dengan menggunakan gesekan antarpartikulat. Zat ini meningkatkan aliran zat dari lubang corong yang lebih besar ke lubang yang lebih kecil, dan akhirnya ke dalam lubang kempa mesin tablet. Glidan berfungsi menempatkan partikel-partikelnya di antara partikel-partikel komponen lainnya dan cenderung mengurangi adhesif.
Konsentrasi glidan tergantung pada ukuran dan konsentrasi partikel halus. Makin kecil partikel, makin rendah konsentrasi yang diperlukan untuk menghasilkan peningkatan aliran. Glidan
%
Silika aerogel Cabosil M5
0.1 – 0.5
Aerosil 200
0.1 – 0.5
Quso F 22
0.1 – 0.5
Syloid
0.1 – 0.5
Silika dioksida
0.1 – 0.5
Kalsium stearat
0.5 – 2
Mg stearat
0.2 – 2
Stearowet C
0.2 – 2
Seng stearat
0.2 – 1
Kalsium silikat
0.5 – 2
Amilum,aliran kering
1 – 10
Starch 1500
1 – 10
Mg lauril sulfat
0.2 – 2
Mg karbonat berat
1 – 3
Mg oksida berat
1 – 3
Talk
1 – 5
6. Antiadheren Beberapa zat memiliki sifat adhesif yang kuat terhadap logam pons dan lubang kempa, walaupun tidak berefek pada penggesekan. Hal ini mengakibatkan zat lebih condong melekat pada permukaan dan menimbulkan permukaan kasar pada tablet.
Zat
Talk
%
1 – 5
Amilum maidis
3 – 10
Cab-O-sil
0.1 – 0.5
Syloid
0.1 – 0.5
DL-leusin
3 – 10
Na lauril sulfat
<1
Logam stearat
<1
7. Absorben Suatu absorben mungkin perlu ditambahkan jika formulasi mengandung komponen
higroskopis,terutama
komponen
yang
absorpsi
lembapnya
menimbulkan serbuk kohesif tidak akan mengisi lubang kempa. 8. Zat penyedap Zat penyedap dan pemanis gigunakan untuk memperbaiki rasa tablet kunyah. Penyedap dimaksudkan sebagai solid dalam bentuk butir-butir semprot kering dan sebagai minyak pada kadar 0.75% b/b. Pemanis ditambahkan pada tablet kunyah jika pembawa biasa yang digunakan seperti manitol,laktosa,sukrosa dan dekstrosa tidak cukup menutupi rasa komponen 9. Zat perwarna Perwarna bertujuan ;
Memberi identitas pada produk yang kelihatannya sama dalam suatu jalur produk
Meminimalkan kemungkinan kesimpangsiuran selama pembuatan.
Untuk nilai estetik atau nilai pemasarannya.
4. CONTOH-CONTOH FORMULA TABLET
1) Tablet Prednison R/ Tiap 100 mg mengandung : Prednison
5 mg (zat aktif)
Amylum Maydis
10 % (zat pengikat)
Amylum Solani
10 % (zat penghancur)
Talk
0,5 % (zat pelican)
Lactosam ad
100 % (zat pengisi)
2) Tablet vitamin C dan vitamin B complex R/ Vitamin C (as L- ascorbic acid
5.
500 mg
Thiamin (vitamin B1)
10 mg
Riboflavin (vitamin B2)
10 mg
Niacin (vitamin B3)
100 mg
Folic Acid
100 mcg
Vitamin B12
25 mcg
Biotin
25 mcg
Pantothenic Acid
100 mg
Inositol
100 mg
Choline
41 mg
CONTOH OBAT YANG BEREDAR DIPASARKAN
1. Tablet salut gula Caviplex Indikasi: : Pencegahan anemia karena kekurangan gizi, kekurangan vitamin dan amenia karena kekurangan zat besi. Komposisi :Tiap kaplet salut gula mengandung: Vit. A 4.000 IU Vit. D 400 IU Vit. B1 3 mg Vit. B6 4 mg Vit. B2 3 mg Vit. B12 12 mcg Vit. C 75 mg Nicotinamide 20 mg Ca Panthotenat 5 mg Vit. E 10 mg Biotin 0,1 mg Acid Folic 1 mg Fe Fumarat 135 mg
Acid Glutamic 50 mg Dosis dan Pemakaian :Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun: 1 kaplet salut gula sehari, kecuali keadaan tertentu dosis dapat dinaikkan sesuai petunjuk dokter
2. Tablet salut selaput Cefzil
Komposisi
: cefzil 500mg
Indikasi :Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah, sinusitis, infeksi kulit & struktur kulit, faringitis, tonsilitis, otitis media (radang rongga gendang telinga). Dosis :Dewasa dan anak berusia lebih dari 12 tahun : Infeksi saluran pernafasan bagian atas : 500 mg tiap 24 jam. Sinusitis : 250 mg tiap 12 jam. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah : 500 mg tiap 12 jam. Infeksi kulit dan struktur kulit : 250 mg tiap 12 jam atau 500 mg tiap 24 jam. Anak-anak berusia 6 bulan - 12 tahun : Infeksi saluran pernafasan bagian atas, faringitis, tonsilitis : 20 mg/kg berat badan sekali sehari. Otitis media : 15 mg/kg berat badan tiap 12 jam
3. Tablet salut enteric Nacoflar
Komposisi berisi:
:Nacoflar 25 mg Tiap tablet salut enterik Kalium diklofenak 25mg Nacoflar 50 mg Tiap tablet salut enterik berisiKalium diklofenak 50mg
Indikasi :Pengobatan nyeri inflamasi setelah trauma, nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi gigi atau tulang, sebagai adjuvan pada nyeri inflamasi yang berat dari infeksi telinga, hidung atau tenggorokan. Dosis: Kasus-kasus sedang, Dewasa dan anak-anak > 14 tahun: 75 – 100 mg/hari dalam dosis terbagi (2 – 3 kali) Kasus-kasus yang lebih berat: dosis dapat dinaikkan 100 – 150 mg dalam dosis terbagi
4. Tablet sublingual atau bukal Isosorbide dinitrate
Komposisi :isosorbide 2.5/5mg Indikasi : pencegahan dan pengobata untuk angina pectoris yang disebabkan oleh coronary artery disease. Dosis : sublingual, 2.5 – 5mg 5. Tablet kunyah Carbidopa
Indikasi :Parkinsonisme (bukan karena obat) Kontra Indikasi :Galukoma sudut sempit, penyakit psikiatrik berat, kehamilan, breast-feeding Komposisi :10/100: Carbidopa 10 mg dan levodopa 100 mg (mengandung fenilalanin 3.4 mg /tablet; rasa mint).
Dosis dan aturan pakai :Dosis awal 125-500 mg/hari dalam dosis terbagi setelah makan, dosis ditingkatkan sesuai dengan respon (tetapi jarang digunakan sendiri)
6. Tablet effervescent Redoxon
Komposisi Indikasi defisiensi vitamin C dan seng Dosis
: vitamin C 1000mg, Zinc 10mg : pencegahan dan mengatasi : 1 kali sehari, 1 tablet
7. Tablet dengan pelepasan terkendali
Komposisi
: Theophylline 100/200/300/450mg
Indikasi : pengobatan buat symptom gangguan pernapasan, asma kronik dan penyakit paru-paru yang kronik lainnya, cth: chronic bronchitis.
Dosis
: dosis tunggal – 300/450mg Dosis ganda - 200/300mg
DAFTAR PUSTAKA
Farmakope Indonesia Edisi III.1979.Departemen Kesehatan Republik Indonesia Farmakope Indonesia Edisi IV.1995.Departemen Kesehatan Republik Indonesia United State Pharmacopea edisi 26 Howard C. Ansel, 1994. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta,UI Press. Leon Lachman, Herbert A. Lieberman, Joseph I. Kanig,. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri 1. Edisi III. Jakarta. UI Press.
Moh. Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. UGM Press. Yogyakarta. Rowe C. Raymond et.al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6
th
Edition. Pharmaceutical Press.USA. Siregar JP.Charles. 2010. Teknologi Farmasi : Sediaan Tablet Dasar-dasar Praktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Voight. 1995. Tablet . http://www.scribd.com/nurrochmahs/d/7991549343113928-Formulasi-Dan-Evaluasi-Sediaan-Tablet-Jadi ( akses : 18 Maret 2012)